Perilaku Pekerja Depot Air Minum Isi Ulang Dalam Menjaga Kualitas Air Minum Isi Ulang Kabupaten Dairi Tahun 2015

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.

Perilaku
Menurut ensiklopedia Amerika, perilaku diartikan sebagai suatu reaksi

organisme terhadap lingkungannya yang berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila
ada suatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi (rangsangan), dengan demikian
suatu rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu.
Notoatmodjo (2012), juga berpendapat perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas
manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh
pihak luar. Skinner (1938) seorang ahli psikologi merumuskan bahwa perilaku
merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).
Namun dalam memberikan respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktorfaktor lain dari orang yang bersangkutan.
Dilihat dari respons terhadap stimulus tersebut, maka perilaku dapat
dibedakan menjadi dua :
1.

Perilaku Tertutup (covert behavior)


Respons yang terjadi dalam stimulus ini masih dibatasi perhatian, persepsi,
pengetahuan/ kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus
tersebut dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain .
2.

Perilaku Terbuka (overt behavior)

Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka .
Faktor-faktor yang membedakan respons terhadap stimulus yang berbeda
disebut determinan perilaku. Determinan perilaku dibedakan menjadi dua yaitu :
7
Universitas Sumatera Utara

8

1. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan yang
bersifat given atau bawaan, misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis
kelamin, dan sebagainya.
2. Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial,
budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini merupakan faktor

dominan yang mewarnai perilaku seseorang.
Dari penjelasan di atas dapat disebutkan bahwa perilaku itu terbentuk di
dalam diri seseorang dan dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu :
1.

Faktor eksternal, yaitu stimulus yang merupakan faktor dari luar diri

seseorang. Faktor eksternal atau stimulus adalah faktor lingkungan, baik lingkungan
fisik, maupun non-fisik dalam bentuk sosial, budaya, ekonomi maupun politik.
2.

Faktor internal, yaitu respon yang merupakan faktor dari dalam diri seseorang.

Faktor internal yang menentukan seseorang merespon stimulus dari luar dapat berupa
perhatian, pengamatan, persepsi, motivasi, fantasi, sugesti dan sebagainya.
Menurut Benyamin Bloom (1908) dalam Notoatmodjo (2012), seorang ahli
psikologi pendidikan membagi perilaku manusia itu kedalam tiga domain yaitu
kognitif, afektif, dan psikomotor. Dalam perkembangannya teori Bloom ini
dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan yakni pengetahuan, sikap,
dan tindakan.

2.1.1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang
terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan
sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan

Universitas Sumatera Utara

9

pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi
terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh diperoleh melalui
indra pendengaran (telinga), dan indra penglihatan (mata). Pengetahuan seseorang
terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda
2.1.2. Sikap (Attitude)
Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu,
yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak
senang, setuju-tidak setuju, baik - tidak-baik, dan sebagainya). Champell (1950)
mendefenisikan sangat sederhana, yakni: ”An individual’s attitude is syndrome of
response consistency with regard to object.” jadi jelas, disini dikatakan bahwa sikap
itu suatu sindroma atau kumpulan gejala dalam merespons stimulus atau objek,

sehingga sikap itu melibatkan pikiran,perasaan, perhatian,dan gejala kejiwaan yang
lain.
Newcomb, salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan, bahwa sikap
merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan
pelakksanaan motif tertentu. Dalam kata lain, fungsi sikap belum merupakan tindakan
(reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi perilaku (tindakan)
atau reaksi tertutup.
.
2.1.3

Praktik atau Tindakan ( Practice )
Suatu sikap belum tentu otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt

behavior). Agar terbentuknya suatu sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan
faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain fasilitas.

Universitas Sumatera Utara

10


Disamping faktor fasilitas juga diperlukan faktor dukungan (support) dari pihak lain
didalam tindakan atau praktik (Notoatmodjo, 2012).
Tingkatan-tingkatan praktik itu adalah :
a.

Respon terpimpin (guided response) adalah bila seseorang dapat melakukan

sesuatu sesuai urutan yang benar.
b.

Mekanisme (mechanism) adalah apabila seseorang melakukan sesuatu dengan

benar secara otomatis atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan.
c.

Adaptasi (adaptation) adalah suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang

dengan baik, artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran
tindakan tersebut.
2.2.


Perilaku Kesehatan
Menurut Skinner (1908) dalam Notoatmodjo (2012), perilaku kesehatan adalah

suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objeck yang berkaitan
dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta
lingkungan. Dari batasan itu maka perilaku kesehatan diklasifikasikan menjadi 3
(tiga) kelompok yaitu :
1.

Perilaku pemeliharaan kesehatan (Health mantanance)

Perilaku ini adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau
menjaga kesehatan agar tidak sakit atau usaha untuk menyembuhkan bilamana sakit.
2.

Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan

atau perilaku pencarian pengobatan (health seeking behavior)
Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita

penyakit atau kecelakaan.

Universitas Sumatera Utara

11

3.

Perilaku kesehatan lingkungan

Respon seseorang terhadap lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya,
dan sebagainya sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya.
Dengan perkataan lain, bagaimana seseorang mengelolah lingkungannya sehingga
tidak mengganggu kesehatan sendiri, keluarga, atau masyarakatnya. Misalnya
bagaimana mengelola pembuangan tinja, air minum, tempat pembuangan sampah,
pembuangan limbah dan sebagainya.
Becker (1979) membuat klasifikasi lain tentang perilaku kesehatan ini :
a.

Perilaku hidup sehat (healthy life style) yaitu perilaku-perilaku yang berkaitan

dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan
kesehatan atau pola/gaya hidup sehat. Yang mencakup antara lain :
1. Makan dengan menu seimbang (appropite diet). Menu seimbang di sini dalam
arti kualitas (mengandung zat-zat gizi yang di perlukan tubuh), dan kuantitas
dalam arti jumlahnya cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh (tidak kurang,
tetapi juga tidak lebih)
2. Olahraga teratur, juga mencakup kualitas (gerakan), dan kualitas dalam arti
frekuensi dalam waktu yang digunakan untuk olahraga atau aktivitas fisik
selain olahraga, tergantung dari usia dan status kesehatan yang bersangkutan.
3. Tidak merokok. Merokok adalah kebiasaan jelek yang mengakibatkan
berbagai macam penyakit.
4. Tidak meminum minuman keras dan narkoba (narkotika dan bahan-bahan
berbahaya lainnya) .

Universitas Sumatera Utara

12

5. Istirahat yang cukup. Dengan meningkatnya kebutuhan hidup akibat tuntutan
untuk penyesuaian dengan lingkungan modern, mengharuskan orang bekerja

keras dan berlebihan, sehingga waktu istirahat berkurang. Hal ini juga dapat
membahayakan kesehatan.
6. Mengendalikan stres. Stres akan terjadi oada siapa saja dan akibatnya
bermacam-macam bagi kesehatan. Kita harus dapat mengendalikan atau
mengelolah stres dengan kegiatan – kegiatan yang positif.
7. Perilaku atau gaya hidup yang positif bagi kesehatan. Misalnya: tidak
berganti-ganti pasangan dalam hubungan seks, penyesuaian diri dengan
lingkungan dan sebagainya.
b.

Perilaku sakit (illness behavior), mencakup respons seseorang terhadap sakit dan
penyakit , presepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang : penyebab dan gejala
penyakit, pengobatan penyakit, dan sebagainya.

c.

Perilaku peran sakit (the sick role behavior). Dari segi sosiologi orang sakit
mempunyai peran yang mencakup hak-hak orang sakit (right) dan kewajiban
sebagai orang sakit (obligation). Perilaku ini meliputi :
1. Tindakan memperoleh kesembuhan

2. Mengenal atau mengetahui fasilitas atau saran pelayanan/ penyembuhan
penyakit yang layak.
3. Mengetahui hak (misalnya: hak memperoleh perawatan) dan kewajiban orang
sakit

(memberitahukan penyakitnya kepada

orang lain terutama

dokter/petugas kesehatan, tidak menularkan penyakitnya kepada orang lain,
dan sebagainya).

Universitas Sumatera Utara

13

2.3.

Air Minum
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 492/MENKES/PER/IV/2010,


air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan
yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Jenis air minum
menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 907/MENKES/SK/VII/2002, meliputi:
1. Air yang didistribusikan melalui pipa untuk keperluan rumah tangga
2. Air yang didistribusikan melalui tangki air
3. Air Kemasan
4. Air yang digunakan untuk produksi bahan makanan dan minuman yang
disajikan kepada masyarakat.
Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 1990 mengelompokkan kualitas air
menjadi beberapa golongan menurut peruntukannya, antara lain :
1. Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung,
tanpa pengolahan terlebih dahulu.
2. Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum
3. Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan
peternakan.
4. Golongan D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, usaha
diperkotaan, industri, dan pembangkit listrik tenaga air.
2.3.1. Sumber Air Minum
Menurut Chandra (2007), air yang diperuntukkan bagi konsumsi manusia
harus berasal dari sumber yang bersih dan aman. Batasan - batasan sumber air yang
bersih dan aman tersebut antara lain :

Universitas Sumatera Utara

14

a. Bebas dari kontaminasi kuman atau bibit penyakit
b. Bebas dari substansi kimia yang berbahaya dan beracun.
c. Tidak berasa dan tidak berbau.
d. Dapat dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan domestik dan rumah tangga.
e. Memenuhi standar minimal yang ditentukan oleh WHO atau Departemen
Kesehatan.
Air yang terdapat dipermukaan bumi ini dapat berasal dari berbagai sumber.
Berdasarkan letak sumbernya, air dapat dibagi menjadi :
1.

Air Angkasa (Hujan)
Air angkasa atau air hujan merupakan sumber utama air dibumi. Walaupun

pada saat presipitasi merupakan air yang paling bersih, air tersebut cenderung
mengalami pencemaran ketika berada di atmosfer. Pencemaran yang berlangsung di
atmosfer itu dapat disebabkan oleh partikel debu, mikroorganisme, dan gas, misalnya,
karbon dioksida, nitrogen dan amonia.
2.

Air Permukaan
Air permukaan yang meliputi badan – badan air semacam sungai, danau,

telaga, waduk, rawa, air terjun dan sumur permukaan, sebagian besar berasal dari air
hujan yang jatuh kepermukaan bumi. Air hujan tersebut kemudian akan mengalami
pencemaran baik oleh tanah, sampah, maupun lainnya.
3.

Air Tanah
Air tanah (groundwater) berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi

yang kemudian mengalami perkolasi atau mengalami penyerapan ke dalam tanah dan
mengalami proses filtrasi secara alamiah. Proses – proses yang telah dialami air hujan

Universitas Sumatera Utara

15

tersebut, di dalam perjalanannya ke bawah tanah, membuat air tanah menjadi lebih
baik dan lebih murni dibandingkan air permukaan. Air tanah biasanya bebas dari
kuman penyakit dan tidak perlu mengalami proses purifikasi atau penjernihan serta
persediaannya cukup di sepanjang tahun, walaupun saat musim kemarau. Tetapi air
tanah juga mengandung zat – zat mineral dalam konsentrasi yang tinggi seperti
magnesium, kalsium, dan logam berat.
2.3.2. Syarat Kualitas Air Minum
Penyediaan air bersih, selain kualitasnya, kuantitasnya pun harus memenuhi
standart yang berlaku. Untuk pengelolaan air minum, harus diperiksa kualitas airnya
sebelum didistribusikan kepada masyarakat. Sebab, air baku belum tentu memenuhi
standart, maka sering dilakukan pengolahan air untuk memenuhi standart air minum.
Kualitas air yang digunakan sebagai air minum sebaiknya memenuhi persyaratan
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 492/Menkes/Per/IV/2010, meliputi :
1. Parameter wajib
a. Persyaratan Fisik.
Air yang berkualitas baik harus memenuhi persyaratan fisik yaitu, tidak berasa,
tidak berbau, dan tidak berwarna (maksimal 15 TCU), suhu udara maksimum ± 3ºC,
dan tidak keruh (maksimum 5 NTU)
b. Persyaratan mikrobiologi.
Syarat mutu air minum sangat ditentukan oleh kontaminasi kuman Escherichia
coli dan Total Bakteri Coliform, sebab keberadaan bakteri Escherichia coli
merupakan indikator terjadinya pencemaran tinja dalam air. Standar kandungan
Escherichia coli dan Total Bakteri Coliform dalam air minum 0 per 100 ml sampel.

Universitas Sumatera Utara

16

2. Parameter Tambahan
a. Persyaratan Kimia.
Air minum yang akan dikonsumsi tidak mengandung bahan – bahan kimia
(organik, anorganik, pestisida dan desinfektan) melebihi ambang batas yang telah
ditetapkan, sebab akan menimbulkan efek kesehatan bagi tubuh konsumen.
b. Persyaratan Radioaktivitas.
Kadar maksimum cemaran radioaktivitas dalam air minum tidak boleh melabihi
batas maksimum yang diperbolehkan.
2.4.

Depot Air Minum
Air minum isi ulang adalah air yang telah melalui proses pengolahan yang

berasal dari mata air dan telah melewati tahapan dalam membersihkan kandungan
airnya dari segala mikroorganisme pathogen tanpa harus dimasak sehingga air
tersebut dapat langsung diminum. Hal ini dapat dilakukan terus menerus
menggunakan gallon yang tetap. DAM adalah industry yang melakukan proses
pengolahan pada sumber air bak kemudian diolah menjadi air minum dan dijual
secara langsung kepada konsumsen (Deprindag,2004).
2.4.1. Regulasi Kesehatan Depot Air Minum
Regulasi

kesehatan

DAM

menurut

permenkes

RI

No.

736/Menkes/Per/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum, dalam permenkes
ini telah diatur berupa parameter persyaratan kualitas fisik, kima, biologi, dan
radioaktif untuk produk air minum isi ulang yang harus dipatuhi.
Kegiatan pengawasan yang dilakukan terhadap kualitas AMIU dilakukan oleh
Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten. Untuk pemeriksaan kualitas bakteriologi, air baku

Universitas Sumatera Utara

17

diperiksa minimal satu sampel tiga bulan sekali, air yang siap dimasukkan ke dalam
kemasan minimal satu sampel satu bulan sekali, serta air dalam kemasan minimal dua
sampel minimal satu bulan sekali.
2.4.2. Regulasi Perdagangan Depot Air Minum
Regulasi perdagangan menurut keputusan Menteri Perindustrian dan
Perdagangan RI No.651/MPP/Kep/10/2004, DAM harus memiliki izin operasi DAM
dilarang mengambil sumber air baku yang berasal dari PDAM dan harus berasal dari
mata air pegunungan yang bebas dari kontaminasi. DAM wajib melakukan
pemeriksaan kualitas air minum produknya minimal enam bulan sekali dan sesuai
dengan Permenkes RI No.736/Menkes/Per/IV/2010, proses disinfektan DAM
dilakukan menggunakan ozon atau peninaran UV (penggabungan kedua desifentak
lebih baik digunakan) karyawan menggunakan pakaian kerja, peralatan pengelolahan
dalam keadaan baik, konstruksi peralatan yang digunakan sesuai dengan standar
nasional, sanitasi lokasi dan area DAM terjaga kebersihannya.
2.5.

Higiene Sanitasi Depot Air Minum
Higiene dan sanitasi merupakan dua hal yang tak terpisahkan karena sangat

erat kaitannya. Prinsip-prinsip hygiene sanitasi makanan dan minuman adalah teori
praktis mengenai pengetahuan, sikap, dan perilaku manusia dalam menaati asas
kesehatan, asas kebersihan dan asas keamanan dalam menaati produk makanan atau
minuman (Depkes, 2006). Air dapat terkontaminasi oleh mikroorganisme penyebab
penyakit yang dihantarkan oleh air (waterborne disease) apabila praktek tidak
hygiene dan sanitasi tidak diikuti.

Universitas Sumatera Utara

18

Higiene dan sanitasi adalah upaya kesehatan untuk mengurangi atau
menghilangkan faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya pencemaran terhadap
air minum pada DAM (Depkes, 2006). Faktor - faktor yang dimaksud adalah cemaran
fisik, kimia, dan mikrobiologi. Contoh cemaran fisik seperti benda mati, getaran, atau
suhu yang dapat mempengaruhi kualitas air minum. Cemaran kimia seperti bahan
organik dan non-organik pada proses pengelolahan AMIU (air minum isi ulang).
Cemaran mikrobiologi seperti bakteri pathogen, virus, kapang atau jamur yang dapat
menimbulkan penyakit.
Sanitasi adalah membuat dan memelihara kondisi sehat higinenis. Sanitasi
dilakukan untuk mencegah adanya kontaminasi mikroorganisme yang dapat
menyebabkan penyakit bawaan air dan untuk meminimisasi cacat pada produk akibat
kontaminasi. Sanitasi efektif mengacu pada semua prsedur yang membantu untuk
tercapainya tujuan itu (Gravani & Marriot, 2006).
Hygiene sanitasi depot air minum meliputi (Depkes RI, 2006):
1. Lokasi
a. Lokasi depot air minum harus berada pada daerah yang bebas dari
pencemaran lingkungan
b. Tidak pada daerah yang tergenang air dan rawa, tempat pembuangan kotoran
dan sampah, penumpukan barang-barang bekas atau bahan berbahya dan
beracun (B3) dan daerah lain yang diduga dapat menimbulkan pencemaran
terhadap air.
2. Bangunan


Bangunan harus kuat, aman, mudah dibersihkan dan mudah pemeliharaannya.

Universitas Sumatera Utara

19



Tata ruang Depot Air Minum paling sedikit terdiri dari :
• Ruangan proses pengolahan.

• Ruangan tempat penyimpanan.

• Ruangan tempat pembagian/penyediaan.



• Ruang tunggu pengunjung
Lantai

Lantai Depot Air Minum harus memenuhi syarat sebagai berikut :




Bahan kedap air.
Permukaan rata, halus tetapi tidak licin, tidak menyerap debu dan mudah
dibersihkan.







Kemiringannya cukup untuk memudahkan pembersihan.
Selalu dalam keadaan bersih dan tidak berdebu.
Dinding
Dinding Depot Air Minum harus memenuhi syarat sebagai berikut :









Bahan kedap air.
Permukaan rata, halus, tidak menyerap debu dan mudah dibersihkan.
Warna dinding terang dan cerah.
Selalu dalam keadaan bersih, tidak berdebu dan bebas dari pakaian
tergantung.





Atas dan langit-langit
Atap bangunan harus halus, menutup sempurna dan tahan terhadap air dan
tidak bocor.

Universitas Sumatera Utara

20









Konstruksi atap dibuat anti tikus (rodent proof).
Bahan langit-langit, mudah dibersihkan dan tidak menyerap debu.
Permukaan langit-langit harus rata dan berwarna terang.
Tinggi langit-langit minimal 2,4 meter dari lantai.

f. Pintu






Bahan pintu harus kuat, tahan lama.
Permukaan rata, halus, berwarna terang dan mudah dibersihkan.
Pemasangannya rapi sehingga dapat menutup dengan baik.

g. Pencahayaan
Ruangan pengolahan dan penyimpanan mendapat penyinaran cahaya dengan
minimal 10-20 foot candle atau 100-200 lux.
h. Ventilasi
Untuk kenyamanan depot air minum harus diatur ventilasi yang dapatmenjaga
suhu yang nyaman dengan cara :






Menjamin terjadi peredaran udara yang baik.
Tidak mencemari proses pengolahan dan atau air minum.
Menjaga suhu tetap nyaman dan sesuai kebutuhan.

3. Akses Terhadap Fasilitas Sanitasi
Depot Air Minum sedikitnya harus memiliki akses terhadap fasilitas sanitasi
sebagai berikut :
a. Tempat cuci tangan yang dilengkapi dengan sabun pembersih dan saluran
limbah.

Universitas Sumatera Utara

21

b. Fasilitas sanitasi (jamban dan peturasan).
c. Tempat sampah yang memenuhi persyaratan.
d. Menyimpan contoh air minum yang dihasilkan sebagai sampel setiap
pengisian air.
4. Sarana Pengolahan Air Minum
a. Alat dan perlengkapan yang dipergunakan untuk pengolahan air minum harus
menggunakan peralatan yang sesuai dengan persyaratan kesehatan (food
grade) seperti :


















Pipa pengisian air baku
Tandon air baku
Pompa penghisap dan penyedot
Filter
Mikro filter
Kran pengisian air minum curah
Kran pencucian/pembilasan botol
Kran penghubung (hose)
Peralatan sterilisasi

Bahan sarana tidak boleh terbuat dari bahan yang mengandung unsur yang dapat larut
dalam air, seperti Timah Hitam (Pb), Tembaga (Cu), Seng (Zn), Cadmium (Cd).
b. Alat dan perlengkapan yang dipergunakan seperti mikro filter alat sterilisasi
masih dalam masa pakai (tidak kadaluarsa).

Universitas Sumatera Utara

22

5. Air Baku
a. Air baku adalah yang memenuhi persyaratan air bersih, sesuai dengan
Peraturan

Menteri

Kesehatan

No.

416/Menkes/Per/IX/1990

tentang

Syaratsyarat dan Pengawasan Kualitas Air.
b. Jika menggunakan air baku lain harus dilakukan uji mutu sesuai dengan
kemampuan proses pengolahan yang dapat menghasilkan air minum.
c. Untuk menjamin kualitas air baku harus dilakukan pengambilan sampel secara
periodik.
6. Air Minum
a. Air minum yang dihasilkan adalah harus memenuhi Keputusan Menteri
Kesehatan

No.

907/Menkes/SK/VII/2002

tentang

Syarat-syarat

dan

Pengawasan Kualitas Air Minum.
b. Pemeriksaan kualitas bakteriologis air minum dilakukan setiap kali pengisian
air baku.
c. Untuk menjamin kualitas air minum dilakukan pengambilan sampel secara
periodik.
7. Pelayanan Konsumen
a. Setiap wadah yang akan diisi air minum harus dalam keadaan bersih.
b. Proses pencucian botol dapat disediakan oleh pengusaha/pengelola air Depot
Air Minum.
c. Setiap wadah yang diisi harus ditutup dengan penutup wadah yang saniter.
d. Setiap air minum yang telah diisi harus langsung diberikan kepada pelanggan,
dan tidak boleh disimpan di DepotAir Minum.

Universitas Sumatera Utara

23

8. Pekerja
a. Pekerja harus sehat dan bebas dari penyakit menular.
b. Bebas dari luka, bisul, penyakit kulit dan luka lain yang dapat menjadi sumber
pencemaran.
c. Dilakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala (minimal 2 kali setahun).
d. Memakai pakaian kerja/seragam yang bersih dan rapi.
e. Selalu mencuci tangan setiap kali melayani konsumen.
f. Tidak berkuku panjang, merokok, meludah, menggaruk, mengorek hidung,
telinga atau gigi pada waktu melayani konsumen.
g. Telah memiliki Surat Keterangan telah mengikuti Kursus Operator Depot Air
Minum.
9. Pekarangan
a. Permukaan rapat air dan cukup miring sehingga tidak terjadi genangan.
b. Selalu dijaga kebersihannya.
c. Bebas dari kegiatan lain atau sumber pencemaran lainnya.
10. Pemeliharaan
a. Pemilik/Penanggungjawab dan operator wajib memelihara sarana yang
menjadi tanggungjawabnya.
b. Melakukan sistem pencatatan dan pemantauan secara ketat meliputi :
• Tugas dan kewajiban karyawan.

• Hasil pengujian laboratorium baik intern atau ekstern.

Universitas Sumatera Utara

24

• Data alamat pelanggan (untuk tujuan memudahkan investigasi dan
pembuktian).
Banyak yang digunakan untuk mengidentifikasi sumber kontaminasi melalui
zona pendekatan monitoring lingkungan. Teknik ini merupakan cara yang efektif
untuk mengidentifikasi titik-titik sumber masalah dan strategi kontrol sanitasi yang
efektif melalui penargetan sesuai dengan area yang diawasi. Zona 1 mewakili daerah
paling kritis untuk pembersihan dan sanitasi, terutama yang berhubungan dengan
kontak permukaan secara langsung dengan air seperti peralatan produksi dan
container air. Zona 2 meliputi pembersihan dan sanitasi tidak langsung seperti
peralatan atau personel karyawan (pekerja) dapat datang dan melakukan kontak
dengan Zona 1. Contoh permukaan kontak tidak langsung termasuk dengan bagian
bagian dari lingkungan depot seperti saluran pembuangan bilasan gallon, ventilasi,
AC , sistem peralatan, dan lain-lain. Zona 3 meliputi lantai, dinding, dan benda lain
yang berada di area pemrosesan produk. Sedangkan Zona 4 meliputi pemeliharaan
peralatan dan daerah yang jauh dari proses produksi seperti lorong, pintu masuk, dan
fasilitas kesejahteraan (Gravani & Marriot,2006).

Universitas Sumatera Utara

25

Gambar Zona Pendekatan Monitoring Lingkungan
Pekerja

Kontaminasi saluran
pernafasan (batuk/bersin)

Kontaminasi kulit dan
rambut

Kontaminasi saluran
pencernaan (feses) atau
tangan

Penyimpanan produk

Konsumsi produk

Water Borne disease

Gambar 2.1. Zona Pendekatan Monitoring Lingkungan
2.6.

Proses Produksi Depot Air Minum
Menurut Keputusan Menperindag RI Nomor 651/MPP/Kep/l0/2004 tentang

Persyaratan Teknis Depot Air Minum dan Perdagangannya, urutan proses produksi
air minum di depot air minum adalah sebagai berikut :
1.

Penampungan air baku dan syarat bak penampung
Air baku yang diambil dari sumbernya diangkut dengan menggunakan tangki

dan selanjutnya ditampung dalam bak atau tangki penampung (reservoir). Bak
penampung harus dibuat dari bahan tara pangan (food grade), harus bebas dari bahanbahan yang dapat mencemari air. Tangki pengangkutan mempunyai persyaratan yang
terdiri atas :

Universitas Sumatera Utara

26

a. Tangki khusus digunakan untuk air minum
b. Mudah dibersihkan serta di desinfektan dan diberi pengaman
c. Harus mempunyai manhole
d. Pengisian dan pengeluaran air harus melalui kran
e. Selang dan pompa yang dipakai untuk bongkar muat air baku harus diberi
penutup yang baik, disimpan dengan aman dan dilindungi dari kemungkinan
kontaminasi. Tangki, galang, pompa dan sambungan harus terbuat dari bahan
tara pangan (food grade), tahan korosi dan bahan kimia yang dapat
mencemari air. Tangki pengangkutan harus dibersihkan, disanitasi dan
desinfeksi bagian luar dan dalam minimal 3 (tiga) bulan sekali.
2.

Penyaringan bertahap terdiri dari :
a. Saringan berasal dari pasir atau saringan lain yang efektif dengan fungsi yang
sama. Fungsi saringan pasir adalah menyaring partikel-partikel yang kasar.
Bahan yang dipakai adalah butir-butir silica (SiO 2 ) minimal 80%.
b. Saringan karbon aktif yang berasal dari batu bara atau batok kelapa berfungsi
sebagai penyerap bau, rasa, warna, sisa khlor dan bahan organik. Daya serap
terhadap Iodine (I 2 ) minimal 75%.
c. Saringan/Filter lainnya yang berfungsi sebagai saringan halus berukuran
maksimal 10 (sepuluh) micron.

3. Desinfeksi
Desinfeksi dilakukan untuk membunuh kuman patogen. Proses desinfeksi
dengan menggunakan ozon (O 3 ) berlangsung dalam tangki atau alat pencampur ozon
lainnya dengan konsentrasi ozon minimal 0,1 ppm dan residu ozon sesaat setelah

Universitas Sumatera Utara

27

pengisian berkisar antara 0,06 - 0,1 ppm. Tindakan desinfeksi selain menggunakan
ozon, dapat dilakukan dengan cara penyinaran Ultra Violet (UV) dengan panjang
gelombang 254 nm atau kekuatan 2537°A dengan intensitas minimum 10.000 mw
detik per cm².
a. Pembilasan, Pencucian dan Sterilisasi Wadah
Wadah yang dapat digunakan adalah wadah yang terbuat dari bahan tara
pangan (food grade) dan bersih. Depot air minum wajib memeriksa wadah yang
dibawa konsumen dan menolak wadah yang dianggap tidak layak untuk digunakan
sebagai tempat air minum. Wadah yang akan diisi harus disanitasi dengan
menggunakan ozon (O 3 ) atau air ozon (air yang mengandung ozon). Bilamana
dilakukan pencucian maka harus dilakukan dengan menggunakan berbagai jenis
deterjen tara pangan (food grade) dan air bersih dengan suhu berkisar 60-85°C,
kemudian dibilas dengan air minum/air produk secukupnya untuk menghilangkan
sisa-sisa deterjen yang dipergunakan untuk mencuci.
b. Pengisian wadah dilakukan dengan menggunakan alat dan mesin serta
dilakukan dalam tempat pengisian yang hygienis.
2.7.

Pengaruh Air terhadap Kesehatan
Penggunaan air yang tidak memenuhi persyaratan dapat menimbulkan

terjadinya gangguan kesehatan. Gangguan kesehatan tersebut dapat berupa penyakit
menular maupun penyakit tidak menular. Penyakit menular yang disebarkan oleh air
secara langsung disebut penyakit bawaan air (waterborne diseases). Hal ini dapat
terjadi karena air merupakan media yang baik tempat bersarangnya bibit

Universitas Sumatera Utara

28

penyakit/agent. B eberapa penyakit bawaan air yang sering ditemukan di Indonesia
diantaranya:
a. Cholera adalah penyakit usus halus yang akut dan berat. Penyakit ini
disebabkan oleh bakteri vibrio Cholera. Gejala utamanya adalah muntaber,
dehidrasi, dan kolaps. Gejala khasnya adalah tinja yang menyerupai air cucian
beras.
b. Dysentrie amoeba disebabkan oleh protozoa bernama Entamoeba hystolytica.
Gejala utamanya adalah tinja yang tercampur darah dan lendir.
c. TypHus Abdominalis juga merupakan penyakit yang menyerang usus halus
dan penyebabnya adalah Salmonella typi. Gejala utamanya adalah panas yang
terus-menerus dengan taraf kesadaran yang menurun, terjadi 1-3 minggu
setelah infeksi.
d. Diare disebabkan oleh bakteri Coliform misalnya E. coli bersifat pathogen
dengan gejala kram perut, mual dan rasa tidak enak badan.

Universitas Sumatera Utara

29

2.8. Kerangka Teori
Faktor Internal :
- Umur
- Jenis Kelamin
- Pendidikan

Faktor Eksternal :
- Sumber Informasi
- Pembinaan
- Penyuluhan

Pengetahuan,
Sikap, dan
Tindakan

Lokasi

Bangunan

Akses terhadap
fasilitas sanitasi

Sarana
Pengolahan

Air Baku

Kualitas Air
Minum Isi
Ulang

Pelayanan
Konsumen

Pekerja

Pekarangan

Pemeliharaan

Universitas Sumatera Utara

30

2.9. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara
konsep-konsep yang ingin diamati atau di ukur melalui penelitian yang akan
dilakukan (Notoatmodjo, 2002). Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut.

Faktor Internal :
- Umur
- Pendidikan

Faktor Eksternal :
- Sumber Informasi
- Pembinaan
- Penyuluhan

Pengetahuan
Sikap
Tindakan

Perilaku Dalam
Menjaga Kualitas
Air Minum Isi
Ulang
Kerangka konsep di atas dapat dilihat bahwa yang mempengaruhi perilaku
pekerja dalam menjaga kualitas air minum isi ulang di pengaruhi oleh dua faktor
yaitu :
a. Faktor internal yang terdiri dari umur,jenis kelamin dan pendidikan pekerja
b. Faktor eksternal yang terdiri dari sumber informasi, pembinaan yang
dilakukan oleh dinas kesehatan dan penyuluhan dilakukan oleh petugas
puskesmas.

Universitas Sumatera Utara