Gambaran Perilaku Tidak Aman Pada Pekerja Pengrajin Perabot Rumah Tangga di Toko Mulia Rattan, Jalan Gatot Subroto No. 350 Medan Tahun 2016

11

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Perilaku Tidak Aman
Perilaku tidak aman (Bird dan Germain, 1990 dalam Helliyanti P., 2009)
adalah perilaku yang dapat mengizinkan terjadinya suatu kecelakaan ataupun
insiden. Sedangkan menurut Heinrich (1980) dalam Helliyanti P. (2009), perilaku
tidak aman adalah tindakan atau perbuatan dari seseorang atau beberapa orang
karyawan yang memperbesar kemungkinan terjadinya kecelakaan terhadap
karyawan.
2.2. Jenis Perilaku Tidak Aman
Perilaku tidak aman merupakan penyebab langsung terjadinya kecelakaan.
Menurut Frank E. Bird dalam teori Loss Causation Model ( Sklet, 2002) dalam
penelitian Helliyanti P. (2009), menyatakan bahwa jenis-jenis perilaku tidak
aman, yaitu :
 Melakukan pekerjaan tanpa wewenang
 Gagal dalam memberi peringatan
 Gagal dalam mengamankan

 Bekerja dengan kecepatan berbahaya


 Membuat alat pengaman tidak berfungsi
 Menghilangkan alat pengaman

 Menggunakan peralatan yang rusak

 Menggunakan peralatan yang tidak sesuai
 Tidak menggunakan APD dengan benar

11
Universitas Sumatera Utara

12

 Pengisian yang tidak sesuai

 Penempatan yang tidak tepat
 Cara mengangkat yang salah

 Posisi atau sikap tubuh yang salah


 Memperbaiki peralatan yang sedang beroperasi
 Bersenda gurau

 Bekerja dibawah pengaruh alkohol atau obat-obatan.
Kurt Lewin (1970) yang penelitiannya dikutip oleh Notoatmodjo (2003),
berpendapat perilaku manusia adalah suatu keadaan yang seimbang antara
kekuatan-kekuatan pendorong (driving forces) dan kekuatan-kekuatan penahan
(restining forces). Perilaku itu dapat berubah bila terjadi ketidakseimbangan
antara kedua kekuatan tersebut di dalam diri seseorang. Kekuatan pendorong
meningkat, hal ini terjadi karena adanya stimulus-stimulus yang mendorong untuk
terjadinya perubahan perilaku. Kekuatan-kekuatan penahan menurun, hal ini
terjadi karena adanya stimulus-stimulus yang memperlemah kekuatan penahan
tersebut. Kekuatan pendorong meningkat, kekuatan penahan menurun, dengan
keadaan ini jelas juga akan terjadi perubahan perilaku.
Sedangkan menurut Notoatmodjo (2003), dalam proses pembentukan dan
perubahan perilaku manusia terdapat faktor-faktor yang berpengaruh, diantaranya
faktor dari dalam (internal) seperti susunan syaraf pusat, persepsi, motivasi,
proses belajar, dan sebagainya. Sedangkan faktor yang berasal dari luar
(eksternal) seperti lingkungan fisik/non fisik, iklim, sosial, dan ekonomi,

kebudayaan, dan sebagainya.

Universitas Sumatera Utara

13

2.3. Jenis dan Penjabaran Perilaku Tidak Aman
1. Melakukan pekerjaan tanpa wewenang.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, wewenang adalah hak dan
kekuasaan untuk bertindak, membuat keputusan, memerintah, dan melimpahkan
tanggung jawab kepada orang lain. Melakukan pekerjaan tanpa wewenang adalah
bekerja tanpa memiliki prosedur dan pelatihan yang sesuai dalam melakukan
pekerjaan.
Penempatan pekerja yang sesuai dengan bidang keahliannya di mesin atau
alat produksi yang sesuai sangat penting agar tidak terjadi kecelakaan karena
kurang pengetahuan akan mesin yang digunakannya. Karyawan yang kurang
pengetahuan atau keterampilan untuk bekerja dengan cara yang aman akan
cenderung mengerjakan sesuatu dengan cara mencoba dan cenderung mudah
panik, sehingga sangat diperlukan pelatihan atau pengarahan.
2. Gagal dalam memberi peringatan.

Gagal dalam memberi peringatan adalah kegagalan sesama pekerja dalam
memberi teguran kepada pekerja lain yang melakukan kesalahan dalam bekerja.
Sebuah peringatan biasanya diberikan kepada pekerja yang telah melanggar
peraturan yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Peringatan dapat berupa
himbauan ataupun teguran yang berguna untuk mengingatkan pekerja agar
pekerja tidak melakukan tindakan yang barbahaya atau pekerja tidak akan
mengulangi kesalahannya dalam bekerja. Peringatan adalah suatu bentuk tindakan
tegas terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh pekerja guna menunjang
kedisiplinan pekerja (Nitisemo, 1984 dalam Sudrajat, 2008).

Universitas Sumatera Utara

14

3. Gagal dalam mengamankan.
Gagal dalam mengamankan adalah kegagalan memberikan alat pengaman
atau tanda yang bersifat pengumuman yang mudah dibaca dengan ditempelkan
pada

mesin/peralatan


serta

melakukan

perawatan

secara

teratur

pada

mesin/peralatan. Setiap petugas yang mengetahui setiap terjadinya kerusakan
mesin saat operasi harus segera mematikan tenaga penggerak. Mesin tersebut
harus diberi alat pengaman atau tanda yang bersifat pengumuman yang mudah
dibaca dengan ditempelkan pada mesin tersebut dan melarang penggunaannya
sampai perbaikan yang diperlukan telah dilakukan dan mesin tersebut dalam
keadaan baik (Suhulman, 2008).
4. Bekerja dengan kecepatan berbahaya.

Bekerja dengan kecepatan berbahaya adalah bekerja dengan kecepatan yang
tidak aman atau melebihi batas kecepatan yang disarankan sehingga membahayakan
keselamatan pekerja. Salah satu alasan paling lazim untuk mengambil resiko dalam
bekerja adalah menghemat waktu agar bisa mendapatkan waktu santai atau waktu
untuk menghasilkan uang lebih banyak atau sekedar menghemat waktu dengan
mempercepat menyelesaikan pekerjaan. Oleh karena itu tidak aneh apabila
keinginan menghemat waktu ini menyebabkan perilaku tidak aman ( International
Labour Office, 1989)

5. Membuat alat pengaman tidak berfungsi.
Membuat alat pengaman tidak berfungsi adalah membuat alat dan sistem
pengaman tidak beroperasi dengan cara yang benar sesuai dengan metode yang
ditentukan. Pada beberapa kasus, alat pengaman yang dapat menghambat efisiensi

Universitas Sumatera Utara

15

produksi dan menyebabkan ketidaknyamanan dalam bekerja, dapat mendorong
pekerja untuk menyingkirkan atau merusak alat pengaman tersebut. Membuat alat

pengaman menjadi tidak berfungsi sangat berbahaya, karena kegunaannya sebagai
pengaman pun akan hilang sehingga dapat menimbulkan resiko terjadinya kontak
antara pekerja dengan alat berbahaya (International Labour Office , 1989).
6. Menghilangkan alat pengaman.
Tujuan alat pengaman ( Safety Device ) dipasang pada fasilitas kerja atau
mesin yang berbahaya adalah untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan untuk
menjamin keselamatan para pekerja. Peralatan pengaman merupakan peralatan
keselamatan kerja yang dipasang pada tempat-tempat tertentu dan berfungsi untuk
memberi keamanan tambahan bagi para pekerja (O’Brien, 1974 dalam Helliyanti
P., 2009). Menghilangkan alat pengaman adalah melenyapkan atau membuat
supaya hilang peralatan keamanan tambahan bagi para pekerja yang dipasang
pada tempat-tempat tertentu.
7. Menggunakan peralatan yang rusak.
Menggunakan peralatan yang rusak adalah mengoperasikan peralatan
kerja yang tidak berfungsi dengan baik dan tidak dalam kondisi layak pakai.
Menggunakan peralatan kerja yang sudah tidak layak pakai dapat membahayakan
keselamatan pekerja. Oleh karena itu, semua peralatan harus dirawat menurut
kondisi dari peralatan tersebut dan bukan waktu pemakaian. Tanpa perawatan
yang teratur, keadaan peralatan berubah menjadi salah satu faktor bahaya. Jadi,
perawatan yang tidak teratur adalah perbuatan yang berbahaya karena dapat

menimbulkan keadaan berbahaya (Silalahi, 1985).

Universitas Sumatera Utara

16

8. Menggunakan peralatan yang tidak sesuai.
Menggunakan peralatan yang tidak sesuai adalah mengerjakan pekerjaan
dengan memakai peralatan kerja yang tidak cocok dengan jenis pekerjaan yang
sedang dilakukan tersebut. Menurut Silalahi (1985), menggunakan peralatan kerja
yang tidak sesuai dengan jenis pekerjaan yang dilakukan dan peraturan yang telah
ditetapkan dapat menyebabkan kesalahan dalam melakukan pekerjaan. Hal ini
merupakan tindakan yang berbahaya karena dapat berpotensi menimbulkan
kecelakaan kerja.
9. Tidak menggunakan APD dengan benar.
Tidak menggunakan APD dengan benar adalah tidak menggunakan alat
pelindung diri sebagaimana yang diharuskan, tidak memelihara alat tersebut, atau
tidak menggunakannya dengan cara yang benar. Pada waktu melaksanakan
pekerjaan, badan kita harus bebar-benar terlindungi dari kemungkinan terjadinya
kecelakaan. Untuk melindungi diri dari risiko yang ditimbulkan akibat kecelakaan

maka badan kita perlu menggunakan alat-alat pelindung ketika melaksanakan
pekerjaan. Alat Pelindung Diri (APD) merupakan alat yang digunakan untuk
melindungi pekerja dari luka atau penyakit yang ditimbulkan oleh adanya kontak
dengan bahaya (hazard) di tempat kerja baik yang bersifat kimia, biologis, radiasi,
fisik, elektrik, mekanik, dan lainnya (Rijanto, 2011).
10. Pengisian yang tidak sesuai.
Penyebab lain terjadinya kecelakaan kerja adalah akibat beban yang
berlebihan sehingga melebihi kemampuan tubuh dalam menyangga ( over load).
Pengisian yang tidak sesuai adalah membawa atau mengangkat beban yang terlalu

Universitas Sumatera Utara

17

berat, terlalu besar, atau sulit untuk dipegang ketika sedang bekerja. Pekerjaan
yang membutuhkan aktivitas mengangkat beban berlebihan dan berulang-ulang
sehingga membutuhkan peran yang sangat besar dari otot-otot punggung dan
tulang belakang. Membawa atau mengangkat beban yang terlalu berat, terlalu
besar dan sulit untuk dipegang akan membahayakan diri kita. Akan jauh lebih
aman apabila meminta bantuan orang lain atau menggunakan alat bantu saat

menemui barang-barang tersebut dalam bekerja (Hendarta, 2012).
11. Penempatan yang tidak tepat
Penempatan yang tidak tepat adalah menyusun atau menempatkan barang
dan peralatan kerja secara tidak aman atau tidak berada di tempat yang ditentukan.
Lingkungan kerja yang teratur seperti penempatan peralatan kerja, peralatan
safety, material, dan lain-lain dapat memudahkan pekerja untuk bekerja dan tidak
asal-asalan menaruh peralatan. Penempatan perlengkapan dan peralatan kerja
sesuai dengan lingkungan kerja yang akan dikerjakannya memudahkannya untuk
mengambilnya dan menciptakan kondisi kerja yang menarik.
12. Cara mengangkat yang salah.
Menurut Nurmianto (1996), pekerjaan mengangkat barang sering kali
menyebabkan cedera pada punggung bawah. Pekerjaan mengangkat barang
adalah pekerjaan yang beresiko terjadinya cedera kesakitan pada punggung.
Penggunaan otot-otot punggung dan tulang belakang yang berlebihan dan
kesalahan dalam aktifitas mengangkat sangat memungkinkan pekerja pengangkat
barang akan mengalami gangguan nyeri punggung bawah.

Universitas Sumatera Utara

18


Menurut Silalahi (1985), sewaktu mengangkat dan membawa, bagian
tubuh yang paling berpengaruh dan dapat cedera adalah tulang punggung.
Ketegangan yang diderita tulang punggung semakin berat (diukur dalam kilogram
gaya) jika beban semakin berat. Cara mengangkat yang salah adalah teknik
mengangkat yang kurang tepat dimana beban maksimum masih tergantung pada
tulang belakang, bukan pada otot tubuh. Teknik mengangkat dan membawa yang
tepat akan memungkinkan beban maksimum karena beban tersebut tidak lagi
tergantung pada tulang punggung melainkan pada otot tubuh. Teknik ini hanya
dapat diterapkan melalui latihan. Beberapa pokok penting yang harus diperhatikan
adalah :
a. Kapasitas fisik karyawan
b. Sifat beban
c. Keadaan lingkungan
d. Latihan mengangkat/membawa yang dijalani karyawan
13. Posisi atau sikap tubuh yang salah.
Posisi atau sikap tubuh yang salah adalah suatu kondisi kerja dimana
pekerja selalu dipaksa berada pada posisi atau sikap kerja yang tidak nyaman atau
cenderung tidak mengenakkan dan berlangsung dalam jangka waktu yang lama.
Sikap atau posisi tubuh saat bekerja memiliki hubungan yang positif dengan
timbulnya kelelahan kerja. Tidak peduli apakah pekerja harus berdiri, duduk atau
dalam posisi kerja yang lain, dimana pertimbangan-pertimbangan ergonomik yang
berkaitan dengan sikap/posisi kerja akan sangat penting (Suma’mur, 1999).

Universitas Sumatera Utara

19

Beberapa jenis pekerjaan memerlukan sikap dan posisi tertentu yang
kadang-kadang cenderung untuk tidak mengenakkan. Kondisi kerja seperti ini
memaksa pekerja selalu berada pada sikap dan posisi kerja yang tidak nyaman dan
berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Hal ini tentu saja mengakibatkan
pekerja cepat lelah, melakukan banyak kesalahan dan menderita cacat tubuh.
Postur yang baik merupakan bagian yang penting dalam pemeliharaan diri.
14. Memperbaiki peralatan yang sedang beroperasi
Memperbaiki peralatan yang sedang beroperasi adalah mengubah aturan
pengoperasian mesin/peralatan ketika sedang bekerja, atau melakukan sesuatu
terhadap mesin produksi ketika mesin sedang beroperasi tanpa mematikan
mesin/peralatan terlebih dahulu. Selalu matikan mesin dan tunggu sampai mesin
benar-benar berhenti sebelum anda menyentuh bagian dar i mesin tersebut.
Pada saat memperbaiki peralatan kerja yang menggunakan aliran listrik,
pekerja diharuskan untuk mematikan terlebih dahulu aliran listrik pada alat
tersebut agar aman untuk kerja ketika memperbaikinya. Memperbaiki peralatan
yang sedang beroperasi atau memperbaiki peralatan tanpa mematikan terlebih
dahulu aliran listriknya merupakan suatu tindakan yang sangat berbahaya yang
dapat menyebabkan kecelakaan kerja. Sebagai contoh, ada seorang pekerja yang
sedang memperbaiki suatu mesin atau peralatan, tiba-tiba tanpa disengaja
mesinnya menyala dan akhirnya membahayakan pekerja tersebut (Suhulman,
2008).

Universitas Sumatera Utara

20

15. Bersenda Gurau
Bersenda gurau adalah bercanda dengan sesama rekan kerja pada saat
melakukan pekerjaan. Bersenda gurau di tempat kerja adalah berbahaya, karena
menyebabkan karyawan kehilangan konsentrasi dan tidak memperhatikan keadaan
yang tidak aman di sekitarnya. Bersenda gurau pada saat bekerja merupakan suatu
perilaku yang harus dihilangkan karena dapat mengakibatkan kejadian yang
sangat fatal sehingga tidak hanya menyebabkan kerugian material tetapi juga
dapat menyebabkan kerugian nonmaterial. Misalnya ketika para pekerja
melakukan bercanda atau bermain di sekitar mesin yang sedang beroperasi atau
dekat bahaya lain.
16. Bekerja dibawah pengaruh alkohol atau obat-obatan.
Bekerja dibawah pengaruh alkohol atau obat-obatan adalah melakukan
pekerjaan setelah mengkonsumsi alkohol atau obat-obatan terlebih dahulu.
Menurut Tanjung (2005), alkohol dan obat-obatan masuk dalam kategori NAPZA.
NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan zat adiktif lainnya), adalah bahan/zat/obat
yang apabila masuk kedalam tubuh manusia akan mempengaruhi tubuh terutama
otak/susunan saraf pusat sehingga menyebabkan gangguan kesehatan fisik, psikis
dan fungsi sosial lainnya karena terjadi kebiasaan/ketagihan (adiksi) secara
ketergantungan (dependensi) terhadap NAPZA. Alkohol dan obat-obatan dapat
mengganggu konsentrasi, penilaian, penglihatan dan koordinasi pada orang yang
mengkonsumsinya.
Kombinasi alkohol dengan obat-obatan lain sangat berbahaya karena hal
ini meningkatkan efek dan pengaruh negatif yang tidak dapat diperkirakan,

Universitas Sumatera Utara

21

termasuk kerusakan serius yang menetap. Karena efek negatif yang ditimbulkan
oleh alkohol dan obat-obatan tersebut, maka seorang pekerja tidak boleh di
bawah pengaruh alkohol dan obat-obatan pada saat bekerja karena dapat
menimbulkan kecelakaan kerja.

Universitas Sumatera Utara