Karakterisitik Penderita Stroke Rawat Inap di RSUD. Sibuhuan Kabupaten Padang Lawas Tahun 2014-2015

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang saat ini sedang
mengalami masa peralihan dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri.
Hasil pembangunan ini membawa dampak perubahan salah satunya di bidang
kesehatan. Salah satu tantangan yang harus dihadapi dalam pembangunan
kesehatan tersebut adalah transisi demografi, dimana terjadinya peningkatan usia
harapan hidup sehingga jumlah lansia bertambah setiap tahunnya, peningkatan
usia harapan hidup tersebut sering diikuti dengan meningkatnya penyakit
degeneratif dan masalah kesehatan lain pada kelompok ini, sehingga terjadi
pergeseran pola penyakit dari penyakit menular ke penyakit tidak menular, yang
dikenal dengan istilah transisi epidemiologi. Hal ini sering terjadi seiring dengan
berubahnya gaya hidup, sosial ekonomi dan meningkatnya pola risiko timbulnya
penyakit seperti stroke, penyakit jantung koroner, diabetes melitus, hipertensi, dan
lain sebagainya (Noor, N., 2008).
Stroke merupakan salah satu penyakit tidak menular yang belakangan ini
menjadi kekhawatiran banyak orang. Stroke tergolong dalam cerebro vascular
disease (CVD) yang merupakan penyakit gawat darurat dan membutuhkan
pertolongan secepat mungkin. Stroke disebabkan oleh gangguan pembuluh darah
dan timbul secara mendadak (dalam beberapa detik) atau cepat (dalam beberapa

jam) dengan gejala-gejala dan tanda-tanda yang sesuai dengan daerah fokal otak
yang terganggu. Serangan stroke terjadi tanpa peringatan dan dapat sembuh secara
sempurna, sembuh dengan cacat atau bahkan kematian, akibat gangguan aliran

1

Universitas Sumatera Utara

2

darah ke otak karena sumbatan pembuluh darah otak dan pecahnya pembuluh
darah otak (Bustan, M.N., 2007).
Pasien

pasca stroke biasanya mengalami berbagai macam disfungsi

neurologik tergantung daerah kerusakan otak yang dialaminya. Disfungsi ini akan
menimbulkan dampak psikologis maupun sosial bagi pasien itu sendiri dan juga
pada keluarganya. Gangguan saraf tersebut menimbulkan gejala antara lain:
kelumpuhan wajah atau anggota badan, bicara tidak lancar, bicara tidak jelas

(pelo), mungkin perubahan kesadaran, gangguan penglihatan dan lain-lain
(Bustan, M.N., 2007).
Data World Health Organization (WHO) tahun 2008 menunjukkan bahwa
stroke merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia setelah penyakit
jantung. Stroke merupakan penyakit keenam yang menjadi kematian di negara
berpenghasilan rendah dan penyakit kedua penyebab kematian di negara
berpenghasilan sedang dan tinggi. Stroke dan penyakit cerebrovascular lainnya
menyebabkan 6,2 juta orang di dunia meninggal. Berdasarkan data di atas dapat
dilihat bahwa stroke merupakan masalah utama kesehatan baik di negara maju
maupun di negara berkembang serta penyebab utama kecacatan pada orang
dewasa. Stroke juga menimbulkan dampak yang besar dari segi sosial ekonomi,
karena biaya pengobatan yang relatif mahal dan akibat kecacatan yang
ditimbulkan pada pasien pasca stroke sehingga berkurangnya kemampuan untuk
bekerja seperti semula dan menjadi beban sosial di masyarakat (Depkes, 2008).
Jumlah penderita stroke di seluruh dunia yang berumur di bawah 45 tahun
terus meningkat. Pada konferensi ahli saraf internasional di Inggris dilaporkan
bahwa terdapat lebih dari 1.000 penderita stroke berumur kurang dari 30 tahun.

Universitas Sumatera Utara


3

Badan kesehatan dunia (WHO) memprediksi bahwa kematian akibat stroke akan
meningkat seiring dengan kematian akibat penyakit jantung dan kanker kurang
lebih 6 juta pada tahun 2010 menjadi 8 juta di tahun 2030 (American Heart
Association, 2010).
Stroke merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak di Amerika Serikat
setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker. Berdasarkan data statistik terjadi
795.000 orang mengalami stroke setiap tahunnya, sebanyak 610.000 mengalami
serangan stroke yang pertama dan 185.000 merupakan stroke yang berulang.
Stroke juga merupakan penyebab 134.000 kematian pertahun. Saat ini ada 4 juta
orang di Amerika Serikat yang hidup dalam keterbatasan fisik akibat stroke, dan
15-30% di antaranya menderita cacat menetap (American Heart Association,
2013).
Pada Konferensi Stroke Internasional yang diadakan di Wina, Austria
tahun 2008 mengungkapkan bahwa jumlah kasus stroke terus meningkat di
kawasan Asia, dan salah satunya negara Indonesia. Di Indonesia setiap tahun
terjadi 500.000 penduduk terkena serangan stroke, sekitar 2,5% atau 125.000
orang meninggal, dan sisanya cacat ringan maupun berat. Proyeksi hingga tahun
2020 nanti menunjukkan bahwa setiap tahun sekitar 61 juta orang akan

mengalami kecacatan akibat stroke. Masalah stroke di Indonesia menjadi semakin
penting dan mendesak, karena kini jumlah penderita stroke di Indonesia terbanyak
di Asia. Jumlah penderita stroke dengan rata-rata berumur 60 tahun ke atas berada
di urutan kedua terbanyak di Asia, sedangkan umur 15-59 tahun berada di urutan
ke lima terbanyak di Asia (Yastroki, 2012).

Universitas Sumatera Utara

4

Data di Indonesia menunjukkan kecenderungan peningkatan kasus stroke
baik dalam hal kematian, kejadian maupun kecacatan. Angka kematian
berdasarkan umur adalah sebesar 15,9% (umur 45-55 tahun), 26,8% (umur 55-64
tahun) dan 23,5% (umur 65 tahun). Penderita laki-laki lebih banyak daripada
perempuan dan profil umur dibawah 45 tahun sebesar 11,8%, 45-64 tahun sebesar
54,2% dan umur di atas 65 tahun sebesar 33,5%. Stroke menyerang umur
produktif dan umur lanjut yang berpotensi menimbulkan masalah baru dalam
pembangunan kesehatan secara nasional di kemudian hari (Perdossi, 2011).
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007,
prevalensi stroke di Indonesia ditemukan sebesar 8,3 per 1.000 penduduk, dan

berdasarkan Riskesdas tahun 2013 prevalensi stroke meningkat menjadi 12,1 per
1.000 penduduk dan yang telah didiagnosis oleh tenaga kesehatan adalah 7,0 per
1.000 penduduk dan yang berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan atau gejala
sebesar 12,1 per 1.000 penduduk. Jadi, sebanyak 57,9% penyakit stroke telah
terdiagnosis oleh tenaga kesehatan. Data Nasional yang dikeluarkan oleh
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menyatakan bahwa stroke menempati
urutan pertama sebagai penyebab kematian terbanyak (15,4%) (Kemenkes RI,
2014).
Jumlah penderita stroke di provinsi Sumatera Utara pada tahun 2007
berdasarkan diagnosis oleh tenaga kesehatan sebanyak 5,0 per 1.000 penduduk,
sedangkan berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan/ gejala sebanyak 6,8 per 1.000
penduduk. Terjadi peningkatan pada tahun 2013 yaitu sebanyak 92.078 orang
(10,3%), sedangkan berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan/ gejala sebanyak
151.080 orang (16,9%) (Kemenkes RI, 2014).

Universitas Sumatera Utara

5

Berdasarkan data dari Departeman Neurologi FK USU/RSUP H. Adam

Malik Medan pada tahun 2011, dari seluruh penderita yang dirawat di bangsal
rawat inap bagian Neurologi sebanyak 661 orang dimana s 281 orang (43%)
diantaranya adalah stroke iskemik. Penelitian Napitupulu di Rumah Sakit Santa
Elisabeth Medan dengan desain Case Series tahun 2004-2008, menunjukkan
bahwa CFR penderita stroke hemoragik yang dirawat inap sebesar 27,7% dan
terbanyak pada kelompok umur 45-60 tahun sebesar 46,4%, kemudian diikuti
kelompok umur >60 tahun sebesar 42,9% dan terendah pada kelompok umur