Analisis Peran Sektor Industri Wilayah Medan Bagian Utara Terhadap Perekonomian Kota Medan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu
Penelitian-penelitian yang telah dilakukan mengenai peran sektor industri
dan pengembangan wilayah sebelumnya antara lain : Balitbang Kota Medan
(2013) melakukan studi mengenai “Identifikasi Sektor Industri Unggulan di Kota
Medan” Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi sektor-sektor dan subsektor ekonomi yang menjadi sektor unggulan pada perekonomian di Kota
Medan, mengetahui keterkaitan kegiatan (linkages activity) antar sektor unggulan
tersebut dalam perkembangannya di kota Medan, mengestimasi dari variabel
sektor unggulan yang yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Kota Medan
serta merumuskan kebijakan yang perlu dilakukan oleh Pemerintah Kota Medan
dalam rangka pengembangan sektor-sektor unggulan tersebut. Data yang
digunakan berasal dari data primer yang diperoleh dengan survei dan wawancara
langsung kepada dinas-dinas terkait yang berhubungan dengan sektor-sektor
unggulan di kota Medan dan para stakeholders lainnya. Sedangkan data sekunder
diperoleh dari lembaga pengumpul data baik dari pemerintah dalam hal ini BPS
(Biro Pusat Statistik ) Kota Medan, dan kantor Bank Indonesia Medan, dan
Bappeda Kota Medan yang telah dipublikasikan. Analisa data menggunakan
analisis LQ dan Regressi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur
perekonomian Kota Medan dari tahun 2002 sampai tahun 2011 sangat didominasi

oleh 4 sektor yang mempunyai kontribusi cukup besar dalam pembentukan PDRB
yaitu sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, kemudian sektor Pengangkutan dan
Komunikasi. Selanjutnya Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan serta

Universitas Sumatera Utara

Industri Pengolahan dan Bangunan. Hasil perhitungan LQ, menunjukkan bahwa
sektor dan sub-sub sektor untuk Perdagangan, Hotel dan Restoran, sektor dan subsub sektor Pengangkutan dan Komunikasi serta sektor dan sub-sub sekor
Keuangan, Persewaan dan jasa perusahaan merupakan sektor unggulan.
Sedangkan untuk sektor industri pengolahan, hanya beberapa sub sektornya yang
merupakan sektor unggulan. Hasil estimasi pertumbuhan ekonomi kota Medan
menunjukkan bahwa semua variabel bebas yaitu produksi sektor industri, sektor
bangunan, sektor perdagangan, sektor pengangkutan dan sektor jasa memiliki
pengaruh positif dan signifikan pada level 1% dan 5%.
Hasibuan (2013) melakukan studi mengenai “Analisis Kontribusi Sektor
Terhadap PDRB Kota Medan”. Sektor Industri merupakan salah satu penyumbang
terbesar terhadap PDRBdi kota Medan setelah sektor perdagangan dan sektor
bank dan Lembaga Keuangan lainnya. Sektor industri merupakan penyerap tenaga
kerja terbesar, dengan laju pertumbuhan yang positif setiap tahunnya. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk menganalisis seberapa besar kontribusi sektor industri

terhadap PDRB di kota Medan. Hasil penelitian ini adalah nilai produksi sektor
industri kota Medan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan tetapi kontribusi
sektor industri terhadap PDRB kota Medan mengalami penurunan. Ini disebabkan
oleh semakin besarnya sektor-sektor lain yang memberikan kontribusi yang lebih
besar terhadap PDRB dan dikarenakan potensi ekonomi kota Medan adalah pada
sektor perdagangan dan sektor angkutan dan komunikasi.
Kustanto, dkk (2012) melakukan studi mengenai “Reindustrialisasi dan
Dampaknya terhadap Ekonomi Makro serta Kinerja Sektor Industri di Indonesia”.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak reindustrialisasi terhadap
ekonomi makro dan kinerja sektor industri, termasuk industri kecil, menengah dan

Universitas Sumatera Utara

besar. Reindustrialisasi dalam penelitian ini diukur dari peningkatan pangsa
output sektor industri. Penelitian ini menggunakan model ekonomi keseimbangan
umum recursive dynamic untuk mengukur dampak reindustrialisasi sebagai upaya
untuk mengantisipasi faktor-faktor penyebab deindustrialisasi. Reindustrialisasi
dilakukan dengan serangkaian kebijakan melalui simulasi peningkatan investasi
sektor industri, peningkatan ekspor produk-produk industri, peningkatan
penggunaan produksi dalam negeri untuk mengurangi jumlah impor barangbarang konsumsi, peningkatan produktivitas sektor industri, subsidi harga energi

dan pengembangan klaster industri prioritas yaitu klaster industri agro, klaster
industri basis manufaktur dan klaster industri alat angkut. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa keenam simulasi yang dilakukan mampu meningkatkan
kinerja ekonomi makro yang diukur dari Produk Domestik Bruto (PDB) dan
pangsa output sektor industri lebih tinggi daripada simulasi baseline. Pada semua
simulasi, reindustrialisasi mampu meningkat pertumbuhan output sektor industri
kecil menengah lebih tinggi dibandingkan dengan industri besar. Untuk
meningkatkan pangsa output sektor industri dapat dilakukan melalui serangkaian
kebijakan reindustrialisasi dengan meningkatkan investasi baik penanaman modal
dalam negeri maupun penanaman modal asing, peningkatan ekspor dan penurunan
impor produk-produk industri melalui peningkatan penggunaan produksi dalam
negeri, kebijakan untuk mengatur harga energi, dan peningkatan teknologi dan
produktivitas sektor industri.
Kurniawan (2009) melakukan studi mengenai ”Analisis Beberapa Faktor
yang Mempengaruhi Pertumbuhan Industri kecil di Kota Surabaya”. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendapatan perkapita (X1), nilai produksi
(X2), investasi industri kecil (X3), dan jumlah tenaga kerja industri kecil (X4).

Universitas Sumatera Utara


Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari instansi–instansi
terkait seperti BPS Surabaya. Analisis data menggunakan regresi linier berganda
untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas dan variabel terikat, baik secara
simultan maupun secara parsial terhadap jumlah industri kecil (Y). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa secara simultan dan parsial semua variabel bebas
pendapatan perkapita (X1), nilai produksi (X2), investasi industri kecil (X3) dan
jumlah tenaga kerja industri kecil (X4) berpengaruh secara nyata terhadap jumlah
industri kecil (Y).
Kusumastuti (2006) melakukan studi

mengenai “Analisis Strategi

Pemasaran Industri Kecil Roti dan Kue”. Penelitian ini bertujuan : 1)
Mengidentifikasi bauran pemasaran (marketing mix) yang telah diterapkan Toko
Roti dan Kue yang terdiri dari produk, harga, tempat dan promosi; 2)
Mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman perusahaan; dan 3)
Menganalisis dan menyusun rekomendasi alternatif strategi pemasaran yang tepat
dan efektif melalui pendekatan analisa bauran pemasaran (marketing mix). Data
yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dari hasil wawancara dan
kuesioner kepada pihak perusahaan sebanyak 3 responden dan penyebaran

kuesioner kepada 30 konsumen Toko Roti dan Kue dengan metode Judgement
Sampling dan data sekunder yang diperoleh melalui pihak lain. Metode analisis
data yang digunakan adalah analisis lingkungan internal dan eksternal perusahaan
melalui IFE, EFE, dan IE untuk mengetahui posisi perusahaan dalam menghadapi
persaingan, serta QSPM untuk pengambilan keputusan alternatif strategi yang
akan direkomendasikan kepada perusahaan.

Secara umum matriks IFE

menghasilkan total skor terbobot sebesar 2,34 yang menunjukkan bahwa posisi
internal perusahaan cenderung lemah, yang artinya perusahaan harus lebih

Universitas Sumatera Utara

memanfaatkan kekuatannya dan mengatasi kelemahan yang dimilikinya dengan
baik. Analisis matriks EFE secara umum menghasilkan skor terbobot sebesar 2,41
yang menunjukkan bahwa situasi eksternal perusahaan cenderung di bawah ratarata, artinya perusahaan kurang memanfaatkan peluang-peluang yang ada dan atau
tidak menghindari ancaman-ancaman eksternal. Hasil analisis Matriks IE,
perusahaan berada di sel V yaitu Hold and Maintain (pertahankan dan pelihara).
Berdasarkan analisis QSPM diperoleh strategi yang menjadi prioritas utama untuk

diterapkan oleh perusahaan, yaitu kegiatan menambah jumlah agen dan
meningkatkan kuantitas produk yang ditawarkan (Jumlah Total Attractiveness
Score = 6,55).
Rachmawati dan Amir (2003) meneliti mengenai “Studi Potensi Industri
Kecil di Desa Tertinggal dalam Rangka Pemberdayaan Pengusaha Kecil di
Kabupaten Banyumas”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji : 1)

Keanekaragaman industri kecil didesa tertinggal; 2) Profil pengusaha industri
kecil didesa tertinggal berdasar karakteristik tingkat pendidikan, jenis kelamin,
usia; 3) Faktor-faktor kendala dan faktor-faktor pendukung industri kecil di desa
tertinggal dari faktor-faktor permodalan, tenaga kerja, bahan baku, peralatan
produksi, serta pemasaran; dan 4) Menemukan Pola pemberdayaan industri kecil
didesa tertinggal berdasarkan faktor-faktor kendala dan pendukung. Pendekatan
yang digunakan adalah analisis kualitatif melalui survey lapangan dan studi
observasi. Sampel penelitian adalah industri kecil dan pengusaha industri kecil
dengan metoda purposive sampling. Analisis data menggunakan deskriptif
kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1) Jenis industri kecil adalah
tempe, tahu, kerajinan bambu, tas, meubel, mie soun, gula jawa dan jenis-jenis

makanan seperti roti, gula kacang; 2) Kendala yang dihadapi adalah motivasi

Universitas Sumatera Utara

usaha rendah; pengetahuan dan ketrampilan tenaga kerja kurang memadai;
permodalan dan aksesnya; peralatan/teknologi produksi mamual dan sederhana,
tidak ada standarisasi produksi, produk, kemasan dan jangkauan pemasaran
terbatas; sedangkan limbah yang belum dimanfaatkan: sisa kulit/plastik untuk
produk tas, dompet, souvenir. Limbah industri tahu bisa dimanfaatkan untuk nata
de soya; pada meubel, potongan kayu kecil untuk souvenir; dan pembentukan
kelompok/asosiasi usaha. 3) Faktor pendukung: bahan baku dari lingkungan
sekitar, harganya relatif murah, jumlah tenaga kerja usia produktif & bisa
mengurangi pengangguran 4) perlunya pola pemberdayaan adalah pelatihan
AMT; pelatihan manajemen dan pengembangan budaya inovasi, temu pengusaha
dengan pihak penyandang dana, pembuatan atau pengembangan teknologi dengan
bantuan perguruan tinggi dan LSM, atau bantuan teknologi dari pemerintah;
pelatihan komunikasi bisnis, desain dan model untuk pemasaran; bantuan teknis
AMDAL dan pengembangan produk sampingan dari limbah, dan pembentukan
kelompok usaha. Solusi penyelesaiannya harus sesuai dengan jenis industri, besar
kecilnya skala usaha dan skala prioritas masing-masing pengusaha.


2.2. Industri
Industri mempunyai dua pengertian yaitu pengertian secara luas dan secara
sempit. Pengertian secara luas adalah industri mencakup semua usaha dan
kegiatan dibidang ekonomi yang bersifat produktif, sedangkan pengertian secara
sempit adalah industri atau industri pengolahan adalah suatu kegiatan yang
mengubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia, atau dengan tangan sehingga
menjadi barang setengah jadi atau barang jadi, dan termasuk juga kegiatan jasa
industri dan pekerja perakitan (assembling). Industri dalam istilah ekonomi

Universitas Sumatera Utara

mempunyai dua pengertian, yaitu : 1) industri merupakan himpunan perusahaanperusahaan sejenis, contoh industri kertas berarti himpunan perusahaanperusahaan penghasil kertas, dan 2) industri adalah sektor ekonomi yang
didalamnya terdapat kegiatan produktif yang mengolah barang mentah menjadi
barang setengah jadi atau barang jadi (Dumairy, 1996).
Pengertian

kata

industri


sering

disebut

sektor

industri

pengolahan/manufaktur yaitu salah satu faktor produksi atau lapangan usaha
dalam perhitungan pendapatan nasional menurut pendekatan produksi. Menurut
Hadikusumo dalam Hanum (2010) pengertian industri adalah suatu unit atau
kesatuan produk yang terletak pada suatu tempat tertentu yang meletakan kegiatan
untuk mengubah barang-barang secara mekanis atau kimia, sehingga menjadi
barang (produk yang sifatnya lebih dekat pada konsumen terakhir), termasuk
disini memasang bahagian dari suatu barang (assembling). Yustika (2000)
menyatakan bahwa ketika satu negara telah mencapai tahapan dimana sektor
industri sebagai leading sector maka dapat dikatakan negara tersebut sudah
mengalami industrialisasi, sehingga dapat dikatakan bahwa industrialisasi sebagai
transformasi struktural dalam suatu negara. Oleh sebab itu, proses industrialisasi

dapat didefenisikan sebagai proses perubahan struktur ekonomi dimana terdapat
kenaikan kontribusi sektor industri dalam permintaan konsumen, PDB, ekspor dan
kesempatan kerja.
Industrialisasi dalam pengertian lain adalah proses modernisasi ekonomi
yang mencakup seluruk sektor ekonomi yang mempunyai kaitan satu sama lain
dengan industri pengolahan. Artinya industrialisasi bertujuan meningkatkan nilai
tambah seluruh sektor ekonomi dengan sektor industri pengolahan sebagai
leading sector.

Universitas Sumatera Utara

Pengalaman

pada

hampir

semua

negara


menyimpulkan

bahwa

industrialisasi adalah suatu keharusan karena menjamin kelangsungan proses
pembangunan ekonomi jangka panjang dengan laju pertumbuhan ekonomi yang
tinggi dan berkelanjutan yang menghasilkan pendapatan perkapita setiap tahun.

2.2.1. Industri Besar Sedang
Pengelompokan sektor industri di Indonesia dibedakan menjadi dua, yaitu
1) pembagian sektor industri pengolahan berdasarkan jenis produk yang
dihasilkan. Berdasarkan pengelompokan ini sektor industri pengolahan dibedakan
menjadi sembilan sub sector dan 2) pembagian berdasarkan banyaknya tenaga
kerja, dengan pengelompokan ini sektor industri pengolahan dibedakan menjadi
empat sub golongan, yaitu: industri rumah tangga, industri kecil, industri sedang,
dan industri besar. Berdasarkan pengolompokan ini, industri besar sedang
menghasilkan nilai tambah terbesar.

2.2.2. Industri Kecil
Pengertian industri kecil belum ada batasan mutlak yang dapat dijadikan
sebagai pedoman umum. Menurut Winardi (1994) industri kecil adalah usaha
produktif, terutama dalam bidang produksi atau perusahaan tertentu yang
menyelenggarakan jasa-jasa misalnya transportasi, atau jasa perhubungan yang
menggunakan modal dan tenaga kerja dalam jumlah yang relatif kecil.
Batasan normatif menurut SK. Menperindag Nomor 254 Tahun 1997,
Industri kecil diartikan sebagai suatu kegiatan usaha industri yang memiliki nilai
investasi sampai dengan 200 juta rupiah, tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha. Industri kecil tergolong usaha kecil. Oleh karena itu perlu batasan
yang tegas tentang pengertian usaha kecil. Hal ini dimaksudkan agar terdapat

Universitas Sumatera Utara

konsistensi pemahaman atas kedua konsep tersebut. Menurut UU. Nomor 9 Tahun
1995 yang dimaksud usaha kecil adalah suatu usaha yang mempunyai kekayaan
bersih maksimum 200 juta rupiah di luar tanah dan bangunan atau mempunyai
omzet penjualan maksimum 1 miliar rupiah per tahun.
Industri Kecil Menengah (IKM) adalah suatu kegiatan usaha industri yang
memiliki asset sampai dengan 5 miliar rupiah di luar tanah dan bangunan serta
beromzet sampai dengan 25 miliar rupiah per tahun (Mayer dalam Ridwan,2005).
Industri kecil adalah kegiatan untuk mengubah bentuk secara mekanis dan
kimiawi produk baru yang lebih tinggi manfaatnya, baik dengan menggunakan
mesin, tenaga kerja atau alat bantu lainnya guna dijual atau dipergunakan sendiri.
Dengan kata lain, industri adalah kegiatan untuk mengubah bahan baku menjadi
barang jadi yang lebih tinggi nilainya (Rhodant dalam Ridwan, 2005).
Menurut Deperindag (2002) industri kecil adalah kegiatan ekonomi yang
dilakukan oleh perseorangan atau rumah tangga maupun suatu badan yang
bertujuan untuk memproduksi barang ataupun jasa untuk diperniagakan secara
komersial, yang mempunyai kekayaan bersih paling banyak 200 juta rupiah dan
mempunyai nilai penjualan pertahun sebesar 1 miliar rupiah atau kurang. Merujuk
kepada beberapa pengertian industri yang telah diuraikan tersebut, maka pada
prinsipnya industri itu terkait dengan unsur-unsur tertentu, antara lain:
a. Kelompok-kelompok perusahaan atau kelompok produksi yang mengolah
barang homogen atau sejenis.
b. Perubahan wujud fisik suatu benda, baik melalui proses mekanik maupun
kimia dengan melibatkan faktor-faktor produksi.
c. Orientasi kegiatan industri dititikberatkan kepada dua target yang mendasar,
yakni 1) untuk mendapatkan manfaat/nilai yang lebih tinggi dari semula, dan

Universitas Sumatera Utara

2) sebagai jawaban alternatif atas kelangkaan suatu produk dengan cara
substitusi.
Pertimbangan lain yang mendasari pentingnya industri kecil, meliputi :
a. Proses desentralisasi kegiatan ekonomi guna menunjang terciptanya integrasi
kegiatan sektor-sektor ekonomi yang lain.
b. Potensi penciptaan dan perluasan kesempatan kerja bagi pengangguran.
c. Dalam jangka panjang, peranannya sebagai suatu basis pembangunan ekonomi
yang mandiri.
Penjabaran mengenai potensi pengembangan industri kecil di Indonesia
dalam kaitannya dengan penyerapan tenaga kerja setidaknya memberikan
gambaran tentang perihal yang sama bagi sektor-sektor ekonomi secara
keseluruhan. Kemampuan penyerapan tenaga kerja pada industri kecil lebih besar
jika dibandingkan dengan industri besar dan sedang.
Irzan (1996) menyatakan bahwa dimensi problematik yang menyangkut
persoalan kesempatan kerja, betapapun terbatasnya akan melahirkan suatu urgensi
kerja guna memberikan prioritas tersendiri pada pengembangan industry kecil.
Untuk itulah sikap pemerintah yang meletakkan sub sektor industri kecil dan
kerajinan rumah tangga sebagai kantong dari berbagai upaya perluasan dan
penciptaan lapangan kerja, merupakan keharusan dalam menentukan tindakan
yang rasional.
Dalam rangka menunjang pembangunan di sektor industri, pemerintah
tidak hanya memperhatikan pertumbuhan industri besar dan sedang saja,
melainkan juga membantu berkembangnya industri kecil dan rumah tangga.
Industri kecil dan rumah tangga memegang peranan penting dalam pembangunan,
khusunya negara-negara yang sedang membangun, karena industri ini dapat

Universitas Sumatera Utara

membuka lapangan kerja yang luas, membuka kesempatan usaha dan memperluas
basis pembangunan. Dalam berbagai bidang, industri kecil dan rumah tangga juga
meningkatkan ekspor. Dalam pembentukan PDRB, peranan industri kecil dan
rumah tangga sebenarnya tidaklah terlalu besar, bahkan dapat dikatakan sangat
kecil. Akan tetapi peranan sektor ini dalam penyerapan tenaga kerja cukup besar.
Sementara itu UKM (Usaha Kecil Menengah) meliputi usaha kecil
informal/ tradisional dan juga usaha menengah, yang mengelola usahanya sudah
lebih maju jika dibandingkan dengan industri kecil informal dan tradisional.
Disamping itu juga dari segi permodalan juga sudah lebih besar dan manejemen
juga lebih maju.
Upaya

pemerintah

melalui

berbagai

kebijaksanaan,

yaitu

denga

menciptakan iklim usaha yang kondusif, sehingga sektor industri terutama sektor
industri UKM dapat terus tumbuh dan berkembang, seiring dengan majunya
industri besar. Hal ini sesuai dengan tujuan pembangunan industri berdasarkan
tujuan perekonomian serta kebijaksanaan ekonomi, yaitu peningkatan pendapatan
nasional, perluasan kesempatan kerja, pembagian pendapatan secara merata,
perkembangan industri regional, serta pengurangan jumlah pengangguran.

2.3. Peranan Sektor Industri dalam Pembangunan Ekonomi
Industrialisasi

sebenarnya

merupakan

satu

jalur

kegiatan

untuk

meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam arti tingkat yang lebih maju maupun
taraf hidup yang lebih bermutu. Dengan kata lain, pembangunan industri itu
merupakan suatu fungsi dari tujuan pokok kesejahteraan rakyat, bukan merupakan
kegiatan yang mandiri untuk hanya sekedar mencapai fisik saja.

Universitas Sumatera Utara

Industrialisasi juga tidak terlepas dari usaha untuk meningkatkan mutu
sumber daya manusia dan kemampuannya memanfaatkan secara optimal sumber
daya alam dan sumber daya lainya. Hal ini berarti pula sebagai suatu usaha untuk
meningkatkan produktivitas tenaga manusia disertai usaha untuk meluaskan ruang
lingkup kegiatan manusia. Dengan demikian dapat diusahakan secara “vertikal”
semakin besarnya nilai tambah pada kegiatan ekonomi dan sekaligus secara
“horizontal” semakin luasnya lapangan kerja produktif bagi penduduk yang
semakin bertambah.
Banyak pendapat muncul bahwa industri itu mempunyai peranan penting
sebagai sektor pemimpin (leading sector). Sektor pemimpin ini maksudnya adalah
dengan adanya pembangunan industri maka akan memacu dan mengangkat
pembangunan sektor-sektor lainya seperti sektor pertanian dan sektor jasa.
Pertumbuhan industri yang pesat akan merangsang pertumbuhan sektor pertanian
untuk menyediakan bahan-bahan baku bagi industri. Sektor jasapun berkembang
dengan adanya industrialisasi tersebut, misalnya berdirinya lembaga-lembaga
keuangan, lembaga-lembaga pemasaran/periklanan, dan sebagainya, yang
kesemuanya itu nanti akan mendukung lajunya pertumbuhan industri. Seperti
diungkapkan sebelumnya, berarti keadaan menyebabkan meluasnya peluang kerja
yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan dan permintaan masyarakat
(daya beli). Kenaikan pendapatan dan peningkatan permintaan (daya beli) tersebut
menunjukkan bahwa perekonomian itu tumbuh sehat.
UNIDO (United Nations for Industrial Development Organization) dalam
Muhammad (1992) mengelompokkan negara-negara sebagai berikut :
1. Kelompok negara non-industri apabila sumbangan sektor industri terhadap
PDB kurang dari 10 persen.

Universitas Sumatera Utara

2. Kelompok negara dalam proses industrialisasi apabila sumbangan tersebut
antara 10-20 persen.
3. Kelompok negara semi industrialisasi jika sumbang tersebut antara 20-30
persen.
4. Kelompok negara industri jika sumbangan tersebut lebih dari 30 persen.
Perroux mengemukakan pertumbuhan tidak muncul di berbagai daerah
pada waktu yang sama. Pertumbuhan hanya terjadi di beberapa tempat yang
disebut pusat pertumbuhan dengan intensitas yang berbeda. Inti pendapat Perroux
dalam (Muhammad, 1992) adalah sebagai berikut :
1. Dalam proses pembangunan akan timbul industri pemimpin yang merupakan
industri penggerak utama dalam pembangunan suatu daerah. Karena
keterkaitan antar industri sangat erat, maka perkembangan industri pemimpin
akan mempengaruhi perkembangan industri lain yang berhubungan erat
dengan industri pemimpin tersebut.
2. Pemusatan industri pada suatu daerah akan mempercepat pertumbuhan
perekonomian, karena pemusatan industri akan menciptakan pola konsumsi
yang berbeda antar daerah sehingga perkembangan industri di daerah tersebut
akan mempengaruhi perkembangan daerah-daerah lainya.
3. Perekonomian merupakan gabungan dari sistem industri yang relatif aktif
dengan industri-industri yang relatif pasif yaitu industri yang tergantung dari
industri pemimpin atau pusat pertumbuhan. Daerah yang relatif maju atau
aktif akan mempengaruhi daerah-daerah yang relatif pasif.

Universitas Sumatera Utara

2.4. Pengembangan Wilayah
Pengembangan dapat diartikan sebagai suatu kegiatan menambah,
meningkatkan, memperbaiki atau memperluas. Konsep pengembangan wilayah di
Indonesia lahir dari suatu proses iteratif yang menggabungkan dasar-dasar
pemahaman teoritis dengan pengalaman-pengalaman praktis sebagai bentuk
penerapannya yang bersifat dinamis (Sirojuzilam dan Mahalli, 2010).
Wilayah adalah, daerah atau region, pada umumnya diartikan sebagai
suatu ruang yang dianggap merupakan suatu kesatuan perkembangan kehidupan
fisik, sosial maupun ekonomi. Dalam Undang-Undang No 26 tahun 2007 tentang
penataan ruang, wilayah diartikan sebagai ruang yang merupakan satuan geografis
beserta segenap unsur terkait padanya yang batas dan sistemnya ditentukan
berdasarkan aspek administratif dan atau aspek fungsional.
Pengembangan wilayah yaitu setiap tindakan pemerintah yang akan
dilakukan bersama-sama dengan para pelakunya dengan maksud untuk mencapai
suatu tujuan yang menguntungkan bagi wilayah itu sendiri maupun bagi kesatuan
administratif di mana wilayah itu menjadi bagiannya, dalam hal ini Negara
Kesatuan Republik Indonesia (Mulyanto, 2008). Pengembangan wilayah
merupakan upaya untuk memacu perkembangan sosial ekonomi, mengurangi
kesenjangan antar wilayah, dan menjaga kelestarian lingkungan hidup pada suatu
wilayah. Penerapan kebijakan pengembangan wilayah itu sendiri harus
disesuaikan dengan kondisi, potensi, dan isu permasalahan di wilayah yang
bersangkutan (Susantono, 2009).
Menurut Sirojuzilam (2005) pengembangan wilayah pada dasarnya
mempunyai arti peningkatan nilai manfaat wilayah bagi masyarakat suatu wilayah
tertentu mampu menampung lebih banyak penghuni, dengan tingkat kesejahteraan

Universitas Sumatera Utara

masyarakat yang rata-rata banyak sarana/prasarana, barang atau jasa yang tersedia
dan kegiatan usaha-usaha masyarakat yang meningkat, baik dalam arti jenis,
intensitas, pelayanan maupun kualitasnya.
Konsep perencanaan wilayah pada dasarnya merupakan kegiatan untuk
mengalokasikan sumber daya demi tercapainya tujuan yang lebih baik dimasa
yang akan datang (Tarigan, 2006). Perencanaan pembangunan wilayah semakin
relevan

dalam

mengimplementasikan

kebijakan

ekonomi

dalam

aspek

kewilayahan. Hoover dan Giarratani dalam Nugroho dan Dahuri (2004)
menyimpulkan tiga pilar penting dalam proses pembangunan wilayah, yaitu :
1.

Keunggulan komparatif (imperfect mobility of factor). Pilar ini berhubungan
dengan keadaan dtemukannya sumber-sumber daya tertentu yang secara
fisik relatif sulit atau memiliki hambatan untuk digerakkan antar wilayah.
Hal ini disebabkan adanya faktor-faktor lokal (bersifat khas atau endemik,
misalnya iklim dan budaya) yang mengikat mekanisme produksi sumber
daya tersebut sehingga wilayah memiliki komparatif. Sejauh ini karakteristik
tersebut senantiasa berhubungan dengan produksi komoditas dari sumber
daya alam, antara lain pertanian, perikanan, pertambangan, kehutanan, dan
kelompok usaha sektor primer lainnya.

2.

Aglomerasi (imperfect divisibility). Pilar aglomerasi merupakan fenomena
eksternal yang berpengaruh terhadap pelaku ekonomi berupa meningkatnya
keuntungan ekonomi secara spasial. Hal ini terjadi karena berkurangnya
biaya-biaya produksi akibat penurunan jarak dalam pengangkutan bahan
baku dan distribusi produk.

3.

Biaya transpor (imperfect mobility of good and service). Pilar ini adalah
yang paling kasat mata mempengaruhi aktivitas perekonomian. Implikasinya

Universitas Sumatera Utara

adalah biaya yang terkait dengan jarak dan lokasi tidak dapat lagi diabaikan
dalam proses produksi dan pembangunan wilayah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
wilayah antara lain dipengaruhi oleh aspek-aspek keputusan lokasional,
terbentuknya sistem perkotaan, dan mekanisme aglomerasi. Istilah pertumbuhan
wilayah dan perkembangan wilayah sesungguhnya tidak bermakna sama.
Pertumbuhan dan perkembangan wilayah merupakan suatu proses kontinu hasil
dari berbagai pengambilan keputusan di dalam ataupun yang mempengaruhi suatu
wilayah.
Kata pengembangan dalam pengembangan wilayah tidak dapat dilakukan
serentak pada semua sektor ekonomi akan tetapi diprioritaskan pada
pengembangan sektor–sektor ekonomi yang memiliki potensi berkembangnya
cukup besar, karena sektor yang memiliki potensi berkembang cukup besar
diharapkan dapat tumbuh dan berkembang pesat yang akan merangsang sektor–
sektor lain yang terkait untuk berkembang mengimbangi perkembangan sektor
potensial tersebut. Pertumbuhan yang cepat dari sektor potensial tersebut akan
mendorong polarisasi dari unit–unit ekonomi lainnya yang pada akhirnya secara
tidak langsung sektor ekonomi lainnya akan mengalami perkembangan.
Jadi pengembangan suatu sektor potensial dapat menciptakan peluang bagi
berkembangnya sektor lain yang terkait, baik sebagai input bagi sektor potensial
maupun sebagai imbas dari meningkatnya kebutuhan tenaga kerja sektor potensial
yang mengalami peningkatan pendapatan. Hal ini yang memungkinkan
pengembangan sektor potensial dilakukan sebagai langkah awal dalam
pengembangan perekonomian wilayah dan pengembangan wilayah sekitarnya.

Universitas Sumatera Utara

Peranan industri dalam pertumbuhan wilayah secara jelas dikemukakan
oleh Yeates dan Gardner dalam Arifin (1997), bahwa kegiatan industri merupakan
salah satu faktor penting dalam mekanisme perkembangan dan pertumbuhan
wilayah. Hal ini disebabkan adanya efek multiplier dan inovasi yang ditiimbulkan
oleh kegiatan industri yang berinteraksi dengan potensi dan kendala yang dimiliki
wilayah. Seorang pakar ekonomi Rusia (Rostow), juga mengatakan bahwa tahap
tinggal landas dalam pembangunan ekonomi ditandai oleh pertumbuhan yang
pesat pada satu atau beberapa sektor industri (Rostow dalam Jhingan, 2010).
Hubungan antara industri dan wilayah adalah bervariasi antar berbagai
wilayah. Pertama yaitu adanya keterkaitan dengan lingkungan, meningkatkan
kesempatan kerja, kebutuhan akan bahan baku, sumberdaya alam dan manusia,
serta perbandingan keuntungan nasional dan internasional dalam penggunaannya
pda berbagai industri. Kedua, dalam kaitannya dengan industri sendiri yang
meliputi : 1) Kepentingan industri dan fungsi yang berkaitan dengan berbagai
elemen ekonomi wilayah, sepert jenis pekerjaan, kesempatan kerja, pendapatan
rumah tangga, penggandaan antar sektor, pendapatan sektor ekspor dan
penggunaan lahan dari berbagai kegiatan ekonomi, 2) Organisasi sistem dalam arti
kepemilikan, pengendalian, skala ekonomi, teknologi, kapitalisasi dan keterkaitan
antara organisasi, 3) Dinamika sistem, terlihat dari adanya pertumbuhan,
perkembangan,

stagnasi,

kemunduran

dan

stagnasi,

kemunduran

dan

restrukturisasi yang dihasilkan dari kombinasi kelahiran, migrasi masuk, migrasi
keluar atau perubahan laian terhadap kondisi perusahaan yang ada, 4) Tipe
industri seperti terlihat pada sektor ekonomi fungsi industri dalam mata ranatai
produksi, serta tempatnya dalam, divisi tenaga kerja baik secara nasional maupun
internasional. Ketiga, adanya dampak dari sistem industri dan dinamikanya

Universitas Sumatera Utara

terhadap kulitas ekonomi, sosial, fisik dan komponen terbangun dari lingkungan
masyarakat, khususnya kondisi pasar tenaga kerja, pendapatan riil, kesejahteraan,
dan sejenisnya. Untuk dapat mengatasi persoalan yang akan ditimbulkan oleh
pembangunan

industri,

pemerintah

daerah

perlu

mengetahui

gambaran

menyeluruh mengenai industri itu sendiri seta dampak-dampak yang mungkin
ditimbulkan.

2.5. Kerangka Pemikiran
Kondisi perekonomian suatu wilayah dapat dipengaruhi oleh potensi
sumber daya manusia dan sumber daya alam. Sumber daya manusia yang handal
dan didukung oleh potensi sumber daya alam yang besar akan mampu
mewujudkan kondisi perekonomian yang lebih baik yang ditunjukkan dengan
adanya pemerataan pembangunan dan meningkatnya kesejahteraan masyarakat di
wilayah tersebut.
Potensi wilayah Medan Bagian Utara yang didukung sebagai daerah
kawasan industri, pelabuhan Belawan dan memiliki luas wilayah 40,58% dari luas
wilayah Kota Medan, serta memberikan kontribusi cukup besar dalam
perekonomian Kota Medan. Untuk dapat mengetahui peran sektor industri
wilayah Medan Bagian Utara menggunakan analisis deskriftif, Location Quotient
dan regresi linier berganda, sehingga diperoleh sektor basis pada wilayah Medan
Bagian Utara. Gambaran konseptual pemikiran penelitian dapat dilihat pada
Gambar 2.1.

Universitas Sumatera Utara

Sektor Industri

Medan Bagian Utara

Kontribusi

Perekonomian Kota Medan

Peran

Pengaruh

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual Penelitian

2.6. Hipotesis Penelitian
Kontribusi sektor industri wilayah Medan Bagian Utara berpengaruh
signifikan terhadap kontribusi sektor industri Kota Medan.

Universitas Sumatera Utara