Perlindungan Terhadap Industri Dalam Negeri Melalui Tindakan Imbalan (Countervailing Duties)

BAB II
SUBSIDI DALAM KERANGKA HUKUM PERDAGANGAN
INTERNASIONAL
D. Tinjauan Umum Tentang Subsidi
1. Pengertian dan Bentuk-Bentuk Subsidi
Subsidi adalah sebuah pembayaran oleh pemerintah untuk produsen,
distributor dan konsumen bahkan masyarakat dalam bidang tertentu. 29 Misalnya
untuk mencegah penurunan dari industri (misalnya, sebagai hasil dari operasi
yang tidak menguntungkan terus menerus) atau kenaikan harga produknya atau
hanya untuk mendorong untuk mempekerjakan tenaga kerja yang lebih (seperti
dalam kasus subsidi upah). Secara umum pengertian subsidi merupakan suatau
pemberian uang dari pemerintah yang dimaksudkan untuk membantu dan
mempergiat pekembangan usaha kelompok tani yang dianggap penting sekali bagi
kepentingan umum dan yang tidak sanggup berjalan tanpa bantuan pemerintah. 30
Subsidi dapat diartikan sebagai dana bantuan sosial yang merupakan
transfer uang atau barang yang diberikan kepada masyarakat. 31 Subsidi adalah
sebuah pembayaran oleh pemerintah untuk produsen, distributor dan konsumen
bahkan masyarakat dalam bidang tertentu. Misalnya untuk mencegah penurunan
dari industri (misalnya, sebagai hasil dari operasi yang tidak menguntungkan terus
menerus) atau kenaikan harga produknya atau hanya untuk mendorong untuk
mempekerjakan tenaga kerja yang lebih (seperti dalam kasus subsidi upah).


29

Huala Adolf dan A. Chandrawulan, Masalah-masalah Hukum Dalam Perdagangan
Internasional, (Bandung : Rajagrafindo Persada, 1995), hlm.64
30
Ibid., hlm.66
31
Ade Maman Suherman , Hukum Perdagangan Internasional (Lembaga Penyelesaian
Sengketa WTO dan Negara Berkembang), (Jakarta : Sinar Grafika, 2014), hlm.17

Universitas Sumatera Utara

Contohnya adalah subsidi ekspor untuk mendorong penjualan ekspor, subsidi
pada beberapa bahan makanan untuk menekan biaya hidup, subsidi harga Bahan
bakar minyak, dan subsidi pertanian untuk mendorong perluasan produksi
pertanian dan mencapai kemandirian dalam produksi pangan.
Subsidi dapat berbentuk kebijakan proteksionisme atau hambatan
perdagangan (trade barrier) dengan cara menjadikan barang dan jasa domestik
bersifat kompetitif terhadap barang dan jasa impor. Subsidi dapat dikategorikan

dengan berbagai macam cara, tergantung alasan di balik subsidi, pihak penerima,
dan sumber pembiayaan subsidi (dapat dari pemerintah, konsumen, penerimaan
pajak, dan lain-lain). 32
Menurut Syahyu Yulianto subsidi adalah cadangan keuangan dan sumbersumber daya lainnya untuk mendukung suatu kegiatan usaha atau kegiatan
perorangan oleh pemerintah. 33 Menurut Ida Bagus Wyasa Putra, Subsidi dapat
mendorong peningkatakan output produk-produk yang dibantu akan tetapi
mengganggu proses alokasi sumber daya domestik secara umum dan memberi
dampak yang merugikan terhadap perdagangan internasional. 34
Dari beberapa defenisi para ahli yang dikemukakan di atas maka dapat
disimpulkan bahwa subsidi :
a. Cadangan dari pemerintah untuk mendukung suatu kegiatan usaha perorangan.
b. Bantuan keuangan untuk menjaga ketahanan pangan masyarakat.

32

http://arimahfuddin.blogspot.co.id/2013/08/subsidi.html, diakses tanggal 05 Maret
2017 Pukul 10.00 Wib
33
Syahyu Yulianto, Hukum Antidumping di Indonesia. (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2004),
hlm.11.

34
Ida Bagus Wyasa Putra, Aspek-Aspek Hukum Perdata Internasional dalam Transaksi
Bisnis Internasional. (Bandung: Refika Aditama), hlm. 24.

Universitas Sumatera Utara

c. Merupakan bantuan dari non-pemerintah yang sering disebut sebagai
sumbangan.
Subsidi dapat dibedakan dalam dua bentuk yaitu subsidi dalam bentuk
uang (cash transfer) dan subsidi dalam bentuk barang atau subsidi innatura (in
kind subsidy).
a. Subsidi dalam bentuk uang
Subsidi bentuk ini diberikan oleh pemerintah kepada konsumen sebagai
tambahan penghasilan atau kepada produsen untuk dapat menurunkan harga
barang.
Keunggulan subsidi dalam bentuk uang kepada konsumen:
1) Lebih murah bagi pemerintah daripada subsidi dalam bentuk penurunan harga.
2) Memberikan kebebasan dalam membelanjakannya.
b.


Subsidi dalam Bentuk Barang
Subsidi dalam bentuk barang adalah subsidi yang dikaitkan dengan jenis

barang tertentu yaitu pemerintah menyediakan suatu jenis barang tertentu dengan
jumlah yang tertentu pula kepada konsumen tanpa dipungut bayaran atau
pembayaran dibawah harga pasar. Pengaruh subsidi innatura adalah: 35
a. Mengurangi jumlah pembelian untuk barang yang disubsidi tetapi konsumsi
total bertambah, misalkan pemerintah memberikan subsidi pangan tanpa harga
dengan syarat konsumen tidak boleh menjual kembali barang tersebut.
b. Tidak mengubah konsumsi total, hal ini terjadi jika pemerintah disamping
memberikan subsidi juga menarik pajak yang sama besarnya dengan subsidi.

35

Ibid, hlm.30.

Universitas Sumatera Utara

c. Konsumsi menjadi terlalu tinggi (overconsumption), hal ini terjadi jika jumlah
yang disediakan oleh pemerintah lebih besar daripada jumlah sesungguhnya

yang tersedia untuk dibeli konsumen, misalkan suatu keluarga dengan 2 (dua)
orang anak disubsidi rumah dengan 3 kamar tidur. Padahal kalau subsidi
dalam bentuk uang, keluarga itu hanya akan menggunakan rumah dengan 2
(dua) kamar tidur.
d. Konsumsi menjadi terlalu rendah (underconsumption), hal ini terjadi kalau
jumlah subsidi yang disediakan oleh pemerintah lebih kecil daripada jumlah
yang diharapkan oleh konsumen, misalkan pemerintah menyediakan rumah
bersubsidi tipe 36 dengan 2 kamar tidur saja padahal yang dibutuhkan
konsumen rumah dengan tipe 54 dengan 3 (tiga) kamar tidur.
Seperti disebutkan di atas bahwa subsidi merupakan salah satu issu utama
dalam sangkut pautnya dengan perdagangan internasional. Subsidi perananannya
sangat diperlukan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan di dalam
peraturan GATT.
Pengertian dari subsidi sendiri adalah setiap bantuan keuangan yang
diberika oleh pemerintah baik secara langsung maupun tidak langsung kepada
perusahaan , industri, ekportir atau setiap bentuk dukungan terhadap pendapatan
atau harga yang diberikan secara langsung atau tidak langsung untuk
meningkatkan eksport atau menurunkan import dari atau ke negara yang
berkembang. 36 Sedangkan menurut perjanjian subsidi yan terdapat dalam Pasal 1
ayat 1 Agrement on subsidies and Countervalling Measures, subsidi adalah


36

Huala Adolf dan A. Chandrawulan, Op.Cit, hlm.70

Universitas Sumatera Utara

kontribusi financial yang diberikan oleh pemerintah atau badan pemerintah atau
badan swasta yang ditunjuk oleh pemerintah yang melibatkan penyerahan dana
secara langsung (misalnya hibah, pinjaman, dan penyertaan) kemungkinan
pemindahan dan atau kewajiban secara langsung (misalkan jamnan utang) atau
pendapatan pemerintah yang seharusnya sudah dibayar menjadi hapus atau tidak
ditagih (misalkan intensif fiscal seperti kenringanan pajak) atau penyediaan
barang oleh pemerintah selain infrastruktur umum atau pembelian barang atau
pembayaran oleh pemerintah pada mekanisme pendanaan, dismping semua bentuk
income

dan

free


support

juga

merupakan

subsidi

bila

tindakan

itu

menguntungkan.
Perjanjian subsidi membagi subsidi ke dalam tiga kategori : 37
a. Subsidi yang dilarang (prohibited subsidies) yaitu subsidi-subsidi baik dalam
peraturan perundang-undangan atau dalam kenyataan yang dikaitkan dengan
kinerja eksport, atau subsidi yang dikaitkan sebagai persyaratan tunggal atau

sebagai beberapa persyaratan lain, dengan maksud mendahulukan barangbarang dalam negeri di atas barang barang import. Hal ini dilarang karena
akan mengakibatkan distorsi perdagangan internasional dan menggangu
perdagangan lain. Tindakan pemberian subsidi ini dapat dibawa ke Dispute
Setlement Body (DSB) WTO. Jika DSB memutuskan bahwa subsidi yang
diberikan termasuk ke dalam subsidi yang dilarang maka negara tersebut
diharuskan untuk segera mencabut aturannya mengenai subsidi. Jika tidak

37

Ratya Anindita Bisnis dan Perdagangan Internasional. (Yogyakarta : Andi Offset,
200), hlm. 44.

Universitas Sumatera Utara

dipatuhi maka negara penggugat boleh melakukan tindakan imbalan
(countervailing measures) karena akan merugikan industri domestik.
b. Subsidi yang dapat ditindak (actionable subsidies). Suatu negara harus dapat
membuktikan bahwa subsidi terhadap produk ekpor yang dilakukan negara
lain telah merugikan kepentingan negara pengimpor. Kalau tidak dapat
dibuktikan maka subsidi tersebut dapat diteruskan. Kerugian tersebut dibagi

dalam tiga jenis : kerugian yang dialami oleh industri domestik, kerugian yang
dialami oleh negara lainnya yang menjadi korban dalam kompetisi antara
negara lainnya yang bersaing di pasar negara ketiga dan kerugian yang dialami
oleh pengexpor karena negara pengimport menerapkan subsidi domestik. Jika
DSB WTO memutuskan bahwa subsidi yang diberikan memberikan efek
negative makaa subsidi tersebut harus dihapuskan.
c. Subsidi yang diperbolehkan (non actionable subsidies). Subsidi yang
termasuk di sini adalah subsidi non spesifik, subsidi yang khusus diberikan
untuk riset dan kegiatan pengembabgan, subsidi unutk daerah miskin yang
terbelakang dan bantuan yang ditujukan untuk proses adaptasi terhadap
peraturan mengenai lingkungan atau hukum baru. Subsidi jenis ini tidak dapat
diajukan ke DSB WTO dan tidak dapat dikenakan imbalan.
Subsidi eksport adalah pembayaran oleh pemerintah suatu negara
perusahaan untuk setiap produk yang dipasarkan ke luar negeri. Subsidi umum
digunakan, negara-negara selalu melakukan keinginan mereka untuk melakukan
subsidi dalam perdagangan dengan alasan dan propaganda dalam menunjang
exsport dan melindungi tenaga kerja, meskipun pada kenyataannnya terdapat jalan

Universitas Sumatera Utara


lain ntuk mencapai tujuan tersebut. Kendati subsidi ini menguntungkan bagi
negara yang melakukan import karena harga komoditas yang murah, namun juga
mempunyai efek negatif pada distribusi pendapatan. Ketika terjadi penurunan
harga pada konsumen, subsidi itu telah menjatuhkan tenaga kerja dan kerugian
dalam persaingan industri dengan adanya subsidi eksport.
2. Tujuan Subsidi
Tujuan Subsidi Menurut Habib Nazir dan Muhammad Hassanudin ada
bebarapa hal tujuan subsidi yaitu sebagai berikut: 38
a. Subsidi Produksi
Pemberian subsidi pada para pemasok oleh pemerintah untuk mendorong
mereka meningkatkan output dari produk tertentu yang tujuannya untuk
memperluas produksi beberapa poduk dengan harga rendah yang dianggap
sangat penting.
b. Subsidi ekspor
Pemberian subsidi oleh pemerintah untuk produk tertentu yang di ekspor atau
ekspor secara umum, sebagai suatu alat untuk membantu neraca pembayaan
negara selain itu, subsidi ekspor diberikan sebagai upaya peningkatan
perdagangan.
c. Subsidi pekerjaan
Pemberian subsidi pada upah oleh pemerintah sebagai suatu insentif pada

perusahaan-perusahaan untuk dapat member lebih banyak kesempatan kerja,
sehingga dapat menurunkan tingkat pengangguran dalam perekonomian.

38

Habib Nazir dan Muhammad Hasanuddin, Ensiklopedi Ekonomi dan
Syariah, (Bandung: Kaki Langit, 2004), hlm.29

Perbankan

Universitas Sumatera Utara

d. Subsidi Pendapatan
Pemberian subsidi pada masyarakat melalui system pembayaran transfer
pemerintah dalam usaha untuk memungkinkan mereka menikmati suatu
standart hidup minimum. Subsidi pendapatan diberikan oleh pemerintah aga
kesejahteraan

masyarakat

semakin

terjamin,

sehingga

perekonomian

diahrapkan dapat lebih lanjut.
H. Subsidi dan Hambatan Perdagangan Internasional
1. Pengertian

dan

Bentuk-Bentuk

Hambatan

Perdagangan

Internasional.
Manusia pada dasarnya tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya negara.
Setiap negara membutuhkan negara lain untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya
agar dapat hidup makmur dan sejahtera. Kerjasama dalam bentuk hubungan
dagang antar negara sangat dibutuhkan oleh setiap negara. Hal ini disebabkan
setiap negara tidak dapat menghasilkan semua barang dan jasa yang dibutuhkan
oleh rakyatnya. Selain itu, juga disebabkan adanya perbedaan sumber daya yang
dimiliki, iklim, letak geografis, jumlah penduduk, pengetahuan, dan teknologi.
Alasan-alasan inilah yang menyebabkan munculnya perdagangan internasional.
Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan suatu
negara dengan negara lain atas dasar saling percaya dan saling menguntungkan. 39
Perdagangan internasional tidak hanya dilakukan oleh negara maju saja, namun
juga negara berkembang. Perdagangan internasional ini dilakukan melalui
kegiatan ekspor impor. Ekspor adalah kegiatan menjual barang dan jasa dari
dalam negeri ke luar negeri. Adapun impor adalah kegiatan membeli barang dan

39

Ida Bagus Wyasa Putra, Op.Cit, hlm. 53

Universitas Sumatera Utara

jasa dari luar negeri ke dalam negeri. Dengan melakukan perdagangan
internasional melalui kegiatan ekspor impor, negara maju akan memperoleh
bahan-bahan baku yang dibutuhkan industrinya sekaligus dapat menjual
produknya ke negara-negara berkembang.
Sementara itu, negara berkembang dapat mengekspor hasil-hasil produksi
dalam

negeri

sehingga

memperoleh

devisa.

Negara

berkembang

juga

membutuhkan pinjaman dalam bentuk investasi dan modal yang dapat diperoleh
dari negara-negara maju. Devisa dan pinjaman dalam bentuk investasi dan modal
ini dapat digunakan negara berkembang untuk memajukan perekonomian dalam
negerinya
Perdagangan internasional adalah perdagangan yang di lakukan antar
negara atau pemerintah negara dengan negara lain yang menjalani suatu hubungan
perdagangan yang sesuai kesepakatan antar kedua belah pihak yang melakukan
perdagangan internasional tersebut.40
Menurut Setiawan bahwa perdaganan internasional adalah perdagangan
yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas
dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa antar
perseorangan (individu dengan individu), antara individu dengan pemerintah suatu
negara atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. 41
Setiap negara yang melakukan perdaganan dengan negara lain tentu akan
memperoleh manfaat bagi negara tersebut antara lain: 42

40

Ibid, hlm. 64
Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Op.Cit, hlm.7
42
Ibid¸ hlm.13

41

Universitas Sumatera Utara

a. Meningkatkan hubungan persahabatan antar negara.
Perdagangan antar negara dapat mewujudkan hubungan persahabatan. Jika
hubungan ini terjalin dengan baik, ia dapat meningkatkan hubungan
persahabatan antar negara-negara tersebut. Mereka dapat semakin akrab dan
saling membantu bulamana mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan.
b. Kebutuhan setiap negara dapat tercukupi.
Dengan perdagangan internasional, suatu negara yang masuk kekurangan
dalam memproduksi suatu barang dapat dipenuhi dengan mengimpor barang
dari negara yang mempunyai kelebihan hasil produksi. Sebaliknya negara
yang mempunyai kelebihan hasil produksi barang dapat mengekspor barang
tersebut ke negara yang kekurangan. Dengan demikain kebutuhan setiap
negara dapat tercukupi.
c. Mendororng kegiatan produksi barang secara meaksimal
Salah satu tujuan suatu negara perdaganan internasional adalah memprluas
pasar di luar negeri. Jika pasar luar negeri semakin luas, maka produksi dalam
negara terdorong semakin meningkat. Dengan demikian, para pengusaha
terdorong semakin menghasilkan barang produksi secara besar-besaran.
d. Mendorong kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
Perdagangan antar negara memungkinkan suatu negara untuk mempelajari
teknik produksi yang lebih efisien. Perdaganan luar negeri memunkinkan
negara terseut mengimpor mesin-mesin atau alat-alat modern untuk
melaksanakan teknik produksi dan cara produksi yang lebih baik. Dengan

Universitas Sumatera Utara

demikian, teknologi yang lebih modern dapat meningkatkan produktivitas dan
dapat mengadakan spesialisasi produksi.
e. Setiap negara dapat mengadakan spesialisasi produksi
Perdagangan internasional dapat mendorong setiap negara sumber daya alam,
tenaga kerja modal dan keahlian secara maksimal. Suatu negara yang memiliki
produk unggulan, dapat bersaing dengan produk dari luar negeri.
f. Memperluas lapangan kerja
Jika pasar luar negeri semakin meluas, maka barang atau jasa yang dihasilkan
juga semakin bertambah. Perningkatan hasil produksi meningkatkan
kebutuhan tenaga kerja bagi perushaan sehingga membukan kesempatan kerja
baru dan mengurangi pengangguran.
Menurut Marolop Tandjung, manfaat perdagangan internasional adalah
sebagai berikut : 43
a. Memperoleh barang yang tidak dapat diproduksi di negeri sendiri.
Banyak faktor-faktor yang memengaruhi perbedaan hasil produksi di setiap
negara. Faktor-faktor tersebut di antaranya : Kondisi geografi, iklim, tingkat
penguasaan iptek dan lain-lain. Dengan adanya perdagangan internasional,
setiap negara mampu memenuhi kebutuhan yang tidak diproduksi sendiri.
b. Memperoleh keuntungan dari spesialisasi
Sebab utama kegiatan perdagangan luar negeri adalah untuk memperoleh
keuntungan yang diwujudkan oleh spesialisasi. Walaupun suatu negara dapat
memproduksi suatu barang yang sama jenisnya dengan yang diproduksi oleh
43

Marolop Tandjung, Aspek dan Prosedur Ekspor-Impor. (Jakarta: Salemba Empat,
2011), hlm.31

Universitas Sumatera Utara

negara lain, tapi ada kalanya lebih baik apabila negara tersebut mengimpor
barang tersebut dari luar negeri.
c. Memperluas pasar dan menambah keuntungan
Terkadang, para pengusaha tidak menjalankan mesin-mesinnya (alat
produksinya) dengan maksimal karena mereka khawatir akan terjadi kelebihan
produksi, yang mengakibatkan turunnya harga produk mereka. Dengan adanya
perdagangan internasional, pengusaha dapat menjalankan mesin-mesinnya
secara maksimal, dan menjual kelebihan produk tersebut keluar negeri.
d. Transfer teknologi modern
Perdagangan luar negeri memungkinkan suatu negara untuk mempelajari
teknik produksi yang lebih efesien dan cara-cara manajemen yang lebih
modern.
Banyak faktor yang mendorong suatu negara melakukan perdagangan
internasional, di antaranya sebagai berikut : 44
a. Untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa dalam negeri
b. Keinginan memperoleh keuntungan dan meningkatkan pendapatan negara
c. Adanya perbedaan kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi
dalam mengolah sumber daya ekonomi
d. Adanya kelebihan produk dalam negeri sehingga perlu pasar baru untuk
menjual produk tersebut.
e. Adanya perbedaan keadaan seperti sumber daya alam, iklim, tenaga kerja,
budaya, dan jumlah penduduk yang menyebabkan adanya perbedaan hasil
produksi dan adanya keterbatasan produksi.

44

Ibid, hlm. 33.

Universitas Sumatera Utara

f. Adanya kesamaan selera terhadap suatu barang.
g. Keinginan membuka kerja sama, hubungan politik dan dukungan dari negara
lain.
h. Terjadinya era globalisasi sehingga tidak satu negara pun di dunia dapat hidup
sendiri.
Perdagangan internasional bukan hanya bermanfaat di bidang ekonomi
saja. Manfaatnya di bidang lain pada masa globalisasi ini juga semakin terasa.
Bidang itu antara lain politik, sosial, dan pertahanan keamanan. Di bidang
ekonomi, perdagangan internasional dilakukan semua negara untuk memenuhi
kebutuhan rakyatnya. Negara dapat diibaratkan manusia, tidak ada manusia yang
dapat hidup sendiri, tanpa bantuan orang lain. Begitu juga dengan negara, tidak
ada negara yangdapat bertahan tanpa kerja sama dengan negara lain. Negara yang
dahulu menutup diri dari perdagangan internasional, sekarang sudah membuka
pasarnya. Misalnya, Rusia, China, danVietnam. Perdagangan internasional juga
memiliki fungsi sosial. Misalnya, ketika harga bahan pangan dunia sangat tinggi.
Negara-negara penghasil beras berupaya untuk dapat mengekspornya. Di samping
memperoleh keuntungan, ekspor di sini juga berfungsi secara sosial. Jika krisis
pangan dunia terjadi, maka dapat berakibat pada krisis ekonomi. Akibat
berantainya akan melanda ke semua negara. Pada era globalisasi ini banyak
muncul perusahaan multi nasional. Perusahaan sepertiini sahamnya dimiliki oleh
beberapa orang dari beberapa negara. Perusahaan multi nasional dapat
mempererat hubungan sosial antar bangsa. Di dalamnya banyak orang dari
berbagai negara saling bekerja sama, maka terjadilah persabatan di antara mereka.

Universitas Sumatera Utara

Perdagangan internasional juga bermanfaat di bidang politik. Perdagangan antar
negara dapat mempererat hubungan politik antar negara. Sebaliknya, hubungan
politik juga dapat mempererat hubungan dagang. Perdagangan internasional juga
berfungsi untuk pertahanan keamanan. Misalnya, suatu negara non nuklir mau
mengembangkan senjata nuklir. Negara ini dapat ditekan dengan dikenai sanksi
ekonomi. Artinya, negara lain tidak diperbolehkan menjalin hubungan dagang
dengan negara tersebut. Biasanya upaya seperti ini harus dengan persetujuan PBB.
Perdagangan internasional juga terkait dengan pertahanan suatu negara.
Setiap negara tentu membutuhkan senjata untuk mempertahankan wilayahnya.
Padahal, tidak semua negara mampu memproduksi senjata, maka diperlukan
impor senjata. Untuk mencegah perdagangan barang-barang yang membahayakan,
diperlukan kerjasama internasional. Barang yang membahayakan tersebut
misalnya senjata gelap, obat-obatan terlarang, hewan langka, ternak yang
membawa penyakit menular, dan sebagainya. Untuk kepentingan inilah
pemerintah semua negara memiliki bea cukai. Instansi ini dibentuk pemerintah
suatu negara untuk memeriksa barang-barang dan bagasi ketika memasuki suatu
negara. Pemeriksaan ini diperlukan untuk melihat apakah pajaknya telah dibayar.
Pemeriksaan juga untuk mengecek barang-barang tersebut barang selundupan
ataupun barang terlarang atau tidak.
Prakteknya terdapat berbagai hambatan dalam berlangsung dan terjadinya
perdagangan internasional. Dilihat dari manfaat perdagangan internasional itu tak
luput dari hambatan-hambatan sehingga banyak perdagangan internasional tak
terjadi karena hal tersebut. Banyak yang membuat perdagangan internasional

Universitas Sumatera Utara

semakin diminati oleh negara-negara terlihat dari dampak positif perdagangan
internasional itu sendiri yang jika dibandingkan dengan dampak negatif dari
perdagangan internasional itu sendiri, perbedaannya terlihat bahwa dampak positif
lebih menguntungkan ketimbang dengan dampak negatif, yang tak terlalu
merugikan. Perdagangan Internasional memiliki banyak manfaat, namun dalam
pelaksanaannya tidak lepas dari hambatan. Adapun hambatan dalam perdagangan
internasional antara lain :

45

a. Kebijakan Proteksionisme
Kebijakan proteksionisme adalah suatu kebijakan yang diarahkan untuk
melindungi produsen yang berada didalam negeri itu sendiri. Kebijakan ini
sebenarnya sah-sah saja kalau bertujuan untuk melindungi industri dalam
negeri yang masih baru (infant industry) dan memang butuh perlindungan.
Kebijakan kurang tetap jika hanya sekedar melindungi produsen dalam negeri
yang cenderung kurang efisien dan kalah bersaing dengan produk-produk
impor yang biasanya harganya lebih rendah dengan mutu yang lebih baik.
b. Prosedur perdagangan internasional yang rumit dan berbelit-belit.
Perdagangan internasional harus melalui prosedur/proses yang rumit dan
berbelit-belit mulai dari proses perizinannya, pemeriksaan, pengepakan,
pengiriman, dan terakhir sampai penerimaan oleh negara yang pengimpor.
Rumitnya prosedur tersebut menjadikan tidak semua pengusaha/pedagang
mampu menjadi pelaku dalam perdagangan internasional.

45

Ibid., hlm.40

Universitas Sumatera Utara

c. Produk yang tidak memenuhi standar mutu internasional
Produk yang dapat masuk di pasaran internasional biasanya dituntut untuk
dapat memenuhi standar kualitas. Kenyataannya masih banyak produk yang
dihasilkan suatu negara belum mampu

memenuhi standar kualitas,

dikarenakan kurangnya peralatan, teknologi, maupun juga tenaga ahli.
Beberapa standar mutu yang ditentukan dalam perdagangan internasional
yaitu dengan memberikan sertifikat tertentu pada produk-produk yang sudah
memenuhi persyaratan untuk dijual di pasar internasional seperti International
Standard Organization (ISO), misal ada sertifikat ISO 9001, ISO 9002, ISO
14000 dan masih banyak lagi. Adanya persyaratan standar yang ketat
menyebabkan banyak negara yang produknya belum dapat masuk dalam
perdagangan internasional.
d. Adanya persaingan ketat antarnegara
Adanya

persamaan

produk

yang

dihasilkan

oleh

beberapa

negara

menyebabkan antara negara satu dengan yang lain ketat untuk masuk ke
pasaran internasional. Bagi negara yang telah mampu menghasilkan produk
yang lebih berkualitas dengan harga yang lebih murah tentu hal ini bukanlah
menjadi permasalahan. Akan ettapi bagi negara yang tidak memiliki
kemampuan dan keahlian itu, yang akan menjadikan produknya tidak mampu
menembus pasar internasional.
e. Ketegangan di bidang politik dan militer
Perdagangan internasional akan terganggu bila di antara keduan egara yang
mengadakan hubungan dagang tersebut timbul masalah di bidang politik dan

Universitas Sumatera Utara

militer, misalnya perang, invasi ke negara lain, sengketa perbatasan, ikut
campur tangan urusan dalam negeri dan lainnya. 46
Menurut Sutiono bahwa bentuk-bentuk hambatan perdangangan antara
lain:
a. Tarif atau bea cukai.
Tarif adalah pajak produk impor. Istilah bea cukai terdiri dari 2 kata: bea
dan cukai. Meski secara harfiah mirip, secara istilah keduanya memiliki arti
masing-masing. Bea berasal dari bahasa Sansekerta, bea berarti ongkos. Bea
dipakai sebagai istilah ongkos barang yang keluar atau masuk suatu negara, yakni
bea masuk dan bea keluar. Instansi pemungutnya disebut pabean. Hal-hal yang
terkait dengannya disebut kepabeanan. Secara istilah, kepabeanan berarti segala
sesuatu yang terkait dengan pengawasan atas lalu lintas barang antar negara.
Secara filosofis dan historis memang demikian. 47
Filosofi adanya pabean memang pengawasan. Naluri pertahanan suatu
negara atau entitas kekuasaan tentu akan melakukan pengawasan terhadap apapun
yang masuk ke dalam wilayahnya. Tentu sang penguasa tidak ingin di wilayah
kekuasaannya dimasuki barang-barang yang dapat mengancam kekuasaannya.
Senjata atau mesiu misalnya. Atau barang yang dapat meracuni masyarakatnya,
seperti alkohol atau candu. Dalam pada itu, sang penguasa juga ingin menciptakan
stabilitas ekonomi, dengan kontrol pasar, sekaligus meraup pendapatan. Di sinilah

46

Sutiono, Hambatan Perdagangan Internasional”,
diakses tanggal 05 Maret 2017 Pukul 10.00 Wib
47
Ibid.

http://www.artikelsiana.com,.html,

Universitas Sumatera Utara

bea dipungut. Kesemuanya, tentu, demi melindungi kepentingan nasional masingmasing.
Fungsi filosofis historis tadi tetap dipakai hingga kini di seluruh dunia.
Dengan tetap bertujuan melindungi kepentingan nasional masing-masing, ada
negara yang lebih menggunakan pabean sebagai alat pertahanan, ada yang
cenderung ke finansial. Oleh karenanya, banyak negara yang menjadikan pabean
sebagai institusi militer atau keamanan, tak sedikit pula yang menjadikannya di
bawah departemen yang mengurusi keuangan.
b. Kuota.
Kuota membatasi banyak unit yang dapat diimpor untuk membatasi
jumlah barang tersebut di pasar dan menaikkan harga. Kuota adalah pembatasan
secara fisik terhadap barang-barang yang diperdagangkan secara Internasional.
Kuota impor adalah pembatasan jumlah fisik yang masuk ke dalam negeri dan
Kuota ekspor adalah pembatasan jumlah fisik barang-barang yang diekspor ke
luar negeri. Sama halnya dengan tarif, kuota juga di bagi menjadi beberapa
bagian, antara lain :
1) Absolute atau unilateral kuota adalah pembatasan yang hanya di lakukan
untuk negara sepihak, tidak melalui persetujuan dengan negara lain.
2) Negotiated atau bilateral kuota adalah kuota yang besar kecilnya ditentukan
berdasarkan persetujuan dengan 2 negara atau lebih.
3) Tarif kuota adalah gabungan antara tarif dan Kuota. Suatu barang yang
dimasukkan ke dalam negeri melebihi jumlah yang telah ditargetkan, maka
tarifnya akan menjadi lebih mahal.

Universitas Sumatera Utara

4) Mixing kuota adalah pembatasan penggunaan bahan mentah yang diimpit pada
proporsi tertentu dalam memproduksi barang.
c. Kualitas sumber daya yang rendah
Rendahnya kualitas tenaga kerja dapat menghambat perdagangan
internasional. Hal ini terjadi jika sumber daya manusia rendah, maka kualitas dari
hasil produksi akan rendah pula. Negara yang memiliki kualitas barang rendah,
akan sulit bersaing dengan barang-barang yang dihasilkan oleh negara lain yang
kualitasnya lebih baik. Hal ini tentunya menjadi penghambat bagi negara yang
bersangkutan untuk melakukan perdagangan internasional.
d. Pembayaran antarnegara sulit dan risikonya besar
Pada saat melakukan kegiatan perdagangan internasional, negara
pengimpor akan mengalami kesulitan dalam hal pembayaran. Apabila
membayarnya dilakukan secara langsung akan mengalami kesulitan. Selain itu,
juga mempunyai risiko yang besar. Oleh karena itu negara pengekspor tidak mau
menerima pembayaran dengan tunai, akan tetapi melalui kliring internasional atau
telegraphic transfer atau menggunakan L/C.
e. Adanya kebijaksanaan impor dari suatu negara
Setiap negara tentunya akan selalu melindungi barang-barang hasil
produksinya sendiri. Mereka tidak ingin barang-barang produksinya tersaingi oleh
barang-barang dari luar negeri. Oleh karena itu, setiap negara akan
memberlakukan kebijakan untuk melindungi barang-barang dalam negeri. Salah
satunya dengan menetapkan tarif impor. Apabila tarif impor tinggi maka barang
impor tersebut akan menjadi lebih mahal daripada barang-barang dalam negeri
sehingga mengakibatkan masyarakat menjadi kurang tertarik untuk membeli

Universitas Sumatera Utara

barang impor. Hal itu akan menjadi penghambat bagi negara lain untuk
melakukan perdagangan.
f. Terjadinya perang
Terjadinya perang dapat menyebabkan hubungan antarnegara terputus.
Selain itu, kondisi perekonomian negara tersebut juga akan mengalami kelesuan.
Sehingga hal ini dapatmenyebabkan perdagangan antarnegara akan terhambat.
g. Adanya organisasi-organisasi ekonomi regional
Biasanya dalam satu wilayah regional terdapat organisasiorganisasi
ekonomi. Tujuan organisasi-organisasi tersebut untuk memajukan perekonomian
negara-negara anggotanya. Kebijakan serta peraturan yang dikeluarkannya pun
hanya untuk kepentingan negara-negara anggota. Sebuah organisasi ekonomi
regional akan mengeluarkan peraturan ekspor dan impor yang khusus untuk
negara anggotanya. Akibatnya apabila ada negara di luar anggota organisasi
tersebut melakukan perdagangan dengan negara anggota akan mengalami
kesulitan.
h. Politik dumping
Politik Dumping adalah bilamana menjual suatu barang yang dinilainya
lebih tinggi dari harga beli, bila dijual di luar negeri maupun dalam negeri tetap
mendapat untung. Adapun beberapa motif dari politik dumping, yaitu antara lain:
2) Barang-barang yang diminati oeh negara asal, supaya dapat terjual di luar
negeri.
3) Berebut pasaran Luar negeri.
4) Memperkenalkan suatu produk dalam negri ke negara lain.

Universitas Sumatera Utara

i.

Perbedaan mata uang
Pada umumnya mata uang setiap negara berbeda-beda. Perbedaan inilah

yang dapat menghambat perdagangan antarnegara. Negara yang melakukan
kegiatan ekspor, biasanya meminta kepada negara pengimpor untuk membayar
dengan menggunakan mata uang negara pengekspor. Pembayarannya tentunya
akan berkaitan dengan nilai uang itu sendiri. Padahal nilai uang setiap negara
berbeda-beda. Apabila nilai mata uang negara pengekspor lebih tinggi daripada
nilai mata uang negara pengimpor, maka dapat menambah pengeluaran bagi
negara pengimpor. Dengan demikian, agar kedua negara diuntungkan dan lebih
mudah proses perdagangannya perlu adanya penetapan mata uang sebagai standar
internasional..
Hambatan perdagangan mengurangi efisiensi ekonomi, karena masyarakat
tidak dapat mengambil keuntungan dari produktivitas negara lain. Pihak yang
diuntungkan dari adanya hambatan perdangan adalah produsen dan pemerintah.
Produsen

mendapatkan proteksi dari hambatan perdagangan,

sementara

pemerintah mendapatkan penghasilan dari bea-bea.
Argumen untuk hambatan perdangan antara lain perlindungan terhadap
industri dan tenaga kerja lokal. Dengan tiadanya hambatan perdangan, harga
produk dan jasa dari luar negeri akan menurun dan permintaan untuk produk dan
jasa lokal akan berkurang. Hal ini akan menyebabkan matinya industri lokal
perlahan-lahan. Alasan lain yaitu untuk melindungi konsumen dari produk-produk

Universitas Sumatera Utara

yang dirasa tidak patut dikonsumsi, contoh: produk-produk yang telah diubah
secara genetika.
2.

48

Dampak Subsidi dalam Perdagangan Internasional
Subsidi adalah pembayaran yang dilakukan pemerintah kepada perusahaan

atau rumah tangga untuk mencapai tujuan tertentu yang membuat mereka dapat
memproduksi atau mengkonsumsi suatu produk dalam kuantitas yang lebih besar
atau pada harga yang lebih murah. 49 Dalam konteks subsidi yang diberikan
kepada produsenakan berdampak pada pengurangan biaya produksi yang
ditanggung produsen, yang selanjutnya akan menurunkan harga barang tersebut di
pasar.
Penurunan harga akan memberikan keuntungan kepada konsumen. 50 Besar
kecilnya penurunan harga akibat subsidi selain ditentukan oleh elastisitas
permintaan dan penawaran, juga ditentukan oleh struktur pasar dari barang
tersebut. Oleh karenanya, kebijakan pemerintah dalam pemberian subsidi
produksi yang

berorientasi pada kesejahteraan konsumen selain

harus

memperhatikan karakteristik/elastisitas permintaan dan penawaran, juga perlu
memperhatikan struktur pasar dari barang tersebut.
Sebagai suatu tempat atau proses interaksi antara permintaan (pembeli)
dan penawaran (penjual) dari suatu barang/jasa tertentu, pasar dapat menetapkan
harga keseimbangan (harga pasar) dan jumlah yang diperdagangkan. Dalam

48

http://amuhni.blogspot.co.id/2011/04/hambatan-hambatan-dalam-perdagangan.html,
diakses tanggal 05 Maret 2017 Pukul 10.00 Wib
49
http://online-journal.ac.id/index.php/humaniora/article/ diakses tanggal 05 April 2017
Pukul 10.00 Wib.
50
Ibid

Universitas Sumatera Utara

konteks ini, tingkah laku perusahaan (penjual) dan pembeli banyak ditentukan
oleh struktur pasar dimana proses interaksi tersebut terjadi.
Setelah berjalan lebih dari empat dasawarsa, subsidi ternyata menimbulkan
dampak negatif baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung. Dampak
negatif yang cukup menonjol adalah : 51
1. Dualisme pasar.
2. Industri tidak berkembang secara optimal
3. Biaya lebih besar dari manfaat.
Dualisme pasar antara bersubsidi dan non subsidi menimbulkan disparitas
harga yang cukup besar antara HET dan harga pasar. Kebijakan subsidi juga
menimbulkan dualisme pasar antara pasar domestik dan pasar internasional.
Disparitas harga yang tinggi antara harga di pasar domestik dan di pasar
internasional mendorong terjadinya penyelundupan atau ekspor secara illegal. 52
Di samping menimbulkan dampak negatif, kebijakan subsidi juga
berdampak positif terhadap pembangunan. Secara umum subsidi berdampak
positif terhadap: 53
1. Peningkatan modal.
Dampak positif pertama yang bersifat langsung dari subsidi adalah
meningkatnya ketersediaan modal. Dengan harga yang disubsidi, sebagian
modal yang seharusnya digunakan untuk membeli kebutuhan industri dapat
dialokasikan untuk membeli input yang lain

51

Nazir Habib dan Muhammad Hasanuddin Op.Cit, hlm.77
Ibid.
53
Ibid. hlm.79
52

Universitas Sumatera Utara

2. Pengembangan pasar yang sebelumnya belum berfungsi sehingga menekan
biaya distribusi
Subsidi dapat mengatasi pasar yang belum bekerja secara efisien atau terjadi
kegagalan pasar (market failure). Struktur pasar yang kurang kompetitif,
asimetri kekuatan informasi antara penjual dan pembeli sehingga margin
keuntungan serta biaya distribusi yang tinggi, dapat ditekan dengan kebijakan
subsidi.
3. Adopsi teknologi dengan mengurangi risiko dalam pembelajaran teknologi
baru, meningkatkan efektivitas penyuluhan, dan organisasi.
Subsidi adalah mendorong adopsi teknologi. Dengan adanya subsidi tidak
khawatir menggunakan teknologi baru.
4. Peningkatan produktivitas
Dengan adanya subsidi, maka produktivitas akan lebih dapat ditingkatkan.
5. Perbaikan pendapatan.
Pemberian subsidi pada masyarakat melalui system pembayaran transfer
pemerintah dalam usaha untuk memungkinkan mereka menikmati suatu
standart hidup minimum dan meningkatkan pendapatan masyarakat.
B. Subsidi dalam Kerangka Hukum Perdagangan Internasional
1. Sumber Hukum Pengaturan Subsidi dalam Hukum Perdagangan
Internasional.
Hubungan perdagangan antar negara yang dikenal dengan perdagangan
internasional mengalami perkembangan yang pesat dari waktu ke waktu.
Dinamika perdagangan internasional diikuti dengan berbagai permasalahan yang

Universitas Sumatera Utara

kompleks sebagai konsekuensi dari suatu hubungan perdagangan yang wajar
terjadi dalam dunia bisnis. Ciri khas perdagangan internasional adalah adanya
hubungan dagang yang dilakukan antar lintas batas-batas negara yang dilakukan
oleh para pelaku usaha dengan mengikuti suatu sistem tertentu dan spesifik. Jika
berbicara tentang perdagangan internasional, hal itu tidak akan lepas dari
eksistensi suatu sistem. Dalam perdagangan internasional, eksistensi suatu sistem
merupakan patron yang membentuk dan mengarahkan kegiatan-kegiatan
perdagangan ke dalam tujuan-tujuan tertentu yang diinginkan. 54
Dalam upaya membangun hubungan perdagangan lintas negara yang
tertib, perlu dibuat ketentuan-ketentuan yang berupa aturan-aturan hukum yang
bersifat mengatur yang diterima sebagai suatu kesepakatan bersama yang
bertujuan menjamin agar terciptanya suatu perdagangan yang fair. Aturan hukum
yang dimaksud berfungsi sebagai acuan (guidance) yang berlaku secara umum
yang harus ditaati dan diawasi dan diberlakukan secara tegas untuk mengeliminasi
atau mengurangi penyimpangan-penyimpangan yang dapat terjadi dalam
hubungan perdagangan internasional. Selain itu yang tak kalah pentingnya adalah
adanya eksistensi lembaga/organisasi yang memiliki kekuatan hukum yang
mampu mengatur segala masalah yang terkait dalam perdagangan internasional.
Keinginan lahirnya suatu organisasi perdagangan yang bersifat multilateral
telah lama timbul untuk mengatur masalah-masalah yang berkaitan dengan
perdagangan global yang melibatkan kepentingan negara-negara di dunia yang

54

Christhophorus Barutu, Praktik Subsidi Dalam Perdagangan Internasional Serta
Pemberlakuan Ketentuan Anti Subsidi Dan Countervailling Measure (Tindakan-Tindakan Imbalan
Terhadap Subsidi), Jurnal Hukum Yuridika, Fakultas Hukum Universitas Airlangga, volume 21,
No. 4 juli 2006, Surabaya, hlm. 419.

Universitas Sumatera Utara

memiliki komitmen bersama mewujudkan perdagangan internasional yang fair
dan adil. Untuk mewujudkan integrasi sistem perdagangan dunia, beberapa negara
besar mencoba untuk membentuk organisasi perdagangan dunia yang berfungsi
untuk mengatur dan mengawasi suatu sistem perdagangan dunia yang ideal, yang
dimualai dari upaya pembentukan Internasional Trade Organization (ITO),
General Agreement on Tarifs and Trade (GATT) 1947, sampai terbentuknya
World Trade Organization (WTO). Upaya pembentukan organisasi perdagangan
dunia ini mencerminkan adanya keinginan yang kuat untuk mewujudkan suatu
sistem perdagangan yang fair.
Subsidi dilakukan sebagai bagian dari upaya pemerintah untuk
meningkatkan kemakmuran negaranya, sehingga pada prinsipnya subsidi tidak
dilarang,

tetapi

perlu

adanya

pembatasan

untuk

mencegah

timbulnya

persimpangan yang justru dapat menimbulkan kerugian bagi negara lain, karena
persaingan akan berubah menjadi tidak sehat (unfair) apabila produk yang di
eksport tersebut memperoleh keuntungan (benefit) yang diperoleh dari subsidi
atau bantuan keuangan dari pemerintah atau badan pemerintah, baik langsung
ataupun tidak langsung kepada perusahaan, industri atau eksportir.
Aturan mengenai subsidi dan tindakan imbalan adalah salah satu 6 aturan
pokok yang dihasilkan Tokyo Round Tahun 1979. Ketentuan ini dikenal sebagai
subsidies code. Sidang-sidang Negasiation Group tentang subsidi dan
countervailing measure yang diselenggarakan pada mula-mulanya lebih banyak
memusatkan perhatian kepada identifikasi masalah-masalah yang berkaitan
dengan pelaksanaan aturan-aturan GATT tersebut. Kelompok ini telah berhasil

Universitas Sumatera Utara

membuat draff agreement yakni Agrement (1990) in interpretation and
application of article VI, XVI and XXIII of general agreement on tarift.
GATT yang mengatur masalah pembatasan subsidi terdapat dalam article
VI dan article XVI. Article VI GATT 1947 mengatur tentang tindakan bea balasan
(countervailing duty) terhadap produk primer dan non primer. Kedua article
tersebut tidak ada yang mengatur batasan subsidi tersebut. Hanya dalam article
XVI GATT mengatur masalah subsidi secara umum.
Berdasarkan ketentuan tersebut terdapat adanya ketentuan yang memberi
dan mempertahankan subsidi yang meliputi berbagai upaya untuk menambah
penghasilan para produsen serta menekan harga produknya. Pemberian subsidi
untuk mendorong ekspor, baik langsung maupun tidak langsung dan pemberian
subsidi

untuk

mengurangi

impor,

dan

ketentuan

mengenai

kewajiban

pemberitahuan subsidi yang maksudnya untuk melindungi industri dalam negeri
negara importir bagi subsidi produksinya dengan beberapa ketentuan, yaitu
pemberitahuan harus dilakukan secara tertulis, yaitu selain harus memuat jumlah
produk yang diberikan subsidi, juga nilai subsidinya dan keadaan-keadaan yang
dijadikan alasan diberikannya subsidi. 55
Ketentuan subsidi dalam Agreement on subsidies and countervailling
measures (Persetujuan tentang Subsidi-Subsidi dan Tindakan Balasan) terdapat
dalam part 1 General Provisions, article 1.
Pengertian subsidi tersebut dapat disebutkan bahwa suatu subsidi dianggap
ada jika :
a. Terdapat kontribusi financial oleh pemerintah, atau terdapat bentuk

55

Ibid. hlm. 69.

Universitas Sumatera Utara

b. Pendapatan atau bantuan harga seperti yang tercantum dari Pasal 16
persetujuan umum tentang tarif dan perdagangan.
c. Akibatnya diperoleh suatu keuntungan. 56
Subsidi merupakan suatu keuntungan yang diperoleh industri atau
produsen dari :
a. Transfer dana langsung dari pemerintah (grants, pinjaman, atau saham), atau
jaminan pembayaran pinjaman oleh pemerintah.
b. Pendapatan pemerintah yang tidak dipungut. 57
Artikel VI mengatur mengenai Anti-dumping and Countervailing Dutiens,
artkel XVI mengatur mengenai ketentuan yang mengatur bahwa jika suatu negara
memberikan subsidi atau masih mempertahankan kebijakan subsidi termasuk
memberikan bantuan pendapat dan harga (income and price support) yang
diberikan secara langsung maupun tidak langsung dengan tujuan untuk
meningkatkan ekspor atau mengurangi impor harus dinotifikasikan terlebih
dahulu ke GATT/WTO, artikel XXIII mengatur mengenai ketentuan prosedur
konsultasi dan cara penyelesaian sengketa (consultation pasal XXII

dan

Nullification or impairment.
Draff agreement on subsidies and countervailing measure akhirnya
disetujui oleh semua pihak dalam perundingan Uruguay Round ditujukan unutk
menyempurnakan Agrement in interpretation and application of article VI, XVI
and XXIII yang dikenal sebagai subsidies code, yang dihasilkan dalam
Perundingan Tokyo Round. Teks perjanjian ini berbeda dengan subsidies code
56
57

Ibid
Ibid., hlm. 71.

Universitas Sumatera Utara

sebelumnya. Selain mempertegas definisi mengenai subsidi perjanjian ini juga
memperkenalkan konsep specific subsidy yaitu suatu subsidi yang tersedia hanya
untuk perusahaan atau industri atau kelompok perusahaan atau industri dalam
wilayah negara yang memberikan subsidi. Hanya subsidi-subsidi spesifik ini yang
menjadi sasaran berbagai disiplin yang ditentukan dalam perjanjian. Perjanjian
menentukan tiga kategori subsidi yang menjadi perhatian yaitu prohibited subsiy,
actionable subsidy dan non actionable subsidy.
Kategori pertama adalah prohibited subsidy dan yang termasuk ke dalam
kategori ini adalah :
a. Subsidi yang menurut ketetuan formal atau menurut kenyataan baik semata
mata atau sebagai satu dari beberapa pernyataan lainnta, mengandung
pernyataan yang berkaitan dengan export performance
b. Subsidi yang tujuannya, baik semata-mata atau sebagain salah satu
persyaratannya adalah keharusan penggunaan produk domestik. 58
Dalam ketetnuan mengenai prohibited subsidy apabila terjadi pelanggaran
penanganaanya menggunakan prosedur penyelesaiaan sengketa baru yang
disetujui dalam Uruguay Round termasuk ketentaun mengenai waktu 90 hari bagi
Committe on Subsidies and Countervailing Measure untuk bertindak. Bila
committe ini menentukan agas subsidi dilarang, maka committee harus
merekomendasikan agar subsidi itu segera dicabut. Bila rekomendasi itu tidak
diikuti, committee memberikan otorisassi kepada pihak yang mengadu untuk

58

Ibid., hlm. 76.

Universitas Sumatera Utara

mengambil tindakan pengimbang (countervailing measure) untuk mengimbangi
dampak subsidi yang merugikan. 59
Katergori kedua dikenal sebagai actionable subsidies. Perjanjian
menentukan bahwa subsdi :
a. Menimbulkan kerugian bagi industri domestic dari anggota lainnya
b. Menimbukan penghilangan atu perusakan dari keuntungan yang timbul secara
langsung maupun tidak langsung bagi anggotanya lainnya berdasarkan
General Agrement khususnya keuntungan dari konsesi yang sudah terikat
c. Menimbulkan serius prejudice terhadap kepentingan anggota lainnya, harus
dikenakan batasan agar kerugian di pihak laindapat diatasi. 60
Dalam aturan ini serius prejudice tersebut diduga terjadi apabila jumlah
dari subsidi ad valorem yang dinerikan kepada suatu prosduk melebihi 5%. Para
anggota yang tekana dampak dari actionable subsidiesdapa mencari jalan
perbaikannya (remedy) melalui Committe. Commite diberikan waktu 120 hari
untuk melapaorkan kesimpulannya mengenai sengketa yang meliputi masalah
subsidi jenis ini. 61
Kategori ketiga adalah jenis subsidi yang dinamakan non-actionable
subsidies dan yang termasuk subsidi jenis pengertian ini adalah subsidi yang tidak
spesifik maupun yang spesifik termasuk bantuan untuk penelitian dan
pengembangan (researchand development) atau bantuan untuk pembangunan
wilayah-wilayah yang terbelakang (disanvantageg regions). Apabila anggota la
59

Iin Radja, “Kebijakan Pemerintah Dalam Perdagangan Bebas”,
https://iinradja.wordpress.com, diakses tanggal 05 April 2017 Pukul 10.00 Wib.
60
Ibid.
61
Ibid.

melalui

Universitas Sumatera Utara

yakin bahwa terdapat penyalahgunaan subsidi jenis ini yang menyebabkan
dampak negatif terhaap suatu jenis industri domestik di wilayahnya maka pihak
yang dirugikan tersebut dapat mengajukannya sebagai suatu kasus ke panitia
tetap.
2. Subsidi Sebagai Unfair Practice
Membanjirnya barang impor ilegal telah membuat produsen domestik
menjadi kurang bersemangat untuk berproduksi, dan karena alasan inilah yang
menjadikan mereka berubah menjadi importir. Barang-barang ilegal tersebut
masuk ke Indonesia bagaikan air hujan yang membanjiri pasar domestik dalam
jumlah yang sangat besar. Para produsen domestik merasa terjepit dengan adanya
perdagangan yang tidak adil (unfair Trade) kompetisi seperti ini, mereka merasa
adanya ketidak adilan dan merasa adanya perebutan pasar domestik oleh para
importir illegal. 62
Walaupun semua negara anggota WTO telah sepakat untuk menciptakan
perdagangan dunia yang bebas, dimana semua hambatan perdagangan baik
berbentuk tarif maupun non tarif dihapuskan. Maka arus barang dapat masuk ke
semua negara dengan bebas, persaingan dalam merebut pasar menjadi semakin
ketat, kemungkinan praktek perdagangan yang tidak sehat seperti dumping,
subsidi dan manipulasi dokumen dapat saja terjadi, walaupun anggota WTO
diwajibkan untuk melakukan suatu perdagangan yang sehat (fair trade).
Globalisasi perdagangan menuntut kesiapan setiap anggota untuk bersaing secara
sehat dan terbuka.63
62

Direktorat Impor Ditjen Perdagangan Luar Negeri, Sosialisasi Mal Praktek/ Unfair
Trade, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, 29 Juli 2003,
hlm.1.
63
Ibid.

Universitas Sumatera Utara

Dalam perdagangan internasional subsidi merupakan suatu perbuatan yang
tidak fair (unfair practices) yang dapat merugikan pihak-pihak yang terkena
perbuatan praktik subsidi. Praktik subsidi mengeleminasi persaingan yang wajar
dalam mekanisme pasar sehingga dapat melumpuhkan iklim usaha yang
competitive yang mengakibatkan rusaknya tatanan hubungan dagang yang fair. 64
Ketentuan yang mengatur masalah subsidi ini dapat dilihat daam GATT dan
dalam Agreement on subsidies and countervailing measure (persetujuan tentang
subsidi-subsidi dan tindakan balasan).
Pesatnya dinamika perkembangan perdagangan internasional menyisakan
sejumlah permasalahan sebagai implikasi dari kegiatan perdagangan internasional
itu sendiri. Permasalahan-permasalahan tersebut dapat mengkristal dan menjadi
hambatan (barrier) yang dapat mendorong terjadinya degradasi hubungan yang
harmonis dalam hubungan perdagangan internasional. Dalam hubungan
perdagangan

internasional

antarnegara,

komitmen

dalam

mewujudkan

perdagangan yang jujur dan fair merupakan tuntutan sangat penting yang tidak
boleh diabaikan. Masalah-masalah terbesar yang mudah diidentifikasi dan yang
paling sering terjadi adalah justru terkait dengan pelanggaran prinsip kejujuran
dan fair yang mengakibatkan terjadinya praktik dagang yang tidak sehat (unfair
trade practices) dalam melaksanakan aktifitas perdagangan internasional. 65
Ada banyak praktik perdagangan yang tidak sehat yang terjadi dalam
hubungan perdagangan internasional dan yang paling banyak disorot adalah
64

Ibid.
Christhophorus Barutu, 2007, Antidumping dalam General Agreement on Tariff and
Trade (GATT) dan pengaruhnya terhadap peraturan Antidumping Indonesia, Mimbar Hukum,
Jurnal Berkala Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Volume 19, Nomor 1, Februari 2007,
Yogyakarta, hlm. 53
65

Universitas Sumatera Utara

masalah dumping. Praktik dumping telah lama ditempatkan sebagai salah satu
praktik dagang yang curang yang terjadi dalam konteks perdagangan internasional
yang menimbulkan kerugian dan dapat memukul dunia usaha suatu negara tempat
praktik dumping itu terjadi. Dengan menjual suatu jenis barang produksi ekspor
dengan harga lebih rendah dari harga pasar dalam negeri, (negara pengimpor)
mengakibatkan matinya pasar barang sejenis dalam negeri. Hal ini membuat
barang-barang sejenis tersebut tidak lagi dapat bersaing secara kompetitif dan fair
akibat perbedaan harga yan