Warga Binaan Pemasyarakatan Laki-laki dan Kesiapan Berwirausaha Kelas II.A Rantau Prapat Kecamatan Rantau Selatan Kabupaten Labuhan Batu Sumatera Utara

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah
Manusia adalah mahluk sosial hampir seluruh kehidupannya dihabiskan
untuk

berinteraksi

dengan

lingkungan

masyarakat.

Karena

kodrat

sebagaimanusiamemangditakdirkan tidak bisa hidup seorang diri dan harus
berinteraksi antara satu dengan yang lain. Walaupun manusia adalah mahluk

sosial,namun seringkali di dalam berinteraksiindividu melakukan tindakan
kejahatan yang dapat merugikan dan menyakiti orang lain. Tindakan kejahatan
yang dilakukan individu biasanya didorong oleh beberapa faktor baik ekonomi,
psikologi maupun sosial. Tindakan kejahatan yang pernah dilakukan oleh seorang
individu tentu saja dapat membawa dampak negatif bagi masyarakat, yang
dapatmembuat masyarakat menjadi trauma.Masyarakat lalu memberikan hukuman
kepada individudan menolak keberadaan individu tersebut berada dalam
lingkungan masyarakat, seperti yang terjadi pada seorang mantan warga binaan
pemasyarakatan.
Mantan warga binaan pemasyarakatan adalahseseorang yang telah
menjalani hukumandan kembali kedalam lingkungan masyarakat. Selama
menjalani masa hukuman di lembaga pemasyarakatan mantan warga binaan
pemasyarakatan tidak dapat berinteraksi secara normal seperti biasanya dengan
lingkungan sosial masyarakat. Selama berada di dalam lembaga pemasyarakatan
mantan warga binaan pemasyarakatan mengalami kehidupan yang keras,serba
1
Universitas Sumatera Utara

terbatas dan sulit. Didalam lembaga pemasyarakatan mantan warga binaan
pemasyarakatan selalu mengharapkan belas kasih serta perhatian dari keluarga

dan teman-temannya untuk menopang kehidupannya di dalam lembaga
pemasyarakatan. Mereka menjadi tidak berdaya, tidak memiliki kekuatan untuk
hidup mandiri dan mereka merasa tidak berguna.Proses ini pada gilirannya
membuat mantan warga binaan pemasyarakatancenderung, setelah keluar dari
dalam lembaga pemasyarakatan kesulitan untuk beradaptasi dalam lingkungan
sosialnya.
Melalui peraturan per undang-undangan Nomor 31 Tahun 1999 Bab II
Pasal 6 Ayat 1 yang bunyinya “Kepala Lapas’’ wajib melaksanakan pembinaan
bagi narapidana, artinya bahwa seluruh lembaga pemasyarakatan harus memiliki
pembinaan yang wajib diberikan kepada seluruh anggota warga binaan
pemasyarakatan. Upaya-upaya penyadaran tersebut dapat dilakukan melalui
pembinaan narapidana yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan yang bersifat
fisik dan material (UU No.12 Tahun 1995). Program pembinaan adalah suatu
proses kegiatan dan proses mempelajari hal-hal yang baru yang berguna untuk
mencapai tujuan dan hasil yang lebih baik bagi orang yang dibina untuk menuju
kehidupan yang lebih baik (Putri, 2014).
Pembinaan berkaitan erat dengan tindakan pemberdayaan sebagai upaya
yang dilakukan untuk memberikan daya atau meningkatkan daya dari yang
sebelumnya mereka tidak mampu menjadi mampu. Maksudnya adalah
pemberdayaan sebagai upaya berencana yang dirancang untuk merubah atau

melakukan pembaharuan pada suatu komunitas atau kelompok masyarakat dari
kondisi ketidakberdayaan menjadi berdaya dengan menitikberatkan pada
2
Universitas Sumatera Utara

pembinaan potensi dan kemandirian masyarakat. Adapun menurut Slamet dalam
(Anwas 2014:49) pengertian pemberdayaan adalah bagaimana membuat
masyarakat mampu membagun dirinya dan memperbaiki kehidupannya sendiri.
Mantan warga binaan pemasyarakatan selama berada didalam lembaga
pemasyarakatan mendapatkan pembinaan berbentuk pelatihan keterampilan dari
pihak lembaga pemasyarakatan. Mereka diberikan pelatihan edukasi berupa
keterampilan soft skill yang dapat menghasilkan barang dan jasa. Pembinaan
keterampilan yang diberikan pihak lembaga pemasyarakatan merupakan bentuk
pemberdayaan yang dilakukan agar dapat menumbuhkan minat dan bakat dalam
berwirausaha. Kegiatan proses pembinaan keterampilan yang dilakukan oleh
pihak lembaga pemasyarakatan berlangsung setiap hari sampai mantan warga
binaan pemasyarakatan mahir dalam menggeluti bidang keterampilan yang
mereka pilih sendiri dan mampu menghasilkan barang-barang keterampilan yang
berguna dan bermanfaat yang memiliki nilai jual bagi banyak orang. Pembinaan
keterampilan ini memiliki tujuan agar para mantan warga binaan pemasyarakatan

dapat hidup mandiri, dapat menghasilkan uang sendiri dari hasil kerja sendiri
tanpa bergantung pada hidup orang lain.
Pra Observasi yang dilakukan oleh penulis di lembaga pemasyarakatan
Kelas II.A Rantau Prapat, Kecamatan Rantau Selatan, Kabupaten Labuhan Batu
Sumatera Utara ini merupakan salah satu lembaga permasyarakatan terbesar
nomor dua setelah lembaga pemasyarakatan Tanjung Kusta Kelas I.A yang
terletak di Sumatera Utara. Lembaga pemasyarakatan Kelas II.A Rantau Prapat ini
di resmikan pada Tanggal 15 Maret 1985 dan memiliki jumlah warga binaan
pemasyarakatan secara keseluruhan sebanyak ± 1,452 orang terdiri dari anak3
Universitas Sumatera Utara

anak, wanita dewasa dan para pria dewasa. Lembaga pemasyarakatan rantau
prapat telah berdiri pada tahun 1985 dan program pembinaan keterampilan baru
dilaksanakan di lembaga pemasyarakatan Kelas II.A Rantau Prapat tahun
1992.Sejak

warga

binaan


pemasyarakatan

masuk

kedalam

lembaga

pemasyarakatan mereka langsung diberikan pembinaan keterampilan oleh
lembaga pemasyarakatan. Pembinaan keterampilan yang diadakan oleh lembaga
pemasyarakatan Kelas II.A Rantau Prapat sebagai bentuk kegiatan pemberdayaan
agar dapat mendidik warga binaan pemasyarakatan menjadi manusia yang
memiliki harga diri, penghasilan, ide dan motivasi serta masa depan (Kasmir
2008:6).Sehingga warga binaan pemasyarakatan dapat kembaliberinteraksidan
diterima dalam lingkungan masyarakat (Elisabeth, 2014)
Warga binaan pemasyarakatan adalah seseorang yang dipidana
berdasarkan putusan pengadilan hukum yang telah terbukti melakukan tindakan
kejahatan (Wahyu, 2016). Warga binaan pemasyarakatan sering dipandang negatif
oleh lingkungan masyarakat karena telah melakukan pelanggaran aturan dan
norma sosial di dalam lingkungan masyarakat.Hasil penelitian (Wahyu, 2016)

mengatakan bahwa pengaruh pelabelan sosial dari masyarakat oleh para warga
binaan pemasyarakatan ternyata dapat memberikan dampak rasa pesimis yang
dapat memunculkan kecanggungan untuk kembali berinteraksi di dalam
lingkungan masyarakat. Adanya program pembinaan ini diharapkan dapat
merubah pola pikir para mantan warga binaan pemasyarakatan agar dapat
memanfaatkan waktu untuk hal-hal yang berguna bagi banyak orang dan dapat
mengaplikasikan soft skill yang telah mereka terima selama mengikuti program
pembinaan dalam dunia kerja. Program pembinaan keterampilan ini dapat

4
Universitas Sumatera Utara

dijadikan sebagai modal ekonomi dalam berwirausaha nantinya.Warga binaan
pemasyarakatan yang mengikuti pembinaan keterampilan memiliki hak untuk
memilih jenis kegiatan keterampilan yang akan mereka geluti sesuai dengan selera
dan bakat masing-masing. Program pembinaan keterampilan yang disediakan oleh
pihak lembaga pemasyarakatan beraneka ragam seperti keterampilan miniatur,
keterampilan mebel, keterampilan las listrik, keterampilanlaundry pakaian,
keterampilan menjahit dan keterampilan memangkas rambut.
Program pembinaan keterampilan ini di kepalai oleh pelatih pembinaan.

Pelatih pembinaan berperan penting dalam memberikan pelatihan, pelajaran
(edukasi), bimbingan serta arahan kepada setiap warga binaan yang mengikuti
program pembinaan di lembaga pemasyarakatan Kelas II.A Rantau Prapat. Proses
pembinaan yang dilakukan oleh pelatih pembinaan kepada warga binaan
pemasyarakatan

adalah

memberikan

edukasi

seputar

metode

tata

cara


keterampilan, menerangkan bagaimana proses mengerjakan suatu bahan baku
sampai pada tahap menghasilkan sebuah produk keterampilan.Pelatih pembinaan
akan terus memberikan edukasi serta terus membimbing warga binaan
pemasyarakatan sampai warga binaan pemasyarakatan mahir dalam membuat
suatu produk kerajinan. Selain memberikan edukasi kepada warga binaan
pemasyarakatan pelatih pembinaan juga memberikan motivasi agar warga binaan
pemasyarakatan selalu bersemangat dalam bekerja, memiliki pikiran positif dan
jiwa kepemimpinan. Selain memberikan pembinaan keterampilan lembaga
pemasyarakatan Kelas II.A Rantau Prapat juga memberikan pembinaan
kerohanian.

5
Universitas Sumatera Utara

Program pembinaan kerohanianadalah kegiatan pembinaan terhadap
pribadi dan budi pekerti yang diberikan kepada warga binaan pemasyarakatan,
untuk meningkatkan kualitas ketakwaan kepada TUHAN Yang Maha Esa,
intelektual, sikap, perilaku, kesehatan jasmani dan rohani yang di lakukan di
dalam lembaga pemasyarakatan dan dapat dijadikancerminan bagi seluruh warga
binaan pemasyarakatan dalam merenungi segala perbuatannya yang pernah di

lakukan di masa lampau dan sehingga dapatkembali kepada jalan yang benar.
Warga binaan pemasyarakatan yang mengikuti program pembinaan keterampilan
dituntut untuk bisa saling bekerjasama, menghargai, memiliki rasa toleransi, didik
memiliki jiwa kepemimpinan, semangat, serta kesabaran. Selain pembinaan
keterampilan dan kerohanian di dalam lembaga pemasyarakatan Kelas II.A
Rantau Prapat terdapat juga bentuk kegiatan ekstrakulikuler.
Program kegiatan ektrakulikuler merupakan kegiatan pemberdayaan
yang dilakukan dengan tujuan sebagai pegembangan diri, memperluas wawasan
dalam pembentukan kepribadian kepada hal-hal positif yang disalurkan melalui
kegiatan perayaan hari besar seperti perayaan 17 agustus, perayaan hari jadi
kemenkumham, perayaan hari raya idul fitri dan perayaan hari natal. Kegiatan ini
juga disertai dengan kegiatan membersihkan lingkungan sekitar lembaga
pemasyarakatan Kelas II.A Rantau Parapat. Kegiatan ekstrakulikuler yang
dilakukan sebagai wujud penyadaran bagi setiap warga binaan pemasyarakatan
agar mencintai lingkungan serta membangun rasa patriotisme, cinta tanah air,
sebagai wujud dalam mempersiapkan warga binaan pemasyarakatan dalam
beradaptasi di dalam masyarakat.

6
Universitas Sumatera Utara


Melalui program pembinaan ini, warga binaan pemasyarakatan dapat
diberdayakan sedemikian rupa agar menjadi manusia yang terampil dan mandiri
dari sebelumnya mereka tidak tahu keterampilan menjadi mahir dalam
keterampilan. Selain itu program pembinaan ini juga untuk mendidik mental para
warga binaan pemasyarakatan menjadi lebih baik agar dapat menyadari kesalahan,
memperbaiki diri dan tidak mengulangi perilaku penyimpangan, dapat diterima
kembali oleh lingkungan masyarakat, aktif berperan dalam pembangunan, hidup
secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab.Program pembinaan
sebagai

alat

untuk

merebut

kembali

kepercayaan


masyarakat

dengan

membuktikan bahwa warga binaan pemasyarakatan dapat berubah dan masih
berguna bagi lingkungan masyarakat. Salah satunya adalah menjadi seorang
wirausahawan yang mandiri dengan potensi yang mereka miliki mereka dapat
berkarya lewat hasil kerajinan yang mereka buat sendiri, dengan menunjukkan
bahwa warga binaan pemasyarakatan dapat memperbaiki kembali hidupnya yang
dulu menyimpang dengan menjadi seorang wirausahawan yang memiliki masa
depan.

7
Universitas Sumatera Utara

1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latarbelakang masalah tersebut di atas, maka rumusan
masalah penelitian ialah :
Bagaimanakesiapan

warga

binaan

pemasyarakatan

laki-lakidalam

berwirausahadi Kelas II.A Rantau Prapat, Kecamatan Rantau Selatan,
Kabupaten Labuhan Batu, Sumatera Utara.
1.3. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui bagaimanakesiapan warga binaan pemasyarakatan
laki-lakidalam berwirausaha di Kelas II.A Rantau Prapat, Kecamatan
Rantau Selatan, Kabupaten Labuhan Batu, Sumatera Utara.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi
pengembangan ilmu pengetahuan khususnya sosiologi dan dapat
dijadikan sebagai referensi penelitian pada masa yang akan
datang.
b) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi,
menambah wawasan bagi pembaca, untung mengetahui warga
binaan pemasyarakatan dalam kesiapan berwirausaha di Kelas
II.A Parapat.

8
Universitas Sumatera Utara

2. Manfaat Praktis
a) Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk
dapat memberikan manfaat antara lain: dapat memperluas
keabsahan ilmu dan dapat digunakan sebagai acuan bagi peneliti
lain yang melakukan penelitian serupa maupun kepada instansi
terkait.
b) Penelitian ini dapat digunakan sebagai wawasan tambahan
pengetahuan bagi masyarakat umum yang ingin mengetahui
tentang program pembinaan di lembaga pemasyarakatan.
1.5 Defenisi Konsep
1.5.1.Warga Binaan Pemasyarakatan
Warga Binaan Pemasyarakatan dalam (Hukum Online, 2011) adalah
narapidana anak didik pemasyarakatan dan klien pemasyarakatan. Dimana warga
binaan pemasyarakatan adalah individu-individu yang masuk sebagai terpidana
yang menjalani pidana di lembaga pemasyarakatan, secara sederhananya warga
binaan pemasyarakatan adalah sekelompok individu yang telah terbukti
melakukan perbuatan penyimpanganyang sudah diproses secara hukum dan telah
dinyatakan bersalah. Selanjutnya warga binaan pemasyarakatan diasingkandi
lembaga pemasyarakatan untuk sementara waktu jauh dari lingkungan
masyarakat,

untuk

mempertangungjawabkan

segalaperbutannyadikarenakan

hubungan warga binaan pemasyarakatan dan lingkungan masyarakat sedang tidak
harmonis.

9
Universitas Sumatera Utara

Lembaga

pemasyarakatansebagai

tempat

bagi

warga

binaan

pemasyarakatan untuk merenungkan dan memperbaiki diri didalam lembaga
pemasyarakatan.

Di

dalam

lembaga

pemasyarakatan

warga

binaan

pemasyarakatan akan dibina serta didik sedemikian rupa tujuannya agar warga
binaan pemasyarakatan dapat merenungi segala perubuatannya dan menumbuhkan
rasa kesadaran bagi diri mereka sendirimampu meninggalkan kehidupan lamanya
dan dapat berubah kearah yang lebih baik. (sumber: hukum.online.2011)
1.5.2. Kesiapan Berwirausaha
Menurut A. Pekerti dalam (Asri Laksmi2006:10) Kewirausahaan adalah
kemampuan

yang

dimiliki

seseorang

untuk

mendirikan,

mengelola,

mengembangkan dan melembagakan perusahaan miliknya sendiri. Kewirausahaan
bersangkutan dengan kemampuan seseorang untuk menciptakan lapangan
pekerjaan bagi diri sendiri dan orang lain dengan berswadaya.Menurut Slameto
dalam (Jiwong, 2014) kesiapan (readiness) adalah keseluruhan kondisi seseorang
yang membuatnya siap untuk memberi respon atau jawaban di dalam cara tertentu
terhadap suatu situasi. Penyesuaian kondisi pada suatu saat akan berpengaruh
pada kecenderungan untuk memberi respon. Kondisi ini mencakup setidaknya 3
aspek yaitu: (1) kondisi fisik, mental dan emosional, (2) kebutuhan-kebutuhan
motif dan tujuan (3) keterampilan, pengetahuan dan pengertian yang lain yang
telah dipelajari.
Kesiapan

seseorang

dalam

berwirausaha

dapat

dilihat

melalui

karakteristik dan watak Menurut Geoffrey G. Meredith (1996:5-6) dalam Suryana
(2006:24) sebagai berikut: seorang wirausahawan harus memiliki (1) percaya diri

10
Universitas Sumatera Utara

dan optimis artinya seseorang harus memiliki kepercayaan diri yang kuat,
ketidakbergantungan terhadap orang lain dan individualis, (2) berorintasi pada
tugas dan hasil maksudnya adalah ada kebutuhan untuk berprestasi, berorintasi
laba, mempunyai dorongan kuat, energik, tekun dan tabah, tekad kerja keras, serta
inisiatif. (3) berani Mengambil resiko dan menyukai tantangan maksudnya
mampu mengambil resiko yang wajar,(4) kepemimpinan maksudnya seseorang
yang ingin berwirausaha harus memiliki jiwa kepemimpinan, mudah beradaptasi
dengan orang lain dan terbuka terhadap saran serta kritik, (5) keorisinalan,
seseorang yang ingin berwirausaha harus memiliki inovatif, kreatif dan fleksibel
dan (6) berorientasi masa depan, maksudnya seseorang yang ingin berwirausaha
harus selalu memiliki visi dan perspektif terhadap masa depan.
Dari pendapat di atas maka dapat dirangkum bahwa kesiapan
berwirausaha adalah kondisi seseorang yang sudah siap berdasarkan tingkat
perkembangan kedewasaan untuk melakukan aktivitas dan mampu memberikan
tanggapan dengan cara tertentu dalam suatu situasi tertentu. Selain itu juga
merupakan kondisi yang serasi antara kematangan fisik, mental serta pengalaman
seorang individu sehingga individu tersebut mampu melaksanakan suatu kegiatan
atau tingkah laku tertentu yang berhubungan dengan pekerjaan danharus memiliki
kondisi siap baik secara fisik dan mental untuk menjadi seorang wirausahawan.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kesipan berwirausahaMenurut Dewa
Ketut dalam (Emi prabawati, 2012) antara lain kemampuan intelejensi, bakat,
minat, motivasi, sikap, kepribadian, hobi (kegemaran), keterampilan, pengetahuan
tentang dunia kerja dan pengalaman kerja.

11
Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pola Pertumbuhan Anak Balita Di Desa (Desa Urung Kompas Kecamatan Rantau Selatan) Dan Di Kota (Kelurahan Cendana Kecamatan Rantau Utara) Kabupaten Labuhan Batu

0 27 79

Perilaku Pemilih Masyarakat Batak Pada Pemilihan Gubernur Sumatera Utara 2013 (Studi Kasus Di Kecamatan Rantau Selatan Kabupaten Labuhan Batu)

0 12 88

MANAJEMEN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN DI SMA NEGERI 2 KECAMATAN RANTAU UTARA KABUPATEN LABUHAN BATU (STUDI KUALITATIF PADA SMA NEGERI 2 RANTAU UTARA KAB. LABUHAN BATU).

0 0 28

Perilaku Pemilih Masyarakat Batak Pada Pemilihan Gubernur Sumatera Utara 2013 (Studi Kasus Di Kecamatan Rantau Selatan Kabupaten Labuhan Batu)

0 0 12

Perilaku Pemilih Masyarakat Batak Pada Pemilihan Gubernur Sumatera Utara 2013 (Studi Kasus Di Kecamatan Rantau Selatan Kabupaten Labuhan Batu)

0 0 2

Warga Binaan Pemasyarakatan Laki-laki dan Kesiapan Berwirausaha Kelas II.A Rantau Prapat Kecamatan Rantau Selatan Kabupaten Labuhan Batu Sumatera Utara

0 0 6

Warga Binaan Pemasyarakatan Laki-laki dan Kesiapan Berwirausaha Kelas II.A Rantau Prapat Kecamatan Rantau Selatan Kabupaten Labuhan Batu Sumatera Utara

0 0 3

Warga Binaan Pemasyarakatan Laki-laki dan Kesiapan Berwirausaha Kelas II.A Rantau Prapat Kecamatan Rantau Selatan Kabupaten Labuhan Batu Sumatera Utara

0 0 21

Warga Binaan Pemasyarakatan Laki-laki dan Kesiapan Berwirausaha Kelas II.A Rantau Prapat Kecamatan Rantau Selatan Kabupaten Labuhan Batu Sumatera Utara

0 0 2

Warga Binaan Pemasyarakatan Laki-laki dan Kesiapan Berwirausaha Kelas II.A Rantau Prapat Kecamatan Rantau Selatan Kabupaten Labuhan Batu Sumatera Utara

0 0 14