Warga Binaan Pemasyarakatan Laki-laki dan Kesiapan Berwirausaha Kelas II.A Rantau Prapat Kecamatan Rantau Selatan Kabupaten Labuhan Batu Sumatera Utara

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskriptif Teori
2.1.1. Teori Pemberdayaan
Secara etimologis pemberdayaan berasal dari kata dasar “daya”yang
berarti kekuatan atau kemampuan. Bertolak dari pengertian tersebut maka
pemberdayaan dapat dimaknai sebagai suatu proses menuju berdaya, atau proses
untuk memperoleh daya/ kekuatan/kemampuan dan atau proses pemberian daya/
kekuatan/ kemampuan dari pihak yang memiliki daya kepada pihak yang kurang
atau belum berdaya. Adapun pengertian pemberdayaan menurut Person (Suharto
2009:58) Pemberdayaan adalah sebuah proses dengan mana orang menjadi cukup
kuat untuk berpartisipasi dalam, berbagai pengontrolan atas dan mempegaruhi
terhadap,

kejadian-kejadian

kehidupannya.

serta


Pemberdayaan

lembaga-lembaga

menekankan

bahwa

yang

mempengaruhi

orang

memperoleh

keterampilan, pengetahuan, dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi
kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya.
Secara konseptual secara rinci pemberdayaan atau pemberkuasaan
(empowerment), berasal dari kata ‘’power’’(kekuasaan atau keberdayaan). Ide

utama pemberdayaan bersentuhan dengan konsep mengenai kekuasaan.
Kekuasaan seringkali dikaitkan dengan kemampuan kita untuk membuat orang
lain melakukan apa yang kita inginkan, terlepas dari keinginan dan minat mereka.

12
Universitas Sumatera Utara

Ilmu sosial tradisonal menekankan bahwa kekuasaan berkaitan dengan pengaruh
dan kontrol. Pemberdayaan merujuk pada kemampuan orang, khususnya
kelompok rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan dan kemampuan
dalam (a) memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan
(freedom),(b) menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka
dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasa-jasa
yang mereka perlukan dan (c)berpartisipasi dalam proses pembangunan dan
keputusan-keputusan yang mempegaruhi mereka.
2.1.2. Upaya-Upaya Pemberdayaan Bagi Warga Binaan Pemasyarakatan
Yang Pernah Dibina.
Lembaga pemasyarakatan Kelas II.A Rantau Prapat memiliki peranan
penting dalam memberdayakan warga binaan pemasyarakatan menjadi manusia
yang terampil yang memiliki soft skill kelak dipersiapkan menjadi seorang

wirausahawan. Warga binaan yang pernah melakukanperbuatan penyimpangan di
dalam lingkungan masyarakat membuat mereka pendapatkan pelabelan negatif
dan hubungan mereka dengan masyarakat menjadi tidak harmonis. Pelabelan
negatif yang disematkan kepada warga binaan pemasyarakatan secara tidak
langsung

dapat

mempengaruhi

psikologis

dan

mental

warga

binaan


pemasyarakatan. Timbul rasa pesimis dan malu terhadap diri sendiri kerap
mempengaruhi kehidupan warga binaan pemasyarakatan, belum lagi lingkungan
kehidupan didalam lapas yang serba terbatas, warga binaan tidak dapat hidup
secara mandiri dan selalu mengharapkan belas kasih dari keluarga dan orang lain
untuk mencukupi kebutuhannya selama berada didalam lembaga pemasyarakatan.
Hal ini semakin membuat warga binaan pemasyarakatan merasa bahwa dirinya
13
Universitas Sumatera Utara

lemah, tidak berdaya dan tidak berguna lagi.Sejalan dengan pernyataaan Sennet
dan

Cabb

(1972)

dalam

Edi


Suharto

(2009:61)

menyatakan

bahwa

ketidakberdayaan disebabkan oleh beberapa faktor seperti: ketiadaan jaminan
ekonomi, ketiadaan pengalaman dalam arena politik, ketiadaan akses informasi,
ketiadaan dukungan finansial, ketiadaan pelatihan-pelatihan dan adanya
ketegangan fisik maupun emosional. Ketidakberdayaan yang dialami oleh
sekelompok masyarakat merupakan akibat dari proses internalisasi yang
dihasilkan dari interaksi mereka dengan masyarakat. Mereka menganggap diri
mereka lemah dan tidak berdaya, karena masyarakat memang menganggapnya
demikian. Seeman menyebutkan keadaan ini dengan istilah ‘’alienasi’’ Seeman
(1985) dalam Edi Suharto (2009:61).
Berangkat dari fenomena ini pihak lembaga pemasyarakatan berusaha
melakukan pembinaan kepada warga binaan pemasyarakatan. Pembinaan
berbentuk keterampilan ini memang sengaja dilakukan untuk memberdayakan

para warga binaan pemasyarakatan menjadi manusia yang memiliki bakat
keterampilan serta mendidik para warga binaan pemasyarakatan menjadi manusia
yang

mandiri,

bertanggung

jawab

dan

memiliki

jiwa

kepemimpinan.

Pemberdayaan tersebut bertujuan untuk memberikan kekuatan, kekuasaan agar
mampu bangkit dari keterpurukan dan ketidakberdayaan seperti yang dialami oleh

para warga binaan pemasyarakatan laki-laki di lembaga pemasyarakatan Kelas
II.A. Rantau Prapat. Wujud pembinaanyang diberikan oleh pihak lembaga
pemasyarakatan kepada warga binaan sebagai wujud pemberdayaan yang
memberikan pelatihan keterampilan, bimbingan selama menjalani pembinaan dan
memberikan motivasi yang diharapkan dapat merubah pola pikir kearah positif,

14
Universitas Sumatera Utara

memberikan semangat dan harapan, warga binaan pemasyarakatan menjadi tidak
lagi pesimis dan takut akan pelabelan yang pernah diterimanya dari masyarakat,
berani mengambil resiko dan mampu memberikan keputusan untuk masa
depannya.Menurut Ife dalam (Adi 2012:215) upaya-upaya pemberdayaan yang
dilakukan secara lebih spesifik akan mengarah pada teknik dan keterampilan
tertentu yang harus dimiliki seseorang sebagai pemberdayaan masyarakat. Upayaupaya pemberdayaan memiliki 2 (dua)peran antara lain sebagai berikut:
1) Peran dan keterampilan fasilitatif( facilitative roles and skills ) adalah
peran keterampilan fasilitasi meliputi 4 peran khusus yang mendukung
suatu proses pemberdayaan diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Animasi


sosial,

memberdayakan
membangkitkan

adalah

upaya

energi
energi,

pelaku

ataupun

perubahan

dalam


pemberdayaan

untuk

inspirasi,

antusiasme

individumenstimulasi dan mengembangkan motivasi individu
untuk bertindak.
b. Pemberian dukungan, salah satu peran daripada pemberdayaan
masyarakat adalah untuk menyediakan dan memberikan dukungan
terhadap individu yang terlibat dalam proses pembinaan.
Dukungan tersebut tidak selalu berbentuk ekstrinsik ataupun
meteriel, tetapi juga dapat berbentuk intrinsik seperti pujian,
penghargaan dalam bentuk kata-kata ataupun sikap dan prilaku
yang menunjukkan memberikan dukungan dari pelaku perubahan.
c. Pemanfaat sumber daya dan keterampilan, upaya pemberdayaan
masyarakat harus dapat harus dapat memanfaatkan berbagai


15
Universitas Sumatera Utara

keterampilan dan sumber daya yang ada dalam program
pembinaan apa yang sudah disedikan sebagai pendukung program
pembinaan tersebut.
d. Mengorganisasikan, pelaku perubahan harus memiliki kemampuan
untuk berpikir tentang apa-apa saja yan perlu dilakukan dan
memastikan bahwa semua itu mungkin dapat diwujudkan. Dimana
fasilitator/pelaku perubahan harus mampu mengorganisasikan
semua hal-hal yang berkaitan dengan program hal ini agar
program yang hendak dijalankan dapat berjalan sesuai harapan.
2) Peran

dan

keterampilan

edukasional


adalah

peran

keterampilan

edukasional terdapat beberapa bagian yakni:
a. Membangkitkan kesadaran individu menjadi langkah awal yang
harus di terapkan guna menumbuhkan keinginan untuk berkarya
dan memperbaiki diri.
b. Pelatihan, merupakan peran edukatif yang paling spesifik karena
secara mendasar memfokuskan pada upaya pengajaran pada warga
binaan pemasyarakatan bagaimana cara melakukan sesuatu hal
yang akan berguna bagi mereka secara khusus dan lebih luas lagi
adalah bagi lingkungan masyarakat.
c. Partisipasi, individu harus ikut serta dalam proses pelatihan
pembinaan yang telah di sediakan. Keikutsertaan individuakan
menjadi tolok ukur sejauh mana kesuksesan individu dalam
pemberdayaan.Hal itu dapat dilihat dari sikap, pola fikir dan hasil
kerajinan yang mereka hasilkan. Seperti kajian peneltian terdahulu

16
Universitas Sumatera Utara

oleh (Wahyu Dwi Lestari, 2016) penelitian ini membahas
bagaimana seorang

mantan narapidana yang mencoba masuk

kembali berinteraksi di dalam lingkungan masyarakat. Pelebelan
negatif yang selama ini diterima narapidana memang sulit untuk
dihilangkan dari pola dan cara berpikir masyarakat. Namun setelah
keluar dari lembaga pemasyarakat, narapidana menunjukkan sikap
yang positif di dalam lingkungan masyarakat, ini dapat dilihat dari
semakin rajinnya mantan narapidana untuk beribadah, mantan
narapidana juga semakin aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial
seperti gotong royong, menghadiri acara-acara masyarakat seperti
acara pernikahan, syukuran dan lain sebagainya dan terakhir
mantan narapidana sudah dapat meninggalkan pergaulan atau
kehidupan lamanya.
Seorang mantan narapidana jika ingin kembali diterima didalam
masyarakat

harus

berani

mengambil

keputusan

dengan

menjahui

dan

meninggalkan kehidupan lamanya yang penuh dengan kesuraman menuju jalan
yang benar dan menjadi individu yang baru ditengah-tengah masyarakat. Dengan
begitu anggota masyarakat dapat percaya dan simpati terhadap mantan
narapidana. Hasil pemberdayaan di lembaga pemasyarakatan dinilai berhasil
karena dapat mengubah perilaku seoarang mantan narapidana kearah yang lebih
baik. Hal tersebut ditandai dengan hasil penelitian ini yang menunjukkan bahwa
mantan narapidana dapat kembali diterima oleh keluarganya, hilangnya pelabelan
sosial, adanya peran mantan narapidana di dalam masyarakat, memiliki keleluesan
hidup di dalam lingkungan masyarakat dan memiliki pekerjaan yang tetap.

17
Universitas Sumatera Utara

2.1.3. Strategi Pemberdayaan Bagi Warga Binaan Pemasyarakatan
Menurut Parson et.al. (1994:112) dalam Edi Suharto (2009:66)
menyatakan bahwa proses pemberdayaan umumnya dilakukan secara kolektif.
Menurutnya, tidak ada literatur yang menyatakan bahwa proses pemberdayaan
terjadi dalam relasi satu lawan satu antara pekerjaan sosial dalam setting
pertolongan

perseorangan.

Meskipun

pemberdayaan

seperti

ini

dapat

meningkatkan rasa percaya diri dan kemampuan dari klien, hal ini bukanlah
strategi utama pemmberdayaan. Namun demikian, tidak semua intervensi
pekerjaan sosial dapat dilakukan melalui kolektivitas. Dalam beberapa sistuasi,
strategi pemberdayaan dapat saja dilakukan secara individual, meskipun pada
gilirannya strategi ini pun tetap berkaitan dengan kolektivitas, dalam arti
mengkaitkan klien dengan sumber atau sistem lain di luar dirinya.dalam konteks
pekerjaan sosial pemberdayaan. Seperti stretegi pemberdayaan pembinaan
keterampilan yang dilakukan di lembaga pemasyarakatan Kelas II.A Rantau
Prapat dengan menggunakan strategi pemberdayaan metode Aras Mezzo dalam
(Edi Suharto 2009:66), strategi Aras Mezzo adalah :
Aras Mezzo merupakan startegi pemberdayaan yang dilakukan terhadap
sekelompok klien. Pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan kelompok
sebagai media intervensi. Pendidikan dan pelatihan, dinamika kelompok, biasanya
digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan kesadaran, pegetahuan,
keterampilan dan sikap-sikap klien agar memiliki kemampuan memecahkan
permasalahan yang dihadapi. Aras mezzo merupakan startegi yang sama yang
dilakukan oleh pihak lembaga Kelas II.A Rantau Prapat dalam melakukan
pemberdayaan pembinaan keterampilan kepada warga binaan pemasyarakatan.
18
Universitas Sumatera Utara

Pemberdayaan melalui pembinaan keterampilan merupakan bentuk pemberdayaan
dengan meggunakan metode pendidikan dan pelatihan. Pendidikan dan pelatihan
ini merupakan bentuk sistem pemberdayaan yang diterapkan bagi warga binaan
pemasyarakatan untuk melatih bakat dan membekali pengetahuan tentang dunia
keterampilan, diharapkan melalui pendidikan dan pelatihan keterampilan para
warga binaan pemasyarakatan memiliki pengetahuan yang banyak tentang
keterampilan yang tujuannya adalah memberdayakan para warga binaan
pemasyarakatan menjadi seorang wirausahawan serta memiliki sikap optimis,
memiliki kesadaran diri dan berjiwa mandiri yang mampu menyelesaikan
permasalahannya sendiri.
Tujuannya adalahmenjadikan para warga binaan pemasyarakatan
menjadi

seorang

wirausahawan

dengan

menjadi

seorang

wirausahawan

diharapkan kehidupan warga binaan pemasyarakatan akan lebih baik, lebih terarah
ke arah positif, menjadi seorang wirausahawan bagi warga binaan pemasyarakatan
dituntut untuk memiliki rasa tanggung jawab, dituntut untuk hidup mandiri,
memiliki kesabaran, keuletan, kerja keras, serta mampu bersosialisasi dan bisa
menerima perbedaan dalam lingkungan masyarakat.
2.1.4 Teori Kerwirausahaan
Pengertiankewirausahaan dalam Maya Malinda (2014) adalah suatu
proses penerapan kreativitas dan keinovasian dalam memecahkan persoalan dan
menemukan

peluang

untuk

memperbaiki

kehidupan(usaha).

Adapun

kewirausahaan tidak terlepas dari seorang entrepreneurship. Menurut Hisrich
dalam Willy Arafah (2010:2) dikatakan bahwa entrepreneur is an individual who

19
Universitas Sumatera Utara

takes risks and starts something new, yang dimaksud dengan seorang
entrepreneur adalah seseorang yang menjalankan bisnisnya dengan berani
mengambil resiko yang muncul dalam batas pengetahuan dan pengalaman yang
dimilikinya. Entrepreneur dapat juga dikatakan sebagai seseorang yang memulai
seseuatu yang baru atau dapat memunculkan keunikan dari produk atau jasa yang
diciptakannya sehingga berbeda dari pesaing lainnya. Memulai bisnis baru dapat
menjadi sesuatu yang memberikan tantangan, dan bagi seorang entrepreneur
dapat melihat bahwa memiliki sesuatu bisnis atau berwirausaha merupakan tolak
ukur kesuksesan. Keberhasilan seorang entrepreneur sangat tergantung dari
kemampuannya melihat peluang serta melakukan inovasi secara terus menerus
terhadap apa yang dihasilkannya. Untuk melihat keberhasilan seorang
entrepreneur dalam berwirausaha dapat dilihat dari faktor internal dan eksternal.
Adapun faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi dan menghantarkan
entrepreneur masuk dalam gerbang menjadi seorang wirausahaan.
Faktor eksternal meliputi faktor dari luar individu yakni lingkungan
sosial didalam masyarakat meliputipeluang, model peranan, aktivitas, kompetisi,
sumber daya, jaringan kelompok (teman,orangtua dan keluarga), budaya, pesaing,
pelanggan dan kebijakan pemerintah. Adapun faktor internal yang memperngaruhi
seseorang untuk menjadi seorang wirausahawan meliputi Locus of control (arah
kendali) ialah menyatakan pandangan orang terhadap hal-hal yang dapat
mempengaruhi hidupnya, toleransi, pengambil resiko, nilai-nilai pribadi, motivasi,
pendidikan, pengalaman, ketidakpuasan, usia dan komitmen. Secara dapat dilihat
pada kerangka konseptual berikut ini:

20
Universitas Sumatera Utara

Kerangka Konseptual 2.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Seseorang
DalamBerwirausaha

Peluang
Model
peranan
Aktivitas
Faktor
Eksternal

Kompetensi
Sumber daya
Jaringan
Budaya
Pesaing
Pelanggan

Seseorang
Locus of
control

Berwirausaha

Toleransi
Pengambil
resiko
Faktor
Internal

Nilai-nilai
pribadi
Motivasi
Pendidikan
Pengalaman
Ketidakpuasan
Usia

21
Universitas Sumatera Utara

Faktor internal dan faktor eksternal adalah sebuah proses yang
mempengaruhi dalam kesiapan dan kesusksesan seseorang dalam berwirausaha
seperti faktor internal yang meliputi locus of control (arah kendali) artinya adalah
pandangan dan pendapat orang lain dalam betwirausaha dapat dijadikan masukkan
untuk mempengaruhi cara pandangnya itu semua tergantung bagaimana seorang
wirausahawan dapat memilah-milah mana yang baik dan tidak baik untuk
usahanya.Selanjutnya seorang wirausahawan harus memiliki rasa toleransi yang
tinggi yang mampu menerima perbedaan dari diri orang lain maupun sekitar kita,
motivasi atau semangat juga dibutuhkan untuk terus konsisten dalam usahanya.
Pendidikan juga mempengaruhi tahap intelenjensi seorang wirausahawan dalam
menyerap pengetahuan dan ilmu yang didapat, pengalaman seseorang juga sangat
menentukan kemahiran seseorang dalam berwirausaha, biasanya jika kemahiran
ada otomatis inovasi akan berkembang dengan sendirinya, dan rasa tidakpuas
menjadi hal utama dalam proses kewirausahawan rasa ingin mencoba hal-hal yang
baru berinovasi, berkreasi lebih dan lebih baik lagi merupakan tahapan seseorang
ingin berwirausaha.
Faktor eksternal merupakan faktor pendukung yang dapat mempengaruhi
seorang individu dalam berwirausaha. Adapun faktor tersebut meliputi Peluang,
peluang adalah sebuah kesempatan yang muncul didalam lingkungan masyarakat,
biasanya seorang wirausahawan harus mampu melihat dan memanfaatkan peluang
dan dapat berinovasi dengan melahirkan ide-ide baru yang berguna. Selanjutnya
model peranan artinya serangkain prilaku yang diharapkan pada seseorang sesuai
dengan posisi sosial agar dapat memenuhi harapan-harapan mereka sendiri atau
harapan orang lain dan kompetensi, sumber daya juga jaringan juga dapat

22
Universitas Sumatera Utara

mempengaruhi seseorang dalam berwirausaha. Budaya yang berbeda dalam
lingkungan juga berpengaruh, pesaing dan pelanggan juga merupakan bagian dari
proses kewirausahaan yang dapat mempengaruhi keinginan seseorang untuk
berwirausaha.
2.1.5 Strategi MemulaiWirausaha
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan saat akan memulai
berwirausaha, antara lain:
1. Menemukan ide usaha, seorang individu harus memiliki cara yang
menarik untuk memunculkan ide usaha yaitu menggunakan hobi sebagai
sumber menemukan usaha.
2. Memahami minat pasar, memahami minat pasar berarti memahami
kebutuhan dan keinginan dari masyarakat yang pada akhirnya dijadikan
dasar mendisain produk/jasa yang akan ditawarkan pada masyarakat
3. Perencanaan usaha yang matang. Seorang individu yang akan memulai
usahanya harus merencanakan segala sesuatunya dengan baik, agar ketika
sudah dalam proses berwirausaha tidak mengalami kegagalan.
4. Melihat

kekuatan,

kelemahan,

peluang

dan

ancaman

didalam

berwirausaha. Sering sekali individu lalai dalam hal ini, tidak selektif
dalam melihat peluuang dan tidak mampu dalam mengatasi masalah
merupakan ancaman kegagalan dalam strategis kewirausahaan.
5. Mendesain startegi fungsional, Strategi dapat diartikan secara bebas adalah
cara untuk mencapai tujuan dan fungsional mengacu kepada aktivitasaktivitas.

23
Universitas Sumatera Utara

2.1.6 Faktor-Faktor Penyebab Kegagalan Pemberdayaan Sebagai Wirausaha
Ada 2 (dua) beberapafaktor penentu penyebab seseorang mengalami
kegagalan dalam berwirausaha :
1. Faktor Eksternal
Faktor eksternal pada umumnya digambarkan dengan keadaan lingkungan
perusahaan yang dapat berakibat kegagalan perusahaan apabila keadaan
lingkungan tersebut kurang mendukung

atau menguntungkan bagi

usahanya. Unsur-unsur faktor ekstrenal antara lain :
a. Berubahnya nilai-nilai selera masyarakat,

perubahan didalam

masyarakat terjadi sejalan dengan perubahan teknologi yang
semakin maju. Pada akhirnya masyarakat mulai menentukan
pilihannya terhadap gaya hidup dan selera dalam kehidupan
kebutuhan dan keinginanmasyarakat sehari-hari.
b. Perubahan teknologi, perubahan teknologi membuat masyarakat
menjadi cepat meyesuaikan diri terhadap perubahan yang terjadi.
Masyarakat modren cenderung untuk tetap eksis dan tidak mau
ketinggalan

dalam

berbagai

pembaharuan

disekitar

lingkungannya.
c. Persaingan industri, ketatnya dan kerasnya persingan dalam dunia
bisnis dan kerja menyebabkan perusahaan/usaha tidak mampu
bersaing.
d. Perubahan pada penyalur, kredikur, dan penyuplai bahan baku,
perubahan pada penyalur, kredikur, dan penyuplai bahan baku

24
Universitas Sumatera Utara

juga berpengaruh pada kebangkrutan dan kerugian dalam sebuah
usaha/perusahaan ini tentu akan merubah semua kebijakan dan
konsep sebuah perusahaan/usaha yang telah dibangun.
eksternal

diatas

cukup

efektif

berpengaruh

Faktor
terhadap

perusahaan/usaha yang dimiliki seorang wirausahawan.
2. Faktor Internal
Faktor internal lebih bersifat terkontrol bila dibandingkan dengan faktor
eksternal namun begitupun seorang wirausaha tidak boleh lengah, karena
dapat menimbulkan kefatalan pada sebuah usaha/perusahaan. Unsur-unsur
faktor internal adalah sebagai berikut :
a. Rasa cepat puas diri,. rasa puas diri dapat berakibat suatu
usaha/perusahaan yang telah tumbuh akan mengalami
stagnasi. Hal ini dipicu seorang wirausahawan telah
merasa cukup dan selesai dalam bekerja keras untuk
membangun usahanya. Timbulnya rasa cepat puas diri juga
dapat menghilangkan kreatifitas dan inovasi seorang
wirausahawaan

yang akan

mengakibatkan usahanya

menjadi sulit berkembang.
b. Modal,

menjadi faktor utama hambatan dan kegagalan

dalam proses berwirausaha. Modal yang tidak cukup akan
mempengaruhi kesiapan berwirausaha.
c. Timbulnya rasa malas, rasa malas yang akut atau
berlebihan

dapat

membuat

usaha/perusahaan

akan

terganggu. Aktivitas usaha juga tidak akan berjalan dengan

25
Universitas Sumatera Utara

baik dan dapat berakibat fatal pada kebangrutan pada
usaha/perusahaan.
d. Pupusnya sikap kewirausahawan, sikap mental seorang
kewirausahawan

yang

lemah

dapat

dibangun

dan

diperbaiki kembali dengan cara dipupuk dan dipelihara
serta dikembangkan kembali. Tapi jika sebaliknya
timbulnya rasa malas dan rasa cepat puas diri lebih besar
maka sikap-sikap kewirausahawan akan pupus dan
memudar

dan

perusahaan/usaha

akan

mengalami

kebangkrutan/ pailit.
e. Lemahnya perencanaan, perencanaan yang lemah membuat
aktivitas dan tujuan dari usaha tersebut terganggu. Usaha
yang dibangun menjadi tidak jelas arahnya. Seorang
wirausahawan juga tidak memiliki rencana jangka pendek
atau jangka panjang dalam perusahaannya. Jika hal ini
terjadi maka sudah dipastikan usaha tersebut akan
mengalami kebangkrutan.
2.1.7Faktor-Faktor

Penentu

Keberhasilan

Pemberdayaan

Sebagai

Wirausaha
Menurut Steinhoff dan Burgess dalam (Intan Septi, 2013) ada 3 (tiga)
faktor penyebab keberhasilan seseorang dalam kewirausahaan, antara lain : (1)
kemampuan dan kemauan,

Orang yang memiliki kemampuan namun tidak

memiliki kemauan atau orang yang memiliki kemauan tetapi tidak memiliki
kemampuan keduanya tidak akan dapat menjadi seorang yang sukses namun harus
26
Universitas Sumatera Utara

di iringi oleh keduanya. Kemampuan dan kemauan harus sama-sama berjalanan
agar dapat meraih kesusksesan dalam berwirausaha. (2) tekad yang kuat dan kerja
keras, tekat yang kuat dan kerja keras merupakan kunci kedua agar berhasil dalam
meraih kesuksesan. Kedua faktor ini juga harus saling melengkapi agar harapan
yang diinginkan menjadi wirausaha sukses dapat tercapai. (3) kesempatan dan
peluang, mengenal dan melihat peluang yang ada dan berusaha meraihnya ketika
ada kesempatan merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan
seorang wirausahawan. (4) modal yang mencukupi menjadi faktor keberhasilan
berwirausaha.

Modal

dapat

digunakan

untuk

kepentingan-kepentingan

berwirausaha.
2.1.8 Teori Pemberdayaan Kesiapan Sebagai Wirausaha
Secara konseptual secara rinci pemberdayaan atau pemberkuasaan
(empowerment), berasal dari kata ‘’power’’ (kekuasaan atau keberdayaan). Ide
utama pemberdayaan bersentuhan dengan konsep mengenai kekuasaan.
Kekuasaan seringkali dikaitkan dengan kemampuan kita untuk membuat orang
lain melakukan apa yang kita inginkan, terlepas dari keinginan dan minat mereka.
Ilmu sosial tradisonal menekankan bahwa kekuasaan berkaitan dengan pengaruh
dan kontrol. Pemberdayaan merujuk pada kemampuan orang, khususnya
kelompok rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan dan kemampuan
dalam (a) memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan
(freedom),(b) menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka
dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasa-jasa
yang mereka perlukan dan (c) berpartisipasi dalam proses pembangunan dan
keputusan-keputusan

yang

mempegaruhi

mereka.Adapun

pengertian

27
Universitas Sumatera Utara

pemberdayaan menurut Person (Suharto 2009:58) Pemberdayaan adalah sebuah
proses dengan mana orang menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dalam,
berbagai pengontrolan atas dan mempegaruhi terhadap, kejadian-kejadian serta
lembaga-lembaga

yang

mempengaruhi

kehidupannya.

Pemberdayaan

menekankan bahwa orang memperoleh keterampilan, pengetahuan, dan kekuasaan
yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang
menjadi perhatiannya. Seperti pada warga binaan pemasyarakatan yang
diberdayakan lewat program pembinaan keterampilan. Agar warga binaan
pemasyarakatan

memiliki

bakat

dan

keterampilan

kewirausahaan

yang

dipersiapkanoleh lembaga pemasyarakatan untuk menjadi seorang wirausahawan.
Menurut Slameto dalam Rizka Fahmi (2015) Kesiapan adalah
keseluruhan

kondisi

sekarang

yang

membuatnya

untuk

memberikan

jawaban/respon didalam cara tertentu terhadap suatu situasi.Adanya suatu
kesiapan pada diri seseorang maka orang tersebut dapat memberikan respon atau
reaksi

dengan

cara-cara

tertentu

didalam

menghadapi

situasi

apapun.

Peyesuaiankondisi pada saat akan berpengaruh pada atau kencenderungan untuk
merespon. Jadi intinya semua pengetahuan, keterampilan, tingkah laku dan
kebiasaan, nilai-nilai dan sikap serta kemampuan seseorang dapat berkembang
dan beradaptasi melalui proses belajar dan pembinaan baik formal maupun non
formal. Faktor lain yang dapat mempengaruhi kesiapan berwirausaha pada warga
binaan pemasyarakatan adalah kedisiplinan, kedisiplinan harus dimiliki warga
binaan pemasyarakatan dan mantan warga binaan pemasyarakatan dalam
berwirausaha. Kedisiplinan aktualisasi komitmen terhadap pekerjaan yang
dilakukan dan akan berpengaruh pada kualitas pekerjaan. Selain itu pengalaman

28
Universitas Sumatera Utara

juga dapat dijadikan faktor yang dapat mempengaruhi kesiapan berwirausaha pada
warga dan mantan warga binaan pemasyarakatan.
2.1.9 Prinsip Kesiapan
Prinsip kesiapan Menurut Slameto (2010:115) dalam Rizka Fahmi (2015)
berpendapat bahwa adalah kesediaan seseorang untuk berbuat sesuatu, dapat
dituangkan menjadi 4 (empat) prinsip, yaitu : (1) semua aspek berinteraksi (saling
mempengaruhi) aspek ekonomi, lingkungan sosial dan aspek pribadi atau diri
sendiri. (2) pengalaman seseorang mempengaruhi pertumbuhan fisiologis
individu. (3) pengalaman-pengalaman mempunyai efek kumulatif dalam
perkembangan fungsi kepribadian individu, baik jasmani maupun rohani (
pengalaman tersebut mempunyai pengaruh positif terhadap kesiapan). (4)
kesiapan dasar untuk kegiatan tertentu terbentuk dalam periode tertentu selama
masa pembentukan dalam masa perkembangan.
2.1.10 Ciri-ciri Kesiapan
Menurut Agus Fitriyanto dalam Rizka Fahmi (2015), ciri-ciri kesiapan
adalah sebagai berikut : (1) mempunyai pertimbangan yang logis dan objektif,
pertimbangan tidak hanya dilihat dari sudut saja tetapi seseorang akan
menghubungkannya dengan hal yang nalar dan mempertimbangkan dengan
melihat pengalaman orang lain. (2) mempunyai kemampuan dan kemauan untuk
bekerja sama dengan orang lain, berwirausaha membutuhkan kerjasama dengan
banyak orang untuk menjalin kerjasama dituntut untuk berinteraksi dengan orang
lain. (3) mampu mengendalikan diri dan emosi agar dalam meyelesaikan suatu
pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik dan benar agar dapat menjalankan

29
Universitas Sumatera Utara

usahanya nantinya dengan baik. (4) memiliki sikap kritis, untuk mengoreksi
kesalahan yang selanjutnya akan dapat memutuskan tindakan apa setelah koreksi
tersebut. kritis disini bukan hanya untuk diri sendiri tetapi juga untuk lingkungan
sehingga memunculkan ide/gagasan serta inisiatif. (5) mempunyai keberanian
untuk menerima tanggung jawab, ketika seseorang telah mencapai kematangan
fisik dan mental disertai dengan kesadaran yang timbul dari individu tersebut. (6)
mempunyai kemampuan beradaptasi, mampu beradaptasi dengan lingkungan,
teknologi dapat diawali sejak sebelum seseorang terjun kedunia usaha dan
seseorang harus bisa beradaptasi dengan pekermbangan teknologi sehingga akan
berpengaruh terhadap inovasi produk yang akan dihasilkan. (7) mempunyai
ambisi untuk maju dan berusaha, mengikuti pekermbangan bidang keahlian, dapat
menjadi pendorong seseorang untuk memperoleh hasil yang lebih baik melalui
inovasi dan kreatifitas.
Kesiapan yang lain yang erat kaitannya dengan kesiapan berwirausaha.
Kesiapan berwirausaha lebih ditekankan pada beberapa hal yang menyangkut
kematangan fisik, kematangan mental/jiwa, kematangan pengalaman-pengalaman
yang berkaitan dengan keterampilan kesadaran dan keharusan hidup mandiri
secara ekonomi, seperti yang dikatakan Rizka Fahmi (2015) bahwa seseorang
yang memasuki dunia usaha seharusnya sejak awal telah mempersiapkan diri
dengan berbagai bekal yang diperlukan dalam menjalankan kegiatan usaha. 3
(tiga) bekal kesiapan yang sangat penting untuk antisipasi bagi seseorang untuk
memasuki dunia usaha meliputi: (1) kesiapan mental, gambaran reaksi/ respon
seseorang dalam menanggapi suatu situasi/pekerjaan. (2) kesiapan pegetahuan,
unsur kognitif yang mencirikan tingkat penalaran yang dimiliki oleh seseorang,

30
Universitas Sumatera Utara

yaitu tingkat kemampuan berfikir seseorang yang umumnya lebih banyak
ditentukan oleh tingkat pendidikan. (3) kesiapan sumber daya, banyak diperoleh
melalui latihan, kedisiplinan, serta pengalaman.
Berbagai pemaparan diatas tentang kewirausahaan dapat menjelaskan
bagaimana tahapan-tahapan yang membentuk seseorang hingga menjadi seorang
wirausahawan sukses. Seperti hasil penelitian yang telah penulis lakukan di
lembaga pemasyarakatan Kelas II.A Rantau Prapat tentang program pembinaan
keterampilan yang telah disediakan oleh pihak lembaga kelas II.A Rantau Prapat.
Program pembinaan keterampilan yang disediakan oleh pihak lapas merupakan
program keterampilan yang bertujuan untuk mengasah bakat dan talenta para
warga binaan untuk mempersiapkan warga binaan kelak menjadi seorang
wirausahawan. Kegiatan program pembinaan didalam lapas beraneka ragam mulai
dari kegiatan keterampilan las listrik, miniatur bambu, pangkas, laundry pakaian,
keterampilan mebel, menjahit dan membuat kursi bambu. Kegiatan keterampilan
diadakan setiap hari kecuali hari minggu. Aktivitas kegiatan keterampilan dibuka
mulai pukul 08.00 wib pagi hari sampai 17.00 wib sore hari. Warga binaan selalu
rutin mengikuti program pembinaan di lapas kecuali ada warga binaan
pemasyarakatan yang sedang mengalami sakit.
Warga binaan pemasyarakatan bebas memilih kegiatan apa saja yang
hendak dikerjakannya. Program pembinaan ini sangat baik dalam mengasah bakat
para warga binaan pemasyarakatan. Fasilitas didalam lembaga pemasyarakatan
juga memadai. Hasil barang yang mereka buat sudah dapat dikatakan baik dan
rapi. Barang hasil kerajinan yang mereka buat langsung dijual kepada para
pemesandan masyarakat pengunjung lapas. Keuntungan penjualanan yang mereka
31
Universitas Sumatera Utara

dapatkan memang tidak besar dan seadanya. Kesiapan berwirausaha bagi warga
dan mantan binaan pemasyarakatan dapat dilihat dari berbagai faktor yakni :
kesiapan mental, kesiapan pengetahuan dan kesiapan sumber daya. Ketiga faktor
tersebut harus saling mempengaruhi satu sama lain untuk melihat seorang warga
binaan pemasyarakatan apakah sudah siap berwirausaha atau masih belum siap
dalam berwirausaha.

32
Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pola Pertumbuhan Anak Balita Di Desa (Desa Urung Kompas Kecamatan Rantau Selatan) Dan Di Kota (Kelurahan Cendana Kecamatan Rantau Utara) Kabupaten Labuhan Batu

0 27 79

Perilaku Pemilih Masyarakat Batak Pada Pemilihan Gubernur Sumatera Utara 2013 (Studi Kasus Di Kecamatan Rantau Selatan Kabupaten Labuhan Batu)

0 12 88

MANAJEMEN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN DI SMA NEGERI 2 KECAMATAN RANTAU UTARA KABUPATEN LABUHAN BATU (STUDI KUALITATIF PADA SMA NEGERI 2 RANTAU UTARA KAB. LABUHAN BATU).

0 0 28

Perilaku Pemilih Masyarakat Batak Pada Pemilihan Gubernur Sumatera Utara 2013 (Studi Kasus Di Kecamatan Rantau Selatan Kabupaten Labuhan Batu)

0 0 12

Perilaku Pemilih Masyarakat Batak Pada Pemilihan Gubernur Sumatera Utara 2013 (Studi Kasus Di Kecamatan Rantau Selatan Kabupaten Labuhan Batu)

0 0 2

Warga Binaan Pemasyarakatan Laki-laki dan Kesiapan Berwirausaha Kelas II.A Rantau Prapat Kecamatan Rantau Selatan Kabupaten Labuhan Batu Sumatera Utara

0 0 6

Warga Binaan Pemasyarakatan Laki-laki dan Kesiapan Berwirausaha Kelas II.A Rantau Prapat Kecamatan Rantau Selatan Kabupaten Labuhan Batu Sumatera Utara

0 0 3

Warga Binaan Pemasyarakatan Laki-laki dan Kesiapan Berwirausaha Kelas II.A Rantau Prapat Kecamatan Rantau Selatan Kabupaten Labuhan Batu Sumatera Utara

0 0 11

Warga Binaan Pemasyarakatan Laki-laki dan Kesiapan Berwirausaha Kelas II.A Rantau Prapat Kecamatan Rantau Selatan Kabupaten Labuhan Batu Sumatera Utara

0 0 2

Warga Binaan Pemasyarakatan Laki-laki dan Kesiapan Berwirausaha Kelas II.A Rantau Prapat Kecamatan Rantau Selatan Kabupaten Labuhan Batu Sumatera Utara

0 0 14