Peran Pemuda Katolik dalam Pendidikan Politik di Sumatera Utara

BAB II
DESKRIPSI ORGANISASI PEMUDA KATOLIK

A. Sejarah Singkat Pemuda Katolik di Indonesia
Sejarah Pemuda Katolik tidak dapat dipisahkan dengan keberadaan Gereja
Katolik, realitas sosial kemasyarakatan, situasi konkrit kaum muda dan perjalanan
sejarah bangsa. Karena itu catatan sejarah Pemuda Katolik senantiasa bersentuhan
bahkan berkaitan dengan sejarah pergerakan, perjuangan, perkembangan pemuda
Indonesia, Pemuda Katolik merupakan organisasi kemasyarakatan pemuda yang
dibentuk pada tanggal 15 November 1945 di Yogyakarta dengan Santo
Pelindungnya Santo Yohanes Bercmans.
Organisasi kaum muda Katolik di Indonesia pada era pra-kemerdekaan
masih berskala lokal Keuskupan/Daerah, namun sejak sekitar tahun 1920-an,
kaum muda Katolik Indonesia telah berperan aktif dalam pergerakan pemuda
Indonesia yang pada masa itu telah memiliki kesadaran nasional memperjuangkan
adanya suatu negara bangsa Indonesia yang merdeka dan berdaulat.
Pada tahun 1908 terjadi dinamika dalam situasi sosial politik di Indonesia
dimana pada tahun ini diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Masa ini
ditandai dengan bangkitnya semangat persatuan, kesatuan, dan nasionalisme serta
kesadaran memperjuangkan nasionalisme Republik Indonesia yang sebelumnya
tidak ada selama penjajahan kolonial Belanda dan Jepang. Masa ini ditandai


27
Universitas Sumatera Utara

dengan dua peristiwa penting yaitu berdirinya Boedi Otomo 1908 dan Ikrar
Sumpah Pemuda tahun 1928.
Sebelum kemerdekaan, organisasi kaum muda katolik yang pertama kali
didirikan di Indonesia adalah Katholieke Jongelingen Bond (KJB) pada
pertengahan November 1914 di Batavia. Organisasi ini diprakarsai oleh organisasi
yang juga dari umat katolik yaitu Katholieke Sociale Bond (KSB) yang bergerak
dibidang sosial dibawah naungan Pastor J. Van Rijckevorsel. KJB adalah
organisasi bagi para remaja yang telah menyelesaikan sekolah lanjutan
pertamanya hingga usia 20 (karena saat usia 21 tahun adalah usia minimum untuk
masuk KSB). Dalam organisasi yang kebanyakan adalah remaja laki-laki (yang
juga sebagian besar anggotanya berkebangsaan belanda) ini dimaksudkan pada
saat itu untuk membina meraka dalam pelajaran katekismus yang tidak mereka
dapatkan di sekolah. Disamping itu, KJB juga menyediakan sepeda bagi kaum
muda yang bertempat tinggal jauh guna membantu kaum muda berkumpul,
membentuk klub debat dan klub musik, sampai mempunyai majalah sendiri. Dan
akhirnya diperkirakan pada tahun 1942 organisasi ini dilarang oleh pemerintah

jepang yang saat itu mulai menduduki indonesia.
Selain organisasi KJB yang ada di batavia, ada juga perkumpulan pelajar
laki-laki dan perempuan yang ada di Muntilan pada tahun 1925 yaitu Pakempalan
Paloepi Darma. Perkumpulan ini bertujuan untuk membantu penyebaran Kerajaan
Allah di tanah Jawa dan membantu pemuda pribumi dalam menjalani pendidikan
imamat demi munculnya imam pribumi, melalui doa dan pengumpulan dana.

28
Universitas Sumatera Utara

Sehingga mereka terus mengajak orang-orang muda yang lain baik laki-laki dan
perempuan untuk terlibat dalam usaha kecintaan terhadap Tanah Air melalui
penyebaran iman katolik dan pendidikan imam pribumi.
Setelah KJB yang sebagian besar anggotanya adalah remaja yang
berkebangsaan Belanda, maka anak-anak muda pribumi merasa kurang betah di
KJB dan memutuskan untuk membentuk organisasi sendiri bagi anak-anak muda
katolik pribumi. Sehingga organisasi ini dinamakan Moeda Katholiek pada
tanggal 1 Agustus 1929 di Yogyakarta. Keanggotaannya mulai anak-anak
Standaardschool (SD berbahasa jawa) sampai pemuda-pemudi yang sudah
bekerja. Sedangkan yang wanita didirikan Moeda Wanita Katholiek. Hal

ketidaknyamanan anak-anak pribumi di KJB dikarenakan perbedaan budaya anakanak Belanda dan juga perbedaan mentalitas dari “anak-anak yang menjajah” dan
“anak-anak yang dijajah”. Sehingga digambarkan bahwa anak-anak Belanda
mendapatkan segala hak dan status yang mapan sedangkan anak-anak pribumi
secara samar-samar disadarkan dari gerakan kebangkitan nasional yang mulai
menghendaki persamaan hak, kemandirian, dan akhirnya kemerdekaan.
Organisasi ini tidak mematikan organisasi yang sudah ada seperti Paloepi
Darma, karena keduanya mempunyai tujuan yang berbeda. Dalam Moeda
Katholiek

merupakan

organisasi

pemuda

yang

bersifat

umum


(non

kegerejaan/keagamaan) dengan kegiatan seperti olah raga, seni, debat masalah
sosial-politik atau kelompok studi dan sebagainya. Sedangkan Paloepi Darma
memfokuskan pada gerakan anak-anak/pemuda-pemudi untuk membantu melalui

29
Universitas Sumatera Utara

doa dan bantuan dana bagi terbentuknya imam pribumi. Dan diperbolehkan untuk
satu orang yang sama menjadi anggota dari keduanya. Sama seperti halnya KJB,
organisasi Moeda Katholiek dan Moeda Wanita Katholiek berhenti melakukan
kegiatan karena dilarang oleh pemerintahan jajahan jepang.
Pergerakan Politik umat Katolik di Indonesia diawali pada tahun 1922
dengan berdirinya Gerakan Kepanduan di sekolah Katolik (pembinaan anggota
pandu selain keterampilan kepanduan juga disertai penguatan iman kristiani,
kemandirian, ketaraan, dan cinta tanah air). Pada tahun ini, Pastor Van Lith,
dialun-alun Mangkunegara pada suatu pagi menyaksikan “Padvider pribumi”
(Pramuka) sedang latihan. Pada saat itu, Pastor Van Lith merenungkan (dari

catatan harian beliau) sebagai berikut: “Pada saat ini anak-anak pribumi tampak
jina bagi pemerintah Hindia Belanda, akan tetapi besok bila mereka telah dewasa
pasti akan datang saatnya mereka akan menjadi musuh Pemerintah Belanda. Dan
jika hal ini terjadi, saya akan memihak bangsa Indonesia. Nasib bangsa
Indonesia yang akan datang terletak pada pemuda-pemudanya. Demikian juga
nasib Gereja di Indonesia ini, terletak pada pemuda-pemuda Katolik-nya.” 24
Bulan Agustus tahun 1923, sejumlah 30 guru bekas murid-murid
Keweekschool (SGB) jaman penjajahan Belanda yang usianya 22-23 tahun
mendidikan perkumpulan Katolik untuk aksi politik bagi orang-orang Jawa. Saat
itu jumlah orang Katolik di Jawa sekitar 1.000 orang. Bulan Febuari tahun 1925
berdiri perkumpulan Politik Katolik Jawa.
24

Pada tahun 1928 untuk pertama

Pemuda Katolik. 2009. Buku Kenangan Kongres Nasional XIV Pemuda Katolik. Manado. hal.11-12

30
Universitas Sumatera Utara


kalinya dilaksanakan Kongres Kaum Katolik di komplek Gereja Katedral Jakarta.
Untuk memperingati Kongres pertama dibagunun sebuah tugu pemuda di
kompleks Gereja Katedral Jakarta. 25 Tahun 1930 organisasi-organisasi politik
umat Katolik bersatu menjadi “Persatuan Politik Katolik Indonesia” di seluruh
Indonesia (Hindia Belanda) sebelum pecah, terdapat 41 cabang.
Organisasi

kaum

muda

katolik

setelah

Kemerdakaan

Indonesia

Tak lama kemudian sesudah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia

dikumandangkan, pada tahun itu juga didirikan sebuah organisasi kaum muda
katolik bernama Angkatan Muda Katolik Republik Indonesia (AMKRI) yang
dibentuk oleh Partai Politik Katolik Indonesia (PPKI) dalam kongresnya di
Surakarta tanggal 8 Desember 1945. Pembentukan dari AMKRI ini memang
antara lain untuk mewadahi golongan kaum muda katolik yang saat itu mau
berjuang dan berkorban bersama golongan lain selama revolusi. Disamping itu,
juga yang menjadi tujuan utama didirikannya AMKRI adalah untuk menjawab
seruan Pemerintah Republik Indonesia yang kala itu mengajak agar masyarakat
mendirikan organisasi sebagai sarana perjuangan dalam membangun Republik
Indonesia.
AMKRI juga memperhatikan masalah dibidang pendidikan. Saat
dicabutnya peraturan pemerintah balatentara Jepang yang melarang pihak swasta
menyelenggarakan pendidikan di bulan Mei 1945, AMKRI mulai memprakarsai

25

Wawancara dengan Oloan Simbolon di Hotel Danau Internasional, Jalan Imam Bonjol No.17 pada 13
Desember 2014 pukul 09:30

31

Universitas Sumatera Utara

pendirian Sekolah Menengah Atas (SMA) Katolik untuk sore hari di Yogyakarta
yang sekarang ini menjadi SMA St. Thomas, Yogyakarta. Hal ini dimaksudkan
untuk menampung lulusan Sekolah Menengah Katolik (SMK) dari Bintaran dan
Dagen Yogyakarta yang diselenggarakan oleh Para suster Santo Carolus serta para
suster Fransiskanes.
Tanggal 15 November 1945 lahir Angkatan Muda Katolik Republik
Indonesia (AMKRI) ditengah ramainya perjuangan dan munculnya organisasi
kepemudaan. Tanggal 7- 12 Desember 1949 dalam Kongres Umat katolik Seluruh
Indonesia (KUKSI) lahir Muda Katolik Indonesia (MKI). 26 Seterusnya pada Juni
1960 Muda Katolik Indonesia dalam kongres di Solo diubah menjadi Pemuda
Katolik yang diusulkan oleh Munajat (yang pernah menjadi Delagasi RI ke
Konferensi Meja Munda (KMB). Ketika tahun 1965, saat Partai Komunis
Indonesia (PKI) merajalela, Pemuda Katolik mengubah politiknya bersama
organisasi yang lain. Semua organisasi pemuda berbaju hitam, hanya gambar
dibelakang yang membedakannya, salib, kepala banteng, dan lain-lain. Dalam
masa itu Pemuda Katolik kesulitan membendung masa PKI. Pemuda Katolik tidak
mempunyai banyak masa. Saat itu orang Katolik jumlahnya belum banyak.
Timbul inisiatif untuk mendidik 50 orang anggota Pemuda Katolik secara basis

Marhaen. Hasilnya memang mengejutkan, pemuda PNI berkembang pesat dengan
terjunnya Marhaen Katolik. Namun sayang bahwa generasi muda Marhaen yang
Katolik tidak sehebat dan sepaham dengan generasi muda pertama dan kedua.
26

Michael Dua, Dkk.. 2008. Politik Katolik, Politik Kebaikan Bersama. Jakarta: Obor. hal. 79.

32
Universitas Sumatera Utara

Sejak proklamasi Kemerdekaan hingga tahun 1966 Partai Katolik selalu
duduk dalam kabinet. Tahun 1948-1950 berlaku Kasimo Plan, yaitu rencana
produksi pertanian selam tiga tahun yang dicetuskan oleh Bapak I. J. Kasimo yang
saat itu menjadi Menteri Muda Kemakmuran. Tanggal 1-17 Desember 1949
diadakan KUKSI. Dalam KUKSI diputuskan untuk Partai Katolik, yaitu satusatunya partai politik di Indonesia bagi umat Katolik.
Tanggal 21 Februari 1957, diumumkan adanya Konsepsi Presiden, yaitu
ide

mengenai


Demokrasi Indonesia yang

berdasarkan

Gotong-royong.

Berdasarkan ide tersebut, dibentuk Dewan Nasional dan Kabinet Kaki Empat
(terdiri dari Masyumi, NU, PNI, dan PKI). Mengenai Konsepsi Presiden yang
ditawarkan kepada partai-partai tersebut, NU, PSII, Parkindo, IPKI, PSI
menyatakan pikir-pikir dulu, sedangkan Partai Katolik dan Masyumi dengan tegas
menolak. Sejak saat itu, Partai Katolik dan Masyumi tidak pernah diikutsertakan
dalam Pemerintahan (tidak ikut duduk dalam Kabinet/tidak ada umat Katolik yang
menjadi Menteri). Tahun 1948 Ketua Umum Partai Katolik mengalami
pergantian. Bapak I. J. Kasimo digantikan Bapak Frans Seda. Mulai saat itu Partai
Katolik diikutsertakan dalam Pemerintahan lagi. Tanggal 30 September 1965
timbul pemberontakan PKI yang kedua, yang menyebabkan Orde Lama diganti
dengan Orde Baru (ORBA). Bersamaan dengan itu timbul organisasi-organisasi
yang bersifat pejuang politik temporer, yaitu : Front Pancasila, KAMI, KAPPI,
dll.. Sejak saat itu pula umat Katolik membentuk Front Katolik Tanpa Lubang,
yaitu semua umat Katolik termasuk umat Katolik yang berorientasi Nasionalisme


33
Universitas Sumatera Utara

dan masuk dalam organisasi-organisasi Marhaen (PNI, GMNI, PERWANAR,
GSNI, dll) supaya bersatu melawan gerakan Komunis yang mengadakan
pemberontakan.
Tanggal 5 sampai 8 Desember 1948 diadakan Kongres X di Yogyakarta,
merupakan Kongres terakhir Partai Katolik, sebab setelah itu timbul
pengelompokan

sosial

politik

menjadi

tiga,

yaitu

:

Golongan

Karya

Pembangunan, Golongan Pembangunan Spiritual, dan Golongan Pembangunan
Materiil. Kemudian, dengan adanya Undang-undang No.5 Tahun 1973, ketiga
golongan tersebut menjadi GOLKAR, PPP, dan PDI. Secara resmi, Partai Katolik
berfusi dalam Partai Demokrasi Indonesia bersama dengan PNI, Parkindo, IPKI,
dan MURBA. Sejak saat itu kegiatan berpolitik bagi umat Katolik secara formal
terdapat di dalam dua wadah, yaitu dalam PDI dan GOLKAR. Secara tidak
langsung melalui kedinasan ABRI dan diangkat ke DPR (F-ABRI).
Di kediaman Bapak I.J. Kasimo, Jl. Sutan Syahril No.33 A Jakarta, tgl 28
Agustus 1928, dilaksanakan misa dengan iringan nyanyian Gregorian untuk
mengenang ibadat perjuangan mendatang (bertepatan dengan pesta Santo
Agustinus) yang dipimpin oleh Mgr. Darius Nggawa (Uskup Larantuka, Flores).
Acara tersebut dihadiri oleh para pengurus Yayasan Kasimo DKI Jakarta dan
sebagian anggota pendiri yayasan, diantaranya Bapak Frans Seda dan Bapak
Wignyasumarsono. Uskup dalam khotbahnya mengatakan : “Santo Agustinus
hidup pada jaman peralihan setelah runtuhnya Kekaisaran Roma yang telah
memberikan angin baik dalam perwartaan iman pada masa itu. Kiranya ada dua

34
Universitas Sumatera Utara

hal yang patut kita petik dari tulisan Agustinus, ialah optimisme dan yakin pasti
ada jalan. Inilah dorongan yang memberikan kehidupan politik gereja pada masa
itu, dan hasilnya seperti apa yang kita rasakan sekarang.” 27
Semangat yang melandasi pergerakan dan perjuangan Pemuda Katolik
adalah Pro Ecclesia Et Patria, yakni membela Gereja dan tanah air. Nilai-nilai
yang mendasari Pemuda Katolik dalam pergerakaannya senantiasa dijiwai oleh
nilai-nilai kekristenan dan disemangati oleh nilai-nilai kebangsaan, sehingga
Pemuda Katolik harus independen dan berorientasi pada pelbagai persoalan sosial
kemasyarakatan serta terikat dalam satu persekutuan dengan Gereja sebagai umat
Allah dalam aktualisasi iman, cinta kasih dan persaudaraan antar seluruh umat
manusia.
Pemuda Katolik sebagai wadah berhimpun orang muda yang beragama
Katolik, merupakan wadah pemersatu yang memiliki tugas dan tanggung jawab
dalam pembangunan generasi muda sebagai penerus cita-cita dan masa depan
gereja dan bangsa, sehingga Pemuda Katolik merupakan satu kesatuan yang tidak
terpisahkan dengan lingkungan Gereja dan Negara Kesatuan Republik Indonesia,
sebagai bagian dari Pemuda Bangsa Indonesia.
Berikut ini sejarah nama Pemuda Katolik:
1.

1928

Pemuda Katolik Mjakarta aktif dalam kongres
Pemuda Indonesia.

27

Pemuda Katolik. 2009. Buku Kenangan Kongres Nasional XIV Pemuda Katolik. Manado. hal.12.

35
Universitas Sumatera Utara

2.

1931

April pembentukan Pemuda Katolik di Tomohon,
Sulawesi Utara.

3.

1938

Persatuan Pemuda Katolik, Ikut dalam kongres
Pemuda Indonesia III.

4.

1945

Tanggal 9-10 November Kongres Pemuda Katolik
Indonesia I setelah proklamasi. Pemuda Katolik
terpilih se-bagai salah satu anggota DPP Badan
Kongres dan anggota Badan Pekerja. Dalam
Kongres Pemuda Katolik tegas menolak bergabung
dengan Pesindo. 15 November Angkatan Muda
Katolik

Republik

Indonesia

(AMKRI)

dideklarasikan.
5.

1948

Wakil Pemuda Katolik (AMKRI) duduk sebagai
anggota Presidium Kongres Pemuda Indonesia.

6.

1949

17 Agustus AMKRI aktf dalam Kongres Pemuda
Indonesia. Organisasi-organisasi Kepemudaan (SOS
MAS) Katolik bergabung dalam Muda Katolik
Indonesia (MKI).

7.

1951-1965

Terintegrasi dengan perjangan politik Partai
Katolik.

36
Universitas Sumatera Utara

8.

1960

MKI berubah nama menjadi Pemuda Katolik. 28

Dengan melihat sejarah pergerakan diatas, Pemuda Katolik yang sekarang
menjadi sarana pembelajaran/organisasi kader. Berawal dari Angkatan Muda
Katolik Republik Indonesia (AMKRI), yang dideklarasikan di Yogyakarta, 15
November 1945 sebagai Organisasi Kemasyarakan (Ormas), Oikos dan Habitus
kader bangsa. Sesuai dengan konteks dan tuntutan zaman, Angkatan Muda
Katolik Republik Indonesia di Solo berubah nama menjadi Pemuda Katolik.
Sebagai Oikos dan Habitus kader bangsa, Pemuda Katolik berziarah terus
bersama kompenen-komponen bangsa ini dalam pangkuan Ibu Pertiwi, Negara
Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945. Dalam rangka mengawal Ideologi Negara, Pancasila dan Dasar Negara,
Pemuda Katolik senantiasa bersama-sama dengan semua pihak yang berkehendak
baik mendukung dan melestarikan hari-hari depan Gereja dan Bangsa yang
menciptakan kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnologi yang melupakan
ungkapan realisasi Konsisli Vatikan II (Ag Gentes, 21). 29
B. Asas, Visi/Misi, Lambang, Tujuan dan Sasaran Pemuda Katolik
1. Asas
Pemuda Katolik berazaskan Pancasila dan Ajaran Sosial Gereja dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

28

Pemuda Katolik. 2009. Buku Kenangan Kongres Nasional XIV Pemuda Katolik. Manado. hal.12-13.
Hasil Konsili Vatikan II (Dekret Misi: Ad Gentes) Dokumen-Dokumen Misi yang dasarnya merupakan
jawaban-jawaban atas situasi konkrit yang dihadapi Gereja dalam pelaksanaan praktis perutusannya.

29

37
Universitas Sumatera Utara

2. Visi dan Misi
Menghadirkan Generasi Muda Katolik Indonesia sebagai wadah kerasulan
awam untuk merealisasikan transformasi sosial dalam masyarakat sesuai dengan
gambaran Tata Kerajaan Allah.
Membentuk

setiap

anggota

untuk

lebih

berani

dan

mampu

mengaktualisasikan Panggilan Kristiani dalam kehidupan bermasyarakat sesuai
dengan kehendak Allah secara kontekstual.
3. Lambang

Adapun Makna lambang Pemuda Katolik adalah sebagai berikut:
a. Bentuk Lambang :


Perisai Segi Lima melambangkan tekad untuk menjaga Negara
Kesatuan Republik Indonesia berasarkan Pancasila.



Pita Merah Putih melambangkan ikatan persatuan dan kesatuan
bangsa Indonesia.



Salib melambangkan kesadaran aktivitas organisasi sebagai bagian
Penebusan Dunia dan kerelaan berkorban atas dasar Iman Kristiani.

38
Universitas Sumatera Utara

b. Warna-warna yang digunakan:








Merah melambangkan semangat dan keberanian berjuang.
Putih melambangkan kesucian hati yang melandasi perjuangan.
Kuning melambangkan kekatolikan (identitas ” Gereja Katolik”)
Hijau melambangkan jiwa dan semangat muda.

4. Tujuan
Tujuan Pemuda Katolik adalah:
a.

Menegakan, memelihara, mengamalkan, dan membela nilai-nilai Pancasila,
Undang-Undang Dasar 1945 dan Ajaran Gereja Katolik.

b.

Mengembangkan watak Kristiani dalam diri Kaum Muda Katolik Indonesia,
menumbuhkan kesadaran kaum muda Katolik akan tanggung jawabnya
kepada Gereja, Bangsa, Negara Indonesia serta meningkatkan kepekaannya
kepada Gereja, Bangsa, dan Negara Indonesia serta meningkatkan
kepekaannya

dalam

keterlibatan

aktif

dengan

persoalan

sosial

kemasyarakatan Gereja, Bangsa dan negara Indonesia.
c.

Mempersiapkan Kaum Muda Katolik untuk menjadi ‘penggerak kegiatan
membangun’ yang tangguh bagi Gereja dan Bangsa Indonesia.

d.

Mempersiapkan Kaum Muda Katolik untuk menjadi pelopor kehidupan
yang rukun, damai penuh kasih, toleransi positif dan kerjasama antar umat
beragama yang lain.

e.

Memperjuangkan keadilan dengan berpartisipasi aktif dalam penegakan
hukum melalui upaya pembelaan bagi setiap warga negara yang

39
Universitas Sumatera Utara

membutuhkan sesuai dengan hukum yang berlaku dan nilai-nilai hukum
cinta kasih gereja.
Pemuda Katolik dalam rangka mengimplementasikan hakikat dan tujuan
organisasi sebagai organisasi kader Gereja dan Bangsa memiliki kurikulum
pendidikan berjenjang sebagai berikut: Masa Penerimaan Anggota (MAPENTA),
Kursus Kepemimpinan Dasar (KKD), Kursus Kepemimpinan Menengah (KKM)
dan Kursus Kepemimpinan Lanjut(KKL). 30
5.

Sasaran
Sasaran Pemuda Katolik adalah membangun persaudaraan kebangsaan

atas dasar penghargaan terhadap martabat manusia, pluralitas sebagai penampakan
Allah dan Hak Asasi Manusia, serta mendorong terwujudnya solidaritas sosial
sebagai basis kesejahteraan umum.
C. Sejarah Singkat Pemuda Katolik di Sumatera Utara
Setelah mundurnya kekuatan Belanda dari Indonesia pada 1949, umat
Katolik yang berpartisipasi sejak awal dalam mengawal kemerdekaan Indonesia
menyelenggarakan Kongres Umat Katolik Seluruh Indonesia (KUKSI) pada bulan
Desember di Jogjakarta. Pertemuan ini bagaikan prototip Sidang Agung Gereja
Katolik Indonesia (SAGKI) sekarang. Diputuskan untuk melebur partai-partai
umat Katolik yang bersifat kedaerahan menjadi satu Partai Katolik yang bersifat
nasional. Niat itu terlaksana di Semarang pada tahun 1950. Partai Katolik
mengikuti Pemilihan Umum 1955 untuk DPR dan Konstituante dengan perolehan

30

Kurikulum pendidikan Pemuda Katolik mengatur pelaksanaan dan materi kegiatan kaderisasi organisasi.

40
Universitas Sumatera Utara

kursi yang melebihi kuota umat Katolik. itu berarti partai ini mendapat
kepercayaan besar rakyat Indonesia, bukan hanya umat Katolik.
Pada tahun 1953 Pater Djajasepoetra SJ diangkat menjadi Vikaris
Apostolik Jakarta, menggantikan Mgr Willekens SJ. Ia adalah uskup bumi putera
yang kedua di Indonesia. Hubungan dengan Pemerintah Indonesia pada mulanya
berjalan baik. Tetapi ketika pengaruh komunisme semakin besar (dengan
semangat materialisme dan ateismenya yang ditentang oleh Paus Leo XIII sejak
Ensiklik Rerum Novarum, 1891) umat Katolik agak renggang dengan Pemerintah.
Dengan tegas Mgr Soegijopranoto menyatakan kepada Presiden Soekarno bahwa
"umat Katolik akan bekerja sama dengan Pemerintah asalkan kebebasan beragama
dijamin dan rakyat Indonesia dipimpin terlepas dari materialisme dan sikap ateis."
Para Waligereja melakukan sidang pada tahun 1955 di Surabaya dan
secara resmi menggunakan nama MAWI (Majelis Agung Waligereja Indonesia).
Dalam sidang ditekankan agar semua pemimpin umat Katolik menyesuaikan diri
dengan cita rasa kebangsaan Indonesia di segala bidang, mulai dari bidang
pendidikan.
Sidang selanjutnya pada tahun 1960 di Girisonta membahas kemungkinan
pendirian hirarki mandiri Gereja Katolik di Indonesia. Menanggapi harapan
sidang ini, pada 3 Januari 1961 Paus Yohanes XXIII dengan konstitusi apostolik
Quod Christus mendirikan hirarki Gereja katolik di Indonesia. Ini berarti
Indonesia bukan tanah misi lagi, tetapi Gereja muda. Semua Prefektur Apostolik
dan Vikariat Apostolik ditingkatkan menjadi Keuskupan, dipimpin Uskup

41
Universitas Sumatera Utara

masing-masing. Keuskupan-keuskupan yang berdekatan dihimpun menjadi suatu
Provinsi Gerejani, dan salah satu Keuskupan ditunjuk menjadi metropolit pusat
himpunan sebagai Keuskupan Agung. Ada 6 Keuskupan Agung dan 20
Keuskupan yang disebut Keuskupan Sufragan.
Selanjutnya para Uskup Indonesia mengikuti Konsili Vatikan II di Vatikan
yang berlangsung 1962-1965, dengan hati was-was karena situasi dalam negeri
Indonesia yang semakin panas bergolak, penuh dengan pemberontakan.
Pemerintahan menjurus kepada pemerintahan diktator. Presiden Soekarno
tumbang pada tahun 1965 setelah kegagalan pemberontakan komunis. Mulailah
periode Orde Baru di Indonesia. Gereja pun mengalami banyak pembaruan karena
keputusan-keputusan Konsili Vatikan II. Bahasa Indonesia digunakan dalam
liturgi menggantikan bahasa Latin. Umat awam diberi kesempatan berperan serta
di berbagai hal dalam kegiatan pastoral Gereja.
Banyak korban jiwa pada masa pasca pemberontakan yang gagal dari
Partai Komunis Indonesia pada 1965. Gereja Katolik dengan kerja keras berusaha
mengerem kekejaman yang terjadi di mana-mana. Dengan semangat kasih
ditegaskan bahwa yang harus dimusuhi adalah ideologi yang jahat, bukan
orangnya. Sambil mengobati luka-luka batin umat Katolik didorong untuk ikut
aktif dalam proses pembangunan masyarakat dan negara dari situasi yang porak
poranda. Kegagalan panen di mana-mana menyebabkan wabah kelaparan dan
penyakit berjangkit. Gereja mengulurkan tangan dengan membagikan sumbangan
pangan dan obat-obatan dari sesama umat Katolik luar negeri. Inflasi yang melejit

42
Universitas Sumatera Utara

tinggi nyaris melumpuhkan perekonomian. Gereja ikut serta mengembangkan
koperasi dan menggalakkan semangat menabung.
Ungkapan kasih dan perhatian umat Katolik itu mendapat tanggapan
positif dari rakyat kebanyakan. Banyak orang belajar agama Katolik dan
memberikan diri dibaptis. Jumlah umat menjadi berlipat ganda. Gereja Katolik
serta agama-agama lain mengalami pertumbuhan yang sangat besar terutama di
daerah yang dihuni oleh sejumlah besar suku Tionghoa dan etnis Jawa.
Dinamika politik yang tidak stabil membuat Gereja turut ambil perhatian
terhadap perkembangan komunis di Indonesia. Gereja melihat perkembangan
Komunis akan menghambat kebebasan beragama di Indonesia. Geraja
beranggapan bahwa komunis akan membuat umat katolik terpecah sehingga perlu
dikembangkan wadah-wadah Katolik di Indonesia.
Organisasi-organisasi yang berlandaskan Kekatolikan dikembangkan pada
tingkat lokal untuk mengantisipasi perkembangan komunis di Indonesia. Pemuda
Katolik bersama dengan organisasi yang berlandaskan Katolik seperti Wanita
Katolik Republik Indonesia (WKRI) dan Perhimpunan Mahasiswa Katolik
Indonesia (PMKRI) mulai tumbuh di Sumatera Utara mulai tahun 1960-an.

31

Pada tahun 1960-an Pemuda Katolik berdiri di Sumatera Utara di Jalan
Lingga No. 02 Kelurahan Toba, Kecamatan Siantar Selatan Pematang Siantar.
Pematang Siantar diambil karena jumlah umat yang lebih banyak. Dalam
perkembangannya Kantor Komisariat Daerah Sumatera Utara pindah dari
31

Wawancara dengan Oloan Simbolon di Hotel Danau Internasional, Jalan Imam Bonjol No.17 pada 13
Desember 2014 pukul 09:30

43
Universitas Sumatera Utara

Pematang Siantar ke Medan mengikuti Keuskupan 32 dan dilandasi pada keputusan
Musyawarah Komisariat Daerah (MUSKOMDA) Pertama. 33 Pemuda Katolik saat
ini terdapat 33 cabang yang terletak di Kabupaten/Kota yang ada di Sumatara
Utara.
Sejatinya basis massa Pemuda Katolik adalah orang-orang muda yang
aktif dalam lingkungan Gereja. Kerena situasi internal pendampingan kaum muda
yang makin lemah serta munculnya Undang-Undang Keormasan (dalam kerangka
depolitisasi Orde Baru) yang melarang ormas ada dalam lingkungan tempat
ibadah, maka diputuskan Pemuda Katolik terlepas dari struktur teritorial Gereja
dan mengikuti struktur administratif negara, serta berfungsi mengisi peran
eksternal Gereja khususnya dalam bidang sosial dan politik. Sebagai gantinya
dibentuklah MUDIKA untuk kaum muda teritorial, dan KMK (Keluarga
Mahasiswa Katolik) untuk mahasiswa/kategorial. Akibatnya Pemuda Katolik
kehilangan basis masa kader, sementara KMK dan MUDIKA kehilangan
kesadaran kritis dan tanggung jawab sosialnya, terbenam dalam dirinya sendiri.
D. Garis Besar Haluan Organiasi Pemuda Katolik Komisariat Daerah
Sumatera Utara
1.

Pola Umum Pengembangan Organisasi

a.

Pemuda Katolik adalah Organisasi pembinaan, Kepemudaan dan
Kemasyrakatan yang tidak berafiliasi pada organisasi apapun. Dengan
demikian disamping menjamin hak hidup dan hak keleluasaan dalam

32

33

Keuskupan adalah sebuah wilayah administratif yang diatur oleh seorang Uskup
Wawancara dengan Huba Simarmata di Kantor DPRD SUMUT pada 02 desember 2014 pukul 10:15

44
Universitas Sumatera Utara

menentukan kebijakan dan pengembangan organisasi, pemuda kaolik
juga wajib Mensuksekan Pembangunan Nasional. Dalam hal ini Pemuda
Katolik bertanggung jawab memberikan kontribusi pada kehidupan
kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraaan. Kontribusi ini baik
tatanan ide maupun aksi, untuk mengagregasikan dan mengartikulasikan
aspirasi dan kepentingan masyarakat demi suksesnya pembangunan
nasional.
b.

Partisipasi

Organisasi

dalam

mensuksekan

Pembanguna

Nasional

disesuaikan dengan kapasitas, konteks dan semangat pembangunan.
Sebagai organisasi kemasyarakatan kepemudaan, Pemuda Katolik
menempatkan pengkaderan menjadi salah satu prioritas utama, sebab
Pemuda Katolik adalah Organisasi Kader yang handal bagi Kaum Muda
Katolik dalam berkiprah bagi Gereja dan Bangsa. Pemuda Katolik
berupaya mencetak kader-kader muda katolik yang berjiwa kristiani dan
bersemangat kebangsaan. Menjadi tempat berpijak yang kokoh bagi Kaum
Muda Katolik melangkah maju dalam berkiprah di bidang sosial
kemasyarakatan. Menjadi rumah yang nyaman untuk dihuni oleh Keluarga
Besar Pemuda Katolik, yaitu para anggota dan alumni Pemuda Katolik.
Dalam segala aktifitasnya selalu berupaya menciptakan kader bangsa yang
profesional, inovatif, demokratis, dan berwawasan kebangsaan. Upaya ini
merupakan jawaban terhadap tuntutan kehidupan kemasyarakatan,

45
Universitas Sumatera Utara

kebangsaan dan kenegaraan serta menggereja dalam menyiapkan calon
pemimpin di masa datang.
c.

Identitas Pemuda Katolik juga merupakan organisasi kepemudaan, maka
dalam keseluruhan gerak langkah perhimpunan harus senantiasa diwarnai
oleh nilai-nilai, cita-cita dan realitas hidup, dan berkembang dalam seluruh
aspek kepemudaan, yang melalui proses belajar senantiasa untuk
memperbaharui diri serta mengimplementasikan ke berbagai dimensi
sosial lainnya. Prioritas tersebut harus dilihat sebagai fungi komplementer
terhadap dunia generasi muda, yang pada akhirnya diharapkan dapat
menyelamatkan Generasi Muda Katolik dari kelemahan yang dihadapi
termasuk bentuk-bentuk pengkhianatan intelektualitas kader.

d.

Untuk dapat mewujudkan semua fungsi tersebut, tidak dapat tidak dituntut
sistem pengoperasian yang mantap dimulai dari peletakan kebijakan dasar
strategi pengembangan organisasi, struktur dan manajemen, kader-kader
pengelola, pola pembinaan dan program kerja.

e.

Atas dasar itulah, Pemuda Katolik Komda Sumatera Utara menempatkan
enam bidang pokok yang secara khusus mendekatkan organisasi pada
kongkritisasi organisasi, Kaderisasi, Kesekretariatan dan Keuangan, Sosial
Kemasyarakatan, Hubungan antar Lembaga dan Informasi Komunikasi. 34

34

Pemuda Katolik Komda Sumut: 2013.Rakerda Pemuda Katolik Komda Sumut Periode 2010-2013. Medan

46
Universitas Sumatera Utara

2.

Pola Khusus Pengembangan Organisasi

a. Bidang Pengembangan Organisasi
1) Pemuda Katolik harus berupaya untuk mentransformasikan diri
menjadi organisasi modern. Organisasi yang mampu menyiasati diri
untuk survive dan berkembang menghadapi tantangan globalisasi yang
dilingkupi modernisasi haight technology.
2) Cabang-cabang mampu mengoptimalkan sumber daya yang ada di
daerah nya masing-masing. Anggota-anggota Pemuda Katolik
setempat dituntut utntuk peka terhadap kultur, potensi, naupun
problema daerah nya Langsung tidak langsung, penguasaan atas hal
tersebut di atas akan mendorong peningkatan kualitas pribadi anggota
pribadi yang populis, humalis, dan berwawasan ke depan.
b. Bidang Kaderisasi
Tujuan Pengembangan yang ingin di capai dalam bidang ini untuk
menjawab tuntutan Pemuda Katolik di masa depan yaitu:
1) Pemuda katolik yang tanggap perubahan, yang menuntut sikap
Pemuda Katolik untuk selalu terbuka terhadap lingkungan yang harus
di dukung dengab perangkat dan jaringan yang memadai.
2) Pemuda Katolik sebagai organisasi Kader sebagai prasyaratan mutlak
untuk tangggap terhadap perubahan, kultur kesadaran untuk berani
mencoba (membebani yang ada) merupakan sarana yang sesuai bagi
pengembangan organisasi serta latihan intelektual anggota.

47
Universitas Sumatera Utara

3) Menjadikan Pemuda Katolik sebagai wahana pencipta kader
profesional sesuai dengan tuntutan yang akan dihadapi sehingga
perubahan yang semakin cepat dapat diantisipasi dan ditangggapi
oleh Pemuda Katolik.
c. Bidang Kesekretariatan dan Keuangan
1) Pembaharuan Paradigma serta merevitalisasi fungsi kesekretarian
jendral

yang

berkemampuan

mengkordinasi

sekaligus

mengintegrasikan kinerja kerja bidang-bidang secara sinergis.
2) Peningkatan kualitas kesekretarian jendral yang berbasis pada
pengembangan perangkat pendukung teknologi dan sistem data base
terpusat.
d. Bidang Hubungan Antar Lembaga
1) Revetalisasi semangat kepemudaan
Untuk memperkuatkan respondan sensifitas perhimpunan terhadap
dinamika kepemudaan, menjadikan Pemuda Katolik sebagai bagian
yang tidak terpisahkan dari dinamika kehidupan pemuda indonesia
khusus nya pemuda di sumatera utara. Semangat intelektual
pembaharu yang relevan dalam dunia kepemudaan harus mewarnai
seluruh aktivitas organisasi.
2) Menjawab Kebutuhan Generasi Muda
Pengembangan ini sebagai langkah untuk mendekatkan diri dan
menjadikan Pemuda Katolik sebagai kebutuhan pemuda melalui

48
Universitas Sumatera Utara

pendekatan aktivitas kepemudaan terutama melalui bidang dialok dan
kerja sama dengan organisasi kepemudaan lainnya. Pengembangan
Pemuda Katolik lebih ditekankan menjadi wadah bagi generasi muda
untuk beraktivitas dan bergaul secara bebas dalam pluralitas, sekaligus
menjadi wadah bagi anggota untuk belajar dan mengembangkan diri
dalam pluralitas tersebut.
3) Menjadikan Pemuda Katolik Sebagai himpunan yang tidak terpisahkan
dari dinamika kehidupan pemuda indonesia.
e. Bidang Gerakan Kemasyarakatan
Tujuan pengambangan yang ingin dicapai dalam bidangb ini
sebagai impelementasi peran Pemuda Katolik dimasa depan yaitu:
1) Proaktivitas terhadap dinamika kemsyarakatan Pemuda Katolik
respon kemsyarakatan Pemuda Katolik yang semakin cepat dan tepat,
komprehensip dan integratif serta mengakar terhadap setiap aspek
permasalahan.
keterlibatan

Konsekuensi
Pemuda

dari

Katolik

tujuan

harus

ini

konsisten

maka
serta

inttensitas
semakin

memperluas basi perjuangan melalui jaringan kebersamaan baik
dalam tingkat ide maupun praksis
2) Koordinasi gerak kemasyarakatan
Koordinasi dan komunikasi gerak kemasyarakatan antara Pengurus
Pusat, komisariat daerah (KOMDA), komisariat cabang (KOMCAT)
dan Komisariat anak cabang (KOMAC), harus di optimalkan terutama

49
Universitas Sumatera Utara

dalam menciptakan kebersamaan fisik sehingga tercipta perjuangan
yang

menyatu

dan

menyeluruh

untuk

semakin

memperkuat

perjuangan pemuda katolik, di satu sisi secara internal dapat
memperkuat kinerja organisai. Koordinasi dan Komunikasi yang
semakin baik antar Pemuda Katolik dengan hirarki serta dalam
lingkungan internal katolik juga menjadi prioritas Pemuda Katolik
dalam aktivitasnya.
3) Pendidikan dan pembinaan bidang gerak kemasyarakatan
Pentingnya tujuan pengembangan ini adalah sebagai basis Pemuda
Katolik dalam mengaktualisasikan visi nya. Oleh karena itu prioritas
ini juga harus menjadi satu kesatuan dalam kerangka pembinaan
Pemuda Katolik. Tuntutan yang harus di penuhi juga tidak terbatas
memberi wawasan namun lebih peningkatan analisis permasalahan
sehingga menumbuhkan kepekaan sosial dan ketajaman analisis kader
Pemuda Katolik.
f. Bidang Informasi Komunikasi
1) Pemuda Katolik harus mampu memanfaatkan tekhnologi informasi dan
komunikasi yang sedang berkembang.
2) Setiap Komisariat cabang mampu mengoptimalkan sumber daya
anggota yang ada di daerah masing-masing dalam membangun
jaringan informasi dan komunikasi.

50
Universitas Sumatera Utara

3) Untuk mencapai tujuan-tujuan di atas di butuhkan pelatihan dan
pengembangan anggota tentang tehknologi informasi dan komunikasi.
E. Stuktur Pemuda Katolik Komisariat Daerah Sumatera Utara
Pemuda Katolik Komisriat daerah Sumatera utara berada di Jl. Setia
Budi Kompleks Setia Budi Point Blok B No. 02 Medan Sumatera Utara.
Adapun struktur organisasi adalah sebagai berikut:
Struktur Pengurus Pemuda Katolik
PENGURUS PUSAT

PENGURUS KOMISARIAT
DAERAH

PENGURUS CABANG

RANTING

KOMISARIAT
mb
Sumber: http://pemudakatolik.org/

Adapun susunan pengurus Pengurus Pemuda Katolik Komisariat Daerah
Sumatera Utara Periode 2010-2013 adalah sebagai berikut:
PENASEHAT
a. Ketua

: Raymond Simanjuntak, SH

b. Seketaris

: Drs. Maniur Rumapea, M.Si

c. Anggota

: 1) Drs. Johannes Sembiring. MAP

51
Universitas Sumatera Utara

2) Drs. Berman Sinaga
3) Ir. John Hugo Silalahi. MM
4) Drs. Suang Karo-Karo
5) Ir. Bisman Sirait
6) Benjamin Winata
7) Ramli Lumban Gaol, SE
KETUA

OLOAN SIMBOLON, ST

Wakil Ketua Bidang Organisasi

Johannes Naibaho, SP.d

Wakil Ketua Bidang Kaderisasi

Nadiasi Sihotang, S.Sos

Wakil Ketua Bidang Pemerintahan, Politik Dan

Delphius Ginting, ST

Bela Negara
Wakil Ketua Bidang Pemberdayaan Perempuan

Putrina Sidabutar, SP.d

Wakil Ketua Bidang Kewirausahaan Dan Ekonomi

Akner Simbolon, ST

Wakil Ketua Bidang Informasi Dan Komunikasi

Nicodemus Sitanggang, ST

Wakil Ketua Bidang Kebudayaan Dan Pariwisata

Nani Silvia Tan

Wakil Ketua Bidang Litbang Hukum Dan Ham

Darta Sembiring, ST

SEKRETARIS

HOTDIMAN MANIK, SP. M.Si

52
Universitas Sumatera Utara

1. Fredy Hasudungan Lumban

Wakil Sekretaris

Siantar, SI.p
2. Valentinus Pakpahan, ST
3. Eva Simatupang
4. Frans Simorangkir, SP.d

BENDAHARA

DESMAWATY GINTING, S.SOS

53
Universitas Sumatera Utara