Analisis SWOT pada Toko Lestari Rattan and Furniture Jl. Gatot Subroto No. 457 Medan

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM STRATA-1 MEDAN

ANALISIS SWOT PADA TOKO LESTARI RATTAN AND

FURNITURE Jl. Gatot Subroto No. 457 MEDAN

DRAFT SKRIPSI

OLEH

SHEILA DESIRA 050502053 MANAJEMEN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Universitas Sumatera Utara Medan


(2)

ABSTRAK

Sheila Desira, 2009. Analisis SWOT Pada Toko Lestari Rattan And

Furniture Jl. Gatot Subroto No. 457 Medan. Dibawah bimbingan Dra.

Marhaini, MS, Ibu Prof. Dr. Ritha F. Dalimunhte, SE, MSi (Ketua Departemen Manajemen), Ibu Dra. Setrihiyanti Siregar (Penguji I), Bapak Ami Dilham (Penguji II).

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis SWOT yang ada pada Toko Lestari Rattan and Furniture. Analisis SWOT merupakan penilaian lingkungan internal berupa kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness) serta lingkungan eksternal berupa peluang (opportunity) dan ancaman (treath). Analisis SWOT akan menghasilkan strategi yang tepat bagi perusahaan.

Analisis SWOT umumnya digunakan pada perusahaan besar. Penelitian ini melihat penerapan analisis SWOT pada UKM (Usaha Kecil Menengah) yaitu Toko Lestari Rattan and Furniture . Penulis ingin melihat Apakah analisis SWOT yang dilakukan oleh Bapak Ngatimin sebagai pemilik selama ini sudah tepat untuk Toko Lestari Rattan and Furniture.

Penelitian dilakukan di Toko Lestari Rattan and Furniture yang berlokasi di jalan Gatot Subroto No. 457 Medan. Waktu penelitian dilakukan mulai bulan Februari – Mei 2009. Analisis yang digunakan adalah Analisis Deskriptif Kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa analisis SWOT yang dilakukan oleh Bapak Ngatimin sebagai pemilik selama ini sudah tepat untuk Toko Lestari Rattan and Furniture. Strategi yang digunakan sudah cukup baik, akan tetapi masih perlu adanya evaluasi strategi dan mendapatkan strategi yang paling tepat.


(3)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke Hadirat ALLAH SWT, karena atas rahmatNya, akhirnya penulis mampu menyelesaikan kuliah yang diakhiri dengan penulisan skripsi ini, yang penulis beri judul “Analisis SWOT pada Toko

Lestari Rattan and Furniture Jl. Gatot Subroto No. 457 Medan”. Penulisan

skripsi ini dilakukan guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Universitas Sumatera Utara 2009.

Penulis mempersembahkan terima kasih dan rasa hormat yang sedalam-dalamnya kepada Ayahanda Alm. Aswin Syarif Daulay dan Ibunda Meinizar

Nasution. Orang tua tercinta dan terkasih yang telah memberi motivasi dengan

penuh kesabaran dan kasih sayang dan turut memberikan bantuan moril, materiil dan doa selama penulis menjalani kuliah hingga selesai skripsi ini.

Segala bimbingan, bantuan, serta fasilitas yang tidak ternilai selama penulis melaksanakan penelitian hingga selesainya penulisan skripsi ini, maka penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, M.Si, selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan pengarahan dan masukan yang sangat berharga bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.


(4)

3. Ibu Dra. Nisrul Irawati, selaku Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dra. Marhaini, MS, selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu, menyumbangkan pikiran, saran dan kritikan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.

5. Ibu Dra. Setrihiyanti Siregar, selaku Dosen Penguji I yang telah meluangkan waktu dan memberikan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

6. Bapak Drs. Ami Dilham, SE, M.Si, selaku Dosen Penguji II yang telah meluangkan waktu dan memberikan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

7. Ibu Dra. Adja Syafinat, selaku Dosen Wali penulis selama mengikuti perkuliahan.

8. Keluarga Bapak Ngatimin beserta Ibu Rosmawati selaku pemilik Toko Lestari Rattan and Furniture yang telah meluangkan waktunya untuk membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

9. Abang dan kakakku tersayang Buchari Ananda, Ferial Wiananda, dan Azmira Adinda dan tak lupa keponakanku tersayang Hafsya Naura Hairumi dan Rizki Hanum Artamevia.

10.Seluruh keluarga besarku di Medan dan Jakarta, atas semua bantuan moril, materiil, dan do’a.

11.Sahabat-sahabatku Sri Melur Rizki, Nadia Zafira, Kartika Sari dan B’Seven (Nopre’, Ling-ling, Ska’, Cusni, Qnoy, Wingo’) atas


(5)

persahabatan yang telah kalian berikan, semoga kita tetap menjadi sahabat selamanya, Amiin.

12.Sahabat-sahabatku semasa kuliah, Tika Ananda, Ramadhani, Nila, Sutriaseh, Dahlia Rambe, Yanie Pratiwi, Arman Syaputra. Terima kasih atas persahabatan yang telah kalian berikan selama ini. Love you all friends !!

Semoga ALLAH SWT membalas semua amal dan budi baik yang telah diberikan berbagai pihak untuk penulis selama ini. Penulis menyadari kalau skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun sebagai bahan masukan bagi penulis untuk kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis serta bagi para pembaca.

Medan, Juni 2009

Penulis


(6)

DAFTAR ISI

Halaman ABSTRAK

KATA PENGANTAR……….. i

DAFTAR ISI.……… iv

DAFTAR TABEL….……….... vi

DAFTAR GAMBAR……… vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang……… 1

B. Perumusan Masalah……… 6

C. Kerangka Konseptual………. 6

D. Hipotesis………. 7

E. Tujuan Dan Manfaat Penelitian……….. 8

1. Tujuan Penelitian……….. 6

2. Manfaat Penelitian……… 6

F. Metode Penelitian………... 9

1. Batasan dan Identifikasi Penelitian………... 9

2. Lokasi dan Waktu Penelitian………. 10

3. Jenis dan Sumber Data……….. 10

4. Teknik Pengumpulan Data……… 10

5. Metode Analisis Data……… 11

BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu………... 12

B. Analisis SWOT………... 13

C. Matriks SWOT……… 15

D. Lingkungan Eksternal……….. 17

E. Lingkungan Internal……… 20

F. SWOT………. 22

G. Rotan……….. 25

BAB III GAMBARAN UMUM TOKO LESTARI RATTAN AND FURNITURE A. Sejarah Singkat Toko Lestari Rattan and Furniture……….. 28

B. Kegiatan Operasional Toko Lestari Rattan and Furniture……… 29

C. Struktur Organisasi Toko Lestari Rattan and Furniture………… 35

D. Daerah Pemasaran………. 36

E. Pasar Sasaran………. 36

F. Produk Yang Ditawarkan……….. 36


(7)

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Analisis Deskriptif Kualitatif……… 42

B. SWOT Toko Lestari Rattan and Furniture………... 42

1. Strength (Kekuatan)……… 43

2. Weakness (Kelemahan)………... 44

3. Opportunity (Peluang)………. 45

4. Treath (Ancaman)………... 46

C. Strategi Toko Lestari Rattan and Furniture………. 48

1. Strategi SO Toko Lestari Rattan and Furniture……….. 48

2. Strategi ST Toko Lestari Rattan and Furniture………... 52

3. Strategi WO Toko Lestari Rattan and Furniture………. 56

4. Strategi WT Toko Lestari Rattan and Furniture………. 59

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan……… 64

B. Saran……….. 65


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Jumlah Anggota Koperasi Pengrajin Rotan Medan…………. 3 Tabel 2.1 Matriks SWOT……….. 16 Tabel 3.1 Laporan Rugi/Laba Toko Lestari Rattan and Furniture…….. 33 Tabel 4.1 Matriks SWOT Toko Lestari Rattan and Furniture………….. 48


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual Penelitian………... 6 Gambar 2.1 Skema Proses Analisis SWOT……….. 13 Gambar 2.2 Lingkungan Eksternal………... 16 Gambar 2.3 Model Lima Kekuatan Persaingan

yang Menentukan Profitibilitas Industri………... 18 Gambar 3.1 Toko Lestari Rattan and Furniture……… 27 Gambar 3.2 Kegiatan Operasional Toko Lestari……….. 29 Gambar 3.3 Struktur Organisasi Toko Lestari Rattan and Furniture……… 31 Gambar 3.4 Furniture dan Produk dari Rotan di Toko Lestari………. 34


(10)

ABSTRAK

Sheila Desira, 2009. Analisis SWOT Pada Toko Lestari Rattan And

Furniture Jl. Gatot Subroto No. 457 Medan. Dibawah bimbingan Dra.

Marhaini, MS, Ibu Prof. Dr. Ritha F. Dalimunhte, SE, MSi (Ketua Departemen Manajemen), Ibu Dra. Setrihiyanti Siregar (Penguji I), Bapak Ami Dilham (Penguji II).

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis SWOT yang ada pada Toko Lestari Rattan and Furniture. Analisis SWOT merupakan penilaian lingkungan internal berupa kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness) serta lingkungan eksternal berupa peluang (opportunity) dan ancaman (treath). Analisis SWOT akan menghasilkan strategi yang tepat bagi perusahaan.

Analisis SWOT umumnya digunakan pada perusahaan besar. Penelitian ini melihat penerapan analisis SWOT pada UKM (Usaha Kecil Menengah) yaitu Toko Lestari Rattan and Furniture . Penulis ingin melihat Apakah analisis SWOT yang dilakukan oleh Bapak Ngatimin sebagai pemilik selama ini sudah tepat untuk Toko Lestari Rattan and Furniture.

Penelitian dilakukan di Toko Lestari Rattan and Furniture yang berlokasi di jalan Gatot Subroto No. 457 Medan. Waktu penelitian dilakukan mulai bulan Februari – Mei 2009. Analisis yang digunakan adalah Analisis Deskriptif Kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa analisis SWOT yang dilakukan oleh Bapak Ngatimin sebagai pemilik selama ini sudah tepat untuk Toko Lestari Rattan and Furniture. Strategi yang digunakan sudah cukup baik, akan tetapi masih perlu adanya evaluasi strategi dan mendapatkan strategi yang paling tepat.


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan basis usaha rakyat, yang secara mengejutkan mampu bertahan di masa krisis 1997. Kenyataan yang ada menunjukkan bahwa UKM adalah penyumbang besar kepada kekuatan ekonomi negara dan telah terbukti terutama di saat resesi ekonomi pada tahun 1985 dan 1997. Sumbangan UKM (Usaha Kecil dan Menengah) kepada masyarakat dan juga Negara adalah sangat signifikan dan bentuk sumbangan tersebut diantaranya adalah penyerapan tenaga kerja, penciptaan teknologi/metode baru dan juga produk baru untuk kepentingan Negara, membantu perkembangan usaha-usaha besar sebagai vendor (pemasok dan outsourcing) dan sebagainya. (Sukirno, 2004 : 366).

Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dapat dipandang sebagai katup penyelamat dalam proses pemulihan ekonomi nasional. Perannya dalam mendorong laju pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja diharapkan menjadi langkah awal bagi upaya pemerintah menggerakkan sektor produksi pada berbagai lapangan usaha (www.depkop.com).

Usaha-usaha yang memproduksi furniture dan kerajinan rotan merupakan salah satu bentuk UKM (Usaha Kecil Menengah). Dalam khasanah interior tradisional Indonesia, sejak dulu kursi rotan punya tempat terhormat. Terbuat dari rotan asli, mahal dan terlihat indah, baik itu berada di ruang tamu, ruang keluarga, atau hanya berupa "kursi malas" sekalipun.


(12)

Berpadu dengan nuansa modern terkini, rotan pun tetap bisa beradaptasi. Perpaduannya mampu menyajikan nuansa modern lebih berwarna sebagai modern etnik atau modern klasik. Kursi meja makan, sofa, serta kursi malas atau kursi goyang bisa menjadi interior yang memberi kenyamanan dan kelas tersendiri. Selain itu bahan baku rotan semakin disukai karena ramah lingkungan dan irit energi.

Rotan adalah palem memanjat berduri yang terdapat di daerah tropis dan subtropis. Tumbuhan ini merupakan sumber rotan batang untuk industri mebel rotan. Laju perdagangan rotan berkembang sangat pesat, dalam bentuk meja, kursi, tikar dan barang kerajinan lainnya.

Dalam menjalankan usaha rotan, saat ini para pengrajin rotan dihadapkan pada beberapa masalah. Pada tahun 2008 lalu, Asosiasi Mebel dan Kerajinan Rotan Indonesia (AMKRI) melaporkan sedikitnya 144 perusahaan pengolahan rotan dari 426 unit usaha di sentra industri pengolahan rotan terbesar Cirebon, Jawa Barat bangkrut dan menjual seluruh asetnya akibat kesulitan mendapatkan pasok bahan baku rotan dari Kalimantan, Sulawesi, dan Sumatra.

Kemerosotan di sektor pengolahan rotan terlihat sejak 3 tahun terakhir, dari tahun 2005 hingga tahun 2008. Pengrajin rotan mengalami kenaikan biaya produksi akibat kekurangan bahan baku, hal ini diakibatkan oleh adanya kebijakan ekspor rotan mentah yang membuat petani lebih memilih menjual bahan baku ke China dan Vietnam (www.forumUKM.com).


(13)

Tabel 1.1

Jumlah Anggota Koperasi Pengrajin Rotan Medan Tahun 2004 – 2008

Tahun Jumlah Anggota

Terdaftar

Jumlah Anggota Aktif

Jumlah Anggota Pasif

2004 80 21 59

2005 80 18 62

2006 83 15 68

2007 85 17 68

2008 85 17 68

Sumber : Koperasi Pengrajin Rotan Medan (data diolah)

Berdasarkan tabel 1.1 diatas dapat dilihat keaktifan anggota Koperasi Pengrajin Rotan Medan menurun sebelum tahun 2004. Dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2006 jumlah anggota yang aktif terus berkurang dan hanya bertambah dua anggota aktif pada tahun 2007 sampai dengan 2008. Kurang aktifnya anggota Koperasi Pengrajin Rotan (KOPINKRA) menurut Bapak Sunarto selaku Ketua Koperasi Pengrajin Rotan disebabkan oleh beberapa kendala yang dialami oleh para anggota koperasi tersebut, yaitu menurunnya tingkat penjualan produk rotan, kelangkaan bahan baku rotan dan persaingan harga antara usaha sejenis yang semakin ketat.

Pengrajin rotan semakin kesulitan karena adanya tindakan penyelundupan rotan ke Malaysia, Vietnam dan China. Akibat tingginya volume bahan baku rotan yang mengalir ke luar negeri seperti Malaysia, Vietnam dan China membuat produksi furniture di negara tetangga tersebut semakin besar. Hal itu berimbas pada persaingan harga mebel rotan di pasar internasional serta


(14)

semakin rendahnya kualitas produk furniture. Akibat dari persaingan ini daya saing produk furniture rotan Indonesia di pasar dunia semakin menurun, padahal Indonesia merupakan pemasok terbesar rotan dunia (www.tempointeraktif.com).

Toko Lestari Rattan and Furniture adalah merupakan salah satu toko yang menjual furniture dan kerajinan yang terbuat dari rotan di jalan Gatot Subroto No. 457 Medan. Bapak Ngatimin bersama sang istri Ibu Rosmawati sebagai pemilik usaha sekaligus pengelola Toko Lestari Rattan and Furniture telah memulai usahanya tersebut sejak tahun 1989. Bapak Ngatimin mendirikan usaha ini karena adanya keinginan untuk hidup mandiri, disertai kemampuan dan pengalaman di bidang usaha rotan yang diperoleh Bapak Ngatimin dari usaha rotan milik orang tuanya sendiri.

Bapak Ngatimin telah mengalami masa-masa pasang surut dalam menjalankan dan mengembangkan Toko Lestari Rattan and Furniture. Untuk mempertahankan dan mengembangkan Toko Lestari, Bapak Ngatimin membutuhkan strategi usaha yang tepat. Dibutuhkan alat analisis untuk membantu Bapak Ngatimin membuat strategi usaha yang tepat dalam menghadapi persaingan usaha baik antara usaha sejenis (usaha furniture dan kerajinan rotan), usaha barang-barang substitusi seperti furniture kayu, furniture plastik, maupun furniture dengan bahan baku eceng gondok atau bambu, dan pendatang baru di bidang usaha rotan salah satunya adalah Analisis SWOT.

Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Treath), merupakan sebuah analisis yang menilai lingkungan internal perusahaan {Strength (kekuatan) dan Weakness (kelemahan)}, serta lingkungan eksternal {Opportunity (peluang) dan Treath (ancaman)}. Hasil penilaian tersebut akan didapatkan informasi


(15)

seputar perusahaan, dan dengan informasi tersebut perusahaan akan dapat membuat strategi yang tepat guna, untuk memenangkan persaingan.

Pada penelitian ini penulis ingin meneliti penerapan analisis SWOT pada UKM (Usaha Kecil Menengah), yaitu pada Toko Lestari Rattan and Furniture. Toko Lestari diharapkan mampu “membaca” lingkungan internal dan juga lingkungan eksternalnya agar dapat bersaing sehat dengan usaha sejenis, usaha barang-barang subtitusi, usaha pendatang baru, bahkan dengan usaha besar dan dapat menghadapi tantangan-tantangan usaha saat ini menyangkut ketersediaan bahan baku rotan yang berkurang dikarenakan penyelundupan bahan mentah, adanya kebijakan pemerintah mengenai ekspor rotan mentah dan masuknya furniture rotan impor dari China dan Vietnam dengan harga yang lebih murah dan kualitas yang baik.

Di tengah kendala-kendala yang muncul inilah Toko Lestari membutuhkan analisis SWOT guna mendapatkan strategi yang tepat dalam menjalankan usahanya dan dapat memenangkan persaingan baik persaingan antara usaha sejenis (usaha furniture dan kerajinan rotan), usaha barang-barang substitusi seperti furniture kayu, furniture plastik, maupun furniture dengan bahan baku eceng gondok atau bambu, dan pendatang baru di bidang usaha rotan di sekitar jalan Gatot Subroto. Diharapkan strategi yang dihasilkan dari analisis SWOT tersebut dapat membuat Bapak Ngatimin mampu menghadapi tantangan-tantangan usaha rotan saat ini dan mampu bersaing dalam lingkungan industri furniture di Kota Medan.


(16)

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : “Analisis SWOT pada Toko Lestari Rattan and Furniture Jl. Gatot Subroto No. 457 Medan.”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut : “Apakah analisis SWOT yang dilakukan oleh Bapak Ngatimin selama ini sudah tepat untuk Toko Lestari Rattan and Furniture ?”

C. Kerangka Konseptual

Perencanaan strategis bukan merupakan hasil atau keluaran melainkan suatu proses yang terus berlangsung. Pemikiran strategis tidak memiliki titik akhir, dan akibatnya proses perencanaan berlangsung terus menerus. Salah satu dari proses manajemen strategis adalah mengenali lingkungan internal perusahaan (Strenght-Weakness) dan lingkungan eksternal perusahaan (Opportunity-Threat) (Zimmerer, 2002 : 37).

Wirausahawan menilai kekuatan (Strenght) dan kelemahan (Weakness) perusahaan. Membangun strategi bersaing yang berhasil, mengharuskan perusahaan untuk memperbesar kekuatan untuk mengatasi kelemahannya. Setelah mendaftarkan inventori internal mengenai kekuatan dan kelemahannya, mereka kemudian beralih kelingkungan eksternal untuk mengidentifikasi peluang (Opportunity) dan ancaman (Threat) apa saja yang kiranya membawa dampak yang nyata terhadap bisnis (Zimmerer, 2002 : 42-43).


(17)

Analisis lingkungan internal (Strength-Weakness) dan lingkungan eksternal (Opportunity-Threat) perusahaan (Analisis SWOT) adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan (Rangkuti, 2002).

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual Penelitian

Sumber : Rangkuti (2002) dan Zimmerer (2002 : 37-43) diolah

D. Hipotesis

Hipotesis atau jawaban sementara atas permasalahan yang dikemukakan adalah sebagai berikut : “Analisis SWOT yang dilakukan oleh Bapak Ngatimin selama ini sudah tepat untuk Toko Lestari Rattan and Furiture”

Strength (Kekuatan)

Weakness (Kelemahan)

Opportunity (Peluang)

Threat (Ancaman)

Strategi Perusahaan


(18)

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

“Untuk mengetahui apakah analisis SWOT yang telah dilakukan oleh Bapak Ngatimin pada Toko Lestari Rattan and Furniture selama ini sudah tepat untuk Toko Lestari Rattan and Furniture”.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : a. Bagi Objek Penelitian (Toko Lestari Rattan and Furniture)

Penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran berupa saran pada Bapak Ngatimin sebagai pemilik toko untuk mengetahui apakah analisis SWOT yang dilakukan oleh Bapak Ngatimin selama ini sudah tepat untuk Toko Lestari Rattan and Furniture.

b. Bagi Penulis

Memperluas wawasan penulis, khususnya pengetahuan di bidang manajemen strategi khususnya SWOT, dan menguji kemampuan berfikir penulis, melalui karya ilmiah dan mencoba menerapkan teori-teori yang penulis peroleh di bangku perkuliahan dengan membandingkannya pada kegiatan ekonomi yang terjadi di masyarakat.

c. Bagi Pihak Lain

Penelitian ini dapat menjadi bahan referensi bagi penelitian selanjutnya, serta dapat menjadi bahan pembanding dalam


(19)

melakukan penelitian di masa datang, khususnya penelitian mengenai analisis SWOT di lokasi yang berbeda.

F. Metode Penelitian

1. Batasan dan Identifikasi Penelitian a. Batasan Penelitian

Penelitian ini dibatasi pada Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Treath) pada Toko Lestari Rattan and Furniture, agar menghindari kesimpang siuran dalam membahas dan menganalisis permasalahan.

b. Identifikasi Penelitian Analisis SWOT

1. Strength (Kekuatan)

Merupakan faktor-faktor internal positif yang dimiliki Toko Lestari dan mempunyai peran terhadap kemampuan Toko Lestari Rattan and Furniture untuk mencapai tujuannya.

2. Weakness (Kelemahan)

Merupakan faktor-faktor internal negatif yang dimiliki Toko Lestari dan mampu merintangi kemampuan Toko Lestari Rattan and Furniture untuk mencapai tujuannya.

3. Opportunity (Peluang)

Merupakan faktor-faktor eksternal positif yang dapat dimanfaatkan oleh Toko Lestari Rattan and Furniture untuk mencapai tujuannya.


(20)

4. Treath (Ancaman)

Merupakan faktor-faktor eksternal negatif yang dapat merintangi kemampuan Toko Lestari Rattan and Furniture untuk mencapai tujuannya.

2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Toko Lestari Rattan and Furniture, yang berlokasi di Jl. Gatot Subroto No. 457 Medan. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Februari-Mei 2009.

3. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan dua jenis sumber data, yaitu :

a. Data Primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari objek penelitian, yaitu Toko Lestari Rattan and Furniture. Data primer ini diperoleh dengan wawancara (interview) dan observasi.

b. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui studi dokumentasi, baik dari buku-buku referensi,skripsi dan situs internet yang dapat mendukung penelitian ini.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah :

a. Pengamatan (Observation), yaitu dengan melakukan pengamatan langsung terhadap kegiatan operasional pada Toko Lestari Rattan and Furniture untuk memperoleh data atau informasi yang diperlukan dalam penelitian ini.

b. Wawancara (Interview), yaitu melakukan tanya-jawab langsung dengan pihak-pihak yang penulis rasa mampu memberikan data yang


(21)

dibutuhkan untuk penelitian ini seperti pemilik, karyawan dan konsumen Toko Lestari Rattan and Furniture.

c. Studi Dokumentasi, yaitu dengan cara mengumpulkan data dari beberapa sumber data dan informasi seperti buku-buku, informasi dari internet, dan skripsi untuk digunakan sebagai bahan acuan dan data pendukung yang berkaitan dengan penelitian ini.

5. Metode Analisis Data

Setelah memperoleh data hasil riset, dianalisis sehingga dapat diperoleh kesimpulan. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Deskriptif Kualitatif. Analisis Deskriptif Kualitatif adalah metode analisis yang mencari hubungan secara menyeluruh dan teliti dari suatu keadaan. Dalam hal ini data aktual dikumpulkan, disusun, diklasifikasikan, dan dianalisis untuk kemudian diinterpretasikan yang memungkinkan dilakukan pemecahan masalah yang diselidiki, sehingga memberikan gambaran dan informasi mengenai masalah tersebut.

Penulis akan meneliti SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Treath) dari Toko Lestari Rattan and Furniture untuk melihat apakah analisis SWOT yang dilakukan oleh Bapak Ngatimin selama ini sudah tepat untuk Toko Lestari Rattan and Furniture, dengan melihat faktor-faktor apa saja yang menjadi Strength (Kekuatan), Weakness (Kelemahan), Opportunity (Peluang), dan Treath (Ancaman) bagi Toko Lestari Rattan and Furniture dengan menggunakan Matriks SWOT.


(22)

BAB II

URAIAN TEORITIS

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang menjadi ide awal dari skripsi yang disusun adalah penelitian yang dilakukan oleh Budi Santoso (2005), yang melihat Analisis SWOT pada PT. Bank BCA Medan Dalam Meningkatkan Daya Saing, dan penelitian yang dilakukan oleh Ricka Alamia Zulmaida (2006) yang melihat Analisis SWOT Pada Warung Bang Man di Kawasan Warung Kopi Harapan.

Dua penelitian di atas, menyimpulkan bahwa analisis SWOT sangat penting bagi suatu perusahaan. Analisis SWOT akan membantu perusahaan untuk merancang strategi yang tepat bagi perusahaan untuk memenangkan persaingan dalam dunia bisnis.

Strategi yang dihasilkan dengan analisis SWOT, membuat penulis tertarik melakukan penelitian lanjutan tentang analisis SWOT pada UKM. Penulis mencoba untuk melihat pengaruh analisis SWOT pada UKM (Usaha Kecil Menengah) yaitu Toko Lestari Rattan and Furniture.

Analisis SWOT akan membantu sebuah perusahaan mengenal lingkungan internal dan lingkungan eksternal perusahaannya, karena SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Treath) merupakan hasil riset dari kedua lingkungan tersebut. Dengan demikian perusahaan akan mampu menerapkan strategi yang tepat untuk mencapai tujuan perusahaan.


(23)

B. Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai factor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang bertujuan untuk memaksimalkan kekuatan (Strength) yang dimiliki dan mengeksploitasi peluang (Opportunity) yang ada, namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weakness) dan ancaman (Treath) yang membahayakan posisi perusahaan di pasar, dalam rangka mempertinggi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan dan memperoleh laba.

Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan perkembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencana strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini. Hal ini disebut dengan Analisis Situasi. Model yang paling popular untuk analisis situasi adalah Analisis SWOT.

Penelitian menunjukkan bahwa kinerja perusahaan dapat ditentukan oleh kombinasi faktor internal dan eksternal. Kedua faktor tersebut harus dipertimbangkan dalam analisis SWOT. Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal Peluang (Opportunity) dan Ancaman (Treath) dengan faktor internal Kekuatan (Strength) dan Kelemahan (Weakness).


(24)

Gambar 2.1 Skema Proses Analisis SWOT Sumber : Rangkuti (2002 : 19)

Kuadran 1 : Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan tersebut memiliki kekuatan dan peluang, sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (Growth Oriented Strategy).

Kuadran 2 : Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus ditetapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi (produk/pasar).

Kuadran 3 : Perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi di lain pihak, ia menghadapi beberapa kendala atau kelemahan internal. Kondisi bisnis pada kuadran 3 ini mirip dengan Question Mark pada BCG matrik. Fokus strategi

Berbagai Peluang

Berbagai Ancaman

Kekuatan Internal Kelemahan Internal

3. Mendukung strategi Turn-around

1. Mendukungstrategi agresif

2. Mendukung strategi diversifikasi 4. Mendukung strategi


(25)

perusahaan ini adalah meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan, sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik.

Kuadran 4 : Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, perusahaan tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal.

Melalui analisis SWOT, perusahaan dapat melihat evaluasi keseluruhan terhadap kekuatan (Strength), kelemahan (Weakness), peluang (Opportunity), dan ancaman (Treath). Tujuan fundamental analisis SWOT adalah untuk mengidentifikasikan trend, kekuatan dan kondisi yang memiliki dampak potensial pada formulasi dan implementasi strategi pemasaran perusahaan. Ini merupakan langkah paling penting atas dasar dua alasan. Pertama, setiap perubahan dalam lingkungan eksternal bisa menimbulkan dampak serius pada pasar-pasar sebuah perusahaan. Dengan mengantisipasi dan melakukan tindakan, perusahaan akan mampu mengambil manfaat dari perubahaan-perubahaan ini. Kedua, langkah ini memberikan peluang untuk menyusun aspek-aspek terpenting untuk dievaluasi.

C. Matriks SWOT

Matriks SWOT merupakan suatu teknik analisis yang dikembangkan untuk membantu para perencana strategi dalam proses pembuatan strategi. Teknik ini menggambarkan SWOT menjadi suatu matriks dan kemudian diidentifikasikan semua aspek dalam SWOT .


(26)

Tabel 2.1 Matriks SWOT

IFAS

EFAS

Strenght (S) Tentukan 5-10 faktor kekuatan internal

Weakness (W) Tentukan 5-10 faktor kelemahan internal

Opportunities (O) Tentukan 5-10 faktor peluang eksternal

a. Strategi SO

Ciptakan strategi yang menggunakan

kekuatan untuk memanfaatkan peluang

b. Strategi WO

Ciptakan strategi yang meminimalkan

kelemahan untuk memanfaatkan peluang Treath (T)

Tentukan 5-10 faktor ancaman eksternal

c. Strategi ST

Ciptakan strategi yang menggunakan

kekuatan untuk mengatasi ancaman

d. Strategi WT

Ciptakan strategi yang meminimalkan

kelemahan dan menghindari ancaman

IFAS : Internal Strategic Factor Analysis Summary EFAS : External Startegic Factor Analysis Summary Sumber : Rangkuti (2002 : 31)

Penjelasan Tabel :

a. Strategi SO, strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.

b. Strategi WO, strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.

c. Strategi ST, ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman.


(27)

d. Strategi WT, strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.

D. Lingkungan Eksternal

Gambar 2.2 Lingkungan Eksternal Sumber : Hitt (2001 : 50)

Lingkungan Eksternal perusahaan dibagi dalam tiga wilayah utama, yaitu :

1. Lingkungan Umum

Lingkungan Umum adalah sekumpulan elemen-elemen dalam masyarakat yang lebih luas yang mempengaruhi suatu industri dan perusahaan-perusahaan

Ekonomi

Sosiokultural

Global

Teknologi Lingkungan

Industri : Ancaman dari pelaku bisnis

baru, kekuasaan suplier, kekuasaan pembeli, produk

pengganti, intensitas persaingan Lingkungan

Pesaing Demografis


(28)

yang ada di dalamnya (Hitt, 2001 : 50). Elemen-elemen tersebut dikelompokkan ke dalam enam segmen lingkungan, yaitu:

a. Segmen Demografis, berkaitan dengan ukuran populasi, struktur usia, distribusi geografis, bauran etnis, dan distribusi pendapatan.

b. Segmen Ekonomi, merujuk ke hakikat dan arah ekonomi di mana suatu perusahaan bersaing atau akan bersaing.

c. Segmen Politik/Hukum, suatu arena di mana organisasi dan kelompok-kelompok yang berkepentingan bersaing untuk sumber daya yang diinginkan, dan terdapat pengawasan terhadap badan-badan hukum dan undang-undang yang mengatur interaksi di antara bangsa-bangsa.

d. Segmen Sosiokultural, berkaitan dengan sikap-sikap dan nilai cultural suatu masyarakat.

e. Segmen Teknologi, meliputi institusi-institusi dan aktivitas-aktivitas yang terlibat dalam menciptakan pengetahuan baru dan menerjemahkan pengetahuan itu ke output, produk, dan materi-materi baru.

f. Segmen Global, meliputi pasar global baru yang relevan, pasar global yang sedang berubah, peristiwa-peristiwa politik internasional yang penting, dan karakteristik kultural dan institusional yang menentukan pasar global.

2. Lingkungan Industri

Lingkungan Industri adalah serangkaian faktor-faktor–ancaman dari pelaku bisnis baru, supplier, pembeli, produk pengganti, dan intensitas persaingan di antara para pesaing–yang secara langsung mempengaruhi perusahaan dan tindakan dan tanggapan kompetitifnya. Secara keseluruhan,


(29)

interaksi di antara lima faktor ini menempatkan suatu posisi dalam suatu industri, di mana perusahaan dapat secara menguntungkan mempengaruhi faktor-faktor itu, atau di mana perusahaan itu dapat dengan sukses mempertahankan diri dari pengaruh-pengaruh mereka. Semakin besar kapasitas perusahaan untuk lebih mempengaruhi lingkungan industri, semakin besar kemungkinan perusahaan untuk menghasilkan laba di atas rata-rata (Hitt, 2001 : 50-52).

Gambar 2.3 Model Lima Kekuatan Persaingan yang Menentukan Profitabilitas Industri

Sumber : R. David (2006 : 131)

3. Lingkungan Pesaing

Lingkungan Pesaing memusatkan perhatiannya pada setiap perusahaan yang bersaing secara langsung dengan sebuah perusahaan. Analisis pesaing dilakukan dengan penuh semangat oleh perusahaan-perusahaan yang bersaing dalam sebuah industri dengan hanya sedikit perusahaan yang memiliki kapabilitas yang relatif seimbang (Hitt, 2001 : 83).

Kemungkinan masuknya pesaing baru

Potensi pengembangan produk subtitusi

Kekuatan tawar-menawar

pembeli Kekuatan

tawar-menawar penjual/pemasok

Persaingan antar perusahaan


(30)

E. Lingkungan Internal

Lingkungan Internal terdiri dari tiga aspek-aspek internal, yaitu : 1. Sumber Daya

Sumber daya adalah input-input dalam proses produksi perusahaan, seperti misalnya peralatan modal, keahlian pegawai individual, hak paten, keuangan, dan manajer yang berpengalaman (Hitt, 2001 : 23). Sumber daya dapat berwujud, sementara sebagian sumber daya lainnya tidak berwujud : a. Sumber daya berwujud (tangible assets) adalah aktiva-aktiva yang dapat

dilihat dan dapat diukur (Hitt, 2001 : 110). Sumber daya berwujud terdiri atas empat jenis, yaitu :

1. Sumber daya Keuangan, yaitu kapasitas perusahaan untuk meminjam dan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan dana internal.

2. Sumber daya Organisasi, yaitu struktur pelaporan formal perusahaan dan perencanaan formalnya, sistem control dan sistem koordinasi.

3. Sumber daya Fisik, yaitu kecanggihan, lokasi pabrik, peralatan perusahaan dan akses ke bahan mentah.

4. Sumber daya Teknologi, yaitu persediaan teknologi, seperti hak paten, hak cipta, merek dagang dan rahasia dagang.

b. Sumber daya tidak berwujud (intangible assets) adalah aktiva-aktiva yang berurat akar dalam sejarah perusahaan dan telah terakumulasi sepanjang waktu (Hitt, 2001 : 111). Sumber daya tidak berwujud terdiri atas tiga jenis, yaitu :


(31)

1. Sumber daya Manusia, yaitu ilmu pengetahuan, kepercayaan, kapabilitas manajerial dan rutin organisasi.

2. Sumber daya Inovasi, yaitu gagasan, kapabilitas saintifik dan kapasitas untuk melakukan inovasi.

3. Sumber daya Reputasi, yaitu reputasi dengan para pelanggan, nama merek, persepsi terhadap kualitas, daya tahan, reliabilitas produk dan reputasi dengan para supplier.

2. Kapabilitas

Kapabilitas adalah kapasitas perusahaan untuk menggunakan sumber daya yang diintegrasikan dengan tujuan untuk mencapai tujuan akhir yang diinginkan (Hitt, 2001 : 112). Perusahaan harus menciptakan dan mengeksploitasi peluang-peluang eksternal dan mengembangkan keunggulan dengan daya tahan yang baik ketika digunakan dengan wawasan dan ketangkasan. Dengan kapabilitas suatu perusahaan mampu menciptakan dan mengeksploitasi peluang-peluang eksternal dan keunggulan tersebut.

3. Kompetensi Inti

Kompetensi inti adalah sumber daya dan kapabilitas yang menjadi sumber keunggulan kompetitif bagi perusahaan, melebihi para pesaingnya. Kompetensi inti membedakan perusahaan secara kompetitif dan merefleksikan kepribadiannya.

Tidak semua sumber daya dan kapabilitas perusahaan adalah aktiva-aktiva strategis, yaitu aktiva-aktiva-aktiva-aktiva yang memiliki nilai kompetitif dan berpotensi untuk menjadi sumber keunggulan kompetitif. Sebagian sumber daya dan kapabilitas mungkin tidak kompeten, karena mewakili area-area


(32)

kompetitif perusahaan yang lemah dibandingkan dengan para pesaingnya sehingga dapat menghambat atau mencegah pengembangan kompetensi inti perusahaan.

F. SWOT

1. Strength (Kekuatan)

Strength (kekuatan) adalah faktor-faktor internal positif yang berperan terhadap kemampuan perusahaan untuk mencapai misi, cita-cita dan tujuan organisasi (Zimmerer, 2002 : 42).

Defenisi di atas menunjukkan bahwa perusahaan memiliki faktor-faktor yang dapat membantu perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan. Faktor-faktor ini harus benar-benar diketahui oleh perusahaan, agar tidak salah dalam merancang strategi untuk mencapai visi perusahaan.

Faktor-faktor Strengths (Kekuatan) yang dimiliki Toko Lestari Rattan and Furniture adalah sebagai berikut :

a. Lokasi usaha yang strategis

b. Jenis atau desain furniture dan produk dari rotan lainnya yang beraneka ragam.

c. Produk yang dihasilkan berkualitas dan mampu bersaing dengan produk usaha sejenis.

d. Menerima layanan perbaikan rotan.

e. Kerjasama dan komunikasi yang baik dengan karyawan yang berkerja di Toko Lestari Rattan and Furniture.


(33)

2. Weakness (Kelemahan)

Weakness (kelemahan) adalah factor-faktor internal negatif yang merintangi kemampuan perusahaan untuk mencapai misi, cita-cita, dan tujuan (Zimmerer, 2002 : 42).

Weakness (kelemahan) sebuah perusahaan hendaknya dapat di minimalisir, karena bila kelemahan itu lebih dominan dari kekuatan maka perusahaan tidak akan dapat bertahan dalam persaingan bisnis. Dengan kata lain perusahaan harus mampu mengidentifikasikan kelemahannya sedini mungkin, agar dapat meminimalkan kelemahan tersebut dan memaksimalkan kekuatan yang dimiliki.

Faktor-faktor Weaknesses (Kelemahan) Toko Lestari Rattan and Furniture adalah sebagai berikut :

a. Sistem penjualan hanya dengan menunggu konsumen datang atau menunggu pesanan dari pelanggan.

b. Kurangnya tenaga ahli yang kompeten

c. Beberapa jenis produk dari rotan yaitu keranjang buah, hulahop dan keranjang parsel masih membeli dari usaha sejenis lainnya.

d. Tidak menyediakan layanan antar untuk furniture rotan yang dibeli oleh konsumen.

e. Tidak memiliki laporan keuangan yang sistematis. 3. Opportunity (Peluang)

Opportunity (Peluang) adalah opsi-opsi eksternal positif yang dapat dimanfaatkan oleh suatu bisnis untuk mencapai misi, cita-cita dan tujuannya (Zimmerer, 2002 : 42).


(34)

Opportunity (Peluang) merupaka lingkungan eksternal perusahaan, sehingga perusahaan tidak dapat menghilangkan atau menciptakan suatu peluang. Perusahaan hanya dapat mencari informasi mengenai peluang yang ada di pasar. Perusahaan yang pandai melihat dan memanfaatkan peluang akan memenangkan persaingan dalam dunia bisnis. Oleh sebab itu, setiap perusahaan hendaknya memiliki informasi yang akurat dan actual mengenai perkembangan dunia bisnis.

Faktor-faktor Opportunities (Peluang) Toko Lestari Rattan and Furniture adalah sebagai berikut :

a. Menambah jenis atau model furniture dan produk dari rotan lainnya. b. Membuka usaha sejenis di lokasi lainnya.

c. Mendapatkan kredit kembali dari bank-bank yang memberikan kredit pada UKM.

d. Mendapatkan konsumen baru yang berpotensi menjadi pelanggan yang loyal.

e. Penggunaan teknologi untuk meningkatkan penjualan. 4. Treath (Ancaman)

Treath (Ancaman) adalah kekuatan-kekuatan eksternal negatif yang merintangi kemampuan perusahaan untuk mencapai misi, cita-cita, dan tujuan (Zimmerer, 2002 : 44).

Setiap perusahaan akan menghindari ancaman yang ada, karena ancaman merupakan hal yang dapat menggagalkan tujuan perusahaan. Dengan kata lain setiap perusahaan akan berusaha dan bahkan mungkin menghilangkan ancaman. Akan tetapi, ancaman dalam bisnis tidak dapt dihilangkan dan juga


(35)

tidak dapat dihindari. Ancaman hanya dapat diminimalkan dengan kekuatan (Strength) yang dimiliki perusahaan. Perusahaan yang mampu menghadapi ancaman dan dapat bertahan, maka akan menjadi pemenang dalam persaingan bisnis.

Faktor-faktor Treaths (Ancaman) Toko Lestari Rattan and Furniture adalah sebagai berikut :

a. Pelaku bisnis baru pada usaha sejenis.

b. Kehilangan pelanggan karena berpindah kepada pesaing. c. Persaingan harga antara usaha sejenis.

d. Kelangkaan bahan baku. e. Adanya sales rotan door to door

G. Rotan

Rotan adalah palem memanjat berduri yang terdapat di daerah tropis dan subtropis Benua Lama. Rotan merupakan hasil hutan terpenting setelah kayu di sebagian besar Asia Tenggara. Tumbuhan ini dimanfaatkan secara komersil sebagai sumber rotan batang untuk industri mebel rotan, karena kekuatan, kelenturan dan keseragamannya.

Tumbuhan ini mempunyai nilai sosial yang besar sebagai sumber penghasilan bagi sebagian besar daerah di Asia Tenggara. Jauh sebelum orang Portugis membawa perdagangan rotan ke Eropa dengan terbukanya Asia Timur, rotan begitu berharga bagi kehidupan desa sehingga orang dapat menyebutnya sebagai perdapan rotan di Asia Tenggara.


(36)

Batang rotan biasanya langsing dengan diameter 2-5cm, beruas-ruas panjang, tidak berongga, dan banyak yang dilindungi oleh duri-duri panjang, keras, dan tajam. Duri ini berfungsi sebagai alat pertahanan diri dari herbivora, sekaligus membantu pemanjatan, karena rotan tidak dilengkapi dengan sulur. Suatu batang rotan dapat mencapai panjang ratusan meter. Batang rotan mengeluarkan air jika ditebas dan dapat digunakan sebagai cara bertahan hidup di alam bebas.

Sebagian besar rotan berasal dari hutan di Indonesia, seperti Sumatra, Jawa, Borneo, Sulawesi, dan Nusa Tenggara. Indonesia memasok 70% kebutuhan rotan dunia, dengan Cirebon sebagai sentra industri kerajinan dan mebel rotan terbesar di Indonesia. Sisa pasar diisi dari Malaysia, Filipina, China, Sri Lanka, dan Bangladesh.

Kualitas rotan ditentukan oleh bagaimana berat jenis, kelenturan, warna dan penampilan buku-buku dan permukaan batang. Rotan yang baik memiliki berat jenis bahan yang lebih tinggi, kelenturannya tinggi sehingga apabila dibengkokkan akan segera kembali dan warna kulit rotan yang putih.

Rotan yang umum dipergunakan dalam industri tidak terlalu banyak. Beberapa jenis rotan yang paling umum diperdagangkan adalah Manau, Batang, Tohiti, Mandola, Tabu-Tabu, Suti, Sega, Lambang, Blubuk, Jawa, Pahit, Kubu, Lacak, Slimit, Cacing, Semambu, serta Pulut.

Setelah dibersihkan dari pelepah yang berduri, rotan mentah harus diawetkan agar terlindung dari jamur. Secara garis besar terdapat dua proses pengolahan bahan baku rotan, yaitu pemasakan dengan minyak tanah untuk rotan


(37)

berukuran sedang /besar dan pengasapan dengan belerang untuk rotan berukuran kecil.

Pemanfaatan rotan terutama adalah sebagai bahan baku mebel, misalnya kursi, meja tamu, serta rak buku. Rotan memiliki beberapa keunggulan daripada kayu, seperti ringan, kuat, elastis / mudah dibentuk, serta murah. Kelemahan utama rotan adalah gampang terkena kutu bubuk "Pin Hole".

Batang rotan juga dapat dibuat sebagai tongkat penyangga berjalan dan senjata. Berbagai perguruan pencak silat mengajarkan cara bertarung menggunakan batang rotan. Di beberapa tempat di Asia Tenggara, rotan dipakai sebagai alat pemukul dalam hukuman cambuk rotan bagi pelaku tindakan kriminal tertentu.

Beberapa rotan mengeluarkan getah (resin) dari tangkai bunganya. Getah ini berwarna merah dan dikenal di perdagangan sebagai dragon's blood (darah naga). Resin ini dipakai untuk mewarnai biola atau sebagai meni. Sedangkan masyarakat suku Dayak di Kalimantan Tengah memanfaatkan batang rotan muda sebagai komponen sayuran (www.wikipedia.com).

Penelitian untuk meningkatkan pengetahuan tentang pentingnya rotan dan kesadaran bahwa budi daya rotan mempunyai potensi yang nyata terjadi dalam dua dasawarsa terakhir. Inovasi rotan pun terus berkembang,baik dari segi penggunaan bahan baku rotan, tren design mebel, dan manfaat-manfaat lainnya.


(38)

BAB III

GAMBARAN UMUM TOKO LESTARI

RATTAN AND FURNITURE

A. Sejarah Singkat Toko Lestari Rattan and Furniture

Toko Lestari Rattan and Furniture didirikan oleh Bapak Ngatimin pada

tahun 1989. Pada awal membuka usaha Bapak Ngatimin menyewa sebuah rumah sederhana sebagai tempat ia menjual produk-produk dari rotan. Awalnya Bapak Ngatimin masih mengambil atau memesan produk rotan dari usaha yang memproduksi barang-barang dari rotan untuk dijual kembali di Toko Lestari Rattan and Furniture.

Pada tahun 1990 Bapak Ngatimin mulai memproduksi produk-produk dari rotan sendiri dengan pada awalnya masih memperkerjakan 5 (lima) orang tenaga kerja. Orang tua dari Bapak Ngatimin juga memiliki usaha rotan dengan nama usaha Rosma Rotan, sehingga pada awal mendirikan usaha, Bapak Ngatimin memiliki pengalaman yang cukup baik dalam bidang usaha rotan.

Gambar 3.1 Toko Lestari Rattan and Furniture Sumber : Hasil penelitian, 2009 (data diolah)


(39)

Pada awal kegiatan pengoperasiannya konsumen yang datang untuk membeli barang-barang dari rotan belum banyak dan sudah terdapat usaha sejenis di sepanjang jalan Gatot Subroto tersebut, sehingga keuntungan yang didapat oleh Bapak Ngatimin tidak begitu banyak. Apalagi Bapak Ngatimin harus membiayai kegiatan operasional Toko Lestari dan membiayai keluarganya.

Bapak Ngatimin tetap yakin dengan usaha yang ia jalankan akan berhasil. Kendala-kendala yang dihadapinya tidak menjadikan Bapak Ngatimin patah semangat dalam mengelola usahanya tersebut. Terbukti pada tahun kedua, Bapak Ngatimin mulai merasakan keuntungan dari Toko Lestari Rattan and Furniture. Saat ini Bapak Ngatimin mampu menyewa sebuah rumah toko (ruko) tak jauh dari rumah yang disewanya pada awal mendirikan usaha dan memiliki pelanggan tetap yang membeli furniture baik untuk digunakan sendiri oleh konsumen tersebut maupun memesan beberapa jenis furniture untuk dijual kembali di luar kota medan.

B. Kegiatan Operasional Toko Lestari Rattan and Furniture

Toko Lestari Rattan and Furniture buka dari hari Senin sampai hari Minggu. Bapak Ngatimin menutup usahanya jika memiliki acara keluarga dan pada hari libur Islam. Aktivitas berjualan dimulai pada pukul 07.30-22.00 WIB setiap harinya. Bapak Ngatimin memperkerjakan 6 (enam) orang tenaga kerja untuk membuat furniture dari rotan, namun menjelang bulan Ramadhan, Bapak Ngatimin menambah 3 (tiga) orang tenaga kerja. Tiga orang tenaga kerja ini biasa disebut tenaga kerja musiman. Tenaga kerja musiman tersebut mendapatkan upah


(40)

sebesar Rp. 3.000,00 (Tiga ribu rupiah) untuk setiap satu keranjang parsel yang mereka buat.

Penambahan tenaga kerja dilakukan khusus untuk membuat keranjang parsel, karena biasanya pada bulan Ramadhan permintaan konsumen terhadap keranjang parsel meningkat. Selain 6 (enam) orang tenaga kerja tersebut, istri dan anak sulung Bapak Ngatimin juga ikut membantu dalam aktivitas usaha Toko Lestari, yaitu Ibu Rosmawati dan Kartika Sari. Istri dan anak Bapak Ngatimin tersebut biasanya membantu dalam hal melayani pembeli yang datang ke Toko Lestari.

Gambar 3.2 Kegiatan Operasional di Toko Lestari Rattan and Furniture Sumber : Hasil penelitian, 2009 (data diolah)

Kegiatan Bapak Ngatimin di Toko Lestari sendiri adalah memantau pekerjaan para karyawan ketika membuat furniture dan barang-barang dari rotan, membeli bahan baku utama yaitu rotan dan bahan baku pendukung kegiatan produksi di Toko Lestari dan menerima pesanan furniture pelanggan dari luar kota Medan.

Pada Toko Lestari Rattan and Furniture jenis rotan yang sering digunakan adalah jenis Manau, Semambu Keling, Semambu Putih, Tabu-Tabu, Sega, Cacing dan Pitrik. Tiap-tiap jenis rotan mempunyai fungsi yang


(41)

berbeda-beda. Rotan jenis Manau merupakan jenis rotan yang memiliki kualitas paling baik menurut Bapak Ngatimin, sehingga harganya lebih mahal dari jenis rotan lainnya. Manau digunakan untuk membuat kursi tamu. Jenis rotan yang juga digunakan untuk membuat kursi tamu di Toko Lestari Rattan and Furniture adalah Semambu dan Tabu-Tabu, tentunya kualitasnya di bawah rotan jenis Manau. Sedangkan rotan jenis Sega digunakan untuk membuat jeruji sebagai alas busa di kursi tamu, rotan jenis Cacing digunakan untuk membuat keranjang dan rotan jenis Pitrik digunakan untuk membuat anyaman.

Bapak Ngatimin biasanya membeli bahan baku pada pemasok bahan baku langganannya yaitu toko Mulia Jaya dan toko Timur Jaya. Toko Mulia Jaya yang terdapat di jalan Ampera I Pondok Kelapa merupakan tempat Bapak Ngatimin membeli bahan baku rotan jenis Manau, Semambu keling, semambu putih, Sega dan Cacing. Toko Mulia Jaya menjual rotan per batang dengan harga sebesar Rp. 8.500,00 (Delapan ribu lima ratus rupiah)/batang untuk jenis rotan Manau, Rp. 7.000,00 (Tujuh ribu rupiah)/batang untuk jenis rotan Semambu keling dan Semambu putih dan Rp. 10.000,00 (Sepuluh ribu rupiah)/batang untuk jenis rotan Sega dan Cacing. Pada toko Timur Jaya, rotan dijual per bal dengan harga sebesar Rp. 1.200.000,00 (Satu juta dua ratus ribu rupiah)/bal untuk rotan jenis Pitrik, Rp. 600.000,00 (Enam ratus ribu rupiah)/bal untuk rotan jenis Manau dan Rp. 560.000,00 (Lima ratus enam puluh ribu rupiah)/bal untuk rotan jenis Tabu-Tabu. Bapak Ngatimin biasanya membeli 4 bal untuk rotan jenis Pitrik, 4 bal untuk jenis Manau dan 5 bal untuk jenis Tabu-Tabu. Harga bahan baku rotan di toko Timur Jaya lebih mahal karena kualitas bahan baku rotannya lebih baik dari pada di toko Mulia Jaya.


(42)

Bahan baku pendukung yang digunakan untuk kegiatan operasional di Toko Lestari Rattan and Furniture adalah paku 5 kg seharga Rp. 12.000,00 (Dua belas ribu rupiah)/kg, paku tembak 12 kotak seharga Rp. 20.000,00(Dua puluh ribu rupiah)/kotak, H2O Rp. 13.000,00(Tiga belas ribu rupiah)/liter dan air kaca Rp. 6.500,00 (Enam ribu lima ratus rupiah)/liter yang digunakan untuk proses pemutihan bahan baku rotan, tiner Rp. 8.000,00 (Delapan ribu rupiah)/liter dan cerlak Rp. 13.000,00 (Tiga belas ribu rupiah)/liter yang digunakan untuk mengilatkan furniture. Melamin dan cairan pengeras juga digunakan untuk mengilatkan furniture namun harganya lebih mahal yaitu Rp. 50.000,00 (Lima puluh ribu)/kg untuk melamin dan Rp. 10.000,00 (Sepuluh ribu rupiah) per botol kecil untuk cairan pengeras. Melamin dan cairan pengeras hanya digunakan apabila pelanggan menginginkan penggunaan melamin untuk mengilatkan furniture yang ia pesan.

Bapak Ngatimin berusaha untuk menjalin hubungan yang baik dengan konsumen dan pelanggannya dengan cara meningkatkan dan mempertahankan kualitas yang baik dari produk rotan yang dihasilkan di Toko Lestari Rattan and Furniture. Bapak Ngatimin yakin bahwa kualitas yang baik akan membuat konsumen percaya pada produk yang dihasilkan di Toko Lestari, sehingga konsumen menjadi loyal dan menjadi pelanggan tetap di Toko Lestari Rattan and Furniture. Hal ini terbukti dari banyaknya pelanggan yang tetap memesan furniture dari Toko Lestari untuk dijual kembali di luar kota Medan yaitu Pekanbaru, Tebing Tinggi, Bagan Batu, Sibolga, Balige, Rantau Prapat dan Kisaran.


(43)

Tabel 3.1

Toko Lestari Rattan and Furniture Laporan Rugi/Laba

Bulan Mei 2009 Penghasilan Pendapatan penjualan Total Penjualan Rp. 32.229.000,00 Rp. 32.229.000,00 Beban Usaha

1. Gaji karyawan

Rp. 250.000,00 @ 6 orang 2. Sewa gedung

Rp. 22.000.000,00/12 bulan 3. Sewa lahan

Rp. 8.000.000,00/12 bulan 4. Biaya bahan baku rotan 5. Biaya bahan baku pendukung 6. Biaya listrik

7. Biaya air

Total Biaya

Rp. 1.500.000,00

Rp. 1.833.000,00

Rp. 666.000,00 Rp. 13.000.000,00 Rp. 10.000.000,00 Rp. 130.000,00 Rp. 100.000,00

Rp. 27.229.000,00

Laba

Laba bersih

Rp. 5.000.000,00

Sumber : Toko Lestari Rattan and Furniture (data diolah)

Laba bersih Bapak Ngatimin dari Toko Lestari Rattan and Furniture per bulan rata-rata Rp. 5.000.000,00 (Lima juta rupiah). Sementara itu, pengeluaran Bapak Ngatimin perbulannya harus membayar pengeluaran berupa biaya listrik sebesar Rp. 130.000,00 (Seratus tiga puluh ribu rupiah), biaya air sebesar Rp. 100.000,00 (Seratus ribu rupiah). Sedangkan untuk gaji karyawan Bapak Ngatimin menggaji karyawannya sebesar Rp. 200.000,00 – Rp. 250.000,00 per


(44)

tergantung pada jumlah borongan yang diterima Toko Lestari Rattan and Furniture atau jumlah furniture rotan yang dapat dihasilkan oleh karyawan Bapak Ngatimin.

Rumah toko (ruko) yang saat ini disewa Bapak Ngatimin sebagai tempat usaha dan tempat tinggal keluarganya, disewa Bapak Ngatimin sebesar Rp. 22.000.000,00 (dua puluh dua juta rupiah) per tahunnya dan menyewa lahan dibelakang ruko tersebut sebesar Rp. 8.000.000,00 (delapan juta rupiah) per tahunnya. Lahan ini digunakan sebagai tempat memproduksi barang-barang dari rotan untuk dijual di Toko Lestari. Bapak Ngatimin menyewa ruko dan lahan tersebut sejak awal tahun 2008. Bapak Ngatimin memindahkan usahanya ke ruko yang sekarang selain karena tempatnya lebih besar juga karena pemilik rumah yang disewa Bapak Ngatimin sebelumnya hendak dijual oleh pemiliknya.

Pindahnya lokasi usaha Bapak Ngatimin merupakan keputusan tepat yang dibuat oleh Bapak Ngatimin, karena lokasi sebelumnya yang juga berada di jalan Gatot Subroto lebih kecil dari pada ruko yang digunakan saat ini dan masih berupa rumah kayu sederhana. Sedangkan ruko yang disewa Bapak Ngatimin saat ini berupa bangunan tiga lantai, di mana lantai satu digunakan untuk memajang produk-produk yang dihasilkan di Toko Lestari Rattan and Furniture dan lahan di bagian belakang lantai satu ruko tersebut digunakan sebagai tempat karyawan Bapak Ngatimin membuat furniture dan barang-barang dari rotan. Lantai dua dan lantai tiga ruko digunakan sebagai tempat tinggal dari keluarga Bapak Ngatimin sendiri.


(45)

Menurut Bapak Ngatimin usaha rotan yang ia jalani selama ini merupakan usaha yang sangat berperan besar bagi kehidupan Bapak Ngatimin dan keluarganya, karena Toko Lestari Rattan and Furniture hampir ± 20 tahun menghidupi Bapak Ngatimin dan keluarganya, walaupun kendala dalam usaha rotan selalu ada, namun Bapak Ngatimin tetap yakin dengan usahanya dan mampu menghadapi segala kendala usaha yang ada.

C. Struktur Organisasi Toko Lestari Rattan and Furniture

Struktur organisasi Toko Lestari Rattan and Furniture terdiri dari Bapak Ngatimin (sebagai pemilik), Ibu Rosmawati (istri Bapak Ngatimin), Kartika Sari (anak sulung Bapak Ngatimin) dan 6 (enam) orang karyawan. Struktur organisasi Toko Lestari dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 3.3 Struktur Organisasi Toko Lestari Rattan and Furniture Sumber : Toko Lestari Rattan and Furniture

Pemilik (Bapak Ngatimin)

Ibu Rosmawati

Karyawan

Kartika Sari


(46)

D. Daerah Pemasaran

Daerah pemasaran Toko Lestari Rattan and Furniture adalah Jln. Gatot Subroto dan sekitar kota Medan, Toko Lestari Rattan and Furniture juga menerima pesanan dari luar kota Medan yaitu dari Pekanbaru, Tebing Tinggi, Bagan Batu, Sibolga, Balige, Rantau Prapat dan Kisaran. Untuk pemesan dari luar kota biasanya untuk dijual kembali di kota-kota tersebut.

E. Pasar Sasaran

Pasar sasaran Toko Lestari Rattan and Furniture terdiri dari :

1. Masyarakat sekitar kota Medan

2. Distributor dari luar kota Medan

3. Usaha sejenis, biasanya terjadi ketika usaha tersebut tidak mampu memenuhi pesanan dengan jumlah yang besar atau kekurangan salah satu jenis furniture atau produk-produk dari rotan.

F. Produk Yang Ditawarkan

Produk yang ditawarkan di Toko Lestari Rattan and Furniture hampir sama dengan toko rotan lainnya, namun Toko Lestari lebih banyak memproduksi perangkat kursi tamu atau kursi teras selain membuat barang-barang dari rotan lainnya. Hal ini menurut Bapak Ngatimin lebih menguntungkan memproduksi perangkat kursi tamu dan kursi teras karena lebih diminati oleh konsumen, sedangkan untuk memproduksi furniture seperti lemari dan tempat tidur menurut Bapak Ngatimin biaya produksinya terlalu mahal, namun tidak menutup


(47)

kemungkinan untuk memproduksi lemari dan tempat tidur apabila ada pelanggan yang memesan furniture lemari atau tempat tidur.

Bapak Ngatimin tidak dapat memperkirakan kapan datangnya borongan dari pelanggannya, namun setiap tahunnya Bapak Ngatimin menerima pesanan yang ia sebut sebagai “Pesanan Tahunan” yaitu pesanan furniture rotan dari Pekanbaru. Pesanan tahunan ini terjadi pada saat mendekati Lebaran dan pesanan dapat mencapai Rp. 50.000.000,00 (Lima puluh juta rupiah).

Adapun produk-produk dari rotan yang ditawarkan di Toko Lestari Rattan and Furniture adalah sebagai berikut :

1. Kursi tamu / kursi teras 2. Sofa

3. Perangkat meja makan 4. Rak buku

5. Rak Dispenser

6. Sekat (pembatas ruangan) 7. Kursi malas

8. Hulahop

9. Kuda-kudaan (mainan anak) 10. Kursi goyang ati

11. Kursi goyang anyaman 12. Tudung saji

13. Bakul pakaian

14. Keranjang buah (ukuran kecil, sedang, besar)


(48)

Gambar 3.4 Furniture dan Produk-produk dari Rotan di Toko Lestari Sumber : Hasil penelitian, 2009 (data diolah)

G. Profil Bapak Ngatimin

Bapak Ngatimin lahir di Tebing Tinggi 50 tahun lalu tepatnya tanggal 1 Januari 1949. Bapak dari 3 (tiga) orang anak yaitu Kartika Sari, Najib Lutfi dan Siti Raudha ini menamatkan pendidikan hingga tingkat SMA (Sekolah Menengah Atas). Sebelum menikah dengan Ibu Rosmawati, Bapak Ngatimin adalah seorang karyawan di sebuah perusahaan swasta di kota Medan. Baru setelah menikah Bapak Ngatimin membuka usaha yang bergerak dalam bidang pembuatan dan penjualan furniture dan barang-barang dari rotan.


(49)

Pengalaman dalam bidang usaha rotan, Bapak Ngatimin dapat dari usaha rotan milik orang tuanya yaitu Toko Rosma Rotan. Bapak Ngatimin membuka usaha rotan sendiri dengan tujuan ingin mandiri tanpa menyusahkan orang tuanya. Modal awal Bapak Ngatimin peroleh dari tabungannya selama menjadi karyawan di perusahaan swasta dan bantuan pinjaman dari orang tuanya. Dukungan penuh dari orang tua dan istri Bapak Ngatimin membuat Bapak Ngatimin semakin giat dan bersemangat dalam mengelola Toko Lestari Rattan and Furniture tersebut. Bapak Ngatimin juga pernah mendapatkan kredit dari Bank BRI sebesar Rp. 50.000.000,00 (Lima puluh juta rupiah) untuk Toko Lestari-nya tersebut. Dengan bantuan kredit dari Bank BRI tersebut dapat membantu Bapak Ngatimin menambah produksi furniture dan barang-barang dari rotan di tokonya membayar uang sewa ruko yang Bapak Ngatimin gunakan saat ini.

Selama hampir ± 20 (dua puluh) tahun menjalankan Toko Lestari dan telah mengalami pasang surut dalam usaha tersebut, Bapak Ngatimin semakin yakin dengan usaha rotannya tersebut. Bapak Ngatimin juga merasa mampu bersaing dengan usaha sejenis di daerah sekitar ia membuka usahanya tersebut. Menurut Bapak Ngatimin, usaha Toko Lestari-nya sudah mempunyai pelanggan dan pangsa pasar sendiri, maka Bapak Ngatimin yakin usaha dapat bertahan.

Toko Lestari Rattan and Furniture sudah sangat melekat dengan Bapak Ngatimin dan keluarganya karena telah menjadi mata pencaharian utama bagi Bapak Ngatimin dan keluarga. Hasil dari Toko Lestari telah dapat Bapak Ngatimin dan keluarga nikmati dalam bentuk sebuah rumah di Jln. Kapten Muslim Gg. Jawa No. 99 A Medan dan satu kendaraan bermotor. Rumah tersebut saat ini disewakan oleh Bapak Ngatimin dengan sewa sebesar Rp. 10.000.000,00


(50)

(Sepuluh juta rupiah) per tahunnya. Hal ini dilakukan karena Bapak Ngatimin berfikir tidak efisien apabila lantai 2 (dua) dan 3 (tiga) ruko yang disewanya tidak digunakan dan Bapak Ngatimin merasa lebih praktis jika keluarganya tinggal di ruko tersebut karena anggota keluarganya yaitu istri dan anak sulungnya dapat ikut membantu mengelola usaha rotan tersebut.

Selain dalam bentuk rumah, kebutuhan rumah tangga dan juga biaya sekolah anak-anaknya, Bapak Ngatimin peroleh dari Toko Lestari Rattan and Furniture. Saat ini Bapak Ngatimin mampu menyekolahkan anak sulungnya Kartika Sari di Univeritas Medan Area (UMA) Fak. Psikologi semester 8 (delapan), anak kedua Najmi Lutfi telah menamatkan pendidikan SMA-nya di SMA Negeri 3 Medan dan akan melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi, dan anak ketiga Siti Raudha telah menamatkan pendidikan SMP-nya di SMP Swasta Panca Budi dan akan melanjutkan ke jenjang SMA. Pinjaman yang Bapak Ngatimin peroleh dari Bank BRI sebesar Rp. 50.000.000,00 (Lima puluh juta rupiah) pun sudah ia lunasi.

Setiap harinya istri dan anak sulung Bapak Ngatimin membuka Toko Lestari pada pukul 07.30 WIB. Setelah toko dibuka Bapak Ngatimin mulai berbicara dengan para karyawannya, biasanya mengenai jenis furniture dan barang-barang dari rotan apa saja yang harus mereka buat untuk memenuhi pesanan atau dagangan di Toko Lestari, selain itu Bapak Ngatimin mulai mengecek persediaan bahan baku utama dan bahan baku pendukung tokonya. Pengecekan dilakukan untuk mencegah kekurangan bahan baku untuk produksi sehari-hari di Toko Lestari dan membantu Bapak Ngatimin untuk mengetahui kapan ia harus membeli persediaan bahan baku untuk tokonya. Menurut Bapak


(51)

Ngatimin, untuk pembelian bahan baku rotan, biasanya penjual bahan baku rotan yang menghubungi Bapak Ngatimin untuk menginformasikan bahwa mereka memiliki bahan baku rotan dan bertanya apakah Bapak Ngatimin mau membeli bahan baku rotan atau tidak.

Setelah melakukan pengecekkan, Bapak Ngatimin mulai mengawasi pekerjaan para karyawannya dan terkadang ikut membantu karyawannya membungkus furniture yang akan dikirim ke luar kota Medan. Urusan melayani pembeli yang datang ke Toko Lestari dan menerima pesanan pelanggan untuk di jual di luar kota Medan sudah dapat Bapak Ngatimin serahkan pada isteri dan anak sulungnya. Bapak Ngatimin sesekali membantu melayani pelanggan yang ingin bicara langsung dengan Bapak Ngatimin sendiri.

Pada pukul 15.30 WIB biasanya Bapak Ngatimin mulai menyuruh istri dan anak sulungnya untuk membuat kopi dan makanan ringan untuk diberikan kepada para karyawannya. Hal ini rutin dilakukan oleh Bapak Ngatimin agar para karyawannya merasa rileks sejenak setelah bekerja dari pagi hingga sore hari. Pada pukul 18.00 WIB biasanya para karyawan Bapak Ngatimin mulai pulang ke rumah masing-masing.

Setelah para karyawannya pulang Bapak Ngatimin secara bergantian menjaga Toko Lestari dengan istri dan anak sulungnya. Biasanya Bapak Ngatimin mulai berbincang-bincang dengan istri dan anak sulungnya mengenai penjualan atau pesanan yang ada pada hari tersebut. Mendekati pukul 22.00 WIB Bapak Ngatimin dan keluarga mulai membereskan dan memasukkan barang-barang dagangan mereka ke dalam ruko dan menutup Toko Lestari Rattan and Furniture.


(52)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Analisis Deskriptif Kualitatif

Analisis Deskriptif Kualitatif adalah metode analisis yang mencari hubungan secara menyeluruh dan teliti dari suatu keadaan. Dalam hal ini data aktual yang dikumpulkan, disusun, diklasifikasikan, dan dianalisis untuk kemudian diinterpretasikan, yang memungkinkan dilakukan pemecahan masalah yang diselidiki, sehingga memberikan gambaran dan informasi mengenai masalah tersebut.

B. SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats) Toko Lestari Rattan and Furniture

Penerapan Analisis SWOT pada Toko Lestari Rattan and Furniture dilakukan dengan terlebih dahulu penulis memberikan penjelasan tentang fungsi dan tujuan dari Analisis SWOT. Hal ini dilakukan karena sebelumnya Bapak Ngatimin sebagai pemilik Toko Lestari Rattan and Furniture tidak pernah menggunakan analisis tertentu untuk merumuskan atau membuat strategi yang akan Bapak Ngatimin gunakan untuk mengembangkan Toko Lestari-nya tersebut.

Dengan bantuan dari anak sulung Bapak Ngatimin yaitu Kartika Sari, penulis akhirnya dapat memandu Bapak Ngatimin dalam penggunaan Analisis SWOT dan mengetahui apa-apa saja yang menjadi Strengths (Kekuatan), Weaknesses (Kelemahan), Opporunities (Peluang), dan Treaths (Ancaman) dari Toko Lestari Rattan and Furniture.


(53)

SWOT dari Toko Lestari Rattan and Furniture adalah sebagai berikut :

1. Strength (Kekuatan)

Merupakan faktor-faktor internal positif yang berperan terhadap kemampuan Toko Lestari untuk mencapai tujuannya.

Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut : a. Lokasi usaha yang strategis

b. Jenis atau model furniture dan produk dari rotan lainnya yang beraneka ragam.

c. Produk yang dihasilkan berkualitas, memiliki ciri khas dan mampu bersaing dengan produk usaha sejenis.

d. Menerima layanan perbaikan rotan.

e. Kerjasama dan komunikasi yang baik dengan karyawan yang berkerja di Toko Lestari Rattan and Furniture.

Lima faktor di atas adalah Strengths (Kekuatan) yang dimiliki oleh Toko Lestari Rattan and Furniture berdasarkan penilaian Bapak Ngatimin. Penulis menilai dari segi Strength (Kekuatan), Bapak Ngatimin telah mampu menilai dengan baik faktor apa saja yang menjadi kekuatan dari Toko Lestari-nya tersebut.

Lima faktor Strengths (Kekuatan) tersebut yang akan menciptakan Strategi SO (Strengths Opportunities) yang juga dikenal dengan istilah Strategi Pertumbuhan Agresif (Growth Oriented Strategy) dan Strategi ST (Strengths Treaths) merupakan Strategi Diversifikasi (produk/pasar).


(54)

2. Weakness (Kelemahan)

Merupakan faktor-faktor internal negatif yang merintangi kemampuan Toko Lestari Rattan and Furniture untuk mencapai tujuannya.

Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut :

a. Sistem penjualan hanya dengan menunggu konsumen datang atau menunggu pesanan dari pelanggan.

b. Kurangnya tenaga ahli yang kompeten

c. Beberapa jenis produk dari rotan yaitu keranjang buah, hulahop dan keranjang parsel masih membeli dari usaha sejenis lainnya.

d. Tidak menyediakan layanan antar untuk furniture rotan yang dibeli oleh konsumen.

e. Tidak memiliki laporan keuangan yang sistematis.

Lima faktor di atas adalah Weaknesses (Kelemahan) yang dimiliki oleh Toko Lestari Rattan and Furniture. Penulis menilai dari segi Weakness (Kelemahan), Bapak Ngatimin belum cukup mampu menilai dengan baik faktor apa saja yang menjadi kelemahan dari Toko Lestari-nya tersebut. Oleh karena itu penulis mencoba untuk membantu Bapak Ngatimin untuk melihat apa saja kelemahan dari Toko Lestari yang belum disadari oleh Bapak Ngatimin sendiri.

Lima faktor Weaknesses (Kelemahan) tersebut akan menciptakan Strategi WO (Weaknesses Opportunities) yang juga dikenal sebagai Strategi Turn-Around dan Strategi WT (Weaknesses Threats) yang merupakan Strategi Defensif (bertahan).


(55)

3. Opportunity (Peluang)

Merupakan faktor-faktor eksternal positif yang dapat dimanfaatkan oleh Toko Lestari Rattan and Furniture untuk mencapai tujuannya.

Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut :

a. Menambah jenis atau model furniture dan produk dari rotan lainnya. b. Membuka usaha sejenis di lokasi lainnya.

c. Mendapatkan kredit kembali dari bank-bank yang memberikan kredit pada UKM.

d. Mendapatkan konsumen baru yang berpotensi menjadi pelanggan yang loyal.

e. Penggunaan teknologi untuk meningkatkan penjualan.

Lima faktor di atas adalah Opportunities (Peluang) yang dimiliki oleh Toko Lestari Rattan and Furniture berdasarkan penilaian Bapak Ngatimin. Penulis menilai dari segi Opportunity (Peluang), Bapak Ngatimin memiliki cukup kemampuan untuk menilai dengan baik peluang-peluang yang dapat dimanfaatkan Bapak Ngatimin untuk mengembangkan Toko Lestari-nya tersebut.

Lima faktor Opportunities (Peluang) tersebut akan menciptakan Strategi SO (Strengths Opportunities) yang juga dikenal sebagai Strategi Pertumbuhan Agresif (Growth Oriented Strategy) dan Strategi WO (Weaknesses Opportunities) yang juga dikenal sebagai Strategi Turn-Around.


(56)

4. Treath (Ancaman)

Merupakan faktor-faktor eksternal negatif yang merintangi kemampuan Toko Lestari Rattan and Furniture untuk mencapai tujuan.

Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut :

a. Pelaku bisnis baru pada usaha sejenis maupun pelaku bisnis barang-barang subtitusi, seperti furniture kayu, furniture plastik maupun furniture dengan bahan baku eceng gondok.

b. Kehilangan pelanggan karena berpindah kepada pesaing. c. Persaingan harga antara usaha sejenis.

d. Kelangkaan bahan baku. e. Adanya sales rotan door to door

Lima faktor di atas adalah Treaths (Ancaman) yang dimiliki oleh Toko Lestari Rattan and Furniture berdasarkan penilaian Bapak Ngatimin. Penulis menilai dari segi Treath (Ancaman), Bapak Ngatimin telah mampu menilai dengan baik ancaman-ancaman apa saja yang dapat merintangi usaha Bapak Ngatimin untuk mengembangkan Toko Lestari-nya tersebut.

Lima faktor Treaths (Ancaman) tersebut akan menciptakan Strategi ST (Strengths Treaths) yang juga dikenal sebagai Strategi Diversifikasi (produk/pasar) dan Strategi WT (Weaknesses Treaths) yang juga dikenal sebagai Strategi Defensif (bertahan).


(57)

Tabel 4.1

MATRIKS SWOT Toko Lestari Rattan and Furniture IFAS

EFAS

Strenght (S)

a. Lokasi usaha yang strategis

b. Jenis atau model furniture dan produk dari rotan lainnya yang beraneka ragam.

c. Produk yang dihasilkan berkualitas dan mampu bersaing dengan produk usaha sejenis.

d. Menerima layanan perbaikan furniture rotan. e. Kerjasama dan komunikasi

yang baik dengan karyawan yang bekerja di Toko Lestari Rattan and Furniture

Weakness (W)

a. Sistem penjualan hanya dengan menunggu konsumen datang atau menunggu pesanan dari pelanggan.

b. Kurangnya tenaga ahli yang kompeten

c. Beberapa jenis produk dari rotan yaitu keranjang buah, hulahop dan keranjang parsel masih membeli dari usaha sejenis lainnya.

d. Tidak menyediakan layanan antar untuk furniture rotan yang dibeli oleh konsumen.

e. Tidak memiliki laporan keuangan yang sistematis.

Opportunities (O)

a. Menambah jenis atau desain furniture dan produk dari rotan lainnya. b. Membuka usaha sejenis di

lokasi lainnya.

c. Mendapatkan kredit kembali dari bank-bank yang memberikan kredit pada UKM.

d. Mendapatkan konsumen baru yang berpotensi menjadi pelanggan yang loyal.

e. Penggunaan teknologi untuk meningkatkan penjualan.

Strategi SO

1. Memberikan potongan harga khusus kepada pelanggan lama.

2. Mengajukan kredit kembali kepada bank-bank yang memberikan kredit kapada UKM 3. Menciptakan jenis atau

desain furniture dan produk rotan terbaru.

4. Memberikan layanan perbaikan untuk furniture dan produk rotan yang mengalami kerusakan. 5. Mengatur posisi yang

tepat untuk furniture dan produk dari rotan di Toko Lestari.

Strategi WO 1. Menggunakan teknologi

yang sedang berkembang untuk kegiatan operasional di Toko Lestari.

2. Merekrut tenaga ahli yang kreatif

3. Menjalin kerjasama dengan usaha sejenis tempat membeli produk yang tidak di produksi di Toko Lestari.

4. Menyediakan sarana transportasi untuk layanan antar barang.

5. Membuat laporan

keuangan yang sistematis

Treath (T)

a. Pelaku bisnis baru pada usaha sejenis.

b. Kehilangan pelanggan karena berpindah kepada pesaing.

c. Persaingan harga antara usaha sejenis.

d. Kelangkaan bahan baku.

Strategi ST

1. Meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan agar pelanggan merasa puas dan loyal.

2. Cepat tanggap terhadap konsumen yang datang membeli maupun yang hanya sekedar

melihat-Strategi WT 1. Menjalin hubungan yang

baik dengan pelanggan. 2. Mempertahankan kualitas

dan ciri khas produk. 3. Tidak melakukan tindakan

menjemput bola.

4. Fokus pada pangsa pasar yang dimiliki.


(58)

to door 3. Menjalin hubungan baik dengan usaha sejenis di sekitar lingkungan usaha. 4. Bekerjasama dengan para

pemasok bahan baku. 5. Melakukan

promosi-promosi tertentu untuk meningkatkan penjualan.

rotan secara lebih mendalam.

IFAS : Internal Strategic Factors Analysis Summary Toko Lestari Rattan and

Furniture

EFAS : External Strategic Factors Analysis Summary Toko Lestari Rattan and

Furniture

Sumber : Data diolah

C. Strategi Toko Lestari Rattan and Furniture

1. Strategi SO (Strengths Opportunities) Toko Lestari Rattan and

Furniture

a. Memberikan potongan harga khusus kepada pelanggan lama.

Bapak Ngatimin selaku pemilik Toko Lestari dapat memberikan potongan harga kepada pelanggan yang selalu membeli atau memesan furniture dan produk dari rotan di tokonya. Walaupun sedikit mengurangi keuntungan perbulan, akan tetapi hal tersebut dapat mendatangkan keuntungan dalam jangka panjang. Pelanggan yang merasa mendapat perlakuan istimewa dengan adanya potongan harga tersebut, diharapkan menjadi loyal dan akan kembali membeli produk-produk rotan di Toko Lestari. Bapak Ngatimin juga berharap dengan strategi ini akan meninggalkan kesan yang baik di hati pelanggan sehingga Toko Lestari menjadi tujuan pertama untuk membeli furniture atau produk-produk dari rotan dan secara tidak langsung pelanggan mempromosikan Toko Lestari kepada kenalan


(59)

pelanggan tersebut apabila hendak membeli furniture atau produk-produk dari rotan.

b. Mengajukan kredit kembali kepada bank-bank yang memberikan kredit kepada UKM.

Bapak Ngatimin memiliki kemampuan yang baik dalam mengatur keuangan toko furniture-nya. Hal ini dapat dilihat dari kemampuan Bapak Ngatimin untuk mengembalikan kredit yang ia pinjam dari Bank BRI sebesar RP. 50.000.000,00. Kredit dari Bank BRI tersebut diperoleh Bapak Ngatimin pada awal tahun 2008. Uang tersebut digunakan oleh Bapak Ngatimin untuk membayar ruko yang ia sewa dan menambah produksi furniture dan produk-produk dari rotan di Toko Lestari. Saat ini banyak bank-bank yang menyediakan kredit dengan syarat ringan khusus bagi UKM (Usaha Kecil Menengah), salah satunya adalah Bank BRI. Bapak Ngatimin dapat kembali memanfaatkan peluang tersebut untuk menambah modal bagi toko rotannya. Kesediaan bank memberikan kredit lunak kepada para pemilik UKM merupakan peluang yang sangat baik bagi Bapak Ngatimin. Dengan mengajukan kredit kembali kepada Bank BRI, kesempatan Bapak Ngatimin untuk mengembangkan usahanya menjadi sangat besar. Kemungkinan untuk membuka usaha sejenis di lokasi lain dan menambah perlengkapan operasional dari kredit yang diberikan juga dapat dilakukan. Didukung oleh kemampuan Bapak Ngatimin untuk mengembalikan uang yang ia pinjam pada pinjaman sebelumnya, hal ini dapat menjadi nilai positif bagi pihak bank untuk


(60)

menyetujui kredit yang Bapak Ngatimin ajukan apabila ia mengajukan kredit untuk kedua kalinya.

c. Menciptakan jenis atau desain furniture dan produk dari rotan terbaru.

Keanekaragaman jenis atau model furniture dan produk-produk dari rotan yang telah ada di Toko Lestari Rattan and Furniture, dapat lebih divariasikan dengan menambah jenis produk baru atau dengan model (desain) yang terbaru. Bapak Ngatimin dapat menciptakan kreasi baru dari rotan, seperti membuat desain pola anyaman baru, memberi warna-warna yang menarik pada produk-produk rotan yang dihasilkan Toko Lestari, menambah jenis furniture seperti lemari, tempat tidur, rak sepatu, dan lain-lain. Bapak Ngatimin harus dapat berkerjasama dan brekomunikasi dengan baik dengan karyawannya dalam hal menciptakan desain terbaru dari furniture yang dihasilkan di Toko Lestari Rattan and Furniture. Inovasi tersebut dapat berpeluang menjadi produk yang disukai pelanggan furniture dan produk-produk dari rotan di Toko Lestari Rattan and Furniture.

d. Memberikan layanan perbaikan untuk furniture dan produk dari rotan yang mengalami kerusakan.

Salah satu kelebihan dari furniture dan produk-produk dari rotan adalah dapat diperbaiki apabila mengalami kerusakan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengganti bahan baku rotan yang rusak dengan bahan baku rotan yang baru, tanpa harus membeli furniture atau produk-produk dari rotan yang baru. Toko Lestari dapat


(61)

menyediakan layanan untuk memperbaiki furniture dari Toko Lestari apabila mengalami kerusakan saat dibeli maupun telah digunakan oleh pelanggan. Layanan perbaikan ini dapat menjadi nilai tambah untuk Toko Lestari Rattan and Furniture di hati pelanggannya.

e. Mengatur posisi yang tepat untuk furniture dan produk dari rotan di Toko Lestari Rattan and Furniture.

Rumah toko (ruko) yang Bapak Ngatimin sewa saat ini mempunyai kelebihan yang dapat dimanfaatkan oleh Bapak Ngatimin. Selain lokasi yang strategis yaitu sering dilalui oleh kendaraan bermotor, ruko tersebut juga memiliki halaman yang luas sehingga Bapak Ngatimin dapat menaruh produk-produk dari rotannya di halaman tersebut selain di dalam ruko. Penempatan posisi furniture dan produk-produk dari rotan yang diproduksi di Toko Lestari harus dilakukan dengan tepat, contohnya dengan menempatkan produk-produk unggulan dari Toko Lestari Rattan and Furniture di bagian depan toko. Hal ini dilakukan agar konsumen dengan mudahnya dapat melihat produk-produk dan furniture dari rotan yang dijual di Toko Lestari Rattan and Furniture, sehingga konsumen yang melihat akan tertarik untuk membeli furniture atau produk dari rotan di Toko Lestari.


(62)

2. Strategi ST (Strengths Treaths) Toko Lestari Rattan and Furniture

a. Meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan agar pelanggan merasa puas dan loyal.

Kualitas furniture dan produk dari rotan yang dihasilkan di Toko Lestari Rattan and Furniture selama ini sudah sangat baik, hal ini dapat dilihat dari ciri khas anyaman yang digunakan di Toko Lestari yaitu anyaman penuh. Anyaman penuh adalah menganyam seluruh badan furniture tersebut. Ciri khas inilah yang membedakan produk rotan dari Toko Lestari dengan usaha sejenis lainnya di jalan Gatot Subroto yang hanya melakukan setengah anyaman pada produk rotan yang mereka produksi, akan tetapi hal ini tidak menjamin pelanggan tidak berpindah kepada pesaing. Persaingan usaha sejenis di Jalan Gatot Subroto cukup ketat, akan tetapi persaingan berlangsung dengan sehat. Bapak Ngatimin harus terus berusaha untuk meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan di tokonya, agar pelanggan yang membeli produk rotan dari tokonya merasa puas. Pelanggan yang puas dengan kualitas produk yang pelanggan beli, besar kemungkinan akan kembali ke Toko Lestari untuk membeli produk rotan lagi. Dengan kata lain pelanggan menjadi loyal. Loyalitas pelanggan juga harus dijaga, salah satunya dengan pelayanan yang memuaskan. Pelanggan yang puas belum tentu loyal. Akan tetapi pelanggan yang loyal sudah pasti puas. Oleh karena itu, Bapak Ngatimin harus menjaga dengan baik loyalitas para pelanggan tokonya, bukan saja dengan memberikan pelayanan berupa kualitas


(1)

internet. Selain itu Bapak Ngatimin juga dapat mengikuti seminar-seminar dan pelatihan tentang pengembangan UKM (Usaha Kecil Menengah) yang diadakan oleh organisasi pemerintah atau swasta, misalnya : pelatihan gratis bagi UKM yang diadakan oleh Deperindag Medan. Dengan banyak membaca dan mencari informasi tentang dunia usaha disertai mengikuti pelatihan mengenai UKM, maka pengetahuan Bapak Ngatimin akan bertambah. Pengetahuan yang luas akan membuat Bapak Ngatimin lebih cermat dalam melihat peluang-peluang usaha yang ada. Bapak Ngatimin dapat mengembangkan usahanya dan juga melakukan inovasi pada strategi yang telah dijalankan selama ini. Selain itu keberadaan usaha Bapak Ngatimin dapat terus survive (bertahan), meskipun banyak pesaing baru yang muncul. Mulai saat ini Bapak Ngatimin harus “membuka mata” dan memiliki wawasan yang luas tentang usaha furniture dan produk-produk dari rotan.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Penulis menarik kesimpulan atas penelitian pada Analisis SWOT pada Toko Lestari Rattan and Furniture Jalan Gatot Subroto No. 457 Medan dan memberikan saran-saran yang mungkin akan bermanfaat bagi Bapak Ngatimin untuk meningkatkan usaha Toko Lestari Rattan and Furniture pada masa yang akan datang. Strategi-strategi yang dihasilkan dari Analisis SWOT tersebut dapat diterapkan, dengan harapan agar Toko Lestari Rattan and Furniture dapat terus bertahan dalam persaingan yang ketat saat ini.

A. KESIMPULAN

1. Toko Lestari Rattan and Furniture termasuk toko furniture dan produk dari rotan yang sudah lama beroperasi di kawasan Jalan Gatot Subroto Medan selama ± 20 (dua puluh) tahun.

2. Bapak Ngatimin sebagai pemilik usaha, memiliki pengalaman dalam dunia usaha, khususnya bidang usaha furniture dan produk-produk dari rotan.

3. Bapak Ngatimin merupakan profil pengusaha yang cukup sukses mengelola usahanya.

4. Toko Lestari Rattan and Furniture memiliki kekuatan yang cukup baik, dan dapat dimanfaatkan untuk memenangkan persaingan dalam bidang usaha rotan di kawasan Jalan Gatot Subroto.


(3)

5. Peluang-peluang yang dimiliki Toko Lestari belum sepenuhnya di manfaatkan secara maksimal oleh Bapak Ngatimin.

6. Ancaman yang datang dari lingkungan eksternal perusahaan, tidak terlalu dirisaukan oleh Bapak Ngatimin, kecuali terjadinya kelangkaan bahan baku rotan, karena hal tersebut sangat mempengaruhi kegiatan operasional Toko Lestari Rattan and Furniture.

7. Kelemahan yang dimiliki Toko Lestari selama ini dapat ditangani dengan baik oleh Bapak Ngatimin, walaupun masih banyak hal yang harus ditingkatkan dan diperbaiki oleh Bapak Ngatimin.

8. Strategi yang digunakan oleh Bapak Ngatimin selama ini sudah cukup baik dan Analisis SWOT yang dilakukan oleh Bapak Ngatimin sudah tepat untuk Toko Lestari Rattan and Furniture.

B. SARAN

1. Wawasan Bapak Ngatimin tentang dunia usaha dewasa ini harus terus ditingkatkan dan mengetahui informasi-informasi terbaru mengenai dunia usaha khususnya bidang usaha rotan. Bukan saja di dalam negeri, akan tetapi juga dunia usaha di mancanegara.

2. Bapak Ngatimin harus terus meningkatkan kualitas produk rotan yang diproduksi di Toko Lestari Rattan and Furniture dengan terus membuat desain-desain yang terbaru dan menjalin komunikasi yang baik dengan karyawan dan pelanggan untuk menciptakan desain terbaru dan mengetahui selera konsumen saat ini.


(4)

3. Bapak Ngatimin harus lebih maksimal dalam memanfaatkan peluang-peluang yang ada, agar usaha yang ia jalankan semakin berkembang. 4. Bapak Ngatimin sebaiknya melakukan ekspansi pada usahanya tersebut,

karena Toko Lestari Rattan and Furniture merupakan usaha yang potensial.

5. Kegiatan operasional Toko Lestari sebaiknya mulai menggunakan teknologi yang sedang berkembang saat ini untuk mendukung aktivitas usaha di Toko Lestari.

6. Bapak Ngatimin harus berani untuk melakukan inovasi-inovasi usaha untuk meningkatkan kualitas dan citra produk yang dihasilkan di Toko Lestari Rattan and Furniture.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

David, Fred R. 2006. Manajemen Strategis : Konsep. Edisi Sepuluh. Jakarta : Salemba Empat.

Dransfield, J. dan N. Manokaran. 1996. Sumberdaya Nabati Asia Tenggara 6 : Rotan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Hasairin, Ashar, Cornelius Sri Murdo Yuwono, dkk. 1994. Rotan : Pembudidayaan dan Prospek Pengembangannya. Bogor : Yayasan PROSEA Indonesia.

Hitt, Michael A. 2001. Manajemen Strategis : Daya Saing dan Globalisasi. Edisi Pertama. Jakarta: Salemba Empat.

Longenecker, Justin G. Moore Carlon W dan Petty, William J. 2001. Kewirausahaan : Manajemen Usaha Kecil. Edisi Pertama. Jakarta: Salemba Empat.

Noverita, Dilla. 2006. Analysis of Body Shop Internasional PLC in Strategy Development and Implementation within International Market Area. Majalah Usahawan No. 02 Tahun XXXV Februari 2006. Jakarta.

Rangkuti, Freddy, 2002. Analisis SWOT : Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Santoso, Budi. 2005. Analisis SWOT pada PT. Bank BCA Medan Dalam Meningkatkan Daya Saing. Skripsi-USU

Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan Ketiga. Bandung: CV. Alpha Betha.

Sukirno, Sadono. 2004. Pengantar Bisnis. Edisi Pertama. Jakarta: Prenada Media.

Wahyuni, Eti. 2005. Lilitan Masalah Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) & Kontroversi Kebijakan (Studi Kasus Sumatera Utara). Cetakan Pertama. Medan : BITRA Indonesia.

www.depkop.com (Diakses oleh Sheila Desira pada hari Senin 20 April 2009

pukul 10.00 WIB)

www.forumUKM.com (Diakses oleh Sheila Desira pada hari Senin 20 April 2009

pukul 10.20 WIB)


(6)

www.wikipedia.com (Diakses oleh Sheila Desira pada hari Sabtu 2 Mei 2009 pukul 12.00 WIB)

Zimmerer, Thomas W dan Scarborough Norman M. 2002. Kewirausahaan dan Manajemen Bisnis Kecil. Jakarta : Salemba Empat.

Zulmaida, Ricka A. 2006. Analisis SWOT pada Warung Bang Man di Kawasan Warung Kopi Harapan. Skripsi-USU