Peran Pemuda Katolik dalam Pendidikan Politik di Sumatera Utara

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pemuda adalah generasi yang diharapkan memiliki kemampuan berfikir
kritis, inovatif, dan kreatif dalam menghadapi tantangan dan persoalan bangsa.
Dengan semangatnya yang besar diharapkan mampu menjadi penerus perjuangan
bangsa. Dalam sejarah bangsa Indonesia tidak lepas dari peran aktif pemuda
dalam menyalurkan ide dan gagasan kritis dan inovatif. Generasi muda menjadi
ujung tombak perjuangan merubah kondisi bangsa ke arah yang lebih baik.
Pemuda dikategorikan sebagai “agent of social change”.
Pemuda adalah penerus cita-cita perjuangan bangsa dan merupakan
sumber insani bagi pembangunan. Kedudukan pemuda yang sangat strategis
sehingga membuat setiap bangsa menggantungkan harapan ke pundak para
pemudanya. Konsep tentang pemuda sesungguhnya memiliki makna yang
kompleks, sehingga tidak jarang orang selalu mempermasalahkan definisi baku
dari arti pemuda, jadi dalam kesimpulannya bahwa kepemudaan adalah suatu
konsep budaya sekaligus sebagai konsep politik.
Pengertian Pemuda menurut Undang – Undang No. 40 tahun 2009 adalah
warga negara Indonesia yang memasuki periode penting pertumbuhan dan
perkembangan yang berusia 16 (enam belas) sampai 30 (tiga puluh) tahun.

Princeton mendefinisikan kata pemuda (youth) dalam kamus Webstersnya sebagai

1
Universitas Sumatera Utara

"Waktu hidup antara masa kanak-kanak dan kedewasaan, kematangan diri;
keadaan yang muda atau belum matang atau belum berpengalaman, kesegaran dan
vitalitas karakteristik orang muda".
Dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia sejak perintisan pergerakan
kebangsaan Indonesia, pemuda berperan aktif sebagai ujung tombak dalam
mengantarkan bangsa dan negara Indonesia yang merdeka, bersatu, dan
berdaulat. 1 Sebelum kemerdekaan dan pasca kemerdekaan keterlibatan pemuda
dalam memperjuangkan ‘kemerdekaan’ tidak bisa dipungkiri memiliki andil yang
besar.
Namun, seiring dengan perkembangan zaman, dinamika politik generasi
muda mulai mengalami kemunduran. Berdasarkan hasil survei

Kompas tahun

2011 dan 2012, sebagian besar pemuda mengakui tonggak perjuangan dan

kebangkitan bangsa digerakkan oleh pemuda. Namun, hanya 9,4 persen pemuda
yang menyebutkan dengan benar isi sumpah pemuda. Selain itu, ada sekitar 60
persen lebih pemuda lebih menfokuskan pencapaian pribadi ketimbang terlibat
aktif dalam persoalan sosial di masyarakat.

2

Kondisi ini tidak lepas dari sikap pemuda saat ini yang lebih fokus pada
hal-hal yang sifatnya praktis. Memilih jalan yang lebih menguntungkan secara
pribadi. Saat ini pemuda diharapkan untuk berperan aktif dalam kehidupan sosial

1

Pembukaan Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2009 Tentang Kepemudaan.

2

Yohan Yahwu. 2013. http://nasional.kompas.com/read/2013/10/28/1123542/Jajak.Pendapat.KOMPAS.
Pemuda.di. Simpang. Jalan. Diakses tanggal 5 Maret 2014, pukul 21.30 WIB.


2
Universitas Sumatera Utara

dan politik, baik pemuda yang berada pada lingkungan kampus dan masyarakat
pada umumnya.
Penilaian publik pada peran pemuda, terutama pada persoalan kebangsaan
dan kenegaraan, cenderung dinilai masih jauh dari harapan. Pada survei kompas
menyebutkan bahwa pemuda saat ini belum memadai dalam sejumlah bidang.
Dalam urusan mengamalkan Pancasila sebagai ideologi negara, misalnya, 73,6
persen responden memandang pemuda tidak ikut ambil bagian dalam
mewujudkan butir-butir sila dalam Pancasila.
Saat ini terdapat berbagai masalah dalam proses demokrasi Indonesia,
seperti pertama, tidak sejalannya aspirasi masyarakat dengan wakil rakyat di
lembaga legislatif. Kedua, terbatasnya pengetahuan masyarakat terhadap aspek
teknis pemilu berserta aturannya seperti parleamentary, presidential dan electoral
treshold, Ketiga, terjadinya kecurangan beberapa manipulasi data dan politik
uang yang berdampak pada maraknya konflik horisontal antar warga. 3
Pada

pemilihan


gubernur

dan

wakil

gubernur

Sumatera

Utara

mununjukkan tingkat partisipasi masyarakat rendah dengan jumlah pemilih yang
menggunakan hak pilihnya hanya 48,5 persen. Rendahnya partisipasi masyarakat
disebabkan beberapa faktor, seperti sosialisasi yang kurang maksimal dari KPU,

3

Asep Kurnia, dkk. 2011. Penelitian Peran Partai Politik dalam Memberikan Pendididikan Politik Bagi

Masyarakat, Jakarta: Pancabudi. hal.V.

3
Universitas Sumatera Utara

hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap partai politik, masyarakat tidak
mengenal calon gubernur dan wakil gubernur. 4
Dalam menunjang suksesnya pemilukada, partisipasi masyarakat sangat
diperlukan dalam keluruahan prosesnya, termasuk partisipasi dalam menggunakan
hak politik rakyat. Partisipasi politik termasuk pertisipasi dalam pemilukada
sangat penting artinya dalam pembangunan politik dan idealnya rakya tahun siapa
yang akan mewakili kepentingannnya. Hal itu dapat tercapai apabila masyarakat
memahami hakekat dari pemilu serta mengetahui hak dan kewajibannya sebagai
konstituen.
Pendapat almond dan Verba menunjukkan hubungan yang erat antara
partisipasi dalam berbagai institusi terhadap edukasi poelitik. Selain itu
menujukkan bahwa sosialisasi politik melalui berbagai agen sosialisasi itu
mempunyai orientasi politik pada umumnya dan edukasi politik pada khususnya
dan selanjutnya menuju taraf partisipasi politik seseorang, termasuk taraf kesadara
menggunakan hak pilih dalam pemilukada.

Untuk menumbuhkan dan/atau meningkatkan partisipasi politik yang
otonom dari setiap warga negara, maka pelaksanaan pendidikan politik yang baik
dan benar, mutlak diperlukan. Pelaksanaan pendidikan politik ini, selain dapat
dilakukan oleh pemerintah melalui lembaga-lembaga pendidikan formal yang ada,

4

Aries Setiawan. 2013. http://nasional.news.viva.co.id/news/read/397904-angka-golput-tinggi--ini-alasankpu-sumut. Diakses pada tanggal 5 Maret 2014, pukul 22.15 WIB.

4
Universitas Sumatera Utara

juga bisa dilaksanakan secara non-formal oleh organisasi-organisasi masyarakat
sipil. 5
Memilih dan dipilih adalah salah satu hak yang sangat asisi bagi manusia,
untuk ini partai politik adalah salah satu pilar demokrasi yang idealnya
memberikan pendidikan politik dan pencerahan kepada rakyat sebagai
konstituennya. 6 Partai politik sebagaimana dalam pasal 11 Ayat (1) UndangUndang No.02 Tahun 2008 tentang fungsi partai politik adalah sebagai sarana
pendidikan politik bagi masyarakat luas agar menjadi warga Negara Indonesia
yang sadar akan hak dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyakat, berbangsa,

dan bernegara. Sampai saat ini peran partai politik dalam pendidikan politik bagi
masyarakat belum terasa makasimal. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Badan Penelitian dan Pengembangan HAM Kementerian Hukum dan HAM RI
mengatakan bahwa pendidikan politik tidak sepenuhnya dilakukan oleh partai
politik.
Pendidikan politik merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar
dan terencana guna meningkatkan kesadaran politik rakyat sehingga ia dapat
berperan sebagai pelaku dan partisipan dalam kehidupan politik kenegaraan yang
sesuai dengan nilai-nilai politik yang berlaku serta dapat menjalankan peranannya
secara aktif, sadar dan bertanggung jawab yang dilandasi oleh nilai-nilai politik
yang berdasarkan pancasila.
5

Paul Sinla Eloe-Aktifis PIAR NTT. 10 Agustus 2008. Parpol Dan Pelaksanaan Pendidikan Politik,
http://sumbawanews.com/berita/Opini/parpol-dan-pelaksanaan-pendidikan-politik.html/ Diakses pada
tanggal 5 Maret 2014, pukul 23.30 WIB.
6
Asep Kurnia. Opcit., hal. 3-4.

5

Universitas Sumatera Utara

Oleh karena itu pendidikan politik merupakan wahana pembinaan dan
pembentukan kesadaran warga Negara dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Pendidikan politik dimaksudkan untuk menanamkan
nilai-nilai dan idiologi yang dianut oleh suatu bangsa, dan pembentukan
kesadaran itu akan dicerminkan oleh nilai-nilai, sikap dan idologi yang dianut.
Defenisi pendidikan politik mengandung tida arti penting, yakni: pertama,
adanya

perbuatan

memberi

latihan,

ajaran,

serta


bimbingan

utnuk

mengembangkan kapasitas dan potensi diri manusisa: kedua, perbuatan dimaksus
harus melalui proses dialogik yang dilakukan dengan sukarela antara pemberi dan
penerima pesan secara rutin; dan ketiga, perbuatan tersebut ditujukan untuk para
penerima pesan agar dapat memiliki kesadaran berdemokrasi dalan kehidupan
bernegara. 7
Saat ini organisasi masyarakat telah turut ambil bagian dalam pendidikan
politik bagi masyarakat. Pemuda sebagai agen perubahan dapat diwujudkan
dengan turut aktif dalam memerikan pendidikan politik kepada masyarakat.
Organisasi pada hakekatnya dijalankan dari sekumpulan orang yang memiliki
dasar ideologi yang sama. Dasar ideologi yang dimaksud adalah pondasi yang
dijadikan dasar dari pola pikir anggotanya. Keberadaan organisasi diinginkan

7

Asep Kurnia. Opcit., hal. 6.


6
Universitas Sumatera Utara

untuk membantu setiap anggotanya keluar dari masalahnya. Sehingga adanya
organisasi diharapkan ntuk mencari solusi dari visi dan misi organisasi itu. 8
Melalui organisasi pemuda dapat mewujudkan haknya untuk menyatakan
pendapat tentang arah kehidupan dan masa depan dalam bermasyarakat dan
bernegara. Melalui kebebasan yang bertanggungjawab segenap warga negara
memiliki hak untuk berkumpul dan berserikat guna mewujudkan cita-cita
politiknya secara nyata. Kesetaraan merupakan prinsip yang memungkinkan
segenap warganegara (pemuda) berpikir dalam kerangka kesedarajatan sekalipun
kedudukan, fungsi dan peran masing-masing. Kebersamaan merupakan wahana
untuk mencapai tujuan berbangsa dan bernegara sehingga segala bentuk tantangan
lebih mudah dihadapi.
Organisasi masyarakat yang telah berperan aktif dalam melaksanakan
pendidikan politik adalah Pemuda katolik Komisariat Daerah Sumatera Utara.
Pemuda Katolik dalam menjalankan tujuan dan sasaran organisasi tidak lepas dari
persoalan politik kenegaraan. Rakernas Pemuda Katolik tahun 2013 di Jakarta
telah menghasilkan beberapa rekomendasi dalam bidang politik dimana terdapat
salah satu rekomendasi menjadi pelopor dalam pendidikan politik masyarakat.

Pemuda Katolik adalah organisasi pengkaderan yang memiliki tujuan
dalam membentuk dan membina setiap anggotanya menjadi kader yang memiliki
kemampuan dan kapabilitas yang tangguh agar siap diterjunkan ke tengah-tengah
8

Lihat Skripsi Andi Pandapotan Samosir : Partisipasi Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia
Dalam Perubahan Orde Lama – Orde Baru. USU e-Repository 2013. hal. 29.

7
Universitas Sumatera Utara

masyarakat. Anggota Pemuda Katolik yang memiliki sifat militan agar bisa
ditempatkan di mana saja terkhusus di dalam masalah kampus, masyarakat
maupun negara. Dimana pada awalnya munculnya Pemuda Katolik didasarkan
dengan jiwa perjuangan para pahlawan kita yang rela mati di dalam merebut
kemerdekaan di tangan penjajah. Dasar semangat inilah yang memberikan
semangat bagi para pendirinya untuk bersama membentuk orang-orang yang
mampu bertarung dalam mempertahankan keberadaan pancasila sebagai dasar
negara. Karenanya dalam menjadi Pemuda Katolik akan menghadapi beberapa
tahap pengkaderan agar menjadi anggota Pemuda Katolik yang utuh.
Selain itu, Pemuda Katolik hadir melibatkan posisi anggota dalam melihat
partisipasi sosial dengan cara menumbuhkan kepribadian yang bisa dihandalkan
dan memiliki intelektualitas ya ng tinggi dengan cara memperkaya pengetahuan,
meningkatkan kemampuan dalam berkomunikasi dengan orang lain. Anggota
Pemuda Katolik harus memiliki kemampuan untuk berkarya dan peduli di tengahtengah kehidupan masyarakat dan mendapatkan posisi tawar dalam pergerakannya
terjun langsung ke tengah-tengah masyarakat.
Pemuda Katolik Komisariat Daerah Sumatera Utara sebagai organisasi
kepemudaan telah mengambil bagian dalam pendidikan politik kepada masyarakat
melalui berbagai kegiatan yang mereka laksanakan kepada masyarakat, seperti
seminar pendidikan politik bagi pemilih pemula, pemberian materi tentang politik
bagi anggota organisasi dan simpatisan sampai tingkat daerah. Pemuda Katalik

8
Universitas Sumatera Utara

mempunyai tanggung jawab dalam usaha mencerdaskan kehidupan bangsa
dengan semboyan 100 % katolik 100% Indonesia.
Pemuda Katolik dalam memberikan pendidikan politik kepada anggota
dan masyarakat terdapat kepentingan politis dimana pengurus Pemuda Katolik
Komda Sumut terdapat calon DPR/DPRD. Menurut peneliti pendidikan politik
yang dilaksanakan oleh pemuda Katolik terdapat Indikasi kampanye terselubung
dimana Ketua Pemuda Komda Sumut adalah calon Dewan Perwakilan Rakyat dan
Seketaris Pemuda Katolik Komda Sumut adalah Calon DPRD Sumut dan
Seketaris Dewan Pembina adalah calon DPRD Sumut. Atas dasar itu peneliti
mengambil hipotesis adanya kampanye terselubung yang dilaksanakan oleh
Pengurus Pemuda Katolik Komda Sumut. Walaupun demikian pendidikan politik
yang dilaksanakan oleh Pemuda Katolik merupakan usaha meningkatkan
pengetahuan masyarakat terhadap politik.
B. Rumusan Masalah
Dinamika

politik

Indonesia

sejak

gerakan

reformasi

digulirkan,

menunjukkan bangunan politik Indonesia mengalami kerapuhan. Pendidikan
politik cenderung diabaikan oleh pemerintah dan partai politik. Partai politik
yang seharusnya memiliki tanggung jawab utama untuk memberikan pendidikan
politik bagi kadernya dan simpatisan tidak berjalan sebagaimana mestinya.
Akibatnya, proses demokrasi yang berjalan di Indonesia mengalami banyak
persoalan.

9
Universitas Sumatera Utara

Pemuda

Katolik

melihat

pentingnya

pendidikan

memperbaiki bangunan politik Indonesia. Pemuda Katolik

politik

untuk

tidak mau diam

melihat kurang maksimalnya pendidikan politik yang dilaksanakan oleh partai
politik dan pemerintah. Oleh karena itu, Pemuda Katolik melaksanakan
pendidikan politik bagi anggota dan simpatisannya. Pendidikan politik bagi
masyarakat sangat diperlukan agar mereka dapat menentukan pilihan politiknya
secara cerdas dan untuk menjamin kualitas demokrasi.

Pendidikan politik

merupakan proses mempengaruhi individu agar dia memperoleh informasi lebih
lengkap tentang kehidupan sosial dan politik sehingga individu lebih kritis.
Adapun

landasan

Pemuda

Katolik

Komisariat

Daerah

Sumut

melaksanakan pendidikan politik adalah hasil Rakernas tahun 2013 yang salah
satu poinnya adalah sebagai pelopor dalam pendidikan politik masyarakat dan
UU No. 40 tahun 2009 tentang kepemudaan dimana dalam UU itu tertulis bahwa
salah peran aktif pemuda sebagai agen perubahan diwujudkan dengan
mengembangkan pendidikan politik dan demokratisasi.
Pendidikan politik idealnya menjadikan masyarakat melek politik. Tetapi
penulis berasumsi bahwa pada pelaksanaannya sering terdapat praktek-praktek
yang lebih menguntungkan lembaga/individu tersebut sehingga tujuan dari
pendidikan politik kurang tepat sasaran.
Berdasarkan penjelasan diatas maka yang menjadi pertanyaan penelitian
ini adalah: “Bagiamana konsep pendidikan politik yang dilaksanakan oleh
Pemuda Katolik Komda Sumut?

10
Universitas Sumatera Utara

C. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk:
1. Untuk mengetahui bagaimana proses dan pelaksanaan Pendidikan Politik
Pemuda Katolik Komda Sumut.
2. Untuk mengetahui peranan Pemuda Katolik dalam pendidikan politik
Sumatera Utara.
3. Untuk mengetahui masalah/hambatan dalam melaksanakan pendidikan
politik.
D. Signifikasi Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:
1. Secara akademis penelitian ini bermamfaat untuk memperkaya ilmu
pengetahuan dalam bidang ilmu politik khususnya dalam kajian organisasi
kepemudaan.
2. Bagi penulis, untuk mengembangkan pengetahuan dan kemampuan
berfikir penulis melalui karya ilmiah melalui penelitian ini.
3. Bagi masyarakat, dapat menjadi bahan acuan ataupun referensi dalam
konteks Ilmu Politik dan organisasi kepemudaan di Indonesia.
E. Kerangka Teori
Salah satu unsur penting dalam sebuah penelitian adalah penyusunan
kerangka teori, karena teori berfungsi sebagai landasan berfikir untuk
menggambarkan dari mana peneliti melihat objek yang diteliti sehingga penelitian
dapat lebih sistematis. Teori adalah rangkaian asumsi, konsep, konstruksi, defenisi

11
Universitas Sumatera Utara

dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan
cara merumuskan hubungan antar konsep. 9
Fungsi kerangka teori dalam penulisan skripsi digunakan untuk melihat
dan membantu menganalisis sebuah fakta karena teori itu pada dasarnya adalah
sebuah penyataan yang menjelaskan kejadian yang sebenarnya yang terdiri dari
dua atau lebih variable. Dalam penelitian ini, teori digunakan untuk melihat
apakah konsep-konsep teori yang dipaparkan terjadi dalam pendidikan politik
yang dilaksanakan oleh Organisasi

Pemuda Katolik Komda Sumatera Utara.

Adapun beberapa teori yang dipergunakan dalam penelitian ini, adalah sebagai
berikut:
1. Pendidikan Politik
Terdapat dua elemen dalam pendidikan politik yaitu pendidikan dan
politik. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia dengan upaya pengajaran
dan pelatihan. 10 Sedangkan politik berasal dari bahasa Yunani polis yang artinya
kota atau negara yang kemudian kata polities yang artinya warga negara. Politik
adalah seni tentang kenegaraan yang dijabarkan dalam praktik di lapangan,
sehingga dapat dijelaskan tentang bagaimana hubungan antar manusia (penduduk)
yang tinggal di suatu tempat (wilayah) yang meskipun memiliki perbedaan

9
10

Masri Singarimbun dan Sofian Effendi. 1998. Metode Penelitian Survei, Jakarta : LP3ES. hal. 37.
B.N. Marbun. 2002. Kamus Politik, Jakarta: Mulia Sari. hal. 416.

12
Universitas Sumatera Utara

pendapat dan kepentingan, tetap mengakui adanya kepentingan bersama untuk
mencapai cita-cita dan tujuan nasionalnya. 11
Menurut Ramlan Surbakti, dalam memberikan pengertian tentang
pendidikan politik harus dijelaskan terlebih dahulu mengenai sosialisasi
politik. Menurut Ramlan Surbakti sosialisasi politik dibagi dua yaitu
pendidikan politik dan indoktrinasi politik. Pendidikan politik merupakan
suatu proses dialog diantara pemberi dan penerima pesan. Melalui proses ini
para anggota masyarakat mengenal dan mempelajari nilai-nilai, norma-norma,
dan simbol-simbol politik negaranya dari berbagai pihak dalam sistem politik
seperti sekolah, pemerintah, dan partai politik. 12
Pendapat tersebut secara tersirat menyatakan bahwa pendidikan politik
merupakan bagian dari sosialisasi politik. Pendidikan politik mengajarkan
masyarakat untuk lebih mengenal sistem politik negaranya. Dapat dikatakan
bahwa sosialisasi politik adalah proses pembentukan sikap dan orientasi politik
para anggota masyarakat. Melalui proses sosialisasi politik inilah para anggota
masyarakat memperoleh sikap dan orientasi terhadap kehidupan politik yang
berlangsung dalam masyarakat. Fred I. Greenstain dalam bukunya Political
Socialization berpendapat bahwa: Sosialisasi politik adalah semua pembelajaran
politik formal dan informal, yang dijalankan secara sengaja dan terencana, yang
pada setiap tahap siklus hidup tidak hanya tentang politik yang eksplisit tetapi
11

Asep Kurnia, dkk. 2011. Penelitian Peran Partai Politik dalam Memberikan Pendididikan Politik Bagi
Masyarakat, Jakarta: Pancabudi, hal. 47.
12
Ramlan Surbakti. 1999. Memahami Ilmu Polilik, Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, hal.
177.

13
Universitas Sumatera Utara

juga belajar nominal non politis tetapi juga kebohongan politik sikap sosial yang
relevan dan akuisisi dari karakteristik kepribadian relevan secara politik 13.
Kartini Katono berpendapat pendidikan politik dapat disebut sebagai
political Forming atau Politische Bildung. Disebut “Forming” karena terkandung
intensi untuk membentuk insan politik yang menyadari status/kedudukan
politiknya ditengah masyarakat dan disebut sebagai “Bildung” (pembentukan atau
pendidikan diri sendiri) karena istilah ini menyangkut aktivitas: membentuk diri
sendiri, dengan kesadaran penuh dan tanggung jawab sendiri untuk menjadi insan
politik. 14
Pendidikan politik menurut Kartini Kartono adalah proses mempengaruhi
individu agar dia memperoleh informasi lebih lengkap, wawasan lebih jernih, dan
keterampilan politik yang lebih tinggi, sehingga dia bisa bersikap kritis dan lebih
intensional/terarah hidupnya. Adapun unsur pendidikan dalam pendidikan politik
itu pada hakekatnya merupakan aktifitas pendidikan diri sendiri yang terusmenerus berproses dalam diri sendiri, sehingga yang bersangkutan mampu
memahami

dirinya

sendiri

dan

situasi-kondisi

lingkungan

sekitarnya. 15

Berdasarkan pengertian diatas Kartini Kartono memberikan dua tujuan pendidikan
politik yaitu:

13

Al Muchtar, Suwarma (2000) Pengantar Studi Sistem Politik Indonesia. Bandung. Gelar Pustaka
Mandiri, hal.39.

14
Kartini Kartono. 1996. Pendidikan Politik Sebagai Bagian dari Pendidikan Orang Dewasa, Bandung:
Mandar Maju, hal. 63.
15
Ibid, ha.l 65.

14
Universitas Sumatera Utara

a. Membuat masyarakat: mampu memahami situasi sosial politik penuh
dengan konflik, berani bersikap tegas memberikan kritik membangun
terhadap

kondisi

masyarakat

yang

tidak

mantap

dan

sanggup

memperjuangkan kepentingan dan ideologi tertentu terkhusus yang
berkolerasi dengan keamanan dan kesejahteraan hidup bersama.
b. Memperhatikan dan mengupayakan: peranan insani dari setiap individu
sebagai warga Negara dalam melaksanakan aktulisasi diri dari dimensi
sosialnya, mengembangkan semua bakat dan kemampuannya (aspek
kognitif, wawasan, kritis, sikap positif, keterampilan politik), agar orang
bisa aktif berpartisipasi dalam proses politik demi membangun diri,
masyarakat sekitar dan Negara.
Adapun fungsi pendidikan politik bagi individu menurut Kartini Kartono
mempunyai beberapa fungsi, yaitu: pertama, peningkatan kemampuan individual
supaya setiap orang mampu berpacu dalam lalu lintas kemasyarakatan yang
menjadi semakin padat penuh-sesak dan terpolusi oleh dampak bermacam-macam
penyakit sosial dan kedurjanaan. Kedua, memahami mengenai kekuasaan,
memahami mekanismenya, ikut mengendalikan dan mengontrol pelaksanaan
kekuasaan di tengah masyarakat.
Menurut Idrus Affandi dan Leni Anggraeni, mamfaat pendidikan politik
yaitu bisa dilihat mulai dari berubahnya pola pemikiran dari masyarakat, dimana
ketika masyarakat tidak mengetahui pengetahuan banyak berkenaan dengan
pendidikan politik, partisipasi masyarakat dalam menggunakan hak pilihnya pun

15
Universitas Sumatera Utara

relatif rendah. Akan tetapi ketikan pengetahuan akan pemahaman pendidikan
politik sudah banyak, otomatis berdampak terhadapa partisipasi masyarakat untuk
menggunakan haknya. 16
Tema sentral pendidikan politik adalah situasi-situasi konkrit yang
menyebabkan secara sosial, untuk dianalisa secara kritis dengan cara-cara sah
serta demokratis ditanggulangi bersama-sama dengan pemerintah. Dengan begitu
berlangsung demokratisasi di segala bidang kehidupan; khususnya untuk
menentang anakronisme feodal dalam kempemimpinan politik, mengarah pada
proses demokratisasi yang lebih maju. Oleh sebab itu harus sejajar dengan
pembaharuan terhadap stuktur-struktur politik dan struktur kemasyarakatan.
Pendidikan politik tidak hanya diarakan pada perubahan-perubahan sikap-sikap
individu-individu saja, akan tetapi juga diarahkan pada pembahruan bentukbentuk struktur politik dan lembaga-lembaga kemasyarakatan.
Pendidikan politik dengan tugas pokok membangun kekuatan-kekuatan
kontra untuk memberantas macan-macam distorsi (pemutar-balikan, pengubahan
bnetuk ke arah yang salah, pemuntiran) dan situasi-situasi yang tidak melegakan
hati penuh disharmoni, pertentangan dan persaingan. Dengan begitu pendidikan
politik diarahkan pada humanisasi masyarakat Indonesia, agar melegakan untuk
dihuni oleh rakyat; dan tidak boleh indoktrinatif sifatnya.
Semua upaya untuk memelekkan secara politik penduduk Indonesia itu
tidak luput dari kesulitan dan hambatan, antara lain berupa:
16

Affandi, Idrus dan Aggraeni, Leni. 2011. Pendidikan Politik. Bandung: Lensa Medai Pustaka Indonesia.
hal. 40.

16
Universitas Sumatera Utara

a. Amat sulit menyadarkan rakyat akan kondisi diri sendiri yang diliputi
banyak kesengsaraan dan kemiskinan, sebagai akibat terlalu lamanya
hidup dalam iklim penindasan, penghisapan dan penjajahan, sehingga
mereka menjadi “terbiasa” hidup dalam keseba kekurangan dan
ketertinggalan. Sulit mendorong mereka ke arah konsientisasi-diri
mengungkapkan segala problema yang tengah dialami.
b. Apatisme politik dan sinisme politik yang cenerung mejaadi sikap putus
asa itu mengakibatkan rakyat sulit mempercayai usaha-usaha edutkati dan
gerakan-gerakan politik yang dianggap palsu dan menina-bobokan rakyat
belaka; sulit pula untuk mengajak mereka berpikir lain dengan nalar jernih.
Bahkan banyak diantara masa rakkya yang takut pada kemerdekaan
(dirinya).
c. Dengan latar pendidikan yang rendah atau kurang, rakyat kebanyakan sulit
memahami kompleksitas sutuasi sosial dan politik yang ada disekitarnya.
d. Para penguasa yang otoriter cenderung tidak menghendaki adanya
pendidikan politik, karena mereka berkepentingan sekali dengan status quo
dan pelestarian rezimnya. Partisipasi aktif dan pengawasan terhadap
jalannya pemerintahan oleh rakyat itu tidak dikehendaki, sebab
mengurangi kebebasan dan kekuatan organ-organ ketatanegaraan. 17
Berdasarkan pemaparan-pemaparan di atas, maka teori pendidikan politik
menurut Kartini Katono dalam penelitian ini digunakan untuk memahami

17

Kartono, kartini. 2009. Opcit. hal. 71-73.

17
Universitas Sumatera Utara

pendidikan politik yang dilaksanakan oleh Pemuda Katolik. Teori ini akan
melihat sejauh mana proses pendidikan politik yang dilaksanakan Pemuda
Katolik untuk membuat masyarakat untuk memperoleh informasi tentang
kegiatan-kegiatan politik yang mengarah tingkat kritis masyarakat dalam melihat
fenomena politik.
Peneliti menggunakan teori ini didasarkan pada orientasi penelitian ini
yang ingin menggambarkan pendidikan politik yang dilaksanakan oleh Pemuda
Katolik. Teori ini akan digunakan oleh peneliti untuk mengalisis sejauh mana
pendidikan politik yang telah dilaksanakan. Berdasarkan fungsi pendidikan
politik diatas peneliti dapat menggunakannya sebagai acuan dalam mengarahkan
pertanyaan-pertanyaan kepada responden sesuai dengan rumusan masalah.
2. Perilaku Organisasi
Organisasi menurut Stephen Robbins adalah: “Unit sosial yang sengaja
didirikan untuk jangka waktu yang relatif lama, beranggotakan dua orang atau
lebih yang bekerja bersama-sama dan terkoordinasi, mempunyai pola kerja
tertentu yang terstruktur, dan didirikan untuk mencapai tujuan bersama atau satu
set tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.” 18
Adapun tujuan bersama adalah adanya anggapan bahwa tujuan yang ingin
dicapain oleh masing-masing anggota organisasi tidak berbeda dengan yang ingin
dicapai oleh organisasi itu sendiri. Anggapan ini didasarkan pada asumsi bahwa
tujuan didirikannya organisasi adalah agar para anggotanya bisa mencapai tujuan

18

Stephen P. Robbins dan Timothy A. Judge. 2008. Pelilaku Organisasi. Edisi 12 Buku 1. Jakarta: Salemba
Empat. hal. 14.

18
Universitas Sumatera Utara

yang dikehendaki. Oleh karenanya, selama mereka masih mau bergabung dengan
organisasi berarti mereka juga mau saling membantu dalam mencapai tujuan
masing-masing . Keinginan saling membantu dalam mencapai tujuan bersama
itulah yang disebut sebagai tujuan bersama.
Perilaku organisasi adalah bidang ilmu yang terus berkembang seiring
dengan perkembangan masyarakat guna membantu manajer dan masyarakat pada
umumnya untuk memahami manusia secara lebih baik sehingga dapat dicapai
peningkatan produktifitas, kepuasan pelanggan, dan potensi kompetitif yang lebih
baik melalui penerapan manajemen yang baik. 19
Perilaku organisasi menurut Robbins adalah bidang ilmu yang menyelidiki
dampak dari pengaruh indidividu, kelompok dan struktur dalam organisasi
terhadap perilaku orang-orang yang terlibat didalamnya yang bertujuan untuk
mengaplikasikan

pengetahuan

tersebut

dalam

meningkatkan

efektifitas

organisasi. 20
Perilaku

organisasi

mencakup

pembahasan

tentang

aspek

yang

ditimbulkan dari pengaruh organisasi terhadap manusia yang bekerja di dalamnya,
juga aspek yang ditimbulkan dari pengaruh manusia terhadap organisasi yang
berada, serta bertujuan untuk memperlancar upaya pencapaian tujuan organisasi.
Definisi tentang perilaku organisasi selalu titik awal pemberangkatannya dimulai
dari perilaku manusia dan atau lebih banyak menekankan pada aspek-aspek

19
20

Setot Iman Wahjono. 2010. Perilaku Organisasi, Yogyakarta: Graha Ilmu, hal. 5.
Makmuri Muchlas. 2005. Perilaku Organisasi, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, hal. 12.

19
Universitas Sumatera Utara

psikologi dari tingkah laku individu. Hal-hal lain yang kiranya bisa
dipertimbangkan, seperti yang dijelaskan oleh Duncan, antara lain: 21
a. Studi perilaku organisasi termasuk di dalamnya bagian-bagian yang
relevan dari semua ilmu tingkah laku yang berusaha menjelaskan
tindakan-tindakan manusia di dalam organisasi. Oleh karenanya, semenjak
uang merupakan bagian dari alasan orang untuk mencari pekerjaan, maka
aspek ekonomi tertentu adalah relevan bagi ilmu perilaku organisasi ini.
b. Perilaku organisasi sebagaimana suatu disiplin mengenal bahwa individu
dipengaruhi oleh bagaimana pekerjaan diatur dan siapa yang bertanggung
jawab untuk pelaksanaannya. Oleh karena ilmu ini memperhitungkan
pengaruh struktur organisasi terhadap perilaku individu.
Walaupun dikenal adanya keunikan pada individu, namun perilaku
organisasi masih memusatkan pada kebutuhan manajer untuk menjamin bahwa
keseluruhan tugas pekerjaan bisa dijalankan. Sehingga kesimpulannya perilaku
organisasi mengusulkan beberapa cara agar usaha-usaha individu itu bisa
terkoordinir dalam rangka mencapai tujuan organisasi.
F. Defenisi Konsep
Defenisi konsep merupakan penggambaran secara tepat fenomena yang
hendak diteliti, yakni istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan
secara abstrak, kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat

21

Miftah Thohah. 2011. Perilaku Organisasi-Konsep Dasar dan Aplikasinya, Jakarta : Rajawali Pers, hal. 5.

20
Universitas Sumatera Utara

penelitian ilmu sosial. 22

Dalam penelitian ini penulis menggunakan defenisi

konsep sebagai berikut:
1. Pendidikan politik adalah aktifitas yang bertujuan untuk membentuk dan
menumbuhkan orientasi-orientasi politik pada individu yang meliputi
keyakinan konsep yang memiliki muatan politis, loyalitas dan perasaan
politik, serta pengetahuan / wawasan politik yang menyebabkan seseorang
memiliki kesadaran terhadap persoalan politik dan sikap politik.
2. Perilaku organisasi adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari tentang
perilaku tingkat individu dan tingkat kelompok dalam sebuah organisasi
serta dampaknya terhadap kinerja (baik kinerja individual, kelompok,
maupun organisasi).
G. Defenisi Operasional
Defenisi operasional adalah merupakan penjelasan bagaimana variabelvariabel akan diukur.

Dengan adanya defenisi operasional, maka akan dapat

mempermudah peneliti yaitu dengan cara memberikan parameter-parameter dan
indikator-indikator

dari

variabel

yang

diteliti.

Maka

adapun

defenisi

operasionalnya adalah sebagai berikut:
1. Pendidikan politik, berarti mengajarkan. Pendidikan politik bisa dikatakan
bagian dari sosialisasi politik. Pendidikan politik mengajarkan masyarakat
untuk memahami sistem politik negaranya. Untuk mengukur pendidikan
politik terdapat 3 indikator, yaitu:
a. Kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pendidikan
22

Singarimbun, Masri dan Sofyan Efendi. 1995. Metode Penelitian Survey, Jakarta: LP3ES Indonesia, hal 34

21
Universitas Sumatera Utara

b. Komunikasi antara anggota dan calon anggota dengan pengurus
c. Keikutsertaan anggota/simpatisan dalam kegiatan-kegiatan organisasi
2. Perilaku Organisasi, Organisasi berarti suatu kelompok orang dalam suatu
wadah untuk tujuan bersama. Perilaku organisasi mencakup pembahasan
tetang aspek yang ditimbulkan dari pengaruh organisasi terhadap manusia
yang berkerja didalamnya. Untuk mengukur perilaku organisasi dapat
dilihat dari tiga indikator, yaitu:
a. Partisipasi atau keikutsertaan
b. Perilaku individu dalam organisasi
c. Tujuan organisasi
H. Metode Penelitian
1.

Jenis penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti menggunakan jenis penelitian
kualitatif. Situasi yang terjadi dalam proses pendidikan politik oleh Pemuda
Katolik Komda Sumut akan digambarkan atau dideskripsikan yang pada akhirnya
akan dilakukan analisis dalam mencari kebenaran yang diteliti. Metode penelitian
ini dimaksudkan sebuah proses pemecahan suatu masalah yang diselidiki dengan
menggambarkan atau menerangkan keadaan sebuah objek maupun subjek
penelitian seseorang, lembaga, maupun masyarakat pada saat sekarang dengan
berdasarkan fakta-fakta yang tampak bagaimana adanya. 23

23

Hadawi Nawawi. 1987. Metedologi Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gajahmada University Press.
hal. 63.

22
Universitas Sumatera Utara

Peneliti akan mendeskripsikan fenomena yang terjadi dan proses
pelaksanaan pendidikan politik yang dilaksanakan oleh Pemuda Katolik dan
alasan-alasan yang mendasari dilaksanakannya pendidikan politik, kemudian
dianalisis dalam proses pemecahan masalah berdasarkan fakta-fakta yang
ditemukan oleh peneliti.
2.

Lokasi penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Kantor Pemuda Katolik Komda Sumut
yang bertempat di Jl. Setia Budi Kompleks Setia Budi Point Blok B No. 02
Medan.
3.

Tehnik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian
ini dengan menggunakan data primer dan sekunder.
a. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari
lapangan. Dalam hal ini, data primer yang diperoleh adalah dengan
melakukan wawancara mendalam dengan mengajukan pertanyaanpertanyaan secara langsung dan terbuka kepada informan atau pihak yang
berhubungan dengan masalah penelitian.
Wawancara dilakukan

dengan

bertanya

langsung kepada

informan ataupun narasumber yang dianggap sesuai dengan objek
penelitian, serta melakukan tanya jawab secara mendalam terkait

23
Universitas Sumatera Utara

permasalahan yang ingin diteliti kepada informan atau narasumber dalam
objek penelitian ini. Dalam hal ini peneliti mengambil informan yaitu:
1. Oloan Simbolon, ST selaku ketua Pemuda Katolik Komisariat
Daerah Sumatera Utara 2007-2013.
2. Hotdiman Manik, SP, M.Si selaku Seketaris Pemuda Katolik
Komisariat Daerah Sumatera Utara 2010-2013.
3. Johannes Naibaho, S.Pd Selaku Wakil Ketua bidang
organisasi Pemuda Katolik Komisariat Daerah Sumatera Utara
2010-2013.
4. Drs. Maniur Rumapea, M.Si selaku Seketaris Penasehat
Pemuda Katolik Komisariat Daerah Sumatera Utara 20102013.
b. Data Sekunder
Pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini adalah mencari
data dan informasi melalui buku, internet, jurnal, dan lainnya yang
berkaitan dengan masalah penelitian. Data-data tersebut hanya sebagai
acuan untuk penulis sebagai gambaran terhadap konsep yang akan
dituliskan dalam penelitian ilmiah ini. Selain itu, penulis juga mencari
informasi dan referensi tambahan melalui buku-buku mengenai organisasi
kepemudaan dan Pemuda Katolik, maupun artikel-artikel dari majalah
atau koran, dan sebagainya yang bisa membantu penulis dalam
menyelesaikan penelitian ini.

24
Universitas Sumatera Utara

4.

Tehnik Analisa Data

Sesuai dengan jenis penelitian yang menggunakan metode kualitatif, maka
penelitian ini menggunakan bebarapa tahapan sebagai proses analisis untuk
mendapatkan hasil yang lebih akurat. Tahapan pertama adalah data-data
dikumpulkan dari lembaga terkait baik yang masih mentah maupun sudah disusun
secara sistematis. Kemudian data-data tersebut dianalisis sesuai dengan
permasalahan yang ingin dialisisis oleh peneliti. Selain itu, data yang didapatkan
dengan metode wawancara akan sangat membantu peneliti untuk menganalisis
yang akan dilakukan perbandingan terhadap konsep yang ada pada data tertulis
yang didapatkan sebelumnya. Hal ini dilakukan untuk menguatkan argumen dari
hasil analisisnya.
I.

Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan suatu gambaran yang jelas dan lebih terperinci serta

untuk mempermudah isi, maka penelitian ini terdiri kedalam 4 (empat) bab,
yakni:
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini berisikan mengenai Latar Belakang Masalah, Perumusan
Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Kerangka Teori, Metodologi
Penelitian, dan Sistematika penelitian.
BAB II : DESKRIPSI ORGANISASI PEMUDA KATOLIK
Pada bab ini akan diuraikan tentang sejarah dan profil Pemuda Katolik
Komda Sumut.

25
Universitas Sumatera Utara

BAB III : PERAN PEMUDA KATOLIK KOMDA SUMUT DALAM
PENDIDIKAN POLITIK DI SUMATERA UTARA
Pada bab ini, akan membahas secara garis besar permasalahan dari hasil
penelitian tentang peranan Pemuda Katolik dalam pendidikan politik di
Sumatera Utara dari lapangan dengan berlandaskan kepada teori-teori,
perundang-undangan dan menyajikan pembahasan dan analisis dari data
dan fakta yang ada.
BAB IV : PENUTUP
Bab ini merupakan bab terakhir dari penulisan skripsi ini, yang berisi
kesimpulan dan saran dari keseluruhan hasil penelitian yang dilakukanan
oleh penulis.

26
Universitas Sumatera Utara