Adaptasi Arsitektur Nieuwe Bouwen Pada Bangunan Kolonial Belanda Di Kota Medan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1

Arsitektur
Arsitektur merupakan bagian dari kebudayaan manusia dan berkaitan

dengan segi kehidupan, yaitu : seni, teknik, ruang, letak/geografi dan sejarah. Jika
ditinjau dari segi seni, arsitektur adalah seni bangunan, seperti bentuk dan
dekorasinya. Dari segi teknik, arsitektur dapat diartikan sebagai sistem dalam
mendirikan sebuah bangunan, baik dalam proses perancangan, konstruksi dan
struktur, maupun nilai estetikanya. Sedangkan dari segi ruang, arsitektur adalah
upaya dalam memenuhi kebutuhan ruang manusia untuk melakukan berbagai
aktifitas. Jika ditinjau dari segi sejarah dan letak/geografi, arsitektur adalah
peninggalan sejarah pada suatu daerah dalam batasan waktu dan tempat tertentu.
(Sumalyo,1997),

sehingga

arsitektur


memiliki

berbagai

pengertian

dan

berkembang pada banyak sisi kehidupan, baik seni, teknik, ruang, maupun
sejarah.
Perkembangan arsitektur dipengaruhi dengan adanya perkembangan
budaya, sehingga arsitektur selalu berkembang ataupun mengalami perubahan
bentuk pada kehidupan manusia karena manusia adalah makhluk hidup yang
memiliki budaya. Perkembangan arsitektur menuju bentuk yang lebih kompleks
sejalan dengan perkembangan peradaban, yaitu mencakup ruang dan waktu.
Menurut Sumalyo (1997), sejarah perkembangan arsitektur di dunia berdasarkan
ciri-ciri bentuk dan karakter arsitektural dibagi menjadi empat, yaitu: primitif,

9
Universitas Sumatera Utara


10

tradisional, klasik barat, dan modern. Dalam penelitian ini yang akan dibahas
adalah arsitektur modern.
1.2

Arsitektur Modern
Arsitektur modern sudah mulai muncul di Eropa pada abad ke-16 yaitu

pada masa Renaissance yang ditandai dengan terjadinya percampuran antara
arsitektur Renaissance dengan Gotik sampai pada masa Neo-Klasik. Masa
berakhirnya arsitektur klasik sejak terjadinya revolusi industri di Inggris pada
akhir abad ke-19, sehingga terjadi revolusi sosial dan ekonomi yang mendunia.
Munculnya revolusi industri disebabkan karena terjadi perang dunia pada
awal abad ke-19, sehingga pasca perang dunia I membutuhkan kecepatan dalam
pembangunan karena banyak bangunan yang hancur dan membutuhkan
pembangunan kembali dalam jumlah yang sangat besar. Pada saat ini, timbul lah
gaya bangunan yang lebih mengutamakan fungsi dan teknologi karena
mempertimbangkan kualitas bangunan dan banyak bangunan yang harus

didirikan,sehingga melakukan sistem pabrikasi.
Ciri-ciri umum arsitektur modern internasional pada akhir abad ke-19
sampai awal abad ke-20, yaitu: asimetris, semua sisi bangunan dalam komposisi
dan kesatuan bentuk, yaitu : kepala, badan, dan kaki bangunan menyatu dalam
komposisi bangunan, dan tanpa ornamen.

Universitas Sumatera Utara

11

Menurut Sumalyo (1997), pada arsitektur modern terdapat aliran-aliran seni,
yaitu:
1. Art and Craft
Revolusi industri terjadi menyebabkan berbagai jenis barang
kebutuhan dibuat secara pabrikasi namun, kualitasnya menurun. Sebagai
reaksi dari keadaan ini, timbul sebuah gerakan yaitu Art and Craft yang
dipelopori oleh John Ruskin (1819-1900) dan William Morris (18341896). Pada gerakan ini tidak setuju dengan proses produksi secara
pabrikasi karena mengasilkan produk yang terstandarisasi. Ruski merasa
seniman tidak lagi merasakan proses produksi karena pelaksanaan yang
terstandarisasi, sehingga menghambat kreativitas para seniman. Gerakan

ini menginginkan setiap produk yang dihasilkan merupakan buatan tangan
hasil kreativitas para seniman, mulai dari sistem strukturnya sampai pada
ornamen-ornamennya.

Gambar 2.1 Holy Trinity, Red House, dan Horniman Museum
(Sumber : Wikipedia, visitlondon, saatchigallery )

2. Nieuwe Kunts
Aliran ini bermula dari Perancis dan Belgia, pada akhir abad ke-19.
Pelopor aliran ini adalah HP. Berlage (1856-1934). Aliran ini memiliki
tiga prinsip utama, yaitu orisinalitas, spiritualitas, dan rasionalitas.

Universitas Sumatera Utara

12

Menurut Berlage, rasionalitas lebih mengarah ke desain, menekankan
fungsi dan konstruksi dalam menciptakan bentuk pada bangunan. Aliran
ini juga mulai meninggalkan ciri-ciri klasik yang realistis, natural dan
statis dalam bentuk baru, penyederhanaan bentuk tumbuhan, lengkungan,

dan bentuk geometris lainnya.
Pada tahun 1915, Nieuwe Kunts terpecah menjadi dua bagian, yaitu:
2.1

Amsterdam School
Amsterdam School merupakan gerakan arsitektural dan bagian dari

gerakan ekspresionisme yang berkembang di Amsterdam pada tahun
1915-1930. Karya-karya Amsterdam School menekankan pada buah
pikiran dari si perancang secara pribadi bukan pada estetika universal
(Handinoto, 2010). Gerakan ini tidak setuju jika mesin digunakan sebagai
alat penggandaan hasil karya, karena mereka sangat menghargai hasil
karya estetika pribadi. Menurut de Wit (1983:29) dalam Handinoto (2010),
ciri-ciri arsitektur Amsterdam School adalah secara umum terbuat dari
batu bata hasil kerajinan tangan (brick expressionism), plastisitas yang
besar dalam bentukannya, menggunakan ornamen pahatan, dan perbedaan
pewarnaan pada aneka ragam “bata, lantai, dan kayu” memainkan peran
tambahan dalam desain serta bentuk-bentuk yang sangat ekspresif,
distorsi, dan bentuk yang melengkung lebih penting dibandingkan
pelajaran yang rasional tentang kebutuhan perumahan untuk membawa

kepada pembangunan atau pengembangan tipe ground plan yang baru.

Universitas Sumatera Utara

13

Gambar 2.2 Museum Het Schip, Het Sieraad, dan De Dageraad
(Sumber : hetschip, straatkaart, iamsterdam)

2.2

De Stijl
De Stijl merupakan aliran yang melakukan gerakan modernisasi

dalam seni. Kelahiran dan perkembangan inovatif dalam seni dipelopori
oleh kelompok De Stijl yang ada di Belanda dan sama halnya di tempat
lain, yang awalnya dari seni lukis. Nama kelompok ini diambil dari nama
sebuah majalah yang terbit pertama pada tahun 1917. Pada aliran seni, De
Stijl dipelopori oleh Piet Modrian dan Van Doesburg. Tahun 1920, dalam
majalah De Stijl berkonsentrasi pada idenya Modrian, kemudian mulai

memuat pemikiran mengenai arsitektur. Arsitek utama dalam kelompok
De Stijl adalah J.J.P Oud, Jan Wils, Robert Van’t Hoff, Gerrit Rietveld,
dan Cornelis Van Eesteren. De Stijl mendapat pengaruh dari aliran
kubisme yang mana pada masa itu berkembang aliran kubisme.
Konsep De Stijl dalam bentukan yang murni, sehingga tercipta
aliran Purism yang merupakan sifat teguh terhadap peraturan dari orang
Belanda. Terdapat ungkapan yang mengatakan bersih dan murni adalah
indah, sehingga menjadi hal yang penting dalam seni De Stijl. Konsep De
Stijl juga menekankan terutama pada keharmonisan, kemudian keselarasan

Universitas Sumatera Utara

14

dan keseimbangan yang hanya dapat digambarkan dalam bentuk abstrak
dan dalam komposisi tidak dipengaruhi oleh hubungan antara objek dan
dunia luar.
Teori mengenai warna dan ruang merupakan dasar pada aliran De
Stijl. Warna bukan hanya sekedar untuk dekorasi, tetapi juga untuk
mendapatkan ruang. Warna dasar pada aliran ini adalah merah, biru, dan

kuning dan warna tambahan adalah abu-abu dan hitam. Gaya arsitektur De
Stijl tidak hanya berbentuk kubus, balok, dan dinding luar menyatu dengan
dinding dalam, sehingga ruang luar dan dalam menyatu, tetapi juga
menginginkan adanya pemisah antara dinding luar dan dinding dalam,
sehingga ruang luar dan dalam terpisah.

Gambar 2.3 Café De Unie, Schroder House, dan Henny House
(Sumber : Pinterest, Wikipedia, Pinterest)

3. Art Deco
Pada awal abad ke-20, aliran ini diterapkan dalam bentuk
bangunan, terutama pada dekorasi bangunan dengan bentuk yang
geometris. Aliran ini menunjukkan kesan mewah dan romantisme pada
bentuk bangunan, menggunakan bahan yang mahal dan jarang digunakan
pada gaya lain, mempunyai bentuk yang masif, kuat dan kokoh, sehingga

Universitas Sumatera Utara

15


dapat bertahan lama. Aliran ini juga menggambarkan kemegahan dari
sebuah bangunan.

Gambar 2.4 Zoroastrian Centre, Grundtvig Church, dan Hotel Breakwater
(Sumber : Pinterest, Commons.wikimedia, Architecturestyles)

4. Fungsionalisme, Rasionalisme, dan Cubisme
Aliran fungsionalisme adalah aliran yang anti pada pengulangan
bentuk-bentuk lama dengan menggunakan teknologi baru. Aspek
keindahan tidak lagi dihubungkan dengan adanya ornamen atau dekorasi,
tetapi keindahan timbul karena adanya fungsi dari elemen-elemen
bangunan. Arsitek pada aliran ini memandang tabu jika menciptakan
hiasan atau ornamen dan bagian serta bentuk bangunan yang tidak
memiliki fungsi.
Aliran ini sering juga disebut rasionalisme karena didasari oleh
rasional atau cara berpikir yang logis. Arsitek aliran ini juga menginginkan
bentuk baru yang murni tanpa dekor, sehingga aliran ini sering disebut
aliran arsitektur purism, yang mana ingin mewujudkan bangunan yang
sederhana berupa komposisi bidang, balok, dan kubus serta memandang
bangunan merupakan satu kesatuan bentuk, sehingga aliran ini sering

disebut sebagai arsitektur kubisme.

Universitas Sumatera Utara

16

Aliran kubisme merupakan gerakan paling revolusioner dalam seni
rupa yang berkembang mula-mula di Perancis pada tahun 1907-1920an.
Dalam dunia arsitektur aliran ini berkembang pada tahun 1917-1920an.
Sejak munculnya aliran ini, unsur utama dan aspek yang paling dominan
pada arsitektur adalah ruang, kedua adalah pencahayaan. Ruang dalam dan
luar dibuat menyatu dan adanya hubungan antara ruang atas dan bawah,
dan ruang-ruang yang bersebelahan, sehingga cahaya yang masuk lebih
banyak. Dan yang ketiga adalah material.

Gambar 2.5 Sekolah Bauhaus, Lovell House, dan Villa Savoye
(Sumber : Wikipedia, Evermotion, Studyblue)

2.3


Sejarah dan Perkembangan Arsitektur Nieuwe Bouwen di Belanda
Nieuwe Bouwen merupakan arsitektur modern Belanda yang dipelopori

oleh arsitek H.P Berlage. Arsitektur Nieuwe Bouwen lahir sejak akhir abad 19 dan
berkembang pada abad 20 di Belanda (Handinoto,2010), namun istilah “Nieuwe
Bouwen” diperkenalkan di Belanda sesudah tahun 1920 setelah perang dunia
pertama. Bersamaan dengan penggunaan istilah Nieuwe Bouwen, istilah “Nieuwe
Zakelijkheid” atau Objekvitas Baru juga digunakan, tetapi pada umumnya
menggunakan istilah Nieuwe Bouwen yang berarti meninggalkan masa lalu
dengan cara menyebarkan arsitektur kepada masyarakat baru dengan budaya baru
untuk orang-orang yang telah dibebaskan sesudah perang dunia pertama.

Universitas Sumatera Utara

17

Kesadaran bahwa aliran baru sudah muncul membuat masyarakat memberi
permintaan sebuah solusi baru yang radikal untuk masalah ekonomi, sosial, dan
budaya. Mereka yakin bahwa kelompok arsitek dan seniman akan membuat
kontribusi yang aktif dalam proses pembaharuan.
Istilah Nieuwe Bouwen hanya digunakan di negara Belanda, sedangkan di
negara-negara yang menggunakan bahasa Jerman menggunakan istilah Neues
Bauen atau Neue Sachlichkeit. Istilah Neue Sachlichkeit pertama kali digunakan
pada tanggal 18 Mei 1923 di sebuah surat edaran oleh G.F Hartlaub, direktur dari
Galeri Seni Mannheim.
Arsitektur Nieuwe Bouwen banyak diterapkan terutama pada perencanaan
kota dan perumahan, karena kota dan perumahan merupakan kebutuhan primer
dan memiliki peran yang penting, serta saat itu mengalami proses pembaharuan
karena sudah mengalami kerusakan akibat terjadinya perang dunia 1. Tidak hanya
diterapkan pada perencanaan kota dan perumahan, melainkan juga diterapkan
pada rumah kelas menengah, pabrik,

kantor, restoran, bioskop, dan fasilitas

umum (Kras, 1983; Kusno, 2009).
Pada arsitektur Nieuwe Bouwen terdapat dua kelompok arsitek yang tidak
homogen, yaitu kelompok arsitek Opbouw merupakan kelompok yang berasal
dari Rotterdam dan kelompok arsitek De 8 yang berasal dari Amsterdam yang
mana kedua kelompok ini kemudian bersatu menjadi De 8 in Opbouw setelah
pertemuan CIAM di Swiss pada tahun 1928. Keduanya merupakan pilar utama

Universitas Sumatera Utara

18

yang mendukung gerakan Nieuwe Bouwen di Belanda (Rebel, 1983). Berikut
adalah penjelasan mengenai kelompok arsitek Opbouw dan De 8.
2.3.1

Opbouw
Kelompok arsitek ini berasal dari Rotterdam dan didirikan oleh arsitek

W.Kromhout dan M. Brinkman dan beranggotakan L.C Van der Vlugt, W.H
Gispen, J.J.P Oud, M.A Stam, C. Van Eesteren, J.B Van Loghem, W. Van Tijen
dan P. Zwart. Opbouw merupakan sebuah kelompok yang mana arsitek dan
seniman menempatkan ide-ide mereka yang beranekaragam pada kelompok ini.
Kelompok Opbouw juga menolak peran estetika yang dominan. Masuknya J.J.P
Oud, Van Tijen dan Van Eesteren, terutama melalui pengaruh radikalisasi dari
M.A Stam dan Van Loghem, perhimpunan ini menjadi sebuah pusat penyebaran
arsitektur Nieuwe Bouwen.
2.3.2

De 8
Kelompok ini berasal dari Amsterdam didirikan pada tahun 1927 oleh

B.Merkelbach, Ch. Karsten, J.Van den Bosch, J. Groenewegen, H Van de Pauwert
dan P. Verschuyl. Kelompok De 8 merupakan sekelompok arsitek muda yang
pragmatis dalam masyarakat yang mencoba melakukan perbaikan dalam
arsitektur. Prinsip dari kelompok ini adalah anti estetika, tidak dramatis, tidak
romantis, dan kubisme. Selain itu, kelompok ini berlawanan dengan konsep
ekspresionisme arsitektur Amsterdam School dan lebih terkait dengan
fungsionalisme dan idenya H.P Berlage mengenai perumahan dan kesederhanaan
bentuk. Pada tahun 1928, A Boeken, J. Duiker, dan J.G Wiebenga menjadi
anggota kelompok De 8. Prinsip dari De 8 adalah dalam pembangunan perumahan

Universitas Sumatera Utara

19

dan perkotaan perlunya cahaya, udara, penghijauan, dan keamanan. Area hijau
merupakan akomodasi untuk bangunan-bangunan publik seperti sekolah, gereja,
ruang baca, restoran, dan lain sebagainya. (Dietz, et al, 1995)
Kelompok Opbouw dan De 8 membentuk dasar untuk gerakan Nieuwe
Bouwen Fungsionalisme di Belanda. Kedua kelompok ini menciptakan kontribusi
yang kuat untuk penciptaan sebuah konsep arsitektural yang sesuai dengan budaya
baru yang mana masyarakat menaruh kepercayaan mereka sesudah terjadi
bencana perang dunia 1. Realisasi konsep tersebut terlihat jelas pada sejumlah
bangunan pada tahun 1920an.
Pada tahun 1928, setelah pertemuan awal dari CIAM (Congres
Internationaux d’Architecture Moderne) di La Sarraz, Swiss gerakan Nieuwe
Bouwen menjadi gerakan yang kuat melalui penggabungan kelompok
fungsionalis Amsterdam, yaitu De 8 dengan kelompok Opbouw. Formasi ini
disebut De 8 in Opbouw, yang tetap aktif sebagai sayap CIAM dari Belanda
sampai tahun 1943 (Frampton, 1994). Pada tahun 1932, majalah De 8 en Opbouw
diedarkan. Majalah ini sangat penting bagi gerakan Nieuwe Bouwen dan
merupakan sarana untuk mengembangkan ide-ide pada arsitektur. Pada artikel
yang ada di dalam majalah tersebut terdapat serangan terhadap Amsterdam School
dan mengekspresikan pandangan politik yang terang-terangan, padahal menurut
Merkelbach dan Duiker, arsitektur tidak ada hubungannya dengan politik (Dietz,et
al, 1995).

Universitas Sumatera Utara

20

2.4

Konsep Nieuwe Bouwen
Nieuwe Bouwen merupakan sebuah arsitektur baru yaitu : material baru

(beton, kaca, dan baja), struktur baru, dan metode produksi yang baru. Kata
“baru” menjadi kata kunci untuk gerakan ini. Konsep dari Nieuwe Bouwen adalah
sebuah arsitektur yang fleksibel, cahaya, transparan, kesehatan dan higienis
(Muller, 2011). Yang terpenting dan merupakan slogan utama arsitektur Nieuwe
Bouwen adalah cahaya, udara, dan ruang (Ibelings,1995). Konsep ini disebarkan
di kongres CIAM (Rebel, 1983). Bentuk universal dari arsitektur ini adalah kubus
dan silinder.
Beberapa arsitek utama dari Arsitektur Nieuwe Bouwen, yaitu J.J.P Oud,
Rietveld, dan Van Eesteren berasal dari arsitektur De Stijl yang mana arsitektur
ini bagian dari arsitektur Nieuwe Bouwen. Selain itu, arsitektur ini juga
dipengaruhi oleh kubisme karena bangunan ini dibangun atas tradisi dari Berlage
(Ibelings,1995) yang cenderung mengikuti aliran kubisme (Sumalyo, 1997).
Namun, pada tahun 1920an J.J.P Oud, Rietveld, dan Van Eesteren meninggalkan
De Stijl dan bergabung dengan kelompok Opbouw.
Dalam memulai sebuah gerakan, prinsip pertama dari gerakan Nieuwe
Bouwen dalam perumahan adalah arsitek berpusat pada kesejahteraan pengguna.
Van Loghem merupakan salah satu wakil terkemuka dari gerakan ini telah
merumuskan prinsip dari gerakan ini. Dia mengatakan bahwa kelompok ini
merupakan tindakan penciptaan yang tidak lahir dari keinginan untuk
mempercantik

bangunan

secara

berlebihan,

tetapi

dorongan

untuk

mengekspresikan terutama berfokus pada pemenuhan kebutuhan spiritual (psikis)

Universitas Sumatera Utara

21

dan kebutuhan material (fisik) manusia. Hal ini merupakan kebutuhan primer
yang penting untuk mendapatkan tempat tinggal yang layak (Dietz,et al, 1995).
Pengguna bangunan diberi tempat yang dominan dalam pikiran arsitek
dalam mendesain sebuah bangunan. Arsitek akan memperhatikan kebutuhan dari
pengguna bangunan untuk memberikan rasa nyaman. Cahaya, udara, dekat
dengan area hijau, sarana olahraga, dan keamanan menjadi tujuan baru dalam
arsitektur ini. Bangunan menggunakan jendela yang besar pada fasad. Makna
keterbukaan ini tidak hanya sebagai simbol dari pembebasan, tetapi juga sebagai
simbol dari kehigienisan/kesehatan (Dietz,et al, 1995). Hal ini dikarenakan cahaya
matahari dan udara segar yang masuk ke dalam ruangan diperlukan untuk
memperoleh hidup yang sehat. Selain itu, pada arsitektur Nieuwe Bouwen
penggunaan warna bukan sebagai hiasan, tetapi sebagai sarana ekspresi, seperti
pada umumnya penggunaan warna putih pada bangunan Nieuwe Bouwen sebagai
ekspresi dari kehigienisan.
Di dalam arsitektur ini, industrialisasi dan standarisasi berperan (Akihary,
1990). Industrialisasi yang dilakukan adalah sistem pembangunan yang mampu
menyediakan perumahan dalam jumlah besar karena melakukan sistem pabrikasi,
sehingga para arsitek Nieuwe Bouwen fungsionalisme sangat menentang
arsitektur Amsterdam School karena menggunakan keahlian dalam membuat
ornamen-ornamen

pada

fasadnya.

Sedangkan

standardisasi

merupakan

menyesuaikan bentuk dengan bentuk standard yang telah ditetapkan karena
penggunaan elemen bangunan yang standard memungkinkan untuk mengganti
bagian-bagian

bangunan

dalam

menanggapi

perubahan

yang

temporal

Universitas Sumatera Utara

22

berdasarkan fungsinya. Oleh sebab itu, industrialisasi dan standarisasi berperan
dalam arsitektur ini. Tidak hanya industrialisasi dan standarisasi berperan pada
arsitektur ini, rasionalisasi juga berperan karena pembangunan dilakukan dengan
teknik yang canggih dan mengutamakan ilmu pengetahuan, sehingga sistem
konstruksi bersifat rasional.
Pada tahun 1930an, bangunan Nieuwe Bouwen tidak lagi seperti Van
Nelle Factory yang sebagian besar elemen bangunan terdiri dari kaca, beton, dan
baja karena pada saat itu terjadi krisis ekonomi. Selain itu, saat itu terdapat
beberapa bangunan yang bentuknya menerapkan konsep tradisional tetapi
menggunakan material modern, seperti kaca, baja, dan beton. Sebagai contoh
adalah the Amstel Brewery di Amsterdam, yang mana Eschauzier sebagai arsitek
melengkapi interior dengan perabotan modern. Selain itu, pada rumah sakit de
Joodsche Invalide di Amsterdam dan toko pakaian Schunk di Heerlen
menggunakan kolom concrete mushroom dan dinding glass curtain yang mana
pada tahun 1920an, arsitektur Nieuwe Bouwen memperkenalkan penggunaan
kolom concrete mushroom dan dinding glass curtain. Namun, pada tahun 1935
Mart Stam mengklaim bahwa modernisasi tidak tergantung pada material, tetapi
tergantung pada letak dimana material itu digunakan. Oleh karena itu, kayu, bata,
dan material lainnya dapat terlihat seperti modern. Stam mengungkapkan hal ini
setelah dia kembali dari Siberia yang mana pada kondisi yang sangat primitif dia
bekerja pada konstruksi kota industri baru (Ibelings, 1995).

Universitas Sumatera Utara

23

2.5

Jenis-Jenis Nieuwe Bouwen

2.5.1

Nieuwe Bouwen Ekspresionisme
Nieuwe Bouwen Ekspresionisme merupakan arsitektur baru (aliran baru)

yang bergaya ekspresionisme seperti Amsterdam School yang berkembang di
Belanda pada tahun 1915 sampai 1930an. Arsitektur ini muncul akibat dari
kebijakan pemerintah Belanda yang ingin membangun tempat tinggal yang layak
untuk pekerja di kota Amsterdam. Para arsitek Amsterdam School ingin
memberikan kualitas hidup yang baik pada para buruh sehingga mereka
mendapatkan tempat tinggal yang nyaman. Para arsitek pun ingin meninggalkan
bentuk lama dan mengeksplorasi bentuk-bentuk yang baru yang menekankan pada
sisi artistik dari arsitektur. Gerakan ini juga diterapkan pada bangunan
pemerintahan dan sekolah.
Arsitektur ini menerapkan konsep ekspresionisme. Ekspresionis dalam
arsitektur merupakan salah satu aliran arsitektur yang menggunakan bentuk
sebagai alat untuk mengekspresikan pengalaman ataupun perasaan si perancang,
sehingga memiliki bentuk yang berbeda dengan bangunan lainnya (ekspresif dan
distorsi). Hal ini menunjukkan keoriginalitasan karya dari si perancang. Arsitektur
ini biasanya terdiri dari susunan bata yang dikerjakan dengan keahlian yang tinggi
serta bentuknya sangat plastis (mudah dibentuk). Selain itu, juga menggunakan
ornamen hias walaupun dalam skala yang kecil dan tidak dominan. Walaupun
arsitek dan ahli kerajinan tangan sering bekerja sama, mereka menganggap bahwa
arsitektur adalah unsur yang paling utama, sehingga harus dapat mengatur semua
seni (Sumalyo, 2010).

Universitas Sumatera Utara

24

Amsterdam

School

juga sering disebut

sebagai

“Rationalist

as

Expressionist” dan H.P Berlage memiliki peran yang besar dalam gerakan ini,
sehingga pada dasarnya Amsterdam School tetap memegang dasar rasionalis pada
karyanya, walaupun aliran ini menekankan ekspresi pada bentuknya. Salah satu
contoh bangunan yang menerapkan arsitektur Amsterdam School, yaitu Het Schip
dibangun pada tahun 1917 di Amsterdam.


Het Schip

Het Schip dirancang oleh Michael de Klerk, yang merupakan seorang tokoh
utama dalam arsitektur Amsterdam School. Bangunan ini merupakan apartemen
yang terdiri dari 102 rumah untuk para pekerja, terdapat ruang rapat, dan kantor
pos. Bangunan ini menerapkan brick expressionism yang disusun dengan keahlian
tangan yang tinggi dan bentuk yang sangat plastis. Bentuk yang unik dan
ekspresif membuat bangunan ini memiliki nilai orisinalitas yang tinggi yang mana
desain bangunan berbeda dengan yang lainnya.
Pada bangunan juga terdapat menara yang memiliki bentuk yang ekspresif.
Selain itu, terdapat bentuk yang melengkung pada bangunannya dan adanya
ornamen pada bangunan.

Gambar 2.6 Bangunan Het Schip yang dilihat dari courtyard dan dari luar
(Sumber : Het Schip)

Universitas Sumatera Utara

25

Gambar 2.7 Menara pada bangunan
(Sumber : Het Schip)

Adanya menara yang memiliki bentuk yang ekspresif dan terdapat elemen
hias pada menara. Selain itu, adanya ornamen hias pada fasad bangunan seperti
ukiran manusia memegang panah yang mana ukiran ini dipercayai sebagai simbol
dari kelas pekerja. Walaupun memiliki unsur dekorasi yang tetap sederhana dan
bersih pada bentuk bangunannya, dinding fasad bangunan menggunakan berbagai
macam batu bata dibuat oleh para pekerja dengan keahlian yang tinggi. Dengan
kata lain, menerapkan brick expressionism pada bangunan ini.

Gambar 2.8 Bentuk bangunan yang ekspresif dan unsur dekorasi yang sederhana pada
bangunannya
(Sumber : Het Schip)

Universitas Sumatera Utara

26

Gambar 2.9 Adanya ornamen geometris dan pahatan pada bangunan
(Sumber : Amsterdo)



Department Store De Bijenkorf

Department Store De Bijenkorf merupakan bangunan yang penting di pusat kota
Den Haag. Bangunan ini dibangun karena De Bijenkorf ingin membuka cabang
kedua di kota ini dan mengadakan kompetisi untuk menemukan arsitek yang tepat
untuk proyek ini. Terdapat enam arsitek terkenal yang mengirimkan sketsanya,
yaitu : Piet Kramer, Michael de Kerk, J.F Staal, kakak beradik J.G. dan A.D.N.
van Gendt, J.M. Luthmann, A.P.B. Otten, dan W. Hamdorff. Dengan juri adalah
H.P Berlage, J. Gratama dan A. Steeman. Desain yang terpilih adalah desainnya
J.F Staal. Namun, De Bijenkorf mengatakan bahwa nilai estetika terlalu sedikit
untuk bangunan Department Store sehingga memutuskan untuk memilih desain
Piet Kramer. Bangunan ini dirancang oleh Piet Kramer yang dibangun pada tahun
1925. Dia adalah murid dari Eduard Cuypers dan salah satu arsitek penting dari
Amsterdam school. Dalam desain akhir dan pelaksanaan hampir dua puluh
seniman yang terlibat.
Piet Cuypers mendesain bangunan ini terinspirasi dari bentuk monumental
bulat. Dinding bangunan disusun dari batu bata berwarna merah jingga, dan

Universitas Sumatera Utara

27

terdapat bentuk yang ekspresif pada dindingnya. Selain itu, juga terdapat jendela
kaca besar yang memanjang ke bawah dengan bingkai jendela terbuat dari baja
berwarna perunggu. Pada dinding bagian atas terdapat pahatan.

Gambar 2.10 Department Store De Bijenkorf dan bentuk ekspresif pada dinding luar bangunan
(Sumber : Panoramio, Denhaagfm)

Gambar 2.11 Elemen hias pada dinding bangunan
(Sumber : Amsterdamse-school)

Bentuk ekspresionis tidak hanya berbentuk distorsi, tetapi ada juga arsitek
yang mengungkapkan ekspresinya dengan bentuk geometris, yaitu Willem
Marinus Dudok yang merupakan seorang arsitek Nieuwe Bouwen (Harmans,
2011) yang dipengaruhi oleh arsitektur ekspresionisme (Samuels, et al.,2004) dan

Universitas Sumatera Utara

28

menerapkan konsep kubistis ekspresionisme pada karyanya (Kolman, et
al., 1997). Contoh bangunan yang dipengaruhi oleh arsitektur Nieuwe Bouwen
ekspresionis yang menerapkan konsep kubistis ekspresionisme adalah Town Hall
Hilversum.


Town Hall Hilversum
Bangunan ini merupakan kantor balai kota Hilversum yang sangat

memperhatikan kenyamanan dan ketentraman saat pengguna bangunan berada di
bangunan ini. Selain itu, arsitek sangat memperhatikan aspek cahaya, udara dan
ruang yang mana ketiga aspek ini merupakan slogan utama arsitektur Nieuwe
Bouwen. Pada bangunan ini komposisi, keselarasan, dan keseimbangan disusun
sepenuhnya, sehingga elemen-elemen bangunan semuanya menyatu (Sumalyo,
1997). Selain itu, arsitek dipengaruhi oleh H.P Berlage dalam mendesain
bangunan ini yaitu dipengaruhi oleh arsitektur rasionalisme yang mana berbentuk
sederhana berupa komposisi bidang balok dan kubus. Material yang digunakan
pada bangunan ini adalah bata ekspose yang merupakan salah satu material utama
pada arsitektur ekspresionisme (Tietz,et.al, 1999). Hal ini menunjukkan bahwa
bangunan ini menerapkan konsep kubistis ekspresionisme.

Gambar 2.12 Town Hall Hilversum
Dilihat dari Courtyard
(Sumber: Commons.wikimedia)

Gambar 2.13 Tampak Samping Town
Hall Hilversum
(Sumber: Mimoa)

Universitas Sumatera Utara

29

Selain itu, terdapat ornamen berbentuk geometri tidak seperti ornamen
yang terdapat pada bangunan klasik, elemen penghias berbentuk balok pada
jendela yang tidak berfungsi sebagai elemen struktur yang mana melambangkan
bahwa ruang yang ada di dalamnya adalah ruang dewan, serta menara memiliki
bentuk yang ekspresif dan penggunaan menara mengekspresikan status yang luar
biasa dari bangunan ini yaitu merupakan kantor balai kota Hilversum (Bergeijk &
Dudok, 2001). Bangunan ini juga mengutamakan individualisme (Ibelings, 1995)
yang

mana

arsitektur

ekspresionisme

menekankan

pada

individulisme

(Gruttemeier,et.al, 2013). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
arsitektur ekspresionisme pada bangunan ini.

Gambar 2.14 Ornamen Geometris
pada Menara
(Sumber : Pinterest)

Gambar 2.15 Elemen Penghias berbentuk balok pada jendela
(Sumber : Flickr)

Gambar 2.16 Bentuk menara yang ekspresif dan bentuk balkon yang tidak umum/distorsi
(Sumber : Greatbuildings)

Universitas Sumatera Utara

30

2.5.2

Arsitektur Nieuwe Bouwen Fungsionalisme
Arsitektur

Nieuwe

Bouwen

fungsionalisme

merupakan

bangunan

/arsitektur baru yang bergaya fungsionalisme di Belanda. Kelompok arsitek yang
menganut arsitektur Nieuwe Bouwen Fungsionalisme adalah kelompok De 8 in
Opbouw yang terbentuk setelah kongres CIAM di Swiss tahun 1928. Kelompok
ini menganut aliran fungsionalisme radikal dan pada tahun 1932, mereka
mengemukakan kritik kepada arsitektur Amsterdam School dalam majalah
Opbouw en De 8 (Dietz,et al, 1995). Pada tahun 1932 sampai 1942 merupakan
periode majalah Opbouw en De 8 yang merupakan juru bicara yang paling
penting dari arsitektur Nieuwe Bouwen. Kemudian, pada tahun 1943 publikasi
majalah ini dihentikan.
Aliran fungsionalisme merupakan anti pengulangan bentuk-bentuk lama
dengan menggunakan teknologi baru, anti terhadap ornamen, dekorasi tanpa
fungsi adalah hal yang sangat tidak diinginkan untuk dibuat karena aliran ini
mengutamakan rasional dalam membangun, bentuk yang sederhana yang terdiri
dari bentuk geometri yang mana bentuk geometri dihasilkan dari pemikiran yang
rasional (Wahid & Alamsyah, 2013). Bentuk geometri yang paling dominan pada
arsitektur fungsionalisme adalah kubus dan balok yang merupakan satu kesatuan
bentuk, sehingga aliran ini sering disebut arsitektur kubisme (Sumalyo, 1997).


Perumahan Weissenhofsiedlung ( J.J.P Oud)
Perumahan Weissenhofsiedlung adalah perumahan yang dibangun untuk

pameran Deutscher Werkbund di Stuttgart pada tahun 1927. Perumahan ini terdiri
dari 60 tempat tinggal dengan 5 diantaranya didesain oleh J.J.P Oud, yaitu rumah

Universitas Sumatera Utara

31

ke-5 sampai rumah ke-9. Oud menggunakan beton untuk pertama kalinya pada
rumah - rumah ini. Selain beton, material yang digunakan adalah baja. Tangga
dan pintu terbuat dari baja.

Gambar 2.17 Tampak Depan dan Perspektif Bangunan
(Sumber : Alamy Stock Photo dan Wikipedia)

Bangunan ini memiliki bentuk yang kaku dan sederhana yaitu berbentuk
balok dan mengutamakan rasionalitas. Bentuk ini merupakan bentuk dari
international style (Sheumaker & Wajda, 2008) yang mana arsitektur Nieuwe
Bouwen merupakan penganut dari aliran internasional style (Handinoto, 1996).
Adanya balkon sebagai penghubung antara ruang dalam dan ruang luar. Pada
bagian luar bangunan terdapat taman sehingga udara yang masuk ke dalam
ruangan merupakan udara segar. Adanya pintu dan jendela yang menghadap ke
taman, sehingga dapat berhubungan langsung ke taman yang ada di halaman
belakang rumah.

Gambar 2.18 Tampak Belakang dan Pekspektif Bangunan
(Sumber : Alamy Stock Photo dan Wikipedia)

Universitas Sumatera Utara

32



Van der Leeuw House
Van der Leeuw House merupakan rumah milik salah satu direktur pabrik

Van Nelle yang bernama C.H Van der Leeuw. Rumah ini dirancang oleh Leendert
Van der Vlugt pada tahun 1928. Bangunan ini menerapkan arsitektur Nieuwe
Bouwen fungsionalisme karena bangunan ini menerapkan konsep Nieuwe
Bouwen, yaitu keterbukaan dan dipengaruhi oleh arsitektur kubisme yang
merupakan konsep dari arsitektur fungsionalisme (Sumalyo, 1997). Selain itu,
pada bangunan tidak terdapat ornamen ataupun elemen hias yang mana arsitektur
fungsionalisme anti terhadap dekorasi.
Pada bangunan ini terdapat balkon agar ruang dalam dan luar dapat menyatu
dan udara maupun cahaya dapat masuk memenuhi ruang dalam. Tangga berada di
luar bangunan sehingga dapat menghubungkan ruang dalam dan ruang luar.

Gambar 2.19 Tampak Depan, Perspektif, dan Tangga pada Bagian Belakang Rumah
(Sumber : Wikipedia, Functionmag.tumblr, dan Alamy Stock Photo)



Rumah Sonnoveld

Rumah Sonnoveld didesain oleh Brinkman dan Van der Vlugt pada tahun 19291933. Rumah ini merupakan milik dari salah satu direktur Van Nelle, yaitu
Albertus Sonnoveld.

Universitas Sumatera Utara

33

Gambar 2.20 Tampak Depan dan perspektif bangunan
(Sumber: Nai)

Bentuk bangunan ini menerapkan bentuk geometri dengan kubus sebagai
bentuk yang dominan. Dengan kata lain, bangunan memiliki bentuk yang kaku
karena mengutamakan rasionalitas dan tidak terdapat ornamen pada bangunan
yang mana arsitektur fungsionalisme anti terhadap dekorasi. Selain itu, bangunan
ini menggunakan material dan teknologi bangunan modern, seperti beton dan
rangka baja. Penggunaan teknologi dan material modern akan menciptakan
bangunan yang efisien dan higienis. Arsitek menginginkan bangunan yang
transparan, sehingga menciptakan lingkungan hidup yang sehat karena udara
segar dan cahaya matahari masuk ke dalam seluruh ruangan melalui jendela
horizontal pada fasad bangunan. Dinding luar harus terlihat seperti tirai karena
berbahan kaca.

Gambar 2.21 Tampak Belakang Bangunan dan Perspektif Belakang Bangunan
(Sumber: Nai dan Flickr)

Universitas Sumatera Utara

34

Tidak hanya udara dan cahaya menjadi slogan utama dari arsitektur
Nieuwe Bouwen, ruang juga merupakan hal yang penting dalam arsitektur
Nieuwe Bouwen, sehingga dalam arsitektur Nieuwe Bouwen ruang yang
diciptakan adalah ruang yang memberikan kenyamanan bagi penghuninya yang
mana kenyaman itu berasal dari kehangatan, terang, dan cahaya yang diberikan
oleh udara dan cahaya matahari yang masuk ke dalam ruang. Banyaknya pintu
terbuka menuju taman atau balkon mendorong penggunaan ruang sekitarnya yang
intensif karena banyaknya penghubung antar ruang dalam dan ruang luar. Balkon
dan taman pada atap didesain agar ruang dalam dapat terbuka ke ruang luar.
Dengan kata lain, ruang dalam dan ruang luar dapat terhubung. Pada ruang luar
terdapat area hijau sehingga menghasilkan udara yang segar karena tujuan utama
mereka adalah lingkungan hidup yang sehat.

2.5.3

Arsitektur Nieuwe Bouwen Lokal
Arsitektur Nieuwe Bouwen Lokal merupakan arsitektur Nieuwe Bouwen

yang mendapat pengaruh dari aliran arsitektur tradisional. Arsitektur ini mulai
muncul sesudah perang dunia pertama yang mana arsitek H.P Berlage merupakan
pelopor arsitektur modern di Belanda dan perantara antara tradisional dan modern
(Singelenberg, 1972), sehingga dalam beberapa karyanya mengandung unsur
tradisional. Selain itu, arsitektur ini mulai berkembang pada tahun 1930an saat
terjadi krisis ekonomi di Belanda, sehingga bangunan Nieuwe Bouwen tidak lagi
seperti pabrik Van Nelle dengan material utamanya adalah kaca, baja, dan beton.

Universitas Sumatera Utara

35

Arsitektur Tradisional merupakan arsitektur yang sesuai dengan tradisi
dari daerah atau negaranya. Konsep ini mengarah kepada arsitektur dengan bentuk
tradisional yang sederhana, dibangun dengan material tradisional (Ibelings, 1995).
Arsitektur tradisional Belanda ditandai dengan bangunan dengan skala
monumental, adanya gevel, cerobong asap, jendela berukuran kecil, ornamen hias
ataupun patung, gevel, dan atap pelana (Ibelings, 1995). Awalnya arsitek
tradisionalis menentang arsitektur fungsionalisme pada tahun 1930an, namun
pada akhirnya, mereka melakukan pembangunan secara produksi massal,
fabrikasi, dan berdamai dengan beberapa arsitek fungsionalis. Pada periode yang
sama, bangunan Nieuwe Bouwen mulai dirancang dengan skala monumental
dengan gaya tradisional (Ibelings, 1995).
Ada tiga contoh bangunan yang menerapkan arsitektur Nieuwe Bouwen lokal,
yaitu : Amsterdam Exchange, kantor Amstel Brewery, dan rumah susun
Zuidplein.


Amsterdam Exchange
Bangunan ini adalah bursa efek yang dibangun di Damrak, pusat kota

Amsterdam oleh seorang arsitek bernama H.P Berlage pada tahun 1897 –
1903. Keberadaan bangunan ini sebagai tanda perubahan dalam sistem
ekonomi yang mana sebelumnya terjadi perkembangan dalam bidang industri.
Tujuan H.P Berlage dalam membangun gedung ini adalah untuk
menggabungkan gaya modern dengan gaya tradisional dan bangunan ini
menjadi tanda perubahan pola pemikiran dan konsep perancangan dari
tradisional ke modern.

Universitas Sumatera Utara

36

Amsterdam Exchange menggunakan konstruksi bata merah tanpa diplester
yang mana konstruksi ini menjadi ciri khas arsitektur tradisional Belanda dan
pada atap bangunan menggunakan konstruksi baja sebagai rangka atapnya dan
menggunakan kaca sebagai atapnya sehingga seluruh ruang yang ada di
bawahnya dipenuhi cahaya matahari. Tidak hanya pada atap, pada fasad
bangunan juga terdapat jendela kaca yang disusun berderet horizontal dan
vertikal, sehingga banyaknya cahaya matahari dan udara yang masuk ke dalam
ruangan melalui jendela-jendela tersebut. Hal ini menunjukkan adanya unsur
arsitektur Nieuwe Bouwen yaitu cahaya, udara, dan ruang.

Gambar 2.22 Tampak Depan dan Perspektif Bangunan
(Sumber : Commons.Wikimedia)

Selain adanya unsur arsitektur Nieuwe Bouwen pada bangunan ini, adanya
unsur tradisional seperti terdapat gevel berbentuk segitiga pada fasad,
sebagian bangunan beratap pelana, dan terdapat menara yang tinggi sekitar
40m sehingga memberikan kesan monumental pada bangunan ini.

Gambar 2.23 Menara dan interior bangunan Amsterdam Exchange
(Sumber : Commons.Wikimedia)

Universitas Sumatera Utara

37

Pada bangunan ini juga terdapat elemen dekorasi seperti ukiran dan patung
namun kehadirannya tidak mencolok karena dalam bangunan ini, H.P Berlage
menerapkan konsep kesederhanaan bentuk dan mengolah bagian-bagian bangunan
dalam komposisi yang harmonis ( Sumalyo, 1997)

Gambar 2.24 Patung dan ukiran pada fasad bangunan
(Sumber : Commons.Wikimedia )



Kantor Amstel Brewery
Keterbatasan arsitektur Tradisionalisme tidak cocok untuk tugas modern

yang mana tidak memiliki batas referensi dalam sejarah. Kantor merupakan salah
satu tipe bangunan modern yang mana tradisionalis mampu menciptakan sebuah
bentuk untuknya. Hal ini menunjukkan bahwa arsitek ingin menggabungkan
arsitektur modern dan arsitektur tradisional dalam rancangannya. Contoh
bangunan yang dimaksud adalah kantor Amstel Brewery di Amsterdam (Ibelings,
1995).

Gambar 2.25 Aksonometri dan Perspektif Kawasan Amstel Brewery
(Sumber : Amfi dan Anp-archief)

Universitas Sumatera Utara

38

Kantor Amstel awalnya dibangun pada tahun 1870 di padang rumput tepi
sungai agar dapat lebih mudah mengambil air dalam pembuatan bir dan sebagai
jalur transportasi saat pengangkutan produk yang sudah jadi. Bangunan ini
dirancang oleh Eschauzier pada tahun 1930. Pada fasad bangunan menggunakan
material batu bata yang merupakan material tradisional dan terdapat pahatan pada
pintu masuk. Terdapat ornamen pada area sekeliling jendela dan pintu. Interior
bangunan diisi dengan perabotan yang menggunakan material modern yaitu baja
tubular (Ibelings,1995).

Gambar 2.26 Pekspektif dan Detail Pahatan yang Terdapat di Fasad Depan Bangunan
(Sumber : Panoramio dan Amsterdam)

Gambar 2.27 Detail Rangka Bangunan yang Terbuat dari Kayu dan Perabotan yang Terbuat dari
Baja
(Sumber : Iamsterdam)

Universitas Sumatera Utara

39



Rumah Susun Zuidplein

Rumah susun ini dirancang oleh Willem van Tijen pada tahun 1940 di
Rotterdam. Departemen perkotaan memintanya untuk merancang rumah susun
yang terdiri dari ratusan rumah. Dia selesai merancang pada akhir tahun 1940 dan
akan dibangun pada tahun 1941, namun persiapan dihentikan karena terjadi
perang dunia kedua. Penggunaan material batu bata pada bangunan ini karena
kurangnya

material

kaca

dan

baja.

Van

Tijen

mempertemukan arsitektur Tradisionalisme dan

juga

berusaha

untuk

arsitektur modern pada

bangunannya yang ditandai dengan penggunaan material batu bata dan beton
(Ibelings, 1995). Van Tijen dibantu oleh Grossman dan Rietveld dalam
merancang bangunan ini. Pembangunannya dimulai pada akhir tahun 1946 setelah
perang dunia kedua sampai tahun 1949.

Gambar 2.28 Pekspektif Rumah Susun Zuidplein
(Sumber : Pinterest dan Rijssenbeek)

Universitas Sumatera Utara

40

Gambar 2.29 Konstruksi dan Rangka Baja yang Ada Pada Fasad Bangunan
(Sumber : Pinterest)

2.6

Perkembangan Arsitektur Nieuwe Bouwen di Indonesia
Pada tahun 1920, arsitektur modern sampai ke Indonesia yang dibawa oleh

arsitek Belanda yang berprofesi di Indonesia. Arsitektur ini disebut dengan
arsitektur Nieuwe Bouwen (new building) yang berorientasi ke Belanda dengan
melakukan penyesuaikan terhadap teknologi dan iklim setempat (Handinoto,
1996). Sama seperti arsitektur Barat lainnya, prinsip-prinsip arsitektur
fungsionalisme di Indonesia tidak hanya disesuaikan dengan keadaan tetapi juga
disesuaikan dengan kebutuhannya.
Arsitektur Nieuwe Bouwen di Indonesia juga menggunakan bentuk
umumnya yaitu kubus, silinder dan lengkungan (Akihary, 1990). Karya A.F
Aalbert di Bandung merupakan karya yang paling ekspresif dari Nieuwe Bouwen
di Indonesia. Bangunan yang dia desain adalah Hotel Savoy Homann, Denis
Bank, dan “Driekleur” di Bandung. Gaya bangunan tersebut menunjukkan
keterbukaan, garis fasad yang lembut, dan ruang luar memberikan pengaruh yang
kuat pada ruang dalam (Akihary,1990).

Universitas Sumatera Utara

41

Gambar 2.30 Hotel Savoy Homann, Bank Denis, dan Driekleur
(Sumber : bandungtourism, commons.wikimedia, dan Youtube)

Selain A.F. Aalbert, arsitek yang menerapkan arsitektur Nieuwe Bouwen
adalah C.P. Wolff Schoemaker. Salah satu bangunannya adalah: Villa Isola.
Bentuk bangunan ini menggunakan bentuk silinder. Bangunan ini menunjukkan
pengaruh yang kuat dari Arsitektur Nieuwe Bouwen dalam konstruksi rangka
bajanya, jendela baja, dan beton bertulang.

Gambar 2.31 Tampak Depan Villa Isola dan Perspektif Villa Isola
(Sumber: Pinterest dan Sky-adventure)

Pada akhir tahun 1920, banyak bangunan yang menerapkan arsitektur
Nieuwe Bouwen karena para arsitek berkarya berpedoman pada gaya arsitektur
ini. Bentuk bangunan menjadi lebih kaku dan tidak seperti bentuk sebelumnya.
Gaya seperti ini menunjukkan peralihan awal menjadi gaya internasional. Contoh
bangunan yang menerapkan gaya ini adalah gedung Internasional di Surabaya.
Dibangun pada tahun 1927- 1931. Dirancang oleh Ir. Frans Johan Louwrens

Universitas Sumatera Utara

42

Ghijsels, pemimpin biro AIA (Algemeen Ingenieurs en Architecten Bureau)
(Handinoto, 2010).

Gambar 2.32 Perspektif Gedung Internasional
(Sumber: Liputanindonesianews dan Handinoto)

2.7

Adaptasi Arsitektur
Adaptasi adalah penyesuaian diri terhadap lingkungan yang baru. Menurut

Rachmadanti dan Antaryama (2013), adaptasi secara arsitektural memiliki
beberapa macam pendekatan, yaitu :


Adaptasi terhadap lingkungan, seperti budaya dan teknologi bangunan
sekitar



Adaptasi terhadap iklim



Adaptasi bentuk bangunan terhadap tempat bangunan tersebut berada



Adaptasi fungsi bangunan terhadap kondisi lingkungan.
Dari keempat pendekatan adaptasi berikut, yang akan dibahas adalah

adaptasi terhadap iklim dan teknologi bangunan karena arsitektur Nieuwe
Bouwen yang ada di Indonesia sepenuhnya berpedoman pada arsitektur Nieuwe
Bouwen yang ada di belanda dengan melakukan adaptasi terhadap iklim dan
teknologi setempat (Handinoto, 1996).

Universitas Sumatera Utara

43

Bentuk adaptasi terhadap iklim dapat dilihat pada fasad bangunan karena
fasad berasal dari bahasa latin yang merupakan sinonim dari kata face yang
artinya “wajah” dan appearance yang artinya “penampilan”, sehingga dapat
diartikan bahwa fasad merupakan bagian depan dan terluar bangunan
(Krier,2001). Dengan demikian, fasad merupakan elemen yang paling awal
menerima perubahan iklim (cuaca), sehingga pada fasad terdapat bentuk
penyesuaian terhadap kondisi iklim. Menurut Krier (2001), wajah bangunan yang
dikatakan fasad adalah wajah bangunan yang menghadap ke jalan.
Adaptasi iklim pada fasad dapat dilihat pada atap, bukaan, dan dinding
luar (Hardiman, 2013). Sedangkan teknologi bangunan berhubungan dengan
material (Ramachandran, 1991). Sehingga, untuk mengetahui bentuk adaptasi
arsitektur Nieuwe Bouwen pada bangunan kolonial Belanda di kota Medan, yaitu
dengan memperhatikan atap, bukaan, ventilasi atap, dinding luar, dan bahan
bangunan (material).
2.7.1

Adaptasi Iklim

1.

Atap
Atap merupakan bagian paling atas pada bangunan yang paling dekat

dengan atmosfir (Krier, 2001). Sehingga, atap adalah elemen utama yang harus
diperhatikan dalam mengatasi perubahan iklim pada suatu tempat. Untuk itu, yang
harus diperhatikan adalah bentuk atap (Pujantara, 2013).

Universitas Sumatera Utara

44

2.

Bukaan
Bukaan pada fasad terdiri dari ventilasi (ventilasi atap dan ventilasi

dinding), jendela dan pintu. Hal yang perlu diperhatikan adalah besar- kecilnya
bukaan dan letak bukaan ( Hardiman, 2013)
2.

Dinding Luar
Dinding luar adalah elemen yang penting untuk diperhatikan untuk

mengatasi perubahan iklim karena dinding luar merupakan elemen bangunan yang
paling dekat dengan ruang luar selain atap. Hal yang perlu diperhatikan adalah
material dan warna dinding ( Pujantara, 2013).
2.7.2

Adaptasi Teknologi setempat
Kecanggihan dan kualitas teknologi setempat mempengaruhi produksi

bahan bangunan yang dapat dibuatnya (Ramachandran, 1991), sehingga yang
perlu diperhatikan adalah penggunaan material pada bangunan.

Universitas Sumatera Utara

45

2.8 Kerangka Teori
Arsitektur

Arsitektur Modern

Sejarah perkembangan arsitektur
di dunia berdasarkan ciri-ciri
bentuk dan karakter arsitektural
yang dibagi menjadi empat, yaitu
: primitif, tradisional, klasik barat,
dan modern (Sumalyo, 1997)

Merupakan Awal dari
perubahan
secara
revolusioner
yang
membuat perubahan
pada pola pikir dan
pola hidup manusia
(Sumalyo, 1997).

Arsitektur Nieuwe Bouwen
Merupakan Arsitektur Modern Belanda yang dipelopori oleh H.P Berlage dan muncul pada tahun
1890. Istilah Nieuwe Bouwen mulai berkembang setelah tahun 1920. Karakter arsitektur ini
disebarkan di kongres CIAM, Swiss. Konsep dari Nieuwe Bouwen adalah fleksibel, cahaya,
transparan, kesehatan, dan higienis (Muller, 2011). Slogan utamanya adalah cahaya, udara, dan ruang
(Ibelings, 1995). Nieuwe Bouwen ada tiga jenis, yaitu:

Nieuwe Bouwen Ekspresionis








Berbentuk kubus,
melengkung dan
silinder, serta adanya
bentuk yang tidak
umum/distorsi
Menggunakan
material bata yang
tidak diplester dan
ekspresif (brick
expressionism)
Adanya ornamen
geometris dan hias,
seperti pahatan, serta
elemen hias pada
fasad bangunan yang
tak berfungsi sebagai
struktur.
Adanya menara yang
memiliki bentuk yang
ekspresif .

Nieuwe Bouwen Fungsionalisme







Bentuk dominan kubus dan
balok (kaku dan sederhana)
Menggunakan jendela
horizontal yang panjang
pada fasad.
Anti terhadap ornamen,
patung, dan elemen hias
lainnya
Dalam menciptakan bentuk
hanya memikirkan fungsi
dan rasionalitas

Nieuwe Bouwen Lokal









Bentuk bangunan yang
kaku dan terdapat
elemen yang
berdasarkan pada gaya
tradisional yang
mempengaruhinya
Adanya penggunaan
material batu bata yang
tidak diplester
Adanya ornamen
sculptural (pahatan)
dan patung.
Adanya menara
Bangunan memiliki
skala monumental

Adaptasi Arsitektur Nieuwe Bouwen di Indonesia
Arsitektur Niewue Bouwen tersebar di Indonesia karena dibawa oleh
arsitek muda pada tahun 1920an. Arsitektur ini sangat popular dan
diterima di Indonesia termasuk di Medan. Arsitektur ini sepenuhnya
berpedoman pada arsitektur Nieuwe Bouwen yang ada di Belanda
dengan melakukan adaptasi terhadap iklim dan teknologi setempat
(Handinoto, 1996). Hal ini menyebabkan adanya perubahan antara
bangunan Nieuwe Bouwen di Belanda dengan bangunan kolonial
Belanda di kota Medan yang dipengaruhi oleh arsitektur Nieuwe
Bouwen.

Universitas Sumatera Utara

46

2.9

Kesimpulan
Arsitektur modern merupakan awal dari perubahan secara revolusioner

karena terjadinya revolusi industri pada awal abad ke-19, sehingga terjadi
perubahan pada pola pikir & pola hidup manusia (Sumalyo, 1996). Salah satu
arsitektur modern yang karakternya disebarkan di CIAM adalah arsitektur Nieuwe
Bouwen (Rebel, 1983). Nieuwe Bouwen merupakan arsitektur modern di Belanda
yang memiliki slogan utama yaitu : udara, cahaya, dan ruang (Ibelings,1995).
Pada tahun 1920, arsitektur Nieuwe Bouwen masuk dan berkembang di Indonesia
pada tahun 1920an dibawa oleh arsitek muda asal Belanda (Sumalyo, 1993:
Handinoto, 1996 : 2010), sehingga pada tahun 1920an banyak bangunan yang
dibangun dengan menerapkan gaya arsitektur Nieuwe Bouwen. Arsitek Belanda
merancang bangunan dengan gaya arsitektur ini sepenuhnya berorientasi ke
Belanda dengan menyesuaikan terhadap iklim dan teknologi setempat (Handinoto,
1996).

Universitas Sumatera Utara