Analisis Pengaruh Sosial Ekonomi Keluarga Terhadap Tingkat Pendidikan Anak (Studi Kasus Pada Keluarga Buruh Tani di Desa Empat Lima Kecamatan Bukit Tusam Kabupaten Aceh Tenggara)

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Sosial Ekonomi
2.1.1 Pengertian dan Ruang Lingkup Sosial Ekonomi
Kata sosial berasal dari „‟socious’’ yang artinya kawan atau teman. Dalam
hal ini arti kawan bukan terbatas sebagai teman sepermainan, teman sekelas,
teman sekampung dan sebagainnya. Maksud kawan disini adalah mereka (orangorang) yang ada disekitar kita, yakni yang tinggal dalam satu lingkungan tertentu
dan mempunyai sifat saling mempengaruhi (Wahyuni,1986:60).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI,2002;1454.), kata sosial
berarti segala sesuatu yang berkenaan dengan masyarakat. Sedangkan kata sosial
menurut departemen sosial adalah segala sesuatu yang dipakai sebagai acuan
dalam berinteraksi antar manusia dalam konteks masyarakat atau komuniti,
sebagai acuan berarti sosial bersifat abstrak yang berisi simbol-simbol yang
berkaitan dengan pemahaman terhadap lingkungan, dan berfungsi untuk mengatur
tindakan-tindakan yang dimunculkan oleh individu-individu sebagai anggota
suatu masyarakat sehingga dengan demikian, sosial harus lah mencakup lebih dari
seorang individu yang terkait pada kesatuan interaksi, karena lebih dari seorang
individu yang saling berfungsi satu dengan yang lainnya.
Sedangkan istilah ekonomi berasal dari bahasa Yunani “oikos” yang
artinya rumah tangga dan “nomos” yang artinya mengatur. Jadi secara harfiah
ekonomi berarti cara mengatur rumah tangga. Namun seiring dengan

perkembangan dan perubahan masyarakat, maka pengertian ekonomi juga sudah
11
Universitas Sumatera Utara

menjadi lebih luas. Ekonomi juga sering diartikan sebagai cara manusia dalam
memenuhi kebutuhan sehari-hari (Hamid Hasan,2008:336)).
Menurut istilah Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI,2002:379),
ekonomi berarti segala sesuatu tentang azas-azas produksi, distribusi dan
pemakaian barang-barang serta kekayaan (seperti perdagangan, hal keuangan, dan
perindustrian).
Keadaan sosial ekonomi setiap orang itu berbeda-beda dan bertingkat, ada
yang keadaan sosial ekonomi nya tinggi, sedang, dan rendah. Sosial ekonomi
menurut abdulsyani (1994) adalah kedudukan atau posisi seseorang dalam
kelompok manusia yang ditentukan oleh jenis aktivitas ekonomi, pendapatan,
tingkat pendidikan, usia, jenis rumah tinggal, dan kekayaan yang dimiliki.
Menurut Soerjono (2001) sosial ekonomi adalah posisi seseorang dalam
masyarakat berkaitan dengan orang lain dalam arti lingkungan pergaulan,
prestasinya, dan hak-hak serta kewajibannya dalam hubungannya dengan
sumberdaya.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa sosial ekonomi

diartikan sebagai sesuatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial dan
memantapkan seseorang dalam posisi tertentu dalam struktur masyarakat sebagai
segala sesuatu yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat, antara
lain sandang, pangan, perumahan, pendidikan, kesehatan dan lain-lain.
Kehidupan ekonomi seharusnya dipandang sebagai sistem sosial, yaitu
keseluruhan bagian-bagian atau unsur-unsur yang saling berhubungan dalam satu
12
Universitas Sumatera Utara

kesatuan. Kehidupan sosial adalah kehidupan bersama manusia atau kesatuan
manusia yang hidup dalam suatu pergaulan (Soleman,1986:9). Oleh karena itu
kehidupan sosial pada dasarnya ditandai dengan:
1. Adanya kehidupan bersama yang pada ukuran minimalnya berjumlah dua atau
lebih.
2. Manusia tersebut bergaul (berhubungan) dan hidup bersama dalam waktu yang
cukup lama dan hidup bersama, maka akan terjadi adaptasi dan
pengorganisasian prilaku serta munculnya suatu perasaan sebagai kesatuan
(kelompok).
3. Adanya kesadaran bahwa mereka merupakan satu kesatuan.
4. Suatu kehidupan sistem bersama.

2.1.2 Indikator Sosial Ekonomi
Merujuk pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Lorenzia (2003),
diketahui bahwa proporsi pendapatan, persepsi pendidikan dan jumlah
tanggungan keluarga berpengaruh positif terhadap tingkat pendidikan anak, maka
dalam kajian penelitian ini akan dibatasi enam faktor yang melatar belakangi
kondisi sosial ekonomi keluarga buruh tani yang berpengaruh terhadap tingkat
pendidikan anak yaitu latar belakang pendidikan orang tua, Usia/umur orang tua,
pendapatan pokok, pengeluaran keluarga, tempat tinggal, tabungan.
1. Kondisi Sosial Keluarga
a. Latar Belakang Pendidikan Orang Tua
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
13
Universitas Sumatera Utara

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU RI No.20 Tahun 2003 pasal 1).
b. Usia orang tua
Umur adalah individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat

beberapa tahun. Semakin cukup umur tingkat pematangan dan kekuatan seseorang
akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja, dari segi kepercayaan masyarakat
yang lebih dewasa akan lebih dipercaya dari pada orang yang belum cukup tinggi
kedewasaannya. Lebih lanjut menurut Weliono dalam Fandi (2012), umur atau
usia adalah waktu yang mengukur waktu berdasarkan satu benda atau makhluk
hidup maupun mati, misalnya umur manusia dikatakan 15 tahun diukur sejak dia
lahir sehingga waktu umur itu dihitung, oleh karena itu umur itu diukur dari mulai
dia lahir sampai sekarang ini.
2. Kondisi Ekonomi Keluarga
a. Pendapatan Keluarga
Tingkat pendapatan adalah jumlah penerimaan berupa uang atau barang
yang dihasilkan oleh segenap orang yang merupakan balas jasa untuk faktor faktor produksi (BPS, 2006 ). Ada 3 sumber penerimaan rumah tangga yaitu:
1. Pendapatan dari gaji dan upah yaitu balas jasa terhadap kesediaan orang
menjadi tenaga kerja
2. Pendapatan dari dari aset produktif yaitu aset yang memberikan
pemasukan atas balas jasa penggunaanya.

14
Universitas Sumatera Utara


3. Pendapatan dari pemerintah atau penerimaan transfer adalah pendapatan
yang diterima bukan sebagai balas jasa atau input yang diberikan
Pendapatan dibedakan menjadi tiga yaitu:
1) Pendapatan pokok
Pendapatan pokok yaitu pendapatan yang tiap bulan yang diharapkan
diterima, pendapatan ini diperoleh dari pekerjaan utama yang bersifat rutin.
2) Pendapatan sampingan
Pendapatan sampingan yaitu pendapatan yang diperoleh dari pekerjaan di
luar pekerjaan pokok, maka tidak semua orang mempunyai pekerjaan sampingan.
3) Pendapatan lain- lain
Pendapatan lain-lain yaitu pendapatan yang berasal dari pemberian pihak
lain, baik bentuk barang maupun uang, pendapatan bukan dari usaha.
Pendapatan adalah seluruh penerimaan baik berupa barang maupun uang
baik dari pihak lain maupun dari hasil sendiri dengan jalan dinilai dengan
sejumlah uang atau harga yang berlaku saat itu. Uang atau barang tidak langsung
kita terima sebagai pendapatan tanpa kita melakukan suatu pekerjaan baik itu
barupa jasa ataupun produksi. Pendapatan ini digunakan untuk pemenuhan
kebutuhan sehari-hari demi kelangsungan hidup. Oleh karena itu, setiap orang
harus bekerja demi kelangsungan hidupnya dan tanggung jawabnya seperti istri
dan anaknya (Sunardi dan Evers, 982:20)


15
Universitas Sumatera Utara

b. Pengeluaran Pokok
Pengeluaram konsumsi rumah tangga dibedakan menjadi 2 yaitu
pengeluaran berupa makanan dan bukan makanan. Pengeluaran konsumsi rumah
tangga yang dimaksud dalam penelitian ini antara lain:
1) Pengeluaran rumah tangga untuk bahan makanan, seperti: padi-padian,
umbi-umbian, daging, ikan laut, ikan tawar/tambak, kacang-kacangan,
bumbu-bumbuan, lemak dan miyak.
2) Pengeluaran rumah tangga untuk makanan jadi, minuman, rokok dan
tembakau seperti makanan jadi, bahan minuman/minuman tidak
berakohol, tembakau dan minuman berakohol.
Pengeluaran konsumsi rumah tangga bukan makanan yang dimaksud
dalam penelitian ini antara lain:
1) Pengeluaran perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar seperti: sewa
rumah, kontrak rumah, semen, cat, air minuman atau PAM, listrik, kipas
angin, gas elpiji, sabun cuci, dan lain-lain.
2) Pengeluaran sandang, seperti: kemeja, celana, pembalut wanita, emas

perhiasan yang sifatnya bukan investasi.
3) Pengeluaran konsumsi kesehatan, seperti: obat batuk, biaya dokter, pasta
gigi, sabun mandi, sampo, biaya gunting rambut, dan lain-lain.
4) Pengeluaran konsumsi pendidikan, rekreasi, dan olahraga seperti: uang
sekolah, buku tulis, penggaris, koran, majalah, bioskop, sepeda anak, TV,
dan lain-lain.

16
Universitas Sumatera Utara

5) Pengeluaran konsumsi transportasi dan komunikasi, seperti sepeda motor,
mobil, bensin, solar, ban, Handpohone, dan lain-lain (BPS, pedoman
Pencacahan Survei Penyempurnaan Diagram Timbang Nilai Tukar Petani
2012)
c. Pemilik Kekayaan
Menurut Maftukhah (2007), untuk mengukur tingkat sosial ekonomi
seseorang dari rumahnya dapat dilihat dari:
a. Status rumah yang ditempati, bisa rumah sendiri, rumah dinas, menyewa,
menumpang pada saudara atau ikut orang lain.
b. Kondisi fisik bangunan dapat berupa rumah permanen, kayu dan bambu.

c. Besarnya rumah yang ditempati, semakin luas rumah yang ditempati pada
umumnya semakin tinggi tingkat ekonomi.
d. Tabungan
Menurut Undang-undang No. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan,
Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut
syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro,
dan/atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu. Tabungan yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah bagian dari pendapatan yang tidak dikonsumsikan.
2.2 Keluarga
2.2.1 Pengertian keluarga
Pengertian keluarga berdasarkan asal usul yang dikemukakan oleh Ki
Hajar Dewantara (1994:30), bahwa keluarga berasal dari bahasa jawa yang
terbentuk dari dua kata yaitu kawula dan warga. Di dalam bahasa jawa kuno

17
Universitas Sumatera Utara

kawula berarti hamba dan warga Artinya anggota. Secara bebas dapat diartikan

bahwa keluarga adalah anggota hamba atau warga saya. Artinya setiap anggota

dari kawula merasakan sebagai kesatuan yang utuh sebagai bagian dari dirinya
dan dirinya juga merupakan bagian dari warga lainnya secara keseluruhan.
Keluarga adalah lingkungan dimana beberapa orang yang masih memiliki
hubungan darah dan bersatu. Keluarga didefinisikan sebagai sekumpulan orang
yang

tinggal

dalam

satu

rumah

yang

masih

kekerabatan/hubungan


darah

karena

perkawinan,

mempunyai
kelahiran,

hubungan

adopsi

dan

sebagainya. Keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak yang belum
menikah disebut keluarga batih. (Soerjono, 2004:).
Keluarga merupakan suatu kelompok yang terbentuk dari suatu hubungan
seks yang tetap, untuk menyelenggarakan hal-hal yang berkenan dengan
keorangtuaan dan pemeliharaan anak. Walaupun sulit untuk menentukan atau

mencari persamaan-persamaan dan ciri-ciri pada semua keluarga, paling tidak kita
dapat menentukan ciri-ciri keluarga secara umum dan khusus, yang akan terdapat
pada keluarga dalam bentuk dan tipe apapun (Kahiruddin, 1997:5).
Untuk itu, ciri-ciri keluarga dapat digolongkan yaitu sebagai berikut.
a. Ciri-ciri Umum
Ciri-ciri umum keluarga antara lain seperti yang dikemukakan oleh Mac
Iver dan Page dalam Khairuddin,1997:6 yaitu:
1. Keluarga merupakan hubungan perkawinan.
2. Bentuk perkawinan atau susunan kelembagaan yang berkenaan dengan
hubungan perkawinan yang sengaja dibentuk dan dipelihara.
18
Universitas Sumatera Utara

3. Suatu sistem tata nama, termasuk bentuk perhitungan garis keturunan.
4. Ketentuan-ketentuan ekonomi yang dibentuk oleh anggota-anggota
kelompok mempunyai ketentuan khusus terhadap kebutuhan ekonomi
yang berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan dan
membesarkan anak.
5. Merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah tangga yang walau
bagaimanapun, tidak mungkin terjadi terpisah terhadap kelompok
keluarga.
b. Ciri-ciri Khusus
Disamping memiliki ciri-ciri umum sebagai suatu organisasi lazimnya,
keluarga juga memiliki ciri-ciri khusus sebagai berikut:
1. Kebersamaan.
2. Dasar-dasar emosional.
3. Pengaruh perkembangan.
4. Ukuran yang terbatas.
5. Posisi inti dalam struktur sosial.
6. Mempunyai tipe masyarakat patriakal.
7. Tanggung jawab para anggota
8. Aturan masyarakat
9. Sifat kekekalan dan kesamataraannya

19
Universitas Sumatera Utara

2.2.2 Tipe-tipe Keluarga
Dwi dan Bagong,(2004;211), memberikan tipe-tipe keluarga yaitu sebagai
berikut:
1) Conjugal Family, didasarkan atas ikatan perkawinan dan terdiri dari
seorang suami, seorang istri, dan anak-anak mereka yang belum kawin.
2) Consanguine Familiy, hubungan kerabat sedarah atau tidak didasarkan
pada pertalian kehidupan suami-istri, melainkan pada pertalian darah atau
ikatan keturunan dari sejumlah orang kerabat. Keluarga kerabat terdiri dari
hubungan darah dari beberapa generasi yang mungkin berdiam pada suatu
rumah atau mungkin pula berdiam pada tempat lain yang berjauhan.
2.2.3 Fungsi Keluarga
a. Fungsi Pengaturan Keturunan
Dalam masyarakat orang telah terbiasa dengan fakta bahwa kebutuhan
seks dapat dipuasakan tanpa adanya prekreasi (mendapatkan anak) dengan
berbagai cara, misalnya kontrasepsi, abortus dan teknik lainnya. Meskipun
sebagian masyarakat tidak membatasi kehidupan seks pada situasi perkawinan,
tetapi semua masyarakat setuju bahwa keluarga akan menjamin reproduksi karena
fungsi reproduksi ini merupakan hakikat untuk kelangsungan hidup manusia dan
sebagai dasar kehidupan sosial manusia bukan hanya sekedar kebutuhan biologis
saja.
b. Fungsi Sosialisasi atau Pendidikan
Fungsi ini adalah untuk mendidik anak mulai dari awal sampai
pertumbuhan anak hingga terbentuk personality-nya. Anak-anak itu lahir tanpa

20
Universitas Sumatera Utara

bekal sosial, agar si anak dapat berpartisipasi maka harus disosialisasikan oleh
orang tuanya tentang nilai-nilai yang ada dalam masyarakat.
c. Fungsi Ekonomi dan Unit Produksi
Urusan-urusan pokok untuk mendapatkan suatu kehidupan dilaksanakan
keluarga sebagai unit-unit produksi yang sering kali dengan mengadakan
pembagian kerja di antara anggota-anggotanya.
d. Fungsi pelindung
Fungsi ini adalah melindungi seluruh anggota keluarga dari berbagai
bahaya yang dialami oleh suatu keluarga. Dengan adanya negara, maka fungsi ini
banyak diambil alih oleh instansi negara.
e. Fungsi Penentuan Status
Jika dalam masyarakat terdapat perbedaan status yang besar, maka
keluarga akan mewariskan statusnya pada tiap-tiap anggota atau individu
sehingga tiap-tiap anggota keluarga mempunyai hak-hak istimewa.
f. Fungsi Pemeliharaan
Keluarga pada dasarnya berkewajiban untuk memelihara anggota-anggota
yang sakit, menderita, atau tua. fungsi pemeliharan ini pada setiap masyarakat
berbeda-beda, akan tetapi sebagian masyarakat membebani keluarga dengan
pertanggungjawaban khusus terhadap anggotanya bila mereka bergantung pada
masyarakat.
g. Fungsi Afeksi
Salah satu kebutuhan dasar manusia adalah kebutuhan akan kasih sayang
atau rasa dicintai. Sejumlah studi telah menunjukkan bahwa kenakalan yang

21
Universitas Sumatera Utara

serius adalah satu ciri khas dari anak yang sama sekali tidak pernah mendapatkan
perhatian atau rasa kasih sayang (Dwi dan Bagong,2004;214).
2.2.4 Faktor-Faktor Keluarga Terhadap Perkembangan Anak
Menurut Abu Ahmad, (1990;247), terdapat 5 (lima) faktor keluarga
terhadap perkembangan anak yaitu:
1. Perimbangan Perhatian
Disini yang dimaksud ialah perimbangan perhatian orang tua atas tugastugasnya, terhadap tugas-tugas ini pun harus menyeluruh. Masing-masing tugas
menuntut perhatian yang penuh sesuai dengan porsinya.
2. Kebutuhan Keluarga
Keluarga yang utuh adalah keluarga yang dilengkapi dengan anggotaanggota keluarga ialah: ayah, ibu dan anak-anak. Sebaliknya keluarga yang pecah
atau Broken Home terjadi dimana tidak hadirnya salah satu orang tua karena
kematian atau perceraian, atau tidak hadirnya kedua-keduanya. Keluarga yang
utuh dan yang pecah mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap perkembangan
anak. Keluarga yang utuh tidak sekedar utuh dalam arti berkumpulnya ayah dan
ibu tetapi utuh dalam arti yang sebenar-benarnya yaitu disamping utuh dalam fisik
juga utuh dalam psikologis.
3. Status Sosial
Status sosial orang tua mempunyai pengaruh terhadap tingkah laku dan
pengalaman anak-anaknya. Yang dimaksud dengan status sosial ialah kedudukan
orang dalam kelompoknya.

22
Universitas Sumatera Utara

4. Besar Kecilnya Keluarga
Besar kecilnya keluarga mempengaruhi perkembangan sosial anak,
keluarga yang besar memiliki beberapa anak, sedangkan keluarga kecil, anggota
keluarganya juga sedikit.
5. Keluarga Kaya/Miskin
Keluarga yang kaya mampu menyediakan keperluan materil bagi anakanaknya. Keperluan materil ini diperlukan oleh anak dari alat permainan sampai
ke alat-alat sekolah dan pakaian yang mahal-mahal. Sebaliknya anak yang lahir
dalam keluarga yang miskin. Kebutuhan-kebutuhan yang bersifat tidak materil
tidak terpenuhi kalaupun terpenuhi hanya secara minimal.
2.3 Buruh
2.3.1 Pengertian Buruh
Buruh menurut kamus kamus Besar Bahasa Indonesia adalah orang yang
bekerja untuk orang lain dengan mendapatkan upah. Buruh adalah setiap orang
yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain.
Menurut Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 pasal 1 pekerja/buruh
adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam
bentuk lain. Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan
guna menghasilkan barang dan jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri atau
masyarakat. Sedangkan pemberi kerja adalah perorangan, pengusaha badan
hukum atau badan lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja dengan membayar
upah atau imbalan dalam bentuk lain.

23
Universitas Sumatera Utara

1. Bentuk-bentuk buruh
Buruh merupakan orang yang bekerja untuk orang lain yang mempunyai
suatu usaha kemudian mendapatkan upah atau imbalan sesuai dengan kesepakatan
sebelumnya. Upah biasanya diberikan secara harian maupun bulanan tergantung
dari kesepakatan yang disetujui.
Buruh terdiri dari berbagai macam, yaitu:
a. Buruh harian, buruh yang menerima upah berdasarkan hari masuk kerja.
b. Buruh kasar, buruh yang menggunakan fisiknya karena tidak mempunyai
keahlian dibidang tertentu.
c. Buruh musiman, buruh yang hanya bekerja pada musim-musim tertentu
(misalnya buruh tebang tebu dll).
d. Buruh pabrik, buruh yang bekerja dipabrik.
e. Buruh tambang, buruh yang bekerja dipertambangan.
f. Buruh tani, buruh yag menerima upah dengan bekerja dikebun atau
disawah orang lain.
Kalangan buruh itu terdiri dari dua jenis:
1. Pekerja merdeka, yaitu orang-orang yang bekerja dengan bayaran khusus.
Mereka itu seperti pengelola industri kerajinan yang memiliki tempat
khusus, juga pemilik bisnis atau profesi yang memiliki kantor sendiri.
2. Para pekerja sekunder (lapisan Kedua), yaitu orang-orang yang bekerja
untuk memperoleh upah atau gaji tertentu, seperti para buruh dilahan
pertanian, perindustrian, sektor perdagangan, serta berbagai layanan

24
Universitas Sumatera Utara

lainnya, apakah pekerjaan itu untuk pribadi-pribadi tertentu atau untuk
Negara.
2.3.2 Buruh Harian Lepas (BHL)
Buruh harian lepas adalah buruh yang diikat dengan hubungan kerja dari
hari-kehari dan menerima penerimaan upah sesuai dengan banyaknya hari kerja,
atau jam kerja atau banyak barang atau jenis pekerjaan yang disediakan. Disebut
buruh harian lepas karena (BHL) karena buruh yang bersangkutan tidak ada
kewajiban untuk masuk kerja dan tidak mempunyai hak yang sama seperti buruh
tetap. Umumnya buruh harian lepas (BHL) adalah buruh yang mempekerjakan
pekerjaan yang sifatnya tidak terus menerus tetapi bersifat musiman.
Dalam penelitian ini buruh harian lepas yang dimaksud adalah pekerja
lepas dibidang pertanian karena mereka hanya bekerja disektor pertanian.
Sehingga mereka lebih tepat dikatakan buruh tani. Buruh tani dalam pengertian
yang sesungguhnya memperoleh penghasilan terutama dari bekerja yang
mengambil upah untuk para pemilik tanah atau para petani penyewa tanah.
Sebagian besar dari mereka atas dasar jangka pendek, dipekerjakan dan lepas dari
hari ke hari. Disamping itu melakukan pekerjaan yang diupah, buruh harian itu
juga melakukan perdagangan kecil-kecilan, menjual pisang, rokok dan hasil
pertanian secara kecil-kecilan, menjualnya berdasarkan komisi dan kadangkadang ada juga dari mereka yang menanami sebidang tanah kehutanan dengan
perajinan (Sajoyo, 1995:112).
Sajoyo memberikan ciri-ciri buruh tani yang bekerja dengan upah harian
lepas sebagai berikut:

25
Universitas Sumatera Utara

Kegiatan Ekonomi
a. Buruh tani biasanya dipekerjakan oleh tuan tanah besar dengan digaji
sebagai pekerja harian.
b. Setelah hasil pertanian dipungut, buruh tani diperbolehkan menanami
tanah-tanah itu selama masa sekitar enam bulan sebelum tanah ditanami
oleh para pemilik lahan atau tuan tanah.
c. Diwaktu mereka tidak dipekerjakan sebagai buruh, para buruh tani
melakukan perdagangan kecil-kecilan yang menghasilkan laba kira-kira
sama besarnya dengan gaji mereka.
Kedudukan Sosial
1. Para buruh tani berada ditingkat terendah dalam lapisan masyarakat.
Mereka tidak mungkin jatuh lebih rendah lagi dan mereka tidak
mempunyai kedudukan yang akan dipertahankan maupun yang akan
hilang.
2. Buruh tani hidup menyambung nyawa saja, karena tidak ada benda atau
orang yang menjamin kehidupan mereka dimasa depan. Kenyataan ini
mempunyai implikasi penting terhadap rencana-rencana pembangunan
yang telah dipertimbangkan sebaik-baiknya berada diluar pengertian buruh
tani.
3. Buruh tani yang sesungguhnya tidak mempunyai latar belakang
kecerdasan, juga tidak mempunyai pengalaman pertanian. Mereka telah
biasa bekerja sebagai buruh tani sepanjang hidup karena itu mereka tahu

26
Universitas Sumatera Utara

sedikit mengenai pekerjaan pertanian seperti mencangkul, menanam,
menyiangi, dan memanen.
4. Buruh tani sebagai kelompok sama sekali tidak terikat kepada desa
mereka. Banyak dari mereka berasal dari tempat lain, dan kalau telah
datang waktunya mereka berpindah ketempat yang baru dimana mereka
berharap menemukan kesempatan untuk berhasil atau mendapatkan gaji
yang lebih besar dan kerja yang lebih ringan (Sajoyo, 1995:113-114).
2. 4 Pendidikan
2.4.1 Pengertian Pendidikan
Menurut Hamalik (2001), pendidikan merupakan bagian integral dalam
pembangunan.

Proses

pendidikan

tidak

dapat

dipisahkan

dari

proses

pembangunan itu sendiri. Pembangunan diarahkan dan bertujuan untuk
mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas dan pembangunan sektor
ekonomi, yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan dan berlangsung dengan
berbarengan.
Sementara menurut Sagala (2009), pendidikan dapat dimaknai sebagai
proses mengubah tingkah laku anak didik agar menjadi manusia dewasa yang
mampu hidup mandiri dan sebagai anggota masyarakat dalam lingkungan alam
sekitar dimana individu itu berada. Pendidikan tidak hanya mencakup
pengembangan intelektualitas saja, akan tetapi lebih ditekankan pada proses
pembinaan kepribadian anak didik secara menyeluruh sehingga anak menjadi
lebih dewasa.

27
Universitas Sumatera Utara

2.4.2 Jalur, Jenis dan Jenjang/Tingkat Pendidikan
Ketentuan tentang jalur, jenis dan jenjang atau tingkatan pendidikan telah
dijelaskan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 tahun 2003,
dalam Bab VI Pasal 13,14,15,dan 16.
1. Jalur Pendidikan
Sesuai dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun
2003, dijelaskan jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, non formal yang
saling melengkapi dan memperkaya.
Menurut Enouch dan Jumain (2010), jalur pendidikan formal yaitu
pendidikan yang berstruktur, mempunyai jenjang atau tingkatan dalam periode
tertentu dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Contoh dari pendidikan
formal antara lain, untuk bidang pendidikan umum, yakni: SD selama 6 tahun,
SMP selama 3 tahun dan SMA/SMK selama 3 tahun, serta perguruan tinggi.
2. Jenis Pendidikan
Sesuai dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun
2003, dijelaskan bahwa jenis pendidikan mencakup pendidikan Umum, Kejuruan,
Akademik, Profesi, Vokasi, Keagamaan dan Khusus (luar biasa). Jenis pendidikan
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan formal, dimana
sekolah sebagai tempat berlangsungnya pendidikan formal melaksanakan tugas
pendidikan yang disesuaikan dengan tahapan kemampuan anak atau peserta didik
sehingga perlu adaya jenjang-jenjang pendidikan.

28
Universitas Sumatera Utara

3. Jenjang/Tingkatan Pendidikan
Pada pasal 17 Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 disebutkan bahwa:
(1) pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang
pendidikan menengah, (2) pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan
Madrasah Ibtidayah (MI) dan bentuk yang sederajat serta Sekolah Menengah
Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan bentuk lain yang sederajat,
dan (3) Ketentuan mengenai pendidikan dasar sebagaimana dimaksudkan dalam
ayat 1 dan 2 diatur peraturan pemerintah.
Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun
2003, pasal 18, dinyatakan bahwa: a) Pendidikan menengah merupakan lanjutan
pendidikan dasar; b) pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah
umum dan pendidikan menengah kejuruan; c) pendidikan menengah berbentuk
Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA) , Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) atau bentuk lain yang
sederajat; dan d) ketentuan mengenai pendidikan menengah sebagaimana
disebutkan dalam ayat 1, 2 dan 3 diatur lebih lanjut dalam peraturan pemerintah.
Kemudian pasal 19 dipertegas lagi dalam pasal 20 dinyatakan bahwa: a)
Perguruan tinggi dapat berbentuk Akademik, Politeknik, Sekolah Tinggi, Institute
atau Universitas; b) Perguruan tinggi berkewajiban menyelenggarakan pendidikan
penelitian, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat; c) Perguruan Tinggi
dapat menyelenggarakan program akademik, profesi dan/atau vokasi; dan d)
ketentuan mengenai perguruan tinggi sebagaimana dimaksudkan dalam ayat 1, 2
dan 3 diatur dalam peraturan pemerintah.
29
Universitas Sumatera Utara

Dari uraian diatas tingkat/jenjang pendidikan formal terdiri atas: a)
Tingkat pendidikan dasar meliputi: SD, SMP/MTs dan program kejar paket A
yang sederajat dengan SMP; b) tingkat pendidikan menengah meliputi: Sekolah
Menengah Umum (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan, dan Sekolah Menengah
Keagamaan (SMK), dan Sekolah Menengah Kedinasan dan Sekolah Menengah
luar biasa ; dan c) tingkat pendidikan tinggi yaitu meliputi jenjang pendidikan
diatas pendidikan menengah.
2.4.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pendidikan Anak
Baik atau tidaknya pendidikan itu tergantung pada bermacam-macam
faktor yang mempengaruhinya. Menurut Purwanto (2007), adapun faktor-faktor
yang dapat berpengaruh terhadap tingkat pendidikan anak dapat dibedakan
menjadi dua bagian yaitu faktor individual dan faktor sosial.
a. Faktor individual
Faktor individual yaitu semua faktor yang berasal dari dalam diri anak,
meliputi: faktor kesehatan, faktor inteligensi, bakat, minat, motivasi dan faktor
kepribadian.
b. Faktor Sosial
Faktor sosial yaitu semua faktor yang berada diluar diri anak. Misalnya,
faktor tingkat pendidikan orang tua, tingkat pendapatan keluarga, jumlah anak,
lingkungan dan cara belajar

30
Universitas Sumatera Utara

2.5 Penelitian Terdahulu
Berikut ini terdapat beberapa penelitian-penelitian terdahulu yang
dijadikan referensi-referensi dan pembanding oleh penulis dalam melakukan
penelitian ini:
1. Oktama (2013) dengan judul Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi Terhadap
Tingkat Pendidikan Anak Keluarga Nelayan Di Kelurahan Sugihwaras
Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang Tahun 2013. Penelitian ini
bertujuan, untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara kondisi
sosial terhadap tingkat pendidikan anak, mengetahui apakah terdapat
pengaruh antara kondisi ekonomi terhadap tingkat pendidikan anak,
mengetahui seberapa besar pengaruh kondisi sosial ekonomi terhadap
tingkat pendidikan anak keluarga nelayan di kelurahan sugih waras.
Menggunakan teknik analisis Deskriptif persentase (DP) dan Analisis
regresi berganda yang diolah menggunakan model SPSS 16. Hasil
penelitian menunjukan ada pengaruh yang signifikan antara kondisi sosial
keluarga dengan tingkat pendidikan anak dengan t hitung sebesar 2.240.
2. Cahyawati (2013) dengan judul Analisis Pendapatam Petani Kelapa Sawit
Dalam Meningkatkan Pendidikan Anak di Desa Air putih. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pendapatan petani dalam meningkatan
pendidikan anak di Desa Air Putih Kecamatan Kubu Kabupaten Kubu
Raya. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa pendapatan
petani kelapa sawit sangat membantu dalam upaya meningkatkan

31
Universitas Sumatera Utara

pendidikan anak di Desa Air Putih Kecamatan Kubu Kabupaten Kubu
Raya.
3. Nasirotun (2013) dengan judul Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi dan
Pendidikan Orang Tua Terhadap Motivasi Melanjutkan Pendidikan ke
Perguruan Tinggi pada Siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh antara kondisi sosial ekonomi dan pendidikan orang tua terhadap
motivasi melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi pada siswa SMK
Kartika Aqasa Bhakti Semarang. Metode analisis yang digunakan
pengujian validitas, uji reliabilitas, analisis regresi berganda, pengujian
hipotesis t -test, uji F test dan uji determinasi. Kesimpulan dari penelitian
ini bahwa ada pengaruh antara kondisi sosial ekonomi orang tua dan
pendidikan orang tua terhadap motivasi melanjutkan pendidikan ke
perguruan tinggi pada siswa SMK Kartika Aqasa Bhakti Semarang.
4. Widayati (2014) dengan judul Pengaruh Status Sosial Ekonomi Orang
Tua, Pendidikan, Pengelolaan Keuangan Keluarga, dan Pembelajaran di
Perguruan Tinggi Terhadap Literasi Finansial Mahasiswa. Tujuan
penelitian ini untuk mengkaji pengaruh langsung maupun tidak langsung
status sosial ekonomi orang tua, pendidikan pengelolaan keuangan
keluarga, dan pembelajaran di perguruan tinggi terhadap literasi finansial.
Teknik analisis yang digunakan analisis jalur dan analisis regresi dengan
uji selisih mutlak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
langsung maupun tidak langsung status sosial ekonomi orang tua,

32
Universitas Sumatera Utara

pendidikan pengelolaan keuangan keluarga, dan pembelajaran di
perguruan tinggi terhadap literasi finansial.
2.6 Kerangka Konseptual
Pendidikan adalah milik semua dari semua manusia dengan pendidikan
seseorang mempunyai pengetahuan atau wawasan. Pendidikan merubah dari
kepribadian dan akhlak tidak baik menuju akhlak yang baik. Menjadikan
kehidupan kurang baik menuju kehidupan yang memadai/layak serta dapat
meningkatkan kebutuhan/lingkungan sosial menjadi lebih baik. karena dalam
kehidupan sosial semua orang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan ekonomi
ataupun pemenuhan kebutuhan untuk makan, minum, pakaian, rumah dan lain
sebagainnya.
Dengan demikian keluarga adalah wadah yang pertama untuk bertanggung
jawab bagi pendidikan anak-anaknya. Keluarga mempunyai banyak fungsi, salah
satunya adalah fungsi ekonomi. Dalam memenuhi berbagai kebutuhan yang
diperlukan oleh anak-anaknya adalah untuk pemenuhan berbagai kebutuhan
sekolah karena tanpa dana yang mencukupi maka berbagai alat-alat atau biaya
administrasi anak tidak dapat terpenuhi.
Pada kenyataannya sosial ekonomi keluarga mempunyai peranan penting
terhadap tingkat pendidikan anak. Kondisi sosial keluarga yang baik akan mampu
menciptakan dan mendorong pendidikan anak dalam mencapai cita-cita yang di
inginkan anak-anaknya karena pendidikan orang tua yang cenderung tinggi akan
biasanya lebih berhasil dalam mendidik anak, selain itu usia orang tua juga
berpengaruh terhadap pola pendidikan anak disebabkan biasanya orang tua

33
Universitas Sumatera Utara

dengan usia yang lebih tua mampu mengarahkan dan mengajarkan anaknya
tentang pola kehidupan dan pengalaman hidup yang dialami orang tua nya tentang
baik dan buruk dalam kehidupan.
Disamping itu, faktor ekonomi keluarga sangat berperan dalam pendidikan
anak dikarenakan dalam dunia pendidikan tidak terlepas dari materi/biaya untuk
keperluan pendidikan. Orang tua dengan ekonomi yang mapan/baik akan mampu
memenuhi berbagai kebutuhan yang diperlukan oleh anaknya dalam mengenyam
pendidikan dan memfasilitasi segala kebutuhan/alat yang diperlukan oleh anaknya
dalam menggali potensi dan bakat anaknya. Namun sebaliknya anak yang berasal
dari orang tua/ keluarga yang ekonominya rendah maka kemungkinan dalam
proses pendidikan bisa terhambat. Hal ini disebabkan kekurangan dalam hal
pemenuhan fasilitas yang diperlukan oleh anaknya selama menjalani pendidikan.
Jadi ada kemungkinan hubungan antara kondisi sosial ekonomi keluarga
terhadap tingkat pendidikan anak. Tetapi bisa jadi sosial ekonomi keluarga bukan
lah faktor yang menentukan keberhasilan pendidikan suatu anak. Dengan
demikian diduga terdapat pengaruh kondisi sosial ekonomi keluarga terhadap
tingkat pendidikan anak. Selanjutnya kerangka konseptual diatas dituangkan
dalam diagram alir yang terlihat pada gambar 2.1

34
Universitas Sumatera Utara

Kondisi Sosial Keluarga
o Pendidikan Orang Tua
o Usia Orang Tua
Tingkat Pendidikan Anak




Kondisi Ekonomi Keluarga
 Pendapatan dan pengeluaran
o Pendapatan Pokok
o Pengeluaran Keluarga
 Pemilik kekayaan
o Tabungan
o Tempat Tinggal

Pendidikan Dasar
Pendidikan Menengah
Pendidikan Tinggi

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
2.7 Hipotesis Penelitian
Sesuai dengan kerangka konseptual, dan hasil-hasil penelitian terdahulu,
maka hipotesis yang disusun adalah sebagai berikut:
1. H0: Tidak ada pengaruh antara kondisi sosial terhadap tingkat pendidikan anak
keluarga buruh tani di Desa Empat Lima Kecamatan Bukit Tusam
Kabupaten Aceh Tenggara.
Ha: Ada pengaruh antara kondisi sosial terhadap tingkat pendidikan anak
keluarga buruh tani di Desa Empat Lima Kecamatan Bukit Tusam
Kabupaten Aceh Tenggara.

35
Universitas Sumatera Utara

2. H0: Tidak ada pengaruh antara kondisi ekonomi terhadap tingkat pendidikan
anak keluarga buruh tani di Desa Empat Lima kecamatan Bukit Tusam
Kabupaten Aceh Tenggara.
Ha: Ada Pengaruh antara kondisi ekonomi terhadap tingkat pendidikan anak
keluarga buruh tani di Desa Empat Lima Kecamatan Bukit Tusam
Kabupaten Aceh Tenggara.

36
Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Sosial Ekonomi Keluarga Terhadap Tingkat Pendidikan Anak (Studi Kasus Pada Keluarga Buruh Tani di Desa Empat Lima Kecamatan Bukit Tusam Kabupaten Aceh Tenggara)

0 5 102

Kontribusi Buruh Tani (Aron) Perempuan Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Keluarga di Desa Beganding Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo

2 57 204

HUBUNGAN KONDISI SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP TINGKAT PENDIDIKAN ANAK (STUDI PADA KELUARGA BURUH TANI DI DUSUN ALURAN NAGA KECAMATAN PANGKATAN KABUPATEN LABUHANBATU).

0 3 26

Analisis Pengaruh Sosial Ekonomi Keluarga Terhadap Tingkat Pendidikan Anak (Studi Kasus Pada Keluarga Buruh Tani di Desa Empat Lima Kecamatan Bukit Tusam Kabupaten Aceh Tenggara)

0 0 12

Analisis Pengaruh Sosial Ekonomi Keluarga Terhadap Tingkat Pendidikan Anak (Studi Kasus Pada Keluarga Buruh Tani di Desa Empat Lima Kecamatan Bukit Tusam Kabupaten Aceh Tenggara)

0 0 4

Analisis Pengaruh Sosial Ekonomi Keluarga Terhadap Tingkat Pendidikan Anak (Studi Kasus Pada Keluarga Buruh Tani di Desa Empat Lima Kecamatan Bukit Tusam Kabupaten Aceh Tenggara)

0 0 10

Analisis Pengaruh Sosial Ekonomi Keluarga Terhadap Tingkat Pendidikan Anak (Studi Kasus Pada Keluarga Buruh Tani di Desa Empat Lima Kecamatan Bukit Tusam Kabupaten Aceh Tenggara)

0 0 3

Analisis Pengaruh Sosial Ekonomi Keluarga Terhadap Tingkat Pendidikan Anak (Studi Kasus Pada Keluarga Buruh Tani di Desa Empat Lima Kecamatan Bukit Tusam Kabupaten Aceh Tenggara)

0 0 17

Kontribusi Buruh Tani (Aron) Perempuan Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Keluarga di Desa Beganding Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo

0 0 18

Kontribusi Buruh Tani (Aron) Perempuan Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Keluarga di Desa Beganding Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo

0 0 2