Kedai Kopi Pada Mahasiswa (Studi Etnografi Mengenai Kedai Kopi Menjadi Forum Interaksi Bagi Mahasiswa di Padang Bulan, Kecamatan Medan Selayang Kota Medan)

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Auge Marc

1995 Non-place. Introduction to an Anthropology of Supermodernity.Verso.Newyork

Budi, Hardiman

2009 MenujuMasyarakatKomunikatif.Kanisius, Yogyakarta . Budi, Hardiman

2010 RuangPublik.Kanisius,Yogjakarta. Carmona dkk

2003 Public places - urban spaces, the dimension of urban design. Architecturalpress.

Chaney,Davis

1996 Life Style.Jalasutra,Yogyakarta . Chaney, David

2003 LifeStyles.SebuahPengantarKomprehensif. Penerjemah:Nurnaeni. PenerbitJalasutra ,Yogyakarta .

Gerungan.W.A

1983 Psychology social. PT Eresco, Bandung Hanafi,Abdullah

1986 Memasyaratkan Ide IdeBaru. Surabaya: Usana Offset Printing Surabaya. Hutagalung,Mardiana

1994 SkripsiAntropologi.FungsiSosialLapo Kopi PadaMasyarakatPedesaan, USU, Medan .


(2)

Koentjaraningrat 1980 Pengantar Antropologi Aksara Baru, Jakarta

SauterdanHuettenmoser

2008 Liveablestreet and social inclusion. Urban design international (2008), volume 13, 67-70. www.palgrave-journals.co.uk/udi.

Spredley, James.

1997 MetodeEtnografi. Tiara Wacana, Yogyakarta . Walgito, Bimo

2006 PsikologiKelompok.PenerbitAndiYogyakarta . Zhang dan Lawson

2009 Meeting and greeting: activities in public outdoor spaces outside highdensity urban residential communities.Urban design international (2009), volume 14, 4, 207-214.

Sumberlain :

• https://www.facebook.com/notes/adib-tamami/humanisme-ala-warung-kopi/349414665069197

• http://sarungtenun.blogspot.com/2011/07/opini-publik-habermas.html • http://smileboys.blogspot.com/2008/08/pengertian-masyarakat.html • http://khairulazharsaragih.blogspot.com/2012/08/interaksi-sosial.html • http://tattisigraceful.blogspot.com/2013/04/ruang-publik.html

• http://naninamarine.blogspot.com/


(3)

• http://7heber.blogspot.com/2012/10/teknik-dasar-bermain-catur.html

• http://kumbangilmiah.blogspot.co.id/2014/12/menyelami-peran-dan-fungsi-mahasiswa.html


(4)

BAB III

FAKTOR PENDORONG DAN PENARIK KEDAI KOPI

3.1. Kasus Tiga Kedai Kopi

3.1.1 Kedai Kopi Ngadapta Kaban

Kedai Kopi Ngadapta Kaban salah satu dari sekian ribu kedai kopi yang ada di kota Medan. Ngadapta adalah salah satunya yang merupakan penjual dikedai kopi yang ada di Padang Bulan. Ngadapta dan kakaknya memiliki ide untuk membuka kedai kopi dan di dukung dengan tempat dimana mereka akan berjualan merupakan tempat (keda kopi) yang memiliki pelanggan setia dan sangat ditunggu – tunggu oleh pelanggannya. Dan banyak permintaan dari masyarakat khususnya pelanggan kedai kopi yang merasa kedai kopi menjadi rumah kedua bagi mereka.

Ngadapta merupakan etnis karo dan sekarang berstatus duda.Dari hasil penjualan itu Ngadapta dan kakaknya dapat menafkahi kebutuhan hidup keluarganya. Dengan membuka kedai kopi ini, Ngadapta di hadapi beberapa kendala salah satunya mahalnya harga - harga di pasar membuat ia harus menyiasatinya agar tetap bertahan membuka kedai kopi. Dengan keahlian dalam berdagang yang kurang, Ngadapta dan kakaknya mempunyai strategi dalam melayani dan memanjakan pelanggan atau konsumen di kedai kopinya. Dengan cara menetapkan harga yang dapat dijangkau oleh pelanggannya, karena pelanggannya tidak semua memiliki kantong yang tebal.

Di kedai kopi ini, khususnya pelanggan tetap dapat keringanan dalam membayar pesanan salah satunya dengan berhutang apabila belum gajian atau tidak membawa uang ke kedai.Hal ini dapat di maklumi oleh penjual karena didalam


(5)

dunia perdagangan, apalagi ini hanya cakupan dagang yang kecil.Di kedai kopi mana pun bagi pelanggan tetap dapat diberikan keringanan berupa hutang.Kadang terjadi konflik kecil antara penjual dan pembeli lantaran salah paham dalam hutang - piutang ini.Karena di setiap ada hutang, penjual mencatatnya di buku atau catatan kecil daftar hutang pelanggan.Disaat pembayaran hutang pelanggan kadang lupa dan penjual ingat lantaran ada catatan hutang yang dicatatnya.Maka terjadi cekcok kecil, tetapi tetap saja pelanggan membayarnya. Dengan catatan hutang itu lah, pembeli menjadi tahu berapa hutang yang harus di bayarnya .

Kedai kopi Ngadapta Kaban pada saat itu menjadi primadona bagi masyarakat sekitar, khususnya di daerah Ngumban Surbakti bagaimana tidak kedai kopi yang tempatnya nyaman, jauh dari kota, aman dan fasilitas yang memadai seperti televisi, wifi, alat permainan (catur dan kartu) dan bangku yang memanjang yang dapat dijadikan tempat tidur saat dibutuhkan. Dari kalangan atas, kalangan menengah, dan kalangan bawah berbaur menjadi satu tanpa membedakan strata sosial penikmat kedai kopi ini.Dari muda hingga tua, dari berbagai suku, agama tidak menjadi halangan untuk berkumpul dan berbincang.

Awalnya kedai kopi yang ada dijalan Ngumban Surbakti Kelurahan Beringin Kecamatan Medan Selayang ini berdiri karena pemilik kedai kopi belum memiliki pekerjaan yang tetap. Pemiliki yang bernama Ngadapta Kaban yang biasa dipanggil sama masyarakat setempat. Apalagi di lingkungan di daerah tersebut belum memiliki tempat umum untuk bersantai dan bercengkrama sesama penduduk setempat.Oleh karena itu lah Ngadapta Kaban membuka kedai kopi yang berukuran sekitar 8 - 5 meter yang ada didepan pasar.Walaupun dengan bahan - bahan yang sederhana seperti kayu atau papan, bambu, dan seng.Apalagi pada


(6)

waktu itu masyarakatnya belum saling kenal.sehingga dengan adanya kedai kopi tersebut dapat dijadikan sebagai tempat berkumpul atau menikmati waktu luang yang ada.

Pengetahuan semakin bertambah dengan adanya dialog - dialog kecil dari masalah sosial, ekonomi dan politik.Yang dahulunya kedai kopi lebih banyak berfungsi tempat bermain judi dan narkoba sehingga citra negatif masih melekat. Kini masyarakatnya lebih baik sehingga citra negatif itu hilang dengan berjalannya waktu karena kedai kopi kini menjadi tempat yang nyaman buat siapa saja karena aktifitasnya lebih banyak kegiatan yang bermanfaat seperti berdiskusi, minum kopi bersama-sama dan beristirahat .Apabila kedai kopi ramai maka ada kegiatan bermain kartu dengan kesenangan semata, bukan bermain judi seperti dulu yang pernah terjadi.

Kedai kopi ini menjadi primadona bagi penikmatnya, disaat kedai kopi ini tutup sehari saja maka pelanggan akan merasa kehilangan. Karena kedai kopi ini merupakan tempat yang begitu penting bagi penikmatnya untuk menghabiskan waktu.Bagi penikmatnya kedai kopi sudah menjadi rumah kedua bagi mereka. Alasan yang bermacam - macam dari tempatnya nyaman, strategis karena berada dipinggir pasar yang membuat angin lebih terasa di tubuh dan banyak alasan lainnya yang tidak dapat di ungkapkan dengan kata - kata karena sudah merasa menjadi bagian yang penting bagi penikmat kedai kopi tidak terkecuali penulis .


(7)

3.1.2. Kedai Kopi Sianida

Menatap salah satu bangunan di sekitaran Ngumban Surbakti terdapat juga warung kopi. Kedai Kopi Sianida ini salah satunya. Kedai kopi yang namanya termotivasi dari kejadian yang sangat terkenal di Indonesia.Sianida singkatan dari sitepu anak singuda (anak paling kecil dari marga sitepu). Kedai Kopi Sianida masih tetap sama seperti warung kopi lainnya. Ada kursi-kursi-kursi, ada meja kasir tinggi, ada kaca patri dan langit-langit yang tinggi. Pada sekeliling dinding dipancang foto-foto.

Kedai kopi sianida ini termasuk baru di lingkungan jalan Ngumban Surbakti.Kedai kopi Sianida memanfaatkan lahan parkir bus Almasar untuk dijadikan kedai kopi.Pak Sitepu adalah pemilik kedai kopi tersebut.Pak Sitepu berumur 55 Tahun. Usia yang mengharuskan beliau untuk banyak istirahat demi menjaga kondisi kesehatannya. Pak Sitepu mempunyai tiga anak; dua laki-laki dan satu perempuan. Yunus, Haidar, dan Lisa. Layaknya kedai kopi pada umumnya, kedai kopi ini kebanyakan dikunjungi oleh orang-orang karo dari sekitaran lokasi kedai kopi. Tumbuh di tengah pemukiman orang karo, orang-orang di sini menjadikan tempat ini sebagai episentrum untuk bercengkerama, bersinggung muka dan membicarakan banyak hal. Kursi-kursi yang lantas menjadi saksi dan bersenandung bagaimana masa berganti, pengunjung datang dan pergi ke kedai kopi ini.

Mengikuti zaman memang tidak bisa dihindari tampak, ada simbol wifi di sisi meja kasir. Mengakomodasi manusia yang semakin modern namun tanpa terperangkap arus zaman, para tamu yang datang sibuk bercengkerama


(8)

masing-masing, menikmati proses tatap muka. Seperti kedai kopi lainnya, sejak dahulu kedai kopi ini menyajikan kopi. Orang-orang memang menjadikan kedai kopi tak sekedar tempat minum kopi, tetapi untuk berbincang hingga lama. Saya memesan secangkir kopi tubruk, sementara istri memesan kopi susu, kopi tubruk memang selalu menjadi favorit saya untuk mencoba kopi. Kopi disajikan panas-panas, dengan aroma persis aroma yang menjalar di sepanjang trotoar Jalan Ngumban Surbakti.

Pak Sitepu memberanikan diri membuka kedai kopi tersebut dikarenakan melihat ada peluang yang cukup besar karena Pak Sitepu melihat kedai kopi Ngadapta Kaban selalu ramai pada malam hari.Kedai Ngadapta Kaban adalah kedai yang berada tepat disamping kedai Sianida. Kedai kopi Sianida memiliki lahan yang cukup luas karena lahan yang dipakai untuk membuat kedai kopi adalah lahan parkir bus Almasar.

Kedai kopi Sianida tidak seramai kedai kopi Ngadapta kaban dikarenakan kedai kopi Sianida terbilang baru di wilayah Jalan Ngumban Surbakti.Kedai Kopi Sianida kalo boleh dibilang kalah bersaing dengan Kedai Kopi Ngadapta Kaban dan Kedai Kopi Geleng.Kedai Kopi Sianida harus mencari pelanggan yang tetap di kedai kopi tersebut.Kedai Kopi Sianida harus berinovasi supaya pelanggan dapat tertarik kekedai kopi tersebut.

Harga di kedai kopi di daerah Jalan Ngumban Surbakti biasanya hampir sama. Biasanya yang membedakan harga dikedai kopi biasanya susu yang dipakai untuk membuat teh. Kalau dikedai kopi Ngadapta Kaban susu yang dipakai biasanya susu bendera Gold. Susu bendera Gold lebih kental dari susu kaleng yang


(9)

lainnya. Beda dengan kedai kopi Sianida yang memakai susu Carnation yang terbilang lebih murah. Mungkin itu yang membedakan kedai kopi Ngadapta Kaban dengan kedai kopi Sianida dari segi harga.Dari segi lokasi kedai kopi Sianida terbilang lebih luas dan lebih strategis dibandingkan kedai kopi Ngadapta Kaban.Kedai kopi Sianida berada tepat disimpang Parang 1 dimana kendaraan melewati dua arah yang berbeda.

Kedai kopi Sianida ramai di hari malam minggu dimana pada malam minggu biasanya mahasiswa nonton bareng sepakbola di kedai kopi.Kedai kopi Sianida ramai dikarenakan beberapa pengunjung yang hendak nonton bola di kedai kopi Ngadapta Kaban penuh dan taka da tempat buat nonton lagi.Beberapa pengunjung yang hendak mau nonton di kedai kopi Ngadapta Kaban mau gak mau berpindah ke kedai kopi Sianida untuk menonton bola.

Kedai kopi Sianida juga menyediakan fasilitas seperti dam batu untuk para pengunjung membuang waktu senggang disana. Fasilitas salah satu faktor untuk meramaikan kedai kopi untuk menarik perhatian para pengunjung.Para mahasiswa sangat senang bermain dam batu untuk menghabiskan waktu luang mereka disana.Biasanya para mahasiswa bermain dam batu tidak taruhan berupa uang, tapi mereka taruhan minum- minum saja untuk membuang waktu luang mereka.

Pendapatan kedai kopi Sianida biasanya kurang dari satu juta rupiah.Membuka keddai kopi tidaklah seenak yang dipikirkan.Banyak biaya yang harus dikeluarkan contohnya biaya sewa pelayan, biaya listrik, dan air. Belum lagi biaya sewa tempat perbulan yang akan dibayar Pak Sitepu kepada pemilik tempat. Pendapatan yang didapat oleh kedai kopi sianida terbilang minim dibandingkan


(10)

kedai kopi Ngadapta Kaban.Maklum kedai kopi Sianida terbilang baru dibandinkan kedai kopi Ngadapta Kaban yang terbilang ramai dan sudah memiliki pelanggan tetap.Biasanya yang bikin ramai di kedai kopi adalah pelanggan tetap.Para pelanggan tetap biasanya menganggap kedai kopi adalah rumah kedua mereka.Para pelanggan tetap biasanya lebih dari sekali dalam sehari kekedai kopi.Kalau tidak kekedai kopi rasanya ada yang kurang dalam diri mereka.

3.1.3 Kedai Kopi Geleng

Di Medan sebagai salah satu simbol wisata kuliner, tidak ketinggalan dalam perkembangan bisnis kedai kopi. Kedai kopi ini juga dibangun untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan budaya minum kopi dengan sarana dan prasarana yang sangat memberikan kenyamanan bagi konsumennya, seperti kemudahan akses internet. Tempat duduk Warung kopi Geleng tidak seluas warung kopi atau tempat ngopi lainnya di Medan. Tempatnya sederhana dengan bertatakan meja dan kursi yang berukuran biasa-biasa saja. Tapi Warung kopi Geleng adalah salah satu warung kopi tradisional yang masih kuat bertahan sampai sekarang. Saat ini kota Medan sudah banyak tersedia tempat-tempat ngopi yang berkonsep cafe yang memiliki tempat yang luas, unik, dan asyik untuk dijadikan arena berselfieria. Gempuran kafe dan kedai kopi di Medan, warung kopi Geleng masih tetap ramai pengunjung. Bahkan saat malam hari menuju dini hari warung kopi Geleng akan semakin ramai dipenuhi anak muda dan orang tua untuk menikmati secangkir kopi.


(11)

Kedai kopi Geleng merupakan salah satu dari sekian banyak kedai kopi di Medan yang mampu bersaing dengan kedai-kedai kopi asing, terlihat dari jumlah pengunjung hampir mencapai 100 orang perhari. Sejak saya kecil kedai ini sudah ada. Hingga saat ini, kedai kopi geleng dikenal sebagai kedai yang menawarkan harga yang murah dan nyaman.Tentu saja dari perjalanan waktu yang dilalui oleh Warung Kopi Geleng ini telah mengalami beberapa perubahan. Selain dari atap dan dinding yang sudah saya sebutkan tadi mulai berdiri saat masih beratap daun kelapa yang kering. Dinding yang masih terbuat dari tepas kayu. Saat ini atapnya sudah berganti dengan seng dan dinding yang sudah menjadi dinding bata. Warung kopi Geleng sekarang sudah memiliki wifi dan televise 40 inchi dan juga beberapa menu sajian tambahan yang disediakan.

Dulu warung kopi Geleng hanya menyediakan sajian minuman panas dan dingin. Tidak ada makanan yang tersedia. Jika memang ada orang yang memesan makanan itu pun hanyalah orang-orang terdekat dan tertentu saja yang akan dilayani. Sekarang sudah ada sajian menu makanan. Ada beberapa yang berjualan di warung kopi Geleng diantaranya menjual pangsit kuah, pangsit goreng, mihun goreng dan gorengan yang melengkapi warung kopi Geleng. Jajanan pangsit dan gorengan tersebut berada tepat di samping warung kopi Geleng.

Menu-menu yang ditawarkan memiliki harga yang murah dibandingkan dengan kedai kopi lain yang sejenis, serta menghadirkan suasana yang nyaman. Kesesuaian yang diusung dengan pengalaman yang dirasakan oleh konsumen, membantu konsumen dalam membentuk citra yang positif terhadap kedai kopi. Pada akhirnya, secara sadar ataupun tidak sadar, citra yang positif telah tertanam di


(12)

benak konsumen, akan membuat konsumen tidak mudah beralih ke kedai kopi pesaing dan menciptakan loyalitas pelanggan di kemudian hari.

3.2. Kedai Kopi Sebagai Ruang Publik

Ruang publik diartikan sebagai ruang bagi diskusi kritis yang terbuka bagi semua orang. Pada ruang publik ini, warga privat (private person) berkumpul untuk membentuk sebuah publik dimana nalar publik ini akan diarahkan untuk mengawasi kekuasaan pemerintah dan kekuasaan negara. Ruang publik mengasumsikan adanya kebebasan berbicara dan berkumpul, pers bebas, dan hak secara bebas berpartisipasi dalam perdebatan politik dan pengambilan keputusan. Lebih lanjut, ruang publik dalam hal ini terdiri dari media informasi seperti surat kabar dan jurnal. Disamping itu, juga termasuk dalam ruang publik adalah tempat minum dan warung kopi, balai pertemuan, serta ruang publik lain dimana diskusi sosio-politik berlangsung.

Ruang publik ditandai oleh tiga hal yaitu responsif, demokratis, dan bermakna.Responsif dalam arti ruang publik adalah ruang yang dapat digunakan untuk berbagai kegiatan dan kepentingan luas.Demokratis, artinya ruang publik dapat digunakan oleh masyarakat umum dari berbagai latar belakang sosial, ekonomi, dan budaya serta aksesibel bagi berbagai kondisi fisik manusia.Bermakna memiliki arti kalau ruang publik harus memiliki tautan antara manusia, ruang, dan dunia luas dengan konteks sosial.


(13)

Dalam rangka melaksanakan interaksi yang sehat dan baik, manusia membentuk bermacam - macam kelompok sosial, mulai kelompok yang paling kecil sampai pada kelompok yang lebih besar.

Gerungan (1983 :90) membagi kelompok sosial menjadi dua bagian, yaitu :

• Kelompok primer

• Kelompok sekunder

Dari kedua pengelompokan ini, yang lebih condong kepembahasan adalah kelompok primer. Gerungan (1983:90) memberikan batasan bahwa kelompok primer adalah kelompok dimana anggota - anggotanya sering berhadapan muka antara satu dengan yang lain, saling mengenal dari dekat dan berhubungan dengan erat. Dari uraian - uraian diatas, maka tidak ada alasan yang bisa menolak keberadaan kedai kopi sebagai suatu kelompok sosial yang sekaligus menjadi sarana interaksi.

Sebuah kedai kopi, pada saat beroperasi, dikunjungi orang yang hendak membeli segelas kopi. Disini penjual minuman kopi dan pembeli minuman kopibertemu.Dan pada saat itu pula penjual dan pembeli mengadakan interaksi dan komunikasi yang bertujuan untuk mengadakan transaksi pertukaran benda dan jasa ekonomi berdasarkan sistem harga yang disepakati. Tapi kedai kopi bukan hanyapertemuan penjual dan pembeli saja, tetapi antara sesama pembeli. Dan inilah pokok yang lebih mendalam.

Kedai kopi itu bukan hanya tempat ngopi tapi tempat kita menumpahkan semua keluh kesah. Tidak jarang banyak ekspresi yang terjadi dari setiap


(14)

pengunjung yang datang.Mulai dari ekspresi sedih ekspresi gembira hingga ekspresi marah.Semua ada dan tidak ada yang melarang.Semua bebas disini.Ya siapapun tahu kedai kopi itu tempat umum tempat orang berkumpul melepas lelah dan ini menjadi bagian aktifitas yang terjalin hangat di kedai kopi.saat itulah kedai kopi menjadi ruang publik.

Kedai kopi juga menjadi ruang publik. Semakin bagus tata ruang atau semakin nikmat racikan kopi yang dibuat akan menjadikan orang merasa nyaman untuk beraktifitas disana. Bahkan harga yang juga bersaing akan menambah daya tarik seseorang untuk menghabiskan waktu di kedai kopi. Orang yang nongkrong di kedai kopi juga tidak sembarangan nongkrong.Ramenya kedai kopi itu bisa jadi karena kopinya enak, atau tempatnya nyaman atau harganya murah. Atau karena banyak yang dikenal di kedai kopi .

Dengan demikian kedai kopi Padang Bulan yang ada di jalan Ngumban Surbakti bukan hanya berfungsi sebagai transaksi jual beli saja. Namun oleh masyarakat digunakan sebagai sebuah interaksi yang membentuk ruang publik. Ruang publik adalah ruang dalam suatu kawasan yang dipakai masyarakat penghuninya untuk melakukan kegiatan kontak publik. (Whyte dalam Carmona dkk. 2003). Dengan kata lain ruang publik adalah sebuah tempat bebas dimana masyarakat sebagai penghuninya memiliki kebebasan untuk berekspresi.

Menurut Whyte dalam Carmona (2003), ruang publik yang bisa berfungsi optimal untuk kegiatan publik bagi komunitasnya, biasanya mempunyai ciri - ciri antara lain: merupakan lokasi yang strategis, mempunyai akses yang bagus secara visual dan fisik, ruang yang merupakan bagian dari suatu jalan (jalur sirkulasi),


(15)

mempunyai tempat untuk duduk - duduk antara lain berupa anak - anak tangga, dinding atau pagar rendah, kursi dan bangku taman, ruang yang memungkinkan penggunanya dalam melakukan aktifitas komunikasi bisa berpindah - pindah tempat / posisi sesuai dengan karakter dan suasana yang diinginkan.

Menilik tentang hal yang diutarakan oleh White diatas kedai kopi memiliki kriteria yang tepat sesuai gambarannya. Kedai kopi biasa dibangun ditempat yang strategis seperti pinggir jalan, dibawah pohon rindang atau disudut gang. Hal ini berguna sebagai kenyamanan yang akan tercipta bagi pengunjungnya. Kedai kopi itu haruslah nyaman, kalau tak nyaman gimana mau banyak yang ngopi ngopi disini.Untuk itu lokasinya juga perlu diperlu diperhatikan.Apa dia dibawah pohon biar tempatnya sejuk atau di pinggir jalan tapi pake terpal penutup biar abunya tak banyak masuk.

Pernahkah anda malas membelokkan kendaraan saat ingin mampir ngopi?Nah, hal ini bisa jadi karena tidak ada parkiran yang cukup luas, tidak terjangkau kendaraan (gang sempit) atau letaknya di pinggir jalanan penuh macet. Sudah pasti orang akan enggan mampir, kecuali kalau sudah menjadi pelanggan setia.Posisikan juga diri anda sebagai pembeli. Dari penjelasan di atas anda pasti mengerti maksudnya, anda tidak akan mampir ke warung kopi tersebut karena lokasinya yang tidak strategis. Kalaupun mampir juga karena terpaksa kan? karena paksaan ajakan teman misalnya, dan selanjutnya anda akan malas berkunjung lagi.


(16)

Dalam kajian ruang publik sangat diperlukan integrasi sosial.Sauter dan Huettenmoser (2008) mempergunakan tiga dimensi untuk mengukur integrasi sosial dalam kajian ruang publik, antara lain :

• Dimensi struktural, yang berkaitan dengan aksesibilitas dan penggunaan ruang.

• Dimensi interaktif, yang terkait dengan hubungan sosial, jenis aktivitas pada ruang publik serta adanya kemungkinan partisipasi pada aktivitas dan pengambilan keputusan di tingkat lokal.

• Dimensi subjektif, yang terkait dengan kepuasan personal terhadap pengelolaan lingkungan serta persepsi mengenai keterlibatan warga secara sosial.

Dari tiga dimensi yang di utarakan di atas kedai kopi benar - benar sangat tergantung dengan integrasi sosial. Seperti dimensi struktural di mana kedai kopi dengan ruang yang kecil sebenarnya memiliki akses tidak berbatas.Hal ini terkait dengan ruang penggunaan kedai kopi sebagai tempat bertemu berinteraksi. Dimensi interaktif di mana kedai kopi selalu menyajikan obrolan - obrolan yang tidak pernah putus. Seperti tidak pernah kehabisan topik pembicaraan untuk diobrolkan, dan yang terakhir tentang dimensi subjektif dimana ada kepuasan bagi para pengunjung kedai kopi baik tentang sajian kopi maupun tentang obrolan yang ada.

Berbicara tentang ruang penggunaannya, serta sarana yang membentuknya kedai kopi juga sesuai dengan konsep “non place” yang diungkapkan oleh Auge (1995). Beliau memang tidak secara langsung membahas kedai kopi atau ruang publik.Beliau menggambarkan tentang suasana yang lebih luas. Dimana ia


(17)

mengungkapkan ruang - ruang yang kita tempati saat ini atau yang ia sebut “place” sebenarnya adalah sesuatu yang tidak menunjukkan “place” lagi. Hal ini karena sesuatu yang disebut “place” memiliki sebuah ruang bagi tata aturan yang sama dan dari latar belakang yang sama pula.

Auge mendeskripsikan tentang ruang tersebut dengan sebutan “non place” sesuatu yang ia artikan dengan ketiadaan batasan dalam sebuah ruang dimana siapapun dengan aturan apapun dan latar belakang apapun memiliki kesempatan yang sama untuk mengakses sebuah ruang. Dengan kata lain tidak ada batasan seseorang darimana latar belakang budaya mana saja, pekerjaan apa saja sebenarnya memiliki kesempatan yang sama dalam sebuah ruang. Dan ini banyak terlihat pada ruang ruang publik.

Kedai kopi sebagai ruang publik memiliki juga memiliki kriteria tentang “non place” seperti yang diungkapkan Auge. Kedai kopi tidak pernah memandang dari etnis mana pengunjung itu berasal, pekerjaan apa yang boleh duduk disana dan jam berapa saja mereka bisa datang, semua memiliki kesempatan yang sama untuk duduk mengobrol tentang satu atau dua topik. Hal ini terlihat dari etnis yang berkunjung yang terdiri dari etnis Jawa, Karo, Batak Toba, Mandailing, Padang, hingga Aceh, pekerjaan mulai dari Mahasiswa, PNS, Tukang Becak hingga Supir Angkutan duduk bersama. Bahkan tidak ada batasan kapan mereka berkunjung, seperti jam - jam supir angkutan boleh duduk atau jam berapa saja para pekerja kantoran untuk duduk di kedai kopi, semua bebas berekspresi.

Warung kopi pada akhirnya menjadi ruang publik multifungsi.Tempat minum kopi yang sejatinya berfungsi sebagai rumah aspirasi. Berbagai rumor,


(18)

fakta dan data bergulir dari sana, bagai bola salju, menggelinding menjadi konsumsi publik. Di tempat ini pula rumor, fakta dan data itu, pada akhirnya kembali dalam bentuk feedback disertai komentar miring. Feedback berharga itu sangat memungkinkan diserap menjadi bahan dasar untuk menyusun sebuah kebijakan public

3.3. Kedai Kopi Sebagai Gaya Hidup

Pada awalnya ngopi hanyalah aktivitas mengisi waktu luang dan tempat untuk istirahat dari kepenatan. Namun perkembangannya ngopi menjadi sebuah gaya hidup. Komunitas lifestyle ini telah melahirkan sebuah subkultur baru, komunitas warung kopi.Tetapi dalam beberapa hal, warung kopi juga didirikan dengan latar belakang komunitas. Lebih jauh lagi, komunitas warung kopi ini, membentuk kultur dan aktualisasi komunitas dalam berbagai sektor kehidupan, misalnya ekonomi dan sosial.

Bagi sebagian pecinta kopi, menikmati secangkir kopi mungkin hal yang biasa dilakukan di waktu senggang dan bisa dilakukan dimanapun. Namun bagi kalangan tertentu menikmati kopi bukan hanya bagaimana merasakan sensasi manis dan pahit, tetapi bagaimana muatan yang menyertai aktifitas itulah yang akan berdampak lebih luas. Begitu juga dengan mahasiswa, menikmati secangkir kopi di warung kopi yang diselingi dengan diskusi kecil.

Kedai kopi sebagai gaya hidup terkait dengan makna yang pengujung kedai kopi rasakan ketika mereka ada di kedai kopi. Ada perasaan bangga dengan


(19)

berada pada suasana kedai kopi, sehingga ketika sehari saja tidak berkunjung ke kedai kopi ada satu saja yang kurang. Atau dengan kata lain berada di kedai kopi adalah sebuah kebutuhan yang tidak bisa ditinggalkan. Sehingga anggapan kedai kopi sebagai rumah kedua melekat bagi para pelanggannya.

Chaney mengutarakan pada bukunya Lifestyle bahwa cara hidup pada bentuk-bentuk sosio -stuktural seperti pekerjaan, gender, lokalitas, etnisitas dan umurpun bisa masuk dalam kategori ini dan faktor -faktor tadi membentuk identifikasi baru gaya hidup atau cara- cara berperilaku yang berkaitan dengan ekspektasi-ekspektasi konvensional yang kemudian membentuk pola -pola baru pilihan melalui cara-cara pola cita rasa yang membentuk dan menyokong hierarki hak-hak istimewa dan status.

Dengan kata lain dari pendapat Chaney, kedai kopi dengan khasnya dapat menjadi sebuah lifestyle. Sebuah gaya hidup yang menawarkan keterbukaan bagi para pengunjungnya. Hal ini justru menjadi khasnya kedai kopi.Keterbukaan ketika ngobrol di kedai kopi itu yang barangkali jadi gaya atau khasnya orang yang duduk dikedai kopi. Obrolan kritis, tawa yang terbahak - bahak bahkan emosi yang kadang meluap - luap jadi pemandangan yang biasa. Inilah gaya kedai kopi, realitas jaman sekarang.

Budaya tubuh atau budaya cita rasa yang merupakan ciri gaya hidup posmodern dapat diamati dari sudut pandang penampakan luar(Surfaces). Warna dan gaya rambut, cara berpakaian, kendaraan yang dipakai atau makanan yang dikonsumsi dapat mengidentifikasikan seseorang dengan suatu ikon budaya cita rasa tertentu. Kopi merupakan produk yang dapat dinikmati hanya oleh sebagian


(20)

orang, dan sebagian orang tersebut dapat diidentifikasikan sebagai kelompok sosial atas. Keberadaan kedai kopi beserta perangkat fasilitasnya, baik desain ruang dan desain perangkat makan minumnya, memfasilitasi gaya hidup kelas sosial tertentu di masyarakat.

Salah satu penunjang untuk meramaikan warung/ kedai kopi adalah memberikan fasilitas.Apa saja? bisa toilet, pembeli tidak harus bingung jauh-jauh mencari toilet umum di daerah kedai kopi anda, mereka juga tidak perlu pulang. Dan mereka tentunya akan merasa nyaman.Wifi dan Televisi sekarang ini juga sangat wajib di sediakan oleh pelaku kedai kopi.Kenapa?karena kita hidup di jaman internet, segalanya mudah, dunia bagai genggaman. Kalau kedai kopi anda menyediakan fasilitas ini, saya yakin akan lebih ramai pelanggan.

Jujur, kalau ingin ngopi, para mahasiswaakan memilih mampir ke kedai kopi yang menyediakan fasilitas tersebut, semata-mata untuk menghemat kuota paket internet di Smartphone. Oh iya, jangan lupa pula sediakan terminal/ colokan listrik agar pelanggan anda betah berlama-lama dan kemungkinan besar akanmenambah pesanannya lagi.

David Chaney dalam bukunya yang berjudul “Life Style gaya hidup adalah pola-pola tindakan yang membedakan antara satu orang dengan orang lain. Penggunaan fasilitas secara fisik berbeda ini memberikan efek, pengguna kedai kopi tradisional dapat di identifikasi dari surfacesnya terutama perilaku dan penampilannya.

Identifikasi pengguna kedai kopi terlihat dari prilaku yang terbuka ketika berbicara tentang politik namun sedikit tertutup ketika mereka berbicara tentang masalah keuangan atau masalah pribadi. Terkadang mereka sedikit berhati -


(21)

hatimengutarakan komentar apabila ada orang baru yang sesekali datang. Agar tidak salah berbicara sekaligus melihat perangai orang tersebut.

Gampang saja mengidentifikasi orang yang menjadikan kedai kopi sebagai bagian gaya hidup mereka. Mereka adalah orang - orang yang paling suka berkombur,ngobrol kesana kemari sambil meyeruput kopi. Tapi kadang - kadang hati - hati kalau ngomong sama orang yang belum begitu dikenal. Mereka membaca - baca perangai mereka agar tidak salah tangkap.Biasanya mereka lebih banyak diam sampai orang baru itu membuka obrolan atau sekedar menyapa atau senyum.Saat itulah obrolan basa basi keluar.

Hal ini menyebabkan kedai kopi yang notabene menawarkan harga yang masih terjangkau cukup banyak diminati, terutama bagi masyarakat yang ingin menikmati minuman dengan harga yang lebih terjangkau.Gaya hidup muncul dalam berbagai bentuk produksi manusia serta mempengaruhi pola ekonomi, membentuk bisnis baru.Siapapun pasti tahu kalau harga sangat-sangat berpengaruh, bahkan jangan-jangan anda sendiri pernah kesal sewaktu ke kedai kopi (yang tanpa menyediakan harga menu) saat hendak membayar, harganya tidak masuk akal, maha.Seketika anda langsung menyumpahi "nggak bakal deh, jajan disini lagi!"

Kembalikan ke diri anda.Posisikan anda juga sebagai pembeli. Berikan harga yang sesuai dengan apa yang pembeli dapatkan di kedai kopi anda. Sesuaikan dengan lokasi juga, jika tempat anda di lokasi yang cukup strategis dan semua orang tahu bahwa lokasi ini memang mahal, harga di naikan sedikit tidak masalah. Percayalah, orang akan menyumpahi, mereka sebagai pembeli tidak akan kembali lagi ke tempat anda. Bahkan pelangganpun satu-persatu akan hilang.


(22)

3.4. Kedai Kopi Sebagai Tempat Bertukar Informasi

Pertemuan di kedai kopi sangat menguntungkan bagi pengunjungnya, bukan karena hidangannya yaitu segelas kopi yang harganya relatif murah. Namun lebih dari itu, kedai kopi merupakan sebuah sarana untuk memperoleh berita berita baru dari luar daerah yang dibawa oleh pengunjung kedai kopi.Apa lagi yang menarik dari kedai kopi, selain kopinya yang enak tentunya obrolannya buat orang betah.Apalagi banyak informasi yang beredar, informasi itu kadang berguna.Penerimaan informasi baru dari masyarakat pendatang lebih nyata dapat dilihat pada kedai kopi. Dimana obrolan - obrolan terjadi dengan intens tentang sesuatu yang baru atau sesuatu yang baru saja dialami. Di kedai kopilah masalah tersebut dibicarakan. Saat itulah informasi tersebar dan terjadi proses sharing informasi.

Berbagai masalah dari masyarakat sering menjadi bahan pembicaraan yang kemudian menjadi semacam opini kedai kopi. Opini ini berkembang menjadi informasi - informasi yang tersebar antar sesama pengunjung kedai kopi.Persebaran informasi ini biasanya terkait dengan obrolan yang dibawa oleh mereka yang memiliki sebuah pengalaman. Kemudian pengalaman itu dishare (dibagikan) di kedai kopi. Misalnya persebaran informasi terkait bisnis, kehilangan dan berita di televisi.

Informasi terkait dengan bisnis adalah informasi yang paling sering diambil di kedai kopi. Meskipun informasi terkait hal ini jarang, tapi ketika ada peluang tersebut tidak pernah disia - siakan. Misalnya informasi terkait tentang adanya


(23)

proyek jual beli kereta mobil bahkan handphone. Ketika informasi itu tersaji biasanya pengunjung kedai kopi secara serempak menjadi agen dan menawarkan barang ke berbagai koleganya.

Informasi terkait dengan kehilangan juga jarang terjadi. Biasanaya ketika informasi ini tersaji dalam sesi - sesi obrolan kedai kopi selalu saja umpatan diarahkan kepada para pencurinya. Saat itulah tensi obrolan akan meninggi terkait maraknya pencurian sepeda motor. Kedai kopi juga membuat orang - orang yang sering berkunjung pandai berbicara dan mempengaruhi orang lain. Hal ini terlihat karena masing - masing dari mereka sudah mengerti sikap orang lain. Satu hal yang menarik bahwa persoalan apapun yang menjadi berita hangat dimasyarakat akan menjadi materi pembicaraan di kedai kopi.

Orang yang tidak pernah bicara akan dituntut untuk berkomentar dikedai kopi. Bukan kewajiban tapi agak aneh kalau di kedai kopi itu sekedar duduk saja.Setidak ada sepatah dua patah kata yang dia bilang.Kedai kopi bukan tempat untuk 3D (datang, duduk, diam).Dengan kata lain kedai kopi juga menjadi tempat sebagai belajar seseorang untuk mengungkapkan pendapat di tempat umum. Kedai kopi menjadi sarana ujian dari seseorang untuk tanggung jawab apa yang ia katakan dan berani apabila dikritik. Jadi kedai kopi sangat bagus dalam mencetak ruang informasi dan menanggapi informasi yang tersaji.


(24)

3.5. Kedai Kopi Sebagai Sarana Hiburan

Begitu pengunjung memasuki kedai kopi biasanya yang langsung ditanyakan adalah, “password wifi nya apa bang?”.Nah, artinya ketersediaan Wifi gratis yang kencang jadi sebuah nilai tambah bagi sebuah kedai kopi. Zaman sekarang kan rata-rata orang bawa gadget kemana-mana, termasuk smartphone, tablet, ataupun laptop. Jadi bisa internetan lancar, seperti browsing, nge-download, atau bahkan sekedar menyelesaikan tugas kuliah. Selain itu wajib tersedia stop kontak yang banyak, supaya gak rebutan kalau mau ngecas.

Kehadiran kedai kopi ditengah - tengah kehidupan masyarakat Padang Bulan dapat dirasakan oleh penduduk terutama kaum lelaki dan khususnya mahasiswa.Segelas kopi bukanlah satu - satunya tujuan utama untukmengunjungi kedai kopi, tetapi lebih dari itu.Bagi mahasiswakedai kopi untuk melampiaskan segala uneg - uneg yang mengganjal dalam hati.Di sebuah kedai kopi pengunjung bebas bercerita apa saja sepanjang tidak mengundang ketidaksenangan pengunjung lainnya. Untuk mereka yang mencari kesempatan cerita, bersenda gurau sesama teman, maka kesempatan baginya untuk menumpahkannya di kedai kopi. Sebaliknya juga seseorang itu sudah pula mendengar bualan sahabatnya.

Saat senda gurau dan semua uneg - uneg yang ditumpahkan oleh mahasiswa kedai kopi, saat itu kedai kopi mememiliki peran sebagai sarana hiburan. Sebuah hiburan yang tentunya tidak akan ia dapatkan ditempat lain. Hal ini didasari oleh kenyamanan yang ditawarkan kedai kopi.Kedai kopi memang jadi tempat hiburan dari sekian banyak runtinitas di kampus. Disitu kita bisa bebas ,


(25)

mau marah mau ketawa sepuasnya - puasnya, tidur juga boleh, atau sekedar dengerin juga boleh, dan bermain kartu .

Dengan adanya kedai kopi, mahasiswa memiliki tempat mereka untuk berkespresi yang barangkali sulit bagi mereka untuk menumpahkannya ditempat lain. Banyak sekali faktor yang menyebakan hal ini seperti sudah saling kenalnya para mahasiswa yang satu dengan yang lain sehingga untuk berekspresi tidak perlu sungkan lagi. Uneg -uneg bukan sembarang uneg - uneg, tapi disini orang yang punya masalah juga sering diomongkan disini. Ya gak selalu ngasih solusi setidaknya menghibur atau menjadi pendengar yang baik. Setidaknya ia yang kena masalah bisa sedikit terhibur. Malah kadang ada yang mau bayarin kopinya juga kasihan.

Saling kenalnya para mahasiswa ini menyebabkan saling keterbukaan. Sehingga ketika salah satu dari mahasiswa yang tertimpa masalah, sering mendapat tanggapan serius seperti mendengarkan dan memberi solusi untukmasalahanya atau sekedar menghibur agar tidak terlalu larut dalam kesedihan atau emosi. Disinilah para mahasiswa mendapatkan ketenangannya atau hiburannya sendiri ditengah hiburan dari pengunjung lain.

3.6. Kedai Kopi Sebagai Ruang Kritik

Kritik wacana sering diutarakan tentang sesuatu yang bertema politik.Hal ini sebagai bentuk komentar terkait kebijakan terkait dengan kekuasaan yang tengah berlangsung. Hal ini biasa untuk mengkritik sebuah wacana yang tengah


(26)

beredar.Kedai kopi dengan segala bentuk pesona dan sifat - sifatnya juga memiliki peran sebagai kritik wacana. Kritik wacana ini memang terdengar vulgar apabila dikaitkan dengan kondisi kedai kopi yang bersahaja. Namun kedai kopi memiliki peran tersirat yang menandainya juga sebagai kritik wacana.

Kritik wacana di kedai kopi terlihat dari obrolan - obrolan yang berkembang. Obrolan - obrolan seputar politik menjadikan pengunjung kedai kopi memiliki asumsi masing masing tentang situasi politik yang terjadi di negeri ini. Obrolan ini akan terus meruncing dengan kritik - kritik tajam yang disematkan kepada pemerintah. Memang kalau udah ngomong tentang politik, kayak gak ada habisnya, semua merasa jadi kayak pengamat, ada yang sok mendebat ada pula sok melempar pertanyaan pertanyaan. Tapi inilah kedai kopi, wacana apapun yang pemerintah buat semua kita bahas disini, mau itu cerita bongak atau cerita betul sekalipun.

Kritik wacana di kedai kopi dimulai dari obrolan - obrolan ringan tentang politik dan ini akan berjalan terus hingga satu persatu meninggalkan kedai atau mengganti dengan topik lain. Kedai kopi menjadi wadah kritik yang paling baik walau terkadang aspirasi mereka kurang ditangkap oleh mereka.Hal ini karena kedai kopi belum menjadi sebuah sarana ilmiah yang diharapkan menjadi sebuah pintu solusi bagi pemerintah.Kedai kopi masih menjadi sarana yang tidak memiliki kontribusi dan hanya dianggap sebuah wadah markombur belaka. Dan ini menurut pemerintah bukan sebuah kultur yang baik.

Pandangan ini ada benarnya, sebab terkadang kedai kopi tidak menghasilkan solusi dan gerakannya juga hanya bersifat komunal. Hal ini yang


(27)

hingga saat ini belum menjadikan kedai kopi sebagai ruang kritik terhadap wacana yang sehat dan ilmiah. Namun dari sisi sifat terbentuknya kedai kopi telah hadir sebagai wadah kritik wacana yang hadir dengan kejujuran tentang apa yang masyarakat rasakan tentang setiap kebijakan yang dibuta oleh pemerintah.


(28)

BAB IV

KEDAI KOPI SEBAGAI FORUM INTERAKSI

4.1. Tugas, Pokok dan Fungsi Mahasiswa

Dewasa ini, istilah mahasiswa semakin sering didengar dalam percakapan sehari-hari, hal ini lantaran maraknya aksi demonstrasi yang mengatasnamakan gerakan mahasiswa yang menuntut perbaikan atas kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pemerintah yang konon tidak berpihak pada rakyat kecil. Namun, apa sebenarnya mahasiswa itu? Tentu ada banyak definisi dan persepsi mengenai kata ini.

Secara global, definisi di atas sudah cukup menggambarkan seperti apa mahasiswa itu sebenarnya, hanya saja secara spesifik, istilah mahasiswa tidak hanya merujuk pada defenisi tersebut, lebih luasnya, mahasiswa bisa diartikan sebagai suatu proses perubahan diri menjadi dewasa, perubahan tingkah laku dan pola pikir dimana kita bisa membedakan yang mana yang baik dan buruk bagi kita, dan secara otomatis memegang tanggung jawab sebagai pemegang tampuk estafet kemajuan bangsa serta konkretnya tanggung jawab tehadap kampusnya, tanggung jawab terhadap kuliahnya, tanggung jawab terhadap tugas-tugasnya.

Selama beberapa dekade di awal masa kemerdekaan republik ini, peran mahasiswa sebagai tonggak perjuangan bangsa dan gerbang utama pencapaian misi dan tujuan bangsa ini masih dipandang sebelah mata dan tidak begitu dipedulikan keberadaannya. Namun, sejak peristiwa bersejarah pada awal tahun 1998, tepatnya


(29)

pada bulan Mei dimana ribuan mahasiswa berhasil memaksa presiden Soeharto (presiden kedua RI sekaligus penguasa Orde Baru) untuk mundur dari jabatannya, peran mahasiswa menjadi sangat diperhitungkan dan tidak bisa dianggap sepele lagi. Betapa tidak, sejak saat itu, upaya-upaya untuk memperbaiki bangsa terus berkelanjutan dan mahasiswalah yang menjadi titik awalnya.

Diantara berbagai upaya tersebut, Tragedi Semanggi II pada 24 September 1999 mungkin adalah peristiwa yang paling dikenang, pasalnya dalam peritiwa ini, seorang mahasiswa meninggal dunia dan ratusan lainnya luka-luka dalam upaya menyuarakan aspirasi masyarakat Indonesia untuk melakukan reformasi pada bangsa ini. Upaya ini memang berbuah sebuah perubahan, tapi siapakah para penggeraknya? Merekalah mahasiswa-mahasiswa Indonesia, yang begitu bersemangat dalam memperbaiki bangsa dan menuntut keadilan bagi semua golongan tanpa terkecuali.

Semua uraian diatas yang menggambarkan mahasiswa dan apa yang sudah dilakukan para pejuang muda ini sudah sepantasnya mendapatkan apresiasi yang setinggi-tingginya dari kita semua, terlebih sebagai mahasiswa baru, hal tersebut haruslah menjadi panutan bagi kita semua agar menyadari besarnya peran mahasiswa saat ini. Oleh karena itu, menurut penulis, menjadi seorang mahasiswa adalah sebuah kebanggaan pribadi sekaligus titik awal untuk mengukir prestasi yang lebih cemerlang karena mahasiswa-mahasiswa yang terdahulu sudah membuktikan betapa hebatnya mereka.

Berbicara mengenai mahasiswa, rasanya kurang lengkap jika kita tidak mengulas mengenai tempat dimana mahasiswa menjalani kehidupannya sebagai cendekia muda. Tempat tersebut tentunya adalah universitas atau perguruan tinggi.


(30)

Lebih akrabnya, tempat tersebut disebut kampus. Kampus, dalam bahasa Latin adalah campus yang berarti “lapangan luas”, “tegal”. Singkatnya, kampus adalah tempat menuntut ilmu bagi para mahasiswa.

Berbeda dengan masa-masa Sekolah Menengah Atas (SMA) yang konon adalah masa paling indah, dunia kampus tentu mempunyai ciri khasnya sendiri. Akan ada banyak hal baru yang akan kita temui dalam kehidupan kampus, misalnya lingkungan yang baru, orang-orang yang baru dan berbeda kepribadiannya satu sama lain serta berkembanganya pola pikir yang berbeda pula. Di lingkungan kampus, kesan individualistik cenderung lebih menonjol dan biasanya sifat yang kurang begitu peduli pada sekitar ini dimiliki oleh hampir semua mahasiswa sehingga semuanya berpotensi menganut paham ini. Sesungguhnya hal ini lebih dikarenakan kondisi kampus yang menuntut mahasiswanya untuk menjadi lebih mandiri, namun hal ini bisa kita minimalisir dengan memperbanyak mengikuti berbagai kegiatan di kampus.

Selain lingkungan yang baru dan berbeda dari kehidupan di SMA, di kampus, kita juga akan menemukan orang-orang yang baru, teman-teman baru serta para pengajar baru yang kesemuanya itu memiliki watak dan kepribadian yang berbeda satu sama lain. Hal ini haruslah menjadi kesadaran bagi kita untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar, untuk itu, tidaklah berlebihan jika kita menyebut dunia kampus sebagai dunia yang sama sekali baru bagi kita.

Jika dibandingakan pada sisi yang lainnya, perbedaan yang cukup mendasar dari kehidupan SMA dan dunia kampus adalah tujuan menempuh pendidikan pada jenjangnya. Jika pada saat SMA kita dipusingkan dengan berbagai pilihan untuk meneruskan pendidikan selanjutnya maka saat menjadi mahasiswa, kita akan lebih


(31)

cenderung untuk memfokuskan diri pada tujuan akhir proses pendidikan tersebut, dan adalah sebuah hal yang klasik menyangkut masalah ini : lapangan kerja. Hal ini secara alamiah akan menguras pikiran para mahasiswa selama menempuh pendidikan di kampus.

Selain hal-hal di atas, dalam dunia kampus proses pembelajaran menjadi hal yang cukup signifikan jika dibandingkan dengan proses belajar mengajar di jenjang pendidikan sebelumnya. Ada begitu banyak hal yang benar-benar harus diperhatikan disini. Sistem pendidikan yang menuntut guru untuk lebih aktif mengajar dan memberikan ilmu pada peserta didik tidak akan ditemukan lagi, sebaliknya, mahasiswalah yang harus lebih aktif dan mandiri dalam proses pembelajaran.

Dunia kampus, pastilah bukan berisi orang sembarangan. Banyak orang-orang hebat baik dari kalangan dosen, alumni ataupun mahasiswa yang rasanya sangat sayang jika tidak menimba ilmu dari mereka. Setidaknya kecipratan dan ketularan. Untuk bertanya tentang berbagai hal, tidak susah untuk mengakses karena banyak pakar yang bisa dijadikan rujukan.

Secara lebih detail, proses pembelajaran dalam perkuliahan mengenal berbagai istilah yang kemungkinan besar belum diketahui oleh pelajar pada umumnya. Diantara istilah-istilah tersebut, yang paling sering di dengar adalah SKS (Satuan Kredit Semester) dan KRS (Kartu Rencana Studi). SKS adalah satuan yang digunakan untuk menyatakan besarnya beban studi mahasiswa, besarnya pengakuan atas keberhasilan usaha mahasiswa, besarnya pengakuan atas keberhasilan usaha kumulatif bagi suatu program tertentu, dan besarnya usaha untuk menyelenggarakan pendidikan di universitas. Sedangkan KRS adalah


(32)

rancangan SKS yang akan diambil pada setiap semesternya. Dan jika ada semacam perubahan dalam pelaksanaan prosesnya bisa diperbaiki dengan Kartu Perubahan Rencana Studi (KPRS). Di akhir semester mahasiswa akan mendapatkan Kartu Hasil Studi (KHS) yang berisiskan pencapaian nilai-nilai mahasiswa selama proses pembelajarannya dalam satu semester.

Sistem pembelajaran seperti di atas otomatis menjadikan waktu belajar (kuliah) bagi mahasiswa menjadi dinamis dan tidak terlalu terpaku pada jadwal yang menuntut kita untuk mematuhinya bagaimanapun caranya. Namun demikian, mahasiswa harus tetap konsekuen dengan jadwal kuliah mereka. Sistem ini jelas memiliki kelebihan dan kekurangannya tersendiri. Secara umum, sistem tersebut memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk menjadi lebih pandai mengatur waktu mereka, hanya saja, kurang aktifnya mahasiswa terkadang menjadi kendala dalam pencapaian akhir dari sistem tersebut.

Dalam dunia kampus, hal yang tidak bisa dipisahkan dari mahasiswa adalah kegiatannya di luar proses perkuliahan seperti keaktifan dalam berorganisasi dan mengikuti beberapa kegiatan kampus yang memiliki banyak nilai positif. Ada banyak sekali kegiatan kemahasiswaan yang bisa diikuti selama kuliah misalnya saja, MAPALA (Mahasiswa Pencinta Alam) yang mengajak mahasiswa untuk lebih mencintai alam. BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) dimana kegiatan demokrasi dalam suatu kampus terpusat. Ataupun LPM (Lembaga Pers Mahasiswa) salah satu wadah bagi mahasiswa yang ingin terjun langsung menjadi jurnalis kampus.

Secara umum kegiatan tersebut sangat bermanfaat bagi mahasiswa khususnya mahasiswa baru karena akan sangat membantu dalam proses


(33)

pengenalan lingkungan dan kehidupan kampus. Selain itu kegiatan-kegiatan tersebut secara otomatis akan menjadikan mahasiswa sebagai pribadi yang aktif dalam berbagai kegiatan, sehingga pada akhirnya bisa memberikan kontribusi pada forum dimana ia menjadi anggotanya serta bagi almamater pada umumnya.

Sebagai mahasiswa yang aktif, sudah sewajarnya jika setiap mahasiswa ikut berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan kampus. Mahasiswa juga diharapkan menjadi partisipan yang aktif untuk menggunakan hak suaranya dalam proses demokrasi dalam dunia kampus. Sekali lagi, kegiatan-kegiatan tersebut akan sangat bermanfaat bagi mahasiswa jika dilakukan dengan kebebasan yang bertanggung jawab.

Seperti kita ketahui bersama dunia kampus tidak hanya mengajarkan kita dalam mengejar target-taget nilai (belajar) tetapi juga secara tersirat mengajarkan kita bagimana berinteraksi dengan masyarakan luar secara langsung. Oleh karena itu, dalam kehidupan kampus peluang bagi mahasiswa untuk mengembangkan kepribadiannya menjadi begitu besar. Mahasiswa dituntut untuk bisa mengembangkan kreatifivitas dan inovasi untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

Secara keseluruhan uraian di atas adalah potret ideal mahasiswa dan kehidupan kampus yang akan dijalaninya, namun di balik semua itu kehidupan mahasiswa dan dunia kampusnya terkadang jauh dari gambaran tersebut, terlebih lagi mahasiswa yang berada di tempat-tempat terpencil dan belum sepenuhnya bisa berinteraksi dengan dunia luar. Setidaknya beginilah potret kehidupan mahasiswa yang dapat penulis gambarkan. Dalam hal ini, sungguh menjadi seorang mahasiswa yang mau mengoptimaliasasikan diri adalah sebuah harapan kita bersama. Semoga kehidupan mahasiswa di bangsa ini menjadi lebih baik dari tahun ke tahun dan bisa


(34)

benar-benar memberikan sebuah kontribusi untuk perubahan bangsa ini ke arah yang lebih baik pula. (http://dianiveby.blogspot.co.id/2011/12/mahasiswa-dan-dunia-kampus.html)

Menjadi mahasiswa, bukan hanya menjalani perkuliahan semata. Namun juga memiliki tugas lain yang harus dilakukan. Bukan hanya mengerjakan tugas yang diberikan oleh dosen saja, tetapi juga ada tiga tugas mulia yang yang harus dipenuhi sebelum mahasiswa tersebut telah selesai mengikuti perkuliahan hingga lulus. yaitu:

1. Melakukan pendidikan

Tugas mulia yang pertama sebagai mahasiswa adalah dengan melakukan kegiatan pendidikan. Pendidikan di sini adalah mahasiswa yang menutut kepada pihak lembaga pendidikan dalam hal ini kampus untuk memberikan pendidikan, pengajaran, dan fasilitas yang maksimal dalam proses kegiatan belajar dan mengajar.

2. Melakukan penelitian

Tugas yang kedua untuk mahasiswa adalah penelitian. Tugas ke-dua mahasiswa ini terbilang medium hard, karena mahasiswa kali ini dituntut dapat menemukan solusi dari suatu permasalahan, sehingga menciptakan solusi baru dalam menyelesaikan permasalahan yang ia temukan di dalam masyarakat.

4.1.1. Ciri - Ciri Mahasiswa


(35)

1. Analitis

Dalam sebuahguna meneliti struktur bahasa tersebut secara mendalam. Jadi mahasiswa di sini adalah pelajar yang memiliki kemampuan untuk menyelidiki secara mendalam terhadap suatu permasalahan atau kasus tertentu yang terjadi disekitarnya sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.

2. Realistis

Realistis dalam KBBI bersifat nyata (real); bersifat wajar. Maka dapat disimpulkan bahwa seorang mahasiswa dalam kesehariannya harus mampu bersikap dan memiliki pandangan yang realistis. Sehingga diharapkan nantinya seorang mahasiswa dalam menilai dan bersikap untuk suatu permsalahan haruslah realistis. 3. Kritis

Keadaan yg berbahaya (KBBI), dalam hal ini kritis selalu diidentikan sebagai bagian dari sikap seorang intelektual. Karena sikap kritis disini memiliki tujuan untuk melakukan control dan perubahan kearah yang ideal (seharusnya). Mahasiswa sebagai bagian dari masyarakat selalu dituntut untuk mampu bersikap kritis terhadap keadaan disekitarnya.

4. Rasionalitas

Menurut pikiran dan pertimbangan yg logis (KBBI). Maksudnya di sini mahasiswa dalam menyikap suatu permasalahan harus dengan sikap yang rasional. Bahkan dalam kehidupan sehari-hari seorang mahasiswa dalam bertindak harus mengedepankan nilai-nilai rasionalitas. Karena mahasiswa adalah pelajar yang mengedepankan akal pikirannya atau biasa kita katakana bahwa mahasiswa adalah calon intelektual.


(36)

5. Sistematis

Berarti memakai sistem; dng cara yg diatur baik-baik. (KBBI). Dalam proses berpikir seorang mahasiswa harus sistematis, terutama dalam hal langkah yang diambil. Bahkan dalam menyikapi suatu permasalahan, mahasiswa sangat ditekankan kepada proses berpikir yang sistematis dalam menemukan dan menentukan solusi yang ada.

6. Kreatif

Berarti memiliki daya cipta; memiliki kemampuan untuk menciptakan. Kreatif adalah bagian penting dari seorang mahasiswa. Kreativitas akan muncul dari seorang yang berpikiran bebas. Karena sifat kreatif tidak bisa muncul dari pemikiran yang dibelenggu oleh suatu hal. Hasil dari nalar mahasiswa merupakan krativitas seorang mahasiswa.

7. Objektif

Berarti mengenai keadaan yg sebenarnya tanpa dipengaruhi pendapat atau pandangan pribadi (KBBI). Dalam hal ini ciri yang lekat dengan seorang mahasiswa adalah pandangannya yang objektif terhadap suatu permasalahan untuk mencari kebenaran dan pemecahan masalah yang ada.

(http://kumbangilmiah.blogspot.co.id/2014/12/menyelami-peran-dan-fungsi-mahasiswa.html)


(37)

4.1.2. Fungsi Mahasiswa

Berdasarkan tugas perguruan tinggi yang diungkapkan M.Hatta yaitu membentuk manusisa susila dan demokrat yang

1. Memiliki keinsafan tanggung jawab atas kesejahteraan masyarakat 2. Cakap dan mandiri dalam memelihara dan memajukan ilmu pengetahuan 3. Cakap memangku jabatan atau pekerjaan di masyarakat

Berdasarkan pemikiran M. Hatta tersebut, dapat disederhanakan bahwa tugas perguruan tinggi adalah membentuk insan akademis, yang selanjutnya hal tersebut akan menjadi sebuah fungsi bagi mahasiswa itu sendiri. Insan akademis itu sendiri memiliki dua ciri yaitu: memiliki sense of crisis, dan selalu mengembangkan dirinya.

Insan akademis harus memiliki sense of crisis yaitu peka dan kritis terhadap masalah-masalah yang terjadi di sekitarnya saat ini. Hal ini akan tumbuh dengan sendirinya bila mahasiswa itu mengikuti watak ilmu, yaitu selalu mencari pembenaran-pembenaran ilmiah. Dengan mengikuti watak ilmu tersebut maka mahasiswa diharapkan dapat memahami berbagai masalah yang terjadi dan terlebih lagi menemukan solusi-solusi yang tepat untuk menyelesaikannya.

Insan akademis harus selalu mengembangkan dirinya sehingga mereka bisa menjadi generasi yang tanggap dan mampu menghadapi tantangan masa depan. Dalam hal insan akademis sebagai orang yang selalu mengikuti watak ilmu, ini juga berhubungan dengan peran mahasiswa sebagai penjaga nilai, dimana mahasiswa harus mencari nilai-nilai kebenaran itu sendiri, kemudian


(38)

meneruskannya kepada masyarakat, dan yang terpenting adalah menjaga nilai kebenaran tersebut.

(http://kumbangilmiah.blogspot.co.id/2014/12/menyelami-peran-dan-fungsi-mahasiswa.html)

4.1.3. Tipe Mahasiswa

Mahasiswa memiliki banyak tipe, dan memiliki keunikan masing – masing. Dalam kelompok besar tipe mahasiswa tiap kampus dapat dikelompokkan sebagai berikut: 1. Mahasiswa Kritis

Mahasiswa kritis merupakan mahasiswa yang memiliki sikap kritis terhadap keadaaan yang tidak ideal bagi pemikirannya. Sehingga mahasiswa yang kritis cenderung vokal dalam kesehariannya.

2. Mahasiswa Hedonis

Mahasiswa tipe ini berpandangan bahwa kebahagiaan hidup dilihat dari materi, dan biasanya identik dengan hal-hal yang sifatnya menyenangkan.

3. Mahasiswa Apatis

Mahasiswa tipe ini biasanya masa bodoh/acuh terhadap kondisi sekitarnya dan sibuk dengan dirinya sendiri.

4. Mahasiswa Aktivis

Mahasiswa ini adalah golongan mahasiswa yang selalu terlibat aktif dalam berbagai macam kegiatan sosial, masyarakat, lingkungan, dsb.


(39)

Mahasiswa pragmatis merupakan mahasiswa yang cenderung menggunakan cara-cara yang bersifat praktis, kadangkala ada yang sifatnya menguntungkan pribadi waluapun terkadang juga praktis untuk kepentingan umum.

6. Mahasiswa Oportunis

Mahasiswa oportunis adalah seorang mahasiswa yang memiliki pemikiran oportunis demi mencapai tujuannya, yakni memanfaatkan kesempatan demi keuntungan sendiri.

4.1.4. Posisi Mahasiswa

Mahasiswa dengan segala kelebihan dan potensinya tentu saja tidak bisa disamakan dengan rakyat dalam hal perjuangan dan kontribusi terhadap bangsa. Mahasiswa pun masih tergolong kaum idealis, dimana keyakinan dan pemikiran mereka belum dipengarohi oleh parpol, ormas, dan lain sebagainya. Sehingga mahasiswa dapat dikatakan memiliki posisi diantara masyarakat dan pemerintah.

Mahasiswa dalam hal hubungan masyarakat ke pemerintah dapat berperan sebagai kontrol politik, yaitu mengawasi dan membahas segala pengambilan keputusan beserta keputusan-keputusan yang telah dihasilkan sebelumnya. Mahasiswa pun dapat berperan sebagai penyampai aspirasi rakyat, dengan melakukan interaksi sosial dengan masyarakat dilanjutkan dengan analisis masalah yang tepat maka diharapkan mahasiswa mampu menyampaikan realita yang terjadi di masyarakat beserta solusi ilmiah dan bertanggung jawab dalam menjawab berbagai masalah yang terjadi di masyarakat.


(40)

Mahasiswa dalam hal hubungan pemerintah ke masyarakat dapat berperan sebagai penyambung lidah pemerintah. Mahasiswa diharapkan mampu membantu menyosialisasikan berbagai kebijakan yang diambil oleh pemerintah. Tak jarang kebijakan-kebijakan pemerintah mengandung banyak salah pengertian dari masyarakat, oleh karena itu tugas mahasiswalah yang marus “menerjemahkan” maksud dan tujuan berbagai kebijakan kontroversial tersebut agar mudah dimengerti masyarakat.

Posisi mahasiswa cukuplah rentan, sebab mahasiswa berdiri di antara idealisme dan realita. Tak jarang kita berat sebelah, saat kita membela idealisme ternyata kita melihat realita masyarakat yang semakin buruk. Saat kita berpihak pada realita, ternyata kita secara tak sadar sudah meninggalkan idealisme kita dan juga kadang sudah meninggalkan watak ilmu yang seharusnya kita miliki. Contoh kasusnya yang paling gampang adalah saat terjadi penaikkan harga BBM beberapa bulan yang lalu.

Perjuangan-perjuangan yang dilakukan mahasiswa kini sudah kehilangan esensinya, sehingga masyarakat sudah tidak menganggapnya suatu harapan pembaruan lagi. Sedangkan golongan-golongan atas seperti pengusaha, dokter, dsb merasa sudah tidak ada lagi kesamaan gerakan. Perjuangan mahasiswa kini sudah berdiri sendiri dan tidak lagi “satu nafas” bersama rakyat. Hasil penelitian mahasiswa pun dituntut agar profesional, bukan hasil jiplakan karya orang lain dan bukan dari hasil penelitian prematur.

Keberadaan mahasiswa dituntut sebagai agent of change dalam melakukan perubahan di masyarakat. Sehingga mahasiswa ini dapat berfungsi sebagai


(41)

“penyambung lidah” antara masyarakat bawah dengan pemerintah yang tengah berkuasa.

4.1.5. Pengabdian Kepada Masyarakat

Tugas terakhir sebagai mahasiswa adalah mengabdi kepada masyarakat. Banyak mahasiswa yang saat ini belum menyadari bahwa tugas utama dari seorang mahasiswa adalah mengabdi pada masyarakat.Keberadaan mahasiswa di Indonesia adalah diharapkan menjadi agent of change at local distric, atau menjadi pioner untuk perubahan di daerahnya. Keberadaan mahasiswa di beberapa negara maju, mereka menjadi para pembaharu di lingkungan tempat tinggalnya. Mereka yang lulus menjadi sarjana, berupaya membangun daerahnya dengan jerih payah mereka, dengan idenya, dengan gagasannya, dengan hasil karya mereka. Sehingga masyarakat tidak berbondong-bondong menuju kota besar.

Tetapi sudah cukup bekerja di daerah mereka sendiri bersama para mahasiswa yang mau mengabdikan seluruh jiwa dan raganya untuk masyarakat di sekitarnya.Itulah tiga tugas utama untuk para mahasiswa di Indonesia yang tertuang dalam piagam tri dharma perguruan tinggi.


(42)

4.2. Secangkir Kopi sebagai Salam Pembuka Interaksi

Obrolan selalu memberi kesan yang bersahaja. Hal ini tidak muluk - muluk, karena obrolan adalah sebuah media yang akan membuka sebuah interaksi rodor individu. Dengan obrolan dua orang yang tidak pernah bertemu dapat saling bertegur sapa, dengan obrolan dua orang yang tengah bertikai dapat saling mengungkapkan ekspresi masing masing. Obrolan sering menjadi sarana berbagi informasi. Dengan obrolan seseorang akan berbagi informasi tentang apa yang ia butuhkan dan yang lain mendengarkannya, barangkali ada yang juga yang dapat membantu. Dengan obrolan pula tidak jarang seseorang akan mendapat pekerjaan atau peluang peluang pekerjaan.

Tidak jarang obrolan menjadi sebuah alat untuk berseteru satu dengan yang lain. Hal ini terjadi ketika sebuah obrolan berlangsung marathon Amengancam satu sama lain. Disinilah obrolan dapat menjadi media apa saja untuk mengekspresikan apa yang seesorang rasakan. Kedai kopi Padang Bulan menjadi salah satu tempat obrolan itu menjadi hidup. Ketika sebuah obrolan menjadi aktifitas yang pasti dilakukan. Di kedai kopi obrolan berlangsung dengan berbagai ekspresi sesuai dengan kondisi atau latarbelakang yang memulai obrolan. Obrolan kedai kopi bisa berupa apa saja. Tidak selalu berbentuk atau mengenai topik yang baku. Semua dapat dibahas, baik itu politik, ekonomi, masalah pribadi dan lain sebagainya.

Obrolan itu tidak memiliki batas dan waktu, semua mengalir bagai alur yang tidak tersusun. Misalnya dalam sebuah obrolan dimulai dengan tawa, obrolan ringan tentang kegiatan hari ini hingga menyinggung masalah Indonesia terkini. Semua berjalan dengan alur yang terus meningkat, terkadang mereda dengan tawa berganti topik ke masalah olahraga khususnya sepak bola yang begitu tren di negeri


(43)

Indonesia dan lain sebagainya.

Apalagi ketika pengunjung datang dan tujuan sebenarnya hanya ingin memesan kopi. Tanpa sadar ia akan mengikuti arus dan mendengarkan perbincangan yang ada di kedai kopi, dari tujuan utamanya hanya memesan kopi menjadi salah satu peserta obrolan yang terdengarkan di kedai kopi hingga kadang lupa akan waktu. Selain itu pengunjung yang benar – benar tidak tertarik dengan suasana yang di kedai kopi, ia hanya membaca koran yang tersedia di kedai kopi.

Obrolan kedai kopi akan menjadi panjang dan menarik karena adanya kopi itu sendiri. Kopi merupakan penghrodor para pengunjung untuk mengekspresikan apa yang ingin ia katakan. Dengan kopi seseorang menjadi lebih terbuka, lebih jujur dan lebih ekspresif, seseorang yang biasanya lebih pendiam akan perlahan mengungkapkan apa yang ia pikirkan tentang sebuah topik pembicaraan. Hal ini karena suasana yang terbawa situasi di kedai kopi yang memang benar - benar penuh dengan obrolan ringan hingga memanas.

Suasana kedai kopi Padang Bulan selalu memaksa seseorang untuk berbicara. Dengan memesan kopi, dengan kata lain ia telah masuk dan siap untuk mendengar dan mengungkapkan pendapatnya tentang apa saja yang akan dibahas. Suasana ini membuat setiap orang di kedai kopi akan berbicara, baik sedikit, ungkapan setuju maupun menolak sebuah pendapat. Disinilah muncul sebuah istlah “enak tak enak yang penting ngopi”. Yang diartikan bahwa enak tidak enak setiap orang yang berada di kedai kopi wajib memesan kopi dan ikut dalam obrolan kedai kopi.


(44)

Ngopi sendiri memiliki makna dibalik istilahnya. Makna tersebut disepakati bahkan - benar benar dipahami para pengunjung maupun pemilik kedai kopi. Ngopi memiliki makna “ngobrol sambil minum kopi”. Sebuah makna yang sederhana, dimana setiap tegukan kopi harus diselingi dengan obrolan - obrolan yang tentunya tidak kalah hangat dengan kopi yang diminum.

Banyak sekali obrolan - obrolan yang terjadi di kedai kopi, tidak hanya itu permainan seperti catur dan dam batu menjadi tambahan yang ada di kedai kopi. Obrolan tersebut coba di klasifikasikan dalam beberapa topik yang paling sering dibahas. Topik - topik tersebut adalah tentang politik, ekonomi, tentang kehidupan pribadi dan olahraga khususnya sepakbola. Topik topik ini dideskripsikan selanjutnya.

4.3. Obrolan Seputar Tugas Kuliah

Setelah selesai menyelesaikan mata kuliah dikampus, biasanya para mahasiswa melanjutkan obrolannya di suaatu tempat. Biasanya para mahasiswa merasakan penat karena suntuk seharian dikampus. Para mahasiswa merasakan makin bodoh atau emang mata kuliahnya jadi semakin susah untuk dicerna di otak, hati, dan usus tapi serius mahasiswa benar-benar kelelahan dan keteteran untuk mengikuti materi perkuliahan semester ini. Dengan tuntutan proposal yang harus selesai semester ini. Efeknya setiap habis mengikuti kuliah suatu mata kuliah tertentu bawaannya badan lemes luar biasa, kepala pusing tujuh ratus keliling, maag kumat, dan gejala-gejala keletihan yang lain.

Beruntungnya atau sialnya lagi nih mayoritas para dosen pengajar mata kuliah beneran seperti habis dicharge full tenaganya saat memberikan materi


(45)

perkuliahan jadi bayangkan saja harus duduk manis full 2 sks (2 jam) mendengarkan para dosen berceramah dan mengajar tanpa diberi kesempatan istirahat sejenak. Melihat jadwal kuliah sih sebenarnya jadwal kuliah para mahasiswa malah agak free dibandingkan semester-semester lalu. Para mahasiswa yang kuliah sehari paling banyak 5 mata kuliah dan kadang-kadang cuma 1 matakuliah setelah itu bisa langsung pulang ke ke rumah atau kos masing - masing. Tapi pulang ke rumah pun bawaannya horror karena membawa tugas yang melimpah dari para dosen.

Bagi mahasiswa, mata kuliah yang paling berat di antara mata kuliah - mata kuliah yang lain di semester ini adalah mata kuliah "Skripsi". Tahu kan? Kalau belum tahu, Skripsi atau Tugas akhir adalah inti dari perkuliahan kita selama bertahun - tahun. Sungguh ini mata kuliah yang totally benar - benar menguras baik tenaga, hati maupun pikiran. Bayangkan saja para mahasiswa dan teman -teman yang lain yang notabenenya masih nge-blank soal masalah skripsi tiba - tiba harus dihadapkan dengan deadline gila yakni harus mengumpulkan calon permasalahan yang akan kita angkat ke dalam skripsi kita nantinya. Dan itu dalam bentuk draft kasar (proposal/usulan Penelitian) yang nantinya akan di periksa oleh dosen yang berwenang. Jadi dalam mata kuliah ini setiap mahasiswa sudah diberikan dua dosen pembimbing. Para mahasiswa bagaikan seorang dungu yang tiba - tiba harus disuruh memilih satu keputusan penting di dalam hidupnya. Tidur berasa tidak tenang, waktu sendirian berasa tidak nyaman karena semua pikiran pasti kembali ke permasalahan "Hei...bagaimana nih nasib proposalmu? apa yang mau kamu sorotin nih? memangnya kamu sudah ada ide??" Arghhhhhhh, rasanya pengen


(46)

nelan planet bumi beserta isi-isinya, pengen makan semua bakso di dunia beserta gerobak dan abang-abangnya.

Para mahasiswa pun jadi berasa sok sibuk di kampus, bagaimana tidak? Para mahasiswa harus bolak-balik konsultasi ke beberapa dosen, menunggu dosen pembimbing di depan ruang jurusan, bolak - balik masuk perpustakaan fakultas demi mencari buku referensi, hingga bolak - balik masuk ruang baca skripsi demi mencari pencerahan. Pulang ke rumah? Sama saja!! Para mahasiswa juga sering-sering buka internet yang kali ini bukan buka facebook dan twitter tapi mencari referensi jurnal - jurnal online, buku online, pendapat tokoh, data - data pendukung lain, dan sebagainya. Itu semua diperparah dengan gempuran tugas dari mata kuliah lain yang seolah tiada hentinya dan tak perduli dengan penderitaan mahasiswa. Intinya sih mahasiswa harus bisa membagi waktu dengan baik serta mengerjakan tugas dengan seefisien dan seefektif mungkin.

Tapi bukan begitu tipe mahasiswa, kalau harus menyerah begitu saja. Lagi pula mau tidak mau kalau mahasiswa mau lulus dari kampus nya masing - masing yang super panas, mahasiswa harus bisa menghadapi proposal, skripsi, dan antek -anteknya. Jadi memang cepat atau lambat, permasalahan itulah yang harus dipecahkan oleh mahasiswa hampir semester akhir dan calon mahasiswa semester akhir. Mahasiswa sih nekat aja mengerjakan itu semua dengan modal segala kemampuan yang mereka punya. Entah nanti bagaimana hasilnya yang penting para mahasiswa telah berusaha keras. Mereka percaya yang di Atas tidak akan pernah tidur dan pasti akan membantu mereka kapanpun dan dimanapun. Bukankah di setiap kesusahan pasti akan ada kemudahan.


(47)

Inilah kisah pertama yang saya temukan. Bingung mau nulis apa. Kalau anak teknik atau jurusan kreatif lainnya: Bingung mau bikin apa. Sebenarnya sudah bagus ketika teman - teman disini sudah terpikir beberapa konsep skripsi yang mau dibuat, hanya saja bingung mau bikin yang mana. Artinya memang konsep sudah ada, hanya saja bagaimana memilah yang terbaik untuk disajikan menjadi skripsi. Yang berbahaya adalah ketika teman – teman mahasiswa belum punya konsep sama sekali. Ketika disini anda belum punya konsep sama sekali, ya patut dipertanyakan sebenarnya selama ini anda ke kelas kuliah ngapain aja? Dari ratusan SKS yang dijalani, masa iya tidak ada ide sama sekali?

Lalu parahnya, jaman sekarang adalah jaman yang tinggal browsing internet, kita bisa dapat ribuan bahkan jutaan informasi disitu. Kurang mudah apa. Bahkan saya selama mencari ide untuk skripsi, saya tidak pernah ke perpustakaan karena ilmu -ilmu yang paling up to date ya adanya di internet. Tinggal kita mencocokan dengan kemampuan kita ada dimana. Ada peminatan atau konsentrasi yang kita pilih. Ketika kemampuan kita di desain grafis dan menyukainya, pilihlah topik tersebut. Ketika ada trend masyarakat menjadi viral dan kita bisa bahas sesuai bidang kita, kita tertarik dan menyukainya, pilihlah trend tersebut. Intinya ada di Tertarik dan Menyukainya. Selama tidak mustahil, inilah yang menurut saya menjadi pondasi bagi kita untuk membangun skripsi kita. Tidak peduli bagaimana nanti dosen pembimbing kita mengomentari dan mengkoreksi, minimal memang kita mengerjakannya dengan senang terlebih dulu.

Jujur saya dan beberapa mahasiswa lain pasti pernah bertindak SKS(S) (Sistem Kebut Satu Semester). Bagaimana karya yang saya buat, karena situasi dan kondisi ya benar-benar dibuat saat semester akhir. Bahkan hanya beberapa bulan


(48)

sebelum sidang. Ada baiknya kita 'nyicil' yaitu mulai memikirkan konsep dan mempelajarinya saat yaaa 1-2 semester sebelum mengambil skripsi lah. Itu semua untuk mendapatkan hasil yang tebaik dan bukan asal jadi. Dan selalu yang terfikir adalah kenapa seakan-akan semua seperti formalitas belaka. Ya, formalitas untuk mendapat nilai dan lulus. Yang penting lulus. Yang penting gelar. Memang tujuan kuliah adalah lulus. Tapi bagaimana dengan kualitas diri setelah lulus, sudahkah kita siap? Ini bukan lagi masalah siap kerja. Mahasiswa haarus yakin kalau semua sarjana siap - siap saja untuk kerja, yang membedakan nanti cuma level dan jenis pekerjaannya.

Nyatanya dibalik sebuah gelar tersirat tanggung jawab besar bagi yang menyandangnya. Karena dengan gelar akan terkesan lebih terhormat, lebih percaya diri, lebih diharap untuk jadi panutan. Lalu apa jadinya jika gelar ternyata tidak sepadan dengan kemampuan atau dengan kualitas seseorang? Masalahnya disitu. Bagi yang telah mendapat gelar, haruslah membuktikan kualitas seorang sarjana. Sanggup atau tidaknya kita membuktikan akan menjadi sebuah efek domino bagi orang sekitar. Contoh: Ketika ada seorang sarjana dianggap tidak dianggap kompeten oleh orang-orang sekitarnya, maka yang terjadi adalah : 1. perusahaan tidak lagi memperdulikan ijazah dan gelar. 2. Mahasiswa menjadi malas (ketika diajar oleh dosen dengan pendidikan tinggi yang kurang kompeten) 3. Malu kalau kalah sama anak SMA/SMK. 4. Akan jadi bahan pembicaraan bagi orang lain (seperti: "Dia kok gitu? padahal Sarjana Universitas X loh", dan sejenisnya).

Banyak mahasiswa akhir yang suka sekali menyalahkan orang lain. Ambilah contoh ketika dosen tidak ada saat kita butuhkan. Atau tulisan kita ditolak pembimbing dan tidak lulus secara standar skripsi, yang dilakukan adalah


(49)

menyalahkan dosen-dosen. Padahal skripsi adalah saat - saat dimana kita harus merasa menjadi orang paling bodoh sedunia, yang tidak anti kritik, mau belajar dari manapun. Termasuk saat tulisan kita dibilang sampah oleh dosen sekalipun. Dan penting ketika adu argumen dengan dosen adalah jangan mengandalkan ego, melainkan bicara melalui data dan fakta yang ada. Jangan mentang-mentang saya sudah menulis begadang, kesana-kemari mencari literatur, lelah, kita jadi terbawa perasaan. "Padahal kita sudah bikin susah-susah tapi dibilang sampah.." kira-kira begitu keluhannya.

Namun disinilah seni sebuah skripsi. Saya ingat kata pembimbing saya yang bilang, "ikuti saja si penguji maunya apa.." Walaupun dalam hati saya dongkol tapi saya ikuti dan ternyata hasilnya lancar-lancar saja. Menyalahkan orang lain ini tidak cuma menyalahkan dosen. Sering saya jumpai menyalahkan kampus lah, menyalahkan tukang print dan printer lah, menyalahkan tukang fotokopi lah, sampai menyalahkan Jokowi. Tentu beberapa dari kita yang bergulat dengan skripsi pernah melihat teman kita curhat skripsinya di socmed, atau bahkan kita sendiri pernah. Ya seperti sekarang ini lah. Yang biasanya foto selfie, mendadak jadi foto komputer dan microsoft word nya plus caption "begadang demi meraih cita #perjuangan #semangat48 #demiToga #kejamnyaDunia #TurunkanJokowi". Yang biasanya share politik, mendadak cerita nepotisme dosennya. Yang biasa update tentang politik, sekarang update meme tentang skripsi. Yang biasa update path nonton film mulu di path, jadi gak update karena gak sempet nonton film. Intinya semua itu terjadi sesaat hanya ketika skripsi saja. Memang menyenangkan, puas, dan penuh rasa syukur pasti dirasakan banyak mahasiswa ketika lulus dan menyandang gelar sarjana. Yang sedang trend adalah


(50)

selfie dengan balon bertulisan gelarnya. Tentunya beberapa dari mahasiswa juga pernah merasa bangga, lega dan bersyukur. Namun anehnya beberapa dari mahasiswa tidak overjoyed dengan yang telah mereka dapatkan. Alias mereka merasa "sialan, udah lulus aku mau kemana nih? tawaran-tawaran ada, tapi mana yang terbaik? Bagaimana harapan orang tua? Bagaimana harapan ku sendiri?"

Saat itu beberapa dari mahasiswa merasa takut akan pilihan dan takut akan menghadapi dunia luar, sampai sekarang. Dunia kampus yang kita sudah nyaman harus ditinggalkan. Juga orang-orang yang kita kenal. Kita nantinya harus bertemu orang baru lagi, harus beradaptasi lagi. Kemampuan harus berkembang, MEA di depan mata. Dan kembali lagi, dengan adanya gelar ini maka tanggung jawab semakin besar. Iseng mengikuti job fair di salah satu Universitas ternama, beberapa mahasiswa melihat ribuan orang dengan gelar yang mungkin sama, pengalaman kerja yang mungkin lebih banyak, dari berbagai daerah dan latar belakang kampus yang berbeda, sama-sama memiliki tujuan yaitu mendapatkan pekerjaan idaman di perusahaan idaman.

Selama 3 hari job fair, sampai hari terakhirpun para pelamar masih ramai. Belum lagi yang cita-citanya PNS, persaingannya ribuan orang bukan? Setelah melihat kondisi tersebut, beberapa dari mahasiswa berpikir, skripsi, ijazah dan IPK ternyata belum ada apa-apanya. Mereka yang sempat part-time di suatu perusahaan tidak pernah tuh ditanya client kuliah dimana, IPK berapa, judul skripsinya apa. Yang ditanya adalah persoalan teknis yang meereka tidak paham dan tidak ada di bangku kuliah. Sekali lagi dalam hati mereka, “sialan”.


(51)

4.4. Obrolan Seputar Politik

Tadi siang, ketika matahari sedang panas - panasnya dan dosen - dosen sedang merasa sejuk akibat pendingin ruangan, terdengar obrolan santai beberapa teman. Mereka sedang asyik membicarakan persoalan yang dipersoalkan. Dari kasus - kasus yang muncul ke permukaan, hingga tentang organisasi mahasiswa yang berantakan. Pada awalnya, aku tak berniat ikut menggauli persoalan -persoalan macam itu. Namun, seorang teman melempar pertanyaan padaku, dan aku tak sempat menghindari nya, yang membuat aku terpaksa duduk ikut membicarakan.

Seperti biasa, bahasa - bahasa dewa digunakan oleh kampus untuk menarik perhatian mahasiswa, yang sekaligus meminta dukungan terhadap niatan - niatan ambisius kampus yang sedang memandang ke langit tanpa menggunakan alas kaki. Pembicaraan mulai mengarah kesana - kemari dengan pendapat yang menyatakan dukungan, sekaligus menimbulkan keraguan. Beberapa teman percaya, dengan memiliki badan hukum sendiri, kampus akan menjadi lebih mandiri.

Dengan berbadan hukum sendiri, kelak kampus akan memiliki kewenangan untuk membuat atau menutup program studi, dan juga mengelola keuangan sendiri. Mendengar optimisme teman - teman, aku justru ragu dan cenderung tak percaya jika kampus mampu menjalakan nya secara benar. Selain itu, aku melihat ada usaha negara untuk melepas kewajiban nya dalam bidang pendidikan secara perlahan dan sistematis. Kemandirian kampus dalam ranah keuangan, tentu merupakan celah basah, empuk, dan sejuk bagi mbah ruptor untuk menggasak harta yang bukan miliknya. Bahkan ada kecurigaan pula kampus akan semakin menjadi industri pendidikan, yang akan banyak melahirkan perusahaan ilmu pengetahuan dengan motif keuntungan, hingga akhirnya pengabdian, penelitian, dan pendidikan semakin tenggelam dan terlupakan. Dan cendikiawan tinggal menunggu ajal kematian.

Obrolan siang itu cukup hidup berkat praduga - praduga yang terlontar, dan selingan candaan - candaan khas anak zaman. Hingga akhirnya ada obrolan pula tentang organisasi mahasiswa. Obrolan semacam ini, semakin membuat aku


(52)

mengantuk betul. Malas benar membicarakan organisasi mahasiswa saat ini. Namun, beberapa teman justru semangat membicarakan harapan, kesalahan, dan tujuan ke depan dari organisasi mahasiswa, baik organisasi mahasiswa intra kampus, hingga organisasi mahasiswa ekstra kampus. Aku yang mengantuk, hanya berpendapat satu kali. Bagiku, sudah saat nya organisasi mahasiswa dibubarkan dan memulai semua nya dari awal kembali. Karena menurutku, organisasi mahasiswa telah tersesat dan layak di karantina. Ada semacam disorientasi arah hingga membuat organisasi mahasiswa terpincang - pincang hingga berjalan mundur dan terjatuh.

Untuk organisasi intra yang secara fitrah nya memang telah terkooptasi oleh sistem bebal, tentu aku tak bisa berharap banyak. Yang terlihat dari organisasi intra adalah pencarian eksistensi dengan mutu yang memalukan, kesenangan belaka, hura - hura, berburu jabatan struktural, hingga konflik berkepanjangan dari politik golongan. Mereka lebih layak disebut sebagai abdi mahasiswa yang tak pernah mengabdi, pelaksana acara - acara seremonial belaka, dan tentu organisasi mahasiswa intra merupakan kaki - tangan birokrasi bola ping - pong.

Sedang organisasi ekstra kampus, tak lebih dari perwujudan usaha meneruskan tradisi semata. Alih - alih menjadi wadah persiapan dan pematangan pemimpin masa depan, organisasi ekstra kampus justru berputar - putar di dalam ruangan mereka sendiri, lalu mengusik dan saling ejek dan menjatuhkan golongan lain. Ketika pemira tiba, baru organisasi semacam ini muncul kepermukaan untuk memperebutkan dominasi dan jabatan, yang memunculkan perselisihan dan permusuhan. Dengan menjual sejarah dan rekam jejak para pendahulu mereka, organisasi mahasiswa ekstra berlomba - lomba mendaku ideologi mereka yang paling benar, layak, dan telah direstui kehidupan.

Meski dua paragraf terakhir tak aku sampaikan secara langsung dihadapan teman - teman, tapi itulah ungkapan kegelisahan, kekecewaan, sekaligus pandangan tentang apa yang sedang di bicarakan. Meski tak tersampaikan, rasanya mereka dapat sendiri apa yang menjadi pendapat ku. Dan aku mempersilahkan itu. Sesuai dengan apa yang ditulis Jalaludin Rakhmat dalam Rekayasa Sosial, aku tak memukul rata jika seluruh organisasi intra ataupun eksta memiliki kesesuaian


(53)

kondisi dengan dua paragraf terakhir. Karena memang tak seleruhnya seperti itu. Mungkin masih ada yang tak seperti itu, meskipun jumlah nya sedikit dan terjepit. Dari obrolan tentang organisasi mahasiswa, seorang teman bertanya tentang idealisme. Dengan terkantuk - kantuk aku balik bertanya, idealisme dalam arti apa? Karena terkadang kita terjebak untuk mendefinisikan idealisme hanya tentang keteguhan prinsip seseorang untuk mewujudkan apa yang menjadi mimpi dan harapan. Sementara dalam filsafat, idealisme merupakan paham yang melihat dunia sebagai refleksi dari ide, pemikiran, atau jiwa seseorang. Meski mengandung kemiripan arti, tetap saja dua arti “idealisme” tetap berbeda. Pemisahan arti tersebut, penting untuk dilakukan sebelum mempertanyakan sekaligus menggugat konsistensi, serta untuk memudahkan menjawab pertanyaan - pertanyaan turunan nya.

Berbicara tentang idealisme dalam arti pertama, tentu menyangkut pula tentang mimpi, harapan, keresahan, kepedulian, konsisitensi, keteguhan, serta variable pendukung lainya. Menjaga keberpihakan, serta merawat perlawanan merupakan modal besar dari konsensi diri terhadap nilai - nilai kehidupan. Tentang keberpihakan, tak ada alat ukur sejauh mana keberpihakan dapat dilakukan, dan terbuka banyak jalan untuk menggemakan keberpihakan. Dan yang penting dari semua itu, keberpihakan bukan sebuah perlombaan yang harus selalu disiarkan di atas meja informasi, dilukiskan di depan instansi - instansi berdasi, namun cukup dipahat dalam hati nurani. Dan tentang perlawanan, sejarah merekam ini dengan sangat cermat dan teliti. Pola dan gerak sejarah berputar dan menggilas darah - darah orang yang kalah dan mengangkat dan menerbangkan orang - orang yang menang. Begitu lah sejarah berjalan. Dari masa ke masa, sejarah berbicara mengenai perlawanan demi perlawanan yang tentu berbeda dari masa ke masa nya. Maka, menjadi menarik untuk mengajukan pertanyaan, siapa, apa, dan hal apakah yang layak dilawan di zaman sekarang? Tentu kita perlu merenungkan nya secara radikal, hingga mengerucutkan lalu menentukan siapa lawan yang sebenarnya mesti dilawan, bukan menjadikan lawan yang semestinya bisa menjadi kawan. Mendengar jawaban yang tak memuaskan, akhirnya teman ku membuka topik baru pembicaraan, meski ia berkata akan membicarakan kembali dilain kesempatan. Ketika ia membuka pembicaraan baru, aku berdiri dan berpamitan


(54)

untuk mengganti tidur yang semalam tidak dilaksanakan. Obrolan tentang politik selalu menarik bagi masyarakat. Hal ini biasa menjadi bahan obrolan yang menurut mereka seru untuk diceritakan. Bahannya bisa tentang apa saja yang berkaitan dengan politik seperti pilkada,caleg, sampai masalah korupsi. Permasalahan bangsa Indonesia yang kompleks menjadi bahan yang selalu diobrolakan. Bak sebuah topik utama obrolan tentang kisruh masalah korupsi dan dinamika yang ada di dalamnya terasa menarik. Ibarat sebuah sinetron maupun film, persoalan bangsa ini seperti memiliki alur yang meruncing seakan rugi apabila ketinggalan sedikit saja. Obrolan tentang politik ini bisa terlihat dimana saja, di kantor, angkot, di kedai - kedai atau dimana saja tempat orang berkumpul, begitu pula di kedai kopi.

Ospek merupakan ladang subur bagi para aktifis organisasi mahasiswa baik mereka yang aktif dalam organisasi ekstra kampus dan intra kampus. Para aktifis ini biasanya memasukan nilai - nilai keorganisasianya pada para mahasiswa baru yang kemudian di arahkan untuk mengikuti jejak para seniornya terjun dalam keorganisasian. Sangat bagus ketika para mahasiswa baru dibimbing dan diarahkan untuk menjadi mahasiswa aktifis, bukan menjadi mahasiswa yang hedonis atau romantis, namun sekarang ini cukup sulit untuk di bedakan antara mahasiswa aktifis dan mahasiswa romantis karena dalam mahasiswa aktifis secara mayoritas prilaku romantis sangat dominan. Terlihat dari para senior yang mendekati para mabanya untuk di jadikan pacar dan masuk dalam organisasinya.

Terdengar dari beberapa obrolan senior - senior organisasi yang ada di kantin dan beberapa tempat nongkrong bahkan dalam bas camp mereka, obrolannya adalah mana mahasiswa baru yang cantik, bukan obrolan bagaimana mengarahkan maba dengan agenda - agenda agar mereka bisa berfikir kritis terhadap kondisi diri, lingkungan dan negaranya. Sehingga di harapkan mereka akan mengetahui, bisa memilah dan memilih mana yang baik bagi kepentingan bersama. Disisi lain ajakan untuk mengikuti organisasinya dengan embel - embel


(1)

v mengasuh, mendidik dan mendoakan ananda dengan penuh kasih sayang dan penuh perjuangan agar ananda dapat menjadi orang yang berilmu dan menjadi orang yang sukses. Inilah persembahan sementara yang dapat ananda berikan sebagai tanda bakti ananda sebagai anak yang sudah di besarkan dengan penuh kasih sayang dan penuh cinta semoga dengan ini sampai seterusnya segala rencana yang sudah kita rancang agar berjalan dengan baik menurut kuasa Tuhan Yang Maha Esa.

Terimakasih kepada sahabat-sahabat yang penulis sayangi, Gorat Siahaan, Jop M Sembiring, Iyan Sinuraya, Mark Girsang, Risa Yustika, Amy Ginting, Rini Sinulingga, Lamtiur Sihotang, Sakti Bancin, Silton, Cristopter Sirait, terima kasih juga kepada kerabat Antopologi Khususnya Stambuk 2010 semoga apa yang sudah kita rencanakan berjalan dengan baik dan sesuai kehendak Tuhan yang maha kuasa.

Khusus buat adik – adik saya di Antropologi yang saya sayangi yang tidak bisa saya sebut satu per satu. Terima kasih untuk semua semangat dan motivasi yang telah kalian berikan.. Mari sama-sama kita buktikan kedepan ini, kita harus menjadi orang yang sukses.

Terima kasih ananda ucapkan kepada informan di Kedai Kopi Fly Over yang telah memberikan informasi-informasi yang dibutuhkan dalam penyelesaian skripsi ini. Seperti bapak Ngadapta Kaban, teman sepermainan Ivo Sembiring, Soni Bangun, Pipin Colia dan semua informan yang tidak saya sebut satu persatu terima kasih buat semuanya.

MEDAN, November 2016

Mario Andel


(2)

vi DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Mario Andel Sembiring lahir di Medan pada tanggal 27

Maret 1991.Anak ketiga dari tiga bersaudara dari

pasangan ayahanda Ir. Usman Sembiring dan Ibunda

Rasinta Br Kaban. Pendidikan formal TK Swasta

Methodist 1 Medan (1995-1997), SD Swasta Methodist 1

(1997-2003), SMP Swasta Methodist 1 Medan

(2003-2006), SMA Swasta Methodist 1 Medan (2006-2009), PadaTahun 2010 mengikuti

pendidikan (S1) di Departemen Antropologi Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sumatera Utara. Pengalaman organisasiyang dilakukan adalah


(3)

vii KATA PENGANTAR

Skripsi ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan studi di Departemen Antropologi Sosial, Fakultasa Ilmu Sosial Ilmu Politik, Universitas Sumatra Utara, Medan. Untuk memenuhi persyaratan tersebut penulis telah menyusun sebuah skripsi dengan judul “Studi Etnografi Mengenai Kedai Kopi Menjadi Forum Interaksi Bagi Mahasiswa di Padang Bulan, Kecamatan Medan Selayang Kota Medan” .

Ketertarikan untuk menulis tentang kedai kopi pada mahasiswa ini

dikarenakan banyaknya mahasiswa yang menghabiskan waktu mereka berjam –

jam di warung kopi untuk berdiskusi. Di warung kopi, para mahasiswa berkumpul

menikmati Kopi sambil ngobrol. Budaya ngopi ini juga sebagai momen untuk

berinteraksi satu sama lain, mulai bercerita bisnis, atau sekedar kumpul bareng

temen-temen.

Oleh karena itu, tulisan ini berfokus pada bagaimana kehidupan

mahasiswa memang tidak jauh dari kegiatan utamanya yaitu menuntut ilmu, dan

pastinya sesuai dengan jurusan yang dipilihnya. Entah latah atau kebetulan,

kehidupan malam para mahasiswa banyak yang dihabiskan untuk kegiatan

nongkrong-nongkrong sesama teman. Dan kopi dapat dikatakan sebagai teman

setia para mahasiswa (pada khususnya) untuk melewati waktu malam.

Sebagai penutup dari penulisan skripsi ini, dilampirkan pula daftar

kepustakaan sebagai penunjang dalam penulisan. Saya telah mencurahkan segala

kemampuan, tenaga, pikiran, dan juga waktu dalam penulisan skripsi ini. Namun

saya menyadari skripsi ini belum bisa dikatakan telah sempurna. Dengan segala

kerendahan hati, saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun

dari para pembaca. Harapan dari saya agar skripsi ini dapat berguna bagi seluruh

pembacanya .


(4)

viii Demikianlah kata pengantar ini penulis sampaikan, apabila ada kesalahan

dalam penulisan ini, penulis sangat mengharapkan masukan dan saran untuk

penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.

Medan , November 2016

Penulis


(5)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN ……….. i

PERNYATAAN ORIGINALITAS ……….... ii

ABSTRAK ……….... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ……...……… iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP …... ………. vii

KATA PENGANTAR …… ……… viii

DAFTAR ISI ………... . x

B A B I PENDAHULUAN ………... 1

a. Latar Belakang ………. 1

b. Tinjauan Pustaka ……….. 6

c. Rumusan Masalah ……… 16

d. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……… 16

Tujuan Penelitian ………. 16

Manfaat Penelitian ………... 17

e. Metode Penelitian ……… 17

1.5.1. Karakteristik Penelitian ………... 18

1.5.2. Teknik Pengumpulan Data ……….. 18

1.5.3. Analisis Data ………... 20

B A B II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ………… 21

2.1. Awal Mula Kedai Kopi ………... 21

2.2. Kondisi Kedai Kopi ………... 24

2.3. Lokasi Kedai Kopi ……… 27

2.4. Penjual ………... 28

2.5. Jam Kerja ………... 29

2.6. Menu ………. 30

2.6.1. Desain Kemasan Saji ……… 30

2.6.2. Harga ……… 31

2.7. Fasilitas ………. 32


(6)

0

2.8. Pembeli Kedai Kopi ………. 34

B A B III KEDAI KOPI SEBAGAI FORUM INTERAKI …….. 36

3.1. Secangkir kopi sebagai salam pembuka interaksi……….. 36

3.2. Obrolan Seputar Politik ... ...………...………... 38

3.3. Obrolan Seputar Ekonomi ….……… 46

3.4. Curahan Hati di Kedai Kopi ……….. 50

3.5. Obrolan Seputar Pertandingan Sepak Bola ………... 51

1. Permainan di Kedai Kopi ……….. 55

Dam Batu .……….. 56

Catur ………... 63

2. Tidur ………... 67

B A B IV SARANA INTERAKSI DI KEDAI KOPI…………... 69

4.1. Kedai Kopi Sebagai Ruang Publik ……… 69

4.2. Kedai Kopi Sebagai Gaya Hidup ……….. 75

4.3. Kedai Kopi Sebagai Tempat Bertukar Informasi ……….. 78

4.4. Kedai Kopi Sebagai Sarana Hiburan ………. 80

4.5. Kedai Kopi Sebagai Ruang Kritik ………. 82

B A B V KESIMPULAN DAN SARAN ………... 84

5.1. Kesimpulan ……… 84

5.2. Saran – Saran ……….. 86

5.2.1. Kepada Masyarakat ……….. 86

5.2.2. Kepada Penjual Kedai Kopi ………... 86

1.4.1.Kepada Pemerintah ………. 87

1.4.2.Kepada Peneliti dan Akademis ………... 88

DAFTAR PUSTAKA ………. 89