Faktor Penyebab Kekambuhan Pasien Skizofrenia Menurut Persepsi Keluarga di Poli Klinik Jiwa Badan Layanan Umum Daerah RSUD dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan kebudayaan masyarakat banyak membawa perubahan dalam
segala segi kehidupan manusia. Setiap perubahan situasi kehidupan individu baik
yang sifatnya positif atau negatif dapat mempengaruhi keseimbangan fisik,
mental, dan sosial atau status kesehatan seseorang. Sejalan dengan perkembangan
teknologi, dapat dikatakan semakin banyak masalah yang harus dihadapi dan
diatasi seseorang serta sulit tercapainya kesejahteraan hidup, keadaan ini sangat
besar pengaruhnya terhadap kesehatan jiwa seseorang yang berarti akan
meningkatkan jumlah pasien gangguan jiwa (Purwanto, 2010).
Menurut WHO (2012) dalam Pratama (2013), skizofrenia merupakan
gangguan mental yang berat yang mempengaruhi sekitar 7 per seribu dari
populasi orang dewasa, terutama di kelompok usia 15-35 tahun. Meskipun insiden
rendah (3-10.000), prevalensi yang tinggi terjadi karena kronisitas.
Berdasarkan laporan RISKESDAS Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia pada tahun 2007, prevalensi gangguan jiwa berat di Indonesia adalah
sebesar 4,6%. Prevalensi tertinggi terdapat di Provinsi DKI Jakarta (20,3%) yang
kemudian secara berturut-turut diikuti oleh Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
(18,5%), Sumatera Barat (16,7%), Nusa Tenggara Barat (9,9%), Sumatera Selatan
(9,2%), dan Prevalensi terendah terdapat di maluku (0,9%). Diantara jenis

gangguan jiwa yang sering ditemui salah satunya adalah skizofrenia.

1
Universitas Sumatera Utara

2

Skizofrenia merupakan gangguan psikiatri yang menimbulkan disabilitas
yang cukup luas, serta dicirikan oleh suatu siklus kekambuhan dan remisi. Sampai
saat ini para ahli belum mendapatkan kesepakatan tentang definisi baku dari
kekambuhan skizofrenia. Insiden kambuh pasien skizofrenia adalah tinggi, yaitu
berkisar 60% -75% setelah suatu episode psikotik jika tidak diterapi. Robinson
juga melaporkan angka yang sama 74% pada pasien yang tidak teratur minum
obat. Dari 74 % pasien skizofrenia yang kambuh, 71% di antaranya memerlukan
rehospitalisasi (Dewi & Marchira, 2009).
Kekambuhan (relapse) adalah kondisi pemunculan kembali tanda dan gejala
satu penyakit setelah mereda. Sekitar 33% penderita skizofrenia mengalami
kekambuhan dan sekitar 12,1% kembali mengalami rawat inap. Penyakit
skizofrenia cenderung menjadi kronis, sekitar 20 hingga 40% penderita
skizofrenia yang diobati belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Beberapa

faktor yang memengaruhi kekambuhan penderita skizofrenia, antara lain meliputi
ekspresi emosi keluarga, pengetahuan keluarga, ketersediaan pelayanan
kesehatan, dan kepatuhan minum obat. (Fadli dan Mitra, 2012)
Beberapa prediktor terjadinya kekambuhan antara lain: pemberian
neuroleptik, onset dan previous course (akut/kronis, manifestasi awal, upaya
bunuh diri, dan faktor presipitasi), psikopatologi (tipe residual, gejala afektif,
sindrom paranoid, halusinasi, gejala negatif), pengalaman hidup (pengalaman
traumatik, gangguan psikiatrik dan perkembangan saat anak), social adjustment
(status perkawinan, pekerjaan, pengalaman seksual, dan tingkat pendidikan),
kepribadian premorbid, situasi emosi keluarga (ekspresi emosi keluarga yang

Universitas Sumatera Utara

3

tinggi/rendah),

faktor

biologi


(genetik,

pria/wanita,

dan

umur)

dari

penderita.Terdapat penelitian yang juga menyebutkan salah satu faktor resiko
tinggi terjadinya kekambuhan adalah adanya riwayat keluarga yang kuat dari
skizofrenia (Dewi & Marchira, 2009).
Menurut Widodo dalam Purwanto (2010), hal yang memicu kekambuhan
skizofrenia, antara lain penderita tidak minum obat dan tidak kontrol ke dokter
secara teratur, menghentikan sendiri obat tanpa persetujuan dari dokter, kurangnya
dukungan dari keluarga dan masyarakat, serta adanya masalah kehidupan yang
berat yang membuat stres, sehingga penderita kambuh dan perlu dirawat di rumah
sakit. Berbagai upaya pengobatan dan teori model konsep keperawatan jiwa telah

dilaksanakan, akan tetapi masih banyak pasien yang mengalami perawatan ulang
atau kekambuhan dan mondok di rumah sakit jiwa. Pasien dengan diagnosa
skizofrenia diperkirakan akan kambuh 50% pada tahun pertama, 70% pada tahun
kedua setelah pulang dari rumah sakit, kekambuhan 100% pada tahun kelima.
Persepsi keluarga terhadap anggota keluarga yang mengalami skizofrenia
merupakan salah satu faktor dalam mendukung kesembuhan pasien. Keluarga
sudah seharusnya dapat mengurangi persepsi negatif dan diskriminasi terhadap
penderita gangguan jiwa dalam keluarga dan memberikan dukungan sosial
kepadanya, rasa empati, penerimaan, mendorong untuk mulai berinteraksi sosial,
dan dorongan untuk tidak berputus asa dan terus berusaha. Dengan terapi sosial
ini akan sangat membantu penderita gangguan jiwa dalam menghadapi peristiwaperistiwa yang menjadi stressor bagi penderita. Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan Suryani, Komariah dan Karlin mengenai Persepsi Keluarga Tentang

Universitas Sumatera Utara

4

Skizofrenia, menunjukkan bahwa 62,5% keluarga memiliki persepsi positif, dan
sisanya memiliki persepsi yang negatif sebanyak 37,5%. (Suryani, Komariah,
Karlin, 2014).

Perawatan pasien skizofrenia cenderung berulang (recurrent), apapun
bentuk subtipe penyakitnya. Tingkat kekambuhan lebih tinggi pada pasien
skizofrenia yang hidup bersama anggota keluarga yang penuh ketegangan,
permusuhan dan keluarga yang memperlihatkan kecemasan yang berlebihan.
Tingkat kekambuhan dipengaruhi juga oleh stress dalam kehidupan, seperti hal
yang berkaitan dengan keuangan dan pekerjaan. Keluarga merupakan bagian yang
penting dalam proses pengobatan pasien dengan skizofrenia (Siahaan, 2012)
Hasil Survey awal penulis di Poli Klinik Jiwa Badan Layanan Umum
Daerah Rumah Sakit Umum Daerah dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan, diperoleh
data jumlah penderita skizofrenia yang berobat jalan pada bulan Januari sampai
Maret 2015 sebanyak 421 orang. Berdasarkan hasil wawancara kepada 10
keluarga yang memiliki anggota keluarga menderita skizofrenia yang pernah
mengalami kekambuhan, 7 dari 10 keluarga diantaranya mengatakan penyebab
kekambuhan dikarenakan pasien tidak teratur minum obat dan selebihnya
mengatakan pasien jarang dibawa kontrol ke rumah sakit.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti ingin melakukan penelitian
tentang faktor penyebab kekambuhan pada pasien skizofrenia menurut persepsi
keluarga di Poli Klinik Jiwa Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Umum
Daerah dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan.


Universitas Sumatera Utara

5

1.2. Pertanyaan Penelitian
Apa faktor penyebab kekambuhan pasien Skizofrenia menurut persepsi
keluarga?
1.3. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui

Faktor penyebab kekambuhan pasien skizofrenia

menurut persepsi keluarga di Poli Klinik Badan Layanan Umum Daerah Rumah
Sakit Umum Daerah dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan
pendidikan keperawatan, praktek keperawatan, dan bagi penelitian keperawatan.
1.4.1. Bagi Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitan ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi bagi mahasiswa
keperawatan tentang faktor penyebab kekambuhan pasien skizofrenia menurut

persepsi keluarga, sehingga dapat memberikan pendidikan kesehatan bagi pasien
dan keluarga pasien.
1.4.2. Bagi Praktek Keperawatan
Hasil penelitian yang diperoleh ini dapat dijadikan konstribusi bagi
peningkatan praktek keperawatan khususnya pengembangan ilmu keperawatan
jiwa terhadap penatalaksanaan pasien skizofrenia dan mengidentifikasikan tentang
faktor penyebab kekambuhan pada pasien skizofrenia.

Universitas Sumatera Utara

6

1.4.3. Bagi Penelitian Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar penelitian selanjutnya
yang terkait dengan faktor-faktor yang menyebabkan kekambuhan pada pasien
skizofrenia.

Universitas Sumatera Utara


Dokumen yang terkait

Faktor Penyebab Kekambuhan Pasien Skizofrenia Menurut Persepsi Keluarga di Poli Klinik Jiwa Badan Layanan Umum Daerah RSUD dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan

4 17 86

Beban Keluarga dalam Merawat Pasien Halusinasi di Poli Klinik Jiwa Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Umum Daerah dr. H. Yuluddin Away Tapaktuan

13 77 79

Faktor Penyebab Kekambuhan Pasien Skizofrenia Menurut Persepsi Keluarga di Poli Klinik Jiwa Badan Layanan Umum Daerah RSUD dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan

0 0 10

Faktor Penyebab Kekambuhan Pasien Skizofrenia Menurut Persepsi Keluarga di Poli Klinik Jiwa Badan Layanan Umum Daerah RSUD dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan

0 0 2

Faktor Penyebab Kekambuhan Pasien Skizofrenia Menurut Persepsi Keluarga di Poli Klinik Jiwa Badan Layanan Umum Daerah RSUD dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan

0 1 25

Faktor Penyebab Kekambuhan Pasien Skizofrenia Menurut Persepsi Keluarga di Poli Klinik Jiwa Badan Layanan Umum Daerah RSUD dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan

0 1 3

Faktor Penyebab Kekambuhan Pasien Skizofrenia Menurut Persepsi Keluarga di Poli Klinik Jiwa Badan Layanan Umum Daerah RSUD dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan

0 0 20

Beban Keluarga dalam Merawat Pasien Halusinasi di Poli Klinik Jiwa Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Umum Daerah dr. H. Yuluddin Away Tapaktuan

0 1 9

Beban Keluarga dalam Merawat Pasien Halusinasi di Poli Klinik Jiwa Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Umum Daerah dr. H. Yuluddin Away Tapaktuan

0 0 2

Beban Keluarga dalam Merawat Pasien Halusinasi di Poli Klinik Jiwa Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Umum Daerah dr. H. Yuluddin Away Tapaktuan

0 0 6