Adaptasi Sosial Masyarakat Rusunawa Kota Binjai Chapter III V
BAB III
MASALAH –MASALAH YANG MUNCUL DI RUSUNAWA
3.1. Masalah Sarana dan Prasarana Rusunawa
3.1.1. Kebersihan
Dari hasil penelitian mengenai Prasarana di Rusunawa yaitu mengenai
kebersihan ruang publik, ditemukan bahwa tingkat kebersihan dari ruang publik
dapat dikatakan cukup bersih. Walau ditemukan kasus ketidak puasan pada beberapa
individu terhadap kualitas kebersihan lingkungan mereka. Misalnya, terdapat kotoran
– kotoran sampah, yang ternyata bagi masyarakat penduduk Rusunawa masih
dianggap dalam batas kewajaran.
Meski dapat digolongkan bersih namun penghuni Rusunawa harus
meningkatkan rasa kepedulian mereka terhadap kebersihan lingkungan sekitar.
Karena berdasarkan pengamatan dan hasil wawancara dengan salah satu pengelolah,
bahwa sebagian besar kebersihan Rusunawa dapat dikatakan berkat adanya petugas
kebersihan yang membantu membersihkan lingkungan Rusunawa. Oleh karena itu
untuk meningkatkan kebersihan, maka diperlukannya kerjasama yang baik diantara
penghuni Rusunawa dengan petugas kebersihan yang bekerja di Rusunawa. Karena
dengan lingkungan yang bersih secara langsung akan memberi rasa nyaman bagi
seluruh penghuni yang tinggal di Rusunawa. Selain rasa nyaman juga terdapat
banyak manfaat yang akan diperoleh dari lingkungan yang bersih.
61
Universitas Sumatera Utara
3.1.2. Kondisi Air Bersih
Penyediaan air bersih di Rusunawa, masih merupakan sebuah persoalan yang
perlu untuk dicarikan alternatif dalam penyediaannya. Dari hasil penelitian
ditemukan kecenderungan bahwa kualitas air minum masih kurang baik. Penghuni
Rusunawa masih sering mengeluh dengan kondisi air yang bau dan jika dimasak
rasanya sedikit berbeda. Selian itu juga yang sering menjadi persoalan bagi penghuni
Rusunawa Kota Binjai adalah tarif air yang terlalu mahal dan terkadang mati apabila
sedang diperlukan. Apalagi air sering mati ketika pagi hari dimana para penghuni
sedang membutuhkan air untuk berbagai kebutuhan mereka seperti memasak dan
mencuci. Terkadang mereka terpaksa membeli air galon untuk memenuhi kebutuhan
mereka untuk memasak. Atau alternatif lainnya penghuni Rusunawa terpaksa
menunggu hingga air hidup kembali. Pada pagi hari biasanya air akan mati selama
kurang lebih 3 jam. Meski kejadian seperti ini tidak terjadi setiap harinya, namun
tetap saja membuat kebanyakan penghuni kesal dan mengeluh. Kondisi air di
Rusunawa ternyata masih belum dapat memuaskan penghuni rusun.
3.1.3 Tempat Ibadah
Tempat ibadah yang terdapat di Rusunawa adalah sebuah Mushollah dengan
ukuran yang tidak begitu besar. Pengelola Rusunawa yaitu Ibu Maria mengatakan
bahwa, dibangunnya sebuah Mushollah ini adalah karena mayoritas penghuni
Rusunawa adalah Muslim. Dan sebagaimana kita ketahui bahwa umat Islam
menjalankan ibadah sholat lima kali sehari. Dengan begitu pemanfaatan penggunaan
Mushollah akan lebih efektif daripada tempat beribadah lainnya. Seperti tempat
beribadah umat Nasrani yang hanya digunakan seminggu sekali.
62
Universitas Sumatera Utara
Namun kebutuhan akan tempat peribadatan menurut penghuni Rusunawa
masih belum memuaskan. Sebagai salah satu fasilitas sosial, rumah peribadatan
menjadi bagian yang sebaiknya disediakan untuk menjamin kualitas lingkungan
rusun. Dari hasil penelitian masih terdapat warga rusun yang belum menemukan
kepuasan dalam menjalankan ibadahnya di lingkungan rusun, walaupun terdapat juga
warga yang sudah merasakan terpenuhinya kebutuhan akan tempat ibadah.
Ketidakpuasaan yang di rasakan warga Rusunawa adalah dengan alasan,
mereka sedikit terganggu ketika menjalankan ibadah Sholat di Mushollah. Dimana
terdapat gangguan kebisingan dari anak-anak yang sedang bermain di sekitar
Mushollah. Gangguan kebisingan memang tidak dapat dihidari. Oleh karena itu
sebagian penghuni lebih memilih melakukan ibadah Sholat di dalam rumahnya
dengan menutup pintu. Dengan begitu mereka merasa dapat menjalankan Sholat
dengan lebih khusyuk. Selain itu bangunan Musholla yang tidak begitu besar juga
menjadi salah satu faktor yang membuat ketidakpuasan para penghuni. Pasalnya
mereka harus pergi ke Mesjid terdekat untuk melakukan kegiatan pengajian. Hal ini
dikarenakan Mushollah yang terdapat di Rusunawa tidak dapat menampung semua
peserta pengajian.
3.1.4. Ruang Pertemuan atau Aula
Fasilitas ruang pertemuan yang menjadi ruang utama adanya pertemuan antar
warga ternyata masih dirasakan kurang. Ruang pertemuan atau aula yang terdapat di
Rusunawa juga merupakan bagunan multifungsi yang juga digunakan untuk tempat
parkir kendaraan pada malam hari. Warga Rusunawa mengharapkan agar ruang
pertemuan yang tersedia dibangun secara khusus sehingga dapat dipergunakan secara
efektif oleh seluruh warga yang akan melakukan sebuah pertemuan ataupun hajatan.
63
Universitas Sumatera Utara
Keterbatasan ruang membuat para penghuni akan merasa bingung jika
hendak melakukan suatu acara atau hajatan. Lokasi yang dapat dipergunakan sebagai
tempat membuat hajatan hanyalah aula. Penghuni Rusunawa sangat menyayangkan
karena aula yang tersedia juga dijadikan sebagai tempat parkir. Sehingga ketika
mereka hendak melangsungkan suatu pertemuan atau hajatan mereka harus
mengkosongkan tempat tersebut dari kendaraan-kendaraan yang terparkir. Sekaligus
membersihkannya dari kotoran-kotoran bekas kendaraan dengan cara menyapu dan
mengepel lantainya.
3.2. Masalah Antar Penguni Rusunawa
3.2.1. Persaingan
Persaingan merupakan proses sosial yang dilakukan oleh individu maupun
kelompok dengan tujuan mencari keuntungan sendiri atau kelompoknya tanpa
menggunakan ancaman ataupun kekerasan. Persaingan yang ditunjukan oleh
penghuni Rusunawa adalah persaingan dalam mode pakaian, tas, sepatu, kendaraan
pribadi dan barang-barang alektronik seperti handphone. Berdasarkan keterangan
salah satu penghuni Rusunawa yaitu Ibu Wiwit, pada awal menghuni banyak dari
mereka yang tidak memiliki sepeda motor namun saat ini hampir semua penghuni
memiliki sepeda motor. Jika dilihat di parkiran maka banyak sepeda motor dengan
berbagai warna dan bentuk yang terparkir. Mereka menurut Ibu Wiwit seperti “ikutikutan” dengan kata lain karena satu penghuni memiliki sepeda motor maka penghuni
lain juga ingin memilikinya.
Umumnya mereka memperoleh sepeda motor dengan cara kredit. Apalagi
sekarang ini segala barang elektronik bisa di dapat dengan mudah memalalui
64
Universitas Sumatera Utara
pengkreditan. Padahal sebelum memiliki kendaraan pribadi sebagian besar penghuni
menggunakan angkutan umum sebagai alat transportasi. Apalagi lokasi Rusunawa
Kota Binjai berada di tempat yang strategis dan di lewati oleh angkutan umum. Dulu
tidak pernah ada masalah bagi mereka untuk menggunakan angkutan umum kemana
pun mereka pergi namun sekarang mereka seperti enggan untuk menaiki angkutan
umum lagi dan lebih memilih mengkredit sepeda motor. Padahal Ibu Wiwit bercerita
bahwa terkadang sepeda motor itu pun tidak bertahan lama, ada bebrapa penghuni
yang tidak sanggup membayar kreditan sepeda motornya sehingga di tarik oleh debt
collector.
Ibu Sari contohnya, beliau adalah salah satu dari bebrapa penghuni yang nekat
untuk mengkredit sepeda motor dengan bayaran yang besar setiap bulannya. Baru 5
bulan di pakai Bu Sari harus merelakan sepeda motornya ditarik kembali oleh
shorum. Pasalnya ketidakmampuan Bu Sari untuk membayar tunggakan kreditan yang
sudah nunggak selama 3 bulan. Bu Sari mengaku dia mengkedit sebuah sepeda motor
atas keinginan putranya yang masih SMP namun ingin belajar mengendari sepeda
motor seperti teman-temannya yang lain. Bu Sari mencoba mengabulkan permintaan
putranya tersebut namun apalah daya pekerjaan suami Bu Sari yang hanya sebagai
tukang becak membuat Bu Sari dan suaminya tidak sanggup untuk membayar kredit
sepeda motor tersebut.
Tidak hanya dalam kendaraan pribadi untuk urusan barang elektronik pun
sebagian penghuni tidak mau kalah dengan penghuni lainnya. Ibu Wiwit
menyebutnya penghuni seperti itu dengan sebutan “pantang tak top”. Maksud dari
kalimat tersebut adalah dimana penghuni tidak bisa melihat penghuni lainnya
memiliki barang baru. Sebisa mungkin dia juga harus mempunyai barang yang sama
65
Universitas Sumatera Utara
bagusnya dengan yang dimiliki oleh tetangganya. Baru-baru ini Ibu Wiwit melihat
tetangga depan rumahnya mengganti telivisi lamanya dengan telivisi yang baru tidak
lama kemudian tetangga lainnya juga ikut membeli telivisi yang sama padahal telivisi
yang lama masih bisa digunakan. Ibu Wiwit tidak heran dengan tingkah para
tentangganya sebab menurut Ibu Wiwit sejak awal mereka menjadi penghuni
Rusunawa mereka memang sering terlihat berasaing dalam hal kekayaan. Tidak
jarang mereka saling menjelekkan satu sama lain padahal hunian mereka letaknya
berdampingan. Meski di belakangan mereka saling menceritakan keburukan satu
dengan yang lainnya namun mereka tetap bersikap manis di depan penghuni yang
bersangkutan. Ibu Wiwit mengungkapkan bahwa di antara penghuni Rusunawa
memang mereka memiliki keuangan yang memadai dan mungkin lebih dari cukup
untuk sekedar makan sehari-hari.
“uda gak heran kalau lihat mereka saling pamer-pameran barang kayak
gitu. Hampir seluruh warga sini pun tahu mereka kayak mana. Tapi biar
ajalah mungkin uangnya banyak, suaminya kan kerja di kantor jadi
gengsinya pun tinggi. Pantang liat tetangga beli yang baru dia pun ikutikutan”. Ungkap Ibu Wiwit sambil sedikit tertawa.
Namun menurut penghuni lainnya yang membeli sepeda motor dan barangbarang elektronik bahwa mereka membeli semua itu karena atas dasar kebutuhan. Dan
mereka membeli sesuai dengan kemampuan perekonomiannya. Meskipun demikian,
dibalik alasan karena sesuai dengan kemampuan membeli barang-barang tersebut,
sebenarnya secara tidak langsung atau samar terjadi persaingan diantara mereka.
Keinginan untuk membeli barang-barang tersebut lebih kuat daripada kebutuhan dasar
mereka.
66
Universitas Sumatera Utara
3.2.2. Konflik
Adanya kepadatan penghunian serta masing-masing rusun yang berdekatan
mengakibatkan kegaduhan akan mengurangi kenyamanan hidup penghuni rusun. Dari
hasil penelitian ada beberapa penghuni yang mengalami pertentangan satu dengan
yang lainnya. Biasanya pertentangan atau konflik terjadi berkaitan dengan anak-anak,
hutang piutang dan kebisingan yang tidak pada waktunya dan tempatnya.
Biasanya anak-anak dalam bermain sering terjadi pertentangan atau
perkelahian antar anak karena mereka ingin mempertahankan pendirannya masingmasing. Akan tetapi pertengkaran sang anak dapat menjadi konflik antara orangtua
anak yang bersangkutan. Orangtua masing-masing anak melakukan pembelaan
terhadap anaknya dan tidak terima jika anaknya disalahkan. Apalagi jika terjadi
pertengkaran yang melukai fisik sang anak seperti di cakar, dijambak, atau dipukul.
Orangtua yang tidak terima dengan perlakuan dari teman anaknya akan dengan sigap
langsung memberi teguran terhadap teman anaknya atau bahkan mendatangi
huniannya untuk memberi teguran. Hal semacam ini yang akhirnya menimbulkan
konflik di antara para orangtua.
Konflik seperti ini memang tidak berlangsung lama pada sang anak namun
tidak sebaliknya pada orangtua. Anak yang berkelahi hari ini bisa akrab kembali
keesokan harinya. Namun pada orangtua sang anak konflik ini bisa berkepanjangan,
alasannya karena sakit hati de ngan perlakuan dari lawannya. Pada umumnya mereka
yang sedang mengalami konflik tidak akan bertegur sapa sampai salah satu dari
mereka ada yang meminta maaf atau menyapa terlebih dahulu. Selain itu juga mereka
akan saling sindir dan masing-masing akan menceritakan permasalahan ini dengan
tetangga terdekatya. Akibatnya ketika terjadi suatu perkelahian di antara penghuni
67
Universitas Sumatera Utara
Rusunawa maka hampir seluruh penghuni akan mengetahuinya. Lebih dari itu bahkan
sampai ada juga yang melaporkan kejadian ini kepada pengelola Rusunawa agar yang
bersangkutan diberi teguran. Tetapi pihak pengelola merasa tidak perlu ikut campur
menganai masalah yang sedang dialami para penghuni. Pengelola hanya bisa
mengingatkan agar masing-masing penghuni tetap menjaga kenyamanan para
penghuni lainnya selama tinggal di Rusunawa.
Hal seperti ini sama dengan yang dialami oleh Ibu Nuri. Dimana ketika itu
anak laki-lakinya tidak sengaja mendorong temannya hingga jatuh ketika bermain di
halaman Rusunawa. Karena tidak terima dengan perlakuan anak Ibu Nuri maka
orangtua anak yang jatuh mendatangi Ibu Nuri dengan marah-marah. Ibu Nuri tidak
melawan dan hanya diam saja karena tidak ingin memperpanjang masalah. Namun
sepertinya ibu anak tersebut belum dapat melupakan atau bahkan memaafkan
perlakuan anak Bu Nuri hingga sampai saat ini ibu anak tersebut tidak pernah
menyapa atau hanya sekedar melempar senyuman kepada Bu Nuri.
Pemicu terjadinya konflik lainnya adalah mengenai masalah hutang piutang.
Keadaan ekonomi setiap keluarga tidak bisa di duga-duga, terkadang mereka
memiliki keadaan ekonomi yang bagus sehingga mampu memenuhi segala kebutuhan
rumah tangga namun terkadang juga sebaliknya. Ketika keadaan ekonomi lagi
sulitnya-sulitnya maka jalan keluar yang dipilih oleh kebanyakan warga Rusunawa
adalah meminjam uang milik tentangganya. Rasa ingin membantu membuat sebagian
warga memberikan pinjaman kepada warga yang sedang mengalami kesulitan. Meski
terkadang uang yang mereka miliki juga tidak banyak namun rasa persaudaraaan di
antara mereka membuat mereka tidak sungkan memberikan pinjaman jika memang
mereka memiliki uang lebih.
68
Universitas Sumatera Utara
Namun dari kenyataan yang penulis temukan dilapangan bahwa ada konflik
yang terjadi akibat hutang piutang yang terjadi di antara peghuni. Ketika itu saya baru
saja mau menaiki tangga untuk menuju lantai 3 namun dari lantai 2 saya mendengar
suara perempuan dengan nada tinggi sedang menagih hutang di salah satu hunian
warga yang bernama Ibu Novi. Ibu Novi adalah seorang ibu rumah tangga yang
suaminya hanya bekerja sebagai tukang parkir. Penghasilan suaminya yang tidak
mencukupi untuk membayar tangihan listik dan air yang sudah 3 bulan menunggak
membuat Ibu Novi meminjam uang dengan salah satu penghuni yang bernama Ibu
Wati. Karena apabila Ibu Novi tidak melunasi tagihan air dan listik pada bulan itu
maka pihak pengelola Rusunawa terpaksa harus meminta Ibu Novi dan keluarganya
untuk pindah dari Rusunawa sebagaimana telah tertera di peraturan yang telah di
sepakati bersama.
Hutang yang telah sekian lama tidak dibayar oleh Ibu Novi membuat Ibu Wati
geram dan mendatangi hunian Ibu Novi dengan marah-marah. Bukan hanya sekali
atau dua kali Ibu Wati menagih agar hutangnya segara dilunaskan namun Ibu Novi
hanya memberikan janji-janji yang sampai saat ini juga belum ditepatinya. Disisi lain
Ibu Wati juga lagi membutuhkan uang untuk biaya sekolah anaknya yang akan
melakukan perpisahan di sekolahnya. Di depan hunian Ibu Novi beliau dengan
lantangnya mengatakan,
“aku uda capek ya mintanya sama kau, tiap hari kau bilang besok besok
tapi gak kau bayarkan juga. Bukan kau aja yang butuh uang, aku pun
lagi butuh. Anak ku mau bayar uang perpisahan sekolahnya. Jangan
janji aja kau, gak mau tau aku kau bayar lah pokoknya besok hutang
kau itu”
Ibu Novi hanya bisa menahan malu karena banyak penghuni yang sedang
menyaksikan kejadian tersebut. Disaat yang bersamaan para tentangga lainnya juga
69
Universitas Sumatera Utara
malah ikut mengunjing dan mengolok-olok mereka, hanya ada seorang laki-laki yang
mencoba mengerai perkelahian tersebut. Karena Ibu Novi tidak melawan dan hanya
bisa berkata “iya” maka akhirnya dengan muka yang masih terlihat jelas memancarkan
kemarahan Ibu Wati meninggalkan hunian Ibu Novi dan kembali ke huniannya di
lantai 2.
Kejadian seperti ini kerap terjadi di Rusunawa, apalagi banyak penghuni yang
juga ikut campur dengan masalah penghuni lainnya. Mereka ikut mengomentari
permasalahan yang terjadi dan memberi pembelaan kepada salah satu pihak yang
sedang tersandung masalah. Akibatnya terjadi perselisihan yang semakin memanas
diantara dua kubu dan perselisihan ini akan sulit untuk diselesaikan. Bahkan menurut
penuturan salah satu penghuni yaitu Kak Sri yang sudah menghuni Rusunawa lebih
dari 2 tahun bahwa,
“karena utang-utang kayak gini hari tu pun sampek ada yang pindah.
Dia gak sanggup bayar karena ditinggal suaminya kerjanya ke Batam
terus gak pernah ngirim suaminya itu. Pahadal Cuma 500 ribunya
utangnya itu. Terakhir karena malu dia kan di omongin orang rusun ini
pindah dia. Pindahnya pun gak ada yang tau diam-diam dia kayaknya
pas malam hari”
Dari apa yang di sampaikan oleh Kak Sri dapat di artikan bahwa, ada
ketidakmampuan salah seorang penghuni dalam menyeselesaikan masalahnya dengan
penghuni lainnya. Akibatnya membuat dia memilih memutuskan untuk pindah dari
Rusunawa pada malam hari agar tidak ada penghuni yang tahu. Pindah pada malam
hari seperti ini sering disebut dengan “lari malam”. Penghuni yang lari malam ini akan
keluar dan memindahkan barang-barangnya secara diam-diam pada malam hari, kunci
huninnya akan dibiarkan menempel di pintu . Dan pada keesokan harinya baru lah
tetangga terdekat melaporkan kejadian tersebut kepada pengelola Rusunawa.
70
Universitas Sumatera Utara
Selain rasa malu yang dipikul oleh penghuni yang melakukan lari malam sebab
lain dia keluar dari Rusunawa adalah karena dia sudah menunggak lagi dalam
membayar uang air dan uang listrik selama 2 bulan. Padahal sejauh ini menurut Bu
Maria yang merupakan pengurus Rusunawa bahwa belum pernah ada pengusiran
akibat menunggakan yang dilakukan penghuni Rusunawa. Biasanya apabila sudah
selama 3 bulan penghuni belum melunasi uang listrik dan air maka pengelola akan
mengeluarkan surat peringatan terlebih dahulu dan memberi tempo hingga bulan
berikutnya.
71
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
PENYESUAIAN DIRI DAN PERUBAHAN YANG TERJADI PADA
PENGHUNI RUSUNAWA
4.1. Penyesuaian Terhadap Lingkungan Fisik
Perubahan lingkungan fisik mempengaruhi perilaku seseorang baik secara
langsung maupun tidak langsung. Seperti yang terjadi pada penghuni Rusunawa Kota
Binjai, secra fisik tempat hunian mereka mengalami perubahan dari lingkungan
pemukiman
horizontal
menjadi
lingkungan
pemukiman
vertikal.
Perubahan
lingkungan tersebut mempengaruhi para penghuni Rusunawa dalam menyikapi
keterbatasan ruang pada huniannya. Mereka telah menyikapi perubahan lingkungan
fisik dengan berbagai perilaku penyesuaian fisik.
Hunian Rusunawa dengan ukuran luas 24 m² tentu saja membatasi ruang gerak
penghuni. Berbeda dengan hunian sebelumnya dimana mereka memiliki hunian
dengan ukuran yang lebih besar dibandingkan dengan ukuran hunian di Rusunawa
yang sekarang mereka tempati. Untuk dapat memaksimalkan penggunaan ruang maka
penghuni Rusunawa membuat sekat-sekat pada huniannya. Penghuni yang membuat
sekat biasanya untuk kebutuhan ruang tidur. Ada yang membuat satu ruang tidur
menjadi dua ruang dengan disekat menggunakan lemari atau triplek.
Selain itu keterbatasan ruang juga membuat ruangan menjadi multifungsi.
Sebagian penghuni memanfaatkan satu ruang menjadi dua fungsi. Ada penghuni yang
menggunakan ruang tamu juga sekaligus menjadi ruang tidur. Menjadikan ruang tamu
menjadi ruang tidur dilakukankan karena pada hunian Rusunawa hanya memiliki satu
ruang tidur. Hal seperti ini biasanya terjadi pada penghuni yang memiliki dua anak dan
72
Universitas Sumatera Utara
anak mereka sudah beranjak remaja sehingga tidak memungkinkan jika mereka tidur
satu kamar bersama orangtuanya. Ada pula yang memanfaatkan ruang tamu juga
sebagi ruang makan, ruang belajar dan ruang keluarga. Disamping banyaknya
penghuni yang memanfaatkan ruang menjadi multifungsi, ada juga penghuni yang
menerima dan memanfaat ruang sesuai dengan yang telah tersedia.
Keterbatasan ruang juga membuat beberapa penghuni yang memiki barangbarang yang banyak binggung untuk meletakkan barang-barangnya. Kebanyakan dari
mereka membawa barang-barang dari hunian lamanya seperti kursi, tempat tidur,
lamari, dan alat-alat elektronik berupa telivisi. Namun barang-barang yang mereka
bawa akhirnya tidak dapat diletakkan semua di dalam hunian. Hunian Rusuanwa
terlalu kecil untuk memuat semua barang-barang tersebut. Sebagain dari mereka ada
yang nekat meletakkan kursi di teras depan hunian. Padahal menurut peraturan tata
tertib yang telah disepakati perbuatan tersebut adalah suatu pelanggaran.
Seperti halnya yang diungkapkan oleh salah seorang penghuni Rusunawa yang
menjadi informan saya yaitu Bu Yus:
“gak boleh sebenarnya kursi ini diletak disini tapi di dalam pun ya gak
muat, kalau tetap letak di dalam ya sempit kali ornag mau lewat pun
susah jadi biar ajalah di sini. Uda perna juga kena tegur sama petugas
kebersihan disini tapi aku ya diam aja gak ku pindah-pindahin juga.
Orang ya masih petugasnya yang negur kalau pengelolanya yang negur
ya baru takut juga.”
Bu Yus dengan sadar mengetahui bahwa meletakan kursi di teras huniannya
adalah suatu kesalahan namun baginya tidak ada pilihan lain selain meletakkannya di
teras. Disini juga terlihat bahwa peraturan yang dibuat dan disepakati bersama juga
tidak berlaku tegas sehingga masih ada warga yang nekat untuk melanggarnya.
73
Universitas Sumatera Utara
Kebanyakan warga yang melanggar memiliki alasan yang relatif sama yaitu karena
tidak adanya lagi ruang kosong untuk meletakan barang-barang tersebut.
Foto 4.1: Perabotan rumah tangga yaitu kursi yang diletakkan di teras hunian
Walaupun ada sebagian penghuni yang melanggar peraturan tata tertib di
Rusunawa, ada juga penghuni yang tetap mengikuti peraturan yang ada. Seperti halnya
Bu Nuri, beliau adalah salah satu penghuni yang tetap mengikuti peraturan yang
berlaku. Bu Nuri lebih memilih untuk menjual barang-barang yang tidak
memungkinkan untuk diletakkan di dalam huniannya. Berbeda dengan Bu Yus, Bu
Nuri merasa malu jika harus melanggar dan di beri teguran baik dari pengelola
maupun dari petugas kebersihan.
Sesuai peraturan tata tertib bahwa, jika meletakkan barang atau perabotan di
teras hunian maka barang tersebut akan diletakan di dalam gudang milik Rusunawa.
Namun sejauh ini sanksi tersebut belum pernah diberi kepada penghuni yang
melanggar. Sanksi yang diberi hanya sebatas teguran-teguran yang tidak perna
74
Universitas Sumatera Utara
ditanggapi oleh penghuni yang melakukan pelanggaran. Meski begitu bagi sebagian
penghuni termasuk Bu Nuri, mereka tetap tidak berani untuk melanggranya dan lebih
memilih untuk menjual barang-barang yang sekiranya kurang bermanfaat.
Bagi penghuni yang memiliki anak balita tinggal di Rusunawa juga menjadi
suatu kecemasan tersendiri. Dimana bangunan bertingkat ini memiliki resiko
kecelakaan yang tinggi. Untuk itu diperlukannya pengawasan orangtua terhadap anak
yang lebih ekstra. Jika di hunian horizontal memiliki halaman yang bisa digunakan
untuk bermain anak maka di Rusunawa setiap sudut bangunan dapat dijadikan sebagai
tempat bermain. Selain halaman dasar Rusunawa, teras hunian adalah tempat yang
sering digunakan untuk tempat bermain.
Demi supaya tidak terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan seperti jatuhnya
anak dari lantai atas maka beberapa penghuni yang memiliki anak balita usia 1-2 tahun
memberi palang pintu yang terbuat dari papan. Tujuannya agar sang anak tidak keluar
hunian. Sebenarnya untuk mencegah anak keluar hunian dapat dilakukan dengan
menutup pintu hunian. Namun menurut informasi yang di dapat dari informan, jika
menutup pintu hunian maka hunian menjadi sumpek dan panas. Oleh karena itu
mereka menyiasatinya dengan membuat semacam palang yang menghalangi sang anak
untuk keluar. Selain itu hal ini juga dilakukan agar orangtua seperti para ibu tetap
dapat melakukan pekerjaan rumah tangga seperti memasak tanpa harus mengawasi
sang anak dari dekat. Tindakan seperti ini menurut para warga dapat mengurangi
kecemasan mereka terhadap resiko jatuhnya anak.
Teras hunian yang merupakan bagian bersama sering menjadi tempat untuk
melakukan kegiatan pribadi bagi penghuni. Selain kerap kali menjadi tempat bagi
bermain anak-anak, selain itu teras teruatama yang langsung bersinggungan dengan
75
Universitas Sumatera Utara
hunian penghuni juga sering menjadi tempat bersosialisasi. Kegiatan yang bersifat
privat ini memenuhi teras tersebut sehingga bagi penghuni lain yang ingin melintasi
area tersebut jadi merasa terganggu dan enggan melewati tempat tersebut, sehingga
teras yang merupakan akses utama pada rumah susun tidak berfungsi sebagaimana
mestinya ruang milik bersama.
Beda halnya lagi dengan Bu Sari yang memiliki hobi menanam bunga. Banyak
bermacam-macam bunga yang di bawanya dari tempat tinggal lamanya. Meski sempat
bingung namun Bu Sari tetap melanjutkan hobinya di Rusunawa. Karena tidak adanya
tempat yang memadai untuk merawat tanamannya, oleh karena itu sebagian bunga
yang di bawanya diletakannya di halaman Rusunawa yang pada akhirnya tanamantanaman milik Bu Sari menjadi tanaman milik bersama. Namun sebagian lagi
diletakkanya di balkon belakang huniannya yang juga sebagai tempat menjemur
pakaian. Tetapi sayangnya tanaman Bu Sari tidak dapat tumbuh di sini. Banyak
tanaman yang mulai layu dan akhirnya mati. Ini terjadi karena tidak adanya pancaran
langsung matahari terhadap tanamannya.
76
Universitas Sumatera Utara
Foto 4.2: Balkon belakang yang digunakan untuk tempat tanaman.
Fenomena lain yang menjadi permasalahan penting dalam Rusunawa
sehubungan dengan prilaku penghuninya ialah adanya kebiasaan menjemur pakaian.
Menjemur pakaian keluar jendela merusak pemandangan dan dapat meneteskan air
dari pakaian yang masih basah ke jemuran pakaian yang sudah kering di bawahnya,
selain itu tetesan air yang menetes ke dinding rumah susun menjadikan area tersebut
lembab dan menimbulkan lumut sehingga merusak kondisi bangunan secara
keseluruhan.
77
Universitas Sumatera Utara
Foto 4.3: jemuran penghuni yang merusak pemandangan
Kebanyakan perancangan rumah susun tidak disertai dengan antisipasi
kebudayaan masyarakat dalam menjemur pakaian. Tidak tersedianya ruang jemur
yang memadai memicu para penghuni untuk menggunakan balkon dengan luas
“seadanya” itu untuk menjemur pakaian. Ini mencerminkan masyarakat khususnya di
Indonesia yang sebenarnya belum siap menerima konsep rumah susun dan belum
mampu sepenuhnya beradaptasi dengan lingkungan rumah susun tersebut.
4.2. Penyesuaian Terhadap Lingkungan Sosial
4.2.1. Menjalin Kerjasama Antar Sesama Penghuni
4.2.1.1. Kerjasama Dalam Hal Gotong Royong
Tingkat keeratan hubungan sosial dapat dilihat dari peristiwa kerjasama
dengan tetangga. Kerjasama yang erat ini didukung dengan pola hubungan yang
rukun di antara penghuni Rusunawa. Hubungan antar penghuni dapat juga dilihat
sebagai suatu hubungan sosial, yang dalam hal ini dirumuskan sebagai jaringan yang
terwujud karena interaksi antara satuan-satuan atau orang-orang dalam masyarakat.
78
Universitas Sumatera Utara
Dalam rangka penelitian Rusunawa Kota Binjai, satuan sosial yang dimaksud adalah
individu yaitu warga atau penghuni yang tinggal di Rusunawa tersebut.
Dalam perwujudannya sehari-hari hubungan sosial atau hubungan atara
penghuni itu tampak dalam berbagai tindakan atau prilaku yang bersifat fisik. Secara
garis besar, corak hubungan antar penghuni di Rusunawa ini dapat dilihat dari dua
sisi. Sisi pertama adalah corak hubungan yang bersifat kejasama dan sisi kedua yaitu
corak hubungan yang bersifat pertentangan atau konflik.
Corak kerjasama dapat terlihat pada penghuni yang berbaur dan menyatu satu
dengan yang lainnya. Mereka saling bertegur sapa, tolong menolong dalam aktivitas
tertentu seperti ikut bergotong royong yang dilakukan di Rusunawa. Secara
konseptual, gotong royong dapat diartikan sebagai suatu model kerjasama yang
disepakati bersama. Dalam perspektif sosio budaya, nilai gotong royong adalah
semangat yang diwujudkan dalam bentuk perilaku atau tindakan individu yang
dilakukan tanpa pamrih (mengharap balasan) untuk melakukan sesuatu secara
bersama-sama demi kepentingan bersama atau individu tertentu. Koentjaraningrat
(1987) membagi dua jenis gotong royong yang dikenal oleh masyarakat Indonesia;
gotong royong tolong menolong dan gotong royong kerja bakti. Kegiatan gotong
royong tolong menolong terjadi pada aktivitas pertanian, kegiatan sekitar rumah
tangga, kegiatan pesta, kegiatan perayaan, dan pada peristiwa bencana atau kematian.
Sedangkan kegiatan gotong royong kerja bakti biasanya dilakukan untuk mengerjakan
sesuatu hal yang sifatnya untuk kepentingan umum.
Setiap sebulan sekali pengelola Rusunawa Binjai mengadakan kegiatan kerja
bakti membersihkan lingkungan Rusunawa yang diadakan pada hari Minggu pagi dan
diikuti oleh semua penghuni Rusunawa. Biasanya dalam kegiatan kerja bakti ini para
79
Universitas Sumatera Utara
penghuni menyiapkan alat-alat kebersihan secara pribadi seperti sapu, arit, cangkul,
serokan sampah dan lain sebagainya. Kegiatan kerja bakti ini dimulai pada pukul
07.00 WIB dan biasanya selesai pada pukul 10.00 WIB. Kegiatan pertama yang
dilakukan para penghuni adalah membersihkan halaman yang ada di Rusunawa
dilanjtukan dengan menaman bunga dan membersihkan aliran parit agar tidak
tersumbat. Di saat yang bersamaan ada juga beberapa ibu rumah tangga yang sedang
menyiapkan sarapan bagi penghuni yang sedang melakukan kerja bakti. Baik kegiatan
kerja bakti maupun menyiapkan sarapan semua dilakukan para penghuni secara
sukarela.
Kerja bakti bukanlah hanya sekedar membersihkan lingkungan agar menjadi
bersih, asri, sehat dan rapi, sehingga kalau lingkungan selalu bersih dan indah maka
secara langsung maupun tidak langsung akan menambah kenyamanan dan semangat
warga. Dengan kerja bakti, ikatan keluarga kian tersambung rapih, kesusahan yang
dialami dapat terobati, dan pekerjaan yang berat akan terasa ringan karena dilakukan
secara bersama-sama dengan senang hati. Melalui bekerja sama, maka akan terbentuk
suatu ikatan yang terdapat rasa saling percaya, dimana masing-masing warga bisa
diandalkan dan bertanggung jawab akan perannya dalam masyarakat.
Nanum berdasarkan pernyataan dari seorang penghuni yang tinggal di
Rusunawa yaitu Pak Rial ternyata meski kegiatan kerja bakti ini diikuti oleh semua
penghuni namun masih ada saja penghuni yang tidak mau terlibat untuk kerja bakti.
Dia lebih memilih bersantai-santai di dalam huniannya. Meski sudah diajak untuk
ikutserta dalam kegiatan kerja bakti ini berkali-kali namun sepertinya ajakan tersebut
tidak dihiraukan. Para penghuni lainnya pun enggan untuk terus menerus
80
Universitas Sumatera Utara
mengingatkan utnuk keikutsertaannya, sebab kegiatan kerja bakti ini memang bukan
sebuah paksaan melainkan kesukarelaan para penghuni.
“semakin lama makin sikit yang mau ikut bersih-bersih. Paling cuma
berapa orang aja. Karena satu orang malas yang lainnya ikutan malas
juga. Tapi maunya ada lah rasa segannya ya kan, tapi ya gitu lah
manusia sifatnya macam-macam. Kita pun ya gak bisa maksa juga”.
Penjelasan yang diberikan Pak Rial memperlihatkan bahwa penghuni yang
tidak mau untuk kerja bakti juga mempengaruhi para penghuni lainnya. Penghuni yang
dulunya rajin melakukan kerja bakti lama kelamaan juga menjadi malas karena
melihat ada penghuni yang tidak mau terlibat dalam kerja bakti. Meski bukan contoh
yang baik untuk ditiru namun kenyataannya kini semakin sedikit penghuni yang mau
untuk bekerja bakti membersihkan lingkungan Rusunawa. Dan kegiatan kerja bakti
yang dulunya hampir dilakukan setiap bulan kini terkadang hanya dilakukan dalam
beberapa bulan sekali setiap tahunnya.
Harus dipahami bahwa tinggal di sebuah Rusunawa yang terdiri dari berbagai
individu dengan berbagai sifat dan tingkah laku yang berbeda-beda terkadang
memang lebih memerlukan sifat saling memahami dan saling menghargai.
Ketidakcocokan pasti sering terjadi di antara penghuni, namun demi keharmonisan
bertetangga beberapa penghuni lebih memilih untuk diam dan memendam
ketidaksukaannya agar tidak terjadi kegaduhan atau adu mulut.
4.2.1.2. Kerjasama Dalam Hal Hajatan dan Kematian
Selain dalam kegiatan kerja bakti hubungan tolong menolong dalam
kehidupan warga masyarakat Rusunawa semakin tampak pada kegiatan hajatan atau
jika ada salah satu warga yang terkena musibah. Pada umumnya tetangga terdekat
dalam satu lantai biasanya datang memberi bantuan berupa tenaga atau sumbangan
81
Universitas Sumatera Utara
berupa uang atau barang dengan harapan apabila yang bersangkutan berganti
menyelenggarakan suatu kegiatan juga akan mendapat imbalan serupa. Pendapat
penghuni Rusunawa seperti yang dijelaskan diatas sama dengan konsep Reriprositas.
Secara sederhana resiprositas adalah pertukaran timbal balik antar individu atau antar
kelompok. Dalam resiprositas ini, individu atau kelompok memberikan barang atau
jasa kepada individu atau kelompok lain tanpa menentukan batas waktu
mengembalikan. Dalam pertukaran masing-masing pihak percaya bahwa mereka akan
saling memberi, dan percaya bahwa barang dan jasa yang diberikan akan dibalas
entah kapan. Sehingga juga bisa dikatakan bahwa resiprositas umum berlaku di
kalangan orang-orang yang mempunyai hubungan kerabat dekat.
Hajatan yang sering dilakukan di Rusunawa adalah acara pesta ulang tahun.
Meski bukan suatu hajatan yang besar seperti pesta pernikahan atau sunatan namun
dalam acara pesta ulang tahun para penghuni juga ikut membantu sang pemilik
hajatan. Para tetangga terdekat biasanya datang untuk membantu memasak dan
menyiapkan dekorasi tempat yang digunakan untuk pesta ulang tahun. Karena luas
hunian terbatas dan tidak memungkinkan untuk menampung para tamu maka biasanya
acara ulang tahun akan dilakukan di aula yang terdapat di lantai dasar. Meski
terkadang acara pesta ulang tahun dilakukan secara sederhana dan tidak terkesan
mewah namun tidak mengurangi kebahagian sang anak yang berulang tahun dengan
para teman-temannya. Bernyanyi, meniup lilin, memotong kue serta berdoa dan
berfoto bersama adalah serangkaian acara yang dilakukan. Setelah serangkain acara
telah selesai dilaksanakan maka para tetangga yang lain juga ikut membersihkan aula
yang telah digunakan dengan senang hati.
82
Universitas Sumatera Utara
Lain halnya dengan terjadi musibah (meninggal dunia) dengan salah satu
penghuni Rusunawa. Maka tetangga terdekat terutama yang terdapat di depan atau
disebelah rumahnya pada satu lantai akan menyediakan sebagian ruang huniannya
untuk tempat tamu yang sedang melayat. Sedangkan tetangga lainnya yang agak jauh
atau yang berada di lantai yang berbeda secara spontan akan datang mengucapkan
turut beduka cita dengan memberikan uang seikhlasnya. Tanpa disuruh warga
terdekat juga ikut menyelesaikan persyaratan yang diperlukan, seperti dalam kegiatan
proses penguburan.
4.2.1.3. Kerjasama Dalam Hal Tolong Menolong
Hubungan tolong menolong juga terlihat pada sebagian warga yang apabila
sedang mendapat kesulitan. Mereka tidak segan untuk meminta tolong kepada
tetangga yang telah dikenalnya dengan baik dan akrab. Misalnya ketika mereka
kekurangan uang utnuk kebutuhan sehari-hari atau keperluan anak sekolah. Selain
tolong-menolong dalam urusan keuangan penghuni Rusunawa juga sering meminjam
bahan dapur seperti cabai, tomat, garam kepada tetangga di samping huniannya
apabila ada bahan dapur yang kurang dan malas untuk turun ke bawah membeli bahan
yang kurang. Menurut penghuni setempat sudah biasa jika seseorsng meminjam uang
atau barang kepada tetangganya yang dekat dan dikenalnya. Mereka berpendapat
bahwa suatu saat seorang meminta tolong tetapi di saat lain bisa saja warga itu yang
akan memberikan pertolongan kembali.
“tinggal disini sudah lama, semua sudah ibu anggap keluarga. Kalau
ada apa-apa ibu ceritanya sama tetangga karena keluarga jauh di Jawa.
Kalau ibu butuh uang suami ibu belum gajian ya ibu pijam sama
mereka. Syukur kalau mereka juga lagi punya uang ya dikasi pinjaman
tapi kalau gak ada ya ibu pinjam sama angsuran5”. Ungkap Ibu Sari.
5
Orang yang meminjamkan-minjamkan uang dengan bunga yang besar (rentenir).
83
Universitas Sumatera Utara
Menurut Ibu Sari karena beliau sudah kenal lama dan sudah akrab dengan para
tetangganya di Rusunawa maka apabila dia mengalami kesulitan dia akan meminta
bantuan pertama kali kepada tentangga terdekatnya yang sudah memiliki rasa saling
percaya. Apalagi beliau adalah warga perantauan dari Pulau Jawa yang tidak memiliki
banyak saudara di Kota Binjai. Jika ada keperluan mendesak dan suaminya belum
gajian maka Ibu Sari lebih memilih meminjam uang kepada tetangganya
dibandingkan dengan lentenir. Meski terkadang merasa segan namun bagi Ibu Sari
tidak ada pilihan lain dibandingkan beliau harus meminjam uang kepada lintenir yang
bunganya lumayan besar.
4.2.1.5. Kerjasama Dalam Hal Olahraga
Warga Rusunawa juga aktif pada kegiatan olahraga yang dilakukan di dalam
lingkungan Rusunawa. Meski fasilitas olahraga di Rusunawa belum memadai dan
tidak memiliki lapangan khusus namun semangat olahraga para penghuninya patut
diacukan jempol. Olahraga yang paling populer yang sering dimainkan oleh para
remaja di Rusunawa adalah olahraga sepak bola. Seperti biasa olahraga ini adalah
salah satu olahraga yang sagat digemari oleh para anak laki-laki. Baik anak-anak kecil
dan para pemuda di Rusunawa sering memakai lapangan di Rusunawa untuk bermain
bola. Permainan ini dilakukan pada sore hari di lapangan yang tidak begitu luas.
Meski begitu permainan ini tetap berjalan sangat seru. Mereka bermain seenaknya
tanpa ada aturan yang permainan yang jelas. Yang terpenting baginya adalah ikut
serta berbaur bersama para penghuni yang lain. Berolahrga sambil mempererat
solidaritas diantara mereka merupakan hal yang penting dan perlu terus
dipertahankan.
84
Universitas Sumatera Utara
Di saat para pemuda Rusunawa asyik bermain sepak bola maka penghuni
perempuan baik yang sudah dewasa maupun anak-anak ikut menonton dan memberi
semangat layaknya supporter sepak bola. Sungguh suatu pemadangan yang seru di
sore hari untuk melepas jenuh setelah beraktifitas seharian. Kegiatan olah raga ini
juga menggambrakan bagaimana hubungan kerjasama anatar penghuni Rusunawa.
4.2.2. Mengikuti Organisasi Sosial
Organisasi sosial yang akan dikemukakan dalam penelitian ini adalah
organisasi nonformal yang terdapat di pemukiman Rusanawa Kota Binjai. Organisasi
sosial nonformal adalah organisasi sosial yang keberadaannya merupakan hasil
prakarsa warga dan sifatnya tidak resmi dan tidak berbadan hukum. Organisasi sosial
nonformal yang terbentuk di Rusunawa Kota Binjai antara lain arisan dan pengajian.
4.2.2.1. Arisan
Arisan ibu-ibu di lingkungan Rusunawa terjadi terutama pada penghuni yang
berada dalam satu lantai. Tidak hanya ada satu kelompok arisan tetapi ada beberapa
kelompok arisan dengan anggota yang berbeda-beda. Jumlah anggota arisannya pun
bervariasi begitu juga dengan jumlah uang setoran arisan yang dikeluarkan.
Berdasarkan jumlah uang setoran yang dikeluarkan, kelompok arisan ini dapat
dibedakan menjadi dua. Yaitu kelompok arisan dengan jumlah uang setoran yang
besar dan kelompok arisan dengan jumlah uang setoran yang relatif kecil.
Pada kelompok arisan yang uang setorannya besar yaitu Rp. 50.000 setiap
bulannya memiliki anggota yang lebih banyak. Anggota arisan kelompok ini ada
sekitar 40 orang ibu-ibu penghuni Rusunawa. Dilihat dari mata pencahariannya maka
kelompok arisan ini sebagian besar memiliki pekerjaan yang lebih baik dari yang
lainnya. Namun ada juga penghuni yang mengikuti arisan ini tetapi selalu menunggak
85
Universitas Sumatera Utara
karena tidak sanggup membayar setoran setiap bulannya dan akhirnya berhenti
mengikuti arisan tersebut.
Sementara pada kelompok arisan yang setorannya lebih kecil yaitu sebesar Rp.
20.000 setiap bulannya. Kelompok arisan ini memiliki anggota arisan yang lebih
sedikit yaitu 20 orang. Arisan ini biasanya diundi di rumah salah satu anggota
kelompok yang dapat sebelumnya secara bergiliran pada hari Minggu pertama setiap
bulannya. Biasanya pengundian ini dilakukan para ibu-ibu Rusunawa saat sore hari
dimana mereka setalah selesai beraktifitas. Di sana tersedia hidangan sederhana
seperti air dan makanan ringan seperti kue yang disediakan oleh pemilik hunian.
Yang cukup menarik adalah peggunaan uang arisan yang diperolehnya.
Masing-masing anggota arisan mempergunakan uang arisannya untuk berbagai
kebutuhan. Sebagian besar dari mereka mengatakan bahwa uang yang diperoleh dari
arisan selalu digunakan untuk menambah biaya dapur dan untuk memutar modal bagi
yang berdagang. Bagi mereka arisan merupakan tabungan untuk waktu yang lama.
Artinya mereka menjadikan arisan ini sebagai alternatif bagi mereka untuk menabung
disetiap bulannya, dan nantinya uang yang diperoleh dari arisan ini akan digunakan
untuk berbagai kebutuhan hidup mereka.
Namun ada juga anggota arisan yang beranggapan bahwa uang arisan yang
mereka peroleh sangatlah sedikit sehingga kurang jika digunakan untuk membeli
barang modal. Di samping kebanyakan dari mereka beralasan mengikuti arisan karena
ingin menyimpan uangnya untuk jangka waktu yang lama, ada juga sebagian anggota
yang mengikuti arisan ini hanya sekedar untuk mempererat rasa persaudaraan di
lingkungan penghuni Rusunawa.
86
Universitas Sumatera Utara
Salah satu penghuni yang megikuti arisan hanya untuk memperetat rasa
persaudaraan adalah Ibu Sri. Ibu Sri termasuk penghuni yang baru tinggal di
Rusunawa, beliau baru tinggal di Rusunawa sekitar 8 bulan. Ibu Sri bekerja sebagai
pegawai di salah pabrik yang ada di Medan. Waktu kerjanya yang terbilang panjang
membuat beliau jarang bersosialisasi dengan para tetangganya. Waktu luang biasanya
dipakai Ibu Sri untuk beristirahat. Sehingga untuk tetap dapat berhubungan baik
dengan para tetangganya beliau mengikuti salah satu arisan di Rusunawa. Menurutnya
selain mengikuti arisan ini dapat menyimpan uangnya dalam waktu yang lama, beliau
juga dapat berbaur dan mempererat hubungan diantara sesama penghuni.
4.2.2.2. Pengajian
Selain arisan ada juga pengajian yang dilakukan oleh para ibu-ibu di
Rusunawa. Kelompok pengajian ini melakukan kegiatan pengajiannya setiap
seminggu sekali yaitu pada hari Jumat pukul 15.00 WIB. Pengajian ini mulanya
dilakukan di sebuah Musholla yang terdapat Rusunawa. Namun akibat keterbatasan
ruang Musholla yang dapat dikatakan tidak begitu luas maka oleh itu sekarang
pengajian ini dilakukan di sebuah Mesjid An-Nur yang letaknya tidak jauh dari
Rusunawa sehigga dapat ditempuh dengan berjalan kaki.
87
Universitas Sumatera Utara
Foto 4.4 : Ibu-ibu Rusunawa yang sedang melakukan pengajian.
Meskipun kegiatan ini tidak dipaksakan dan bersifat sukarela, tetapi minat ibuibu Rusunawa dalam mengikuti pengajian ini cukup besar. Jadwal pengajian rasanya
tak pernah dilewatkan dan selalu ramai. Banyak di antara para pesertanya adalah ibuibu muda yang baru berumah tangga. Kelihatannya kegiatan seperti ini sangatlah besar
manfaatnya dalam membina hubungan sosial di lingkungan masyarakat Rusunawa
Kota Binjai.
Untuk menumbuhkan rasa persatuan dan kebersamaan antara sesama penghuni
rusun maka dalam kelompok pengajian ini terbentuk semacam amal kematian. Dimana
setiap anggota akan dikenakan iuran sebesar Rp. 15.000 yang kemudian akan
diberikan kepada penghuni yang sedang beduka. Uang duka yang diberikan setidaknya
dapat membantu untuk pengurusan jenazah seperti membeli alat-alat pengkafanan,
biaya gali kubur dan lain-lain.
88
Universitas Sumatera Utara
Waktu penghuni ketika bekerja juga berbeda-beda. Ada yang bekerja dari pagi
hingga sore ada juga yang bekerja dari siang hingga malam. Sehingga waktu mereka
untuk berinteraksi satu dengan yang lainnya tidak dapat terjalin dengan intens karena
perbedaan waktu dalam bekerja. Kegiatan seperti gotong royong, arisan dan pengajian
yang diikuti oleh semua penghuni sangat membantu para penghuni untuk saling
mengenal secara keseluruhan penghuni dan mempererat hubungan diantara mereka.
Oleh karena itu maka keikutsertaan penghuni sangatlah penting di setiap kegiatan yang
diselenggarakan oleh Rusunawa.
Untuk saling mengenal antar penghuni dan menjalin hubungan yang baik
bukanlah suatu hal yang susah. Meski banyak perbedaan diantara penghuni namun
semua penghuni Rusunawa berasal dari daerah yang sama yaitu Kota Binjai. Hal ini
membuat mereka lebih cepat untuk mengenal satu dengan yang lainnya. Jika ada
penghuni yang baru pindah maka sebagain penghuni terdekat datang untuk sekedar
berkenalan dan berbincang-bincang. Dari penghuni yang lama, penghuni baru dapat
mengetahui berbagai informasi mengenai Rusunawa. Tetapi ada juga menghuni yang
tidak peduli dengan adanya penghuni baru. Penghuni seperti ini merasa bahwa dia
adalah penghuni lama yang harus dihormati dan jika ingin berkenal maka penghuni
baru tersebut harus datang ke huniannya.
Bu Dewi adalah salah satu penghuni Rusunawa yang dapat dikatakan baru
tinggal di Rusunawa, beliau baru menempati Rusunawa kurang lebih 6 bulan
belakangan ini. Menurutnya melakukan penyesuaian diri di Rusunawa tidak perlu
memakan waktu yang lama. Baru beberapa hari beliau tinggal di Rusunawa namun Bu
Dewi sudah banyak mengenal para penghuni lainnya. Bu Dewi juga mengikuti
kegiatan pengajian para ibu-ibu Rusunawa. Menurutnya kegiatan ini sangat
89
Universitas Sumatera Utara
berdampak positif baginya. Selain dia mendapat pembelajaran mengenai agama Islam,
dia juga dapat mengenal para ibu-ibu penghuni Rusunawa lainnya. Selama 6 bulan ini
pula Bu Dewi tidak pernah mengalami kegaduhan dengan tetangganya. Meski
terkadang dalam obrolan sehari-hari dengan para tetangga lainnya juga sering
terdengar kabar miring tetang penghuni lainnya Bu Dewi lebih memilih menjadi
pendengar yang baik tanpa ikut mengomentari apalagi ikut campur tentang urusan para
tetangganya.
4.3. Menumbuhkan Rasa Toleransi yang Tinggi
Di bangunan vertikal yang menjulang tinggi ini pasti ditemukan orang-orang
dari asal usul yang berbeda, agama yang berbeda dan suku yang berbeda. Di
Rusunawa Kota Binjai mayoritas penghuninya beragama Islam, hanya ada sekitar 15
penghuni yang non muslim. Rusunawa memiliki sebuah mushollah yang selalu
digunakan oleh penghuni yang muslim untuk beribadah. Ketika memasuki waktu solat
penghuni yang beragama non muslim dengan kesadaran sendiri tidak melakukan
aktifitas yang mengundang kebisingan. Apalagi ketika waktu Sholat Magrib, hampir
semua penghuni baik muslim maupun non muslim masuk ke dalam huniannya dan
tidak melakukan aktifitas di luar hunian.
Mereka berusaha untuk saling menghargai perbedaan yang ada agar tidak
terjadi suatu perpecahan yang tidak diharapkan. Sikap saling menghargai antar agama
ini juga dapat dijumpai ketika hari Raya Idul Fitri, dimana tidak hanya penghuni
muslim yang bersilatuhrahmi untuk saling maaf memaafkan tetapi penghuni yang non
muslim juga ikut merayakan dengan berkunjung ke rumah penghuni yang muslim.
Begitu juga sebaliknya ketika taun baru dan natal yang dirayakan oleh kaum non
90
Universitas Sumatera Utara
muslim. Sejauh ini perbedaan agama di Rusanawa belum pernah menjadi persoalan
yang mengakibatkan konflik. Masing-maisng dari mereka memiliki rasa toleransi yang
tinggi demi keharmonisan bertetangga.
4.4. Kebiasaan-Kebiasaan Lama Yang Masih Terbawa ke Rusunawa
Tinggal di rumah susun merupakan budaya yang relatif baru bagi masyarakat
Indonesia, sehingga seringkali kegiatan sehari-hari yang biasa dilakukan pada
lingkungan perumahan horizontal terbawa ke lingkungan perumahan yang baru yakni
perumahan vertikal Rusunawa. Hidup di Rusunawa identik dengan kesumpekan
karena keterbatasan ruang. Gangguan kebisingan menjadi fenomena yang muncul di
hunian Rusunawa. Rumah penghuni satu dengan lainnya yang hanya dibatasi dinding
memungkinkan dapat mendengar suara yang agak keras dari tetangga sebelahnya.
Berbicara dan menggunakan perangkat audio yang terlalu keras menggangu tetangga
kamar maupun penghuni secara keseluruhan. Hal ini merupakan kebiasaan penghuni
yang terbawa ke dalam lingkungan tersebut. Deretan unit-unit satuan Rusunawa yang
berdekatan tidak memberikan keleluasaan bagi masing-masing penghuninya dalam
berbicara
maupun
untuk
sekadar
memuaskan
kebutuhan
batinnya
dengan
mendengarkan musik dalam volume suara yang keras. Disini penghuni dituntut untuk
menyesuaikan dirinya agar tidak saling mengganggu tetangganya.
Ketika sedang melakukan penelitian, saya mendengar langsung bagaimana
seorang penghuni yang sedang menghidupkan musik dengan volume yang keras
hingga terdengar ke luar huniannya. Layaknya sedang berada di sebuah tempat karoke,
dia menghidupkan musik sambil bernyanyi tanpa menghiraukan para tetangganya
yang mungkin terganggu, apalagi saat itu adalah siang hari dimana sebagian penghuni
91
Universitas Sumatera Utara
sedang beristirahat. Belum lagi jika ada pertengkaran antara suami istri, suara mereka
akan terdengar hingga ke hunian lainnya. Kebanyakan penghuni tidak menyadari hal
ini, mereka beranggapan bahwa tetangga di sebelah mereka tidak akan mendengar
pertengkaran yang sedang terjadi. Namun ketika tetangga lainnya mengingatkan
barulah mereka merasa malu dan membiasakan diri untuk lebih mengontrol suara
mereka ketika sedang bertengkar atau berbicara.
Pada umumnya penghuni Rusunawa mengatakan bahwa mereka tidak masalah
dengan kemungkinan gangguan kebisingan selagi masih dalam batas kewajaran.
Mereka masing-masing juga memaklumi hidup di Rusunawa tidak akan terlepas dari
masalah kebisingan. Sehingga meskipun bising mereka akan tetap bertahan tinggal di
Rusunawa. Faktor kebutuhan tempat tinggal yang murah dan strategis menjadi faktor
utama mereka betah tinggal di Rusunawa meskipun ada gangguan-gangguan seperti
kebisingan. Namun meskipun begitu penghuni harus memiliki rasa toleransi sesama
penghuni, agar dapat terjalinnya hubungan yang harmonis antar sesama penghuni dan
masing-masing penghuni Rusunawa merasa nyaman tinggal di Rusunawa.
Kebiasaan penghuni dalam bersosialisasi pada rumah sebelumnya yang
berbentuk horizontal juga terbawa ketika tinggal di Rusunawa. Pada bentuk rumah
horizontal maka pola sosialisasi masyarakat juga akan bergerak secara horizontal.
Sehingga pada saat tinggal di Rusunawa, penghuni Rusunawa juga cenderung
bergerak secara horizontal terutama dalam bersosialisai dengan tetangganya. Hal ini
menjadikan penghuni hanya aktif m
MASALAH –MASALAH YANG MUNCUL DI RUSUNAWA
3.1. Masalah Sarana dan Prasarana Rusunawa
3.1.1. Kebersihan
Dari hasil penelitian mengenai Prasarana di Rusunawa yaitu mengenai
kebersihan ruang publik, ditemukan bahwa tingkat kebersihan dari ruang publik
dapat dikatakan cukup bersih. Walau ditemukan kasus ketidak puasan pada beberapa
individu terhadap kualitas kebersihan lingkungan mereka. Misalnya, terdapat kotoran
– kotoran sampah, yang ternyata bagi masyarakat penduduk Rusunawa masih
dianggap dalam batas kewajaran.
Meski dapat digolongkan bersih namun penghuni Rusunawa harus
meningkatkan rasa kepedulian mereka terhadap kebersihan lingkungan sekitar.
Karena berdasarkan pengamatan dan hasil wawancara dengan salah satu pengelolah,
bahwa sebagian besar kebersihan Rusunawa dapat dikatakan berkat adanya petugas
kebersihan yang membantu membersihkan lingkungan Rusunawa. Oleh karena itu
untuk meningkatkan kebersihan, maka diperlukannya kerjasama yang baik diantara
penghuni Rusunawa dengan petugas kebersihan yang bekerja di Rusunawa. Karena
dengan lingkungan yang bersih secara langsung akan memberi rasa nyaman bagi
seluruh penghuni yang tinggal di Rusunawa. Selain rasa nyaman juga terdapat
banyak manfaat yang akan diperoleh dari lingkungan yang bersih.
61
Universitas Sumatera Utara
3.1.2. Kondisi Air Bersih
Penyediaan air bersih di Rusunawa, masih merupakan sebuah persoalan yang
perlu untuk dicarikan alternatif dalam penyediaannya. Dari hasil penelitian
ditemukan kecenderungan bahwa kualitas air minum masih kurang baik. Penghuni
Rusunawa masih sering mengeluh dengan kondisi air yang bau dan jika dimasak
rasanya sedikit berbeda. Selian itu juga yang sering menjadi persoalan bagi penghuni
Rusunawa Kota Binjai adalah tarif air yang terlalu mahal dan terkadang mati apabila
sedang diperlukan. Apalagi air sering mati ketika pagi hari dimana para penghuni
sedang membutuhkan air untuk berbagai kebutuhan mereka seperti memasak dan
mencuci. Terkadang mereka terpaksa membeli air galon untuk memenuhi kebutuhan
mereka untuk memasak. Atau alternatif lainnya penghuni Rusunawa terpaksa
menunggu hingga air hidup kembali. Pada pagi hari biasanya air akan mati selama
kurang lebih 3 jam. Meski kejadian seperti ini tidak terjadi setiap harinya, namun
tetap saja membuat kebanyakan penghuni kesal dan mengeluh. Kondisi air di
Rusunawa ternyata masih belum dapat memuaskan penghuni rusun.
3.1.3 Tempat Ibadah
Tempat ibadah yang terdapat di Rusunawa adalah sebuah Mushollah dengan
ukuran yang tidak begitu besar. Pengelola Rusunawa yaitu Ibu Maria mengatakan
bahwa, dibangunnya sebuah Mushollah ini adalah karena mayoritas penghuni
Rusunawa adalah Muslim. Dan sebagaimana kita ketahui bahwa umat Islam
menjalankan ibadah sholat lima kali sehari. Dengan begitu pemanfaatan penggunaan
Mushollah akan lebih efektif daripada tempat beribadah lainnya. Seperti tempat
beribadah umat Nasrani yang hanya digunakan seminggu sekali.
62
Universitas Sumatera Utara
Namun kebutuhan akan tempat peribadatan menurut penghuni Rusunawa
masih belum memuaskan. Sebagai salah satu fasilitas sosial, rumah peribadatan
menjadi bagian yang sebaiknya disediakan untuk menjamin kualitas lingkungan
rusun. Dari hasil penelitian masih terdapat warga rusun yang belum menemukan
kepuasan dalam menjalankan ibadahnya di lingkungan rusun, walaupun terdapat juga
warga yang sudah merasakan terpenuhinya kebutuhan akan tempat ibadah.
Ketidakpuasaan yang di rasakan warga Rusunawa adalah dengan alasan,
mereka sedikit terganggu ketika menjalankan ibadah Sholat di Mushollah. Dimana
terdapat gangguan kebisingan dari anak-anak yang sedang bermain di sekitar
Mushollah. Gangguan kebisingan memang tidak dapat dihidari. Oleh karena itu
sebagian penghuni lebih memilih melakukan ibadah Sholat di dalam rumahnya
dengan menutup pintu. Dengan begitu mereka merasa dapat menjalankan Sholat
dengan lebih khusyuk. Selain itu bangunan Musholla yang tidak begitu besar juga
menjadi salah satu faktor yang membuat ketidakpuasan para penghuni. Pasalnya
mereka harus pergi ke Mesjid terdekat untuk melakukan kegiatan pengajian. Hal ini
dikarenakan Mushollah yang terdapat di Rusunawa tidak dapat menampung semua
peserta pengajian.
3.1.4. Ruang Pertemuan atau Aula
Fasilitas ruang pertemuan yang menjadi ruang utama adanya pertemuan antar
warga ternyata masih dirasakan kurang. Ruang pertemuan atau aula yang terdapat di
Rusunawa juga merupakan bagunan multifungsi yang juga digunakan untuk tempat
parkir kendaraan pada malam hari. Warga Rusunawa mengharapkan agar ruang
pertemuan yang tersedia dibangun secara khusus sehingga dapat dipergunakan secara
efektif oleh seluruh warga yang akan melakukan sebuah pertemuan ataupun hajatan.
63
Universitas Sumatera Utara
Keterbatasan ruang membuat para penghuni akan merasa bingung jika
hendak melakukan suatu acara atau hajatan. Lokasi yang dapat dipergunakan sebagai
tempat membuat hajatan hanyalah aula. Penghuni Rusunawa sangat menyayangkan
karena aula yang tersedia juga dijadikan sebagai tempat parkir. Sehingga ketika
mereka hendak melangsungkan suatu pertemuan atau hajatan mereka harus
mengkosongkan tempat tersebut dari kendaraan-kendaraan yang terparkir. Sekaligus
membersihkannya dari kotoran-kotoran bekas kendaraan dengan cara menyapu dan
mengepel lantainya.
3.2. Masalah Antar Penguni Rusunawa
3.2.1. Persaingan
Persaingan merupakan proses sosial yang dilakukan oleh individu maupun
kelompok dengan tujuan mencari keuntungan sendiri atau kelompoknya tanpa
menggunakan ancaman ataupun kekerasan. Persaingan yang ditunjukan oleh
penghuni Rusunawa adalah persaingan dalam mode pakaian, tas, sepatu, kendaraan
pribadi dan barang-barang alektronik seperti handphone. Berdasarkan keterangan
salah satu penghuni Rusunawa yaitu Ibu Wiwit, pada awal menghuni banyak dari
mereka yang tidak memiliki sepeda motor namun saat ini hampir semua penghuni
memiliki sepeda motor. Jika dilihat di parkiran maka banyak sepeda motor dengan
berbagai warna dan bentuk yang terparkir. Mereka menurut Ibu Wiwit seperti “ikutikutan” dengan kata lain karena satu penghuni memiliki sepeda motor maka penghuni
lain juga ingin memilikinya.
Umumnya mereka memperoleh sepeda motor dengan cara kredit. Apalagi
sekarang ini segala barang elektronik bisa di dapat dengan mudah memalalui
64
Universitas Sumatera Utara
pengkreditan. Padahal sebelum memiliki kendaraan pribadi sebagian besar penghuni
menggunakan angkutan umum sebagai alat transportasi. Apalagi lokasi Rusunawa
Kota Binjai berada di tempat yang strategis dan di lewati oleh angkutan umum. Dulu
tidak pernah ada masalah bagi mereka untuk menggunakan angkutan umum kemana
pun mereka pergi namun sekarang mereka seperti enggan untuk menaiki angkutan
umum lagi dan lebih memilih mengkredit sepeda motor. Padahal Ibu Wiwit bercerita
bahwa terkadang sepeda motor itu pun tidak bertahan lama, ada bebrapa penghuni
yang tidak sanggup membayar kreditan sepeda motornya sehingga di tarik oleh debt
collector.
Ibu Sari contohnya, beliau adalah salah satu dari bebrapa penghuni yang nekat
untuk mengkredit sepeda motor dengan bayaran yang besar setiap bulannya. Baru 5
bulan di pakai Bu Sari harus merelakan sepeda motornya ditarik kembali oleh
shorum. Pasalnya ketidakmampuan Bu Sari untuk membayar tunggakan kreditan yang
sudah nunggak selama 3 bulan. Bu Sari mengaku dia mengkedit sebuah sepeda motor
atas keinginan putranya yang masih SMP namun ingin belajar mengendari sepeda
motor seperti teman-temannya yang lain. Bu Sari mencoba mengabulkan permintaan
putranya tersebut namun apalah daya pekerjaan suami Bu Sari yang hanya sebagai
tukang becak membuat Bu Sari dan suaminya tidak sanggup untuk membayar kredit
sepeda motor tersebut.
Tidak hanya dalam kendaraan pribadi untuk urusan barang elektronik pun
sebagian penghuni tidak mau kalah dengan penghuni lainnya. Ibu Wiwit
menyebutnya penghuni seperti itu dengan sebutan “pantang tak top”. Maksud dari
kalimat tersebut adalah dimana penghuni tidak bisa melihat penghuni lainnya
memiliki barang baru. Sebisa mungkin dia juga harus mempunyai barang yang sama
65
Universitas Sumatera Utara
bagusnya dengan yang dimiliki oleh tetangganya. Baru-baru ini Ibu Wiwit melihat
tetangga depan rumahnya mengganti telivisi lamanya dengan telivisi yang baru tidak
lama kemudian tetangga lainnya juga ikut membeli telivisi yang sama padahal telivisi
yang lama masih bisa digunakan. Ibu Wiwit tidak heran dengan tingkah para
tentangganya sebab menurut Ibu Wiwit sejak awal mereka menjadi penghuni
Rusunawa mereka memang sering terlihat berasaing dalam hal kekayaan. Tidak
jarang mereka saling menjelekkan satu sama lain padahal hunian mereka letaknya
berdampingan. Meski di belakangan mereka saling menceritakan keburukan satu
dengan yang lainnya namun mereka tetap bersikap manis di depan penghuni yang
bersangkutan. Ibu Wiwit mengungkapkan bahwa di antara penghuni Rusunawa
memang mereka memiliki keuangan yang memadai dan mungkin lebih dari cukup
untuk sekedar makan sehari-hari.
“uda gak heran kalau lihat mereka saling pamer-pameran barang kayak
gitu. Hampir seluruh warga sini pun tahu mereka kayak mana. Tapi biar
ajalah mungkin uangnya banyak, suaminya kan kerja di kantor jadi
gengsinya pun tinggi. Pantang liat tetangga beli yang baru dia pun ikutikutan”. Ungkap Ibu Wiwit sambil sedikit tertawa.
Namun menurut penghuni lainnya yang membeli sepeda motor dan barangbarang elektronik bahwa mereka membeli semua itu karena atas dasar kebutuhan. Dan
mereka membeli sesuai dengan kemampuan perekonomiannya. Meskipun demikian,
dibalik alasan karena sesuai dengan kemampuan membeli barang-barang tersebut,
sebenarnya secara tidak langsung atau samar terjadi persaingan diantara mereka.
Keinginan untuk membeli barang-barang tersebut lebih kuat daripada kebutuhan dasar
mereka.
66
Universitas Sumatera Utara
3.2.2. Konflik
Adanya kepadatan penghunian serta masing-masing rusun yang berdekatan
mengakibatkan kegaduhan akan mengurangi kenyamanan hidup penghuni rusun. Dari
hasil penelitian ada beberapa penghuni yang mengalami pertentangan satu dengan
yang lainnya. Biasanya pertentangan atau konflik terjadi berkaitan dengan anak-anak,
hutang piutang dan kebisingan yang tidak pada waktunya dan tempatnya.
Biasanya anak-anak dalam bermain sering terjadi pertentangan atau
perkelahian antar anak karena mereka ingin mempertahankan pendirannya masingmasing. Akan tetapi pertengkaran sang anak dapat menjadi konflik antara orangtua
anak yang bersangkutan. Orangtua masing-masing anak melakukan pembelaan
terhadap anaknya dan tidak terima jika anaknya disalahkan. Apalagi jika terjadi
pertengkaran yang melukai fisik sang anak seperti di cakar, dijambak, atau dipukul.
Orangtua yang tidak terima dengan perlakuan dari teman anaknya akan dengan sigap
langsung memberi teguran terhadap teman anaknya atau bahkan mendatangi
huniannya untuk memberi teguran. Hal semacam ini yang akhirnya menimbulkan
konflik di antara para orangtua.
Konflik seperti ini memang tidak berlangsung lama pada sang anak namun
tidak sebaliknya pada orangtua. Anak yang berkelahi hari ini bisa akrab kembali
keesokan harinya. Namun pada orangtua sang anak konflik ini bisa berkepanjangan,
alasannya karena sakit hati de ngan perlakuan dari lawannya. Pada umumnya mereka
yang sedang mengalami konflik tidak akan bertegur sapa sampai salah satu dari
mereka ada yang meminta maaf atau menyapa terlebih dahulu. Selain itu juga mereka
akan saling sindir dan masing-masing akan menceritakan permasalahan ini dengan
tetangga terdekatya. Akibatnya ketika terjadi suatu perkelahian di antara penghuni
67
Universitas Sumatera Utara
Rusunawa maka hampir seluruh penghuni akan mengetahuinya. Lebih dari itu bahkan
sampai ada juga yang melaporkan kejadian ini kepada pengelola Rusunawa agar yang
bersangkutan diberi teguran. Tetapi pihak pengelola merasa tidak perlu ikut campur
menganai masalah yang sedang dialami para penghuni. Pengelola hanya bisa
mengingatkan agar masing-masing penghuni tetap menjaga kenyamanan para
penghuni lainnya selama tinggal di Rusunawa.
Hal seperti ini sama dengan yang dialami oleh Ibu Nuri. Dimana ketika itu
anak laki-lakinya tidak sengaja mendorong temannya hingga jatuh ketika bermain di
halaman Rusunawa. Karena tidak terima dengan perlakuan anak Ibu Nuri maka
orangtua anak yang jatuh mendatangi Ibu Nuri dengan marah-marah. Ibu Nuri tidak
melawan dan hanya diam saja karena tidak ingin memperpanjang masalah. Namun
sepertinya ibu anak tersebut belum dapat melupakan atau bahkan memaafkan
perlakuan anak Bu Nuri hingga sampai saat ini ibu anak tersebut tidak pernah
menyapa atau hanya sekedar melempar senyuman kepada Bu Nuri.
Pemicu terjadinya konflik lainnya adalah mengenai masalah hutang piutang.
Keadaan ekonomi setiap keluarga tidak bisa di duga-duga, terkadang mereka
memiliki keadaan ekonomi yang bagus sehingga mampu memenuhi segala kebutuhan
rumah tangga namun terkadang juga sebaliknya. Ketika keadaan ekonomi lagi
sulitnya-sulitnya maka jalan keluar yang dipilih oleh kebanyakan warga Rusunawa
adalah meminjam uang milik tentangganya. Rasa ingin membantu membuat sebagian
warga memberikan pinjaman kepada warga yang sedang mengalami kesulitan. Meski
terkadang uang yang mereka miliki juga tidak banyak namun rasa persaudaraaan di
antara mereka membuat mereka tidak sungkan memberikan pinjaman jika memang
mereka memiliki uang lebih.
68
Universitas Sumatera Utara
Namun dari kenyataan yang penulis temukan dilapangan bahwa ada konflik
yang terjadi akibat hutang piutang yang terjadi di antara peghuni. Ketika itu saya baru
saja mau menaiki tangga untuk menuju lantai 3 namun dari lantai 2 saya mendengar
suara perempuan dengan nada tinggi sedang menagih hutang di salah satu hunian
warga yang bernama Ibu Novi. Ibu Novi adalah seorang ibu rumah tangga yang
suaminya hanya bekerja sebagai tukang parkir. Penghasilan suaminya yang tidak
mencukupi untuk membayar tangihan listik dan air yang sudah 3 bulan menunggak
membuat Ibu Novi meminjam uang dengan salah satu penghuni yang bernama Ibu
Wati. Karena apabila Ibu Novi tidak melunasi tagihan air dan listik pada bulan itu
maka pihak pengelola Rusunawa terpaksa harus meminta Ibu Novi dan keluarganya
untuk pindah dari Rusunawa sebagaimana telah tertera di peraturan yang telah di
sepakati bersama.
Hutang yang telah sekian lama tidak dibayar oleh Ibu Novi membuat Ibu Wati
geram dan mendatangi hunian Ibu Novi dengan marah-marah. Bukan hanya sekali
atau dua kali Ibu Wati menagih agar hutangnya segara dilunaskan namun Ibu Novi
hanya memberikan janji-janji yang sampai saat ini juga belum ditepatinya. Disisi lain
Ibu Wati juga lagi membutuhkan uang untuk biaya sekolah anaknya yang akan
melakukan perpisahan di sekolahnya. Di depan hunian Ibu Novi beliau dengan
lantangnya mengatakan,
“aku uda capek ya mintanya sama kau, tiap hari kau bilang besok besok
tapi gak kau bayarkan juga. Bukan kau aja yang butuh uang, aku pun
lagi butuh. Anak ku mau bayar uang perpisahan sekolahnya. Jangan
janji aja kau, gak mau tau aku kau bayar lah pokoknya besok hutang
kau itu”
Ibu Novi hanya bisa menahan malu karena banyak penghuni yang sedang
menyaksikan kejadian tersebut. Disaat yang bersamaan para tentangga lainnya juga
69
Universitas Sumatera Utara
malah ikut mengunjing dan mengolok-olok mereka, hanya ada seorang laki-laki yang
mencoba mengerai perkelahian tersebut. Karena Ibu Novi tidak melawan dan hanya
bisa berkata “iya” maka akhirnya dengan muka yang masih terlihat jelas memancarkan
kemarahan Ibu Wati meninggalkan hunian Ibu Novi dan kembali ke huniannya di
lantai 2.
Kejadian seperti ini kerap terjadi di Rusunawa, apalagi banyak penghuni yang
juga ikut campur dengan masalah penghuni lainnya. Mereka ikut mengomentari
permasalahan yang terjadi dan memberi pembelaan kepada salah satu pihak yang
sedang tersandung masalah. Akibatnya terjadi perselisihan yang semakin memanas
diantara dua kubu dan perselisihan ini akan sulit untuk diselesaikan. Bahkan menurut
penuturan salah satu penghuni yaitu Kak Sri yang sudah menghuni Rusunawa lebih
dari 2 tahun bahwa,
“karena utang-utang kayak gini hari tu pun sampek ada yang pindah.
Dia gak sanggup bayar karena ditinggal suaminya kerjanya ke Batam
terus gak pernah ngirim suaminya itu. Pahadal Cuma 500 ribunya
utangnya itu. Terakhir karena malu dia kan di omongin orang rusun ini
pindah dia. Pindahnya pun gak ada yang tau diam-diam dia kayaknya
pas malam hari”
Dari apa yang di sampaikan oleh Kak Sri dapat di artikan bahwa, ada
ketidakmampuan salah seorang penghuni dalam menyeselesaikan masalahnya dengan
penghuni lainnya. Akibatnya membuat dia memilih memutuskan untuk pindah dari
Rusunawa pada malam hari agar tidak ada penghuni yang tahu. Pindah pada malam
hari seperti ini sering disebut dengan “lari malam”. Penghuni yang lari malam ini akan
keluar dan memindahkan barang-barangnya secara diam-diam pada malam hari, kunci
huninnya akan dibiarkan menempel di pintu . Dan pada keesokan harinya baru lah
tetangga terdekat melaporkan kejadian tersebut kepada pengelola Rusunawa.
70
Universitas Sumatera Utara
Selain rasa malu yang dipikul oleh penghuni yang melakukan lari malam sebab
lain dia keluar dari Rusunawa adalah karena dia sudah menunggak lagi dalam
membayar uang air dan uang listrik selama 2 bulan. Padahal sejauh ini menurut Bu
Maria yang merupakan pengurus Rusunawa bahwa belum pernah ada pengusiran
akibat menunggakan yang dilakukan penghuni Rusunawa. Biasanya apabila sudah
selama 3 bulan penghuni belum melunasi uang listrik dan air maka pengelola akan
mengeluarkan surat peringatan terlebih dahulu dan memberi tempo hingga bulan
berikutnya.
71
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
PENYESUAIAN DIRI DAN PERUBAHAN YANG TERJADI PADA
PENGHUNI RUSUNAWA
4.1. Penyesuaian Terhadap Lingkungan Fisik
Perubahan lingkungan fisik mempengaruhi perilaku seseorang baik secara
langsung maupun tidak langsung. Seperti yang terjadi pada penghuni Rusunawa Kota
Binjai, secra fisik tempat hunian mereka mengalami perubahan dari lingkungan
pemukiman
horizontal
menjadi
lingkungan
pemukiman
vertikal.
Perubahan
lingkungan tersebut mempengaruhi para penghuni Rusunawa dalam menyikapi
keterbatasan ruang pada huniannya. Mereka telah menyikapi perubahan lingkungan
fisik dengan berbagai perilaku penyesuaian fisik.
Hunian Rusunawa dengan ukuran luas 24 m² tentu saja membatasi ruang gerak
penghuni. Berbeda dengan hunian sebelumnya dimana mereka memiliki hunian
dengan ukuran yang lebih besar dibandingkan dengan ukuran hunian di Rusunawa
yang sekarang mereka tempati. Untuk dapat memaksimalkan penggunaan ruang maka
penghuni Rusunawa membuat sekat-sekat pada huniannya. Penghuni yang membuat
sekat biasanya untuk kebutuhan ruang tidur. Ada yang membuat satu ruang tidur
menjadi dua ruang dengan disekat menggunakan lemari atau triplek.
Selain itu keterbatasan ruang juga membuat ruangan menjadi multifungsi.
Sebagian penghuni memanfaatkan satu ruang menjadi dua fungsi. Ada penghuni yang
menggunakan ruang tamu juga sekaligus menjadi ruang tidur. Menjadikan ruang tamu
menjadi ruang tidur dilakukankan karena pada hunian Rusunawa hanya memiliki satu
ruang tidur. Hal seperti ini biasanya terjadi pada penghuni yang memiliki dua anak dan
72
Universitas Sumatera Utara
anak mereka sudah beranjak remaja sehingga tidak memungkinkan jika mereka tidur
satu kamar bersama orangtuanya. Ada pula yang memanfaatkan ruang tamu juga
sebagi ruang makan, ruang belajar dan ruang keluarga. Disamping banyaknya
penghuni yang memanfaatkan ruang menjadi multifungsi, ada juga penghuni yang
menerima dan memanfaat ruang sesuai dengan yang telah tersedia.
Keterbatasan ruang juga membuat beberapa penghuni yang memiki barangbarang yang banyak binggung untuk meletakkan barang-barangnya. Kebanyakan dari
mereka membawa barang-barang dari hunian lamanya seperti kursi, tempat tidur,
lamari, dan alat-alat elektronik berupa telivisi. Namun barang-barang yang mereka
bawa akhirnya tidak dapat diletakkan semua di dalam hunian. Hunian Rusuanwa
terlalu kecil untuk memuat semua barang-barang tersebut. Sebagain dari mereka ada
yang nekat meletakkan kursi di teras depan hunian. Padahal menurut peraturan tata
tertib yang telah disepakati perbuatan tersebut adalah suatu pelanggaran.
Seperti halnya yang diungkapkan oleh salah seorang penghuni Rusunawa yang
menjadi informan saya yaitu Bu Yus:
“gak boleh sebenarnya kursi ini diletak disini tapi di dalam pun ya gak
muat, kalau tetap letak di dalam ya sempit kali ornag mau lewat pun
susah jadi biar ajalah di sini. Uda perna juga kena tegur sama petugas
kebersihan disini tapi aku ya diam aja gak ku pindah-pindahin juga.
Orang ya masih petugasnya yang negur kalau pengelolanya yang negur
ya baru takut juga.”
Bu Yus dengan sadar mengetahui bahwa meletakan kursi di teras huniannya
adalah suatu kesalahan namun baginya tidak ada pilihan lain selain meletakkannya di
teras. Disini juga terlihat bahwa peraturan yang dibuat dan disepakati bersama juga
tidak berlaku tegas sehingga masih ada warga yang nekat untuk melanggarnya.
73
Universitas Sumatera Utara
Kebanyakan warga yang melanggar memiliki alasan yang relatif sama yaitu karena
tidak adanya lagi ruang kosong untuk meletakan barang-barang tersebut.
Foto 4.1: Perabotan rumah tangga yaitu kursi yang diletakkan di teras hunian
Walaupun ada sebagian penghuni yang melanggar peraturan tata tertib di
Rusunawa, ada juga penghuni yang tetap mengikuti peraturan yang ada. Seperti halnya
Bu Nuri, beliau adalah salah satu penghuni yang tetap mengikuti peraturan yang
berlaku. Bu Nuri lebih memilih untuk menjual barang-barang yang tidak
memungkinkan untuk diletakkan di dalam huniannya. Berbeda dengan Bu Yus, Bu
Nuri merasa malu jika harus melanggar dan di beri teguran baik dari pengelola
maupun dari petugas kebersihan.
Sesuai peraturan tata tertib bahwa, jika meletakkan barang atau perabotan di
teras hunian maka barang tersebut akan diletakan di dalam gudang milik Rusunawa.
Namun sejauh ini sanksi tersebut belum pernah diberi kepada penghuni yang
melanggar. Sanksi yang diberi hanya sebatas teguran-teguran yang tidak perna
74
Universitas Sumatera Utara
ditanggapi oleh penghuni yang melakukan pelanggaran. Meski begitu bagi sebagian
penghuni termasuk Bu Nuri, mereka tetap tidak berani untuk melanggranya dan lebih
memilih untuk menjual barang-barang yang sekiranya kurang bermanfaat.
Bagi penghuni yang memiliki anak balita tinggal di Rusunawa juga menjadi
suatu kecemasan tersendiri. Dimana bangunan bertingkat ini memiliki resiko
kecelakaan yang tinggi. Untuk itu diperlukannya pengawasan orangtua terhadap anak
yang lebih ekstra. Jika di hunian horizontal memiliki halaman yang bisa digunakan
untuk bermain anak maka di Rusunawa setiap sudut bangunan dapat dijadikan sebagai
tempat bermain. Selain halaman dasar Rusunawa, teras hunian adalah tempat yang
sering digunakan untuk tempat bermain.
Demi supaya tidak terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan seperti jatuhnya
anak dari lantai atas maka beberapa penghuni yang memiliki anak balita usia 1-2 tahun
memberi palang pintu yang terbuat dari papan. Tujuannya agar sang anak tidak keluar
hunian. Sebenarnya untuk mencegah anak keluar hunian dapat dilakukan dengan
menutup pintu hunian. Namun menurut informasi yang di dapat dari informan, jika
menutup pintu hunian maka hunian menjadi sumpek dan panas. Oleh karena itu
mereka menyiasatinya dengan membuat semacam palang yang menghalangi sang anak
untuk keluar. Selain itu hal ini juga dilakukan agar orangtua seperti para ibu tetap
dapat melakukan pekerjaan rumah tangga seperti memasak tanpa harus mengawasi
sang anak dari dekat. Tindakan seperti ini menurut para warga dapat mengurangi
kecemasan mereka terhadap resiko jatuhnya anak.
Teras hunian yang merupakan bagian bersama sering menjadi tempat untuk
melakukan kegiatan pribadi bagi penghuni. Selain kerap kali menjadi tempat bagi
bermain anak-anak, selain itu teras teruatama yang langsung bersinggungan dengan
75
Universitas Sumatera Utara
hunian penghuni juga sering menjadi tempat bersosialisasi. Kegiatan yang bersifat
privat ini memenuhi teras tersebut sehingga bagi penghuni lain yang ingin melintasi
area tersebut jadi merasa terganggu dan enggan melewati tempat tersebut, sehingga
teras yang merupakan akses utama pada rumah susun tidak berfungsi sebagaimana
mestinya ruang milik bersama.
Beda halnya lagi dengan Bu Sari yang memiliki hobi menanam bunga. Banyak
bermacam-macam bunga yang di bawanya dari tempat tinggal lamanya. Meski sempat
bingung namun Bu Sari tetap melanjutkan hobinya di Rusunawa. Karena tidak adanya
tempat yang memadai untuk merawat tanamannya, oleh karena itu sebagian bunga
yang di bawanya diletakannya di halaman Rusunawa yang pada akhirnya tanamantanaman milik Bu Sari menjadi tanaman milik bersama. Namun sebagian lagi
diletakkanya di balkon belakang huniannya yang juga sebagai tempat menjemur
pakaian. Tetapi sayangnya tanaman Bu Sari tidak dapat tumbuh di sini. Banyak
tanaman yang mulai layu dan akhirnya mati. Ini terjadi karena tidak adanya pancaran
langsung matahari terhadap tanamannya.
76
Universitas Sumatera Utara
Foto 4.2: Balkon belakang yang digunakan untuk tempat tanaman.
Fenomena lain yang menjadi permasalahan penting dalam Rusunawa
sehubungan dengan prilaku penghuninya ialah adanya kebiasaan menjemur pakaian.
Menjemur pakaian keluar jendela merusak pemandangan dan dapat meneteskan air
dari pakaian yang masih basah ke jemuran pakaian yang sudah kering di bawahnya,
selain itu tetesan air yang menetes ke dinding rumah susun menjadikan area tersebut
lembab dan menimbulkan lumut sehingga merusak kondisi bangunan secara
keseluruhan.
77
Universitas Sumatera Utara
Foto 4.3: jemuran penghuni yang merusak pemandangan
Kebanyakan perancangan rumah susun tidak disertai dengan antisipasi
kebudayaan masyarakat dalam menjemur pakaian. Tidak tersedianya ruang jemur
yang memadai memicu para penghuni untuk menggunakan balkon dengan luas
“seadanya” itu untuk menjemur pakaian. Ini mencerminkan masyarakat khususnya di
Indonesia yang sebenarnya belum siap menerima konsep rumah susun dan belum
mampu sepenuhnya beradaptasi dengan lingkungan rumah susun tersebut.
4.2. Penyesuaian Terhadap Lingkungan Sosial
4.2.1. Menjalin Kerjasama Antar Sesama Penghuni
4.2.1.1. Kerjasama Dalam Hal Gotong Royong
Tingkat keeratan hubungan sosial dapat dilihat dari peristiwa kerjasama
dengan tetangga. Kerjasama yang erat ini didukung dengan pola hubungan yang
rukun di antara penghuni Rusunawa. Hubungan antar penghuni dapat juga dilihat
sebagai suatu hubungan sosial, yang dalam hal ini dirumuskan sebagai jaringan yang
terwujud karena interaksi antara satuan-satuan atau orang-orang dalam masyarakat.
78
Universitas Sumatera Utara
Dalam rangka penelitian Rusunawa Kota Binjai, satuan sosial yang dimaksud adalah
individu yaitu warga atau penghuni yang tinggal di Rusunawa tersebut.
Dalam perwujudannya sehari-hari hubungan sosial atau hubungan atara
penghuni itu tampak dalam berbagai tindakan atau prilaku yang bersifat fisik. Secara
garis besar, corak hubungan antar penghuni di Rusunawa ini dapat dilihat dari dua
sisi. Sisi pertama adalah corak hubungan yang bersifat kejasama dan sisi kedua yaitu
corak hubungan yang bersifat pertentangan atau konflik.
Corak kerjasama dapat terlihat pada penghuni yang berbaur dan menyatu satu
dengan yang lainnya. Mereka saling bertegur sapa, tolong menolong dalam aktivitas
tertentu seperti ikut bergotong royong yang dilakukan di Rusunawa. Secara
konseptual, gotong royong dapat diartikan sebagai suatu model kerjasama yang
disepakati bersama. Dalam perspektif sosio budaya, nilai gotong royong adalah
semangat yang diwujudkan dalam bentuk perilaku atau tindakan individu yang
dilakukan tanpa pamrih (mengharap balasan) untuk melakukan sesuatu secara
bersama-sama demi kepentingan bersama atau individu tertentu. Koentjaraningrat
(1987) membagi dua jenis gotong royong yang dikenal oleh masyarakat Indonesia;
gotong royong tolong menolong dan gotong royong kerja bakti. Kegiatan gotong
royong tolong menolong terjadi pada aktivitas pertanian, kegiatan sekitar rumah
tangga, kegiatan pesta, kegiatan perayaan, dan pada peristiwa bencana atau kematian.
Sedangkan kegiatan gotong royong kerja bakti biasanya dilakukan untuk mengerjakan
sesuatu hal yang sifatnya untuk kepentingan umum.
Setiap sebulan sekali pengelola Rusunawa Binjai mengadakan kegiatan kerja
bakti membersihkan lingkungan Rusunawa yang diadakan pada hari Minggu pagi dan
diikuti oleh semua penghuni Rusunawa. Biasanya dalam kegiatan kerja bakti ini para
79
Universitas Sumatera Utara
penghuni menyiapkan alat-alat kebersihan secara pribadi seperti sapu, arit, cangkul,
serokan sampah dan lain sebagainya. Kegiatan kerja bakti ini dimulai pada pukul
07.00 WIB dan biasanya selesai pada pukul 10.00 WIB. Kegiatan pertama yang
dilakukan para penghuni adalah membersihkan halaman yang ada di Rusunawa
dilanjtukan dengan menaman bunga dan membersihkan aliran parit agar tidak
tersumbat. Di saat yang bersamaan ada juga beberapa ibu rumah tangga yang sedang
menyiapkan sarapan bagi penghuni yang sedang melakukan kerja bakti. Baik kegiatan
kerja bakti maupun menyiapkan sarapan semua dilakukan para penghuni secara
sukarela.
Kerja bakti bukanlah hanya sekedar membersihkan lingkungan agar menjadi
bersih, asri, sehat dan rapi, sehingga kalau lingkungan selalu bersih dan indah maka
secara langsung maupun tidak langsung akan menambah kenyamanan dan semangat
warga. Dengan kerja bakti, ikatan keluarga kian tersambung rapih, kesusahan yang
dialami dapat terobati, dan pekerjaan yang berat akan terasa ringan karena dilakukan
secara bersama-sama dengan senang hati. Melalui bekerja sama, maka akan terbentuk
suatu ikatan yang terdapat rasa saling percaya, dimana masing-masing warga bisa
diandalkan dan bertanggung jawab akan perannya dalam masyarakat.
Nanum berdasarkan pernyataan dari seorang penghuni yang tinggal di
Rusunawa yaitu Pak Rial ternyata meski kegiatan kerja bakti ini diikuti oleh semua
penghuni namun masih ada saja penghuni yang tidak mau terlibat untuk kerja bakti.
Dia lebih memilih bersantai-santai di dalam huniannya. Meski sudah diajak untuk
ikutserta dalam kegiatan kerja bakti ini berkali-kali namun sepertinya ajakan tersebut
tidak dihiraukan. Para penghuni lainnya pun enggan untuk terus menerus
80
Universitas Sumatera Utara
mengingatkan utnuk keikutsertaannya, sebab kegiatan kerja bakti ini memang bukan
sebuah paksaan melainkan kesukarelaan para penghuni.
“semakin lama makin sikit yang mau ikut bersih-bersih. Paling cuma
berapa orang aja. Karena satu orang malas yang lainnya ikutan malas
juga. Tapi maunya ada lah rasa segannya ya kan, tapi ya gitu lah
manusia sifatnya macam-macam. Kita pun ya gak bisa maksa juga”.
Penjelasan yang diberikan Pak Rial memperlihatkan bahwa penghuni yang
tidak mau untuk kerja bakti juga mempengaruhi para penghuni lainnya. Penghuni yang
dulunya rajin melakukan kerja bakti lama kelamaan juga menjadi malas karena
melihat ada penghuni yang tidak mau terlibat dalam kerja bakti. Meski bukan contoh
yang baik untuk ditiru namun kenyataannya kini semakin sedikit penghuni yang mau
untuk bekerja bakti membersihkan lingkungan Rusunawa. Dan kegiatan kerja bakti
yang dulunya hampir dilakukan setiap bulan kini terkadang hanya dilakukan dalam
beberapa bulan sekali setiap tahunnya.
Harus dipahami bahwa tinggal di sebuah Rusunawa yang terdiri dari berbagai
individu dengan berbagai sifat dan tingkah laku yang berbeda-beda terkadang
memang lebih memerlukan sifat saling memahami dan saling menghargai.
Ketidakcocokan pasti sering terjadi di antara penghuni, namun demi keharmonisan
bertetangga beberapa penghuni lebih memilih untuk diam dan memendam
ketidaksukaannya agar tidak terjadi kegaduhan atau adu mulut.
4.2.1.2. Kerjasama Dalam Hal Hajatan dan Kematian
Selain dalam kegiatan kerja bakti hubungan tolong menolong dalam
kehidupan warga masyarakat Rusunawa semakin tampak pada kegiatan hajatan atau
jika ada salah satu warga yang terkena musibah. Pada umumnya tetangga terdekat
dalam satu lantai biasanya datang memberi bantuan berupa tenaga atau sumbangan
81
Universitas Sumatera Utara
berupa uang atau barang dengan harapan apabila yang bersangkutan berganti
menyelenggarakan suatu kegiatan juga akan mendapat imbalan serupa. Pendapat
penghuni Rusunawa seperti yang dijelaskan diatas sama dengan konsep Reriprositas.
Secara sederhana resiprositas adalah pertukaran timbal balik antar individu atau antar
kelompok. Dalam resiprositas ini, individu atau kelompok memberikan barang atau
jasa kepada individu atau kelompok lain tanpa menentukan batas waktu
mengembalikan. Dalam pertukaran masing-masing pihak percaya bahwa mereka akan
saling memberi, dan percaya bahwa barang dan jasa yang diberikan akan dibalas
entah kapan. Sehingga juga bisa dikatakan bahwa resiprositas umum berlaku di
kalangan orang-orang yang mempunyai hubungan kerabat dekat.
Hajatan yang sering dilakukan di Rusunawa adalah acara pesta ulang tahun.
Meski bukan suatu hajatan yang besar seperti pesta pernikahan atau sunatan namun
dalam acara pesta ulang tahun para penghuni juga ikut membantu sang pemilik
hajatan. Para tetangga terdekat biasanya datang untuk membantu memasak dan
menyiapkan dekorasi tempat yang digunakan untuk pesta ulang tahun. Karena luas
hunian terbatas dan tidak memungkinkan untuk menampung para tamu maka biasanya
acara ulang tahun akan dilakukan di aula yang terdapat di lantai dasar. Meski
terkadang acara pesta ulang tahun dilakukan secara sederhana dan tidak terkesan
mewah namun tidak mengurangi kebahagian sang anak yang berulang tahun dengan
para teman-temannya. Bernyanyi, meniup lilin, memotong kue serta berdoa dan
berfoto bersama adalah serangkaian acara yang dilakukan. Setelah serangkain acara
telah selesai dilaksanakan maka para tetangga yang lain juga ikut membersihkan aula
yang telah digunakan dengan senang hati.
82
Universitas Sumatera Utara
Lain halnya dengan terjadi musibah (meninggal dunia) dengan salah satu
penghuni Rusunawa. Maka tetangga terdekat terutama yang terdapat di depan atau
disebelah rumahnya pada satu lantai akan menyediakan sebagian ruang huniannya
untuk tempat tamu yang sedang melayat. Sedangkan tetangga lainnya yang agak jauh
atau yang berada di lantai yang berbeda secara spontan akan datang mengucapkan
turut beduka cita dengan memberikan uang seikhlasnya. Tanpa disuruh warga
terdekat juga ikut menyelesaikan persyaratan yang diperlukan, seperti dalam kegiatan
proses penguburan.
4.2.1.3. Kerjasama Dalam Hal Tolong Menolong
Hubungan tolong menolong juga terlihat pada sebagian warga yang apabila
sedang mendapat kesulitan. Mereka tidak segan untuk meminta tolong kepada
tetangga yang telah dikenalnya dengan baik dan akrab. Misalnya ketika mereka
kekurangan uang utnuk kebutuhan sehari-hari atau keperluan anak sekolah. Selain
tolong-menolong dalam urusan keuangan penghuni Rusunawa juga sering meminjam
bahan dapur seperti cabai, tomat, garam kepada tetangga di samping huniannya
apabila ada bahan dapur yang kurang dan malas untuk turun ke bawah membeli bahan
yang kurang. Menurut penghuni setempat sudah biasa jika seseorsng meminjam uang
atau barang kepada tetangganya yang dekat dan dikenalnya. Mereka berpendapat
bahwa suatu saat seorang meminta tolong tetapi di saat lain bisa saja warga itu yang
akan memberikan pertolongan kembali.
“tinggal disini sudah lama, semua sudah ibu anggap keluarga. Kalau
ada apa-apa ibu ceritanya sama tetangga karena keluarga jauh di Jawa.
Kalau ibu butuh uang suami ibu belum gajian ya ibu pijam sama
mereka. Syukur kalau mereka juga lagi punya uang ya dikasi pinjaman
tapi kalau gak ada ya ibu pinjam sama angsuran5”. Ungkap Ibu Sari.
5
Orang yang meminjamkan-minjamkan uang dengan bunga yang besar (rentenir).
83
Universitas Sumatera Utara
Menurut Ibu Sari karena beliau sudah kenal lama dan sudah akrab dengan para
tetangganya di Rusunawa maka apabila dia mengalami kesulitan dia akan meminta
bantuan pertama kali kepada tentangga terdekatnya yang sudah memiliki rasa saling
percaya. Apalagi beliau adalah warga perantauan dari Pulau Jawa yang tidak memiliki
banyak saudara di Kota Binjai. Jika ada keperluan mendesak dan suaminya belum
gajian maka Ibu Sari lebih memilih meminjam uang kepada tetangganya
dibandingkan dengan lentenir. Meski terkadang merasa segan namun bagi Ibu Sari
tidak ada pilihan lain dibandingkan beliau harus meminjam uang kepada lintenir yang
bunganya lumayan besar.
4.2.1.5. Kerjasama Dalam Hal Olahraga
Warga Rusunawa juga aktif pada kegiatan olahraga yang dilakukan di dalam
lingkungan Rusunawa. Meski fasilitas olahraga di Rusunawa belum memadai dan
tidak memiliki lapangan khusus namun semangat olahraga para penghuninya patut
diacukan jempol. Olahraga yang paling populer yang sering dimainkan oleh para
remaja di Rusunawa adalah olahraga sepak bola. Seperti biasa olahraga ini adalah
salah satu olahraga yang sagat digemari oleh para anak laki-laki. Baik anak-anak kecil
dan para pemuda di Rusunawa sering memakai lapangan di Rusunawa untuk bermain
bola. Permainan ini dilakukan pada sore hari di lapangan yang tidak begitu luas.
Meski begitu permainan ini tetap berjalan sangat seru. Mereka bermain seenaknya
tanpa ada aturan yang permainan yang jelas. Yang terpenting baginya adalah ikut
serta berbaur bersama para penghuni yang lain. Berolahrga sambil mempererat
solidaritas diantara mereka merupakan hal yang penting dan perlu terus
dipertahankan.
84
Universitas Sumatera Utara
Di saat para pemuda Rusunawa asyik bermain sepak bola maka penghuni
perempuan baik yang sudah dewasa maupun anak-anak ikut menonton dan memberi
semangat layaknya supporter sepak bola. Sungguh suatu pemadangan yang seru di
sore hari untuk melepas jenuh setelah beraktifitas seharian. Kegiatan olah raga ini
juga menggambrakan bagaimana hubungan kerjasama anatar penghuni Rusunawa.
4.2.2. Mengikuti Organisasi Sosial
Organisasi sosial yang akan dikemukakan dalam penelitian ini adalah
organisasi nonformal yang terdapat di pemukiman Rusanawa Kota Binjai. Organisasi
sosial nonformal adalah organisasi sosial yang keberadaannya merupakan hasil
prakarsa warga dan sifatnya tidak resmi dan tidak berbadan hukum. Organisasi sosial
nonformal yang terbentuk di Rusunawa Kota Binjai antara lain arisan dan pengajian.
4.2.2.1. Arisan
Arisan ibu-ibu di lingkungan Rusunawa terjadi terutama pada penghuni yang
berada dalam satu lantai. Tidak hanya ada satu kelompok arisan tetapi ada beberapa
kelompok arisan dengan anggota yang berbeda-beda. Jumlah anggota arisannya pun
bervariasi begitu juga dengan jumlah uang setoran arisan yang dikeluarkan.
Berdasarkan jumlah uang setoran yang dikeluarkan, kelompok arisan ini dapat
dibedakan menjadi dua. Yaitu kelompok arisan dengan jumlah uang setoran yang
besar dan kelompok arisan dengan jumlah uang setoran yang relatif kecil.
Pada kelompok arisan yang uang setorannya besar yaitu Rp. 50.000 setiap
bulannya memiliki anggota yang lebih banyak. Anggota arisan kelompok ini ada
sekitar 40 orang ibu-ibu penghuni Rusunawa. Dilihat dari mata pencahariannya maka
kelompok arisan ini sebagian besar memiliki pekerjaan yang lebih baik dari yang
lainnya. Namun ada juga penghuni yang mengikuti arisan ini tetapi selalu menunggak
85
Universitas Sumatera Utara
karena tidak sanggup membayar setoran setiap bulannya dan akhirnya berhenti
mengikuti arisan tersebut.
Sementara pada kelompok arisan yang setorannya lebih kecil yaitu sebesar Rp.
20.000 setiap bulannya. Kelompok arisan ini memiliki anggota arisan yang lebih
sedikit yaitu 20 orang. Arisan ini biasanya diundi di rumah salah satu anggota
kelompok yang dapat sebelumnya secara bergiliran pada hari Minggu pertama setiap
bulannya. Biasanya pengundian ini dilakukan para ibu-ibu Rusunawa saat sore hari
dimana mereka setalah selesai beraktifitas. Di sana tersedia hidangan sederhana
seperti air dan makanan ringan seperti kue yang disediakan oleh pemilik hunian.
Yang cukup menarik adalah peggunaan uang arisan yang diperolehnya.
Masing-masing anggota arisan mempergunakan uang arisannya untuk berbagai
kebutuhan. Sebagian besar dari mereka mengatakan bahwa uang yang diperoleh dari
arisan selalu digunakan untuk menambah biaya dapur dan untuk memutar modal bagi
yang berdagang. Bagi mereka arisan merupakan tabungan untuk waktu yang lama.
Artinya mereka menjadikan arisan ini sebagai alternatif bagi mereka untuk menabung
disetiap bulannya, dan nantinya uang yang diperoleh dari arisan ini akan digunakan
untuk berbagai kebutuhan hidup mereka.
Namun ada juga anggota arisan yang beranggapan bahwa uang arisan yang
mereka peroleh sangatlah sedikit sehingga kurang jika digunakan untuk membeli
barang modal. Di samping kebanyakan dari mereka beralasan mengikuti arisan karena
ingin menyimpan uangnya untuk jangka waktu yang lama, ada juga sebagian anggota
yang mengikuti arisan ini hanya sekedar untuk mempererat rasa persaudaraan di
lingkungan penghuni Rusunawa.
86
Universitas Sumatera Utara
Salah satu penghuni yang megikuti arisan hanya untuk memperetat rasa
persaudaraan adalah Ibu Sri. Ibu Sri termasuk penghuni yang baru tinggal di
Rusunawa, beliau baru tinggal di Rusunawa sekitar 8 bulan. Ibu Sri bekerja sebagai
pegawai di salah pabrik yang ada di Medan. Waktu kerjanya yang terbilang panjang
membuat beliau jarang bersosialisasi dengan para tetangganya. Waktu luang biasanya
dipakai Ibu Sri untuk beristirahat. Sehingga untuk tetap dapat berhubungan baik
dengan para tetangganya beliau mengikuti salah satu arisan di Rusunawa. Menurutnya
selain mengikuti arisan ini dapat menyimpan uangnya dalam waktu yang lama, beliau
juga dapat berbaur dan mempererat hubungan diantara sesama penghuni.
4.2.2.2. Pengajian
Selain arisan ada juga pengajian yang dilakukan oleh para ibu-ibu di
Rusunawa. Kelompok pengajian ini melakukan kegiatan pengajiannya setiap
seminggu sekali yaitu pada hari Jumat pukul 15.00 WIB. Pengajian ini mulanya
dilakukan di sebuah Musholla yang terdapat Rusunawa. Namun akibat keterbatasan
ruang Musholla yang dapat dikatakan tidak begitu luas maka oleh itu sekarang
pengajian ini dilakukan di sebuah Mesjid An-Nur yang letaknya tidak jauh dari
Rusunawa sehigga dapat ditempuh dengan berjalan kaki.
87
Universitas Sumatera Utara
Foto 4.4 : Ibu-ibu Rusunawa yang sedang melakukan pengajian.
Meskipun kegiatan ini tidak dipaksakan dan bersifat sukarela, tetapi minat ibuibu Rusunawa dalam mengikuti pengajian ini cukup besar. Jadwal pengajian rasanya
tak pernah dilewatkan dan selalu ramai. Banyak di antara para pesertanya adalah ibuibu muda yang baru berumah tangga. Kelihatannya kegiatan seperti ini sangatlah besar
manfaatnya dalam membina hubungan sosial di lingkungan masyarakat Rusunawa
Kota Binjai.
Untuk menumbuhkan rasa persatuan dan kebersamaan antara sesama penghuni
rusun maka dalam kelompok pengajian ini terbentuk semacam amal kematian. Dimana
setiap anggota akan dikenakan iuran sebesar Rp. 15.000 yang kemudian akan
diberikan kepada penghuni yang sedang beduka. Uang duka yang diberikan setidaknya
dapat membantu untuk pengurusan jenazah seperti membeli alat-alat pengkafanan,
biaya gali kubur dan lain-lain.
88
Universitas Sumatera Utara
Waktu penghuni ketika bekerja juga berbeda-beda. Ada yang bekerja dari pagi
hingga sore ada juga yang bekerja dari siang hingga malam. Sehingga waktu mereka
untuk berinteraksi satu dengan yang lainnya tidak dapat terjalin dengan intens karena
perbedaan waktu dalam bekerja. Kegiatan seperti gotong royong, arisan dan pengajian
yang diikuti oleh semua penghuni sangat membantu para penghuni untuk saling
mengenal secara keseluruhan penghuni dan mempererat hubungan diantara mereka.
Oleh karena itu maka keikutsertaan penghuni sangatlah penting di setiap kegiatan yang
diselenggarakan oleh Rusunawa.
Untuk saling mengenal antar penghuni dan menjalin hubungan yang baik
bukanlah suatu hal yang susah. Meski banyak perbedaan diantara penghuni namun
semua penghuni Rusunawa berasal dari daerah yang sama yaitu Kota Binjai. Hal ini
membuat mereka lebih cepat untuk mengenal satu dengan yang lainnya. Jika ada
penghuni yang baru pindah maka sebagain penghuni terdekat datang untuk sekedar
berkenalan dan berbincang-bincang. Dari penghuni yang lama, penghuni baru dapat
mengetahui berbagai informasi mengenai Rusunawa. Tetapi ada juga menghuni yang
tidak peduli dengan adanya penghuni baru. Penghuni seperti ini merasa bahwa dia
adalah penghuni lama yang harus dihormati dan jika ingin berkenal maka penghuni
baru tersebut harus datang ke huniannya.
Bu Dewi adalah salah satu penghuni Rusunawa yang dapat dikatakan baru
tinggal di Rusunawa, beliau baru menempati Rusunawa kurang lebih 6 bulan
belakangan ini. Menurutnya melakukan penyesuaian diri di Rusunawa tidak perlu
memakan waktu yang lama. Baru beberapa hari beliau tinggal di Rusunawa namun Bu
Dewi sudah banyak mengenal para penghuni lainnya. Bu Dewi juga mengikuti
kegiatan pengajian para ibu-ibu Rusunawa. Menurutnya kegiatan ini sangat
89
Universitas Sumatera Utara
berdampak positif baginya. Selain dia mendapat pembelajaran mengenai agama Islam,
dia juga dapat mengenal para ibu-ibu penghuni Rusunawa lainnya. Selama 6 bulan ini
pula Bu Dewi tidak pernah mengalami kegaduhan dengan tetangganya. Meski
terkadang dalam obrolan sehari-hari dengan para tetangga lainnya juga sering
terdengar kabar miring tetang penghuni lainnya Bu Dewi lebih memilih menjadi
pendengar yang baik tanpa ikut mengomentari apalagi ikut campur tentang urusan para
tetangganya.
4.3. Menumbuhkan Rasa Toleransi yang Tinggi
Di bangunan vertikal yang menjulang tinggi ini pasti ditemukan orang-orang
dari asal usul yang berbeda, agama yang berbeda dan suku yang berbeda. Di
Rusunawa Kota Binjai mayoritas penghuninya beragama Islam, hanya ada sekitar 15
penghuni yang non muslim. Rusunawa memiliki sebuah mushollah yang selalu
digunakan oleh penghuni yang muslim untuk beribadah. Ketika memasuki waktu solat
penghuni yang beragama non muslim dengan kesadaran sendiri tidak melakukan
aktifitas yang mengundang kebisingan. Apalagi ketika waktu Sholat Magrib, hampir
semua penghuni baik muslim maupun non muslim masuk ke dalam huniannya dan
tidak melakukan aktifitas di luar hunian.
Mereka berusaha untuk saling menghargai perbedaan yang ada agar tidak
terjadi suatu perpecahan yang tidak diharapkan. Sikap saling menghargai antar agama
ini juga dapat dijumpai ketika hari Raya Idul Fitri, dimana tidak hanya penghuni
muslim yang bersilatuhrahmi untuk saling maaf memaafkan tetapi penghuni yang non
muslim juga ikut merayakan dengan berkunjung ke rumah penghuni yang muslim.
Begitu juga sebaliknya ketika taun baru dan natal yang dirayakan oleh kaum non
90
Universitas Sumatera Utara
muslim. Sejauh ini perbedaan agama di Rusanawa belum pernah menjadi persoalan
yang mengakibatkan konflik. Masing-maisng dari mereka memiliki rasa toleransi yang
tinggi demi keharmonisan bertetangga.
4.4. Kebiasaan-Kebiasaan Lama Yang Masih Terbawa ke Rusunawa
Tinggal di rumah susun merupakan budaya yang relatif baru bagi masyarakat
Indonesia, sehingga seringkali kegiatan sehari-hari yang biasa dilakukan pada
lingkungan perumahan horizontal terbawa ke lingkungan perumahan yang baru yakni
perumahan vertikal Rusunawa. Hidup di Rusunawa identik dengan kesumpekan
karena keterbatasan ruang. Gangguan kebisingan menjadi fenomena yang muncul di
hunian Rusunawa. Rumah penghuni satu dengan lainnya yang hanya dibatasi dinding
memungkinkan dapat mendengar suara yang agak keras dari tetangga sebelahnya.
Berbicara dan menggunakan perangkat audio yang terlalu keras menggangu tetangga
kamar maupun penghuni secara keseluruhan. Hal ini merupakan kebiasaan penghuni
yang terbawa ke dalam lingkungan tersebut. Deretan unit-unit satuan Rusunawa yang
berdekatan tidak memberikan keleluasaan bagi masing-masing penghuninya dalam
berbicara
maupun
untuk
sekadar
memuaskan
kebutuhan
batinnya
dengan
mendengarkan musik dalam volume suara yang keras. Disini penghuni dituntut untuk
menyesuaikan dirinya agar tidak saling mengganggu tetangganya.
Ketika sedang melakukan penelitian, saya mendengar langsung bagaimana
seorang penghuni yang sedang menghidupkan musik dengan volume yang keras
hingga terdengar ke luar huniannya. Layaknya sedang berada di sebuah tempat karoke,
dia menghidupkan musik sambil bernyanyi tanpa menghiraukan para tetangganya
yang mungkin terganggu, apalagi saat itu adalah siang hari dimana sebagian penghuni
91
Universitas Sumatera Utara
sedang beristirahat. Belum lagi jika ada pertengkaran antara suami istri, suara mereka
akan terdengar hingga ke hunian lainnya. Kebanyakan penghuni tidak menyadari hal
ini, mereka beranggapan bahwa tetangga di sebelah mereka tidak akan mendengar
pertengkaran yang sedang terjadi. Namun ketika tetangga lainnya mengingatkan
barulah mereka merasa malu dan membiasakan diri untuk lebih mengontrol suara
mereka ketika sedang bertengkar atau berbicara.
Pada umumnya penghuni Rusunawa mengatakan bahwa mereka tidak masalah
dengan kemungkinan gangguan kebisingan selagi masih dalam batas kewajaran.
Mereka masing-masing juga memaklumi hidup di Rusunawa tidak akan terlepas dari
masalah kebisingan. Sehingga meskipun bising mereka akan tetap bertahan tinggal di
Rusunawa. Faktor kebutuhan tempat tinggal yang murah dan strategis menjadi faktor
utama mereka betah tinggal di Rusunawa meskipun ada gangguan-gangguan seperti
kebisingan. Namun meskipun begitu penghuni harus memiliki rasa toleransi sesama
penghuni, agar dapat terjalinnya hubungan yang harmonis antar sesama penghuni dan
masing-masing penghuni Rusunawa merasa nyaman tinggal di Rusunawa.
Kebiasaan penghuni dalam bersosialisasi pada rumah sebelumnya yang
berbentuk horizontal juga terbawa ketika tinggal di Rusunawa. Pada bentuk rumah
horizontal maka pola sosialisasi masyarakat juga akan bergerak secara horizontal.
Sehingga pada saat tinggal di Rusunawa, penghuni Rusunawa juga cenderung
bergerak secara horizontal terutama dalam bersosialisai dengan tetangganya. Hal ini
menjadikan penghuni hanya aktif m