Hubungan Pola Konsumsi Makanan dengan Status Gizi Siswa SMA Santo Thomas 1 Medan
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Remaja adalah individu yang telah mencapai umur 10-18 tahun
(Soetjiningsih, 2007). Menurut data WHO (2003), 19% dari penduduk dunia atau
sekitar 1.200 juta jiwa adalah remaja. Di Indonesia, populasi remaja bahkan lebih
tinggi mencapai 22% dari total populasi penduduk atau sekitar 44 juta jiwa. Dan
menurut data Badan Pusat Statistik (2013), remaja di Sumatera Utara mencapai
21% dari total populasi atau sekitar 2,6 juta jiwa.
Dalam daur kehidupan, kebutuhan gizi secara terus menerus akan
bertambah sesuai dengan kebutuhan berdasarkan kelompok umur (Sibagariang,
2010). Pada kelompok remaja, pertumbuhan terjadi sangat pesat dan kegiatankegiatan jasmani seperti olahraga juga pada kondisi puncaknya. Oleh karena itu,
kelompok remaja memerlukan banyak konsumsi makanan yang bergizi. Apabila
konsumsi makanan tidak seimbang dengan kebutuhan kalori untuk pertumbuhan
dan kegiatan-kegiatannya, maka akan terjadi defisiensi yang akhirnya dapat
menghambat pertumbuhan (Notoatmodjo, 2007).
Kelompok remaja merupakan salah satu kelompok rentan gizi, yaitu
kelompok dalam masyarakat yang paling mudah menderita gangguan kesehatan
(Notoatmodjo, 2007). Ada 3 alasan remaja dikatakan rentan gizi. Pertama, remaja
mengalami percepatan pertumbuhan dan perkembangan sehingga tubuh
memerlukan energi dan zat gizi yang lebih banyak. Kedua, adanya perubahan
gaya hidup dan kebiasaan pangan sehingga masukan energi dan zat gizi harus
disesuaikan. Ketiga, adanya keikutsertaan dalam olahraga, kecanduan alkohol dan
obat, meningkatkan kebutuhan energi dan zat gizi (Arisman, 2008).
Masalah gizi pada anak sekolah menengah yang merupakan kelompok
remaja merupakan masalah yang penting dan perlu mendapat perhatian khusus
karena berpengaruh besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan tubuh serta
berdampak pada masalah gizi saat dewasa (Harahap, 2012).
Universitas Sumatera Utara
2
Hardinsyah (1989) menyebutkan bahwa status gizi adalah keadaan tubuh
seseorang yang dipengaruhi oleh asupan makanan dan penggunaan zat-zat gizi.
Oleh karena itu, konsumsi makanan dan aktivitas berpengaruh pada status gizi
seseorang. Status gizi baik dicapai bila tubuh memperoleh zat gizi yang cukup
sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan
kerja dan kesehatan umum pada tingkat setinggi mungkin.
Dari data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) (2010), status gizi
berdasarkan IMT/U pada remaja SMA adalah sangat kurus 2,1%, kurus 6,7%,
normal 88,9% dan gemuk 1,4%.
Sedangkan berdasarkan penelitian Harahap (2012) tentang hubungan pola
konsumsi makanan dengan status gizi pada siswa SMA Negeri 2 Rintisan Sekolah
Bertaraf Internasional (RSBI) Banda Aceh dengan sampel berjumlah 80 orang
didapatkan hasil status gizi berdasarkan BB/U adalah status gizi baik 72 orang
(90,2%), gizi kurang 4 orang (5%), gizi lebih 4 orang (5%) dan tidak didapati
hubungan yang bermakna antara pola konsumsi makanan dengan status gizi siswa.
Namun, menurut Suhendro (2003) tidak hanya pola konsumsi makanan
yang mempengaruhi status gizi anak usia sekolah menengah, melainkan ada
beberapa faktor lain seperti umur, jenis kelamin, faktor lingkungan, aktivitas fisik,
sosial ekonomi, dan faktor neuropsikologik serta faktor genetik.
Aktivitas yang dijalankan siswa SMA Santo Thomas 1 Medan adalah
belajar formal yang dimulai pada pukul 07.30-13.20. Dengan ditambah kegiatan
sekolah dan kegiatan di luar sekolah lainnya, pola konsumsi makanan harus sesuai
dengan aktivitas yang akan dijalani oleh siswa. Siswa SMA Santo Thomas 1
Medan yang berusia rata-rata 15-18 tahun dan dengan pengaruh aktivitas, faktor
lingkungan, dan sosial ekonomi yang berbeda ini mungkin saja mengalami
permasalahan gizi.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai hubungan pola konsumsi makanan dengan status gizi siswa SMA Santo
Thomas 1 Medan.
Universitas Sumatera Utara
3
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan suatu permasalahan
sebagai berikut: “Apakah terdapat hubungan pola konsumsi makanan dengan
status gizi pada siswa SMA Santo Thomas 1 Medan?”.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan pola konsumsi makanan dengan status gizi
pada siswa SMA Santo Thomas 1 Medan.
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus pada penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui gambaran umum siswa SMA Santo Thomas 1 Medan.
2. Untuk mengetahui gambaran pola konsumsi makanan siswa SMA Santo
Thomas 1 Medan.
3. Untuk mengetahui gambaran status gizi siswa SMA Santo Thomas 1
Medan .
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi Sekolah
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi sumber informasi untuk
menambah pengetahuan tentang pola konsumsi makanan dan status gizi
siswa.
2. Bagi Responden
Hasil penelitian diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan siswa
tentang pola konsumsi makanan sesuai dengan aktivitas di sekolah.
3. Bagi Peneliti
Hasil penelitian diharapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan
peneliti tentang gizi, khususnya hubungan pola konsumsi dengan status
gizi.
Universitas Sumatera Utara
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Remaja adalah individu yang telah mencapai umur 10-18 tahun
(Soetjiningsih, 2007). Menurut data WHO (2003), 19% dari penduduk dunia atau
sekitar 1.200 juta jiwa adalah remaja. Di Indonesia, populasi remaja bahkan lebih
tinggi mencapai 22% dari total populasi penduduk atau sekitar 44 juta jiwa. Dan
menurut data Badan Pusat Statistik (2013), remaja di Sumatera Utara mencapai
21% dari total populasi atau sekitar 2,6 juta jiwa.
Dalam daur kehidupan, kebutuhan gizi secara terus menerus akan
bertambah sesuai dengan kebutuhan berdasarkan kelompok umur (Sibagariang,
2010). Pada kelompok remaja, pertumbuhan terjadi sangat pesat dan kegiatankegiatan jasmani seperti olahraga juga pada kondisi puncaknya. Oleh karena itu,
kelompok remaja memerlukan banyak konsumsi makanan yang bergizi. Apabila
konsumsi makanan tidak seimbang dengan kebutuhan kalori untuk pertumbuhan
dan kegiatan-kegiatannya, maka akan terjadi defisiensi yang akhirnya dapat
menghambat pertumbuhan (Notoatmodjo, 2007).
Kelompok remaja merupakan salah satu kelompok rentan gizi, yaitu
kelompok dalam masyarakat yang paling mudah menderita gangguan kesehatan
(Notoatmodjo, 2007). Ada 3 alasan remaja dikatakan rentan gizi. Pertama, remaja
mengalami percepatan pertumbuhan dan perkembangan sehingga tubuh
memerlukan energi dan zat gizi yang lebih banyak. Kedua, adanya perubahan
gaya hidup dan kebiasaan pangan sehingga masukan energi dan zat gizi harus
disesuaikan. Ketiga, adanya keikutsertaan dalam olahraga, kecanduan alkohol dan
obat, meningkatkan kebutuhan energi dan zat gizi (Arisman, 2008).
Masalah gizi pada anak sekolah menengah yang merupakan kelompok
remaja merupakan masalah yang penting dan perlu mendapat perhatian khusus
karena berpengaruh besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan tubuh serta
berdampak pada masalah gizi saat dewasa (Harahap, 2012).
Universitas Sumatera Utara
2
Hardinsyah (1989) menyebutkan bahwa status gizi adalah keadaan tubuh
seseorang yang dipengaruhi oleh asupan makanan dan penggunaan zat-zat gizi.
Oleh karena itu, konsumsi makanan dan aktivitas berpengaruh pada status gizi
seseorang. Status gizi baik dicapai bila tubuh memperoleh zat gizi yang cukup
sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan
kerja dan kesehatan umum pada tingkat setinggi mungkin.
Dari data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) (2010), status gizi
berdasarkan IMT/U pada remaja SMA adalah sangat kurus 2,1%, kurus 6,7%,
normal 88,9% dan gemuk 1,4%.
Sedangkan berdasarkan penelitian Harahap (2012) tentang hubungan pola
konsumsi makanan dengan status gizi pada siswa SMA Negeri 2 Rintisan Sekolah
Bertaraf Internasional (RSBI) Banda Aceh dengan sampel berjumlah 80 orang
didapatkan hasil status gizi berdasarkan BB/U adalah status gizi baik 72 orang
(90,2%), gizi kurang 4 orang (5%), gizi lebih 4 orang (5%) dan tidak didapati
hubungan yang bermakna antara pola konsumsi makanan dengan status gizi siswa.
Namun, menurut Suhendro (2003) tidak hanya pola konsumsi makanan
yang mempengaruhi status gizi anak usia sekolah menengah, melainkan ada
beberapa faktor lain seperti umur, jenis kelamin, faktor lingkungan, aktivitas fisik,
sosial ekonomi, dan faktor neuropsikologik serta faktor genetik.
Aktivitas yang dijalankan siswa SMA Santo Thomas 1 Medan adalah
belajar formal yang dimulai pada pukul 07.30-13.20. Dengan ditambah kegiatan
sekolah dan kegiatan di luar sekolah lainnya, pola konsumsi makanan harus sesuai
dengan aktivitas yang akan dijalani oleh siswa. Siswa SMA Santo Thomas 1
Medan yang berusia rata-rata 15-18 tahun dan dengan pengaruh aktivitas, faktor
lingkungan, dan sosial ekonomi yang berbeda ini mungkin saja mengalami
permasalahan gizi.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai hubungan pola konsumsi makanan dengan status gizi siswa SMA Santo
Thomas 1 Medan.
Universitas Sumatera Utara
3
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan suatu permasalahan
sebagai berikut: “Apakah terdapat hubungan pola konsumsi makanan dengan
status gizi pada siswa SMA Santo Thomas 1 Medan?”.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan pola konsumsi makanan dengan status gizi
pada siswa SMA Santo Thomas 1 Medan.
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus pada penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui gambaran umum siswa SMA Santo Thomas 1 Medan.
2. Untuk mengetahui gambaran pola konsumsi makanan siswa SMA Santo
Thomas 1 Medan.
3. Untuk mengetahui gambaran status gizi siswa SMA Santo Thomas 1
Medan .
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi Sekolah
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi sumber informasi untuk
menambah pengetahuan tentang pola konsumsi makanan dan status gizi
siswa.
2. Bagi Responden
Hasil penelitian diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan siswa
tentang pola konsumsi makanan sesuai dengan aktivitas di sekolah.
3. Bagi Peneliti
Hasil penelitian diharapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan
peneliti tentang gizi, khususnya hubungan pola konsumsi dengan status
gizi.
Universitas Sumatera Utara