Kedai Kopi ( Studi Etnografis Aktifitas dan Peran Perumnas Simalingkar Kota Medan )

(1)

“ KEDAI KOPI ”

( Studi Etnografis Aktifitas dan Peran Kedai Kopi di Perumnas Simalingkar, Kecamatan Medan Tuntungan kota Medan )

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial

Dalam Bidang Ilmu Antropologi

Disusun Oleh : M . FAHRIZAL

070905031

DEPARTEMEN ANTROPOLOGI SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK HALAMAN PERSETUJUAN

SKRIPSI INI TELAH DISETUJUI OLEH

Nama : M . Fahrizal Nim : 070905031 Departemen : Antropologi

Judul : KEDAI KOPI ( Studi Etnografis Aktifitas dan Peran Perumnas Simalingkar Kota Medan )

Medan, 18 Desember 2013

Pembimbing Skripsi Ketua Departemen

(Prof.Dr. Chalida Fachruddin) (Dr. Fikarwin Zuska) NIP. 196101251988032001 NIP. 196212201989031005

Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

(Prof. Dr. Badaruddin, M.Si) NIP. 19680525199203 1 002


(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PERNYATAAN ORIGINALITAS

KEDAI KOPI

( Studi Etnografis Aktifitas dan Peran Kedai kopi Di Perumnas Simalingkar Kota Medan )

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi , dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang di tulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang secara tertulis di acu dalam naskah ini dan di sebut dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti lain atau tidak seperti yang saya nyatakan di sini , saya bersedia di proses secara hukum dan siap meninggalkan gelar kesarjanaan saya.

Medan , April 2014 Penulis


(4)

ABSTRAKSI

M . Fahrizal , 2014 . Judul Skripsi : “ KEDAI KOPI “ ( Studi Etnografis Aktifitas dan Peran Kedai Kopi di Perumnas Simalingkar kota Medan ) Terdiri dari 5 Bab , 90 Halaman , 8 Foto Penelitian , 7 Bagan , 1 Tabel , Dan Daftar Pustaka .

Penelitian ini mengkaji tentang aktifitas dan peran Kedai Kopi di Perumnas Simalingkar khususnya jalan kopi Kecamatan Medan Tuntungan . Kedai Kopi merupakan sebuah usaha yang menjual minuman dan makanan yang berskala kecil dan harganya yang terjangkau . Kedai Kopi bukan hanya sekedar menjual , tetapi di kedai kopi terjadi interaksi sosial antara penjual dengan pembeli dan pembeli sesama pembeli .

Tujuan dari Penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memperoleh apa saja yang sebenarnya yang terjadi di kedai kopi khususnya di perumnas Simallingkar , apalagi kesan negatif dari masyarakat terhadap aktifitas yang ada di kedai kopi yang begitu melekat . Padahal tidak semua yang di tuduhkan terhadap kedai kopi itu benar , masih banyak aktifitas yang positif dan bermanfaat yang terjadi di kedai kopi .

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif yang bersifat deskriptif . Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi partisipasi dan terlibat langsung di dalam lapangan .

Kesimpulan penelitian ini adalah menggambarkan aktifitas dan peran yang terjadi di kedai kopi . Kedai kopi merupakan sarana interaksi sosial , pusat informasi dan sarana hiburan .


(5)

UCAPAN TERIMA KASIH

Pertama – tama saya mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmad dan ridhoNya . Sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini . Sebagai manusia biasa tentunya tidak terlepas dari banyak kekurangan dan kelemahan , sehingga penulisan skripsi ini masih belum bisa di katakana sempurna , baik dalam penuturan kata ilmiah yang lazim maupun dalam penyajian data . Adapun penulisan skripsi ini adalah sebagai tugas akhir dari seorang mahasiswa dalam mencapai gelar sarjana khususnya dalam bidang ilmu Antropologi , dan untuk penelitian ini berjudul “KEDAI KOPI” (Studi Etnografis Aktifitas dan Peran Kedai Kopi Di Perumnas Simalingkar Kota Medan) .

Oleh Karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar – besarnya kepada Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si , selaku Dekan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik , tempat dimana penulis menempah diri menuju pribadi yang semakin mapan . Bapak Dr. Fikarwin Zuska , selaku ketua departemen Antropologi Sosial . Ibu Prof. Chalida Fachruddin , selaku dosen pembimbing yang bersedia memberikan waktu , dan pengetahuan kepada penulis selama perkuliahan dan proses bimbingan . Ibu Dra. Nita Savitri, M.Hum , selaku dosen wali yang bersedia memberikan nasihat , kritik dan saran kepada penulis sepanjang masa perkuliahan .

Kepada Kak Nur dan Kak Sofie yang telah membantu penulis dalam kelengkapan administrasi selama perkuliahan . Seluruh informan penulis yang telah membantu penulis memberikan informasi – informasi yang penulis butuhkan


(6)

untuk menyelesaikan skripsi ini . Penghargaan sebesar – besarnya penulis berikan kepada orang tua Ayahanda Anwar Abbas dan Ibunda Amnah Wati semoga Allah SWT memberikan cinta kasihNya kepada keduanya , dan saudara – saudari penulis M . Faisal Azhari , S.T , M.Didi Fadli , dan Intan Hasanah , Amd yang terus mengkritik dan memberikan motivasi . Dan Kepada sahabat – sahabat Penulis yang dari kecil hingga sekarang masih terus saling memberikan motivasi dan dukungannya untuk mengerjakan skripsi ini antaranya Hendra Gunadi S.Sos , Hari Wismadana , S.E , Yogi Prananda Amd , Achmad Fauzi S.Sos , Agus Riyanto S.T . Dan kepada kawan – kawan seperjuangan yang banyak kesan – kesan mendalam Dimas Adiwiyanto , Taufan , Bayu , Fahrul , Tara , Diki , Hari , Eki , Bang Lani , Elis , Labirin Company dan Lainnya .

Dan teman – teman masa SMA dulu yang masih saja kumpul – kumpul , Hendra , Fadli , Taufik , Hari , Juned , Ruhut , Afrianto , Fandi , Rozi , Dedi , Ihsan , Mira . Serta Kerabat Antropologi yang seluruhnya khususnya angkatan 2007 , Tino , Zizah , Bita , Tata , Fino , Rendi , Fikri , Alfi , Tia , Laung , Indri , Aank , Rina , Inggrid , Nunug , Davi , Pardin dan lainnya yang sama – sama duduk dan merasakan hangat dan pilu kampus Fisip Usu ini . Dan juga kepada Bedul , penulis ucapkan banyak terima kasih karena telah banyak membantu dalam penyelesaikan skripsi ini . Kak Anis , Bang Siwa , Bang Abu , Kak Econg juga penulis mengucapkan terima kasih dimana kakak – kakak dan abang – abang juga banyak membantu dari hal – hal yang kecil hingga yang besar .

Sebagai manusia , penulis menyadari bahwa di dalam penulisan skripsi ini masih dijumpai kekurangan – kekurangan dan kelemahan – kelemahan dalam


(7)

segala kritikan – kritikan ataupun saran –saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan skripsi ini .

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan nilai tambah bagi pembaca semua , khususnya bagi penulis sendiri . Semoga Allah SWT memberikan rahmatNya buat kita semua . Amin . Demikianlah yang bisa penulis sampaikan dan semoga skripsi ini kelak bisa berguna untuk berbagai pihak . Terima Kasih .

Medan , April 2014 Penulis


(8)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

M . Fahrizal lahir di Medan pada tanggal 22 Februari 1988 . Anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan ayahanda Anwar Abbas dan Ibunda Amnah Wati. Pendidikan formal Sekolah Dasar Negeri ( SDN) 068003 Jalan Kayu Manis Perumnas Simalingkar kota Medan pada tahun 1994 , tamat SD pada tahun 2000 . Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 31 Medan , tamat pada tahun 2003 . Sekolah Menengah Atas Swasta ( SMA) Dharma Pancasila Medan , tamat pada tahun 2006 . Paket Kuliah Perkantoran Satu Tahun di TRICOM di Jalan Iskandar Muda kota Medan . Pada Tahun 2007 mengikuti pendidikan (S1) di Departemen Antropologi Sosial , Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara . Pengalaman Organisasi dan beragam aktifitas yang dilakukan adalah : pada tahun 2006 – 2009 anggota Remaja Masji Al – Muhajirin , anggota JPRMI Medan Tuntungan . Pada Tahun 2011 – 2014 anggota AMPI Medan Tuntungan dan anggota KNPI Medan Tuntungan.


(9)

KATA PENGANTAR

Pertama – tama saya mengucapkan puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT , karena atas Berkat , Rahmat , Kuasa , Anugrah dan Kehendak-Nya , saya bisa menyelesaikan skripsi ini yang berjudul : “ KEDAI KOPI “ ( Studi Etnografis Aktifitas dan Peran Kedai Kopi di Perumnas Simalingkar Kota Medan ) . Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar sarjana ilmu sosial dalam bidang ilmu Antropologi , Universitas Sumatera Utara . Skripsi ini membahas secara menyeluruh mengenai Aktifitas dan Peran Kedai Kopi . Pembahasan tersebut diuraikan dari bab I sampai dengan bab V . Penguraian yang saya lakukan pada skripsi ini adalah sebagai berikut .

Bab pertama menguraikan garis besar penulisan skripsi secara menyeluruh , antara lain dikemukakan latar belakang masalah , perumusan masalah penelitian sehingga dapat di ketahui apa yang dikemukakan di dalam penulisan skripsi ini . Selanjutnya , akan diuraikan juga tujuan dan manfaat penelitian , tinjauan pustaka , metode penelitian , dan alat pengumpulan data , juga kesimpulan dan saran . Penguraian dalam bab ini , dimaksudkan agar dapat memberikan gambaran secara keseluruhan mengenai materi penulisan yang di maksud dalam penelitian skripsi .

Bab kedua menggambarkan secara umum mengenai gambaran umum tentang kedai kopi di Perumnas Simalingkar kota Medan . Awal mula Kedai kopi, kondisi kedai kopi , lokasi kedai kopi , penjual , jam kerja , menu di kedai kopi , fasilitas di kedai kopi , dan pembeli – pembeli di kedai kopi .


(10)

Bab ketiga menjelaskan secara khusus dan lebih mendalam tentang aktifitas dan peran kedai kopi seperti obrolan – obrolan dan hubungan pembeli sesama pembeli .

Bab keempat menjelaskan tentang bagaimana kedai kopi menjalankan perannya sebagai ruang public , gaya hidup ( lifestyle) , pusat informasi , sarana hiburan dan kritik wacana kritis .

Bab kelima merupakan suatu kesimpulan dan saran mengenai kedai kopi ( studi etnografis aktifitas dan peran kedai kopi di perumnas Simalingkar kota Medan ) .

Sebagai penutup dari penulisan skripsi ini , di lampirkan pula daftar kepustakaan sebagai penunjang dalam penulisan . Saya telah mencurahkan segala kemampuan , tenaga , pikiran , dan juga waktu dalam penulisan skripsi ini . Namun saya menyadari skripsi ini belum bisa di katakana telah sempurna . Dengan segala kerendahan hati , saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca . Harapan dari saya agar skripsi ini dapat berguna bagi seluruh pembacanya .

Medan , April 2014 Penulis


(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN ………. i

PERNYATAAN ORIGINALITAS ………... ii

ABSTRAK ………... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ……...………... iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ………... vii

KATA PENGANTAR ………... viii

DAFTAR ISI ………... x

B A B I PENDAHULUAN ………... 1

1.1. Latar Belakang ………. 1

1.2. Tinjauan Pustaka ……….. 6

1.3. Rumusan Masalah ……… 16

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……… 16

1.4.1. Tujuan Penelitian ………. 16

1.4.2. Manfaat Penelitian ………... 17

1.5. Metode Penelitian ……… 17

1.5.1. Karakteristik Penelitian ………... 18

1.5.2. Teknik Pengumpulan Data ……….. 18

1.5.3. Analisis Data ………... 20

B A B II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ….. 21

2.1. Awal Mula Kedai Kopi ……….. 21

2.2. Kondisi Kedai Kopi ………... 24

2.3. Lokasi Kedai Kopi ………. 27

2.4. Penjual ………... 28

2.5. Jam Kerja ………... 29

2.6. Menu ……….. 30

2.6.1. Desain Kemasan Saji ………. 30

2.6.2. Harga ………. 31


(12)

2.8. Pembeli Kedai Kopi ……….. 34

B A B III AKTIVITAS DI KEDAI KOPI ……… 36

3.1. Enak Tak Enak Yang Penting ”Ngopi” ………. 36

3.2. Obrolan Tentang Politik ………... 38

3.3. Obrolan Tentang Ekonomi ……… 46

3.4. Obrolan Tentang Masalah Pribadi ………. 50

3.5. Obrolan Tentang Pertandingan Sepak Bola ………….. 51

3.6. Permainan Kartu ………... 55

3.6.1. Dam Batu .………. 56

3.6.2. Tujuh Luit ………. 59

3.6.3. Truf ……… 61

3.6.4. Catur ……….. 63

3.7. Tidur ……….. 67

B A B IV PERAN KEDAI KOPI ………... 69

4.1. Kedai Kopi Sebagai Ruang Publik ……… 69

4.2. Kedai Kopi Sebagai Lifestyle ……… 75

4.3. Kedai Kopi Sebagai Pusat Informasi ………. 78

4.4. Kedai Kopi Sebagai Sarana Hiburan ………. 80

4.5. Sebagai Kritik Wacana Kritis ……… 82

B A B V KESIMPULAN DAN SARAN ……….. 84

5.1. Kesimpulan ……… 84

5.2. Saran – Saran ………. 86

5.2.1. Kepada Masyarakat ………. 86

5.2.2. Kepada Penjual Kedai Kopi ……… 87

5.2.3. Kepada Pemerintah ………. 87


(13)

ABSTRAKSI

M . Fahrizal , 2014 . Judul Skripsi : “ KEDAI KOPI “ ( Studi Etnografis Aktifitas dan Peran Kedai Kopi di Perumnas Simalingkar kota Medan ) Terdiri dari 5 Bab , 90 Halaman , 8 Foto Penelitian , 7 Bagan , 1 Tabel , Dan Daftar Pustaka .

Penelitian ini mengkaji tentang aktifitas dan peran Kedai Kopi di Perumnas Simalingkar khususnya jalan kopi Kecamatan Medan Tuntungan . Kedai Kopi merupakan sebuah usaha yang menjual minuman dan makanan yang berskala kecil dan harganya yang terjangkau . Kedai Kopi bukan hanya sekedar menjual , tetapi di kedai kopi terjadi interaksi sosial antara penjual dengan pembeli dan pembeli sesama pembeli .

Tujuan dari Penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memperoleh apa saja yang sebenarnya yang terjadi di kedai kopi khususnya di perumnas Simallingkar , apalagi kesan negatif dari masyarakat terhadap aktifitas yang ada di kedai kopi yang begitu melekat . Padahal tidak semua yang di tuduhkan terhadap kedai kopi itu benar , masih banyak aktifitas yang positif dan bermanfaat yang terjadi di kedai kopi .

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif yang bersifat deskriptif . Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi partisipasi dan terlibat langsung di dalam lapangan .

Kesimpulan penelitian ini adalah menggambarkan aktifitas dan peran yang terjadi di kedai kopi . Kedai kopi merupakan sarana interaksi sosial , pusat informasi dan sarana hiburan .


(14)

B A B I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kedai kopi bagi masyarakat di Medan khususnya di Perumnas Simalingkar merupakan tempat dimana masyarakat berkumpul untuk sekedar melepas lelah, tempat mengawali hari sebelum melaksanakan aktivitas rutin,atau menghabiskan waktu yang dianggap bermanfaat dibandingkan melakukan kegiatan seperti tidur , jalan-jalan tanpa tujuan dan sebagainya.

Kebiasaan masyarakat Medan yang sering berada di kedai kopi menimbulkan opini negatif dari kebanyakan orang yang ada di kota Medan ini khususnya di Simalingkar , masyarakat mempertanyakan “ apakah yang dilakukan mereka disaat berada di kedai kopi ? ” pertanyaan itu penting untuk di jawab . Dalam hal ini penulis yang juga sering menghabiskan waktu di kedai kopi melihat bahwa aktifitas di kedai kopi merupakan sebuah dinamika yang menjelaskan bahwa disana telah terbentuk berbagai opini publik , salah satunya aktifitas kedai kopi terhadap masyarakat di kota Medan khususnya Simalingkar .

Kedai kopi merujuk kepada sebuah organisasi1 yang secara pokok menyediakan kopi atau minuman panas lainnya. Dari suatu pengamatan langsung, kedai kopi banyak memberikan layanan sebagai pusat-pusat interaksi sosial , kedai kopi dapat memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk berkumpul, berbicara, bermain, menghibur satu sama lain, atau membuang waktu, baik secara individu atau dalam kelompok kecil . Bahkan kedai kopi menjadi tempat tidur


(15)

yang nyaman bagi pengunjungnya. Ngopi adalah ungkapan terhadap orang yang ingin menikmati kopi atau minuman lainnya atau sekedar duduk-duduk diwarung kopi dan mengobrol sesama pengunjung kedai kopi .

Melihat kejadian yang ada di kedai kopi kini muncul menjadi sebuah identitas yang melekat bagi para penikmatnya, tidak hanya tingkat kenikmatan semata, gaya hidup dan gaya yang khas , tetapi kini fungsinya semakin mendapatkan hati masyarakat. Selain terjangkau harganya, nilai yang nyata di kedai kopi juga menjadi hiburan yang tak tergantikan dari kehidupan masyarakat. Bukan hanya di Simalingkar saja kedai kopi dijadikan sebagai wadah atau tempat yang nyaman selain rumah untuk berkomunikasi , bersenang-senang , santai ataupun beristirahat sejenak . Di lain daerah di kota Medan juga memiliki penilaian tersendiri terhadap kedai kopi bahkan di daerah Indonesia lainnya .

Kedai kopi menjadi tanda yang mengukuhkan keberadaan baru bagi masyarakat, melalui bertemunya beragam orang , suku , agama , lembaga, status sosial dan bahkan identitas yang multikultur. Dalam pandangan yang lebih luas, kedai kopi juga bagian dari subkultur yang mempertemukan berbagai budaya dan identitas baru. Tetapi ngopi “juga bukan sekadar soal keakraban, didalamnya kerap terjadi pertukaran informasi , wacana, dan pengembangan wawasan, bahkan hiburan sekalipun .

Pada awalnya ngopi “ hanyalah aktifitas mengisi waktu luang dan tempat untuk istirahat dari kepenatan ”. Namun perkembangannya kini kedai kopi menjadi sebuah tempat yang penting untuk menghabiskan waktu luang maupun waktu beraktifitas sehari - hari . Dari berbagai suku yang berbeda kedai kopi memiliki peran yang benar – benar memberikan ruang untuk berkreasi , berdiskusi


(16)

, hiburan walaupun muncul konflik – konflik kecil didalamnya . Tetapi dalam beberapa hal, kedai kopi juga didirikan dengan latar belakang yang berbeda . Lebih jauh lagi, aktifitas kedai kopi ini, membentuk kultur dan kebiasaan baru dalam berbagai sektor kehidupan, misalnya ekonomi dan sosial.

Bagi sebagian pecinta kopi, menikmati secangkir kopi mungkin hal yang biasa dilakukan di waktu senggang dan bisa dilakukan dimana saja. Namun bagi kalangan tertentu menikmati kopi bukan hanya bagaimana merasakan sensasi manis dan pahit, tetapi bagaimana muatan yang menyertai aktifitas itulah yang akan berdampak lebih luas. Misalnya para eksekutif muda akan menikmati secangkir kopi dengan menjalankan aktifitas dengan relasi bisnisnya. Begitu juga dengan mahasiswa, menikmati secangkir kopi hanya bermakna jika dilakukan di kedai kopi yang diselingi dengan diskusi kecil. Dan orang tua sekalipun menjadikan kedai kopi salah satu daya tarik yang tidak lepas dari kehidupan sehari – hari bahkan kedai kopi menjadi rumah kedua bagi mereka .

Penikmat kopi juga beragam, mulai dari buruh bangunan hingga para pejabat. Tidak ada sekat dalam hal siapa peminat kopi. Ini membuktikan bahwa kedai kopi mempunyai potensi kultural yang dapat menggiring masyarakat ke arah pembauran sosial. Ini tidak lepas dari salah satu manfaat kedai kopi yaitu sebagai tempat menemukan ide dan gagasan. Bahkan, bagi para penikmat kopi, kedai kopi adalah sumber informasi dan inspirasi.

Bagi pecinta kopi, menikmati kopi dengan racikan sendiri di rumah atau di tempat kerja akan terasa berbeda ketika mereka menikmati kopi di kedai kopi. Entah karena racikannya atau suasananya, kita tidak tahu. Tetapi kemungkinan,


(17)

mempengaruhi rasa dalam ngopi itu sendiri. Dan yang aneh lagi adalah masing-masing kedai kopi memiliki kekhasan rasa tersendiri yang tidak bisa ditemukan di tempat lain.

Berangkat dari realitas itulah, kebiasaan ngopi bagi masyarakat Indonesia bukanlah menjadi sebuah realitas yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Akan tetapi, lebih dari itu ngopi menjadi sebuah gaya hidup (life style) masyarakat. Kebiasaan masyarakat yang seiring waktu telah berubah menjadi kebutuhan masyarakat inilah yang nantinya bisa menjadi sebuah subkultur tersendiri di masyarakat Indonesia.

Apalagi interaksi sosial yang terjadi di kedai kopi membuat suasana menjadi hidup dan malahan membuat betah meskipun terjadi konflik kecil yang mewarnai aktifitas yang ada di kedai kopi . Dari obrolan kecil hingga obrolan yang memanas kerap terjadi di kedai kopi . Permainan kartu dan catur menjadi hiburan tersendiri bagi penikmat kedai kopi untuk mengisi kekosongan . Bahkan tidak jarang orang yang baru pulang kerja menyempatkan waktu nya terlebih dahulu di kedai kopi hanya sekedar minum kopi dan ngobrol sesama pengunjung .

Hal yang tak kalah menariknya yaitu keberadaan kedai kopi secara tidak langsung mempunyai efek terhadap kegiatan masyarakat di suatu tempat , misalnya dalam hal etos kerja . Memang bila di kaji lebih jauh , tinggi rendahnya etos kerja masyarakat ditentukan oleh pribadi demi pribadi dari masyarakat tersebut . Namun jika kita mau jujur , keberadaaan kedai kopi bagi sebahagian masyarakat akan berakibat turunnya etos kerja .

Selain sisi negatifnya , kedai kopi juga mempunyai sisi positif . Banyak contoh yang bisa diurutkan sebagai sisi positif kedai kopi . Program pemerintah ,


(18)

obrolan politik , obrolan ekonomi , dan sosial dijadikan bahan obrolan dan perdebatan di kedai kopi .

Kedai kopi pada dasarnya adalah tempat dimana penjual minuman kopi dan pembeli minuman kopi ataupun sesama pembeli minuman kopi bertemu , bubuk kopi dan gula telah diseduh dan dihidangkan di meja , maka kedai kopi memperlihatkan peranan dan fungsinya , bukan hanya sekedar mendapatkan segelas kopi yang harganya tiga ribu sampai enam ribu rupiah per gelas . Tetapi juga sebagai suatu media interaksi antara sesama pengunjung kedai kopi ataupun dengan penjual minuman kopi .

Di pasar atau di toko , penjual dan pembeli ataupun sesama pembeli saling bertemu . Tapi pertemuan dan interaksi berlangsung dalam waktu relatif singkat . Setelah semua selesai belanja dipesan dan dibayar , maka berakhirlah interaksi mereka . Tidak lah demikian halnya dengan di kedai kopi , yang antara pembeli dan penjual dan antara sesama pembeli terlibat komunikasi yang relatif panjang , dan bahkan ada kemungkinan perbincangan tersebut terulang lagi untuk esok harinya .

Adanya tenggang waktu yang cukup lama antara penjual dan pembeli dan antara pembeli dan pembeli membuat kedai kopi mempunyai keunikan tersendiri . Kedai kopi dengan segala kesederhanaannya telah memperlihatkan peranan dan fungsinya sebagai sarana interkasi sosial yang sangat potensial .

Fungsi sosial kedai kopi sebagai pusat kegiatan ekonomi dapat dilihat dalam perubahan – perubahan yang terjadi dibidang produksi , konsumsi , dan distribusi . Kedai kopi dapat juga dikatakan sebagai pusat kebudayaan dalam


(19)

lingkup yang sederhana , dalam hal ini dapat dilihat pada perubahan – perubahan sosial budaya sebagai akibat dari pembaruan dan pembauran .

Dengan demikian terlihat bahwa kedai kopi bukan hanya tempat berjual beli semata , namun juga mempunyai fungsi lain bagi masyarakat yang bersangkutan . Alasan – alasan itu lah menjadi daya tarik kedai kopi yang begitu mempesona bagi penikmatnya . Dari siang hingga malam kedai kopi membuat cerita yang tidak pernah habis untuk di perbincangkan .

1.2. Tinjauan Pustaka

Kedai kopi adalah tempat yang menyediakan kopi dan berbagai jenis minuman lainnya , selain itu kedai kopi juga menyediakan berbagai jenis makanan ringan sebagai teman minum kopi . Kedai kopi juga merupakan tempat di mana berkumpulnya orang-orang yang sekedar bersantai atau pun melakukan aktifitas diskus kecil , obrolan ringan dan bersenang – senang dengan hiburan yang ada . Selain itu ada juga yang memanfaatkan kedai kopi sebagai tempat beristirahat yang nyaman selain dirumah sendiri , biasa nya di siang hari .

Pada dasarnya kedai kopi identik dengan kalangan-kalangan paruh baya2

2

, hal ini didasari karena pelanggan-pelanggan yang sering berada di kedai kopi merupakan orang-orang yang sudah paruh baya , namun seiring perkembangan zaman kedai kopi tidak hanya di minati oleh kalangan-kalangan tertentu saja tapi sudah mencakup berbagai elemen , mulai dari orang tua , anak muda , bahkan anak-anak pun sering berada di kedai kopi dengan didampingi orang tuanya .


(20)

Kedai kopi erat hubungannya dengan ruang publik . Fungsi kedai kopi tersebut yang memungkinkannya menjadi ruang yang dapat dinikmati, ditempati oleh siapa saja. Fungsi tersebut menghadirkan kedai kopi menjadi ruang yang bebas bagi setiap orang.

Istilah ruang publik (public space) pernah dilontarkan Lynch3

Ruang publik diartikan sebagai ruang bagi diskusi kritis yang terbuka bagi semua orang. Pada ruang publik ini, warga privat (private person) berkumpul untuk membentuk sebuah publik dimana nalar publik ini akan diarahkan untuk mengawasi kekuasaan pemerintah dan kekuasaan negara. Ruang publik mengasumsikan adanya kebebasan berbicara dan berkumpul, pers bebas, dan hak secara bebas berpartisipasi dalam perdebatan politik dan pengambilan keputusan. Lebih lanjut, ruang publik dalam hal ini terdiri dari media informasi seperti surat kabar dan jurnal. Juga termasuk dalam ruang publik adalah tempat minum dan kedai kopi, balai pertemuan, serta ruang publik lain dimana diskusi sosio-politik berlangsung3.

dengan menyebutkan bahwa ruang publik adalah nodes dan landmark yang menjadi alat navigasi didalam kota . Gagasan tentang ruang publik kemudian berkembang secara khusus seiring dengan munculnya kekuatan civil society. Dalam hal ini filsuf Jerman, Jurgen Habermas, dipandang sebagai penggagas munculnya ide ruang publik. Jurgen Habermas memperkenalkan gagasan ruang publik pertama kali melalui bukunya yang berjudul The Structural Transformation of the Public Sphere: an Inquire Into a Category of Bourjuis Society yang diterbitkan sekitar tahun 1989.


(21)

Ruang publik ditandai oleh tiga hal yaitu responsif, demokratis, dan bermakna. Responsif dalam arti ruang publik adalah ruang yang dapat digunakan untuk berbagai kegiatan dan kepentingan luas. Demokratis, artinya ruang publik dapat digunakan oleh masyarakat umum dari berbagai latar belakang sosial, ekonomi, dan budaya serta aksesibel bagi berbagai kondisi fisik manusia. Bermakna memiliki arti kalau ruang publik harus memiliki tautan antara manusia, ruang, dan dunia luas dengan konteks sosial4

Animo pengunjung kedai kopi tidak mutlak muncul oleh rasa dan aroma kopi yang disajikan, tetapi lebih kepada keinginan untuk berinteraksi. Buktinya, sebagian besar kedai kopi yang ada di Indonesia bahkan di Medan hanya menyediakan minuman kopi berbahan baku kopi robusta. Padahal, bagi para “penikmat” kopi sejati, mereka pasti akan mencari kedai kopi atau cafe yang menyediakan kopi arabica, karena aroma yang tajam dan rasanya yang khas. Tetapi bagi pengunjung setia kedai kopi , tetap mempertahankan atau menjadikan kedai kopi salah satu aktivitas sehari – hari yang juga memiliki peran penting dalam kehidupan sehari – hari .

.

Kejadian ini mempertegas makna ngopi dalam tradisi masyarakat di Indonesia. Aktifitas minum kopi adalah media interaksi antar masyarakat dari berbagai stratifikasi sosial. Fungsi kedai kopi mulai bergeser, dari tempat minum menjadi ranah publik milik semua elemen masyarakat baik sebagai tempat melepas lelah, tempat bercengkrama bahkan termasuk sebagai ruang hiburan. Secangkir kopi menjadi semacam e-mail dan password untuk izin menikmati suasana dan aktifitas orang yang ada di kedai kopi . Maksudnya bahwa dengan

4


(22)

memesan secangkir kopi sudah bisa berlama – lama dan berbaur dengan pengunjung lainnya .

Ibarat akun “jejaring sosial” twitter, kedai kopi membolehkan siapapun mem-follow (bergabung) orang yang menjadi idola dan narasumbernya. Siapapun, apalagi jika sudah kenal, boleh nimbrung mendengar dan mengomentari pembicaraan si narasumber selama cangkirnya masih berisi kopi. Siapapun tidak dilarang untuk membayar harga kopi orang yang di-follow atau mem-follownya5

Kedai kopi pada akhirnya menjadi ruang publik multifungsi. Tempat minum kopi yang sejatinya berfungsi sebagai rumah aspirasi. Berbagai rumor, fakta dan data bergulir dari sana, bagai bola salju, menggelinding menjadi konsumsi publik. Di tempat ini pula rumor, fakta dan data itu, pada akhirnya kembali dalam bentuk umpan balik disertai komentar miring. Umpan balik berharga itu sangat memungkinkan diserap menjadi bahan dasar untuk menyusun sebuah kebijakan publik.

.

Dalam setiap prosesnya ruang publik membutuhkan pelaku sebagai alat menjalankan ruang publik tersebut. Kedai kopi membutuhkan pelaku atau orang orang yang berada di kedai tersebut hingga terbentuk suatu ruang publik. Pelaku tersebut adalah masyarakat.

Masyarakat6 merupakan salah satu satuan sistem sosial, atau kesatuan hidup manusia. Istilah inggrisnya adalah society , sedangkan masyarakat itu sendiri berasal dari bahasa Arab, Syakara yang berarti ikut serta atau partisipasi, kata Arab masyarakat berarti saling bergaul yang istilah ilmiahnya berinteraksi.


(23)

Ada beberapa pengertian masyarakat :

a. Menurut (Selo Sumarjan 1974) masyarakat adalah orang-orang yang hidup

bersama yang menghasilkan kebudayaan

b. Menurut (Koentjaraningrat 1994) masyarakat adalah kesatuan hidup manusia

yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu dan terikat oleh suatu rasa identitas yang sama.

c. Menurut (Ralph Linton 1968) masyarakat adalah setiap kelompok manusia

yang hidup dan bekerja sama dalam waktu yang relatif lama dan mampu membuat keteraturan dalam kehidupan bersama dan mereka menganggap sebagai satu kesatuan sosial.

Ada beberapa komponen masyarakat diantaranya : a. Populasi dengan aspek-aspek genetik dan demografik

b. Kebudayaan sebagai produk dari aktivitas cipta rasa, karsa dan karya manusia.

Isi kebudayaan meliputi beberapa sistem nilai, yaitu sistem peralatan (teknologi), ekonomi, organisasi, ilmu pengetahuan, kesenian, dan kepercayaan sistem bahasa.

Masyarakat tidak begitu saja muncul seperti sekarang ini, tetapi adanya perkembangan yang dimulai dari masa lampau sampai saat sekarang ini dan terdapat masyarakat yang mewakili masa tersebut. Masyarakat ini kemudian berkembang mengikuti perkembangan jaman sehingga kemajuan yang dimiliki masyarakat sejalan dengan perubahan yan terjadi secara global, tetapi ada pula


(24)

masyarakat yang berkembang tidak seperti mengikuti perubahan jaman melainkan berubah sesuai dengan konsep mereka tentang perubahan itu sendiri.

Dalam mempertahankan kehidupannnya masyarakat beradaptasi dengan lingkungannya. Adapun adaptasi tersebut dibedakan sebagai berikut :

a. Adaptasi genetik; setiap lingkungan hidup biasanya merangsang penghuninya untuk membentuk struktur tubuh yang spesifik, yang bersifat turun temurun dan permanen

b. Adaptasi somatis yang merupakan penyesuaian secara struktural atau fungsional yang sifatnya sementara (tidak turun temurun). Bila dibandingkan dengan makhluk lainnya, maka manusia mempunyai daya adaptasi yang relatif lebih besar.

Masyarakat sering dikelompokkan berdasarkan cara utamanya dalam bermata pencaharian. Pakar ilmu sosial mengidentifikasikan ada: masyarakat pemburu, masyarakat pastoral nomadis, masyarakat bercocoktanam, dan masyarakat agrikultural intensif, yang juga disebut masyarakat peradaban. Sebagian pakar menganggap masyarakat industri dan pasca-industri sebagai kelompok masyarakat yang terpisah dari masyarakat agrikultural tradisional.

Masyarakat dapat pula dikategorikan berdasarkan struktur politiknya: berdasarkan urutan kompleksitas dan besar, terdapat masyarakat band, suku, dan masyarakat negara.Kata society berasal dari bahasa latin, societas, yang berarti hubungan persahabatan dengan yang lain. Societas diturunkan dari kata socius


(25)

Secara implisit, kata society mengandung makna bahwa setiap anggotanya mempunyai perhatian dan kepentingan yang sama dalam mencapai tujuan bersama.

Masyarakat sebagai elemen penting dalam aktivitas di kedai kopi dengan menggunakan interaksi sebagai momen untuk membentuk suatu ruang publik. Interaksi sosial dapat diartikan sebagai hubungan-hubungan sosial yang dinamis, dimana hubungan tersebut dapat berupa hubungan antara individu yang satu dengan individu lainnya, antara kelompok yang satu dengan kelompok lainnya, maupun antara kelompok dengan individu. Dalam interaksi terdapat simbol yang diartikan sebagai sesuatu yang bernilai atau maknanya diberikan kepadanya oleh mereka yang menggunakannya7

Ciri-ciri dan Karateristik Masyarakat Kota .

8

Ciri-ciri masyarakat kota:

:

1. Pengaruh alam terhadap masyarakat kota kecil

2. Mata pencahariannya sangat beragam sesuai dengan keahlian dan keterampilannya.

3. Corak kehidupan sosialnya bersifat gessel schaft (patembayan), lebih individual dan kompetitif.

4. Keadaan penduduk dari status sosialnya sangat heterogen

5. Stratifikasi dan diferensiasi sosial sangat mencolok. Dasar stratifikasi adalah pendidikan, kekuasaan, kekayaan, prestasi, dll.

7

http://khairulazharsaragih.blogspot.com/2012/08/interaksi-sosial.html

8


(26)

6. Interaksi sosial kurang akrab dan kurang peduli terhadap lingkungannya. Dasar hubungannya adalah kepentingan.

7. Keterikatan terhadap tradisi sangat kecil

8. Masyarakat kota umumnya berpendidikan lebih tinggi, rasional, menghargai waktu, kerja keras, dan kebebasan

9. Jumlah warga kota lebih banyak, padat, dan heterogen 10. Pembagian dan spesialisasi kerja lebih banyak dan nyata

11. Kehidupan sosial ekonomi, politik dan budaya amat dinamis, sehingga perkembangannya sangat cepat

12. Masyarkatnya terbuka, demokratis, kritis, dan mudah menerima unsur-unsur

pembaharuan.

13. Pranata sosialnya bersifat formal sesuai dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku

14. Memiliki sarana – prasarana dan fasilitas kehidupan yang sangat banyak.

Karateristik masyarakat kota: 1. Anonimitas

Kebanyakan warga kota menghabiskan waktunya di tengah-tengah kumpulan manusia yang anonim.Heterogenitas kehidupan kota dengan keaneka ragaman manusianya yang berlatar belakang kelompok ras, etnik, kepercayaan, pekerjaan, kelas sosial yang berbeda-beda mempertajam suasana anonim.


(27)

2. Jarak Sosial

Secara fisik orang-orang dalam keramaian, akan tetapi mereka hidup berjauhan.

3. Keteraturan

Keteraturan kehidupan kota lebih banyak diatur oleh aturan-aturan legal rasional. (contoh: rambu-rambu lalu lintas, jadwal kereta api, acara televisi, jam kerja, dll)

4. Keramaian (Crowding)

Keramaian berkaitan dengan kepadatan dan tingginya tingkat aktivitas penduduk kota. Sehingga mereka suatu saat berkerumun pada pusat keramaian tertentu yang bersifat sementara (tidak permanen).

5. Kepribadian Kota

Sorokh, Zimmerman, dan Louis Wirth menyimpulkan bahwa kehidupan kota menciptakan kepribadian kota, materealistis, berorientasi, kepentingan, berdikari (self sufficient), impersonal, tergesa-gesa, interaksi social dangkal, manipualtif, insekuritas (perasaan tidak aman) dan disorganisasi pribadi.

Dalam menganalisa proses proses interaksi antara individu dalam masyarakat, harus membedakan dua hal yaitu : (1) kontak, dan (2) komunikasi. Kontak antara individu juga tidak hanya mungkin pada jarak dekat, misalnya berhadapan muka,namun juga bisa menggunakan alat kebudayaan seperti tulisan,buku ,surat kabar ataupun telepon. Sedangkan komunikasi muncul setelah kontak terjadi (Koentjaraningrat, 2002 : 162).


(28)

Komunikasi adalah proses dimana pesan pesan dioperasikan dari sumber kepada penerima. Dengan kata lain komunikasi adalah pemindahan ide ide dari sumber dengan harapan akan merubah tingkah laku maupun ide penerima. Saluran komunikasi adalah alat dengan pesan pesan dari sumber dapat sampai kepada penerima (Hanafi, 1986 : 27).

Komunikasi juga merupakan dasar interaksi. Setiap kelompok harus menerima dan menggunakan informasi dan proses terjadi melalui komunikasi. Eksistensi kelompok tergantung pada komunikasi, pertukaran informasi dan meneruskan komunikasi (Walgito,2006 : 77) .

Komunikasi dan interaksi membentuk nilai dasar sebuah kelompok. Dimana nilai tersebut menjadi acuan tuntunan dari kelompok tersebut. Mengemukakan bahwa nilai budaya merupakan sesuatu yang abstrak, yang dijadikan pedoman serta prinsip – prinsip umum dalam bertindak dan bertingkah laku. Keterikatan orang atau kelompok terhadap nilai relatif sangat kuat dan bahkan bersifat emosional. Oleh sebab itu, nilai dapat dilihat sebagai tujuan kehidupan manusia itu sendiri.

Sejalan dengan itu Koentjaraningrat memperjelas bahwa (dalam Sartini 2009:30) nilai budaya terdiri dari konsepsi – konsepsi yang hidup dalam alam fikiran sebahagian besar warga masyarakat mengenai hal – hal yang mereka anggap amat mulia. Sistem nilai yang ada dalam suatu masyarakat dijadikan orientasi dan rujukan dalam bertindak. Oleh karena itu, nilai budaya yang dimiliki seseorang mempengaruhinya dalam menentukan alternatif, cara, alat, dan tujuan pembuatan yang tersedia.


(29)

Hal inilah yang peneliti lihat bahwa kedai kopi disinyalir sebagai fenomena kultural yang hidup dimasyarakat. Fenomena ini sesuai dengan paham budaya yang dikemukakan oleh Spredley (1997) Kebudayaan yang merupakan pengetahuan yang diperoleh dan digunakan manusia untuk menginterpretasikan pengalaman dalam menghadapi dunianya. Di kedai kopi merupakan tempat bagi mereka yang berkecimpung disitu sebagai ekspresi dalam menginterpretasi dunia.

1. 3. Rumusan Masalah

Perumusan masalah memerlukan adanya pembatasan masalah, agar penelitian ini tidak menjadi rancu atau pun menjadi luas kepada hal-hal yang tidak terkait dengan masalah yang sedang di teliti . Adanya pembatasan masalah , diharapkan agar dalam penelitian ini akan menjadi lebih fokus. Dari penjelasan dilatarbelakang dan kajian pustaka diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu :

- Apa saja yang terjadi di dalam aktifitas yang ada di kedai kopi ? - Bagaimana hubungan interaksi penjual dan pembeli ?

- Bagaimana hubungan interaksi antara sesama pengunjung kedai kopi ?

1.4. Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1.4.1. Tujuan Penelitian

Penetapan tujuan penelitian merupakan sesuatu yang penting, dimana tujuan tersebut menjadi pijakan awal penelitian tersebut dilakukan.Penelitian ini bertujuan :


(30)

- Untuk mengetahui cara dan metode penjual saat menghadapi pembeli

- Untuk mengetahui apa yang sebenarnya di lakukan masyarakat di kedai

kopi sehingga menjadi kebiasaan sehari-hari.

1.4.2. Manfaat Penelitian

Sebagai bentuk penelitian, besar harapan penulis agar nantinya hasil dari penelitian dapa memberikan sumbangan nyata yang berarti bagi khalayak umum dan khususnya bagi masyarakat kota Medan dan sekitarnya . Secara akademis penelitian ini diharapkan :

- Dapat menjadi acuan dan referensi tambahan bagi penulis dan pembaca.

- Dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian berikutnya.

- Dapat menjadi bahan bacaan yang fungsional bagi penulis maupun pembaca . Bagi pembaca diharapkan dari hasil penelitian ini dapat menjadi bahan penambahan informasi mengenai aktifitas yang ada di kedai kopi bagi masyarakat kota Medan khususnya di Simalingkar dan bagi penulis untuk mendapatkan pengetahuan lebih mengenai teori yang dipelajari serta fakta yang terjadi di lapangan, serta menerapkan ilmu yang sudah diperoleh dalam realita kehidupan.

1.5. Metode Penelitian

Bentuk penelitian ini adalah studi etnografi dengan menggunakan pendekatan kualitatif yang dapat diartikan sebagai pendekatan yang menghasilkan data , dan tingkah laku yang dapat di amati (Nawawi, 1994:2003). Metode penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang mengharuskan


(31)

peneliti menggambarkan secara terperinci tentang aktivitas yang ada di kedai kopi.

1.5.1. Karakteristik Penelitian

Metode penelitian yang digunakan peneliti adalah pendekatan kualitatif , yaitu bertujuan untuk dapat melakukan penggalian informasi secara lebih dalam dan mendapatkan gambaran yeng lebih detail dan komperhensif mengenai aktivitas yang ada di kedai kopi yang ada di kota Medan khususnya Simalingkar. Dengan melihat secara langsung dan menulis catatan kecil yang terjadi di kedai kopi dan berbaur dengan pengunjung lainnya .

1.5.2. Teknik Pengumpulan Data

Data kualitatif akan menjadi data utama untuk hasil penelitian . Pengumpulan data dalam penelitian ini dapat dibagi atas 2 (dua) kelompok yaitu data primer dan data sekunder . Data primer merupakan data yang diperoleh dari lapangan melalui observasi dan wawancara mendalam.Sedangkan data sekunder merupakan data yang diperoleh dari penelitian kepustakaan,yaitu cara penelitian dalam perolehan data melalui studi pustaka sebagai sumber data sekunder yang bersifat teoritis,dalam hal ini berupa buku-buku , literatur , jurnal tesis , laporan penelitian , skripsi , serta bahan-bahan relevan lainnya.

Informan penelitian adalah orang yang memberikan informasi sesuai apa yang dibutuhkan oleh peneliti . Informan dalam penelitian ini merupakan penjual dan pengunjung kedai kopi . Tidak ada informan pangkal , pokok maupun biasa


(32)

karena semuanya memiliki peran yang penting untuk memberikan informasi yang aktual dan lengkap .

Dalam penelitian ini , pengumpulan data primer dilakukan dengan beberapa teknik yaitu :

- Observasi Pastisipasi

Informasi dan data pada penelitian ini salah satunya didapat dari pengamatan terlibat (observasi partisipasi) . Tujuannya untuk melihat dan merasakan secara langsung konsep-konsep yang terkandung dalam pikiran informan , Danandjaja mengatakan untuk mendapatkan data yang sensitif dan sangat pribadi (Danandjaja, 1994 : 105) . Dalam observasi partisipasi ini peneliti ikut dalam kehidupan sehari-hari informan , bahkan secara kondisional dilapangan ikut dalam kegiatan yang dijalaninya . Sebagaimana Vrendenbregt mengatakan dalam pengamatan ini ada interaksi antara peneliti dengan informannya (dalam Danandjaja, 1994 : 105 ).

- Wawancara

Wawancara berguna untuk memperoleh data dari para informan. Hasil wawancara tersebut nantinya akan digunakan sebagai informasi untuk melengkapi data. Metode wawancara yang digunakan adalah wawancara yang bersifat bebas dan mendalam (depth interview).

Wawancara yang bebas dan bersifat mendalam adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara peneliti dna informan,dimana peneliti dan informan terlibat percakapan yang cukup lama. Pelaksanaan wawancara tidak hanya dilakukan sekali ataupun


(33)

Untuk melengkapi dan memperkuat data yang sudah ada , peneliti juga menggunakan metode wawancara yang bersifat bebas yaitu wawancara yang dilakukan peneliti kepada informan tanpa ada persiapan terlebih dahulu . Wawancara tersebut dilakukan apabila peneliti secara kebetulan bertemu dengan informan.

1.5.3. Analisis Data

Data – data yang diperoleh melalui kegiatan pengumpulan data dianalisa secara kualitatif . Keseluruhan data yang di peroleh dari observasi dan wawancara tersebut di olah setelah dianalisis pada tiap – tiap data yang dikumpulkan . Kemudian menguraikan pada bagian – bagian permasalahan dengan membuat sub – sub judul pada bab – bab dalam penulisan penelitian . Analisa data yang dilakukan sesuai dengan kajian Antropologis dengan melihat permasalahan yang ada . Analisa data dilakukan mulai pada saat meneliti atau selama proses pengumpulan data berlangsung hingga penulisan laporan penelitian selesai .


(34)

BAB II

GAMBARAN UMUM KEDAI KOPI

2.1. Awal Mula Kedai Kopi

Awalnya kedai kopi yang ada dijalan kopi IV Perumnas Simalingkar Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan ini berdiri karena pemilik kedai kopi belum memiliki pekerjaan yang tetap . Pemiliki yang bernama Bapak Prapta yang biasa dipanggil sama masyarakat setempat , memiliki lahan tanah yang besar dan kelebihan itu membuat Bapak Prapta mempunyai ide untuk membuka kedai kopi . Apalagi di lingkungan di daerah tersebut belum memiliki tempat umum untuk bersantai dan bercengkrama sesama penduduk setempat . Oleh karena itu lah bapak Prapta membuka kedai kopi yang berukuran sekitar 18 – 15 meter yang ada didepan rumahnya. Walaupun dengan bahan – bahan yang sederhana seperti kayu atau papan , bambu , dan jerami . Tetapi dengan keinginan yang tinggi bapak Prapta dan dibantu sama anak-anaknya maka jadi lah sebuah wadah atau tempat untuk bersantai untuk meminum kopi dan sejenisnya di tempat umun serta dapat bercengkrama sesama penduduk setempat. Apalagi pada waktu itu masyarakatnya belum saling kenal . sehingga dengan adanya kedai kopi tersebut dapat dijadikan sebagai tempat berkumpul atau menikmati waktu luang yang ada.

Kedai kopi Bapak Prapta pada saat itu menjadi primadona bagi masyarakat sekitar , bagaimana tidak kedai kopi yang tempatnya nyaman , jauh dari kota , aman dan fasilitas yang memadai seperti televisi , alat permainan (catur dan kartu) dan bangku yang memanjang yang dapat dijadikan tempat tidur saat dibutuhkan .


(35)

satu tanpa membedakan strata sosial penikmat kedai kopi ini . Dari muda hingga tua , dari berbagai suku , agama tidak menjadi halangan untuk berkumpul , berbincang , dan bermain kartu bersama . Hal ini lah mengapa sampai saat ini kedai kopi Bapak Prapta yang menjadi satu-satunya kedai kopi yang ada di jalan kopi ini masih bertahan sampai sekarang walaupun penjualnya kini telah berbeda.

Kedai kopi ini memiliki nilai historis bagi kalangan masyarakat yang ada di Simalingkar . Dari peristiwa penggerebekan kasus perjudian kecil dan besar hingga tempat memakai narkoba , kedai kopi ini dianggap kebanyakan masyarakat sekitar lebih banyak kegiatan negatifnya daripada kegiatan positifnya. Situasi ini membuat Bapak Prapta mengalami pasang surut dalam menjalani usahanya tersebut. Padahal banyak juga kegiatan yang positif dan bermanfaaat , interaksi sosial antara pemuda dan bapak-bapak terjalin harmonis. Pengetahuan semakin bertambah dengan adanya dialog – dialog kecil dari masalah sosial , ekonomi dan politik .

Dengan bertambahnya umur Bapak Prapta yang semakin tua dan bisnis usaha kedai kopi tidak lagi menjadi daya tarik yang dianggap dulu menjadi tambahan pendapatan ekonomi untuk kebutuhan sehari – hari kini menjadi rendah. Apalagi anak – anak Bapak Prapta ini telah beranjak dewasa membuat keputusannya untuk menekuni bisnis kedai kopi ini semakin bulat untuk berhenti dan menutup kedai kopi ini. Karena memiliki tanah yang luas , Bapak Prapta lebih memilih untuk bercocok tanam dan memelihara hewan ternak untuk menghabisi masa tuanya. Dan kedai kopi ini sebahagian tanahnya dijadikan rumah untuk tempat tinggal , dan kini hanya memiliki sepertiga bangunan kedai kopi dulu , kini tetap dipertahankan bangunan lamanya untuk kedai kopi . Walaupun kondisi dan


(36)

luasnya kini berkurang , tetapi tetap mempertahankan bangunan tradisional yang dulu pernah menjadi kedai kopi saat pemiliknya menjalankan usahanya ini.

Dengan rentang waktu yang lumayan lama , sekitar 5 tahun kedai kopi ini kosong dan tidak berfungsi dengan semestinya . Karena banyak permintaan dan pertanyaan dari masyarakat setempat khususnya bapak – bapak dan anak muda , pada tahun 2005 kedai kopi ini diaktifkan lagi oleh pemiliknya dengan menyewakan kepada orang lain untuk menjalani usaha kedai kopi lagi. Dengan kondisi lama dan hanya memperbaiki meja dan bangku panjang , tetap mempertahankan suasana yang sederhana dan nyaman . Sampai saat ini , kedai kopi masih beroperasi yang kini penjualnya berbeda yaitu pasangan suami istri , Mas Agus dan Kak Girik yang biasa dipanggil oleh masyarakat setempat . Yang dahulunya kedai kopi lebih banyak berfungsi tempat bermain judi dan narkoba sehingga citra negatif masih melekat . Kini masyarakatnya lebih baik sehingga citra negatif itu hilang dengan berjalannya waktu karena kedai kopi kini menjadi tempat yang nyaman buat siapa saja karena aktifitasnya lebih banyak kegiatan yang bermanfaat seperti berdiskusi , minum kopi bersama-sama dan beristirahat . Apabila kedai kopi ramai maka ada kegiatan bermain kartu dengan kesenangan semata , bukan bermain judi seperti dulu yang pernah terjadi.

Kedai kopi ini menjadi primadona bagi penikmatnya , disaat kedai kopi ini tutup sehari saja maka pelanggan akan merasa kehilangan . Karena kedai kopi ini merupakan tempat yang begitu penting bagi penikmatnya untuk menghabiskan waktu . Bagi penikmatnya kedai kopi sudah menjadi rumah kedua bagi mereka . Alasan yang bermacam – macam dari tempatnya nyaman , strategis karena


(37)

dan banyak alasan lainnya yang tidak dapat di ungkapkan dengan kata – kata karena sudah merasa menjadi bagian yang penting bagi penikmat kedai kopi tidak terkecuali penulis . Kedai kopi yang dulu di kenal dengan sebutan kedai kopi Prapta kini berubah menjadi kedai kopi Girik , bagi pelanggan lama yang tidak lagi bertempat tinggal di Simalingkar tetap saja menyebutnya kedai kopi Prapta .

2.2. Kondisi Kedai Kopi

Kedai kopi di Indonesia sebelumnya identik dengan kedai kecil sederhana, dengan menu khas kopi tubruk dengan sajian pendamping gorengan atau roti bakar. Kedai kopi di Indonesia juga memiliki kekhasan yaitu menjadi tempat kaum lelaki atau bapak-bapak untuk minum-minum, berkumpul, berbincang, dan bersenda gurau.

Kedai kecil sederhana ini menghadirkan beragam cerita dibaliknya. Tidak hanya tentang meminum kopi dan melepas lelah tapi juga tentang interaksi dan berbagi informasi. Tidak heran jika selalu saja kedai kopi memiliki pengunjung yang setia.

Siang yang terik dan malam yang dingin tidak menjadi alasan untuk kedai kopi ini sepi. Karena didalam kedai akan terasa hangat. Hangat kedai kopi tersebut tergambar dari hangat kopi yang disajikan serta obrolan yang berjalan.

Senda gurau , perkataan tajam yang tidak jarang menuding dengan sangat kritis menjadi pemandangan yang biasa. Kedai kopi selalu menjadi wadah untuk semua ekspresi, semua bentuk gaya hidup dan semua bentuk topik pembicaraan. Semua dapat dibahas dalam satu meja,walaupun hadir konflik – konflik kecil didalam perbincangannya.


(38)

Perkataan tajam yang tersaji di kedai kopi tidak kalah dengan debat - debat yang terjadi pada wakil rakyat. Tidak jarang tuding menuding itu saling menunjuk, memukul meja tanda tidak setuju dengan ungkapan lawan bicaranya. Hal ini berjalan alot sampai memaki dan lain sebagainya. Namun debat tajam itu tidak pernah sampai membuat keributan seperti pukul pukulan. Hal ini sama sama disadari bahwa ini hanya obrolan kedai kopi, obrolan yang pada dasarnya selingan sebagai ekspresi rasa kecewa, senang dan lain sebagainya.

Masyarakat yang menjadikan kedai kopi tradisional ini umumnya adalah masyarakat-masyarakat kebanyakan di Indonesia rata-rata lelaki paruh baya dan anak muda melengkapi bangku-bangku yang ada di kedai kopi . Dari supir angkot, tukang becak , buruh bangunan, hingga PNS serta tokoh masyarakat dan profesi yang lainnya membuat kedai kopi tidak akan mati di makan usia. Aktifitas yang mereka lakukan di kedai kopi tersebut biasanya menghabiskan waktu dengan minum kopi, berbincang-bincang, bermain kartu dan kumpul-kumpul. Hal menarik disini, wanita/ibu-ibu jarang terlibat dalam kumpul-kumpul di sini, dan kedai kopi memang identik dengan tempat “hang out”nya para bapak-bapak dan kaum lelaki.

Simalingkar dengan kompleksitas masyarakat yang tinggal tidak dapat dipisahkan dengan tumbuh kembangnya kedai kopi disetiap sudut daerahnya. Terdapat puluhan kedai kopi disekitar perumahan yang didirikan, baik itu dipinggir jalan, didepan gang, disudut sempit, dipinggir lapangan, dipinggir sungai dan lain sebagainya.


(39)

tempat nongkrong, tempat meluapkan masalah dan berbagi dengan yang lainnya. bahkan tidak jarang kedai kopi menjadi pengikat komunikasi antara dua tetangga yang jarang saling bertegur sapa.

Kemajemukan etnis dari Jawa , Karo , Batak , Aceh , dan Padang yang ada di Simalingkar ini tidak menghambat berkembangnya kedai kopi. Sebaliknya dengan majemuknya etnis di Simalingkar justru membuat harmonis dalam kedai kopi, dimana obrolan yang terjadi melewati batasan etnis sehingga terlihat kondisi yang setara dan tidak ada etnis dominan. Semua duduk bersama semua berbicara dengan topik yang sama meski dengan sudut pandang yang berbeda yang justru memperlihatkan dinamika dari obrolan di kedai kopi.


(40)

2.3. Lokasi Kedai Kopi

Lokasi kedai kopi yang dijadikan tempat peneliti berada di Jalan Kopi IV Perumnas Simalingkar Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan Kotamadya Medan Provinsi Sumatera Utara . Lokasi ini tidak jauh dari kota Medan , karena daerah ini merupakan kawasan pemukiman yang padat akan masyarakat yang majemuk . Jika berangkat dari kampus USU menuju kedai kopi ini hanya membutuhkan waktu 15 menit dari jalan Jamin Ginting Padang Bulan menuju jalan ke arah Berastagi , ada persimpangan yang biasanya disebut masyarakat setempat yaitu simpang Simalingkar . Dari simpang Simalingkar menuju jalan kopi hanya sekitar 3 menit . Dibawah ini adalah lokasi penelitian yang akan diteliti oleh peneliti .


(41)

2.4. Penjual

Kedai Kopi Girik salah satu dari sekian ribu kedai kopi yang ada di kota Medan. Girik adalah salah satunya yang merupakan penjual dikedai kopi yang ada di Simalingkar . Girik dan suaminya memiliki ide untuk membuka kedai kopi dan di dukung dengan tempat dimana mereka akan berjualan merupakan tempat (keda kopi) yang memiliki pelanggan setia dan sangat ditunggu – tunggu oleh pelanggannya . Apalagi kedai kopi ini sudah lama tidak beroperasi setelah pemilik lama menutup kedai kopi dengan alasan ingin menghabisi masa tua dengan banyak beristrirahat di rumah .Dan banyak permintaan dari masyarakat khususnya pelanggan kedai kopi yang merasa kedai kopi menjadi rumah kedua bagi mereka .

Girik merupakan etnis karo dan suaminya etnis jawa saling bahu membahu membuka kedai kopi dari tahun 2005 hingga sekarang , dari hasil penjualan itu Girik dan suaminya dapat menafkahi kedua anaknya yang kini telah mendapatkan pendidikan formal dengan jenjang sekolah menengah atas (SMA) dan sekolah dasar (SD) .

Dengan membuka kedai kopi ini , Girik di hadapi beberapa kendala salah satunya mahalnya harga – harga di pasar membuat ia harus menyiasatinya agar tetap bertahan membuka kedai kopi . Dengan keahlian dalam berdagang yang kurang , Girik dan suami mempunyai strategi dalam melayani dan memanjakan pelanggan atau konsumen di kedai kopinya. Dengan cara menetapkan harga yang dapat dijangkau oleh pelanggannya , karena pelanggannya tidak semua memiliki kantong yang tebal.

Di kedai kopi ini , khususnya pelanggan tetap dapat keringanan dalam membayar pesanan salah satunya dengan berhutang apabila belum gajian atau


(42)

tidak membawa uang ke kedai . Hal ini dapat di maklumi oleh penjual karena didalam dunia perdagangan , apalagi ini hanya cakupan dagang yang kecil . Di kedai kopi mana pun bagi pelanggan tetap dapat diberikan keringanan berupa hutang . Kadang terjadi konflik kecil antara penjual dan pembeli lantaran salah paham dalam hutang – piutang ini . Karena di setiap ada hutang , penjual mencatatnya di buku atau catatan kecil daftar hutang pelanggan . Disaat pembayaran hutang pelanggan kadang lupa dan penjual ingat lantaran ada catatan hutang yang dicatatnya . Maka terjadi cekcok kecil , tetapi tetap saja pelanggan membayarnya . Dengan catatan hutang itu lah , pembeli menjadi tahu berapa hutang yang harus di bayarnya .

2.5. Jam Kerja

Jam kerja kedai kopi Girik ini biasanya di buka dari jam 12 siang hingga jam 12 malam . Apabila ramai pembeli , maka penjual bisa menutup kedai hingga larut malam . Hal ini tergantung bagaimana situasi dan kondisi kedai tersebut , apalagi pada saat – saat tertentu seperti malam minggu atau hari libur keesokannya , ataupun musim bola seperti piala dunia bisa tutup jam 4 hingga jam 5 pagi . Jadi penjual bisa mengatasinya dengan bertukar waktu kerja , karena kebanyakan penjualnya suami istri jadi bisa bergantian bekerja . Jam kerja yang diberlakukan penjualnya pada saat – saat tertentu dari jam 12 siang sampai 7 malam dan selanjutnya jam 7 sampai tutup . Biasanya waktu siang hari sang istri yang menjaga kedai dan pada malam hari nya lah hingga tutup sang suami yang menjaga kedai.


(43)

2.6. Menu

Untuk meracik kopi, mereka tidak menggunakan seorang barista atau ahli minuman, terkadang hanya kopi hitam yang diseduh dengan air panas dan gula, terkadang juga disajikan dengan susu. Banyak macam pilihan di kedai kopi tradisional seperti ini. Menu-menu pilihan lain seperti cappuccino atau ekspresso “instant” dalam sachet bahkan tidak terlalu diminati disini. Ada pula menu tambahan seperti teh manis panas/dingin dan teh tong9 yang biasa disebut pembeli di kedai kopi ini , dan minuman berenergi . Menu pendamping yang biasa ada untuk menemani minum kopi di sini biasanya adalah mie goring/kuah ala kadarnya , gorengan, roti bungkus , dan cemilan sederhana lainnya. Ada juga menu pilihan seperti telur bebek dadar , telur bebek mata sapi , telur bebek/ayam kampung setengah matang yang dapat menambah stamina ketika selesai berakifitas biasanya di pesan pelanggan yang bekerja terlalu lelah ataupun habis berolahraga . Walaupun menunya sederhana ,tidak banyak diberi tambahan bumbu-bumbu yang modern seperti di café-café , tetap menjadikan kedai kopi ini menjadi tujuan favorit pelanggan tetap yang dapat dikatakan setiap hari berkunjung di kedai kopi ini.

2.6.1. Desain Kemasan Saji

Dalam menyajikan kopinya, biasanya mereka menggunakan gelas kecil dan piring kecil (pisin) untuk alasnya, dan terkadang juga menggunakan tutup gelas dari bahan stainless atau melamin. Kemasan yang sederhana tidak menjadi halangan buat para pembeli untuk berkecimpung di dalam kedai kopi ini. Yang

9


(44)

terpenting bagi pembeli adalah bersih dan higienis cara penyajiannya itu saja cukup untuk tetap berlama – lama duduk di dalam kedai kopi ini . Minuman panas dengan segelas kecil tidak lupa dengan sendok kecil sebagai alat mengaduk minuman agar menjadi manis dan tergantung selera pembeli . Dan sebagai minum penutup diberikan segelas air putih untuk menetralisir rasa manis yang kadang tertinggal dilidah . Hal ini adalah bagaimana cara Penjual tetap memanjakan pembeli dan memberikan kesan yang baik terhadap konsumennya.

Gambar 3. Kemasan Saji Minuman di Kedai Kopi

2.6.2. Harga


(45)

harga sangat terjangkau ini siapa saja bisa duduk dan menikmati kenyamanan yang ada dikedai kopi ini . Dengan hanya membawa uang Rp.10.000,- saja , sudah bisa makan dan minum . Inilah kelebihan yang dimiliki kedai kopi ini , dengan semboyan “ boleh murah asal tidak murah – murahan “ tetap prioritas utama yang disajikan oleh penjual agar kedai kopi yang dikelolanya tetap ramai oleh pengunjung dan ini lah salah satu strategi penjual untuk mempertahankan kedai kopi ini terus beroperasi sampai saat ini.

Tabel Harga Menu di Kedai Kopi

Menu Harga

Teh Manis Panas Gelas Kecil Rp.1.000,- Teh Manis Panas/Dingin ( Tambah

Susu )

Rp.2.000.- / Rp.3.000,- ( Rp.3.000,- / Rp.4.000,- )

Kopi Tubruk Panas / Tambah Susu Rp.3.000,- / Rp.4.000,- Minuman Sachet + Susu

Panas/Dingin

Rp.4.000,- / Rp.5.000,-

Indomie Kuah/Goreng Rp.6.000,-

TST ( Teh Susu Telur ) Rp.5.000,-

Telur Setengah Matang ( Ayam Kampung / Bebek )


(46)

2.7. Fasilitas

Pada umumnya fasilitas kedai kopi tradisional di Indonesia sangat sederhana, hanya terdiri bangku dan meja yang terbuat dari papan ala kadarnya, dengan atap terpal atau asbes, dan sekelilingnya ditutup dengan kain bekas spanduk atau spanduk bekas promosi produk tertentu yang terkadang tidak ada hubungannya dengan produk kopi, dan dilengkapi dengan pencahayaan ala kadarnya/remang-remang.

Di kedai kopi ini seperti terlihat gambar dibawah ini merupakan keadaan kedai kopi yang ada di jalan kopi . Dengan fasilitas televisi 21 inchi , meja yang beralas spanduk – spanduk sisa dan bangku panjang yang tampak usang . Penjual juga memberikan fasilitas tambahan seperti kartu remi , kartu domino , papan catur dan kamar mandi seadanya . Tanpa memandang kelas sosial di kalangan masyarakat Simalingkar , kedai kopi ini tetap menjadi tujuan favorit buat pelanggan tetapnya walaupun dengan fasilitas seadanya.

Bagi pelanggan kedai kopi ini , fasilitas tidak lah menjadi pilihan utama mereka . Yang diinginkan pelanggan adalah tempat buat nongkrong di dekat rumah mereka ada yaitu kedai kopi ini . Apalagi kedai kopi ini sempat tutup beberapa tahun lalu , jadi mereka tidak ingin tutup seperti sebelumnya . Dengan fasilitas yang ada sekarang mereka tetap mensyukuri apa yang ada di kedai kopi ini . Inilah menjadi nilai tambah bagi penjual dan pembelinya karena sama – sama saling membutuhkan , penjual membutuhkan tambahan ekonomi dan pembeli membutuhkan ruang publik dan tempat nongkrong yang dianggap asyik dan nyaman.


(47)

Gambar 4 . Fasilitas yang Ada di Kedai Kopi

2.8. Pembeli Kedai Kopi

Kedai kopi tidak akan berfungsi semestinya jika tidak ada pembelinya . Karena didalam suatu perjual-belian harus ada penjual dan pembeli . Pembeli dalam kategori kedai kopi adalah penikmat kedai kopi yang secara terus – menerus berkunjung ke kedai kopi . Dari sekian banyak masyarakat yang ada di perumnas simalingkar khususnya jalan kopi merupakan pengunjung tetap kedai kopi yang ada di jalan kopi ini . Mereka adalah orang –orang yang berbeda profesi, agama , etnis dan lain sebagainya . Tapi tetap saja tidak menjadi halangan karena fungsi kedai kopi merupakan ruang publik yang siapa saja bisa duduk , minum kopi , ngobrol dan menikmati suasana yang ada di kedai kopi .


(48)

Dari sekian banyak pengunjung kedai kopi , nama – nama yang akan disebutkan merupakan pelanggan tetap yang bisa menjadi informan dalam memberikan informasi .

1. Setia Sinulingga 2. Budi Siahaan

3. Mangatas Tambunan 4. Munir

5. Faisal Ariza 6. Yogi Prananda 7. Muslim

8. Anto 9. Agus Lubis 10.S. Simajuntak 11.Wakil Karo-Karo 12.Mustapa Surbakti

13.Taufik Ritonga 14.Anta Tarigan 15.Thalim

16.Indramada Ritonga 17.Rajab

18.Navid 19.Etoy 20.Agus 21.Douglas 22.Liki Tanjung 23.Doni


(49)

BAB III

AKTIFITAS DI KEDAI KOPI

3.1. Enak Tak Enak Yang Penting ”Ngopi”

Obrolan selalu memberi kesan yang bersahaja. Hal ini tidak muluk - muluk, karena obrolan adalah sebuah media yang akan membuka sebuah interaksi antar individu. Dengan obrolan dua orang yang tidak pernah bertemu dapat saling bertegur sapa, dengan obrolan dua orang yang tengah bertikai dapat saling mengungkapkan ekspresi masing masing.

Obrolan sering menjadi sarana berbagi informasi. Dengan obrolan seseorang akan berbagi informasi tentang apa yang ia butuhkan dan yang lain mendengarkannya, barangkali ada yang juga yang dapat membantu. Dengan obrolan pula tidak jarang seseorang akan mendapat pekerjaan atau peluang peluang pekerjaan.

Tidak jarang obrolan menjadi sebuah alat untuk berseteru antara satu dengan yang lain. Hal ini terjadi ketika sebuah obrolan berlangsung marathon dengan tensi tinggi, berdebat dengan kritis yang berakhir pada saling tuding atau mengancam satu sama lain. Disinilah obrolan dapat menjadi media apa saja untuk mengekspresikan apa yang seesorang rasakan.

Kedai kopi Girik menjadi salah satu tempat obrolan itu menjadi hidup. Ketika sebuah obrolan menjadi aktifitas yang pasti dilakukan. Di kedai kopi obrolan berlangsung dengan berbagai ekspresi sesuai dengan kondisi atau latar belakang yang memulai obrolan.


(50)

Obrolan kedai kopi bisa berupa apa saja. Tidak selalu berbentuk atau mengenai topik yang baku. Semua dapat dibahas, baik itu politik, ekonomi, masalah pribadi dan lain sebagainya. Obrolan itu tidak memiliki batas dan waktu, semua mengalir bagai alur yang tidak tersusun. Misalnya dalam sebuah obrolan dimulai dengan tawa, obrolan ringan tentang kegiatan hari ini hingga menyinggung masalah Indonesia terkini. Semua berjalan dengan alur yang terus meningkat, terkadang mereda dengan tawa berganti topik ke masalah olahraga khususnya sepak bola yang begitu tren di negeri Indonesia dan lain sebagainya.

Apalagi ketika pengunjung datang dan tujuan sebenarnya hanya ingin memesan kopi . Tanpa sadar ia akan mengikuti arus dan mendengarkan perbincangan yang ada di kedai kopi , dari tujuan utamanya hanya memesan kopi menjadi salah satu peserta obrolan yang terdengarkan di kedai kopi hingga kadang lupa akan waktu . Selain itu pengunjung yang benar –benar tidak tertarik dengan suasana yang di kedai kopi , ia hanya membaca koran yang tersedia di kedai kopi . Obrolan kedai kopi akan menjadi panjang dan menarik karena adanya kopi itu sendiri. Kopi merupakan penghantar para pengunjung untuk mengekspresikan apa yang ingin ia katakan. Dengan kopi seseorang menjadi lebih terbuka, lebih jujur dan lebih ekspresif, seseorang yang biasanya lebih pendiam akan perlahan mengungkapkan apa yang ia pikirkan tentang sebuah topik pembicaraan. Hal ini karena suasana yang terbawa situasi di kedai kopi yang memang benar – benar penuh dengan obrolan ringan hingga memanas.

Suasana kedai kopi Girik selalu memaksa seseorang untuk berbicara. Dengan memesan kopi, dengan kata lain ia telah masuk dan siap untuk mendengar


(51)

membuat setiap orang di kedai kopi akan berbicara, baik sedikit, ungkapan setuju maupun menolak sebuah pendapat. Disinilah muncul sebuah istlah “enak tak enak yang penting ngopi”. Yang diartikan bahwa enak tidak enak setiap orang yang berada di kedai kopi wajib memesan kopi dan ikut dalam obrolan kedai kopi. Ngopi sendiri memiliki makna dibalik istilahnya. Makna tersebut disepakati bahkan benar benar dipahami para pengunjung maupun pemilik kedai kopi. Ngopi memiliki makna “ngobrol sambil minum kopi”. Sebuah makna yang sederhana, dimana setiap tegukan kopi harus diselingi dengan obrolan - obrolan yang tenutnya tidak kalah hangat dengan kopi yang diminum.

Banyak sekali obrolan - obrolan yang terjadi di kedai kopi, tidak hanya itu permainan seperti catur , kartu domino , dan kartu remi menjadi tambahan yang ada di kedai kopi. Obrolan tersebut coba di klasifikasikan dalam beberapa topik yang paling sering dibahas. Topik - topik tersebut adalah tentang politik, ekonomi, tentang kehidupan pribadi dan olahraga khususnya sepakbola. Topik topik ini dideskripsikan selanjutnya.

3.2. Obrolan Tentang Politik

Obrolan tentang politik selalu menarik bagi masyarakat. Hal ini biasa menjadi bahan obrolan yang menurut mereka seru untuk diceritakan. Bahannya bisa tentang apa saja yang berkaitan dengan politik seperti pilkada,caleg, sampai masalah korupsi.

Permasalahan bangsa Indonesia yang kompleks menjadi bahan yang selalu diobrolakan. Bak sebuah topik utama obrolan tentang kisruh masalah korupsi dan dinamika yang ada di dalamnya terasa menarik. Ibarat sebuah sinetron maupun


(52)

film, persoalan bangsa ini seperti memiliki alur yang meruncing seakan rugi apabila ketinggalan sedikit saja.

Obrolan tentang politik ini bisa terlihat dimana saja, di kantor, diangkot di kedai kedai atau dimana saja tempat orang berkumpul.begitu pula di kedai kopi. Obrolan politik juga menjadi bahan utama yang begitu berperan dalam menjadikan kedai kopi menjadi ramai .

Sore selalu memberi kehangatan ketika mulai menyapa dengan matahari teduhnya. Kehangatan itu juga terlihat di kedai kopi. Hangat kopi dan gorengan yang menemani sebuah obrolan sore dan sapaan - sapaan serta tawa - tawa lepas pengunjung menambah riuh dan semaraknya kedai kopi. Padahal kedai itu hanya diisi oleh beberapa orang saja.

Tidak sampai lima belas orang yang ada dan beraktifitas di dalamnya sore itu, namun keadaan yang seru turut dirasakan oleh pengunjung kedai kopi. Obrolan yang seru itu berkaitan dengan berita korupsi yang dilakukan oleh anggota dewan. Ada perasaan marah, jengkel , ada pula yang acuh tak acuh dan lain sebagainya. Semua diluapkan dalam pukulan meja, tudingan dan tunjukan kea rah televisi tanda tidak suka dengan perbuatan yang ada. Setiap pengunjung juga sudah merasa maklum dengan kondisi negara ini , hingga perdebatan pun di mulai.

Saat itu adalah masa masa penetapan Anas Urbaningrum sebagai tersangka korupsi oleh KPK. Tak heran perasaan jengkel dan sumpah serapah terlontar ketika menyaksikan tayangan tersebut. Saat itu Pak Sinulingga (54 tahun) mengungkapkan komentarnya.


(53)

yang pernah kau bilang itu , jangan banyak cakap kau, ikan kakap ikan gabus juga kau Nas.

Ekspresi marah ini menuntut janji anas terdahulu yang menyatakan bahwa ia siap untuk digantung di Monas jika ia terbukti korupsi. Ekspresi menuntut janji ini terasa riuh sore itu. Berbagai umpatan sanggahan pun mewarnai jalannya tayangan tersebut. Misalnya yang diungkapkan oleh Pak Supriadi (50 tahun) :

Sabar dulu pak, ini belum selesai bisa jadi ini kongkalikong sama Demokrat biar naek ratingnya pas pemilu nanti.

Dibalas oleh pak Thalim (46 tahun)

Alah, palingan ini isu aja, nanti juga ilang sendiri itu. Tapi kita tunggu aja janjinya si Anas jelebau itu. Gak suka aku liat mukanya itu,muka orang licik, penjahat kelas kakap. Mantap kali KPK ini, gas terus marlae, jangan takut mengungkapkan kebenaran

Ungkapan ini menggambarkan ketidakpuasan mereka dengan hasilnya. Mereka berharap sesuatu menjadi jelas dan kebenaran dapat segera terwujud. Obrolan itu terus berjalan seru ditemani kopi dan gorengan yang tak henti diseruput dan dilahap oleh pengunjung dengan mata yang tak bergerak memandang layar televisi.

Selepas tayangan tentang Anas, obrolan masih berlangsung di kedai kopi. Obrolan masih berlangsung dengan berbagai argumen yang mengemuka. Semua memberikan pendapatnya. Seolah olah ini sidang paripurna, padahal hanya obrolan obrolan kedai kopi. Pak Rajab (44 tahun) mengungkapkan :


(54)

Kadang aku miris liat negeri ini. Pada gak sadar orang itu. Menyengsarakan rakyat aja. Percuma sekolah tinggi tinggi tapi gak bermoral, mending kayak kita ya kan kerja bangunan tapi jujur.

Pak munir (39 tahun) memberikan sanggahan seperti berikut “

Alah jon,karena gak ada kesempatan ajanya kita ini, coba ada mungkinpun korupsi juga kita. Siapa yang tahan sama godaan duit ini. Hepeng mangatur negaraon jon, haha. Kemudian dijawab oleh Pak Rajab (44 tahun)

Hei lek, agak kau jaga muncung kau. Duit itu bisa dicari ah. Tapi jujur itu susah. Kita memang tak makan bangku sekolahan tapi tahulah kita yang mana hak kita yang mana yang bukan.

Obrolan berkembang terus ke beberapa aspek yang lain melalui celetukan dan sanggahan - sanggahan, seolah arus yang berjalan terus obrolan berjalan tak pernah putus. Seperti ungkapan Pak Muslim (48 tahun) :

Itulah, kalau liat berita berita di tv itu rasanya aku udah gak percaya lagi sama orang orang yang diatas itu. Golput ajalah nanti. Gak ada yang betol orang itu semua. Mukanya kayak orang baek baek, ganteng rupanya kelakuannya kayak binatang. Amangoi amangoi.

Ungkapan dari pak Muslim tesebut berdasarkan kekecewaan beliau dengan perbuatan para pejabat. Namun ungkapan beliau mendapat tanggapan dari Bang Mangatas (32 tahun) yang merupakan salah satu tim sukses calon legislatif.

Ah janganlah gitu om, janganlah gara gara orang tu korupsi kita jadi gak percaya terus golput. Masih adanya om yang bagus yang bersih, Cuma biasanya yang bagus bagus itu gak pernah masuk tv. Kayak calon kita ini misalnya (sambil memberikan kartu nama kepada


(55)

Dijawab oleh Bang Topik ( 35 tahun) :

Ah, kalau kau lah tas tas, macam memancing diair keruh hahaha. Siapa lagi itu yang mau kau kenalkan tuh.liat-liat situasi juga lah lek , ada juga kawan – kawan kita yang sering duduk ngopi sama di kedai ini . tapi tergantung orang nya itu kekmana dia , mau milih siapa ya kan

Dijawab oleh Bang Mangatas (32 tahun):

Ia juga memang lek , tapi kan namanya juga tim sukses lek.Mau ga mau kan harus dukung dan cari simpatisan lek. Tst (tau sama tau) aja lah kita lek ( sambil tertawa kecil ).

Dari percakapan diatas terlihat perubahan percakapan yang menjurus kearah pemilihan umum yang tidak lama lagi akan di langsungkan . Pemilihan yang akan berlangsung yakni pemilihan wakil rakyat. Disitu terlihat seorang tim sukses tengah mencoba menawarkan dan memperkenalkan calonnya kepada pengunjung kedai kopi. Dan pelanggan tetap kedai kopi Girik ini , juga ada yang mencalonkan diri menjadi anggota legislatif walaupun daerah pemilihannya berbeda yaitu Pak Mustapa Karo – Karo dan Indra Mada Ritonga . Sehingga obrolan semakin panas . Dan salah satu anggota obrolan masalah caleg ini dengan bijaksana membuat suasana agar menjadi lebih lunak .

Pak Sinulingga (54 tahun) mengatakan :

Nah, sekarang kita nya ini . Kita kan punya pilihan masing - masing , lagian pun daerah pemilihan kawan – kawan kita ini yang mau maju kan beda , ya kita sebagai kawan di kedai ini ya saling mendukung aja buat yang terbaik buat kawan kita .


(56)

Gambar 6 . Salah Satu CALEG yang Sering Nongkrong di Kedai Kopi Girik

Tentang pemilu , memang memberikan sebuah ruang yang berbeda di kedai kopi Girik. Saat itu berbagai caleg akan datang untuk sekadar menyapa markombur atau membagikan kartu nama dan memberikan spanduk . Saat itulah janj - janji mulai diumbar dan pengunjung yang lainnya akan memperhatikan dengan seksama . Suasana obrolan yang biasanya lepas seakan menjadi sedikit berbau politis , sehingga pancing – memancing pertanyaan tentang apa yang akan ditawarkan. Walaupun caleg yang sering ngopi di kedai Girik ini bisa dikatakan punya pendukung di sini , tetap saja pembahasan calon yang lain menjadi topik yang hangat untuk di perbincangkan di kedai kopi ini .


(57)

Analisa demi analisa dan pertanyaan kritis biasa menghiasi. Tidak jarang para caleg tersebut membagi buah tangan berupa uang kepada pengunjung dengan dalih hadiah sambil berharap dipilih pada saat pemilu. Seperti ungkapan si pemilik kedai Girik (38 tahun) :

Kalau pada masa masa kampanye gini, banyak tuh yang datang kesini. Purak puraknyalah minum kopi, merasakan kegiatan masyarakat, bagi bagi kartu nama sampai bagi bagi uang. Tapi kulihat orang orang ini gak bodoh juga. Waktu ada caleg disini habis juga orang itu bertanya Tanya soal program, soal apa yang bisa dia kasih.

Girik benar benar memperhatikan bagaimana perangai para pengunjungnya. Setelah caleg itu pulang obrolan biasanya masih berlangsung. Bisa kembali menghujat sang caleg bisa juga mendukung caleg tersebut hal ini sesuai dengan ungkapan pak Munir (39 tahun) :

Ah, gak sor aku sama calon yang dibawa mangatas itu, agak agak bermuka dua dia, tadi dia bilang mau membantu masyarakat sini, mengembangkan perekonomian, tapi keknya tak punya pengalaman dia. Ah payanhlah nanti bisa bisa beli kucing dalam karung kita. Hal ini ditambahkan oleh pak Rajab (44 tahun) :

Botul itu nir, akupun tak sor juga. Belum apa apa udah kasih duit dia..haha tapi boleh jugalah untuk uang rokok kita ini

Asik mendengarkan obrolan di kedai kopi, bukan orang Medan kalau nggak banyak omong. Topiknya selalu topik yang lagi ngetren. Apalagi kalau bukan politik (pilkada Sumut). Benar ataupun tidak yang penting ngomong. Bahkan ada yang sekedar menumpahkan unek-unek. Begitulah keunikan Ngopi di Kedai kopi Girik , kopinya secangkir ngobrolnya bisa berjam-jam .


(58)

Kali ini mereka tengah membicarakan kandidat calon gubernur. Ini yang harus diwaspadai para kontestan. Kayaknya orang-orang sekarang sudah pada pintar. Dan kayaknya para calon pimpinan Sumut ini tidak cukup hanya tebar pesona, tebar baleho, tebar sepanduk dan tebar banner (dan tebar yang lain).

Bahasan mereka begitu kritis. tidak terbayang, obrolan mereka sampai tingkat eveluasi. yang paling sering dibahas adalah Pak Gatot dengan Efendi Simbolon. Apakah dua calon ini yang terkuat, sampai mengabaikan tiga calon lainnya. Dan itulah warung kopi membuktikan.

Bahasan mereka tidak hanya siapa Pak Gatot dan siapa Efendi Simbolon. Atau partai apa yang mendukungnya, siapa orang-orang dibelakang mereka. Tapi sampai mundur kebelakang, mengapa dulu Pak Gatot menang?, bagaimana caranya menang? Kenapa Efendi tiba tiba muncul sebagai calon?,. Bahkan sampai bahas KPU Jatim yang tidak berjalan sewajarnya.

Pak Edy (51tahun)

Bila kita sudah mengenal seperti apa para incumbent yang kemarin menjadi wakil kita di gedung dewan maka perlu dilirik orang2 baru dikancah politik Gresik

mudah2an ada yang layak untuk dipilih Pak Rajab (44 tahun)

Betul Bang Edy, kita juga perlu melihat siapa dan partai mana yang berkepentingan

Pak Munir (39 tahun)

Kita hanya prihatin dengan pergolakan politik di negara kita yang menghalalkan segala cara. Ini yang kita waspadai dan kita hindari. Subhanallah apa yang tdk dikorupsi?


(59)

Pak Thalim (46 tahun)

masih belum ada robinhood sejati di negeri ini.. Kak Girik (38 tahun)

semua abal abal

Obrolan obrolan tentang politik ini selalu panjang dan menarik, saling medukung dan bantah sudah menjadi pemandangan yang biasa dalam obrolan. Dengan demikian obrolan tentang politik menjadi topik yang selau menjadi menu utama terutama saat - saat ada isu yang tengah membesar ataupun mendekat masa masa pemilhan umum. Politik di negeri ini ibarat “sandal” bisa kotor bisa juga bersih , tergantung dari pribadinya masing - masing . Pemberitaan media mau itu elektronik , cetak ataupun online tidak lepas dari masalah politik dinegeri ini . Ibarat ‘sayur tanpa garam’ itu lah yang terjadi di kedai kopi , tanpa perbincangan masalah politik kedai kopi terasa suasana menjadi hambar .

3.3. Obrolan Tentang Ekonomi

Obrolan yang juga cukup hangat dan menarik untuk dibicarakan adalah mengenai ekonomi. Obrolan ini menjadi menarik karena obrolan biasanya langsung mengenai kehidupan bisnis dan pekerjaan mereka. Namun tidak jarang juga pembicaraan membahas tentang ekonomi Negara.

Obrolan ini biasanya dimulai dari susahnya mencari uang sampai merembet tentang ekonomi Negara hingga petuah – petuah ekonomi . Segala aspek coba disambung - sambungkan untuk mengekspresikan kesal dan marah. Namun tidak jarang pula ada solusi yang hadir ketika obrolan - obrolan mulai meruncing.


(60)

Siang itu seperti biasa Girik membuka kedainya. Ia biasa membuka kedai kopinya pada siang hari sekitar jam dua belas siang. Saat itu sopir angkot biasa menghabiskan waktu ngopi sambil mengobrol. Bang Doni (37 tahun) masuk ke kedai sambil menyeka keringatnya, dan memesan ekstra joss dingin. Bang Doni membuka obrolan dengan dua temannya yang terlebih dahulu duduk di kedai. Keduanya sedang menyantap indomie goreng sebagai makan siang untuk hari ini yang ia pesan.

Huh, panas kali diluar itu bah, malah sepi lagi, pas masa libur anak sekolah gini memang pendapatan agak nurun. Bang Joni (28 tahun) menggunkapkan :

Mau cemana lagi bang don , kalau gak gini mau makan apa kita, mau tak mau narek jugalah . hahaha

Bang Doni, Bang Iwan dan satu orang temannya adalah supir angkutan Mars 61 jurusan Simalingkar – Belawan , mereka biasa menarik angkot dan biasanya istirahat dan singgah di kedai Girik yang salah satu sopir angkot berdekatan rumahnya dengan kedai untuk berbincang bincang dan melepas lelah . Siang itu mereka menghela nafas karena pendapatan yang mulai menurun akibat anak sekolah yang tengah libur. Akan tetapi mereka tidak boleh mengeluh untuk memenuhi kebutuhan mereka masing masing. Tiba tiba teman mereka yang sedari tadi makan mulai berbicara.

Cari kerja sekarang udah susah bang, apa lagi orang kayak kita gini. Kita sukuri aja dulu. Adanya rejeki kita itu bang. Aku ada ini bisinis kalau abang abang mau, ya kecil kecilanlah.


(1)

Fungsi kedai kopi yang ada di perumnas Simalingkar dapat dilihat dari pemanfaatan kedai kopi sebagai sebuah sarana interaksi dan pembauran , sebagai pusat informasi , dan arena hiburan . Melihat banyaknya fungsi sosial kedai kopi maka dapat dikatakan bahwa kedai kopi yang ada di perumnas Simalingkar tidak perlu dicurigai sebagai tempat yang aktifitasnya kebanyakan negatif terhadap masyarakat sekitar . Karena tidak semua yang terjadi didalam kedai kopi itu negatif atau menyalahi aturan norma – norma yang berlaku . Hal ini tergantung pada pribadit yang berada di dalamnya serta masyarakat lainnya yang tidak pernah berkunjung ke kedai kopi dan bagaimana ia menilainya . Sebab kenyataan yang terjadi , bahwa kedai kopi memiliki nilai budaya yang kuat dan mempengaruhi karakter pribadi seseorang .

Terlepas dari ini semua kedai kopi merupakan tempat yang nyaman bagi penikmatnya . Bahkan melekat pada diri penikmatnya bahwa kedai kopi menjadi rumah kedua bagi mereka . Satu hari saja tidak ke kedai kopi akan terasa ada yang kurang . Ini lah mengapa kedai kopi itu memiliki peran yang penting bagi masyarakat khususnya masyarakat perumnas Simalingkar .

Kedai kopi yang idealnya merupakan tempat minum kopi kini menjadi tempat yang begitu inspiratif dari segi bisnis , gaya hidup , informasi , dan hiburan . Kedai kopi juga sebagai sebuah arena kumpulan masyarakat dari berbagai latar belakang yang berbeda , yang dilakukan secara rutin , merupakan sebuah peluang bagi masyarakat sebagai sebuah tempat pembaharuan pemikiran .

Kedai kopi pada dasarnya adalah tempat dimana penjual minuman kopi dan pembeli minuman kopi ataupun sesama pembeli minuman kopi bertemu , bubuk kopi dan gula telah diseduh dan dihidangkan di meja , maka kedai kopi


(2)

memperlihatkan peranan dan fungsinya , bukan hanya sekedar mendapatkan segelas kopi yang harganya tiga ribu sampai enam ribu rupiah per gelas . Tetapi juga sebagai suatu media interaksi antara sesama pengunjung kedai kopi ataupun dengan penjual minuman kopi .

Di pasar atau di toko , penjual dan pembeli ataupun sesama pembeli saling bertemu . Tapi pertemuan dan interaksi berlangsung dalam waktu relatif singkat . Setelah semua selesai belanja dipesan dan dibayar , maka berakhirlah interaksi mereka . Tidak lah demikian halnya dengan di kedai kopi , yang antara pembeli dan penjual dan antara sesame pembeli terlibat komunikasi yang relatif panjang , dan bahkan ada kemungkinan perbincangan tersebut terulang lagi untuk esok harinya .

Adanya tenggang waktu yang cukup lama antara penjual dan pembeli dan antara pembeli dan pembeli membuat kedai kopi mempunyai keunikan tersendiri . Kedai kopi dengan segala kesederhanaannya telah memperlihatkan peranan dan fungsinya sebagai sarana interkasi sosial yang sangat potensial .

5.2. Saran – Saran

5.2.1. Kepada Masyarakat

Mengingat begitu pentingnya kedudukan kedai kopi sebagai sarana umum yang bisa siapa saja berkunjung , khususnya kedai kopi yang ada di Perumnas Simalingkar , maka merupakan tugas semua masyarakat untuk tetap menjaga citra kedai kopi walaupun kesan negatifnya tetap saja ada . Oleh karena itu masyarakat harus bisa menjadikan kedai kopi dari kesan yang negatif mengubahnya menjadi kesan yang lebih positif dan bermanfaat , seperti sebagai sebuah arena interaksi ,


(3)

informasi , dan sarana hiburan . Hal ini mengingat sarana umum yang menjaga keakraban dan komunikasi yang baik serta nyaman masih jarang di jumpai di daerah ini . Maka itu masyarakat harus memanfaatkan kedai kopi menjadi salah satu sarana umum yang nyaman dan enak buat dikunjungi walaupun hanya sekedar minum kopi .

5.2.2. Kepada Penjual Kedai Kopi

Ketegasan penjual kedai kopi sangat berpengaruh kepada citra kedai kopi . Adanya praktek judi di kedai kopi – kedai kopi tertentu tidak terlepas dari tebal tipisnya moral penjual kedai kopi itu sendiri . Jika semua penjual kedai kopi selangkah dan seirama dalam mewujudkan kedai kopi sebagai sebuah tempat yang bermakna positif , maka akan tetap terjaga kedai kopi bercitra baik . Dan tidak lupa kepada penjual kedai kopi agar keramahan terhadap pembeli harus tetap dipertahankan agar kedai kopi tetap menjadi ramai dan nyaman buat dikunjungi . Serta harga yang terjangkau membuat setiap orang bisa mengunjungi kedai kopi .

5.2.3. Kepada Pemerintah

Pemerintah mungkin selama ini belum melihat kedai kopi secara utuh . Yang terlihat hanya potret hitam kedai kopi sebagai tempat masyarakat berkumpul seharian hingga banyak menghabiskan waktu menjadi sia – sia . Padahal dalam kasus seperti ini , tidak semuanya yang ada di kedai kopi itu melakukan aktifitas yang sia – sia . Itu tergantung bagaimana individu – individu menyikapi situasi ini . Kedai kopi merupakan tempat yang nyaman dan bebas buat siapa saja . Menyadari hal itu , Pemerintah di dalam memasyarakatkan program –


(4)

program pembangunan , selayaknya memikirkan kedai kopi sebagai sarana yang potensial yang pantas diuji keberadaannya .

5.2.4. Kepada Peneliti dan Akademis

Penulisan skripsi ini juga bertujuan memberikan sumbangan pemikiran dalam konteks ilmiah tentang kedai kopi itu sendiri , dimana sumbangan ini nantinya mampu menjadi pijakan awal untuk memahami tentang kedai kopi sebenarnya dan di harapkan akan memunculkan dan mendorong untuk studi – studi lanjuta maupun studi – studi yang berkaitan . Merupakan sebuah tugas mulia jika seorang peneliti yang berhubungan dengan hayat hidup orang banyak . Hal ini perlu di kembangkan lagi di kalangan peneliti maupun akademis apabila ada kekurangan yang ada dilapangan maupun skripsi ini .


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Auge Marc

1995 Non-place. Introduction to an Anthropology of Supermodernity . Verso. Newyork

Budi, Hardiman

2009 Menuju Masyarakat Komunikatif . Kanisius , Yogyakarta .

Budi, Hardiman

2010 Ruang Publik . Kanisius , Yogjakarta.

Carmona dkk

2003 Public places – urban spaces, the dimension of urban design. Architecturalpress.

Chaney,Davis

1996 Life Style . Jalasutra ,Yogyakarta .

Chaney, David

2003 LifeStyles . Sebuah Pengantar Komprehensif. Penerjemah : Nurnaeni. Penerbit Jalasutra ,Yogyakarta .

Gerungan.W.A

1983 Psychology social . PT Eresco , Bandung

Hanafi,.Abdullah

1986 Memasyaratkan Ide Ide Baru . Surabaya: Usana Offset Printing Surabaya.

Hutagalung , Mardiana

1994 Skripsi Antropologi . Fungsi Sosial Lapo Kopi Pada Masyarakat Pedesaan , USU , Medan .

Koentjaraningrat


(6)

Sauter dan Huettenmoser

2008 Liveable street and social inclusion . Urban design international (2008) , volume 13, 67-70. www.palgrave-journals.co.uk/udi. Spredley, James.

1997 Metode Etnografi . Tiara Wacana , Yogyakarta .

Walgito, Bimo

2006 Psikologi Kelompok . Penerbit Andi Yogyakarta .

Zhang dan Lawson

2009 Meeting and greeting: activities in public outdoor spaces outside highdensity urban residential communities . Urban design international (2009), volume 14, 4, 207-214.

Sumber lain :

• https://www.facebook.com/notes/adib-tamami/humanisme-ala-warung-kopi/349414665069197

• http://sarungtenun.blogspot.com/2011/07/opini-publik-habermas.html • http://smileboys.blogspot.com/2008/08/pengertian-masyarakat.html • http://khairulazharsaragih.blogspot.com/2012/08/interaksi-sosial.html

• http://7heber.blogspot.com/2012/10/teknik-dasar-bermain-catur.html