Adaptasi Arsitektur Nieuwe Bouwen Pada Bangunan Kolonial Belanda Di Kota Medan Chapter III V

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1

Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian

kualitatif. Data berupa hasil observasi atau pengamatan terhadap objek penelitian
yaitu bangunan.

3.2

Variabel Penelitian
Variabel yang akan diteliti pada penelitian ini untuk mengetahui bentuk

adaptasi arsitektur Nieuwe Bouwen pada fasad bangunan kolonial Belanda di
Kota Medan adalah atap, bukaan, dinding luar, dan material.

3.3


Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1

Populasi Penelitian

Populasi adalah batasan dari objek yang akan diteliti, mempunyai
karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti (Sinulingga, 2012). Di
Indonesia, termasuk kota Medan, bangunan kolonial Belanda yang dipengaruhi
oleh arsitektur Nieuwe Bouwen adalah rumah kelas menengah, pabrik, kantor,
restoran, bioskop, dan fasilitas umum (Kras, 1983; Kusno, 2009). Yang menjadi
populasi pada penelitian ini adalah bangunan Nieuwe Bouwen yang ada di Kota
Medan, yaitu restoran. Rotonde yang sekarang menjadi kantor PD Pasar Medan,
beberapa ruko yang ada di jalan Sutomo (kompas, 2001), bioskop Cathay Pasifik
yang menjadi pusat perbelanjaan, bioskop de Rex yang sekarang sudah menjadi

47
Universitas Sumatera Utara

48


Restoran Ria, kolam renang Paradiso, bank Mandiri jalan Balai Kota (Bappeda,
2013), Bank Mandiri jl. Pulau Pinang (Leushuis, 2011), Kantor Dinas Pariwisata
dan Kebudayaan Provinsi Sumatera Utara tingkat I Medan, Stasiun Kereta Api
lama, kantor PLN Medan (Loderichs, 1997), dan Bioskop Olympia Medan
(Segaar-Höweler, 1998).
1. Rumah

Gambar 3.1 Beberapa Ruko di jl. Sutomo
(Sumber : Pribadi)

2. Kantor

Gambar 3.2 Kantor PLN dan dinas pariwisata dan kebudayaan provinsi Sumatera Utara tingkat I
Medan
(Sumber : Tropenmuseum dan Wikipedia)

Gambar 3.3 Bank Mandiri KC Medan Balaikota dan Bank Mandiri jl. Pulau Pinang
(Sumber : Pribadi dan Panoramio)

Universitas Sumatera Utara


49

3. Restoran

Gambar 3.4 Restoran Rotonde
(Sumber : Pribadi)

4. Bioskop

Gambar 3.5 Bioskop Ria, Bioskop Olympia, dan Bioskop Cathay
(Sumber : Alumni-sma6-medan, Tropenmuseum, dan Pribadi)

5. Fasilitas Umum

Gambar 3.6 Kolam Renang Paradiso dan Stasiun Kereta Api
(Sumber : Pribadi dan alumni-sma6-medan)

3.3.2


Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari populasi yang tidak menggunakan semua data
untuk diambil melainkan hanya perwakilan dari populasi (Sinulingga, 2012).
Alasan penggunaan sampel dalam mempelajari karakteristik adalah untuk
mengefisiensi waktu, biaya dan teknis. Dalam pengambilan sampel, teknik yang

Universitas Sumatera Utara

50

dilakukan adalah purpose sampling karena purpose sampling adalah pengambilan
sampel penelitian secara sengaja.
1. Rumah
Berdasarkan hasil survey dan studi literatur, ruko-ruko yang ada di jalan
Sutomo tidak dapat dijadikan objek penelitian karena tidak adanya data
seperti foto lama ruko-ruko tersebut sehingga tidak mengetahui ada atau
tidak adanya perubahan bentuk bangunan tersebut.
2. Kantor
Berdasarkan hasil survey dan srudi literatur, diantara keempat bangunan

tersebut yang dijadikan objek penelitian adalah Bank Mandiri KC Medan
Balaikota karena bangunan ini memiliki data dan foto lama, sehingga
mengetahui ada atau tidak adanya perubahan bentuk bangunan dan
ternyata Bank Mandiri KC Medan Balaikota belum mengalami perubahan
bentuk. Sedangkan bangunan lainnya sudah mengalami perubahan bentuk
dan ada yang sudah diteliti sebelumnya dengan tujuan penelitian yaitu
mengetahui adanya pengaruh arsitektur Amsterdam School pada bangunan
tersebut yang mana Amsterdam School merupakan bagian dari arsitektur
Nieuwe Bouwen.
3. Restoran
Berdasarkan hasil survey dan studi literatur, Restoran Rotonde Medan
memiliki data dan foto lama, sehingga mengetahui ada atau tidak adanya
perubahan pada bangunan dan ternyata Restoran Rotonde Medan belum

Universitas Sumatera Utara

51

mengalami perubahan bentuk. Oleh karena itu, dapat dijadikan objek
penelitian.

4. Bioskop
Berdasarkan hasil survey dan studi literatur, ketiga bioskop tersebut tidak
dapat dijadikan objek penelitian karena tidak sudah mengalami perubahan
pada bangunan (Bioskop Ria yang sudah berubah menjadi restoran Ria
dan Bioskop Olympia yang sudah berubah menjadi pusat perbelanjaan
Olympia) dan tidak adanya data dan foto lama bangunan sehingga tidak
mengetahui ada atau tidak adanya perubahan pada bangunan tersebut.
5. Fasilitas Umum
Berdasarkan hasil survey dan studi literatur, diantara dua bangunan
tersebut yang menjadi objek penelitian adalah Kolam Renang Paradiso
karena bangunan tersebut belum mengalami perubahan bentuk, sedangkan
stasiun kereta api sudah mengalami perubahan bentuk.
Dapat disimpulkan bahwa yang menjadi sampel penelitian adalah
kantor PD Pasar Medan, kolam renang Paradiso, dan Bank Mandiri jalan
Balai Kota. Hal ini dikarenakan ketiga bangunan ini tidak banyak
mengalami perubahan bentuk, sehingga dapat melihat bentuk adaptasi
arsitektur Nieuwe Bouwen pada fasad bangunan kolonial Belanda di Kota
Medan.

Universitas Sumatera Utara


52

Gambar 3.7 Kantor PD Pasar Medan, kolam renang Paradiso, dan bank Mandiri KC Medan Balai
kota (dari kiri ke kanan).
(Sumber : Tropenmuseum, Pribadi, dan Google)

3.4

Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah

dengan menggunakan metode kualitatif, yaitu :
3.4.1

Data Primer
Pengumpulan data primer dengan melakukan pengamatan terhadap

objek penelitian dan wawancara mengenai bangunan-bangunan tersebut.
Hal ini dilakukan untuk mengetahui jenis Nieuwe Bouwen apa objek

penelitian tersebut dan mengetahui bentuk adaptasi arsitektur Nieuwe
Bouwen pada objek penelitian tersebut.
3.4.2

Data Sekunder
Data sekunder berupa literatur yang telah disediakan pihak tertentu

terkait topik penelitian. Data akan dikumpulkan dari beberapa literatur,
seperti : buku yang mendukung penelitian, arsip, artikel dari surat kabar,
artikel online dan jurnal penelitian yang sudah pernah dilaksanakan
terlebih dahulu oleh peneliti-peneliti.

Universitas Sumatera Utara

53

3.5

Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian di kantor PD Pasar, kolam renang Paradiso, dan bank


Mandiri. Ketiga lokasi penelitian ini merupakan bangunan kolonial Belanda yang
bergaya arsitektur Nieuwe Bouwen.

3.5.1

Kantor PD Pasar Medan

Kantor PD Pasar berada di jalan Sutomo, kecamatan Medan Kota, Medan,
Sumatera Utara, Indonesia.

Gambar 3.8 Lokasi bangunan
kantor PD Pasar Medan
(Sumber: Google Earth)

3.5.2

Gambar 3.9 Bangunan kantor PD Pasar Medan
(Sumber: Pribadi)


Kolam Renang Paradiso

Kolam renang Paradiso berada di jalan SM.Raja, kecamatan Medan Maimun,
Medan, Sumatera Utara, Indonesia.

Universitas Sumatera Utara

54

Gambar 3.10 Lokasi kolam renang Paradiso
(Sumber: Google Earth)

3.5.3

Gambar 3.11 Kolam Renang Paradiso
(Sumber: Pribadi)

Bank Mandiri KC Medan Balaikota

Bank Mandiri berada di jalan Balai Kota, kecamatan Medan Kota, Medan,

Sumatera Utara, Indonesia.

Gambar 3.12 Lokasi Bank Mandiri KC Medan
Balaikota
(Sumber: Google Earth)

Gambar 3.13 Bank Mandiri KC Medan
Balaikota
(Sumber: Pribadi)

Universitas Sumatera Utara

55

3.6 Sejarah Lokasi Penelitian
3.6.1

Kantor PD Pasar Medan
Kantor ini terletak di jalan Sutomo Medan yang dulunya bernama jalan

Wilhelminastraat. Awalnya kantor ini adalah sebuah restoran yang bernama De
Rotonde. Restoran ini dirancang oleh arsitek asal Belanda yang bernama J.H Valk
didirikan pada tahun 1930 dan berada di kawasan Pusat Pasar yang dibangun
untuk masyarakat golongan menengah sebagai kawasan pasar tradisional. J.H
Valk tidak hanya merancang restoran De Rotonde. Dia juga merancang kawasan
pusat pasar ini.
Pembangunan selesai pada tahun 1931, kemudian pada tahun 1933 secara
resmi digunakan. Bangunan ini diserahkan kepada pemerintah kota Medan oleh
pemerintah Belanda (Gemeente) dan beralihfungsi menjadi kantor Djawatan
Penerangan Sumatera Utara, kemudian pada tahun 1993 difungsikan menjadi
kantor PD Pasar Medan.

Gambar 3.14 Restoran De Rotonde
(Sumber : Tropenmuseum)

Gambar 3.15 Kantor Djawatan Penerangan
Sumatera Utara
(Sumber : Tropenmuseum)

Universitas Sumatera Utara

56

Gambar 3.16 Kantor PD Pasar
(Sumber : Tropenmuseum )

3.6.2

Kolam renang Paradiso
Bangunan ini merupakan kolam renang pertama di kota Medan yang

dirancang oleh seorang arsitek Belanda bernama J.M. (Hans) Groeneowegen dan
dibangun pada tahun 1939. Bangunan ini terletak di jl. SM Raja yang dulunya
bernama Radjastraat. Pada masa pendudukan Inggris, pernah dijadikan sebagai
pos pengamanan oleh tentara sekutu. Namun, bangunan ini kembali lagi berfungsi
sebagai kolam renang sampai pada saat ini.
Tujuan pembangunan kolam ini untuk melengkapi sarana rekreasi di
Medan. Kola mini selalu ramai dikunjungi oleh warga terutama orang Eropa yang
membutuhkan sarana rekreasi pada saat itu. Sementara orang Indonesia jarang
datang ke tempat ini. Walaupun demikian, kehadiran kolam ini telah melengkapi
sarana rekreasi publik di Medan saat itu karena dalam bangunan ini juga terdapat
ruang terbuka hijau sehingga memberikan suasana yang asri bagi pengunjung.

Universitas Sumatera Utara

57

Gambar 3.17 Kolam Renang Paradiso Sesudah Tahun 1939
(Sumber : Semedan dan Kaskus )

Gambar 3.18 Kolam Renang Paradiso Saat Ini
(Sumber : Pribadi)

3.6.3

Bank Mandiri KC Medan Balaikota
Bangunan ini merupakan bank Mandiri yang terletak di jalan Balaikota

Medan yang dulunya bernama jalan Cremerweg. Pada awalnya, bangunan ini
berfungsi sebagai Netherland Indische Handelsbank, yang merupakan perusahaan
dari Netherland Handels Maatschappij (NHM) yang banyak membiayai
pembangunan kantor di kota Medan. Bangunan ini dirancang oleh arsitek asal
Belanda yang bernama Van Oywend dengan menerapkan gaya arsitektur Modern
dan dibangun pada tahun 1929. Setelah kemerdekaan, bangunan ini diambil alih
oleh bank Bumi Daya dan kemudian dikuasai oleh bank Mandiri sampai pada saat
ini.

Universitas Sumatera Utara

58

Gambar 3.19 Bank Mandiri Zaman Dulu dan Saat Ini
(Sumber : Tropenmuseum dan Wikipedia )

3.7

Metode Analisa Data
Analisa data dilakukan dalam pembahasan dalam penyelesaian rumusan

masalah yang ada untuk mendapatkan hasil penelitian atau temuan dalam
kesimpulan. Dalam penelitian ini, metode analisa data yang dilakukan adalah
metode deskriptif dan komparatif. Menurut Sinulingga (2012), metode deskriptif
adalah

suatu

teknik

analisis

data

dengan

cara

mendeskripsikan

atau

menggambarkan situasi objek penelitian apa adanya tanpa bermaksud mengambil
kesimpulan tertentu berdasarkan semua data yang telah terkumpul ,tujuannya
untuk memberikan pemahaman tentang situasi yang terjadi atau berlaku pada
objek penelitian. Metode ini dilakukan untuk menentuksn jenis Nieuwe Bouwen
apa bangunan yang merupakan objek penelitian.
Sedangkan metode komparatif adalah metode yang dilakukan dengan cara
membandingkan dua hal atau lebih. Dalam penelitian ini, metode komparatif yang
digunakan adalah metode komparatif deskriptif, yaitu membandingkan variabel
yang sama untuk sampel yang berbeda (Silalahi, 2005). Pada penelitian ini,
peneliti membandingkan variabel yang sama yaitu : bukaan dan ventilasi atap

Universitas Sumatera Utara

59

pada bangunan Nieuwe Bouwen yang ada di Belanda dengan bangunan Nieuwe
Bouwen yang ada di Medan. Dengan demikian, dapat mengetahui bentuk adaptasi
arsitektur Nieuwe Bouwen pada fasad bangunan kolonial di Kota Medan.
3.8

Kesimpulan
Penelitian

ini

menggunakan

metode

penelitian

kualitatif,

yaitu

mengumpulkan data primer dengan melakukan observasi dan wawancara untuk
mengetahui sejarah dan kondisi bangunan yang menjadi objek penelitian, serta
mengumpulkan data sekunder dengan melakukan studi literatur. Setelah
mengumpulkan data, peneliti menganalisa data primer dengan menghubungkan
dengan teori yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan hasil
penelitian.

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1

Menentukan Jenis Nieuwe Bouwen pada Bangunan Kolonial Belanda
di Kota Medan

4.1.1

Kantor PD Pasar Medan
Bangunan PD Pasar ini berbentuk setengah lingkaran dan terdapat bentuk

yang melengkung pada sisi kiri bangunan. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh
aliran ekspresionis pada bangunan ini yang mana bangunan yang melengkung
merupakan ciri dari arsitektur ekspresionisme (Bogdanovic. et al, 2014;
Wertheimer, 2004). Selain itu, adanya ornamen dan ventilasi pada bangunan yang
memiliki bentuk yang ekspresif dan tidak kaku.

Gambar 4.1 Bentuk bangunan
(Sumber : Pribadi)

Gambar 4.2 Bentuk bangunan yang melengkung, ventilasi Pada Fasad yang memiliki bentuk yang
ekspresif, dan adanya ornamen pada fasad bangunan
(Sumber : Tropenmuseum, pribadi, dan pribadi )

Pada bangunan ini terdapat menara yang terbuat dari material bata yang
tidak diplester. Walaupun bentuk menara tidak ekspresif, tetapi material

60
Universitas Sumatera Utara

61

penyusunnya merupakan ciri dari arsitektur ekspresionisme. Selain itu, pada fasad
bangunan terdapat elemen yang tidak berfungsi sebagai struktur, melainkan hanya
sebagai penghias pada bangunan.

Gambar 4.3 Adanya elemen penghias pada fasad
(Sumber : Pribadi )

Gambar 4.4 Adanya menara dan ventilasi
yang ekspresif pada fasad
(Sumber : Pribadi)

Pada bangunan ini, material yang digunakan sama seperti bangunan pada
arsitektur Nieuwe Bouwen, yaitu : kaca, baja, dan beton. Dapat dilihat
penggunaan material yang mendominasi pada fasad adalah kaca yang mana
bingkai kaca terbuat dari baja, sedangkan struktur bangunan menggunakan beton
bertulang.

Gambar 4.5 Penggunaan beton bertulang, bingkai jendela dan ventilasi yang terbuat dari baja
(Sumber : Pribadi)

Banyaknya bukaan pada fasad, sehingga udara dan cahaya dapat masuk ke
dalam ruang yang dapat menghidupkan ruangan yang ada di dalam bangunan,
karena suatu ruangan sesungguhnya dihidupkan oleh cahaya yang mana sumber
cahaya adalah jendela ( Krier, 2001). Hal ini menunjukkan bahwa bangunan ini

Universitas Sumatera Utara

62

sangat memperhatikan slogan utama dari arsitektur Nieuwe Bouwen, yaitu udara,
cahaya, dan ruang.

Gambar 4.6 Suasana ruang yang menunjukkan pencahayaan alami pada Kantor PD Pasar Medan
(Sumber : Pribadi)

Dari hasil analisa berikut, dapat disimpulkan bahwa kantor PD Pasar
Medan merupakan bangunan kolonial Belanda yang dipengaruhi arsitektur
Nieuwe Bouwen Ekspresionisme.
4.1.2

Kolam Renang Paradiso

Bentuk Kolam renang ini terdiri dari bentuk kubus pada fasad depannya dan
bentuk yang melengkung pada fasad samping kiri dan belakangnya. Hal ini
menunjukkan adanya pengaruh aliran ekspresionis pada bangunan ini yang mana
bangunan yang melengkung merupakan ciri dari arsitektur ekspresionisme
(Bogdanovic. et al, 2014; Wertheimer, 2004).

Gambar 4.7 Fasad depan kolam renang Paradiso
(Sumber : Pribadi)

Universitas Sumatera Utara

63

Gambar 4.8 Lengkungan pada sisi samping dan belakang kolam renang Paradiso
(Sumber : Pribadi)

Gambar 4.9 Bentuk bangunan
(Sumber : Pribadi)

Pada fasad depan bangunan dapat dilihat adanya komposisi geometris
yang dinamis. Terdapat permainaan bentukan massa yang mana adanya dinding
fasad yang maju – mundur dan atap bangunan tidak rata. Konsep ini diterapkan
pada salah satu contoh bangunan Nieuwe Bouwen Ekspresionisme yaitu Town
Hall Hilversum oleh W.M Dudok. Pada bangunan ini juga menerapkan konsep
komposisi geometris yang dinamis.

Gambar 4.10 Town Hall Hilversum
(Sumber : Innovamusicalat.clariperu dan Arquitecturaminorista)

Universitas Sumatera Utara

64

Terdapat elemen penghias pada fasad samping dan ornamen berbentuk
geometris pada fasad depan bangunan. Selain itu, pada dinding samping dan
belakang sebagian terdiri dari material bata yang tidak diplester serta pada
bangunan ini terdapat menara yang memiliki bentuk yang ekspresif.

Gambar 4.11 Ornamen dan elemen penghias pada fasad dan menara memiliki bentuk yang
ekspresif
(Sumber : Pribadi)

Gambar 4.12 Adanya ornamen pada fasad depan dan bata tidak diplester pada dinding samping
(Sumber : Semedan dan Pribadi)

Kolam renang ini merupakan kolam renang outdoor, sehingga udara dan
cahaya dapat memenuhi ruang yang ada di dalam bangunan ini. Pada bangunan ini
terdapat beton bertulang dan pagar pembatas terbuat dari material baja. Selain itu,
bangunan ini juga menggunakan kolom concrete mushroom sebagai elemen
strukturnya. Pada salah satu contoh bangunan Nieuwe Bouwen, yaitu : Pabrik Van
Nelle juga menggunakan kolom ini.

Universitas Sumatera Utara

65

Gambar 4.13 Kolom concrete mushroom pada kolam renang Paradiso dan pabrik Van Nelle
(Sumber : Pribadi dan facilitaire-info)

Pada bangunan terdapat courtyard yang menjadi ruang terbuka di dalam
bangunan dan dapat menjadi area hijau yang mana area hijau merupakan salah
satu aspek penting dalam arsitektur Nieuwe Bouwen (Dietz,et al., 1995).

Gambar 4.14 Suasana courtyard yang ada di dalam bangunan
(Sumber : Pribadi )

Selain itu, menurut Segaar-Höweler (1998), kolam renang ini merupakan
contoh bangunan kolonial Belanda yang dipengaruhi oleh arsitektur Nieuwe
Bouwen.

Gambar 4.15 Pagar pembatas kolam dan beton bertulang sebagai elemen struktur
(Sumber : Pribadi )

Universitas Sumatera Utara

66

Dari hasil analisa berikut, dapat disimpulkan bahwa kolam renang
Paradiso merupakan bangunan kolonial Belanda yang dipengaruhi arsitektur
Nieuwe Bouwen Ekspresionisme.
4.1.3

Bank Mandiri KC Medan Balaikota
Bangunan ini memiliki bentuk yang kaku yang terdiri dari bentuk kubus

dan balok. Elemen vertikal dan horizontal terlihat jelas pada fasad. Hal ini juga
diterapkan pada salah satu contoh bangunan Nieuwe Bouwen ekspresionisme,
yaitu Townhall Hilversum. Selain itu, bangunan ini memiliki balkon pada bagian
depan dan samping bangunan, sehingga dapat menjadi ruang peralihan antara
ruang luar dan ruang dalam, serta dinding luar dan dinding dalam tidak menyatu.
Hal ini merupakan konsep dari aliran kubisme yang mana aliran ini diterapkan
pada arsitektur Nieuwe Bouwen (Sumalyo, 1997).

Gambar 4.16 Pengunaan balkon pada sisi samping kanan bangunan, adanya elemen penghias pada
dinding lantai 1 dan di bawah balkon, dan adanya ornamen geometris pada kolom bangunan.
(Sumber : Pribadi)

Banyaknya bukaan pada fasad bangunan dan penggunaan material
modern, seperti kaca, baja, beton merupakan ciri dari arsitektur Nieuwe Bouwen.

Universitas Sumatera Utara

67

Gambar 4.17 Penggunaan material kaca pada pintu dan material baja pada railing tangga
(Sumber : Pribadi )

Selain penggunaan material modern, pada bangunan ini terdapat elemen
penghias yang menonjol pada dinding lantai 1 dan di bawah balkon lantai 2,
adanya ornamen geometris pada kolom bangunan (Gambar 4.16), serta terdapat
menara yang memiliki bentuk yang ekspresif, dan hampir setiap sudut bangunan
dilekukkan, sehingga terlihat seperti melengkung yang mana dapat dilihat pada
balkon, menara bangunan, dan sudut pada dinding fasad. Hal ini menunjukkan
adanya pengaruh arsitektur ekspresionisme pada bangunan tersebut.

Gambar 4.18 Bentuk menara yang ekspresif dan sudut yang dilekukkan pada dinding fasad
bangunan
(Sumber : Pribadi)

Berdasarkan hasil analisa berikut, dapat disimpulkan bahwa bank Mandiri
merupakan bangunan kolonial Belanda yang dipengaruhi oleh arsitektur Nieuwe
Bouwen Ekspresionisme.

Universitas Sumatera Utara

68

Tabel 4.1 Pengaruh Arsitektur Nieuwe Bouwen Pada Bangunan Kolonial Belanda di Kota Medan
Nieuwe Bouwen Ekspresionisme

Kantor PD Pasar Medan


Bentuk bangunan setengah lingkaran dan
adanya bentuk melengkung pada sisi kiri fasad
bangunan, sehingga memberikan bentuk yang
ekspresif pada bangunan karena bangunan
yang melengkung merupakan ciri dari
arsitektur ekspresionisme (Bogdanovic. et al,
2014; Wertheimer, 2004)

Kolam Renang Paradiso Medan




Pada fasad samping kanan dan belakang,
bentuk bangunan melengkung yang mana
bangunan yang melengkung merupakan ciri
dari arsitektur ekspresionisme (Bogdanovic. et
al, 2014; Wertheimer, 2004) dan adanya
pergeseran dinding fasad depan ke depan dan
belakang dan naik – turun pada atap bangunan
(komposisi geometris yang dinamis)
Adanya menara yang memiliki bentuk yang
ekspresif.

Bank Mandiri KC Medan Balaikota


Adanya balkon dan menara yang sudutnya
dilekukkan sehingga menyerupai bentuk yang
melengkung. Hal ini memberikan bentuk yang
ekspresif pada menara dan balkon pada
bangunan ini karena bangunan yang
melengkung merupakan ciri dari arsitektur
ekspresionisme (Bogdanovic. et al, 2014;
Wertheimer, 2004)

(Sumber : Pribadi )
(Sumber : Pribadi)

Bentuk ekspresif
(bentuk yang tidak umum, adanya bentuk yang
melengkung)

(Sumber:Pribadi)



Adanya ventilasi yang memiliki bentuk yang
ekspresif.

(Sumber : Pribadi)

(Sumber : Pribadi)

(Sumber : Pribadi)
(Sumber : Pribadi)

(Sumber : Pribadi)

Universitas Sumatera Utara

69


Adanya ornamen pada fasad kanan bangunan
dan elemen hias pada ventilasi pada fasad
sebelah kiri.



Adanya ornamen geometris pada fasad depan



Adanya ornamen geometris pada kolom dan
terdapat elemen penghias yang menonjol pada
dinding fasad lantai 1 dan di bawah balkon
lantai 2.

(Sumber : Pribadi dan Semedan)


(Sumber : Pribadi)

Ornamen dan elemen hias



Adanya ornamen geometris pada kolom
bangunan fasad depan, dan elemen penghias
pada fasad samping.

Adanya elemen hias baik pada fasad sebelah
kanan maupun pada fasad sebelah kiri
bangunan.

( elemen yang tidak memiliki fungsi struktur,
hanya sebagai penghias )
(Sumber : Pribadi)



Adanya ornamen geometris yang berbentuk
segitiga pada menara.

(Sumber : Pribadi)

(Sumber : Pribadi)

(Sumber : Pribadi)

Universitas Sumatera Utara

70

4.2

Adaptasi Arsitektur Nieuwe Bouwen pada Bangunan Kolonial di Kota
Medan.

Iklim di Kota Medan
Iklim tropis lembab merupakan iklim yang mana memiliki kelembapan
udara, curah hujan, dan temperatur udara yang tinggi yang mana hampir tidak ada
perbedaan antar musim hujan dan musim kemarau. Letak perbedaan hanya pada
curah hujannya saja (Hardiman, 2013). Kota Medan memiliki iklim tropis lembab
karena menurut Badan Meteorologi dan Klimatologi, kota Medan memiliki
kelembapan udara yang tinggi dengan rata-rata 78% dan dapat mencapai 92%.
Untuk curah hujan di Kota Medan tinggi, terutama pada musim hujan dan
temperatur udara juga tinggi sekitar 29 °C dan dapat meningkat lagi di saat musim
kemarau terjadi. Kecepatan angin rata-rata 2-5 km/jam (kecepatan angin rendah)
yang dapat meningkat sampai 20km/jam saat musim peralihan.

4.2.1

Kantor PD Pasar Medan



Adaptasi Terhadap Iklim

1. Atap
Atap yang digunakan pada bangunan ini adalah atap datar (Gambar 4.19).
Menurut Lippsmeier (1980), penggunaan atap datar dapat sesuai dengan daerah
beriklim tropis, jika memiliki konstruksi yang bagus. Berdasarkan hasil
wawancara dengan Pak Bonar, pegawai kantor yang mengatakan bahwa atap
bangunan ini tidak pernah mengalami kebocoran. Hal ini menunjukkan bahwa
atap bangunan ini memiliki desain dan konstruksi yang bagus.

Universitas Sumatera Utara

71

Pada atap bangunan tidak terdapat overhang atau elemen yang menonjol
(Gambar 4.19), sehingga dinding luar bangunan kurang terlindungi dari pengaruh
cuaca, karena elemen menonjol atau overhang pada atap dapat melindungi fasad
dari pengaruh cuaca (Krier, 2001).

Gambar 4.19 Perspektif dan Fasad Depan Kantor PD Pasar Medan
(Sumber : Tropenmuseum dan Pribadi)

2. Bukaan


Ventilasi

Terdapat ventilasi di atas dinding kaca pada lantai 1 (Gambar 4.20) dan di
atas jendela pada lantai 1 yang berukuran kecil dan memiliki pola seperti tepas
(Gambar 4.20), sehingga udara yang masuk ke dalam ruangan di lantai 1 melalui
ventilasi ini terbatas. Dengan kata lain, ventilasi ini mengatur kecepatan angin.

Gambar 4.20 Ventilasi yang ada di atas dinding kaca lantai 1
(Sumber : Pribadi)

Universitas Sumatera Utara

72

Gambar 4.21 Ventilasi yang ada di atas jendela lantai 1
(Sumber : Pribadi)

Penggunaan kaca pada dinding bagian kiri fasad yang lebih maju tidak
terlalu banyak. Penggunaan ventilasi lebih dominan (Gambar 4.22). Hal ini
dikarenakan dinding pada bagian kiri fasad lebih maju dan menghadap ke arah
barat, sehingga intensitas cahaya yang masuk akan lebih banyak. Selain itu,
menerapkan sistem ventilasi silang pada sisi kiri bangunan, sehingga udara yang
masuk dapat mengalir dan berganti (Gambar 4.22).

Gambar 4.22 Ventilasi Pada Dinding Fasad Depan Sebelah Kiri
(Sumber : Pribadi)

Selain pada dinding fasad sebelah kiri, dinding fasad sebelah kanan juga
memiliki ventilasi yang bukaannya tidak besar, sehingga udara dan cahaya yang
masuk melalui ventilasi ini terbatas, namun menerapkan konsep cross ventilation,

Universitas Sumatera Utara

73

sehingga udara yang masuk dapat mengalir dan berganti. Ventilasi terletak pada
lantai 3 (Gambar 4.23).

Gambar 4.23 Dinding Sebelah Kanan Pada Fasad Bangunan
(Sumber : Pribadi)



Jendela

Banyaknya jendela baik jendela mati maupun jendela hidup pada lantai 2
dan 3 dan memiliki ukuran yang besar sekitar 50 x 150 cm, sehingga udara dan
cahaya dapat memenuhi ruang yang ada di lantai 2 dan 3. Pada lantai 1 terdapat
jendela mati yang berukuran besar sekitar 70 x 150 cm, sehingga cahaya dapat
masuk ke dalam ruangan, tetapi udara tidak dapat masuk melalui jendela ini.
(Gambar 4.24)
Adanya overhang di atas jendela lantai 1 dan dinding kaca yang ada di
lantai 1 yang bersifat permanen. Hal ini dikarenakan iklim tropis memiliki
intensitas cahaya dan panas yang lebih besar dibandingkan negara beriklim
subtropis seperti Belanda, sehingga overhang dapat selalu menjadi shading/
pembayang dan dapat melindungi jendela dari cahaya matahari langsung dan air
hujan. Sedangkan jendela pada lantai 2 dan 3 bangunan ini menjorok ke dalam.

Universitas Sumatera Utara

74

Dengan kata lain tidak rata dengan dinding bangunan. Hal ini juga dapat menjadi
shading/ pembayang yang dapat melindungi jendela dari cahaya matahari
langsung dan melindungi dari air hujan. Namun, jendela mati pada lantai 1 maju
ke depan. Hal ini berfungsi untuk melindungi ventilasi yang ada di atasnya dari air
hujan. Walaupun jendela tersebut maju ke depan, intensitas cahaya yang masuk
tidak terlalu banyak karena adanya overhang di atas jendela yang berfungsi
sebagai shading .

Gambar 4.24 Jendela Pada Lantai 1, 2, dan 3 bangunan
(Sumber : Pribadi)

Tidak hanya bukaan jendela yang besar dapat memberikan suasana yang
sejuk dalam bangunan ini. Hal ini juga didukung dengan jarak antara lantai dan
dak beton yang cukup jauh sekitar 3-3,5m pada lantai 2 dan 3, sedangkan pada
lantai 1 jarak antara dak beton dan lantai sekitar 3,5-4m. Hal ini dapat
memberikan ruang yang cukup untuk sirkulasi udara.


Pintu

Adanya pintu dengan 2 daun pintu, sehingga bukaan pintu lebih besar. Hal
ini dapat menyebabkan banyaknya udara dan cahaya dapat masuk melalui pintu
tersebut.

Universitas Sumatera Utara

75

Gambar 4.25 Pintu utama Kantor PD pasar
(Sumber : Pribadi)

3. Dinding Luar


Material Dinding

Dinding luar dominan terbuat dari batu bata. Namun ada juga yang terbuat
dari beton. Pada bangunan ini kedua material diplester, sehingga dapat menjaga
agar dinding tidak lembab karena menurut Lippsmeier (1980), plester dapat
melindungi dinding dari air hujan dan jamur yang muncul di daerah yang lembab.
Selain itu, plesteran memiliki daya pantul terhadap sinar matahari cukup tinggi
dan merupakan konduktor panas yang buruk, sehingga mencegah agar udara
panas tidak masuk ke dalam ruangan.
Tidak hanya material bata dan beton saja yang digunakan pada dinding
bangunan ini. Pada dinding lantai 1 juga menggunakan material kaca yang mana
menurut Lippsmeier (1980), kaca memilki daya salur sekitar 80% yang dapat
memanasi ruangan dalam bangunan. Untuk itu diperlukan adanya overhang
sebagai pembayang agar dinding tidak terkena sinar matahari langsung. Hal ini
dapat menjaga agar udara di dalam bangunan tetap sejuk. Pada lantai 1 material
dinding terbuat dari kaca dan terdapat overhang di atas dinding, sehingga dinding
terlindungi dari air hujan dan cahaya matahari langsung (Gambar 4.26).

Universitas Sumatera Utara

76



Warna Dinding

Dinding luar berwarna putih, sehingga dapat mengurangi masuknya udara
panas karena warna yang terang dapat memantulkan panas.

Gambar 4.26 Kantor PD Pasar Medan
(Sumber : Tropenmuseum)



Adaptasi Teknologi Setempat

1. Bahan Bangunan (material)
Material yang digunakan pada bangunan ini adalah kaca pada dinding
lantai 1 dan jendela. Material baja digunakan pada kusen dan bingkai jendela,
railing pada tangga, dan ventilasi (Gambar 4.28). Beton digunakan pada atap,
overhang, kolom, lantai (Gambar 4.27) dan ventilasi (Gambar 4.22). Material
kayu digunakan pada daun dan kusen pintu (Gambar 4.25). Sedangkan batu
bata digunakan pada dinding bangunan.

Universitas Sumatera Utara

77

Gambar 4.27 Kolom, lantai dan railing pada tangga
(Sumber : Pribadi)

Gambar 4.28 Jendela lantai 2, ventilasi di lantai 1, dan railing tangga
(Sumber : Pribadi )

Bentuk adaptasi terhadap teknologi setempat ditandai dengan tidak
menerapkan brick expressionism seperti yang diterapkan pada bangunan Nieuwe
Bouwen ekspressionisme di Belanda. Hal ini menunjukkan bahwa pada saat itu
tidak ada keahlian yang tinggi dalam menerapkan brick expressionism.
4.2.2

Kolam Renang Paradiso

1.

Atap
Atap yang digunakan pada bangunan ini adalah atap datar. Menurut

Lippsmeier (1980), penggunaan atap datar dapat sesuai dengan daerah beriklim
tropis, jika atap memilki konstruksi yang bagus. Berdasarkan hasil wawancara

Universitas Sumatera Utara

78

dengan Pak Zulham yang merupakan pegawai di Paradiso mengatakan bahwa atap
bangunan ini secara keseluruhan tidak pernah mengalami kebocoran. Hal ini
menunjukkan bahwa atap bangunan ini memiliki desain dan konstruksi yang
bagus.

Gambar 4.29 Fasad Depan Paradiso
(Sumber: Pribadi)

Pada fasad bangunan sebelah kanan terdapat overhang pada atap (Gambar
4.29), sehingga fasad kanan bangunan terlindungi dari pengaruh cuaca, karena
elemen yang menonjol atau overhang pada atap dapat melindungi fasad dari
pengaruh cuaca (Krier, 2001).

Gambar 4.30 Overhang pada fasad samping kanan bangunan
(Sumber: Pribadi)

Universitas Sumatera Utara

79

2. Bukaan


Ventilasi
Terdapat banyak ventilasi pada fasad bangunan. Hampir setiap dinding

pada fasad memiliki ventilasi, sehingga banyak udara yang masuk ke dalam
ruangan. Selain itu, bangunan ini juga menerapkan ventilasi silang (cross
ventilation). Adanya penerapan ventilasi silang (cross ventilation) membuat udara
yang masuk dapat mengalir dan berganti.

Gambar 4.31 Ventilasi pada dinding luar bangunan
(Sumber : Pribadi)

Terdapat overhang di atas ventilasi agar air hujan tidak masuk ke dalam
ruangan dan berfungsi sebagai shading/ pembayang. Dengan adanya overhang,
dinding dan bukaan terhindar dari sinar matahari langsung yang mana sinar
matahari langsung dapat membuat ruang dalam bangunan menjadi lebih panas
karena menurut Hardiman (2013), radiasi sinar matahari langsung menyinari
dinding atau jendela tanpa adanya overhang, maka panas yang masuk ke dalam
ruangan 2-3 kali lebih panas dibandingkan jika dinding tidak terkena sinar
matahari langsung karena adanya pembayang. Sedangkan overhang yang ada di
bawah ventilasi berfungsi sebagai pemantul cahaya, sehingga cahaya dapat masuk

Universitas Sumatera Utara

80

melalui ventilasi tersebut. Selain itu, dapat menjadi shading / pembayang untuk
dinding yang ada di bawahnya.
Overhang tidak hanya ada di fasad bangunan, tetapi di bagian dalam juga
terdapat overhang karena bangunan ini memiliki courtyard yang mana courtyard
merupakan ruang terbuka yang berada di dalam bangunan, sehingga udara dan
cahaya dapat memenuhi courtyard tersebut. Atap pada bagian dalam bangunan
memiliki overhang, sehingga dapat menjadi shading / pembayang. Selain itu, juga
terdapat beberapa pohon di dekat ruangan-ruangan yang mengelilingi courtyard,
sehingga dapat menjadi pembayang untuk ruangan-ruangan tersebut. Dengan
demikian, suhu di dalam ruangan menjadi tidak panas. Tidak hanya suhu di
ruangan yang tidak panas, pada bagian courtyard yang ditumbuhi pohon pun akan
terasa sejuk karena pohon juga dapat berfungsi sebagai peneduh.

Gambar 4.32 Ventilasi, jendela, dan overhang pada dinding dalam bangunan
(Sumber : Pribadi)

Gambar 4.33 Pohon yang ada di depan ruangan
(Sumber : Pribadi)

Universitas Sumatera Utara

81



Jendela
Penggunaan jendela pada fasad bangunan tidak terlalu diterapkan. Pada

fasad depan hanya satu sisi dinding saja yang memiliki jendela yang berukuran
tidak terlalu besar sekitar 30 x 60 cm dan ada yang berukuran sekitar 60 x 20 cm.
Hal ini dikarenakan fasad depan menghadap ke timur laut yang mengakibatkan
banyaknya intensitas panas matahari yang masuk ke dalam ruangan jika banyak
jendela pada fasad depan. Selain itu, adanya overhang di atas dan di bawah
jendela yang bersifat permanen. Hal ini dikarenakan iklim tropis memiliki
intensitas cahaya dan panas yang lebih besar dibandingkan negara beriklim
subtropis seperti Belanda, sehingga dengan adanya overhang yang permanen
dapat selalu menjadi shading/ pembayang pada dinding dan jendela, sehingga
ruang dalam dan dinding yang ada di bawahnya terhindar dari cahaya matahari
langsung. Selain itu, dapat melindungi jendela dari air hujan. Selain overhang,
jendela pada bangunan ini menjorok ke dalam tetapi tidak cukup dalam, sehingga
kurang memberikan pengaruh dalam melindungi ruangan dari air hujan dan sinar
matahari yang berlebih.
Tidak terdapat jendela pada lantai 1 bangunan ini, sehingga ruangan yang
ada di dalamnya kurang mendapatkan cahaya matahari. Hal ini juga menyebabkan
terjadi kelembapan di dalam ruangan pada lantai 1.

Universitas Sumatera Utara

82

Gambar 4.34 Jendela di luar dan di dalam bangunan yang menjorok ke dalam
(Sumber : Pribadi)

Tidak hanya karena adanya bukaan berupa jendela dan ventilasi yang dapat
memberikan suasana yang sejuk dalam bangunan ini. Hal ini juga didukung
dengan jarak antara lantai dan dak beton yang cukup jauh sekitar 3-3,5m pada
lantai 2, sedangkan pada area entrance jarak antara dak beton dan lantai sekitar
3,5-4m. Hal ini dapat memberikan ruang yang cukup untuk sirkulasi udara.

3-3,5m
3.5-4m

Gambar 4.35 Jarak antara lantai ke plafon pada bangunan Paradiso
(Sumber: Pribadi)



Pintu
Pintu utama bangunan ini memiliki bukaan yang sangat besar, sehingga

banyaknya udara yang dapat masuk melalui pintu ini. Adanya teras dan atap teras
memiliki overhang sekitar 1 m, sehingga dapat terhindar dari cahaya matahari
langsung dan terlindung dari air hujan.

Universitas Sumatera Utara

83

Gambar 4.36 Pintu utama bangunan
(Sumber : Pribadi)

3. Dinding Luar


Material Dinding
Sebagian dinding luar terbuat dari batu bata pasangan 1 bata yang tidak

diplester, sehingga ruangan di dalamnya lembab. Hal ini menyebabkan lantai 1
pada bangunan ini tidak dapat digunakan lagi. Lantai 1 pada bangunan ini dulunya
basement dan tempat penyimpanan, namun dinding dalam berhubungan langsung
dengan tanah, sehingga hal ini juga menyebabkan terjadi kelembapan pada
dinding lantai 1. Sedangkan dinding pada lantai 2 bangunan juga terbuat dari batu
bata pasangan 1 bata namun diplester, sehingga air hujan tidak dapat diserap oleh
material dinding sehingga tidak menciptakan kelembapan pada dinding bangunan
lantai 2.

Gambar 4.37 Dinding samping yang tidak diplester
(Sumber : Pribadi)

Universitas Sumatera Utara

84



Warna Dinding
Dinding luar dominan berwarna putih dan ada juga yang berwarna biru,

sehingga dapat menghindari udara panas yang masuk karena warna yang terang
dapat memantulkan panas.
Adaptasi Teknologi Setempat


Bahan Bangunan (material)
Material yang digunakan pada bangunan ini adalah beton bertulang pada

overhang, kolom, dan atap bangunan. Sedangkan ventilasi dominan terbuat dari
beton, kaca digunakan pada jendela, kayu digunakan pada bingkai jendela, dan
baja digunakan pada railing tangga dan pagar pembatas di samping kolam renang.
Batu bata digunakan pada dinding bangunan.

Gambar 4.38 Kolom pada bangunan
(Sumber : Pribadi)

Bentuk adaptasi terhadap teknologi setempat ditandai dengan tidak
menerapkan brick expressionism seperti yang diterapkan pada bangunan Nieuwe
Bouwen ekspressionisme di Belanda. Hal ini menunjukkan bahwa pada saat itu
tidak ada keahlian yang tinggi dalam menerapkan brick expressionism. Walaupun

Universitas Sumatera Utara

85

pada bangunan ini menggunakan bata ekspose, namun penggunaan bata tidak
seperti pada bangunan Nieuwe Bouwen ekspresionisme.
Sebagai salah satu contoh pada bangunan Het Schip karya Michael Kerk.
Pada bangunan ini banyak menerapkan brick expressionism, seperti adanya
elemen hias yang terbuat dari batu bata yang dibentuk / dipahat pada dinding luar
(gambar 4.39), batu bata pada fasad disusun hingga membentuk pola (gambar
4.40), serta ukuran dan warna bata yang digunakan pun beranekaragam (gambar
4.39 dan 4.41).

Gambar 4.39 Pahatan
dari bata
(Sumber : Het Schip)

Gambar 4.40 Bata yang membentuk
pola
(Sumber : Het Schip)

Gambar 4.41 Ukuran bata bervariasi
(Sumber : Het Schip)

Sedangkan pada kolam renang Paradiso, bata tidak berekspresi karena
hanya disusun seperti susunan bata pada umumnya, ukuran yang digunakan tidak
bervariasi, dan tidak terdapat bentukan yang ekspresif serta elemen hias pada
dinding bangunan yang terbuat dari bata.
4.2.3

Bank Mandiri KC Medan Balaikota

1.

Atap
Atap yang digunakan pada bangunan ini adalah atap datar. Menurut

Lippsmeier (1980), penggunaan atap datar dapat sesuai dengan daerah beriklim

Universitas Sumatera Utara

86

tropis, jika atap memiliki konstruksi yang bagus. Menurut Pak Heri, seorang
satpam pada bank Mandiri mengatakan bahwa atap pernah mengalami kebocoran,
namun hal itu terjadi hanya sekali sejak bangunan itu didirikan. Hal ini
menunjukkan bahwa konstruksi atap cukup bagus.

Gambar 4.42 Tampak samping bank Mandiri
(Sumber : Pribadi)

Terdapat overhang mengelilingi atap bangunan, sehingga fasad bangunan
terlindungi dari pengaruh cuaca, karena elemen menonjol atau overhang pada atap
dapat melindungi fasad dari pengaruh cuaca (Krier, 2001).
2.

Bukaan


Ventilasi
Pada atap tidak terdapat ventilasi. Ventilasi terdapat hampir di atas semua

jendela lantai 2, 3 dan di dinding fasad lantai 4. Pada bangunan ini menerapkan
ventilasi silang. Adanya penerapan ventilasi silang membuat udara yang masuk
dapat mengalir dan berganti, sehingga hawa panas yang ada dalam ruangan dapat
keluar dan digantikan dengan udara baru yang berasal dari luar bangunan.

Universitas Sumatera Utara

87

Gambar 4.43 Ventilasi di fasad samping bangunan dan belakang bangunan
(Sumber : Pribadi)

Gambar 4.44 Ventilasi pada dinding lantai 4
(Sumber : Pribadi)

Tidak hanya atap, pada lantai 1 juga tidak terdapat ventilasi, sehingga
tidak selalu terjadi sirkulasi udara dalam lantai 1 karena yang hanya ada jendela.


Jendela
Pada setiap sisi dinding fasad terdapat jendela yang memanjang ke bawah

dan dominan berukuran besar sekitar 80 x 120 cm. Namun, terdapat balkon pada
fasad depan dan samping kanan bangunan, sehingga jendela dapat terlindungi dari
air hujan dan sinar matahari langsung. Selain itu, bentuk balkon maju ke depan,
sehingga dinding, jendela, dan ruangan pada lantai 1 dan lantai 2 dapat semakin
terlindungi dari air hujan dan sinar matahari langsung karena dapat menjadi
pembayang / shading.

Universitas Sumatera Utara

88

Gambar 4.45 Balkon yang dapat menjadi pembayang
(Sumber : Pribadi)

Selain itu, terdapat jendela hidup dan mati pada bagian dinding lantai 1
dan letaknya menjorok ke dalam, sehingga terlindungi dari air hujan dan sinar
matahari langsung. Namun, ukuran jendela kecil. Menurut Pak Heri, jendela tidak
pernah dibuka, sehingga udara yang masuk sangat sedikit dan cahaya yang masuk
ke dalam pun sangat terbatas. Hal ini menyebabkan terjadi kelembapan di dalam
ruangan. Dulu jendela masih dibuka sehingga terjadi pertukaran udara karena
menerapkan sistem ventilasi silang yaitu sisi depan dan belakang bangunan.
Namun, jendela memiliki ukuran yang kecil, sehingga udara dan cahaya yang
masuk pun terbatas. Hal ini menyebabkan hanya sedikit udara dan cahaya
matahari yang memenuhi ruangan lantai 1.

Gambar 4.46 Jendela pada lantai 1
(Sumber : Pribadi)

Universitas Sumatera Utara

89

Selain itu, jendela dominan terdiri dari dua lapis, yang mana lapisan
terluar merupakan jendela krepyak yang dapat berfungsi mengurangi intensitas
cahaya yang masuk dan mengurangi kecepatan angin yang masuk dalam
bangunan.

Gambar 4.47 Jendela pada lantai 2
(Sumber : Pribadi)

Tidak hanya bukaan jendela yang besar dapat memberikan suasana yang
sejuk dalam bangunan ini. Hal ini juga didukung dengan jarak antara lantai dan
plafon yang cukup jauh sekitar 3,5 - 4m pada lantai 2 dan 3. Hal ini dapat
memberikan ruang yang cukup untuk sirkulasi udara.


Pintu

Pintu utama memilki 2 daun pintu. Dengan kata lain memiliki bukaan yang cukup
besar, namun di depan pintu terdapat tangga yang mana overhang pada atap
tangga cukup panjang, sekitar 1,5 m -2m. Dengan adanya teras dan atap di atas
tangga masuk yang memiliki overhang sekitar 1.5m-2m, sehingga dinding dan
pintu dapat terhindar dari cahaya matahari langsung dan terlindung dari air hujan.
Selain itu, pintu terdiri dari dua lapis, yang mana lapisan terluar merupakan pintu

Universitas Sumatera Utara

90

krepyak yang dapat berfungsi mengurangi intensitas cahaya yang masuk dan
mengurangi kecepatan angin yang masuk dalam bangunan.

Gambar 4.48 Pintu utama
(Sumber : Pribadi)

3.Dinding Luar


Material Dinding
Dinding luar terbuat dari batu bata pasangan 2 bata yang diplester,

sehingga air hujan tidak dapat meresap ke dinding dalam bangunan. Sedangkan
dinding pada bagian bawah dilapisi dengan material yang bertekstur kasar dan
padat, sehingga air hujan tidak dapat merembes ke dinding dalam yang dapat
menyebabkan material dinding menjadi lembab.


Warna Dinding
Dinding luar dicat berwarna putih, sehingga dapat memantulkan cahaya

dan panas matahari. Hal ini dapat mengurangi hawa panas masuk. Sedangkan
dinding luar lantai 1 dicat berwarna hitam, sehingga dapat menyerap panas
matahari. Hal ini menyebabkan terjadi kelembapan dalam ruangan karena ruangan
dipenuhi hawa panas, namun tidak selalu terjadi pertukaran udara dan kurangnya
cahaya matahari yang masuk ke dalam ruangan tersebut.

Universitas Sumatera Utara

91

Gambar 4.49 Fasad depan dan dinding luar lantai 1
(Sumber : Pribadi)



Adaptasi Teknologi Setempat

1. Bahan Bangunan (material)
Material yang digunakan pada bangunan ini adalah beton pada overhang,
kolom, dan atap bangunan. Kaca digunakan pada daun pintu dan jendela. Kayu
digunakan pada bingkai dan kusen jendela dan pintu, serta lapisan terluar jendela
dan pintu yang berupa jendela dan pintu krepyak. Sedangkan baja digunakan pada
railing tangga dan jerjak pintu. Batu bata digunakan pada dinding bangunan.

Gambar 4.50 Railing tangga dan jerjak pintu
(Sumber : Pribadi)

Bentuk adaptasi terhadap teknologi setempat ditandai dengan tidak
menerapkan brick expressionism seperti yang diterapkan pada bangunan Nieuwe
Bouwen ekspressionisme di Belanda. Hal ini menunjukkan bahwa pada saat itu
tidak ada keahlian yang tinggi dalam menerapkan brick expressionism.

Universitas Sumatera Utara

92



Adaptasi Terhadap Iklim
Tabel 4.2. Bentuk Adaptasi Arsitektur Nieuwe Bouwen Pada Bangunan KolonialBelanda di Kota Medan

Variabel

Bangunan Nieuwe Bouwen Ekspresionisme di
Belanda
Dominan menggunakan atap datar yang mana
cocok untuk daerah beriklim subtropis yang
memiliki curah hujan dan intensitas cahaya dan
panas yang rendah.
Dominan tidak menggunakan overhang pada
atap.

Kantor PD Pasar Medan




Menggunakan atap datar. Menurut
Lippsmeier (1980), penggunaan atap
datar cocok di daerah tropis, jika atap
memiliki konstruksi yang bagus.
Konstruksi atap bagus karena tidak
pernah mengalami kebocoran. Hal ini
menunjukkan penerapan atap datar
yang bagus pada daerah tropis lembab.
Tidak ada overhang di atap. Hal ini
menunjukkan ketidaksesuaian dengan
iklim setempat.

Kolam Renang Paradiso




Menggunakan atap datar. Menurut
Lippsmeier (1980), penggunaan atap datar
cocok di daerah tropis, jika atap memiliki
konstruksi yang bagus. Atap pada
bangunan ini memiliki konstruksi yang
bagus ditandai dengan atap bangunan
tidak pernah mengalami kebocoran. Hal
ini menunjukkan penerapan atap datar
yang bagus pada daerah tropis lembab.
Adanya overhang pada atap bangunan.
Hal ini menunjukkan adanya bentuk
adaptasi terhadap iklim setempat.

Bank mandiri KC Medan Balaikota




Menggunakan
atap
datar.
Menurut
Lippsmeier (1980), penggunaan atap datar
cocok di daerah tropis, jika atap memiliki
konstruksi yang bagus. Pada bangunan ini
konstruksi atap cukup bagus. Dikatakan
cukup bagus karena pernah mengalami
kebocoran, namun hanya sekali. Hal ini
menunjukkan penerapan atap datar yang
cukup bagus pada daerah tropis lembab.
Adanya overhang pada atap bangunan. Hal
ini menunjukkan adanya bentuk adaptasi
terhadap iklim setempat.

Atap
(Sumber : Het schip)

(Sumber : Mimoa, panoramio)

(Sumber : Tropenmuseum)
(Sumber : Kaskus)

(Sumber : Tropenmuseum dan pribadi)

Bukaan

Bangunan dominan tidak memiliki ventilasi.
Namun ada bangunan yang memiliki ventilasi di
menara seperti pada bangunan Townhall
Hilversum karya Willem Dudok.

Adanya ventilasi pada bangunan dan
menerapkan sistem ventilasi silang, sehingga
terjadi pergantian udara di dalam bangunan.
Hal ini menunjukkan adanya bentuk adaptasi
terhadap iklim setempat.

(Sumber: Pinterest)

(Sumber : Pribadi)

Ventilasi

Banyaknya menggunakan ventilasi pada fasad
bangunan, baik yang menghadap ke jalan maupun
yang menghadap ke courtyard serta menerapkan
sistem ventilasi silang yang mana menurut
Lippsmeier (1980), pada daerah tropis lembab
sebaiknya menggunakan ventilasi silang agar
terjadi pergerakan udara dalam bangunan yang
dapat menciptakan penguapan dan mengurangi
kelembapan dalam ruangan karena pada daerah
beriklim tropis lembab proses penguapan sedikit
dan kelembapan tinggi.Hal ini menunjukkan
adanya bentuk adaptasi terhadap iklim setempat

Banyaknya menggunakan ventilasi pada fasad
bangunan dan menerapkan sistem ventilasi silang,
sehingga terjadi sirkulasi udara dalam bangunan.
Hal ini menunjukkan adanya bentuk adaptasi
terhadap iklim setempat.

(Sumber : Pribadi)

Universitas Sumatera Utara

93

(Sumber : Pribadi)

(Sumber : Pribadi)

(Sumber : Pribadi)

(Sumber: Pinterest)

(Sumber : Pribadi)

(Sumber : Pribadi)

Banyaknya jendela pada fasad. Selain itu,
memiliki ukuran jendela yang besar, sehingga
cahaya dan udara bebas masuk ke dalam
ruangan.



Banyaknya menggunakan jendela
berukuran besar.
 Terdapat overhang serta jendela
menjorok ke dalam, sehingga dapat
menjadi pembayang/shading. Dengan
demikian, dapat terlindungi dari sinar
matahari langsung dan air hujan.
Hal ini menunjukkan adanya bentuk adaptasi
terhadap iklim setempat.



Kurangnya menggunakan jendela pada
fasad depan bangunan karena bangunan
menghadap timur laut, sehingga dapat
mengakibatkan banyaknya sinar matahari
yangmasuk ke dalam ruangan jika
terdapat banyak jendela pada fasad depan.



Pada setiap sisi dinding terdapat jendela
yang memanjang ke bawah dan berukuran
besar. Adanya balkon pada fasad depan dan
samping bangunan sehingga jendela dapat
terlindungi dari air hujan dan sinar matahari
langsung.

(Sumber : Het Schip)

Jendela
(Sumber : Pribadi)



(Sumber : Kaskus)



(Sumber : Commons.wikimedia dan Panoramio)
Dominan jendela tidak menjorok ke dalam dan
tidak menggunakan overhang di atas jendela,
walaupun
ada
juga
bangunan
yang
menggunakan overhang di atas jendela dan

(Sumber : Pribadi)

Adanya penggunaan overhang sebagai
pembayang/shading sehingga jendela
tidak terkena sinar matahari langsung dan
terlindung dari air hujan.
Hal ini menunjukkan adanya bentuk adaptasi
terhadap iklim setempat berupa overhang dan
meminimalisir penggunaan jendela.

Pada fasad belakang terdapat overhang di
atas jendela dan di atas balkon lantai 3.
Selain itu, juga terdapat overhang di atas
jendela yang di depannya tidak terdapat
balkon.
Hal ini menunjukkan adanya bentuk adaptasi
terhadap iklim setempat.

Universitas Sumatera Utara

94

menjorok ke dalam, seperti
Hilversum, Willem Dudok.

Townhall

(Sumber : Pribadi)
(Sumber : Greatbuildings)
(Sumber : Pribadi)
(Sumber : Pribadi)

(Sumber : Commons.wikimedia)

(Sumber : Pribadi)

Overhang ada yang bersifat permanen, namun
ada juga yang tidak bersifat permanen, sehingga
digunakan saat cahaya matahari yang masuk
terlalu berlebih.

(Sumber : Pribadi)

(Sumber : Commons.wikimedia)

Selain itu, dominan jendela tidak menjorok ke
dalam.
Dominan menggunakan pintu dengan 2 daun
pintu, ada yang menggunakan pintu dengan 1
daun pintu dan pintu putar.
Pintu menjorok ke dalam dan ada juga yang
menggunakan overhang di atas pintu.

Pintu

(Sumber : vvv)



Menggunakan pintu utama dengan 2
 Pintu utama bangunan ini memiliki
daun pintu, sehingga banyaknya udara
bukaan yang besar, sehingga banyaknya
dan cahaya yang dapat masuk ke
udara yang dapat masuk melalui pintu ini.
dalam bangunan melalui pintu ini.
 Adanya teras dan atap teras memiliki
 Adanya overhang di atas pintu.
overhang sekitar 1 m, sehingga dapat
terhindar dari cahaya matahari langsung
Hal ini menunjukkan letak dan bukaan pintu
dan terlindung dari air hujan.
sama dengan bangunan nieuwe bouwen
ekspresionisme Belanda dan penggunaannya Hal ini menunjukkan adanya bentuk adaptasi
terhadap iklim setempat.
sesuai dengan iklim setempat



Pintu utama bangunan ini memiliki 2 daun
pintu (bukaan yang cukup besar), sehingga
banyaknya udara yang dapat masuk melalui
pintu ini.
 Adanya teras dan atap teras memiliki
overhang sekitar 1,5-2 m, sehingga dapat
terhindar dari cahaya matahari langsung
dan terlindung dari air hujan..
 Adanya pintu krepyak yang mengurangi
intensitas cahaya yang masuk dan
mengurangi kecepatan angin yang masuk
dalam bangunan.
Hal ini menunjukkan adanya bentuk adaptasi
terhadap iklim setempat.

Universitas Sumatera Utara

95

(Sumber : Pribadi)
(Sumber : Pribadi)
(Sumber : rijksmonumenten dan het schip)
(Sumber : Pribadi)

Dinding Luar

Material
Di