Perilaku Pekerja Depot Air Minum Isi Ulang Dalam Menjaga Kualitas Air Minum Isi Ulang Kabupaten Dairi Tahun 2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Air merupakan salah satu kebutuhan yang lazim bagi setiap orang. Tanpa air,
berbagai proses kehidupan tidak dapat berlangsung (Pratiwi, 2007). Keterbatasan
penyediaan air tawar di bumi yakni hanya sekitar 0,3% dari seluruh jumlah
persediaan air yang ada, mengakibatkan sulit mempeeroleh air minum untuk
kebutuhan sehari-hari (Riris dan Inswiari,1988).
Air juga merupakan kebutuhan utama lebih dari segala kebutuhan lainnya
(pangan dan sandang). WHO mengatakan “seseorang dapat bertahan tanpa makan
selama seminggu. Sedangkan seseorang akan kehilangan nyawanya jika tidak minum
sama sekali selama 4 hari”. Selanjutnya juga dikatakan bahwa 1,2 milyar umat
manusia belum menerima air bersih berkualitas serta layak dan 2,9 milyar penduduk
dunia tidak memiliki sanitasi yang pantas juga wajar dengan dampak pembuangan
limbah manusia secara sembarangan yang bercampur menyatu bersama zat-zat
karsinogenik(senyawa karbon, SO3, NO, asab rokok) yang telah mengakibatkan 5
juta orang setiap tahunnya karena air yang tercemar. Dari 5 juta orang setiap
tahunnya yang meninggal, korban terbesar adalah anak-anak. WHO pada tahun 2002
juga mengatakan bahwa 80% penyakit di dunia berkaitan langsung dengan parahnya
pencemaran air seluas dunia.
Di perkirakan pada tahun 2025, jumlah penduduk yang kesulitan mendapat air
minum (drinking water) diperkirakan meningkat menjadi 2,3 miliar. Jumlah ini
seiring dengan pertumbuhan penduduk yang begitu pesat pada hampir semua negara.
1
Universitas Sumatera Utara
2
Wabah penyakit mematikan akan menjadi masalah yang sangat serius, terutama bagi
negara-negara miskin dan sedang berkembang. Dari hasil penelitian tiap tahunnya 2,2
juta orang meninggal karena diare, 1,1 juta karena malaria, 17.000 akibat kecacingan,
dan 15.000 akibat demam berdarah dari negara berkembang (Faizal, 2007).
Kondisi yang di hadapi indonesia saat ini, sekitar 80% atau 168 juta penduduk
indonesia belum medapatkan akses terhadap air bersih. Penyediaan air yang tidak
bersih menyebabkan penyebaran penyakit karena air adalah salah satu di antara
pembawa penyakit karena air adalah salah satu di antara pembawa penyakit yang di
sebabkan bakteri Escherichia Coli (E.Coli) yang berasal dari tinja. Supaya air yang
masuk ke tubuh tidak membawa mikroorganisme patogen, maka pengelolahan air
baik berasa dari sumber, jaringan distribusi diperlukan untuk mencegah terjadi
kontaminasi dengan kotoran sebagai sumber penyakit. Setiap tahun rata-rata 100.000
anak meninggal dunia dikarenakan bakteri E.coli di indonesia (Sutrisno dan
Suciastuti, 1987).
Penyediaan air bersih menjadi faktor penentu kesehatan dan kesejahteraan
sehingga dapat diminum secara langsung atau air harus dimasak terlebih dahulu agar
dapat diminum (Ian, 2008). Oleh karena itu, peningkatan kebutuhan masyarakat
terhadap air minum terutama di perkotaan mendorong tumbuh industri Air Minum
Dalam Kemasan (AMDK) dan usaha Depot Air Minum (DAM) isi ulang yang siap
melayani masyarakat. Depot air minum menawarkan alternatif memperoleh air
minum dengan harga yang relatif murah. Sebagai usaha yang baru banyak aspek yang
harus dikaji dan dipantau pada depot air minum isi ulang, terutama yang berkaitan
dengan kualitas air (Pratiwi, 2007).
Universitas Sumatera Utara
3
Air minum dalam kemasan dari pabrik telah diperiksa kualitasnya dan telah
mendapat izin dari badan POM tetapi depot air minum isi ulang masih kurang
kualitasnya dikarenakan belum ketatnya pengawasan dari Dinas Kesehatan Kab/Kota
dan tidak ada pengetahuan tentang hygine dan sanitasi depot air minum yang baik
dari pemilik dan pekerjanya. Air minum yang baik dapat didistribusikan kepada
masyarakat bila sudah memenuh syarat kualitas air minum yang aman untuk
dikonsumsi konsumen (Pakpahan, 2003).
Bersamaan dengan perkembangan teknologi pengelolahan air, sekitar tahun
1997 usaha depot air minum isi ulang masih dihitung belasan. Tahun 2005 jumlah
usaha depot air minum isi ulang menjadi 3.700 di seluruh Indonesia. Pada tahun 2006
bertambah menjadi 4.500 usaha depot air minum isi ulang di Indonesia. Kemudian,
pada tahun 2007 depot air minum isi ulang berkembang pesat menjadi 6.000 unit
(Sugiarsono, 2006).
Potensi berbagai wilayah di Indonesia untuk mengembangkan upaya depot air
minum isi ulang bervariasi meliputi : Jawa Timur (35%), Jawa Barat (27%), DKI
Jakarta (13%), Jawa Tengah (9%), Sumatera (5%), Bali dan NTB (5%), Kalimantan
(3%), lain-lain termasuk Papua (3%). Data tersebut memperlihatkan bahwa
perkembangan depot air minum isi ulang sangat pesat berkembang hingga 100%
setiap tahunnya (Pratiwi, 2007).
Bedasarkan Penelitian dari tim Peneliti IPB tahun 2003 dilakukan penelitian
terhadap 120 sampel air minum isi ulang di kota besar Indonesia. Sampel diambil dari
10 kota besar Indonesia yaitu Jakarta, Tanggerang, Bekasi, Bogor, Cikampek, Medan,
Denpasar, Yogyakarta, Semarang dan Surabaya. Hasil studi ini 16% dari sampel air
Universitas Sumatera Utara
4
minum depot isi ulang yang diperiksa terkontaminasi bakteri coliform. Bahkan 60%
dari sampel air minum tidak memenuhi sekurang-kurangnya satu parameter Standar
Nasional Indonesia (SNI) 01.35543-1996 yang dikeluarkan oleh Departemen
Peerindustrian dan Perdagangan serta Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
907/Menkes/Sk/VII/2002. Dengan demikian, dua pertiga dari sampel air minum
depot isi ulang, gagal memenuhi standar industri yang berlaku untuk produk air
minum dalam kemasan (Pakpahan, 2003).
Berdasarkan survei pendahulu di Kelurahan Batang Beru Kecamatan
Sidikalang peneliti menemukan 7 dari 10 orang yang diwawancarai mengalami
beberapa keluhan terhadap air minum depot isi ulang. Konsumen pernah menemukan
beberapa butir pasir dalam pesanan galon air minumnya, konsumen lain mengalami
diare setelah seminggu mengkonsumsi air minum isi ulang. Dari kejadian tersebut
memang tidak dapat dipastikan kejadian tersebut dipengaruhi kondisi hygine dari
depot air minum isi ulang yang tidak memenuhi persyaratan.
Diawal peneliti memperhatikan proses produksi terdapat beberapa pekerja yang
mencuci galon menggunakan air PDAM dan pada saat pengeringan isi galon masih
terdapat air sisa pencucian.
Kemudian peneliti juga melihat dalam survei awal bahwa para produsen tidak
memperhatikan proses pengambilan air hingga pengangkutan air sampai kepada
pengolahan air tersebut yang dilakukan oleh pekerja. Oleh karena itu, peneliti juga
ingin meneliti perilaku pekerja baik dalam menjaga kualitas air minum. Berdasarkan
permasalahan tersebut penulis tertarik untuk meneliti perilaku pekerja depot air
Universitas Sumatera Utara
5
minum isi ulang dalam menjaga kualitas air minum isi ulang di Kecamatan
Sidikalang Kabupaten Dairi tahun 2015.
1.2.
Perumusan Masalah
Dari uraian diatas dapat dirumuskan permasalahn yaitu bagaimana perilaku
pekerja depot air minum isi ulang dalam menjaga kualitas air minum isi ulang di
Kabupaten Dairi tahun 2015.
1.3.
Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui perilaku pekerja depot air minum isi ulang dalam menjaga
kualitas air minum isi ulang di Kabupaten Dairi tahun 2015.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui faktor internal pekerja depot air minum isi ulang dalam
menjaga kualitas air minum isi ulang yaitu umur dan pendidikan.
2. Untuk mengetahui tingkat faktor eskternal pekerja depot air minum isi ulang
dalam menjaga kualitas air minum isi ulang yaitu sumber informasi, pembinaan
dan penyuluhan.
3. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan pekerja depot air minum isi ulang
dalam menjaga kualitas air minum isi ulang.
4. Untuk mengetahui tingkat sikap pekerja depot air minum isi ulang dalam
menjaga kualitas air minum isi ulang.
5. Untuk mengetahui tingkat tindakan pekerja depot air minum isi ulang dalam
menjaga kualitas air minum isi ulang.
Universitas Sumatera Utara
6
1.4.
Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan untuk melakukan pengawasan
pada pekerja mengenai kebersihan air minum isi ulang.
2. Sebagai bahan informasi bagi pemilik depot air minum isi ulang maupun
pekerja untuk meningkatkan kualitas air minum isi ulang.
3. Untuk menambah/meningkatkan kemampuan penulis dalam menganalisa suatu
masalah dan berbagai pengalaman langsung dalam menambah wawasan dan
penerapan disiplin ilmu yang diperoleh.
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Air merupakan salah satu kebutuhan yang lazim bagi setiap orang. Tanpa air,
berbagai proses kehidupan tidak dapat berlangsung (Pratiwi, 2007). Keterbatasan
penyediaan air tawar di bumi yakni hanya sekitar 0,3% dari seluruh jumlah
persediaan air yang ada, mengakibatkan sulit mempeeroleh air minum untuk
kebutuhan sehari-hari (Riris dan Inswiari,1988).
Air juga merupakan kebutuhan utama lebih dari segala kebutuhan lainnya
(pangan dan sandang). WHO mengatakan “seseorang dapat bertahan tanpa makan
selama seminggu. Sedangkan seseorang akan kehilangan nyawanya jika tidak minum
sama sekali selama 4 hari”. Selanjutnya juga dikatakan bahwa 1,2 milyar umat
manusia belum menerima air bersih berkualitas serta layak dan 2,9 milyar penduduk
dunia tidak memiliki sanitasi yang pantas juga wajar dengan dampak pembuangan
limbah manusia secara sembarangan yang bercampur menyatu bersama zat-zat
karsinogenik(senyawa karbon, SO3, NO, asab rokok) yang telah mengakibatkan 5
juta orang setiap tahunnya karena air yang tercemar. Dari 5 juta orang setiap
tahunnya yang meninggal, korban terbesar adalah anak-anak. WHO pada tahun 2002
juga mengatakan bahwa 80% penyakit di dunia berkaitan langsung dengan parahnya
pencemaran air seluas dunia.
Di perkirakan pada tahun 2025, jumlah penduduk yang kesulitan mendapat air
minum (drinking water) diperkirakan meningkat menjadi 2,3 miliar. Jumlah ini
seiring dengan pertumbuhan penduduk yang begitu pesat pada hampir semua negara.
1
Universitas Sumatera Utara
2
Wabah penyakit mematikan akan menjadi masalah yang sangat serius, terutama bagi
negara-negara miskin dan sedang berkembang. Dari hasil penelitian tiap tahunnya 2,2
juta orang meninggal karena diare, 1,1 juta karena malaria, 17.000 akibat kecacingan,
dan 15.000 akibat demam berdarah dari negara berkembang (Faizal, 2007).
Kondisi yang di hadapi indonesia saat ini, sekitar 80% atau 168 juta penduduk
indonesia belum medapatkan akses terhadap air bersih. Penyediaan air yang tidak
bersih menyebabkan penyebaran penyakit karena air adalah salah satu di antara
pembawa penyakit karena air adalah salah satu di antara pembawa penyakit yang di
sebabkan bakteri Escherichia Coli (E.Coli) yang berasal dari tinja. Supaya air yang
masuk ke tubuh tidak membawa mikroorganisme patogen, maka pengelolahan air
baik berasa dari sumber, jaringan distribusi diperlukan untuk mencegah terjadi
kontaminasi dengan kotoran sebagai sumber penyakit. Setiap tahun rata-rata 100.000
anak meninggal dunia dikarenakan bakteri E.coli di indonesia (Sutrisno dan
Suciastuti, 1987).
Penyediaan air bersih menjadi faktor penentu kesehatan dan kesejahteraan
sehingga dapat diminum secara langsung atau air harus dimasak terlebih dahulu agar
dapat diminum (Ian, 2008). Oleh karena itu, peningkatan kebutuhan masyarakat
terhadap air minum terutama di perkotaan mendorong tumbuh industri Air Minum
Dalam Kemasan (AMDK) dan usaha Depot Air Minum (DAM) isi ulang yang siap
melayani masyarakat. Depot air minum menawarkan alternatif memperoleh air
minum dengan harga yang relatif murah. Sebagai usaha yang baru banyak aspek yang
harus dikaji dan dipantau pada depot air minum isi ulang, terutama yang berkaitan
dengan kualitas air (Pratiwi, 2007).
Universitas Sumatera Utara
3
Air minum dalam kemasan dari pabrik telah diperiksa kualitasnya dan telah
mendapat izin dari badan POM tetapi depot air minum isi ulang masih kurang
kualitasnya dikarenakan belum ketatnya pengawasan dari Dinas Kesehatan Kab/Kota
dan tidak ada pengetahuan tentang hygine dan sanitasi depot air minum yang baik
dari pemilik dan pekerjanya. Air minum yang baik dapat didistribusikan kepada
masyarakat bila sudah memenuh syarat kualitas air minum yang aman untuk
dikonsumsi konsumen (Pakpahan, 2003).
Bersamaan dengan perkembangan teknologi pengelolahan air, sekitar tahun
1997 usaha depot air minum isi ulang masih dihitung belasan. Tahun 2005 jumlah
usaha depot air minum isi ulang menjadi 3.700 di seluruh Indonesia. Pada tahun 2006
bertambah menjadi 4.500 usaha depot air minum isi ulang di Indonesia. Kemudian,
pada tahun 2007 depot air minum isi ulang berkembang pesat menjadi 6.000 unit
(Sugiarsono, 2006).
Potensi berbagai wilayah di Indonesia untuk mengembangkan upaya depot air
minum isi ulang bervariasi meliputi : Jawa Timur (35%), Jawa Barat (27%), DKI
Jakarta (13%), Jawa Tengah (9%), Sumatera (5%), Bali dan NTB (5%), Kalimantan
(3%), lain-lain termasuk Papua (3%). Data tersebut memperlihatkan bahwa
perkembangan depot air minum isi ulang sangat pesat berkembang hingga 100%
setiap tahunnya (Pratiwi, 2007).
Bedasarkan Penelitian dari tim Peneliti IPB tahun 2003 dilakukan penelitian
terhadap 120 sampel air minum isi ulang di kota besar Indonesia. Sampel diambil dari
10 kota besar Indonesia yaitu Jakarta, Tanggerang, Bekasi, Bogor, Cikampek, Medan,
Denpasar, Yogyakarta, Semarang dan Surabaya. Hasil studi ini 16% dari sampel air
Universitas Sumatera Utara
4
minum depot isi ulang yang diperiksa terkontaminasi bakteri coliform. Bahkan 60%
dari sampel air minum tidak memenuhi sekurang-kurangnya satu parameter Standar
Nasional Indonesia (SNI) 01.35543-1996 yang dikeluarkan oleh Departemen
Peerindustrian dan Perdagangan serta Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
907/Menkes/Sk/VII/2002. Dengan demikian, dua pertiga dari sampel air minum
depot isi ulang, gagal memenuhi standar industri yang berlaku untuk produk air
minum dalam kemasan (Pakpahan, 2003).
Berdasarkan survei pendahulu di Kelurahan Batang Beru Kecamatan
Sidikalang peneliti menemukan 7 dari 10 orang yang diwawancarai mengalami
beberapa keluhan terhadap air minum depot isi ulang. Konsumen pernah menemukan
beberapa butir pasir dalam pesanan galon air minumnya, konsumen lain mengalami
diare setelah seminggu mengkonsumsi air minum isi ulang. Dari kejadian tersebut
memang tidak dapat dipastikan kejadian tersebut dipengaruhi kondisi hygine dari
depot air minum isi ulang yang tidak memenuhi persyaratan.
Diawal peneliti memperhatikan proses produksi terdapat beberapa pekerja yang
mencuci galon menggunakan air PDAM dan pada saat pengeringan isi galon masih
terdapat air sisa pencucian.
Kemudian peneliti juga melihat dalam survei awal bahwa para produsen tidak
memperhatikan proses pengambilan air hingga pengangkutan air sampai kepada
pengolahan air tersebut yang dilakukan oleh pekerja. Oleh karena itu, peneliti juga
ingin meneliti perilaku pekerja baik dalam menjaga kualitas air minum. Berdasarkan
permasalahan tersebut penulis tertarik untuk meneliti perilaku pekerja depot air
Universitas Sumatera Utara
5
minum isi ulang dalam menjaga kualitas air minum isi ulang di Kecamatan
Sidikalang Kabupaten Dairi tahun 2015.
1.2.
Perumusan Masalah
Dari uraian diatas dapat dirumuskan permasalahn yaitu bagaimana perilaku
pekerja depot air minum isi ulang dalam menjaga kualitas air minum isi ulang di
Kabupaten Dairi tahun 2015.
1.3.
Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui perilaku pekerja depot air minum isi ulang dalam menjaga
kualitas air minum isi ulang di Kabupaten Dairi tahun 2015.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui faktor internal pekerja depot air minum isi ulang dalam
menjaga kualitas air minum isi ulang yaitu umur dan pendidikan.
2. Untuk mengetahui tingkat faktor eskternal pekerja depot air minum isi ulang
dalam menjaga kualitas air minum isi ulang yaitu sumber informasi, pembinaan
dan penyuluhan.
3. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan pekerja depot air minum isi ulang
dalam menjaga kualitas air minum isi ulang.
4. Untuk mengetahui tingkat sikap pekerja depot air minum isi ulang dalam
menjaga kualitas air minum isi ulang.
5. Untuk mengetahui tingkat tindakan pekerja depot air minum isi ulang dalam
menjaga kualitas air minum isi ulang.
Universitas Sumatera Utara
6
1.4.
Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan untuk melakukan pengawasan
pada pekerja mengenai kebersihan air minum isi ulang.
2. Sebagai bahan informasi bagi pemilik depot air minum isi ulang maupun
pekerja untuk meningkatkan kualitas air minum isi ulang.
3. Untuk menambah/meningkatkan kemampuan penulis dalam menganalisa suatu
masalah dan berbagai pengalaman langsung dalam menambah wawasan dan
penerapan disiplin ilmu yang diperoleh.
Universitas Sumatera Utara