Kedai Kopi Pada Mahasiswa (Studi Etnografi Mengenai Kedai Kopi Menjadi Forum Interaksi Bagi Mahasiswa di Padang Bulan, Kecamatan Medan Selayang Kota Medan)

BAB II
GAMBARAN UMUM KEDAI KOPI

2.1.

Sejarah Kedai Kopi
Kedai kopi pertama di dunia yang tercatat diketahui muncul pada 1475.

Kedai kopi ini bernama Kiva Han dan berada di Kota Konstantinopel (sekarang
Istanbul) Turki. Kedai kopi ini diketahui menjadi coffee shop pertama yang buka
dan melayani pengunjungnya dengan kopi khas Turki. Pada masa itu, kopi adalah
unsur penting dalam kebudayaan Turki. Sangkin pentingnya bahkan ada hukum
yang mengatakan jika seorang suami tidak memberikan pasokan kopi yang cukup
untuk istrinya, maka istrinya berhak menceraikan sang suami. Kopi di Turki ini
disajikan kuat, hitam dan tanpa filter. Orang-orang Turki gemar menikmati kopi
mereka dengan memasaknya dengan ibrik (pot ala Turki). Budaya minum kopi
seperti

ini

masih


diterapkan

di

Turki

hingga

sekarang

(http://warungkopishop.blogspot.co.id/2013/02/sejarah-coffee-shop.html)
Ide untuk menambah cita rasa kopi dengan cream dan pemanis, menjadi
trend di Eropa sekitar tahun 1529, setelah kedai kopi pertama didirikan di Eropa.
Vienna pernah diinvasi oleh pasukan Turki, yang meninggalkan berkarung-karung
kopi ketika mereka kalah dan kemudian melarikan diri dari kota itu. Franz Georg
Kolschitzky mengklaim kopi tersebut sebagai rampasan perang, dan membuka
sebuah kedai kopi. Sebenarnya, dia pernah tinggal di Turki dan satu-satunya orang
yang menyadari nilai sesungguhnya dari biji-bijian ini. Dia memperkenalkan ide
untuk menyaring kopi, sebagaimana memperhalus cita rasa minuman kopi dengan

susu dan gula. Minuman ini dengan cepat menjadi hit, dan ketika kedai kopi juga

22

Universitas Sumatera Utara

mulai menjual kue-kue manis dan penganan yang lain, popularitasnya meledak.
Keberadaan kopi terus menyebar, dengan kedai kopi pertama dibuka di
daratan Britania pada tahun 1652. Meskipun popularitasnya terus bertambah di
Eropa, ide membuka kedai kopi sampai di Inggris langsung dari Turki. Pedagang
Inggris yang meniagakan barang-barang Turki (termasuk kopi) memiliki dua
orang pelayan yang kemudian memisahkan diri, untuk masuk ke bisnis mereka
sendiri. Kedai kopi “The Turk’s Head” akhirnya lahir.
Di kedai kopi Inggrislah kata “tips” pertama kali digunakan dalam artian
gratifikasi. Sebuah toples dengan tulisan “Guna menjamin servis yang cepat”
diletakkan di meja counter. Orang-orang memasukkan koin ke toples itu untuk
dapat dilayani dengan cepat.
Orang Inggris menamakan kedai kopi mereka “penny university”
(Universitas Duit) karena harga kopi yang memang mahal saat itu dan banyaknya
bisnis kelas atas didirikan di sini. Pada kenyataannya, sebuah kedai kopi kecil

yang dijalankan oleh Edward Lloyd pada tahun 1668 adalah contoh sejati, sampai
sekarang bisnis tersebut masih berjalan sebagai perusahaan insuransi Lloyd’s of
London. Dari Inggris, ide ini terus tersebar di Eropa. Italia di tahun 1654 dan
kemudian Paris di tahun 1672, sedangkan Jerman mendirikan kedai kopi pertama
di tahun 1673.
Ketika masa kolonialisasi Amerika, kedai kopi secara cepat ikut menyebar.
Aturan kedai kopi di Amerika sama dengan kedai-kedai di Inggris: tempat
berkumpulnya komunitas bisnis. The Tontine Line Coffee House (1792) di New
York adalah lokasi asli New York Stock Exchange, karena dari dulu sangat
banyak kegiatan bisnis dijalankan di sini.

23

Universitas Sumatera Utara

Sampai saat itu, kedai kopi masih menyajikan kopi seduh tradisional.
Kemudian muncullah espresso. Pada tahun 1946, Gaggia menciptakan mesin
membuat espresso komersil yang jauh lebih mudah dan aman digunakan
dibandingkan model-model awal. Kedai kopi Gaggia, di Italia, adalah lokasi
pertama yang menggunakan mesin ini dan menawarkan espresso disamping kopi

seduh

tradisional.

Era

modern

kedai

kopi

telah

dimulai.

Tentu saja, kedai kopi oldies tidak harus dibingungkan dengan kedai kopi
yang muncul pada dekade baru-baru ini. Yang sebenarnya adalah restaurant yang
melayani menu makanan berat, disamping kopi. Tim Horton merupakan contoh
yang bagus untuk kedai kopi yang populer, yang selain menyajikan berbagai

macam makanan berat, mereka terkenal di berbagai negara untuk kopi mereka
yang nikmat. Tapi, ini tidak dapat diklasifikasikan sebagai kedai kopi karena
mereka tidak menyediakan espresso atau minuman lain yang berbahan dasar
espresso.
Kita tidak mungkin dapat melupakan apa yang paling terkenal dan
memiliki jaringan sangat luas dibanding kedai kopi yang lain, Starbucks. Mereka
membuka counter mereka yang pertama pada 1971 di Seattle dan kini telah
membanjiri dunia di 8.000 lokasi. Bagaimanapun, baik kita lebih suka nongkrong
di kedai kopi yang jaringannya tersebar luas seantero dunia atau kedai kopi lokal
yang bersahaja; kita telah melangkah melewati sejarah panjang kopi setiap kali
kita mengunjungi kedai kopi untuk secangkir latte.

Sejarah kedai kopi Medan tidak akan lepas dari keberadaan Kedai Kopi
Apek di Jl. Hindu Medan. Berdiri sejak 1922 itu, kedai kopi ini tidak banyak
berubah. Masih menggunakan bangunan tua sejak ia berdiri. Begitu juga dengan

24

Universitas Sumatera Utara


sajiannya: kopi robusta Sumatra dipadu dengan roti bakar diolesi srikaya dan telur
ayam kampung setengah matang. Semuanya menjadi satu ciri khas dan keunikan
salah satu kedai kopi tertua di Medan ini. (http://kopibrik.com/kedai-kopi-apeklegenda-kedai-kopi-medan-sejak-1922).

Kedai kopi di Indonesia sebelumnya identik dengan kedai kecil sederhana,
dengan menu khas kopi tubruk dengan sajian pendamping roti. Kedai kopi di
Indonesia juga memiliki kekhasan yaitu menjadi tempat kaum lelaki atau bapakbapak untuk minum-minum, berkumpul, berbincang, dan bersenda gurau. Kedai
kecil sederhana ini menghadirkan beragam cerita dibaliknya. Tidak hanya tentang
meminum kopi dan melepas lelah tapi juga tentang interaksi dan berbagi
informasi. Tidak heran jika selalu saja kedai kopi memiliki pengunjung yang setia.
Siang yang terik dan malam yang dingin tidak menjadi alasan untuk kedai
kopi ini sepi. Karena didalam kedai akan terasa hangat. Hangat kedai kopi
tersebut tergambar dari hangat kopi yang disajikan serta obrolan yang berjalan.
Senda gurau, perkataan tajam yang tidak jarang menuding dengan sangat kritis
menjadi pemandangan yang biasa. Kedai kopi selalu menjadi wadah untuk semua
ekspresi, semua bentuk gaya hidup dan semua bentuk topik pembicaraan. Semua
dapat dibahas dalam satu meja, walaupun hadir konflik - konflik kecil didalam
perbincangannya.
Perkataan tajam yang tersaji di kedai kopi tidak kalah dengan debat - debat
yang terjadi pada wakil rakyat. Tidak jarang tuding menuding itu saling

menunjuk, memukul meja tanda tidak setuju dengan ungkapan lawan bicaranya.
Hal ini berjalan alot sampai memaki dan lain sebagainya. Namun debat tajam itu
tidak pernah sampai membuat keributan seperti pukul pukulan. Hal ini sama sama

25

Universitas Sumatera Utara

disadari bahwa ini hanya obrolan kedai kopi, obrolan yang pada dasarnya selingan
sebagai ekspresi rasa kecewa, senang dan lain sebagainya.
Masyarakat yang menjadikan kedai kopi tradisional ini umumnya adalah
masyarakat - masyarakat kebanyakan di Indonesia rata - rata lelaki paruh baya dan
anak muda melengkapi bangku-bangku yang ada di kedai kopi . Dari supir angkot,
tukang becak , buruh bangunan, hingga PNS serta tokoh masyarakat dan profesi
yang lainnya membuat kedai kopi tidak akan mati di makan usia. Kegiatan yang
mereka lakukan di kedai kopi tersebut biasanya menghabiskan waktu dengan
minum kopi, berbincang-bincang, bermain kartu dan kumpul-kumpul. Hal
menarik disini, wanita/ibu-ibu jarang terlibat dalam kumpul-kumpul di sini, dan
kedai kopi memang identik dengan tempat “hang out”nya para bapak-bapak dan
kaum lelaki.

Padang bulan dengan kompleksitas masyarakat yang tinggal tidak dapat
dipisahkan dengan tumbuh kembangnya kedai kopi disetiap sudut daerahnya.
Terdapat puluhan kedai kopi disekitar perumahan yang didirikan, baik itu
dipinggir jalan, didepan gang, disudut sempit, dipinggir lapangan, dipinggir
sungai dan lain sebagainya.
Keberadaan kedai kopi di padang bulan ini sesuai dengan kebutuhan
masyarakatnya terkhusus kaum lelaki. Kaum lelaki di daerah ini membutuhkan
tempat nongkrong, tempat meluapkan masalah dan berbagi dengan yang lainnya.
Bahkan tidak jarang kedai kopi menjadi pengikat komunikasi antara dua tetangga
yang jarang saling bertegur sapa.
Kemajemukan etnis dari Jawa , Karo , Toba , Aceh , dan Minang yang ada
di padang bulan ini tidak menghambat berkembangnya kedai kopi. Sebaliknya

26

Universitas Sumatera Utara

dengan majemuknya etnis di Padang Bulan justru membuat harmonis dalam kedai
kopi, dimana obrolan yang terjadi melewati batasan etnis sehingga terlihat kondisi
yang setara dan tidak ada etnis dominan. Semua duduk bersama semua berbicara

dengan topik yang sama meski dengan sudut pandang yang berbeda yang justru
memperlihatkan dinamika dari obrolan di kedai kopi.

Kedai Kopi Apek didirikan oleh orangtua Apek, Thia A Kee dan Khi Lang
Kiao dan bertahan hingga hampir seabad, telah membuat kedai kopi ini menjadi
salah satu ikon kota Medan. Kedai kopi ini berlokasi di kawasan Kesawan,
kawasan inti kota Medan yang pernah dijuluki sebagai kota Paris Van
Sumatra.Orang - orang yang datang ke sini bukan hanya penikmat kopi sejati yang
ingin menikmati cita rasa kopi Sumatra Utara, dari Sidikalang dan Lintongnihuta.
Tapi, juga untuk menikmati sebuah atmosfer kota tua. Kedai kopi ini menjadi
tempat alternatif selain Tip Top untuk bernostalgia tentang Medan tempo dulu.
Kalau dibilang kedai kopi paling tua di Medan, mungkin saja. Karena, kedai kopi
ini sudah berdiri sejak tahun 1922, sejak jaman kakek saya,” jelas Suyanti, putri
Apek generasi ketiga penerus usaha kedai kopi kopi itu.

Apek, 89 tahun, yang memiliki nama lengkap Thaia Tjo Lie, masih
menjaga keaslian kedai kopi yang didirikannya bersama istrinya, Lee King Lien,
83 tahun. (Catatan redaksi: Apek sudah meninggal pada tahun 2012, disusul
istrinya di tahun yang sama). Bangunan tua berlantai dua itu masih kokoh meski
sudah mengalami renovasi di beberapa sudut, misalnya tempat menyeduh kopi

yang sudah menggunakan alas marmer. Namun, kursi-kursi dan beberapa meja
kayu tua masih terawat dan kondisinya masih kuat. Beberapa asesoris di kedai

27

Universitas Sumatera Utara

kopi seluas 4×5 meter itu pun masih terawat baik, termasuk jam dinding tua yang
masih tetap berputar.

Tiap bangun pagi, yang pertama dipastikan bapak, jam dinding itu.
Apakah masih berputar atau tidak,” ujar Suyanti. Jam dinding klasik manual tanpa
baterai itu memang masih berputar seiring tetap hidupnya Kedai Kopi Apek. Jam
itu sudah dipajang di sana sejak kedai kopi itu dibuka pertama kali. Cita rasa kopi
yang disajikan pun masih sama seperti sedia kala. Kopi robusta diseduh dengan
air mendidih ke cangkir tanah liat yang tampaknya sudah sangat tua. “Dari dulu
takaran kopi dan rasanya tetap sama,” jelas Suyanti tanpa menjelaskan lebih
detail. “Yang penting rasanya tetap dijaga. Mungkin karena itulah orang tetap
betah datang kemari,” sambungnya.


Selain kopi, Kedai Kopi juga menyediakan teh. Yang membedakannya
lagi ialah, roti bakar keju dan selai buatan sendiri. Roti ini menjadi sarapan wajib
bagi para pengunjung yang tak ingin makanan berat, seperti mie goreng, kwetiaw
dan makanan sejenisnya yang dijual tak jauh dari lokasi Kedai Kopi Apek. Kedai
Apek menjadi sebuah saksi bisu tentang Medan. Seperti dikisahkan Suyanti, yang
mendapatkan cerita dari sang ayah, sejak masa pemerintah Belanda, Kedai Apek
telah menjadi tempat di mana warga kota bersosialisasi.

Tak hanya pedagang-pedagang Cina, tapi juga pribumi, jelasnya. Sampai
kini, atmosfer serupa masih tetap bisa dirasakan. Orang-orang yang datang ke sini
adalah orang yang dari kota sama. Kedai Kopi Apek merupakan salah satu
legenda kopi Medan yang populer itu. Harum kopinya kian merebak kemanamana.

28

Universitas Sumatera Utara

Foto 1. Kedai Kopi Apek di Jalan Hindu Medan

29

Universitas Sumatera Utara

2.2. Gambaran Umum Kedai Kopi di Ngumban Surbakti
2.2.1. Jam Kerja dan Pelayanan
Jam kerja kedai kopi di Jalan Ngumban Surbakti rata - rata buka 24 jam.
Jam kerja yang diberlakukan penjualnya pada saat – saat tertentu dari jam 12
siang sampai 7 malam dan selanjutnya jam 7 sampai tutup . Salah satu hal yang
bikin betah untuk nongkrong di kedai kopi adalah pengunjung yang dilayani
dengan baik oleh pelayan atau pemilik kedai kopi. Mereka harus ramah, baik,
sabar dan cekatan.

2.2.2. Menu
Untuk meracik kopi, mereka tidak menggunakan seorang barista atau ahli
minuman, terkadang hanya kopi hitam yang diseduh dengan air panas dan gula,
terkadang juga disajikan dengan susu. Banyak macam pilihan di kedai kopi
tradisional seperti ini. Menu-menu pilihan lain seperti white coffee dalam sachet
bahkan tidak terlalu diminati disini. Ada pula menu tambahan seperti teh manis
panas/dingin dan teh tong 9 yang biasa disebut pembeli di kedai kopi ini , dan
minuman berenergi .
Menu pendamping yang biasa ada untuk menemani minum kopi di sini
biasanya adalah mie goreng/kuah ala kadarnya, roti bungkus, dan cemilan
sederhana lainnya. Ada juga menu pilihan seperti telur bebek dadar, telur bebek
mata sapi, telur bebek/ayam kampung setengah matang yang dapat menambah
stamina ketika selesai berakifitas biasanya di pesan pelanggan yang bekerja terlalu
lelah ataupun habis berolahraga . Walaupun menunya sederhana, tidak banyak

9

Teh manis hangat yang biasa di sebut di kedai tersebut, lain daerah lain istilah.

30

Universitas Sumatera Utara

diberi tambahan bumbu-bumbu yang modern seperti di café - cafe, tetap
menjadikan kedai kopi ini menjadi tujuan favorit pelanggan tetap yang dapat
dikatakan setiap hari berkunjung di kedai kopi ini.

2.2.3. Desain Kemasan Saji
Dalam menyajikan kopinya, biasanya mereka menggunakan gelas kecil
dan piring kecil untuk alasnya, dan terkadang juga menggunakan tutup gelas dari
bahan stainless atau melamin. Kemasan yang sederhana tidak menjadi halangan
buat para pembeli untuk berkecimpung di dalam kedai kopi ini. Yang terpenting
bagi pembeli adalah bersih dan higienis cara penyajiannya itu saja cukup untuk
tetap berlama – lama duduk di dalam kedai kopi ini .
Minuman panas dengan segelas kecil tidak lupa dengan sendok kecil
sebagai alat mengaduk minuman agar menjadi manis dan tergantung selera
pembeli. Dan sebagai minum penutup diberikan segelas air putih untuk
menetralisir rasa manis yang kadang tertinggal dilidah. Hal ini adalah bagaimana
cara Penjual tetap memanjakan pembeli dan memberikan kesan yang baik
terhadap konsumennya.

31

Universitas Sumatera Utara

Foto 2. Minuman di Kedai Kopi

32

Universitas Sumatera Utara

2.2.4. Harga
Harga minuman dan makanan yang ada di kedai kopi ini dapat dikatakan
sangat terjangkau. Mulai harga Rp. 1.000,- sampai harga Rp. 9.000,- . Dengan
harga sangat terjangkau ini siapa saja bisa duduk dan menikmati kenyamanan
yang ada dikedai kopi ini. Dengan hanya membawa uang Rp.10.000,- saja, sudah
bisa makan dan minum. Inilah kelebihan yang dimiliki kedai kopi ini, dengan
semboyan “boleh murah asal tidak murah - murahan“ tetap prioritas utama yang
disajikan oleh penjual agar kedai kopi yang dikelolanya tetap ramai oleh
pengunjung dan ini lah salah satu strategi penjual untuk mempertahankan kedai
kopi ini terus beroperasi sampai saat ini.

Tabel Harga Menu di Kedai Kopi
Menu

Harga

Teh Manis Panas

Rp.3.000,-

Teh Manis Dingin

Rp.4.000,-

Kopi Hitam Panas/Susu

Rp.3.000,- / Rp.7.000,-

Minuman Sachet + Susu

Rp.4.000,- / Rp.8.000,-

Panas/Dingin
Indomie Kuah/Goreng

Rp.8.000,-

TST ( Teh Susu Telur )

Rp.9.000,-

Telur Setengah Matang ( Ayam

Rp.6.000,-

Kampung)
Sumber : Diakses oleh peneliti

33

Universitas Sumatera Utara

2.3. Fasilitas
Pada umumnya fasilitas kedai kopi tradisional di Indonesia sangat
sederhana, hanya terdiri bangku dan meja yang terbuat dari papan ala kadarnya,
dengan atap terpal atau asbes, dan sekelilingnya ditutup dengan kain bekas
spanduk atau spanduk bekas promosi produk tertentu yang terkadang tidak ada
hubungannya dengan produk kopi, dan dilengkapi dengan pencahayaan ala
kadarnya/remang-remang.
Di kedai kopi ini seperti terlihat gambar dibawah ini merupakan keadaan
kedai kopi yang ada di jalan ngumban surbakti. Dengan fasilitas televisi 40 inchi,
wifi, meja dan kursi plastik. Penjual juga memberikan fasilitas tambahan seperti
dam batu, papan catur dan kamar mandi seadanya. Tanpa memandang kelas sosial
di kalangan masyarakat padang bulan, kedai kopi ini tetap menjadi tujuan favorit
buat pelanggan tetapnya walaupun dengan fasilitas seadanya.
Bagi pelanggan kedai kopi ini, fasilitas tidak lah menjadi pilihan utama
mereka. Yang diinginkan pelanggan adalah tempat buat nongkrong di dekat
rumah mereka ada yaitu kedai kopi ini. Apalagi kedai kopi ini sempat tutup
beberapa tahun lalu, jadi mereka tidak ingin tutup seperti sebelumnya. Dengan
fasilitas yang ada sekarang mereka tetap mensyukuri apa yang ada di kedai kopi
ini. Inilah menjadi nilai tambah bagi penjual dan pembelinya karena sama - sama
saling membutuhkan, penjual membutuhkan tambahan ekonomi dan pembeli
membutuhkan ruang publik dan tempat nongkrong yang dianggap asyik dan
nyaman.

34

Universitas Sumatera Utara

Foto 3. Fasilitas yang ada di Kedai Kopi

2.4.

Pembeli Kedai Kopi
Kedai kopi tidak akan berfungsi semestinya jika tidak ada pembelinya .

Karena didalam suatu perjual-belian harus ada penjual dan pembeli . Pembeli
dalam kategori kedai kopi adalah penikmat kedai kopi yang secara terus –
menerus berkunjung ke kedai kopi . Dari sekian banyak masyarakat yang ada di
padang bulan khususnya jalan ngumban surbakti merupakan pengunjung tetap
kedai kopi ini . Mereka adalah mayoritas mahasiswa dan orang –orang yang
35

Universitas Sumatera Utara

berbeda profesi, agama, etnis dan lain sebagainya. Tapi tetap saja tidak menjadi
halangan karena fungsi kedai kopi merupakan ruang publik yang siapa saja bisa
duduk, minum kopi , ngobrol dan menikmati suasana yang ada di kedai kopi.
Dari sekian banyak pengunjung kedai kopi, nama - nama yang akan disebutkan
merupakan pelanggan tetap yang bisa menjadi informan dalam memberikan
informasi .

1. Surya Sembiring

10. Ichan

2. Sempurna Sembiring

11. Sakti

3. Ardi Ginting

12. Mark

4. Ivo Sembiring

13. Yoga Pinem

5. Soni Bangun

14. Niko Zebua

6. Pipin Colia

15. Yoses Sembiring

7. Pilus Colia

16. Imka Singarimbun

8. Mario Sinaga

17. Riki Tarigan

9. David Simbolon
18. Jigoro Lumbanraja
19. Agustinus Torong
20. Heri Pelawi

36

Universitas Sumatera Utara

Foto 4. Pengunjung Kedai Kopi

37

Universitas Sumatera Utara