ANALISIS PERAN SEKTOR PERKEBUNAN TERHADAP PEREKONOMIAN SUMATERA UTARA.

(1)

ANALISIS PERAN SEKTOR PERKEBUNAN TERHADAP PEREKONOMIAN SUMATERA UTARA

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Megister Sains

Program Studi Ilmu Ekonomi

Oleh:

INA NAMORA PUTRI SIREGAR 8126161005

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


(2)

ANALISIS PERAN SEKTOR PERKEBUNAN TERHADAP PEREKONOMIAN SUMATERA UTARA

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Megister Sains

Program Studi Ilmu Ekonomi

Oleh:

INA NAMORA PUTRI SIREGAR 8126161005

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN 2014


(3)

(4)

(5)

ABSTRACT

Ina Namora, NIM 8126161005. Role of the Agricultural Sector Analysis on the Economy of North Sumatra, Graduate Program, State University of Medan, in 2014.

The plantation is one of the sectors that are considered able to survive and make a significant contribution in the post-crisis economic recovery. Therefore, the plantation has an important and strategic role in the economy, especially in improving the prosperity and welfare of the people, through the export revenue of the country, providing jobs, meeting the needs of domestic consumption, industrial raw materials in the country, added value and acquisition competitiveness as well as the optimization of the management of natural resources must be organized, managed, protected and utilized in a planned, open, integrated, professional and responsible, so as to improve the economy of the people, nation and state.The purpose of this study was to analyze the relationship plantation sector and the impact of the plantation sector gross output, labor and households in the economy in North Sumatra. In measuring and analyzing the tables used are Social Accounting Matrix (SAM) or a Social Accounting Matrix (SAM) of North Sumatra. In connection table SAM North Sumatra province is not yet available, therefore in this study was built tables SAM 1995 and 2009, the structure refers to the processed products which have been built by Ginting (2006). Based on the analysis it appears that the role of plantations in North Sumatra as indicated by the results obtained have power spread index greater (>1) means the plantation sector has the ability to attract growth in upstream sectors (backward linkages). In addition, this sector has a multiplier of gross output of more than three, which means when in the injection of one unit in this sector, then the resulting output has tripled over the breadth of the effect of forward and backward. And based on the order of rank, occupies five large estates.

Keywords: Plantation sector, Sensitivity Deployment, Effects Forward and backward Breadth


(6)

ABSTRAK

Ina Namora, NIM 8126161005. Analisis Peran Sektor Perkebunan Terhadap Perekonomian Sumatera Utara, Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan, 2014.

Perkebunan merupakan salah satu sektor yang dianggap mampu bertahan dan memberikan kontribusi yang signifikan dalam pemulihan ekonomi pasca krisis. Oleh karena itu, perkebunan yang mempunyai peranan yang penting dan strategis dalam perekonomian, terutama dalam meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat, penerimaan devisa negara melalui ekspor, penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan baku industri dalam negeri, perolehan nilai tambah dan daya saing serta optimalisasi pengelolaan sumber daya alam harus diselenggarakan, dikelola, dilindungi dan dimanfaatkan secara terencana, terbuka, terpadu, profesional dan bertanggung-jawab, sehingga mampu meningkatkan perekonomian rakyat, bangsa dan negara. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis keterkaitan sektor perkebunan serta dampak sektor perkebunan terhadap output bruto, tenaga kerja dan rumah tangga dalam perekonomian di Sumatera Utara. Dalam mengukur dan menganalisis digunakan adalah tabel Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SAM) atau Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SAM) Sumatera Utara. Dalam tabel koneksi SAM Provinsi Sumatera Utara belum tersedia, oleh karena itu dalam penelitian ini dibangun tabel SAM 1995 dan 2009, struktur mengacu pada produk olahan yang telah dibangun oleh Ginting (2006). Berdasarkan hasil analisis terlihat bahwa peran sektor perkebunan di Sumatera Utara yang ditunjukkan dengan diperoleh hasil yang memiliki Indeks daya penyebaran yang lebih besar dari (>1) artinya sektor pekebunan memiliki kemampuan menarik pertumbuhan sektor hulunya (backward linkages). Selain itu sektor ini memiliki pengganda output bruto lebih dari tiga yang artinya bila di injeksi sebesar satu satuan pada sektor ini maka output yang dihasilkan menjadi tiga kali lipat efek keluasan kedepan dan kebelakang. Dan berdasarkan hasil urutan rangking, perkebunan menempati 5 besar.

Kata Kunci: Sektor Perkebunan, Kepekaan Penyebaran, Efek Keluasan Kedepan dan Kebelakang


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya, penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik. Tesis ini berjudul “Analisis Peran Sektor Perkebunan Terhadap Perekonomian

Sumatera Utara” guna memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

Ilmu Ekonomi pada Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Selama penyusunan tesis ini, penulis menerima banyak dukungan dari berbagai pihak. Pertama-tama, penulis ucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada Ayahanda Saparuddin Siregar S.Pd dan Ibunda Azimahayani S.Pd tercinta yang tak putus memberikan dukungan moril dan materil serta doa yang tulus dan tak putus dari mereka sampai terselesaikannya tesis ini. Ungkapan terima kasih juga kepada seluruh saudara-saudara penulis yang selalu memberi dukungan Tisa Riski Suryani Srg S.Kom, Ayu Dini Apriani Srg S.S, M. Fajar Doli S.Pd, Anggi Chairunisa Srg S.Pd, Rahmadani Syahfitri Srg atas semua do’a dan dukungan.

Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si selaku Rektor Universitas Negeri Medan. 2. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd selaku Direktur Program

Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

3. Bapak Dr. Arif Rahman, M.Pd selaku Asisten Direktur I dan Bapak Prof. Dr. Sahat Siagian, M.Pd selaku Asisten Direktur II Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.


(8)

4. Bapak Dr. H. Dede Ruslan, M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Ekonomi Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan sekaligus penguji yang memberikan masukan kepada penulis.

5. Bapak Dr. Eko Wahyu Nugrahadi, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Ekonomi Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan sekaligus Pembimbing I yang dengan kesabaran yang sangat besar memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama proses penyelesaian tesis ini. 6. Bapak Dr. Arwansyah, M.Si selaku Pembimbing II yang dengan kesabaran

yang besar memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis hingga terselesaikannya tesis ini.

7. Bapak Dr. Ir. Parulian Simanjuntak, M.A dan Dr. Fitri Ramadhan SE, M.Si selaku Penguji.

9. Terima kasih saya ucapakan kepada sahabatku Cendika Rahmi Ritonga S.E. 10.Terima kasih kepada seluruh Atasan dan teman sejawat pegawai di Fakultas

Ekonomi Unimed.

11. Seluruh teman-teman di Program Magister Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan kelas A angkatan tahun 2012 yang telah memberikan banyak saran dan kritik yang sangat berarti bagi penulis, Sekali lagi terima kasih atas semuanya.

Penulis menyadari tesis ini masih jauh dari sempurna, namun penulis bertahap dengan segala keterbatasan yang ada

Medan, September 2014

Ina Namora Putri Siregar


(9)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Perumusan Masalah ... 10

1.3Tujuan Penelitian ... 10

1.4Manfaat Penelitian ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA ………. 12

2.1 Kerangka Teoretis... 12

2.1.1 Studi Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi... 12

2.1.2 Teori Hirchman ... 19

2.1.3 Struktur Perekonomian ... 22

2.1.4 Pembangunan Sektor Perkebunan ... 26

2.1.5 Model Keseimbangan SAM ... 29

2.2Penelitian Terdahulu ... 33

2.1.2 Kerangka Penelitian... 38

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 39

3.1Lokasi Penelitian ... 39

3.2Sumber Data... ... 39

3.3Definisi Variabel Penelitian ... 40

3.4Model Analisis ... 41

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 48

4.1 Deskripsi Sektor Perkebunan di Sumatera Utara ... 48

4.2 Keterkaitan Sektor Perkebunan di Sumatera Utara... 51

4.3 Analisis Pengganda ... 59

4.3.1 Pengganda Output dan Tenaga Kerja ... 59

4.3.2 Pengganda Pendapatan Rumah Tangga ... 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 67

5.1 Kesimpulan ... 67

5.2 Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 69


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Persentase PDRB sektor pertanian periode 2007-2013 ... 4

Tabel 1.2. Produksi sektor pertanian tahun 2012 ... 9

Tabel 3.1. Klasifikasi SAM Sumatera Utara ... 42

Tabel 4.1. Jumlah usaha pertanian periode 2003-2013 ... 55

Tabel 4.2. Klasifikasi indeks dampak penyebaran tahun 1995 dan 2009 ... 58

Tabel 4.3. Koefisien Pengganda tahun 1995 dan 2009 ... 61

Tabel 4.4. Koefisien Pengganda Pendapatan Rumahtangga ... 63

Tabel 4.5. Rangking sektoral Sumatera Utara tahun 1995 dan 2009 ... 64


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Perkembangan jumlah usaha pertanian

Sumatera Utara Tahun 2003-2014 ... 6


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Tabel 2.1. Struktur SAM ... 13

Lampiran 2. Tabel SAM Sumatera Utara Tahun 1995 ... 14

Lampiran 3. Tabel SAM Sumatera Utara Tahun 2009 ... 18

Lampiran 4. Pengganda Sektor Sumatera Utara Tahun 1995 ... 22


(13)

1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses perubahan yang dilakukan melalui upaya-upaya terencana untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi lainnya (Mangiri, 2000:15). Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi perekonomian dari satu periode ke periode berikutnya. Pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat berbeda setiap periode. Perbedaan ini dapat diakibatkan oleh faktor-faktor produksi yang jumlah dan kualitasnya berbeda. Perbedaan ini juga terjadi karena sumber daya yang dimiliki oleh suatu daerah setiap periodenya mengalami penurunan ataupun kenaikan. Menurut Arsyad (2000:56) bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi mengukur pertambahan pendapatan nasional riil yaitu pendapatan nasional yang dihitung pada harga yang konstan. Kenaikan pendapatan nasional riil ini berarti barang-barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara telah meningkat kalau dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Teori pertumbuhan ekonomi Neo Klasik menyatakan pertumbuhan ekonomi bergantung pada perkembangan faktor-faktor produksi yaitu: modal, tenaga kerja dan tekhnologi.

Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang berarti negara yang mengandalkan sektor pertanian baik sebagai sumber mata pencaharian maupun sebagai penopang pembangunan. Sektor pertanian meliputi subsektor tanaman


(14)

2

bahan makanan, subsektor perkebunan, subsektor holtikultura, subsektor perikanan, subsektor peternakan, dan subsektor kehutanan. Pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat dominan dalam pendapatan masyarakat di Indonesia karena mayoritas penduduk Indonesia bekerja sebagai petani. Namun produktivitas pertanian masih jauh dari harapan. Salah satu faktor penyebab kurangnya produktivitas pertanian adalah sumber daya manusia yang masih rendah dalam mengolah lahan pertanian dan hasilnya. Mayoritas petani di Indonesia masih menggunakan sistem manual dalam pengolahan lahan pertanian dan perkebunan yang tradisional dan belum berkembang menjadi negara dengan model pertanian dan perkebunan yang modern atau sudah menjadi Industri bahan pangan. Berbeda dengan negara Jepang dan negara maju lainnya seperti Amerika Serikat, yang pertaniannya sudah didukung dengan teknologi dan perkembangan ilmu pengetahuan, sehingga produksinya tidak banyak bergantung oleh kondisi alam dan cuaca

Sumatera Utara memiliki luas areal perkebunan sebesar 1.788.943 ha pada akhir tahun 2006, yang dibagi dalam tiga kepemilikan yaitu perkebunan rakyat, pemerintah dan swasta, dengan kepemilikan terbesar oleh rakyat. Seperti memiliki spesialisasi potensi, Sumatera Utara didominasi oleh kekayaan alam perikanan, pertanian dan perkebunan, yang berbeda dengan di Aceh yang diperkaya oleh pertambangan serta pengilangan minyak dan gas bumi.

Berbagai komoditi perkebunan yang difokuskan untuk perdagangan global yaitu seperti Kopi, Kelapa Sawit, Kakao dan Karet. Luas area perkebunan yang dikelola secara total untuk kebutuhan tanaman tersebut mencapai 1.594.601 ha,


(15)

3

yang didominasi oleh luas perkebunan sawit sebesar 57% dari keseluruhan. Namun, jika dibandingkan produktivitas dari berbagai hasil perkebunan tersebut maka Karet sebesar 0.77ton/ha, Kopi 0.71 ton/ha, Kakao 18 ton/ha, Sawit 15 kuintal/ha.

Berdasarkan kapasitas produksi di atas, terdapat kondisi inefisien dalam mencapai optimisasi produktivitas, dimana sawit mendapat pengelolaan lahan terbesar namun, masih sedikit menghasilkan. Hal ini terjadi diakibatkan bahwa pemerintah daerah baru memulai pengembangan perkebunan sawit tersebut. Berdasarkan data ini, terdapat indikasi masih besar dana investasi yang dibutuhkan untuk mendorong perkebunan kelapa sawit di Sumatera, mengingat potensinya yang besar di pasar dunia. Minyak Kelapa Sawit memiliki manfaat pangan dan energi di masa mendatang, dan dengan pasar finansial dalam kondisi fluktuatif, dana transaksi yang sifatnya spekulatif mengalihkan ke perdagangan kelapa sawit atau CPO di pasar Malaysia, sehingga harga menguat.

Beberapa hal yang perlu difokuskan dengan adanya data rata-rata tahunan produktivitas perkebunan tersebut, adalah Indonesia masih merupakan negara dengan model pertanian dan perkebunan yang tradisional dan belum berkembang menjadi negara dengan model pertanian dan perkebunan yang modern atau sudah menjadi industri bahan pangan. Berbeda dengan negara Jepang dan negara maju lainnya seperti Amerika Serikat, yang pertaniannya sudah didukung dengan teknologi dan perkembangan ilmu pengetahuan, sehingga produksinya tidak banyak bergantung oleh kondisi alam dan cuaca.


(16)

4

Tabel 1.1. Persentase Produk Domestik Bruto Sektor Pertanian Atas Dasar Harga Berlaku 2007-2013 (Persen)

T TBM TP P&H K P T

2007 6,71 2,07 1,55 0,92 2,45 13,72

2008 7,07 2,14 1,68 0,82 2,77 14,48

2009 7,02 1,99 1,87 0,81 3,15 15,30

2010 7,41 2,03 1,72 0,81 4,11 16,08

2011 7,48 4,86 1,57 0,76 4,18 18,85

2012 5,87 3,99 2,07 0,65 3,15 15,73

2013 4,49 3,87 2,88 0,51 5,15 16,90

Sumber: BPS SUMUT, 2003-2013 (diolah) Keterangan :

t = Tahun

TBM = Tanaman Bahan Makanan TP = Tanaman Perkebunan

P& H = Peternakan dan Hasil-hasilnya K = Kehutanan

P = Perikanan T = Total

Dari tabel 1.1 terlihat Produk Domestik Bruto Sektor Pertanian Atas dasar harga berlaku terlihat dari tahun 2007-2013 mengalami peningkatan totalnya yakni tahun 2007 sebesar 13,72 %, tahun 2008 sebesar 14,48% dan tahun 2009 sebesar 15,30%. Tanaman bahan makanan meningkat pada tahun 2009 sebesar 7,48% meskipun terlihat subsektor perkebunan dari tahun ketahun semakin menurun sebesar 1,99% tetapi masih jauh lebih baik dibandingkan dari subsektor pertanian yakni peternakan dan kehutanan.

Dari laporan hasil sensus Pertanian 2013, usaha pertanian di Sumatera Utara di dominasi oleh rumah tangga. Jumlah rumah tangga usaha pertanian tahun 2013 adalah 1.327.729 rumah tangga yang menurun 11,01 persen jika dibandingkan dengan tahun 2003 1.492.104.


(17)

5

Jumlah rumah tangga usaha pertanian tahun 2013 sebanyak 1.327.759 rumah tangga, subsektor tanaman pangan 741.067 rumah tangga, hortikultura 397.212 rumah tangga, perkebunan 938.842 rumah tangga, peternakan 534.632 rumah tangga, perikanan 75.930 rumah tangga, dan kehutanan 56.154 rumah tangga.

Jumlah petani yang bekerja di sektor pertanian sebanyak 1.708.764 orang, terbanyak di subsektor perkebunan sebesar 1.061.983 orang dan terkecil di subsektor perikanan kegiatan penangkapan ikan sebesar 40.715 orang.

Petani utama Provinsi Sumatera Utara sebesar 27,58 persen berada di kelompok umur 45-54 tahun. Rata-rata luas lahan yang dikuasai per rumah tangga usaha pertanian seluas 1,08 ha, terjadi peningkatan sebesar 135,75 persen dibandingkan tahun 2003 yang hanya sebesar 0,46 ha.

Dari jumlah usaha pertanian menurut subsektornya, subsektor Perkebunan memiliki jumlah usaha pertanian terbanyak pada tahun 2003 dan 2013. Pada rumah tangga usaha pertanian pada tahun 2003 dan 3013 diduduki oleh subsektor perkebunan yaitu 858.655 dan 938.842 maka terjadi kenaikan 9,34% yaitu sebesarr 80.187, begitu juga dengan perusahaan pertanian Berbadan Hukum 372 da 355 walaupun terjadi sedikit penurunan sebesar -4,57% yaitu -17. Sedangkan dengan subsektor pertanian tanaman pangan pada rumah tangga usaha pertanian 2003 dan 2013 yaitu 834.394 dan 741.067 yang terjadi penurunan sebesar -11,19% yaitu 93.327, begitu pula dengan perusahaan pertanian berbadan hukum


(18)

6

2003 dan 2013 yaitu 3 dan 4 hanya terjadi 33,33% yaitu 1 kenaikan saja. Berikut merupakan grafik usaha pertanian menurut subsektor 2003-2013.

1.575.462,81 794.580,42 1.878.551,77 729.211,74 151.856,39 56.250,82 68,76 0,00 200.000,00 400.000,00 600.000,00 800.000,00 1.000.000,00 1.200.000,00 1.400.000,00 1.600.000,00 1.800.000,00 2.000.000,00 usaha pertanian

Sumber: BPS SUMUT, 2003-2013 (diolah)

Grafik 1.1. Perkembangan jumlah usaha pertanian di Sumatera Utara Selama 2003-2013

Pada grafik jumlah usaha pertanian di atas 2003-2013 subsektor perkebunanan pada usaha pertanian tampak paling tinggi jika dijumlahkan subsektor perkebunan rumah tangga usaha pertanian, perusahaan dan usaha pertanian lainnya adalah 1.878.551,77 sedangkan subsektor tanaman pangan adalah 1.575.462,81. Terdapat selisih 303,088.96 usaha anatar kedua sektor yang bersaing tersebut.

Badan Pusat Statistik (2009:1) Kelapa sawit yang dicatat menempati rating tertinggi nilai ekspornya, malah kemudian membuat Indonesia berambisi untuk menempatkan diri sebagai pesaing utama Malaysia sebagai Negara pengekspor terbesar CPO. Jumlah fantastis CPO yang diekspor ke luar negeri oleh Indonesia,


(19)

7

dihasilkan dari total luas areal perkebunan seluas 4.582.733 hektar. Sedangkan dari segi permintaan dari pasar luar negeri, memang minyak sawit menunjukkan angka permintaan yang sangat tinggi. Kebutuhan pasar luar negeri akan minyak sawit semakin tahun semakin tinggi atau dapat dikatakan bahwa saat ini minyak sawit telah menjadi trend di dunia. Sepanjang 2010, nilai ekspor CPO dan produk turunan sawit Indonesia mencapai US$ 16,4 miliar, naik 50% lebih dari 2009 yang berjumlah US$10 miliar, dan diperkirakan akan terus meningkat pada tahun-tahun berikutnya.

Perkebunan merupakan salah satu sektor yang dianggap mampu bertahan dan memberikan kontribusi yang signifikan dalam pemulihan ekonomi pasca krisis. Oleh karena itu, perkebunan yang mempunyai peranan yang penting dan strategis dalam perekonomian, terutama dalam meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat, penerimaan devisa negara melalui ekspor, penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan baku industri dalam negeri, perolehan nilai tambah dan daya saing serta optimalisasi pengelolaan sumber daya alam harus diselenggarakan, dikelola, dilindungi dan dimanfaatkan secara terencana, terbuka, terpadu, professional dan bertanggung-jawab, sehingga mampu meningkatkan perekonomian rakyat, bangsa dan negara.

Diyakini bahwa sektor perkebunan dapat menggerakkan sektor-sektor perekonomian lain, yaitu menghela sektor-sektor yang lebih hulu (backward linkages) dan mendorong sektor-sektor yang lebih hilir (forward linkages). Sektor-sektor yang dihela antara lain adalah industri pupuk, benih, pestisida, peralatan/mesin pertanian, sedangkan sektor-sektor yang didorong antara lain


(20)

8

adalah industri manufaktur, perdagangan, angkutan, keuangan dan telekomunikasi. Tidak heran, apabila memposisikan perkebunan sebagai instrumen ekonomi strategis.

Menurut Badan Pusat Statistik (2011:15), kelapa sawit merupakan salah satu komiditi hasil perkebunan yang mempunyai peranan cukup penting dalam kegiatan perekonomian indonesia. Meskipun kontribusi subsektor perkebunan terhadap pembentukan PDB belum terlalu besar, yaitu sekitar 2,07 % pada tahun 2011 atau merupakan urutan ketiga di sektor pertanian setelah subsektor tanaman bahan makanan dan perikanan, akan tetapi subsektor ini merupakan penyedia bahan baku untuk sektor industri, penyerap tenaga kerja, dan penghasil devisa.

Subsektor perkebunan mencakup semua jenis kegiatan tanaman perkebunan yang diusahakan baik oleh rakyat maupun perusahaan perkebunan. Komoditi yang di cakup antara lain : coklat, cengkeh, karet, tebu, kelapa, kelapa sawit, kopi, tembakau, teh, jahe, jambu mete, jarak, kapas, kapok, kayu manis, kemiri, kina, lada, pala, panili, rami, serat karung serta tanaman perkebunan lainnya. (Badan Pusat Statistik, 2011:54).

Tercatat ekspor nasional subsektor perkebunan mencapai lebih dari US$ 32 milliar atau Rp. 382 triliun yang sebagian besar bersumber dari kelapa sawit (53,56%) dan karet (34,56%). Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu penyumbang devisa nasional subsektor perkebunan, khususnya untuk komoditas kelapa sawit dan karet, hal ini bisa dilihat dari produksi Tahun 2011 sebesar 3,12 juta ton CPO terbesar kedua setelah Riau dari total produksi nasional sebesar 22,5 juta ton CPO. Sementara itu untuk produksi karet di Sumatera Utara sebesar 463,4


(21)

9

ribu ton karet kering terbesar kedua setelah Sumatera selatan dari total produksi karet nasional sebesar 3,08 juta ton karet kerin.

Tabel 1.2. Produksi perkebunan dan total produksi perkebunan Sumatera Utara pada tahun 2012

Jenis Komoditas

Perkebunan

Rakyat P T P N P B S N P B S A

Total Produksi

(Ton)

Produksi Produksi Produksi Produksi

(Ton) (Ton) (Ton) (Ton)

1 Karet 310.266 26.843 125.866 57.877 520.853

2 Kelapa Sawit

TBS 5.511.644 2.531.276 4.911.914 2.483.785 15.438.619

MS 1.212.562 556.880 1.080.621 546.432 3.396.496

IS 165.349 101.251 196,476.58 99.351 562,428.34

3 Kopi Arabika 48.063.49 - - - 48.063

Robusta 8.430 - 663 - 9.093

4 Kelapa 90.360 - 1.933 1.201 93.493

5 Kakao 39.800 8,811 4.199 2.872 55682

6 Cengkeh 388 - - - 388

7 Kemenyan 4.733 - - - 4.734

8 Kulit Manis 3.720 - - - 3.720

9 Nilam 598 - - - 598

10 Tebu 4,676 35,941 - - 40.617

Sumber: Dinas Perkebunan (diolah)

Dari tabel 1.2. dapat dilihat bahwa total produksi kelapa sawit menduduki peringkat pertama dalam sektor perkebunan senilai 75.077.949 ton, kemudian diikuti karet senilai 520.853 ton, produksi kopi senilai 57.156 ton dan kakao senilai 55682 ton.

Berdasarkan uraian diatas, maka untuk mengetahui sektor potensial perekonomian provinsi Sumatera Utara dilakukan suatu penelitian dalam bentuk tesis dengan judul: “ Analisis Peran Sektor Perkebunan Terhadap


(22)

10

1.2. Rumusan Masalah

Bertitik tolak dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana dampak penyebaran dan efek keluasan sektor perkebunan di Sumatera Utara?

2. Bagaimana dampak pengganda rumah tangga, dampak output bruto dan pengganda tenaga kerja sektor perkebunan di Sumatera Utara?

1.3. Tujuan Penelitian

Secara umum, maksud penelitian ini untuk mengkaji dan mengungkapkan fenomena perekonomian di Sumatera Utara sehingga penelitian ini bertujuan untuk :

1. Untuk mengatahui dampak penyebaran dan efek keluasan sektor perkebunan di Sumatera Utara.

2. Untuk mengetahui dampak pengganda rumah tangga, dampak output bruto dan pengganda tenaga kerja sektor perkebunan di Sumatera Utara.

1.4. Manfaat Penelitian

Secara garis besar, beberapa manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian tentang analisi peran sektor perkebunan terhadap perekonomian di Sumatera Utara dapat berguna yaitu :


(23)

11

1. Bagi Penulis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada dunia akademis dalam rangka pengembangan ilmu ekonomi khususnya berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi daerah serta penentuan peran sektor perkebunan perekonomian di Sumatera Utara.

2. Akademis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi untuk mendayagunakan peran sektor perkebunan terhadap perekonomian di Sumatera Utara.

3. Pemerintahan

Sebagai pengembangan ilmu pengetahuan memberikan kontribusi ilmiah untuk penelitian lanjutan dalam bidang sama untuk sektor-sektor yang lain.


(24)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5. 1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dan estimasi terhadap model yang dianalisis, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1.Selama periode tahun 1995-2009 sektor tanaman perkebunan memiliki kepekaan menunjukkan yang kurang dari satu (< 1). Artinya nilai indeks kepekaan sektor ini belum kuat untuk mendorong sektor hilirnya. Akan tetapi dari nilai indeks kepekaan penyebaran sektor perkebunan memiliki kepekaan penyebaran lebih dari satu (>1). Artinya sektor perkebunan memilki kemampuan menarik pertumbuhan sektor hulunya.

2.Sektor tanaman perkebunan kurang memberikan kontribusi yang baik dalam koefisien pengganda output akan tetapi memberikan kontribusi yang baik dalam koefisien penganda rumahtangga dan tenaga kerja.

3.Berdasarkan hasil urutan rangking sektor perkebunan menempati 5 besar.


(25)

5.2. Saran

1. Pemerintah diharapkan untuk bisa memperhatikan subsektor perkebunan melalui dorongan yang lebih besar dalam penanaman modal (domestik dan asing) upaya revitalisasi dalam peningkatan nilai tambah.

2. Sebaiknya pemerintah daerah lebih meningkatkan upaya sosialisasi kepada pihak invsestor tentang prospek yang menjanjikan dalam menanamkan modalnya di subsektor perkebunan di Sumatera Utara.

3. Sebaiknya pemerintah lebih memberdayakan sumber daya alam maupun manusia di sektor perkebunan di Sumatera Utara.

4. Keterbatasan penelitian dalam konstruksi model yang sederhana sehingga bagi penelitian selanjutnya dapat melakukan peneliti serupa dengan memperbaharui tahun (update) dan mendisagregasi sektor perkebunan.


(26)

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad. Pengantar Perencanaan Regional, Jakarta,Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Ambarwati. (Januari 2008).. Keterkaitan Antar Sektor Dalam Perkonomian Daerah dengan

menggunakan analisis Input-Output. .[Tesis].Bogor: Insititut Pertanian Bogor.

Arif .2007. Menggunakan model I-O untuk meneliti sektor-sektor kunci (Key sectors) dalam Perekonomian Indonesia: Pendekatan Sistem Neraca Sosial Ekonomi. Disertasi Doctor. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor,Bogor

Balitbang Propinsi Sumatera Utara. (Desember 2006).Kajian Terhadap Perkembangan Kabupaten Mandailing Natal, Toba Samosir, Samosir dan Pak-Pak Bharat Sebagai Hasil Pemekaran.Jurnal INOVASI, 3 (4), 13-23.

Bank Indonesia.Kajian Ekonomia Regional Sumatera Utara Triwulan IV-2011. Medan ______________. Kajian Ekonomia Regional Sumatera Utara Triwulan I-2012. Medan BPS Sumatera Utara Dalam Angka 2012.

BPS Propinsi Sumatera Utara.Beberapa Edisi. PDRB Pripinsi Sumatera Utara Menurut Kabupaten Kota.

Damanik.(2000). Komoditas perkebunan di provinsi Sumatera Utara merupakan komoditas ekspor [Tesis]. Medan: Universtas Sumatera Utara

Djamaluddin, Arief,M. 1997. Penggunaan Model –model Pembangunan Dalam Perencanaa Ekomomi Regional, Jakarta : IIP-pres

Elmi, Bachrul. (Maret 2003).Studi Peningkatan Ekonomi dan Keuangan Kabupaten Lampung Utara Tahun 2002.Jurnal Kajian Ekonomi dan Keuangan,7 (1), 81-112.

Fachrurrazy.(2009). Analisis Penentuan Sektor Unggulan Perekonomian Wilayah Kabupaten Aceh Utara Dengan Pendekatan Sektor Pembentuk PDRB.[Tesis]. Medan: Universtas Sumatera Utara

Fadillah, Achamd. (2001). Analisis Daya Saing Komoditas Unggulan Perikanan Tangkap Kabupaten sukabumi. Bogor: IPB

Fauzi.(2000). Evaluasi atas Pemekaran Kabupaten Sambas dan Kesiapan Kota Administartif Singkawang menjadi Daerah Kota sebagai Pelaksanaan dari UU No. 25/ 1999.[Tesis]. Yogyakarta: UGM.

Firdaus, A.H. (2011). Kinerja Pedagangan Free Trade Area (FTA) ASEAN PLUS THREE Terhadap Perekonomian Indonesia.[Tesis]. Bogor: IPB

Harmantyo, Djoko. (April 2007). Pemekaran Daerah dan Konflik Keruangan, Kebijakan Otonomi Daerah dan Implikasinya di Indonesia.MAKARA SAINS, 11 (1), 16-22.


(27)

Harun, U. R. & Canon, S. ( Agustus 2006). Analisis LQshift LQshare Untuk Mengukur Dampak Perluasan Kota Terhadap Kinerja Ekonomi Regional (Studi Kasus: Perluasan Kota Manado terhadap PerekonomianWilayah Sulawesi Utara). Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, 17 (2), 21-40.

Malian, A.H., dkk. (2005). Prospek Pengembangan Agro Industri Dalam Meningkatkan Daya Saing Dan Ekspor Berdasarkan permintaan Jenis Produk Komoditas Perkebunan Utama.[Laporan Akhir]. Bogor: IPB

Mangun, N. (2007). Analisis Potensi Ekonomi Kabupaten dan Kota di Propisi Sulawesi Tengah.[Tesis]. Semarang: Universitas Diponegoro

Mangiri, Komet, 2000. Tekhnik Penyusunan Tabel Input Output, Biro Pusat Statistik.Jakarta. Milwan.(2007). Model Pemekaran Wilayah yang Menyejahterakan Masyarakat [Penelitian].

Jakarta: Universitas Terbuka.

Miller and Blair. Social Accounting Matrices and SAM-Based Multiplier Analysis. Dowload from Google Search Engine(140717_Chapter14.pdf)

Nugrahadi.2007. Dampak Pemberdayaan Ekonomi Rakyat dan Masalah Kemiskinanan di Provinsi Sumatera Utara. Makalah di sampaikan dalam diskusi ilmiah Di sekolah Pascasarjana UNIMED, Medan,28 November.

Nugrahadi .2007. Keragaan Model Kebijakan Pembangunan Ekonomi Sektoral di Sumatera Utara.Jurnal Vol 02.Pascasarjana UNIMED

Nugrahadi.2007. Keterkaitan (Lingkage) Sektor-Sektor Ekonomi Jawa Barat. Jurnal Ilmu dan Budaya UNAS Jakarta,volume 28,no. 7, Agustus 2007.

Nugrahadi.2008. Analisis Sumber Pertumbuhan, Keterkaitan dan Distribusi Pendapatan dalam Proses Perubahan Struktual Ekonomi Provinsi Jawa Barat. Disertasi Doktor Program Pascasarjana,Institut Pertanian Bogor,Bogor.

Republik Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

________________. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah.

Rizky, M. dan Amalia A. W.(2011). Daya Saing Produk Ekspor Manufaktur Indonesia Dengan Metode RCA Dinamis. Jurnal Perencanaan Pembangunan, 01 (XVII), 12-15. Syafaat,Friyatno (2001) Analisis Dampak Krisis Ekonomi Terhadap Kesempatan Kerja dan


(28)

Salmon, Andean. (2005). Disparitas Reginal dan Transformasi Sektoral di Propinsi Sumatera Utara (1983-2003): Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi. [Tesis]. Depok: Universitas Indonesia

Serin, Vildan dan Abdul Kadir Civan. (2008). Revealed Comparative Advantage and Competitiveness: A Case Study for Turkey towards the EU. Journal of Economic and Social Research, 10 (2), 25-41.

Sitorus. R. H. (2006). Identifikasi Sektor Unggulan untuk Mendukung Perencanaan Pembangunan Ekonomi Kabupaten Toba Samosir. Jakarta: STIS.


(1)

11

1. Bagi Penulis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada dunia akademis dalam rangka pengembangan ilmu ekonomi khususnya berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi daerah serta penentuan peran sektor perkebunan perekonomian di Sumatera Utara.

2. Akademis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi untuk mendayagunakan peran sektor perkebunan terhadap perekonomian di Sumatera Utara.

3. Pemerintahan

Sebagai pengembangan ilmu pengetahuan memberikan kontribusi ilmiah untuk penelitian lanjutan dalam bidang sama untuk sektor-sektor yang lain.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5. 1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dan estimasi terhadap model yang dianalisis, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1.Selama periode tahun 1995-2009 sektor tanaman perkebunan memiliki kepekaan menunjukkan yang kurang dari satu (< 1). Artinya nilai indeks kepekaan sektor ini belum kuat untuk mendorong sektor hilirnya. Akan tetapi dari nilai indeks kepekaan penyebaran sektor perkebunan memiliki kepekaan penyebaran lebih dari satu (>1). Artinya sektor perkebunan memilki kemampuan menarik pertumbuhan sektor hulunya.

2.Sektor tanaman perkebunan kurang memberikan kontribusi yang baik dalam koefisien pengganda output akan tetapi memberikan kontribusi yang baik dalam koefisien penganda rumahtangga dan tenaga kerja.

3.Berdasarkan hasil urutan rangking sektor perkebunan menempati 5 besar.


(3)

5.2. Saran

1. Pemerintah diharapkan untuk bisa memperhatikan subsektor perkebunan melalui dorongan yang lebih besar dalam penanaman modal (domestik dan asing) upaya revitalisasi dalam peningkatan nilai tambah.

2. Sebaiknya pemerintah daerah lebih meningkatkan upaya sosialisasi kepada pihak invsestor tentang prospek yang menjanjikan dalam menanamkan modalnya di subsektor perkebunan di Sumatera Utara.

3. Sebaiknya pemerintah lebih memberdayakan sumber daya alam maupun manusia di sektor perkebunan di Sumatera Utara.

4. Keterbatasan penelitian dalam konstruksi model yang sederhana sehingga bagi penelitian selanjutnya dapat melakukan peneliti serupa dengan memperbaharui tahun (update) dan mendisagregasi sektor perkebunan.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad. Pengantar Perencanaan Regional, Jakarta,Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Ambarwati. (Januari 2008).. Keterkaitan Antar Sektor Dalam Perkonomian Daerah dengan

menggunakan analisis Input-Output. .[Tesis].Bogor: Insititut Pertanian Bogor.

Arif .2007. Menggunakan model I-O untuk meneliti sektor-sektor kunci (Key sectors) dalam Perekonomian Indonesia: Pendekatan Sistem Neraca Sosial Ekonomi. Disertasi Doctor. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor,Bogor

Balitbang Propinsi Sumatera Utara. (Desember 2006).Kajian Terhadap Perkembangan Kabupaten Mandailing Natal, Toba Samosir, Samosir dan Pak-Pak Bharat Sebagai Hasil Pemekaran.Jurnal INOVASI, 3 (4), 13-23.

Bank Indonesia.Kajian Ekonomia Regional Sumatera Utara Triwulan IV-2011. Medan ______________. Kajian Ekonomia Regional Sumatera Utara Triwulan I-2012. Medan BPS Sumatera Utara Dalam Angka 2012.

BPS Propinsi Sumatera Utara.Beberapa Edisi. PDRB Pripinsi Sumatera Utara Menurut Kabupaten Kota.

Damanik.(2000). Komoditas perkebunan di provinsi Sumatera Utara merupakan komoditas ekspor [Tesis]. Medan: Universtas Sumatera Utara

Djamaluddin, Arief,M. 1997. Penggunaan Model –model Pembangunan Dalam Perencanaa Ekomomi Regional, Jakarta : IIP-pres

Elmi, Bachrul. (Maret 2003).Studi Peningkatan Ekonomi dan Keuangan Kabupaten Lampung Utara Tahun 2002.Jurnal Kajian Ekonomi dan Keuangan,7 (1), 81-112.

Fachrurrazy.(2009). Analisis Penentuan Sektor Unggulan Perekonomian Wilayah Kabupaten Aceh Utara Dengan Pendekatan Sektor Pembentuk PDRB.[Tesis]. Medan: Universtas Sumatera Utara

Fadillah, Achamd. (2001). Analisis Daya Saing Komoditas Unggulan Perikanan Tangkap Kabupaten sukabumi. Bogor: IPB

Fauzi.(2000). Evaluasi atas Pemekaran Kabupaten Sambas dan Kesiapan Kota Administartif Singkawang menjadi Daerah Kota sebagai Pelaksanaan dari UU No. 25/ 1999.[Tesis]. Yogyakarta: UGM.

Firdaus, A.H. (2011). Kinerja Pedagangan Free Trade Area (FTA) ASEAN PLUS THREE Terhadap Perekonomian Indonesia.[Tesis]. Bogor: IPB

Harmantyo, Djoko. (April 2007). Pemekaran Daerah dan Konflik Keruangan, Kebijakan Otonomi Daerah dan Implikasinya di Indonesia.MAKARA SAINS, 11 (1), 16-22.


(5)

Harun, U. R. & Canon, S. ( Agustus 2006). Analisis LQshift LQshare Untuk Mengukur Dampak Perluasan Kota Terhadap Kinerja Ekonomi Regional (Studi Kasus: Perluasan Kota Manado terhadap PerekonomianWilayah Sulawesi Utara). Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, 17 (2), 21-40.

Malian, A.H., dkk. (2005). Prospek Pengembangan Agro Industri Dalam Meningkatkan Daya Saing Dan Ekspor Berdasarkan permintaan Jenis Produk Komoditas Perkebunan Utama.[Laporan Akhir]. Bogor: IPB

Mangun, N. (2007). Analisis Potensi Ekonomi Kabupaten dan Kota di Propisi Sulawesi Tengah.[Tesis]. Semarang: Universitas Diponegoro

Mangiri, Komet, 2000. Tekhnik Penyusunan Tabel Input Output, Biro Pusat Statistik.Jakarta. Milwan.(2007). Model Pemekaran Wilayah yang Menyejahterakan Masyarakat [Penelitian].

Jakarta: Universitas Terbuka.

Miller and Blair. Social Accounting Matrices and SAM-Based Multiplier Analysis. Dowload from Google Search Engine(140717_Chapter14.pdf)

Nugrahadi.2007. Dampak Pemberdayaan Ekonomi Rakyat dan Masalah Kemiskinanan di Provinsi Sumatera Utara. Makalah di sampaikan dalam diskusi ilmiah Di sekolah Pascasarjana UNIMED, Medan,28 November.

Nugrahadi .2007. Keragaan Model Kebijakan Pembangunan Ekonomi Sektoral di Sumatera Utara.Jurnal Vol 02.Pascasarjana UNIMED

Nugrahadi.2007. Keterkaitan (Lingkage) Sektor-Sektor Ekonomi Jawa Barat. Jurnal Ilmu dan Budaya UNAS Jakarta,volume 28,no. 7, Agustus 2007.

Nugrahadi.2008. Analisis Sumber Pertumbuhan, Keterkaitan dan Distribusi Pendapatan dalam Proses Perubahan Struktual Ekonomi Provinsi Jawa Barat. Disertasi Doktor Program Pascasarjana,Institut Pertanian Bogor,Bogor.

Republik Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

________________. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah.

Rizky, M. dan Amalia A. W.(2011). Daya Saing Produk Ekspor Manufaktur Indonesia Dengan Metode RCA Dinamis. Jurnal Perencanaan Pembangunan, 01 (XVII), 12-15. Syafaat,Friyatno (2001) Analisis Dampak Krisis Ekonomi Terhadap Kesempatan Kerja dan

Identifikasi Komoditas Andalan Sektor Pertanian di Wilayah Sulawesi : Pendekatan Input-Output. [Tesis]. Depok: Universitas Indonesia


(6)

Salmon, Andean. (2005). Disparitas Reginal dan Transformasi Sektoral di Propinsi Sumatera Utara (1983-2003): Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi. [Tesis]. Depok: Universitas Indonesia

Serin, Vildan dan Abdul Kadir Civan. (2008). Revealed Comparative Advantage and Competitiveness: A Case Study for Turkey towards the EU. Journal of Economic and Social Research, 10 (2), 25-41.

Sitorus. R. H. (2006). Identifikasi Sektor Unggulan untuk Mendukung Perencanaan Pembangunan Ekonomi Kabupaten Toba Samosir. Jakarta: STIS.