Perilaku Pemilih Masyarakat Batak Pada Pemilihan Gubernur Sumatera Utara 2013 (Studi Kasus Di Kecamatan Rantau Selatan Kabupaten Labuhan Batu)

(1)

DATA DIRI RESPONDEN

Nama : Alamat :

Petunjuk :

Berilah tanda checklist ( ) pada jawaban yang sesuai menurut anda. 1. Umur Responden

17 – 25 26 – 35 36 – 45 46 – 55 56 – 65 Diatas 65

2.Jenis Kelamin Responden Perempuan

Laki-laki

3. Pendidikan Responden Tidak Sekolah SD

SMP SMA D3 S1

4. Agama Responden Islam

Kristen Protestan Katolik

Hindu Budha

5. Pekerjaan Responden Petani

Pelajar / Mahasiswa PNS/TNI/POLRI Wiraswasta


(2)

KUESIONER

Petunjuk :

Berilah tanda checklist ( ) pada jawaban yang sesuai menurut anda.

1. Apakah anda tahu kapan Pemilihan Gubernur Sumatera Utara 2013 diadakan? 1 Tahu

2 Tidak tahu

2. Apakah anda mengetahui kapan masa kampanye Pemilihan Gubernur Sumatera Utara 2013 diadakan?

1 Tahu 2 Tidak tahu

3. Pada Pemilihan Gubernur Sumatera Utara 2013, apakah anda mengikuti masa kampanye?

1 Ya 2 Tidak

4. Kegiatan kampanye seperti apa yang anda ikuti?

1 Kampanye terbuka (di lapangan terbuka, pawai, konvoi)

2 Kunjungan pribadi (berbicara langsung dengan calon gubernur atau utusan partai politik)

3 Diskusi tidak resmi (di warung, kelompok doa)

4 Pembagian bantuan (sembako, pembangunan sarana umum) 5 Tidak mengikuti kegiatan kampanye


(3)

5. Sebelum Pemilihan Gubernur Sumatera Utara 2013 berlangsung, apakah anda pernah datang ke Kantor Kepala Desa, Ketua RT, atau tempat lainnya untuk memeriksa bahwa nama anda tercantum dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT)?

1 Pernah dan terdaftar 2 Pernah dan tidak terdaftar 3 Tidak pernah (diantar ke rumah)

6. Apakah anda memilih atau tidak memilih pada Pemilihan Gubernur Sumatera Utara 2013 lalu?

1 Memilih 2 Tidak memilih

7. Apakah anda yakin bahwa Pemilihan Gubernur Sumatera Utara 2013 lalu berlangsung jujur dan adil?

1 Yakin 2 Tidak yakin 3 Tidak tahu

8. Jika anda memilih calon gubernur, sebelum Pemilihan Gubernur Sumatera Utara 2013 berlangsung. Apakah anda mengetahui sosok calon gubernur yang anda pilih?

1 Yakin 2 Tidak yakin


(4)

9. Jika anda mengetahui nama calon gubernur yang anda pilih, dari manakah anda memperoleh informasi tentang calon gubernur tersebut?

1 Media cetak (koran, majalah, dll.) 2 Media elektronik (TV, radio) 3 Baliho, poster, spanduk 4 Kerabat (teman atau saudara) 5 Lain-lain

10. Apakah anda menyukai calon gubernur yang berlatarbelakang agama yang sama dengan agama anda?

1 Ya 2 Tidak 3 Sama saja

11. Apakah anda menyukai calon gubernur yang berlatarbelakang kesamaan suku dengan anda?

1 Ya 2 Tidak 3 Sama saja

12. Apa alasan anda memilih calon gubernur tersebut? 1 Figur calon

2 Pemberian/santunan (sembako, pembangunan jalan, rumah ibadah, dll.) 3 Program kerja (janji-janji)

4 Bersih (tidak terlibat korupsi) 5 Ikut-ikutan

6 Berpengalaman 7 Lain-lain


(5)

DAFTAR PUSTAKA Buku :

Agung Wibawanto, 2005. Menangkan Hati dan Pikiran Rakyat, Yogyakarta : Pembaharuan

Firmanzah, 2007. Marketing politik, Jakarta : Yayasan Obor Indonesia

Gosnel, Harold F. 1934. Voting. Dalam Edwin R.A. Seligman. and Alvin Johnson (ed), Encyclopedia of Social Science. New York : The MacMillan Co

Husnaini Usman & Purnomo Setiady Akbar. 2008. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara

Joko J. Prihatmoko. 2005. Pemilihan Kepala Daerah Langsung. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, 1998. Metode Penelitian Sosial, Jakarta : LP3ES

Miriam Budiardjo, 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Muhammad Asfar, 2006. Pemilih, Perilaku Memilih, Jakarta : Pustaka Eureka

Ramlan Surbakti, 1997. Partai, Pemilih dan Demokrasi, Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Sugiyono, Prof. Dr., 2008, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: CV. Alfabeta Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Bisnis, Bandung: CV. Alfabeta.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : CV Alfabeta

Undang – undang :

UU No. 32 tahun 2004 tentang pemerintahan Daerah, pemilihan kepala daerah (bupati, walikota, gubernur) dipilih langsung oleh rakyat


(6)

Jurnal :

Muhammad Bawono, 2008, Persepsi dan Perilaku Pemilih terhadap Partisipasi Politik dalam Pemilihan Umum Legislatif 2004 di Kabupaten Nganjuk, Nomor 8, Volume 8.

Soedaryanti, 2008, Analisis tentang Perilaku Pemilih pada Pilkada tahun 2005 di Surakarta, Volume 4, Nomor 2 (199 – 214)

Internet :

http://febasfi.blogspot.com/2012/12/perilaku-pemilih-dalam-pemilu.html, Diakses Tanggal 2 Januari 2014

http://books.google.co.id/books?id=Kl4FsMndlXUC&pg=PA37&lpg=PA37&dq=jur nal+tentang+perilaku+pemilih&source=bl&ots=fuWk11QIYH&sig=kXxG84i Oha1AFJIf11uXPdLIIGc&hl=en&sa=X&ei=6G09U-OWA46Yrgeh-YGQC w&redir_esc=y#v=onepage&q=jurnal%20tentang%20perilaku%20pemilih&f= false, Diakses Tanggal 4 Januari 2014

http://www.poltracking.com/produk/riset-dan-survei/183-kecenderungan-sikap-perilaku-pemilih-dalam-pemilu-legislatif-2014, Diakses Tanggal 3 Februari 2014


(7)

BAB III

PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA

Setelah dilakukan penelitian di lapangan dengan cara penyebaran kuesioner/angket maupun dengan cara membagikan kuesioner kepada responden, maka diperoleh berbagai data mengenai keadaan responden serta jawaban-jawaban dari beberapa pernyataan yang diajukan di dalam kuesioner/angket. Bab ini akan membahas data-data yang diperoleh selama menjalankan penelitian di Kecamatan Rantau Selatan, Kabupaten Labuhan Batu, Provinsi Sumatera Utara.

III.1. Penyajian Data Sampel

Dari kuesioner yang telah diisi oleh responden didapat data identitas responden. Penyajian data mengenai identitas responden untuk memberikan gambaran tentang keadaan diri dari para responden.

III.1.1 Umur Responden

Umur dalam keterkaitannya dengan pemilu biasanya adalah sebagai tolak ukur seseorang itu dapat memberikan suaranya sebagai bentuk untuk menyuarakan aspirasi. Sedangkan yang dimaksud dengan pemilih adalah mereka yang telah berusia 17 – 21 tahun, telah memiliki hak suara dan tercantum dalam daftar pemilih tetap (DPT) serta pertama kali mengikuti pemilihan umum, baik pemilihan legislatif


(8)

maupun pemilihan presiden.21 Tabulasi umur responden dapat dilihat pada tabel 3.1 di bawah ini.

Tabel 3.1 Umur Responden

Umur (tahun) Jumlah Responden

17 – 25 33

26 – 35 22

36 – 45 17

46 – 55 15

56 – 65 10

Diatas 65 3

Total 100

Sumber: Data primer yang diolah, 2014

Berdasarkan tabel 3.1 dapat diketahui bahwa untuk umur responden yang terbanyak adalah umur 17 – 25 tahun yaitu sebanyak 33 orang. Untuk responden yang berusia 26 – 35 tahun yaitu sebanyak 22 orang. Untuk responden yang berusia 36 – 45 tahun yaitu sebanyak 17 orang. Untuk responden yang berusia 46 – 55 tahun yaitu sebanyak 15 orang. Untuk responden yang berusia 56 – 65 tahun yaitu sebanyak 10 orang. Dan responden yang berusia diatas 65 tahun ada sebanyak 3 orang. Hal ini menunjukkan bahwa para responden terbanyak adalah yang masih berusia 17–25 tahun.

21


(9)

III.1.2 Jenis Kelamin Responden

Jenis kelamin secara umum dapat memberikan perbedaan pada perilaku seseorang. Dalam suatu bidang kerja jenis kelamin seringkali dapat menjadi pembeda aktivitas yang dilakukan oleh individu Penyajian data responden berdasarkan jenis kelamin adalah sebagai berikut ini:

Tabel 3.2 Jenis Kelamin Responden

Jenis Kelamin Jumlah Responden

Perempuan Laki-laki

44 56

Total 100

Sumber: Data primer yang diolah, 2014

Berdasarkan tabel 3.2 dapat diketahui bahwa responden terbanyak adalah laki–laki yaitu sebanyak 56 orang dibanding dengan perempuan yang berjumlah 44 orang. Hal ini dikarenakan jumlah penduduk di Kecamatan Rantau Selatan lebih banyak laki-laki dari pada perempuan.

III.1.3 Pendidikan Responden

Pendidikan seringkali dipandang sebagai satu kondisi yang mencerminkan kemampuan seseorang. Penyajian data responden berdasarkan pendidikan adalah terlihat pada Tabel 3.3 di bawah ini.


(10)

Tabel 3.3 Pendidikan Responden

Pendidikan Jumlah Responden

Tidak Sekolah SD SMP SMA D3

S1

- 6 13 45 21 15

Total 100

Sumber: Data primer yang diolah, 2014

Berdasarkan Tabel 3.3 menunjukkan data bahwa jumlah responden yang terbanyak adalah dari kelompok responden yang berpendidikan SMA yaitu sebanyak 45 orang, lalu D3 yaitu sebanyak 21 orang, yang berpendidikan S1 yaitu sebanyak 15 orang dan yang hanya tamatan SD yaitu sebanyak 6 orang. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan para responden dominannya adalah tamatan SMA.

III.1.4 Agama Responden

Agama merupakan keyakinan yang dianut seseorang dan bagaimana cara mereka beribadah terhadap percaya yang mereka yakini. Berikut ini adalah penyajian data responden berdasarkan agama yaitu terlihat pada Tabel 3.4 di bawah ini.


(11)

Tabel 3.4 Agama Responden

No. Agama Jumlah Responden

1 Islam 53

2 Kristen Protestan 29

3 Katolik 18

4 Hindu -

5 Budha

Jumlah 100

Sumber: Data primer yang diolah, 2014

Berdasarkan Tabel 3.4 menunjukkan data bahwa jumlah responden yang terbanyak adalah beragama islam yaitu sebanyak 53 orang, dan Kristen Protestan yaitu sebanyak 29 orang sementara beragama katolik sebanyak 18 orang, dan tidak ada yang menganut agama budha dan hindu. Hal ini menunjukkan bahwa para responden yang merupakan penduduk Kecamatan Rantau Selatan dominannya beragama islam.

III.1.5 Pekerjaan Responden

Pekerjaan merupakan kegiatan sehari–hari yang dilakukan manusia. Berikut ini adalah penyajian data responden berdasarkan agama yaitu terlihat pada Tabel 3.5 di bawah ini.


(12)

Tabel 3.5 Pekerjaan Responden

No. Pekerjaan Jumlah Responden

1 Petani 48

2 Pelajar / Mahasiswa 11

3 PNS/TNI/POLRI 28

4 Wiraswasta 13

Jumlah 100

Sumber: Data primer yang diolah, 2014

Berdasarkan Tabel 3.5 menunjukkan data bahwa jumlah responden yang terbanyak adalah petani yaitu sebanyak 48 orang, pelajar dan mahasiswa yaitu sebanyak 11 orang, untuk yang pekerjaan PNS/TNI/POLRI ada sebanyak 28 orang orang dan yang memiliki pekerjaan wiraswasta yaitu berjumlah 18 orang. Hal ini menunjukkan bahwa para responden didominasi oleh para petani yang menunjukkan bahwa sebagian besar pekerjaan penduduk Kecamatan Rantau Selatan adalah petani.

III.2 Analisis Data

Analisis data merupakan penyajian dan analisis dari daftar angket atau kuesioner yang disampaikan oleh penulis kepada responden yang menjadi sampel penelitian dan skripsi ini. Penjelasan dalam analisis data ditujukan untuk memudahkan penyajian data agar dapat dengan mudah dipahami oleh pembaca.

Adapun kuesioner yang disampaikan penulis kepada responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan yang berhubungan dengan perilaku pemilih masyarakat batak dalam pemilihan Sumbernur Sumatera Utara 2013 di Kecamatan Rantau Selatan.


(13)

Untuk kemudahan penyajian data untuk dianalisis berdasarkan kuesioner yang ditujukan kepada responden acak yang berjumlah 100 orang dari 13.476 pemilih yang merupakan suku batak di Kecamatan Rantau Selatan, maka penulis mengklasifikasikan pertanyaan-pertanyaan tersebut ke dalam tabel dengan bentuk data hasil jawaban responden atas kuesioner yang disebarkan. Adapun tabel-tabel data yang telah disusun tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 3.6 Pertanyaan Nomor 1

Apakah anda tahu kapan Pemilihan Gubernur Sumatera Utara 2013 diadakan?

No. Jawaban Responden Jumlah

1 Tahu 92

2 Tidak tahu 8

Total 100

Berdasarkan tabel 3.6 diatas dapat disimpulkan bahwa ada 92 orang responden mengetahui kapan Pemilihan Gubernur Sumatera Utara 2013 berlangsung. Dalam pertanyaan ini penulis melakukan wawancara tentang kapan Pemilihan Gubernur Sumatera Utara 2013 diadakan tepatnya dalam rentang waktu bulan. Dari wawancara langsung beserta pertanyaan tersebut penulis dapat menentukan bahwa responden benar-benar mengetahui kapan tepatnya Pemilihan Gubernur Sumatera Utara 2013 diadakan. Jadi jawaban responden bukan hanya terkesan asal-asalan dalam menentukan pilihan jawabannya. Karena Pemilihan Gubernur Sumatera Utara 2013 dalam penelitian ini telah berlangsung.


(14)

Tabel 3.7 Pertanyaan Nomor 2

Apakah anda mengetahui kapan masa kampanye Pemilihan Gubernur Sumatera Utara 2013 diadakan?

No. Jawaban Responden Jumlah

1 Tahu 71

2 Tidak tahu 29

Total 100

Berdasarkan tabel 3.7 diatas dapat disimpulkan bahwa ada 71 orang responden atau mayoritas responden mengetahui kapan tepatnya masa kampanye pada Pemilihan Gubernur Sumatera Utara 2013 diadakan. Sedangkan beberapa responden lainnya tidak mengetahui kapan masa kampanye pada Pemilihan Gubernur Sumatera Utara 2013diadakan. Dalam pertanyaan ini penulis melakukan wawancara tentang kapan masa kampanye Pemilihan Gubernur Sumatera Utara 2013 diadakan tepatnya dalam rentang waktu bulan. Dengan pertanyaan dan wawancara tersebut penulis dapat menentukan bahwa responden benar-benar mengetahui kapan tepatnya masa kampanye Pemilihan Gubernur Sumatera Utara 2013 diadakan. Kemungkinan besar responden yang tidak mengetahui tepatnya kapan Pemilihan Gubernur Sumatera Utara 2013 diadakan adalah tergolong pemilih yang kurang atau tidak antusias dengan pelaksanaan Pemilihan Gubernur Sumatera Utara 2013. Karena opsi mengetahui tidak menentukan bahwa responden yang dijadikan sampel dalam penelitian ini diharuskan untuk mengikuti kegiatan kampanye terbuka. Yang dalam kenyataannya penjabaran kampanye tersebut luas dan tidak terbatas dalam jenis kampanye terbuka saja.


(15)

Tabel 3.8 Pertanyaan Nomor 3

Pada Pemilihan Gubernur Sumatera Utara 2013, apakah anda mengikuti masa kampanye?

No. Jawaban Responden Jumlah

1 Ya 17

2 Tidak 83

Total 100

Berdasarkan tabel 3.8 diatas dapat diketahui bahwa ada 83 orang responden tidak mengikuti kegiatan kampanye pada Pemilihan Gubernur Sumatera Utara 2013. sebelumnya penulis menjelaskan jenis-jenis kegiatan yang termasuk kegiatan kampanye politik. Disamping itu juga ada sebagian responden yang mengikuti kegiatan kampanye politik yang dilakukan oleh partai politik atau calon gubernur dari partai politik tertentu pada Pemilihan Gubernur Sumatera Utara 2013. Kebanyakan alasan responden untuk tidak mengikuti kegiatan kampanye adalah disebabkan oleh faktor pekerjaan. Masyarakat yang kebanyakan berprofesi sebagai petani tidak memiliki waktu luang untuk menyempatkan diri untuk mengikuti kegiatan kampanye. Dalam hal ini kategori kampanye yang diasumsikan oleh responden adalah kategori kampanye terbuka yang sering diberitakan di media massa.


(16)

Tabel 3.9 Pertanyaan Nomor 4

Kegiatan kampanye seperti apa yang anda ikuti?

No. Jawaban Responden Jumlah

1 Kampanye terbuka (di lapangan terbuka, pawai,

konvoi) 18

2 Kunjungan pribadi (berbicara langsung dengan

cagub dan cawagub atau utusan partai politik) 4 3 Diskusi tidak resmi (di warung, kelompok doa) 1 4 Pembagian bantuan (sembako, pembangunan

sarana umum) 4

5 Tidak mengikuti kegiatan kampanye 73

Total 100

Berdasarkan tabel 3.9 diatas dapat disimpulkan bahwa ada 18 orang yang menyatakan kegiatan kampanye yang paling banyak diikuti oleh responden yang mengikuti masa kampanye pada Pemilihan Gubernur Sumatera Utara 2013 adalah kegiatan kampanye terbuka yang meliputi kampanye di lapangan-lapangan, pawai atau konvoi yang dilakukan oleh peserta Pemilihan Gubernur Sumatera Utara 2013. Dalam pertanyaan ini penulis menjelaskan lebih rinci tentang kegiatan kampanye yang termasuk dalam opsi jawaban yang disediakan dalam kuesioner yang disampaikan oleh penulis. Dan untuk opsi jawaban baru yang tidak termasuk dalam opsi yang disediakan oleh penulis, disediakan pilihan jawaban yang bersifat terbuka guna mendalami pengetahuan responden tentang jenis kampanye yang termasuk dalam kategori kampanye politik dalam Pemilihan Umum.


(17)

politik atau calon gubernur yang diusung oleh partai politik tertentu juga termasuk kategori yang diikuti oleh sebagian responden dalam penelitian ini.

Dan dalam opsi jawaban kunjungan pribadi yang meliputi pertemuan atau pembicaraan langsung yang dilakukan oleh calon gubernur yang bersangkutan atau salah satu utusan partai politik yang ikut dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara 2013. Penjabaran dalam hal ini adalah salah satu calon gubernur atau utusan partai yang bersangkutan melakukan ajakan secara indoktrinisasi kepada responden yang diharapkan menjatuhkan pilihan kepada calon gubernur tertentu. Adapun pertemuan atau pembicaraan yang bersangkutan dengan pilihan jawaban ini adalah hal-hal yang menyangkut dengan cara menarik simpati responden untuk menjatuhkan pilihan politiknya kepada calon gubernur atau partai politik tertentu yang mengikuti Pemilihan Gubernur Sumatera Utara 2013.

Serta untuk pilihan jawaban pembagian bantuan yang meliputi bantuan sembako, pembangunan sarana publik di daerah penelitian, dan lain-lain. Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh penulis diperoleh penjelasan tentang bantuan yang diberikan oleh salah satu calon anggota pasangan calon tertentu adalah berupa sumbangan untuk pembangunan rumah ibadah, pembangunan jalan-jalan, dan ada juga bantuan yang bersifat pribadi. Hal tersebut adalah beberapa contoh dimana responden yang tidak termasuk dalam sampel penelitian ini.


(18)

Tabel 3.10 Pertanyaan Nomor 5

Sebelum Pemilihan Gubernur Sumatera Utara 2013 berlangsung, apakah anda pernah datang ke Kantor Kepala Desa, Ketua RT, atau tempat lainnya untuk memeriksa bahwa nama anda tercantum dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT)?

No. Jawaban Responden Jumlah

1 Pernah dan terdaftar 37

2 Pernah dan tidak terdaftar 3

3 Tidak pernah (diantar ke rumah) 60

Total 100

Berdasarkan tabel 3.10 diatas dapat disimpulkan bahwa ada 60 orang reponden yang kartu DPT-nya diantarkan oleh petugas ke rumah responden, dan responden yang memeriksa DPT ke instansi terkait juga tergolong tinggi. Sedangkan pemilih yang namanya tidak terdaftar dalam DPT tidak termasuk dalam sampel penelitian. Beberapa TPS tertentu untuk permasalahan DPT kebanyakan diantarkan oleh petugas ke tempat tinggal pemilih, karena menurut perangkat desa hal tersebut lebih efisien ketika terjadi permasalahan DPT seperti nama tidak terdaftar sebgai pemilih tetap atau nama yang terdaftar sebagai pemilih tetap adalah anggota keluarga yang sudah meninggal. Namun tidak sedikit juga masyarakat yang memeriksakan DPT ke kantor kepala desa, atau PPK. Hal tersebut dikarenakan sebagian masyarakat yang kartu pemilihnya tidak diantarkan ke tempat tinggal mereka. Partisipasi politik masyarakat di Desa Pagar Jati tergolong tinggi karena banyak masyarakat yang khawatir kehilangan hak menggunakan hak pilih dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara 2013 dimana wakil rakyat dipilih secara langsung.


(19)

Tabel 3.11 Pertanyaan Nomor 6

Apakah anda memilih atau tidak memilih pada Pemilihan Gubernur Sumatera Utara 2013 lalu?

No. Jawaban Responden Jumlah

1 Memilih 100

2 Tidak memilih 0

Total 100

Berdasarkan tabel 3.11 diatas dapat disimpulkan bahwa ada 100 orang responden yang menjadi sampel penelitian menggunakan hak pilih dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara 2013. Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh penulis, responden yang dijadikan sampel dalam penelitian semuanya ikut memilih dan datang ke TPS.

Tabel 3.12 Pertanyaan Nomor 7

Apakah anda yakin bahwa Pemilihan Gubernur Sumatera Utara 2013 lalu berlangsung jujur dan adil?

No. Jawaban Responden Jumlah

1 Yakin 44

2 Tidak yakin 19

3 Tidak tahu 37

Total 100

Berdasarkan Tabel 3.12 diatas dapat disimpulkan responden dalam penelitian ini ada 44 orang responden yang yakin dengan penyelenggaraan Pemilihan Gubernur Sumatera Utara 2013 yang berlangsung jujur dan adil. Pemilih yang yakin dengan


(20)

penyelenggaraan pemilu yang jujur dan adil beranggapan dengan adanya lembaga pemantau proses pemilihan umum yang bukan berasal dari oeganisasi pemerintah. Dimana lembaga pemantau pemilu tersebut mengawasi prosedur pemilihan umum, dan bahkan menyediakan program Quick Count atau program penghitungan cepat yang ditampilkan di media eketronik seperti televisi atau radio pemerintah setempat. Lembaga penghitungan cepat tersebut terlebih lagi menjamin perbedaan hasil penghitungan suara dengan programnya dibandingkan dengan hasil penghitungan suara KPU hanya menghasilkan angka nominal yang berbeda saja, namun partai apa yang berada pada peringkat yang ditampilkan oleh program penghitungan sudah dapat dipastikan. Jadi kesimpulannya peran media elektronik membentuk masyarakat Kecamatan Rantau Selatan bahwa Pemilihan Gubernur Sumatera Utara 2013 berlangsung jujur dan adil karena campur tangan pihak ketiga yang bersifat independen atau tidak memihak sisi manapun. Sedangkan responden yang menjawab tidak tahu beranggapan bahwa Pemilu di Indonesia masih sama saja dengan pemilu-pemilu masa pemerintahan Soeharto atau pada masa Orde Baru meskipun namun turut campur pihak ketiga dianggap tidak membantu karena hasil akhir tetap disahkan hasil penghitungan yang dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum.


(21)

Tabel 3.13 Pertanyaan Nomor 8

Jika anda memilih calon gubernur, sebelum Pemilihan Gubernur Sumatera Utara 2013 berlangsung. Apakah anda mengetahui sosok calon gubernur yang anda pilih?

No. Jawaban Responden Jumlah

1 Tahu 81

2 Tidak Tahu 19

Total 100

Berdasarkan tabel 3.13 diatas dapat disimpulkan bahwa ada 81 orang responden yang menyatakan mengetahui lebih dulu sosok calon gubernur yang mereka pilih sebelum hari pemilihan diadakan. Jadi kebanyakan responden sudah menentukan pilihan jauh sebelum hari pemilihan diadakan. Hal tersebut dapat disebabkan oleh sosialisasi politik yang dilakukan oleh salah satu calon gubernur yang mereka pilih, atau dari media-media lain. Kebanyakan pemilih mengetahui dan masih mengingat sosok calon gubernur yang mereka pilih dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara 2013. Karena pemilih tersebut benar-benar sudah menentukan pilihan politiknya. Namun masih terdapat juga pemilih yang tidak mengetahui siapa calon gubernur yang dipilihnya dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara 2013. Hal tersebut disebabkan oleh kebanyakan pemilih seperti ini ikut-ikutan memilih calon gubernur yang sebenarnya bukan calon gubernur yang akan dipilihnya karena faktor-faktor tertentu.


(22)

Tabel 3.14 Pertanyaan Nomor 9

Jika anda mengetahui nama pasangan calon gubernur dan wakil gubernur yang anda pilih, dari manakah anda memperoleh informasi tentang pasanagan calon gubernur

tersebut?

No. Jawaban Responden Jumlah

1 Media cetak (koran, majalah, dll.) 10

2 Media elektronik (TV, radio) 4

3 Baliho, poster, spanduk 45

4 Kerabat (teman atau saudara) 35

5 Lain-lain 6

Total 100

Berdasarkan Tabel 3.14 diatas dapat disimpulkan bahwa ada 45 orang responden yang menyatakan kalau media kampanye yang paling banyak terdapat di Kecamatan Rantau Selatan adalah dalam bentuk baliho, poster, spanduk. Media tersebut adalah alasan kebanyakan responden menjatuhkan pilihan kepada calon gubernur dan calon wakil gubernur tertentu selain informasi yang diperoleh dari kerabat responden. Dari pengamatan penulis, media yang paling banyak mempengaruhi pilihan politik masyarakat Kecamatan Rantau Selatan adalah media baliho, poster, dan spanduk. Karena media seperti inilah yang paling banyak dijumpai oleh pemilih yang mayoritas berprofesi sebagai petani.


(23)

Tabel 3.15 Pertanyaan Nomor 10

Apakah anda menyukai calon gubernur yang berlatarbelakang agama yang sama dengan agama anda?

No. Jawaban Responden Jumlah

1 Ya 61

2 Tidak 9

3 Sama saja 30

Total 100

Berdasarkan Tabel 3.15 diatas dapat disimpulkan bahwa ada 61 orang responden yang menganggap calon gubernur yang akan memimpin Sumatera Utara melatarbelakangi Agama. Mayoritas pemilih dalam penelitian ini adalah beragama Islam. Dari tabel diatas kebanyakan responden menjatuhkan pilihan politiknya berdasarkan kesamaan aliran kepercayaan.

Tabel 3.16 Pertanyaan Nomor 11

Apakah anda menyukai calon gubernur yang berlatarbelakang kesamaan suku dengan anda?

No. Jawaban Responden Jumlah

1 Ya 33

2 Tidak 16

3 Sama saja 51


(24)

Berdasarkan Tabel 3.16 diatas dapat disimpulkan bahwa ada 51 orang responden memilih opsi jawaban sama saja untuk calon gubernur yang berlatarbelakang kesukuan yang sama dengan responden. Namun tidak sedikit jawaban responden yang memilih jawaban ya, dimana maksud responden calon gubernur berlatar belakang suku batak layak duduk menjadi gubernur. Dan responden lainnya mengatakan tidak untuk alasan tertentu karena seseorang itu terpilih sebagai gubernur bukan karena sukunya tapi karena kinerja dan realisasi janji-janji saat kampanye kepada masyarakat. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kebanyakan pemilih berlatar belakang etnis Batak menganggap calon gubernur yang dipilihnya tidak harus berasal dari suku Batak.

Tabel 3.17 Pertanyaan Nomor 12

Apa alasan anda memilih calon gubernur tersebut?

No. Jawaban Responden Jumlah

1 Figur calon 35

2 Pemberian/santunan (sembako, pembangunan

jalan, rumah ibadah, dll.) 6

3 Program kerja (janji-janji) 26

4 Bersih (tidak terlibat korupsi) 9

5 Ikut-ikutan 18

6 Berpengalaman 4

7 Lain-lain 2


(25)

Berdasarkan Tabel 3.17 diatas dapat disimpulkan bahwa ada 35 orang responden yang memilih berdasarkan figur calon gubernur yang diusung oleh partai politik tersebut. Lalu opsi jawaban karena alasan bersih atau tidak terlibat korupsi sangat bertolakbelakang dengan opsi jawaban yang pertama, karena tidak mungkin alasan jawaban ini dihubungkan dengan opsi pertama jika salah satu calon gubernur tersebut dijadikan alasan responden memilih jawaban pertama. Karena partai pengusung calon gubernur tersebut tidak pernah atau belum pernah duduk sebagai gubernur. Disamping itu responden yang memilih jawaban hanya sekedar ikut-ikutan juga tergolong banyak. Hal tersebut dapat disebabkan oleh kesadaran politik responden sebagai pemilih yang rendah. Disamping itu ada juga yang alasan karena partai politik atau calon gubernur yang bersih dari korupsi merupakan alasan beberapa responden pemilih untuk menjatuhkan pilihan politiknya. Lalu alasan pemilih yang ikut-ikutan disebabkan oleh faktor disuruh orangtua atau ikut dengan pilihan teman, suami/pasangan, dll. Contohnya jika seorang ayah dalam satu keluarga memilih satu partai politik tertentu atau calon gubernur tertentu, kemungkinan besar istri dan atau anaknya memilih calon gubernur yang sama dengan ayahnya. Hal ini sering terjadi di daerah pemilihan yang memiliki tingkat pendidikan pemilih yang rendah.

Melalui media elektronik atau media cetak usulan program atau janji-janji atau visi dan misi calon gubernur juga mempengaruhi masyarakat di Kecamatan Rantau Selatan dalam menjatuhkan pilihannya. Visi dan misi partai politik atau calon gubernur tersebut dinilai responden sebagai salah satu gambaran yang mengaspirasikan keluhan rakyat terhadap pemerintah ketika calon gubernur tersebut terpilih dan memenangkan pemilihan umum.


(26)

Pembangunan sarana masyarakat seperti tempat ibadah, jalan, dan lain-lain juga termasuk alasan sebagian kecil responden pemilih yang menilai calon gubernur tersebut pantas untuk duduk di sebagai gubernur. Pemilih seperti ini menilai bahwa daerah domisilinya minim akan pembangunan sarana atau prasarana publik. Jadi hal tersebut dapat dijadikan alasan pemilih tersebut menjatuhkan pilihan politik kepada calon gubernurtersebut.

Beberapa responden pemilih menganggap partai politik yang memenangkan kursi di Pemilu sebelumnya dan terbukti bersih atau berpengalaman untuk mewakili masyarakat di pemerintahan yang akan datang juga. Pemilih seperti ini lebih mengarah kepada pilihan politik kepartaian, karena calon gubernur yang diusung oleh partai politik tersebut pada Pemilihan Gubernur Sumatera Utara 2013 belum tentu sama dengan sebelumnya. Maka pemilih tersebut lebih percaya pada partai politiknya tanpa mempertimbangkan siapa calon gubernur yang diusung oleh partai politik tersebut.


(27)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

IV.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan yang telah diuraikan pada BAB III, maka dapat ditarik kesimpulan, yaitu :

1. Berdasarkan kuesioner yang telah dijawab oleh responden diketahui bahwa faktor yang mempengaruhi masyarakat batak di Kecamatan Rantau Selatan dalam memilih pada saat Pemilihan Gubernur Sumatera Utara 2013 adalah : a. Faktor kesamaan agama

b. Faktor ikut pilihan orangtua/kerabat/teman c. Faktor figur calon gubernur

d. Faktor kesukuan

2. Kesadaran politik masyarakat batak di Kecamatan Rantau Selatan tentang Pemilihan Gubernur Sumatera Utara 2013 tergolong tinggi. Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah pemilih yang mengikuti atau datang ke TPS Pemilihan Gubernur Sumatera Utara 2013.

3. Dalam menjatuhkan pilihan politiknya, masyarakat batak di Kecamatan Rantau Selatan menggunakan pendekatan sosiologis. Dimana masyarakat Batak menjatuhkan pilihan pada Pemilihan Gubernur Sumatera Utara 2013 disebabkan oleh faktor perilaku sosial para calon gubernur seperti dengan pembangunan sarana masyarakat seperti tempat ibadah, jalan, dan lain-lain. 4. Dalam menjatuhkan pilihan politik, pemilih di Kecamatan Rantau Selatan


(28)

menggunakan pendekatan pada calon gubernur dengan cara mencaritahu bagaiman figur dari calon gubernur tersebut.

5. Sosialisasi politik mempengaruhi masyarakat batak di Kecamatan Rantau Selatan dalam menjatuhkan pilihan politiknya.

IV.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakuan, maka ada beberapa saran yang ingin peneliti berikan, yaitu :

a. Hendaknya dari pihak pemerintah daerah Kecamatan Rantau Selatan memberikan pendidikan politik yang sehat tentang pemilu kepada masyarakat agar masyarakat lebih memahami hak-haknya dan pentingnya menggunakan hak-hak politiknya untuk mewujudkan masa depan bangsa yang lebih baik. b. Hendaknya calon kandidat peserta pemilu dan partai yang mengusungnya

meningkatkan informasi kepada masyarakat khususnya masyarakat di daerah seperti Kecamatan Rantau Selatan tentang program kerja dari calon gubernur. c. Agar membuat suatu sistem informasi tentang pentingnya partisipasi dalam pemilu/pilkada yang sehat sampai pada masyarakat yang pengetahuannya sangat minim. Hal ini membutuhkan sosialisasi yang cukup dan peran serta semua komponen penyelanggaraan Pilkada tidak hanya KPUD tapi juga Pemerintah Daerah.


(29)

BAB II

DESKRIPSI KECAMATAN RANTAU SELATAN

II.1 Kondisi Geografis

Kecamatan Rantau Selatan adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Labuhan Batu Propinsi Sumatera Utara. Luas wilayahnya adalah 64,32 km2 dengan jumlah penduduk sebesar 57.948 jiwa. Kecamatan Rantau Selatan mempunyai ketinggian lebih kurang 43 meter dari permukaan laut. Kecamatan Rantau Selatan memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Rantau Utara 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Bilah Hulu 3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Bilah Hulu 4. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Rantau Utara

Berikut ini adalah luas dari masing–masing desa dan kelurahan yang terdapat di Kecamatan Rantau Selatan, yaitu :

Tabel 2.1 Luas Desa dan Kelurahan di Kecamatan Rantau Selatan

No. Desa / Kelurahan Luas (km2)

1 Lobu Sona 9,38

2 Sidorejo 1,13

3 Sigambal 6,06

4 Danobale 4,71

5 Perdamean 6,32

6 Ujung Bandar 6,55

7 Bakaran Batu 10,09

8 Urung Kompas 11,05

9 Sioldengan 9,03

Jumlah 64,32


(30)

II.2 Struktur Organisasi Kecamatan Rantau Selatan

Kecamatan Rantau Selatan dibentuk pada tahun 1993. Dan sejak itu kecamatan ini sudah dipimpin oleh 7 orang camat. Berikut ini adalah nama camat yang pernah memimpin Kecamatan Rantau Selatan seperti tertera pada tabel 2.2 di bawah ini.

Tabel 2.2 Camat Rantau Selatan

No. Nama Camat Periode Jabatan

1. Drs. Alimuthir 1993 sampai 1995

2. Drs. Mahludin Lubis 1995 sampai 1997

3. Drs. Rahman Harahap 1997 sampai 1999

4. Drs. Mhd. Kahfi Tambunan 1999 sampai 2005

5. H. Habibuddin, AP 2005 sampai 2009

6. Syahrul Harahap, S.Sos 2009 sampai 2013

7. Drs. H. Ikramsyah Putra Nasution 2013 sampai sekarang Sumber : Data Kantor Kecamatan Rantau Selatan

Dalam menjalankan pemerintahannya camat dibantu oleh orang-orang yang menduduki posisi di kecamatan yang tertera dalam sebuah struktur organisasi. Berikut ini adalah struktur organisasi dari Kecamatan Rantau Selatan, yaitu seperti pada gambar 2.1 di bawah ini.


(31)

34

STRUKTUR ORGANISASI KECAMATAN RANTAU SELATAN

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Kecamatan Rantau Selatan Sumber : Data Kantor Camat Rantau Selatan

Universitas

Sumatera


(32)

II.3 Jumlah Penduduk

II.3.1 Berdasarkan Jenis Kelamin

Jumlah penduduknya adalah 57.948 jiwa, yang terdiri dari 29.392 jiwa laki-laki dan 28.580 jiwa perempuan.

Tabel 2.3 Jumlah Penduduk di Kecamatan Rantau Selatan

No. Desa / Kelurahan

Jenis Kelamin Jumlah

Penduduk (Jiwa) Laki-laki Perempuan

1 Lobu Sona 1.193 831 2.024

2 Sidorejo 2.169 2.222 4.391

3 Sigambal 2.832 2.775 5.607

4 Danobale 2.181 2.130 4.311

5 Perdamean 4.192 4.164 8.356

6 Ujung Bandar 3.073 2.277 5.350

7 Bakaran Batu 5.825 5.858 11.683

8 Urung Kompas 3.528 3.816 7.344

9 Sioldengan 4.375 4.507 8.882

Jumlah 29.392 28.580 57.948

Sumber : Data BPS Kabupaten Labuhan Batu

II.3.2 Berdasarkan Agama / Kepercayaan

Jika dilihat dari segi agama maka ada 4 agama yang dianut oleh penduduk Kecamatan Rantau Selatan yaitu islam, kristen protestan, katolik, dan hindu, dan untuk agama budha tidak ada masyarakat Kecamatan Rantau Selatan yang menganutnya. Untuk lebih lengkapnya tertera pada tabel 2.4 dibawah ini.


(33)

Tabel 2.4 Persentase Jumlah Penduduk Menurut Agama Di Kecamatan Rantau Selatan

No. Desa / Kelurahan

Agama (%) Islam Kristen

Protestan

Kristen

Katholik Hindu Budha

1 Lobu Sona 68 23 7 2 -

2 Sidorejo 75 17 8 - -

3 Sigambal 65 24 7 4 -

4 Danobale 80 15 5 - -

5 Perdamean 67 25 5 3 -

6 Ujung Bandar 63 29 5 3 -

7 Bakaran Batu 68 21 8 3 -

8 Urung Kompas 77 19 4 - -

9 Sioldengan 70 25 5 - -

Jumlah 70,33 22 6 1,67 0

Sumber : Data BPS Kabupaten Labuhan Batu

Dari tabel 2.4 diatas dapat dilihat bahwa masyarakat Kecamatan Rantau Selatan banyak menganut agama Islam yaitu sebanyak 70,33%, sementara untuk agama Kristen Protestan sebesar 22% dan untuk agama Kristen Katolik sebesar 6% dan yang lainnya ada yang menganut agama hindu sebesar 1,67%. Dan tidak ada yang menganut agama budha.

II.4 Mata Pencaharian

Sesuai dengan kondisi sumber daya alam pada umumnya sumber mata pencaharian masyarakat adalah sebagai petani, disamping itu ada juga yang lain seperti berdagang, pegawai dan karyawan serta yang lainnya. Hanya sebagian kecil


(34)

di luar pekerjaan tersebut. Pada tabel 2.5 di bawah ini akan disajikan distribusi penduduk berdasarkan mata pencaharian.

Tabel 2.5 Persentase Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Di Kecamatan Rantau Selatan

No. Desa / Kelurahan

Mata Pencaharian (%) Petani Industri /

Wiraswasta

PNS/TNI/

Polri Lainnya

1 Lobu Sona 62,45 3,32 2,24 32

2 Sidorejo 57,92 4,19 1,91 35,99

3 Sigambal 54,01 2,54 2,13 41,33

4 Danobale 68,34 4,05 0,09 27,52

5 Perdamean 73,49 4,93 1,02 20,56

6 Ujung Bandar 59,06 0,17 4,18 36,6

7 Bakaran Batu 84,62 6,36 6,21 2,81

8 Urung Kompas 56,01 3,98 1,98 38,03

9 Sioldengan 63,90 3,09 2,42 30,59

Jumlah 64,42 3,63 2,46 29,49

Sumber: Data BPS Kabupaten Labuhan Batu

Dari data pada tabel 2.5 diatas dapat dilihat bahwa memang sebagian besar penduduk dari masyarakat adalah sebagai Petani yaitu mencapai 64,42%, dan yang lainnya ada sebesar 29,49%, sumber mata pencaharian lainnya yaitu peternak, karyawan swasta, buruh dan lain – lain. Sementara itu yang menjadi Pegawai Negeri Sipil (termasuk TNI/POLRI) sebanyak 3,63% dan Industri/Wiraswasta 2,46%.

II.5 Status Pendidikan


(35)

daerah tersebut. Penduduk Kecamatan Rantau Selatan termasuk berpendidikan, dimana sebagian besar penduduknya sudah bersekolah walaupun masih terdapat penduduk yang tidak berekolah. Untuk lebih jelasnya tentang tingkat pendidikan penduduk di Kecamatan Rantau Selatan dapat dilihat pada tabel 2.6 di bawah ini.

Tabel 2.6 Persentase Jumlah Penduduk Menurut Status Pendidikan Di Kecamatan Rantau Selatan

No. Desa / Kelurahan

Status Pendidikan (%)

Sekolah Tidak Sekolah

1 Lobu Sona 95,85 4,15

2 Sidorejo 96,72 3,28

3 Sigambal 96,8 3,2

4 Danobale 96,81 3,19

5 Perdamean 96,64 5,56

6 Ujung Bandar 96,53 3,47

7 Bakaran Batu 97 3

8 Urung Kompas 97,1 2,9

9 Sioldengan 97,5 2,5

Jumlah 96,77 3,23

Sumber: Data BPS Kabupaten Labuhan Batu

Dari tabel 2.6 diatas diketahui bahwa ada sebesar 96,77% penduduk dari Kecamatan Rantau Selatan yang bersekolah atau mengecap pendidikan, sementara yang tidak bersekolah ada sebesar 3,23%.


(36)

II.6 Deskripsi Responden II.6.1 Jenis Kelamin Responden

Syarat mengikuti pemilu adalah jika seseorang itu sudah berusia 17 tahun atau sudah menikah walaupun belum berusia 17 tahun. Penduduk Kecamatan Rantau Selatan yang memenuhi kriteria sebagai pemilih pada pemilu adalah sebanyak 45.100 jiwa. Yang apabila dikategorikan berdasarkan jenis kelamin dari keseluruhan responden, maka akan diperoleh data seperti yang tertera pada tabel 2.7 di bawah ini.

Tabel 2.7 Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Laki – Laki 23.461 52,02

2 Perempuan 21.639 47,98

Jumlah 45.100 100

Sumber : Data BPS Kabupaten Labuhan Batu

II.6.2 Jumlah Pemilih yang Menggunakan Hak Pilih

Berikut ini adalah jumlah pemilih yang menggunakan hak pilih di 9 desa/kelurahan di Kecamatan Rantau Selatan sesuai dengan data yang ada pada DPT.

Tabel 2.8 Jumlah Pemilih yang Menggunakan Hak Pilih Di Desa/Kelurahan Lobu Sona

No TPS Jumlah Pemilih Yang Menggunakan Hak Pilih

1 2 3 4

I II III IV

134 150 116 134

Total 534 Jiwa


(37)

Tabel 2.9 Jumlah Pemilih yang Menggunakan Hak Pilih Di Desa/Kelurahan Sidorejo

No TPS Jumlah Pemilih Yang Menggunakan Hak Pilih

1 2 3 4 5 6 7 8 I II III IV V VI VII VIII 208 199 165 165 259 278 249 289

Total 1812 Jiwa

Sumber : Data KPU Kecamatan Rantau Selatan

Tabel 2.10 Jumlah Pemilih yang Menggunakan Hak Pilih Di Desa/Kelurahan Sigambal

No TPS Jumlah Pemilih Yang Menggunakan Hak Pilih

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 I II III IV V VI VII VIII IX X XI 179 118 154 241 140 176 188 136 204 159 169

Total 1864 Jiwa


(38)

Tabel 2.11 Jumlah Pemilih yang Menggunakan Hak Pilih Di Desa/Kelurahan Danobale

No TPS Jumlah Pemilih Yang Menggunakan Hak Pilih

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 I II III IV V VI VII VIII IX X 210 186 222 207 200 221 138 179 194 264

Total 2021 Jiwa

Sumber : Data KPU Kecamatan Rantau Selatan

Tabel 2.12 Jumlah Pemilih yang Menggunakan Hak Pilih Di Desa/Kelurahan Perdamean

No TPS Jumlah Pemilih Yang Menggunakan Hak Pilih

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 I II III IV V VI VII VIII IX X 169 221 182 172 155 137 204 118 193 225


(39)

No TPS Jumlah Pemilih Yang Menggunakan Hak Pilih 11 12 13 14 15 16 17 XI XII XIII XIV XV XVI XVII 264 194 154 175 271 213 220

Total 3267 Jiwa

Sumber : Data KPU Kecamatan Rantau Selatan

Tabel 2.13 Jumlah Pemilih yang Menggunakan Hak Pilih Di Desa/Kelurahan Ujung Bandar

No TPS Jumlah Pemilih Yang Menggunakan Hak Pilih

1 2 3 4 5 6 7 8 9 I II III IV V VI VII VIII IX 225 202 360 211 216 188 243 425 299

Total 2369 Jiwa


(40)

Tabel 2.14 Jumlah Pemilih yang Menggunakan Hak Pilih Di Desa/Kelurahan Bakaran Batu

No TPS Jumlah Pemilih Yang Menggunakan Hak Pilih

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII XIII XIV XV XVI XVII XVIII XIX XX 242 208 165 171 217 243 362 265 267 238 163 243 260 158 162 329 267 270 143 256

Total 4629 Jiwa


(41)

Tabel 2.15 Jumlah Pemilih yang Menggunakan Hak Pilih Di Desa/Kelurahan Urung Kompas

No TPS Jumlah Pemilih Yang Menggunakan Hak Pilih

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII 286 314 255 305 216 183 211 242 224 262 177 135

Total 2810 Jiwa

Sumber : Data KPU Kecamatan Rantau Selatan

Tabel 2.16 Jumlah Pemilih yang Menggunakan Hak Pilih Di Desa/Kelurahan Sioldengan

No TPS Jumlah Pemilih Yang Menggunakan Hak Pilih

1 2 3 4 5 6 7 8 9 I II III IV V VI VII VIII IX 249 188 184 167 198 121 183 123 126


(42)

No TPS Jumlah Pemilih Yang Menggunakan Hak Pilih 10 11 12 13 14 15 16 17 18 X XI XII XIII XIV XV XVI XVII XVIII 191 189 212 180 231 158 159 202 221

Total 3282 Jiwa

Sumber : Data KPU Kecamatan Rantau Selatan

II.6.3 Jumlah Pemilih Masyarakat Batak yang Menggunakan Hak Pilih

Diketahui bahwa besar persentase suku batak di Kecamatan Rantau Selatan adalah 59,66% seperti tertera pada tabel 1.1. Maka perhitungan untuk menentukan banyaknya masyarakat batak yang menggunakan hak pilihnya di tiap desa/kelurahan adalah :

1. Lobu Sona = 534 x 59,66% = 318,59 (318 jiwa) 2. Sidorejo = 1812 x 59,66% = 1081,04 (1081 jiwa) 3. Sigambal = 1864 x 59,66% = 1112,06 (1112 jiwa) 4. Danobale = 2021 x 59,66% = 1205,73 (1206 jiwa) 5. Perdamean = 3267 x 59,66% = 1949,09 (1949 jiwa) 6. Ujung Bandar = 2369 x 59,66% = 1413,35 (1413 jiwa) 7. Bakaran Batu = 4629 x 59,66% = 2761,66 (2762 jiwa) 8. Urung Kompas = 2810 x 59,66% = 1676,45 (1677 jiwa) 9. Sioldengan = 3282 x 59,66% = 1958,04 (1958 jiwa)


(43)

Maka sesuai dengan perhitungan di atas, didapat jumlah pemilih masyarakat batak yang menggunakan hak pilihnya. Secara lengkap tertera pada tabel 2.17 berikut ini.

Tabel 2.17 Jumlah Pemilih Masyarakat Batak yang Menggunakan Hak Pilih

No Nama

Kelurahan/Desa Jumlah Pemilih yang Menggunakan Hak Pilik

1 Lobu Sona 318 jiwa

2 Sidorejo 1081 jiwa

3 Sigambal 1112 jiwa

4 Danobale 1206 jiwa

5 Perdamean 1949 jiwa

6 Ujung Bandar 1413 jiwa

7 Bakaran Batu 2762 jiwa

8 Urung Kompas 1677 jiwa

9 Sioldengan 1958 jiwa


(44)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Prinsip dasar demokrasi adalah setiap orang dapat ikut serta dalam proses pembuatan keputusan politik. Dalam suatu sistem politik yang demokratis para pemimpin dipilih langsung oleh rakyat, para politisi atau pejabat publik sebagai wakil rakyat akan berbuat maksimal sesuai dengan aspirasi masyarakat. Hal inilah yang menjadi dasar diberlakukannya pemilihan umum secara langsung di Indonesia. Berdasarkan UU No. 32 tahun 2004 tentang pemerintahan Daerah, pemilihan kepala daerah (bupati, walikota, gubernur) dipilih langsung oleh rakyat. Sebelumnya pemilihan gubernur dan wakil gubernur dipilih melalui Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Melalui pemilihan secara langsung, gubernur harus dapat mempertanggungjawabkan secara langsung kepada rakyat. Pemilihan umum gubernur dan wakil gubernur secara langsung lebih accountable dibandingkan dengan sistem pemilihan umum sebelumnya. Pada system pemilihan umum gubernur dan wakil gubernur sekarang ini rakyat tidak harus menitipkan suaranya melalui Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, tetapi rakyat rakyat dapat menentukan pilihannya berdasarkan kriteria yang jelas dan transparan.

Pilkada langsung berarti mengembalikan “hak-hak dasar’ masyarakat di daerah dengan memberikan kewenangan yang utuh dalam rangka rekrutmen politik lokal secara demokratis. Dalam konteks itu, negara memberikan kesempatan kepada


(45)

masyarakat di daerah untuk menentukan sendiri pemimpin mereka, serta menentukan sendiri segala bentuk kebijaksanaan yang menyangkut harkat hidup rakyat daerah.1

Dari uraian diatas penulis menyadari betapa pentingnya peran Pemilihan Kepala Daerah sebagai sarana aspirasi politik dan partisipasi politik masyarakat. Berbicara tentang Pemilihan Kepala Daerah tentu tidak lepas dari perilaku pemilih itu sendiri, hal inilah yang menjadi alasan penulis memilih perilaku pemilih sebagai tema dalam penelitian ini.

Pemilihan Umum Kepala Daerah Sumatera Utara merupakan salah satu perwujudan pelaksanaan UU No. 32 tahun 2004. Hal ini sejalan dengan prinsip utama demokrasi dimana setiap orang memiliki hak untuk menyuarakan aspirasi politiknya yaitu memilih secara langsung kepala daerahnya. Sebagai provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak di Pulau Sumatera, pelaksanaan dan hasil dari Pemilihan Umum Kepala Daerah Sumatera Utara selalu menyedot perhatian masyarakat Indonesia. Dengan jumlah penduduk yang hampir mencapai 13.000.000 jiwa, Pemilihan Umum Kepala Daerah Sumatera Utara merupakan sebuah momen politik penting yang terjadi di Indonesia, khususnya Pulau Sumatera. Demografi penduduk Sumatera Utara yang heterogen juga menjadi salah satu alasan kenapa Pemilihan Umum Kepala Daerah Sumatera Utara menarik untuk diteliti.

Pemilihan Umum Kepala Daerah Sumatera Utara diikuti oleh 5 (lima) pasangan calon Gubernur dan Wakil gubernur. Adapun kelima pasangan tersebut adalah pasangan calon dengan nomor urut 1, H. Gus Irawan Pasaribu, SE Ak, MM – Ir. H. Soekirman. Pasangan calon dengan nomor urut 2 yaitu Drs. Effendi M.S. Simbolon-Drs. Djumiran Abdi. Pasangan calon dengan nomor urut 3, Dr. H.

1


(46)

Chairuman Harahap, SH, MH–H. Fadly Nurzal, S.Ag. Pasangan calon dengan nomor urut 4, Drs. H. Amry Tambunan–Dr. Rustam Effendy Nainggolan. Dan yang terakhir pasangan calon dengan nomor urut 5 yaitu H. Gatot Pujo Nugroho, ST–Ir. H. T. Erry Nuradi.

Dari pelaksanaan Pemilihan Umum Kepala Daerah Sumatera Utara, pasangan Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur H. Gatot Pujo Nugroho, ST–Ir. H. T. Erry Nuradi yang juga merupakan incumbent berhasil memenangkan suara terbanyak dengan perolehan suara sebesar 1.604.337 atau 33% dari total suara sah. Kemudian pada urutan kedua diduduki pasangan calon Drs. Effendi M.S. Simbolon-Drs. Djumiran Abdi dengan perolehan suara 1.183.187 atau 24,34% dari total suara sah. Pada urutan ketiga adalah pasangan calon H. Gus Irawan Pasaribu, SE Ak, MM–Ir. H. Soekirman dengan perolehan suara sebanyak 1.027.433 atau 21,13% dari total suara sah. Selanjutnya, pasangan Drs. H. Amry Tambunan–Dr. Rustam Effendy Nainggolan memperoleh suara sebanyak 594.414 atau 12,23% dari total suara sah. Dan yang terakhir pasangan calon Dr. H. Chairuman Harahap, SH, MH–H. Fadly Nurzal, S.Ag dengan perolehan suara sebanyak 452.096 atau 9,30% dari total suara sah.

Kabupaten Labuhan Batu adalah salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Sumatera Utara. Ibu kota kabupaten ini terletak di Rantau Parapat. Kabupaten ini terdiri dari 9 (Sembilan) kecamatan, Rantau Selatan adalah satunya. Rantau Selatan merupakan kecamatan dengan mayoritas penduduk suku Batak. Dari keseluruhan jumlah penduduk, sebesar 59,66 % atau 34.572 jiwa merupakan penduduk bersuku


(47)

Batak. Pada tabel 1.1 berikut ini adalah persentase penduduk berdasarkan suku di Kecamatan Rantau Selatan.

Tabel 1.1 Persentase Penduduk Berdasarkan Suku Di Kecamatan Rantau Selatan

No. Suku Bangsa Persentase (%)

1 Melayu 1,82

2 Batak 59,66

3 Minang 0,6

4 Jawa 34,18

5 Aceh 0,16

6 Lainnya 3,58

Sumber : BPS Kabupaten Labuhan Batu

Sebagai salah satu Kecamatan yang berada dalam wilayah administratif Provinsi Sumatera Utara, maka Kecamatan Rantau Selatan ikut melaksanakan Pemilihan Umum Kepala Daerah Sumatera Utara Tahun 2013. Dalam pelaksanaan Pemilihan Umum Kepala Daerah Sumatera Utara di Kecamatan Rantau Selatan, ada sebuah fenomena yang menarik untuk dicermati, yaitu kemenangan pasangan calon H. Gatot Pujo Nugroho, ST–Ir. H. T. Erry Nuradi. Dimana pasangan calon H. Gatot Pujo Nugroho, ST–Ir. H. T. Erry Nuradi yang tidak berafiliasi secara langsung dengan suku Batak justru berhasil memenangkan perolehan suara terbanyak di Kecamatan Rantau Selatan yang notabene mayoritas penduduknya bersuku Batak. Padahal jika dilihat dari seluruh pasangan calon yang ada, terdapat beberapa pasangan calon yang berasal dari suku Batak. Hal inilah yang menurut penulis menarik untuk diteliti lebih lanjut.


(48)

Dalam pelaksanaan Pemilihan Umum Kepala Daerah Sumatera Utara Tahun 2013 di Kecamatan Rantau Selatan, jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT) yang ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum adalah 45.100 jiwa. Dari keseluruhan DPT tersebut, hanya 22.588 orang yang menggunakan hak pilihnya, sedangkan 22.512 orang tidak menggunakan hak pilihnya dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah Sumatera Utara Tahun 2013 di Kecamatan Rantau Selatan. Adapun pasangan calon gubernur dan wakil gubernur yang memperoleh suara terbanyak adalah pasangan calon dengan nomor urut 5 yaitu H. Gatot Pujo Nugroho, ST–Ir. H. T. Erry Nuradi yang memperoleh 8.037 suara. Selanjutnya pasangan calon dengan nomor urut 1 yaitu H. Gus Irawan Pasaribu, SE Ak, MM–Ir. H. Soekirman berada di urutan kedua dengan perolehan suara sebanyak 6.734 suara. Selanjutnya di urutan ketiga terbanyak adalah pasangan calon dengan nomor urut 3 yaitu pasangan calon Dr. H. Chairuman Harahap, SH, MH–H. Fadly Nurzal, S.Ag. dengan perolehan suara sebanyak 4.195 suara. Kemudian diikuti oleh pasangan dengan nomor urut 2 yaitu pasangan calon Drs. Effendi M.S. Simbolon- Drs. Djumiran Abdi dengan perolehan 2.112 suara dan yang terakhir adalah pasangan dengan nomor urut 4 yaitu pasangan calon Drs. H. Amry Tambunan–Dr. Rustam Effendy Nainggolan dengan perolehan 1.178 suara.

Adapun fenomena yang terjadi di Kecamatan Rantau Selatan adalah bentuk dari pola pemberian suara dalam pemilihan umum. Selanjutnya, pola pemberian suara dalam pemilihan umum dapat dianalisis dengan pendekatan perilaku pemilih. Perilaku pemilih menurut Surbakti adalah: “Aktivitas pemberian suara oleh individu yang berkaitan erat dengan kegiatan pengambilan keputusan untuk memilih atau


(49)

secara langsung-pen. Bila voters memutuskan untuk memilih (to vote) maka voters akan memilih atau mendukung kandidat tertentu”.2

Dari uraian yang telah dipaparkan diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti bagaimana perilaku pemilih masyarakat suku Batak di Kecamatan Rantau Selatan. Adapun judul dari penelitian ini adalah “Perilaku Pemilih Masyarakat Batak Pada Pemilihan Gubernur Sumatera Utara 2013 (Studi Kasus: Perilaku Pemilih Masyarakat Batak Pada Pemilihan Gubernur Sumatera Utara 2013 di Kecamatan Rantau Selatan, Kabupaten Labuhan Batu).”

I.2. Rumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan penjelasan mengenai alasan mengapa masalah yang dikemukakan dalam penelitian itu dipandang menarik, penting dan perlu untuk diteliti. Perumusan masalah juga merupakan suatu usaha yang menyatakan pertanyaan-pertanyaan penelitian apa saja yang perlu dijawab atau dicari pemecahannya. Atau dengan kata lain perumusan masalah merupakan pertanyaan yang lengkap dan rinci mengenai ruang lingkup masalah yang akan diteliti didasarkan pada identifikasi masalah dan pembatasan masalah.

Dari latar belakang penelitian tersebut, maka yang jadi rumusan masalah adalah: “Bagaimana perilaku pemilih masyarakat Batak di Kecamatan Rantau Selatan Kabupaten Labuhan Batu dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara 2013?”


(50)

I.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu adalah untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang paling mempengaruhi perilaku pemilih masyarakat Batak di Kecamatan Rantau Selatan Kabupaten Labuhan Batu Pada Pemilihan Gubernur Sumatera Utara 2013.

I.4 Manfaat Penelitian

a. Bagi penulis, penelitian ini bermanfaat untuk mengasah kemampuan penulis dalam meneliti fenomena politik yang terjadi, sehingga menambah pengetahuan penulis mengenai masalah yang diteliti.

b. Secara teoritis hasil penelitian ini sekiranya dapat bermanfaat menambah khazanah kepustakaan politik di Indonesia khususnya Sumatera Utara.

c. Sebagai rujukan bagi mahasiswa Departemen Ilmu Politik FISIP USU.

I.5 Kerangka Teori

Bagian ini merupakan unsur yang paling penting di dalam penelitian, karena pada bagian ini penelitian mencoba menjelaskan fenomena yang sedang diamati dengan menggunakan teori-teori yang relevan dengan penelitiannya. Teori menurut Masri Singaribun dan Sofian Efendi dalam Buku Metode Penelitian Sosial mengatakan, teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstrak, definisi dan preposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep.3


(51)

I.5.1 Partisipasi Politik

Tingkat partisispasi politik adalah faktor yang menentukan apakah pemilu ataupun Pilkada yang berlangsung berhasil atau tidak, semakin tinggi tingkat partisipasi pemilih, maka tingkat keberhasilan pemilu ataupun Pilkada semakin tinggi.

Dalam analisa Modern, partisipasi politik merupakan suatu masalah yang penting dan banyak dipelajari terutama dalam hubungannya dengan negara-negara berkembang. Pada awalnya studi mengenai pertisipasi politik hanya memfokuskan diri pada partai politik sebagai pelaku utama, akan tetapi dengan berkembangnya demokrasi, banyak muncul kelompok masyarakat yang juga ingin berpartisipasi dalam bidang politik khususnya dalam hal pengambilan keputusan-keputusan mengenai kebijakan umum.4

Secara umum dapat dikatakan bahwa partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau kelompok orang untuk ikut secara aktif dalam kehidupan politik.

Herbert McClosky berpendapat bahwa partisipasi politik adalah kegiatan- kegiatan sukarela dari warga masyarakat melalui mana mereka mengambil bagian dalam proses pemilihan penguasa, dan secara langsung atau tidak langsung, dalam proses pembentukan kebijakan umum.5

Berikut ini dikemukakan sejumlah “rambu-rambu” partisipasi politik:6

1. Partisipasi politik berupa kegiatan atau perilaku luar individu warga negara biasa yang dapat diamati, bukan perilaku dalam yang berupa sikap dan

4

Miriam Budiardjo, 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, hal 367 5

Ibid. hal 367 6


(52)

orientasi. Karena sikap dan orientasi tidak selalu termanifestasikan dalam perilakunya.

2. Kegiatan tersebut diarahkan untuk mempengaruhi perilaku selaku pembuat dan pelaksana keputusan politik. Seperti mengajukan alternative kebijakan umum, dan kegiatan mendukung atau menentang keputusan politik yang dibuat pemerintah.

3. Kegiatan yang berhasil (efektif) maupun yang gagal mempengaruhi pemerintah termasuk dalam konsep partisipasi politik.

4. Kegiatan mempengaruhi kebijakan pemerintah secara langsung yaitu mempengaruhi pemerintah dengan menggunakan perantara yang dapat meyakinkan pemerintah.

5. Mempengaruhi pemerintah melalui prosedur yang wajar dan tanpa kekerasan seperti ikut memilih dalam pemilu, mengajukan petisi, bertatap muka, dan menulis surat atau dengan prosedur yang tidak wajar seperti kekerasan, demonstrasi, mogok, kudeta, revolusi, dll.

Di negara-negara demokrasi umumnya dianggap bahwa lebih banyak partisipasi masyarakat, lebih baik. Dalam alam pikiran ini, tingginya tingkat partisipasi menunjukkan bahwa warga mengikuti dan memahami masalah politik dan ingin melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan itu, tingginya tingkat partisipasi juga menunjukan bahwa rezim yang sedang berkuasa memiliki keabsahan yang tinggi. Dan sebaliknya, rendahnya partisipasi politik di suatu Negara dianggap kurang baik karena menunjukkan rendahnya perhatian warga terhadap masalah politik, selain itu rendahnya partisipasi politik juga menunjukkan lemahnya legitimasi dari enzim yang


(53)

Partisispasi sebagai suatu bentuk kegiatan dibedakan atas dua bagian, yaitu:7 1. Partisipasi aktif, yaitu kegiatan yang berorientasi pada output dan input

politik. Yang termasuk dalam partisipasi aktif adalah, mengajukan usul mengenai suatu kebijakan yang dibuat pemerintah, mengajukan kritik dan perbaikan untuk meluruskan kebijakan, membayar pajak dan memilih pemimpin pemerintah.

2. Partisipasi pasif, yaitu kegiatan hanya berorentasi pada output politik. Pada masyarakat yang termasuk kedalam jenis partisipasi ini hanya menuruti segala kebijakan dan peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah tanpa mengajukan kritik dan usulan perbaikan.

Kemudian terdapat masyarakat yang tidak termasuk kedalam kedua kategori ini, yaitu masyarakat yang menganggap telah terjadinya penyimpangan sistem politik dari apa yang telah mereka cita-citakan. Kelompok tersebut disebut apatis (golput).

Kategori partisipasi politik menurut Milbrath adalah sebagai berikut: 1. Kegiatan Gladiator meliputi:

a. Memegang jabatan publik atau partai b. Menjadi calon penjabat

c. Menghimpun dana politik

d. Menjadi anggota aktif suatu partai

e. Menyisihkan waktu untuk kampanye politik. 2. Kegiatan transisi meliputi:

a. Mengikuti rapat atau pawai politik

7


(54)

b. Memberi dukungan partai atau calon

c. Jumpa pejabat publik atau pemimpin politik. 3. Kegiatan menoton meliputi:

a. Memakai symbol/identitas partai/organisasi politik b. Mengajak orang untuk memilih

c. Menyelenggarakan diskusi politik d. Member suara.

4. Kegiatan apatis/masa bodoh.

Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi politik seseorang adalah: 1. Kesadaran politik, yaitu kesadaran akan hak kewajibannya sebagai

warga negara.

2. Kepercayaan politik, yaitu sikap dan kepercayaan orang tersebut terhadap pemimpin.

Berdasarkan dua faktor tersebut, terdapat empat tipe partisipasi politik yaitu:8 1. Partisipasi politik aktif jika memiliki kesadaran dan kepercayaan politik yang

tinggi.

2. Partisipasi politik apatis jika memiliki kesadaran dan kepercayaan politik yang rendah.

3. Partisipasi politik pasif jika memiliki kesadaran politik tinggi, sedangkan kepercayaan politiknya rendah.


(55)

I.5.2 Perilaku Pemilih

Pemilihan diartikan sebagai semua pihak yang menjadi tujuan utama para konsestan untuk mereka pengaruhi dan yakinkan agar mendukung dan kemudian memberikan suaranya kepada konsentan yang bersangkutan.9 Dinyatakan sebagai pemilih dalam Pilkada yaitu mereka yang telah terdaftar sebagai peserta pemilih oleh petugas pendata peserta pemilih.

Pemilih dalam hal ini dapat berupa konsituen maupun masyarakat pada umumnya. Konsituen adalah kelompok masyarakat yang merasa diwakili oleh suatu ideologi tertentu yang kemudian termanifestasikan dalam insitusi politik seperti partai politik dan seorang pemimpin.10

Perilaku pemilih dapat ditujukan dalam memberikan suara dan menentukan siapa yang akan dipilih menjadi Kepala daerah dan Wakil Kepala Daerah dalam Pilkada secara langsung. Pemberian suara atau votting secara umum dapat diartikan sebagai; “Sebagai sebuah proses dimana seorang anggota dalam suatu kelompok seorang pejabat maupun keputusan yang diambil”.11

Pemberian suara dalam Pilkada secara langsung diwujudkan dengan memberikan suara pada pasangan calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang didukungnya atau ditujukan dengan perilaku masyarakat dalam memilih pasangan Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.

Perilaku pemilih menurut Surbakti adalah: “Aktivitas pemberian suara oleh individu yang berkaitan erat dengan kegiatan pengambilan keputusan untuk memilih atau tidak memilih (to vote or not to vote) didalam suatu pemilihan umum (Pilkada)

9

Firmanzah, 2007. Marketing politik, Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, hal 102 10 Ibid. hal 105


(56)

secara langsung-pen. Bila voters memutuskan untuk memilih (to vote) maka voters akan memilih atau mendukung kandidat tertentu”.12

Keputusan untuk memberikan dukungan dan suara tidak akan terjadi apabila tidak terdapat loyalitas pemilih yang cukup tinggi kepada calon pemimpin jagoannya. Begitu juga sebaliknya, pemilih tidak akan memberikan suaranya kalau mereka menganggap bahwa sebuah partai atau calon pemimpin tidak loyal serta tidak konsisten dengan janji dan harapan yang telah mereka berikan.

Perilaku pemilih juga sarat dan idelogy antara pemilih dengan partai politik atau kontestan pemilu. Masing-masing kontestan membawa ideologi yang saling berinteraksi. Selama periode kampanye pemilu, muncul kristalisasi dan pengelompokan antara ideologi yang dibawa kontestan. Masyarakat akan mengelompokkan dirinya kepada kontestan yang memiliki ideologi sama dibawa dengan yang mereka anut sekaligus juga menjauhkan diri dari ideologi yang berseberangan dengan mereka.

Perilaku pemilih dapat dianalisis dengan tiga pendekatan yaitu:13 1) Pendekatan Sosiologis

Pendekatan sosiologi sebenarnya berasal dari Eropa, kemudian di Amerika dan pendidikan Eropa. David Denver, ketika menggunakan pendekatan ini untuk menjelaskan perilaku memilih masyarakat Inggris, menyebut model ini sebagai

social determinism approach.

Pendekatan ini pada dasarnya menjelaskan bahwa karakteristik sosial dan pengelompokan-pengelompokan sosial mempunyai pengaruh yang cukup signifikan

12


(57)

dalam menentukan perilaku pemilih seseorang. Karakteristik sosial (seperti pekerjaan, pendidikan dan sebagainya) dan karakteristik atau latar belakang sosiologi (seperti agama, wilayah, jenis kelamin, umur, dan sebagainya) merupakan faktor penting dalam menentukan pilihan politik. Pendek kata, pengelompokkan sosial seperti umur (tua-muda); jenis kelamin; (laki-perempuan); agama dan semacamnya dianggap mempunyai peranan yang cukup menentukan dalam membentuk pengelompokkan informal seperti keluarga, pertemanan, ataupun kelompok-kelompok kecil lainnya, merupakan sesuatu yang sangat vital dalam memahami perilaku politik seseorang, karena kelompok-kelompok inilah yang mempunyai peranan besar dalam membentuk sikap, persepsi dan orientsasi seseorang.

2) Pendekatan Psikologis

Pendekatan sosiologis berkembang di Amerika Serikat berasal dari Eropa Barat, pendekatan Psikologis merupakan fenomena Amerika Serikat melalui Survey

Research Centre di Unversitas Michigan. Oleh karena itu, pendekatan ini juga

disebut sebagai Mazhab Michigan. Oleh karena itu, pendekatan ini adalah Angust Campbell.

Pendekatan ini menggunakan dan mengembangkan konsep psikologi terutama konsep sosialisasi dan sikap untuk menjelaskan perilaku pemilih. Variabel- variabel itu tidak dapat dihubungkan dengan perilaku memilih kalau ada proses sosialisasi. Oleh karena itu, menurut pendekatan ini sosialisasilah sebenarnya yang menentukan perilaku memilih (politik) seseorang.

Penganut pendekatan ini menjelaskan sikap seseorang sebagai refleksi dari kepribadian seseorang merupakan variabel yang cukup menentukan dalam


(58)

mempengaruhi perilaku politik seseorang. Oleh karena itu, pendekatan psikologis menekankan pada tiga aspek psikologis sebagai kajian utama yaitu ikatan emosional pada suatu partai politik, orientasi terhadap isu – isu dan orientasi terhadap kandidat.

3) Pendekatan Rasional

Penggunaan pendekatan rasional dalam menjelaskan perilaku pemilih oleh ilmuwan politik sebenarnya diadaptasikan dari ilmu ekonomi. Mereka melihat adanya analogi antara pasar (ekonomi) dan perilaku memilih (politik). Apabila secara ekonomi masyarakat dapat bertindak secara rasional, yaitu menekan ongkos sekecil-kecilnya untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya, maka dalam perilaku politik pun maka masyrakat akan dapat bertindak secara rasional, yakni memberikan suara ke OPP yang dianggap mendatangkan keuntungan yang sebesar – besarnya dan menekan kerugian.

I.5.2.1 Orientasi Pemilih

1. Orientasi Policy –Problem Solving

Ketika memilih seorang kontestan dari kacamata “Policy-Problem-Solving” yang terpenting bagi mereka adalah sejauh mana kontestan mampu menawarkan program kerja atau solusi bagi suatu permasalahan yang ada. Pemilih akan cenderung secara objektif memilih partai politik atau kontestan yang memiliki kepekaan terhadap masalah nasional (daerah) dan kejelasan-kejelasan program kerja partai-partai politik atau kontestan pemilu yang arah kebijakannya tidak jelas cenderung tidak dipilih.14


(59)

2. Orientasi Ideologi

Pemilih yang cenderung mementingkan ideologi suatu partai atau kontestan, akan mementingkan ikatan “ideologi” suatu partai atau kontestan, akan menekankan aspek-aspek subjektivitas seperti kedekatan nilai, budaya, norma, emosi dan psikografis. Semakin dekat kesamaan partai atau kontestan pemilu, pemilih jenis ini akan cenderung memberikan suaranya ke partai atau kontestan tersebut.

I.5.2.2 Jenis-Jenis Pemilih

1) Pemilih rasional

Jenis pemilih ini memiliki orientasi yang tinggi terhadap

Policy-Problem-Solving dan berorientasi rendah untuk faktor ideologi. Pemilihan dalam hal ini lebih

mengutamakan kemampuan partai politik atau calon peserta pemilu dengan program kerjanya, mereka melihat program kerja tersebut melalui kinerja partai atau kontestan dimasa lampau, dan tawaran program yang ditawarkan sang calon atau partai politik dalam menyelesaikan berbagai permasalahan yang sedang terjadi.

Pemilih jenis ini memiliki ciri khas yang tidak begitu mementingkan ikatan Ideologi kepada suatu partai politik atau seorang kontestan. Hal yang terpenting bagi pemilih jenis ini adalah apa yang bisa (dan yang telah) dilakukan oleh sebuah partai atau seorang kontestan pemilu.

2) Pemilih kritis


(60)

a) Jenis pemilih ini menjadikan nilai ideologis sebagai pijakan untuk menentukan kepada partai atau kontestan pemilu mana mereka akan berpihak dan selanjutnya mereka akan mengkritisi kebijakan yang akan atau telah dilakukan.

b) Bisa juga terjadi sebaliknya dimana pemilih tertarik dulu dengan program kerja yang ditawarkan sebuah partai/kontestan baru kemudian mencoba memahami nilai-nilai dan paham yang melatar belakangi pembuatan sebuah kebijakan. Pemilihan jenis ini adalah pemilih yang kritis, artinya mereka akan selalu menganalisis kaitan antara sistem partai ideologi dengan kebijakan yang dibuat.

3) Pemilih tradisional

Pemilih jenis ini memiliki orientasi ideologi yang sangat tinggi dan tidak terlalu melihat kebijakan partai politik atau seorang kontestan sebagai sesuatu yang penting dalam pengambilan keputusan. Pemilih tradisional sangat mengutamakan kedekatan sosial-budaya, nilai, asal-usul, paham dan agama sebagai ukuran untuk memilih sebuah partai politik atau kontestan pemilu. Kebijakan seperti yang berhubungan dengan masalah ekonomi, kesejahteraan, pendidikan, dianggap sebagai prioritas kedua. Pemilih jenis ini sangat mudah dimobilisasi selama masa kampanye, pemilihan jenis ini memiliki loyalitas yang sangat tinggi. Mereka menganggap apa saja yang dikatakan oleh seorang kontestan pemilu atau partai politik yang merupakan suatu kebenaran yang tidak bisa ditawarkan lagi.

4) Pemilih skeptis


(61)

sebuah kebijakan menjadi suatu hal penting. Kalaupun mereka berpartisipasi dalam pemilu, biasanya mereka melakukannya secara acak atau random. Mereka berkeyakinan bahwa siapapun yang menjadi pemenang dalam pemilu, hasilnya sama saja, tidak ada perubahan yang berarti yang terbagi bagi kondisi daerah/negara.

Setelah melihat beberapa jenis pemilih, para kontestan pemilu nanti harus bisa memahami segala jenis pemilih dan berusaha merebut suara pemilih tersebut, yaitu tentunya melalui kampanye. Karena dengan memahami jenis pemilih yang ada, kemungkinan untuk memenangkan pemilu menjadi semakin kuat. Mereka harus mampu meraih suara dari setiap jenis pemilih yang ada. Untuk itu mereka pada umumnya membutuhkan dukungan dari tokoh-tokoh ataupun hal-hal yang membuat setiap jenis pemilih diatas maupun mendukung mereka dalam pemilu (Pilkada) nanti. Dengan lahirnya UU No.32/2004 tentang pemerintahan daerah dan Peraturan Pemerintah No. 6/2005 tentang Cara Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, sebagaimana disebutkan dimuka, akhirnya pilkada langsung yang menggunakan asas-asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil, pilkada langsung layaknya disebut sebagai sistem rekrutmen pejabat publik yang hampir memenuhi parameter demokratis.

I.5.3. Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung

Sejak Juni 2005, Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, baik Gubernur/Wakil Gubernur, Bupati/Wakil Bupati, maupun Walikota/Wakil Walikota dipilih secara langsung oleh rakyat.

Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah secara langsung diatur dalam UU No. 32/2004 tentang Pemerintah Daerah Pasal 56 jo Pasal 119 dan


(62)

Peraturan Pemerintah (PP) No. 6 Tahun 2005 tentang Cara Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Secara eksplisit ketentuan tentang pilkadasung tercermin dalam cara pemilihan dan asas-asas yang digunakan dalam penyelenggaraan pilkada. Dalam Pasal 56 ayat (1) disebutkan:

“Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan secara demokratis berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil”.

Dipilihnya sistem pilkada langsung mendatangkan optimisme dan pesimisme tersendiri. Pilkada langsung dinilai sebagai perwujudan pengembalian “hak-hak dasar” masyarakat didaerah dengan memberikan kewenangan yang utuh dalam rangka rekrutmen pimpinan daerah sehingga mendimanisir kehidupan demokrasi di Tingkat Lokal. Keberhasilan pilkada langsung untuk melahirkan kepemimpinan daerah yang demokratis, sesuai kehendak dan tuntutan rakyat sangat tergantung pada kritisisme dan rasioanalitas rakyar sendiri.15

Dengan lahirnya UU No.32/2004 dan PP No.6/2005, sebagaimana disebutkan dimuka, akhirnya pilkada langsung merupakan keputusan hukum yang harus dilaksanakan. Dengan pemilihan langsung, yang menggunakan asas-asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil, pilkada langsung layak disebut sebagai sistem rekrutmen pejabat publik yang hamper memenuhi parameter demokratis.


(63)

I.5.3.1 Parameter Demokrasi Pilkada

Mekanisme pemilihan Kepala Daerah disebut Demokrasi apabila memenuhi beberapa parameter. Mengutip pendapat Robert Dahl, Samuel Huntington dan Bingham Powel (1978). Parameter untuk mengenai terwujudnya suatu demokrasi apabila:

1. Menggunakan mekanisme pemilihan umum yang teratur; 2. Memungkinkan terjadinya rotasi kekuasaan;

3. Mekanisme rekrutmen dilakukan secara terbuka; dan 4. Akuntabilitas publik.

Dibawah ini dijelaskan masing – masing parameter tersebut :16 1. Pemilihan Umum

Rekrutmen jabatan politik atau publik dan harus dilakukan dengan pemlihan umum (pemilu) yang diselenggarakan secara teratur dengan tenggang waktu yang jelas, kompetitif, jujur, dan adil. Pemilu merupakan gerbang pertama yang harus dilewati karena dengan pemilu lembaga demokrasi dapat dibentuk. Kemudian setelah pemilihan biasanya orang akan melihat dan menilai seberapa besar pejabat publik terpilih memenuhi janji-janjinya. Penilaian terhadap kinerja pejabat politik itu akan digunakan sebagai bekal untuk memberikan ganjaran atau human (reward and punishment) dalam pemilihan mendatang. Penjabat yang tidak dapat memenuhi janji-janjinya dan tidak menjaga moralitasnya akan dihukum dengan cara tidak dipilih, sebaliknya pejabat yang berkenan di hati masyarakat akan di pilih kembali.


(64)

2. Rotasi kekuasaan

Rotasi kekuasaan juga merupakan parameter demokrasi tidaknya suatu rekrutmen pejabat politik. Rotasi kekuasaan mengadalkan bahwa kekuasaan atau jabatan politik tidak bisa dipegang terus-menerus oleh seseorang, seperti dalam sistem monarkhi. Artinya, kalau seseorang berkuasa terus-menerus atau satu partai politik mengendalikan roda pemerintahan secara dominan dari waktu kewaktu sistem itu kurang layak disebut demokratis. Dengan kata lain, demokrasi memberikan peluang rotasi kekuasaan atau rotasi pejabat politik secara teratur dan damai dari seorang Kepala Daerah satu ke Kepala Daerah lain, dari satu partai politik ke partai politik yang lain.

3. Rekrutmen Terbuka

Demokrasi membuka peluang untuk mengadakan kompetisi karena semua orang atau kelompok mempunyai hak dalam peluang yang sama. Oleh karena itu dalam mengisi jabatan politik, seperti Kepala Daerah sudah seharusnya peluang untuk semua orang yang memenuhi syarat, dengan kompetisi yang wajar sesuai dengan aturan yang telah disepakati. Dinegara-negara totaliter dan otoriter, rekrutmen politik hanyalah merupakan domain dari seseorang atau sekelompok orang kecil.

4. Akuntabilitas Publik

Para pemegang jabatan publik harus dapat mempertanggung jawabkan kepada publik apa yang dilakukan baik sebagai pribadi maupun sebagai pejabat publik. Seorang Kepala Daerah atau pejabat politik lainnya harus dapat menjelaskan kepada publik mengapa memilih kebijakan A, bukan


(65)

pemerintahan dan melakukan pemberantasan KKN. Apa yang mereka lakukan terbuka untuk dipertanyakan kepada publik. Demikian pula yang dilakukan kepada keluarga kepada keluarga terdekatnya, sanak saudaranya bahkan teman dekatnya seringkali dikaitkan dengan kedudukan atau posisi pejabat tersebut. Hal itu karena pejabat publik merupakan amanah dari masyarakat, maka ia harus dapat menjaga, memelihara dan bertanggung jawab dengan amanah tersebut.

Selain itu pilkada langsung dapat disebut sebagai praktik politik demokrasi apabila memenuhi bebrapa prisipinsial, yakni menggunakan asas-asas yang berlaku dalam rekruitmen politik yang terbuka, seperti pemilu legislatif (DPR, DPD, DPRD) dan pemilihan Presiden Wakil Presiden, yakni azas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil (Luber dan Jurdil).

1. Langsung

Rakyat sebagai pemilih mempunyai hak untuk memberikan suaranya secara langsung sesuai dengan kehendak hati nuraninya, tanpa perantara.

2. Umum

Pada dasarnya semua warga Negara yang memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan perundangan berhak mengikuti Pilkada. Pemilihan yang bersifat umum mengandung makna yang menjamin kesempatan yang berlaku menyeluruh bagi semua warga Negara, tanpa diskriminasi berdasarkan suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin, kedaerahan, pekerjaan dan status sosial. 3. Bebas

Setiap warga Negara yang berhak memilih bebas menetukan pilihan tanpa tekanan dan paksaan dari siapa pun. Dalam melaksanakan haknya, setiap


(66)

warga Negara dijamin keamanannya sehingga dapat memilih sesuai kehendak hati nurani dan kepentingannya.

4. Rahasia

Dalam memberika suaranya, pemilih dijamin dan pilihannya tidak adakan diketahui oleh pihak mana pun dengan jalan apa pun. Pemilih memberikan suaranya pada surat dengan tidak dapat diketahui oleh orang lain kepada siapapun suaranya diberikan.

5. Jujur

Dalam penyelenggaraan pilkada, setiap penyelenggara pilkada, aparat pemerintah, calon/peserta Pilkada, Pengawas Pilkada, Pemantau Pilkada, pemilih serta semua pihak yang terkait harus bersikap dan bertindak jujur sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

6. Adil

Dalam penyelenggaraan pilkada, setiap pemilih dan calon/peserta pilkada mendapatkan perlakuan yang sama, serta bebas dari kecenderungan pihak manapun.17

Gagasan pilkada langsung itu dasarnya merupakan proses lanjut dari keinginan kuat untuk memperbaiki kualitas demokrasi di daerah yang telah dimulai. Sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Robert A. Dahl, disamping untuk menghindari Tirani, demokrasi juga dimaksudkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang lain, diantaranya adalah terwujudnya hak-hak esensial individu, terdapat kesempatan untuk menentukan posisi dari individu, dan adanya kesejahteraan.


(67)

Pilkada secara langsung itu memberi kesempatan yang lebih luas kepada masyarakat untuk terlibat di dalam berbagai proses politik.

I.6 Metedologi Penelitian I.6.1 Jenis Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif merupakan salah satu jenis penelitian yang spesifikasinya adalah sistematis, terencana, dan terstruktur dengan jelas sejak awal hingga pembuatan desain penelitiannya. Definisi lain menyebutkan penelitian kuantitatif adalah penelitian yang banyak menuntut penggunaan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya. Demikian pula pada tahap kesimpulan penelitian akan lebih baik bila disertai dengan gambar, table, grafik, atau tampilan lainnya.

Menurut Sugiyono, metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu. Teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.18

I.6.2 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Kabupaten Labuhan Batu. Tepatnya di Kecamatan Rantau Selatan. Alasan pemilihan lokasi penelitian merupakan daerah tempat


(1)

vi

I.6.1. Jenis Penelitian ... 24

I.6.2. Lokasi Penelitian ... 24

I.6.3. Populasi Dan Sampel ... 25

I.6.3.1. Populasi ... 25

I.6.3.2. Sampel ... 25

I.6.3.3. Teknik Penarikan Sampel ... 29

I.6.4. Teknik Pengumpulan Data ... 30

I.7. Sistematika Penulisan ... 30

BAB II DESKRIPSI KECAMATAN RANTAU SELATAN ... 32

II.1. Kondisi Geografis ... 32

II.2. Struktur Organisasi Kecamatan Rantau Selatan ... 33

II.3. Jumlah Penduduk ... 35

II.3.1. Berdasarkan Jenis Kelamin ... 35

II.3.2. Berdasarkan Agama/Kepercayaan ... 35

II.4. Mata PEncaharian ... 36

II.5. Status Pendidikan ... 37

II.6. Deskripsi Responden ... 39

II.6.1. Jenis Kelamin Responden ... 39

II.6.2 Jumlah Pemilih Yang Menggunakan Hak Pilih ... 39

II.6.3. Jumlah Pemilih Masyarakat Batak Yang Menggunakan Hak Pilih ... 45


(2)

vii

BAB III PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA... 47

III.1. Penyajian Data Dan Sampel... 47

III.1.1 Umur Responden ... 47

III.1.2. Jenis KelaminResponden ... 49

III.1.3. Pendidikan Responden ... 49

III.1.4. Agama Responden ... 50

III.1.5. Pekerjaan Responden ... 51

III.2. Analisis Data ... 52

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN... 67

IV. 1. Kesimpulan ... 67

IV. 2. Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 69 LAMPIRAN


(3)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Persentase Penduduk Berdasarkan Suku Di Kecamatan

Rantau Selatan ... 4

Tabel 1.2 Jumlah Sampel Di Desa/Kelurahan Di Kecamatan Rantau Selatan ... 29

Tabel 2.1 Luas Desa Dan Kelurahan Di Kecamatan Rantau Selatan ... 32

Tabel 2.2 Camat Rantau Selatan ... 33

Tabel 2.3 Jumlah Penduduk DI Kecamatan Rantau Selatan ... 35

Tabel 2.4 Persentase Jumlah Penduduk Menurut Agama Di Kecamatan Rantau Selatan ... 36

Tabel 2.5 Persentase Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Di Kecamatan Rantau Selatan ... 37

Tabel 2.6 Persentase Jumlah Penduduk Menurut Status Pendidikan Di Kecamatan Rantau Selatan ... 38

Tabel 2.7 Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 39

Tabel 2.8 Jumlah Pemilih Yang Menggunakan Hak Pilih Di Desa/Kelurahan Lobu Sona... 39

Tabel 2.9 Jumlah Pemilih Yang Menggunakan Hak Pilih Di Desa/Kelurahan Sidorejo ... 40

Tabel 2.10 Jumlah Pemilih Yang Menggunakan Hak Pilih Di Desa/Kelurahan Sigambal ... 40

Tabel 2.11 Jumlah Pemilih Yang Menggunakan Hak Pilih Di Desa/Kelurahan Danobale ... 41


(4)

ix

Tabel 2.12 Jumlah Pemilih Yang Menggunakan Hak Pilih Di

Desa/Kelurahan Perdamean ... 41

Tabel 2.13 Jumlah Pemilih Yang Menggunakan Hak Pilih Di Desa/Kelurahan Ujung Bandar ... 42

Tabel 2.14 Jumlah Pemilih Yang Menggunakan Hak Pilih Di Desa/Kelurahan Bakaran Batu ... 43

Tabel 2.15 Jumlah Pemilih Yang Menggunakan Hak Pilih Di Desa/Kelurahan Ujung Kompas ... 44

Tabel 2.16 Jumlah Pemilih Yang Menggunakan Hak Pilih Di Desa/Kelurahan Siol Dengan ... 44

Tabel 2.17 Jumlah Masyarakat Batak Yang Menggunakan Hak Pilih ... 46

Tabel 3.1 Umur Responden ... 48

Tabel 3.2 Jenis Kelamin Responden ... 49

Tabel 3.3 Pendidikan Responden ... 50

Tabel 3.4 Agama Responden ... 51

Tabel 3.5 Pekerjaan Responden ... 52

Tabel 3.6 Pertanyaan Nomor 1 ... 53

Tabel 3.7 Pertanyaan Nomor 2 ... 54

Tabel 3.8 Pertanyaan Nomor 3 ... 55

Tabel 3.9 Pertanyaan Nomor 4 ... 56

Tabel 3.10 Pertanyaan Nomor 5 ... 58

Tabel 3.11 Pertanyaan Nomor 6 ... 59


(5)

x

Tabel 3.13 Pertanyaan Nomor 8 ... 61

Tabel 3.14 Pertanyaan Nomor 9 ... 62

Tabel 3.15 Pertanyaan Nomor 10 ... 63

Tabel 3.16 Pertanyaan Nomor 11 ... 63


(6)

xi

DAFTAR GAMBAR