Hak cipta buku elektronik (E-Book) ditijau dari undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang hak cipta

BAB II
ASPEK HUKUM BUKU ELEKTRONIK SEBAGAI KARYA CIPTA
MENURUT UNDANG-UNDANG HAK CIPTA NO. 28 TAHUN
2014 DAN UUITE NO. 11 TAHUN 2016

A. Sejarah Hak Cipta di Indonesia
Di Indonesia, masalah hak cipta diatur dalam Undang-undang Hak Cipta,
yaitu yang berlaku saat ini Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014. Dalam undangundang tersebut, pengertian hak cipta adalah “hak eksklusif bagi pencipta atau
penerima hak untuk

mengumumkan

atau

memperbanyak ciptaannya

atau

memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan
menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku” (pasal 1 butir 1). Hak cipta di
Indonesia juga mengenal konsep “hak ekonomi” dan “hak moral”. 32

Hak ekonomi adalah hak untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas ciptaan,
sedangkan hak moral adalah hak yang melekat pada diri pencipta atau pelaku (seni,
rekaman, siaran) yang tidak dapat dihilangkan dengan alasan apa pun, walaupun hak
cipta atau hak terkait telah dialihkan. Contoh pelaksanaan hak moral adalah
pencantuman nama pencipta pada ciptaan, walaupun misalnya hak cipta atas ciptaan
tersebut sudah dijual untuk dimanfaatkan pihak lain. Hak moral diatur dalam pasal
24–26 Undang-undang Hak Cipta.33

32

https://id.wikipedia.org/wiki/Hak_cipta_di_Indonesia diakses pada tanggal 20-10-2016 jam

33

Undang-Undang Republik Indonesia nomor 28 tahun 2014 tentang HAK CIPTA

10.47

20


Universitas Sumatera Utara

21

Pada tahun 1958, Perdana Menteri Djuanda menyatakan Indonesia keluar
dari Konvensi Bern agar para intelektual Indonesia bisa memanfaatkan hasil karya,
cipta,

dan

karsa

bangsa

tahun 1982, Pemerintah

asing

tanpa


Indonesia mencabut

harus

membayar

pengaturan

royalti.

tentang

hak

Pada
cipta

berdasarkan Auteurswet 1912 Staatsblad Nomor 600 tahun 1912 dan menetapkan
Undang-undang Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta.34 Ini merupakan undangundang hak cipta yang pertama di Indonesia. Undang-undang tersebut kemudian
diubah dengan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1987, Undang-undang Nomor 12

Tahun 1997, kemudian diganti dengan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002, dan
pada akhirnya dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 yang kini berlaku.
Perubahan undang-undang tersebut juga tak lepas dari peran Indonesia dalam
pergaulan antar negara. Pada tahun 1994, pemerintah meratifikasi pembentukan
Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization – WTO), yang mencakup
pula Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual Propertyrights TRIPs (“Persetujuan tentang Aspek-aspek Dagang Hak Kekayaan Intelektual”).
Ratifikasi tersebut diwujudkan dalam bentuk Undang-undang Nomor 7 Tahun 1994.
Pada tahun 1997, pemerintah meratifikasi kembali Konvensi Bern melalui Keputusan
Presiden Nomor 18 Tahun 1997 dan juga meratifikasi World Intellectual Property
Organization Copyrights Treaty (“Perjanjian Hak Cipta WIPO”) melalui Keputusan
Presiden Nomor 19 Tahun 1972.

34

Harris Munandar dan Sally Sitanggang, op.cit., hal.22

Universitas Sumatera Utara

22


Hak cipta (lambang internasional: ©, Unicode: U+00A9) adalah hak eksklusif
Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mengatur penggunaan hasil penuangan
gagasan atau informasi tertentu. Pada dasarnya, hak cipta merupakan “hak untuk
menyalin suatu ciptaan”.35 Hak cipta dapat juga memungkinkan pemegang hak
tersebut untuk membatasi penggandaan tidak sah atas suatu ciptaan. Pada umumnya
pula, hak cipta memiliki masa berlaku tertentu yang terbatas. Hak cipta berlaku pada
berbagai jenis karya seni atau karya cipta atau “ciptaan”. Ciptaan tersebut dapat
mencakup puisi, drama, serta karya tulis lainnya, film, karya-karya koreografis
(tari, balet, dan sebagainya), komposisi musik, rekaman suara, lukisan, gambar,
patung, foto, perangkat lunak komputer, siaran radio dan televisi, dan (dalam
yurisdiksi tertentu) desain industri.
Hak cipta merupakan salah satu jenis hak kekayaan intelektual, namun hak
cipta berbeda secara mencolok dari hak kekayaan intelektual lainnya (seperti paten,
yang memberikan hak monopoli atas penggunaan invensi), karena hak cipta bukan
merupakan hak monopoli untuk melakukan sesuatu, melainkan hak untuk mencegah
orang lain yang melakukannya. Hukum yang mengatur hak cipta biasanya hanya
mencakup ciptaan yang berupa perwujudan suatu gagasan tertentu dan tidak
mencakup gagasan umum, konsep, fakta, gaya, atau teknik yang mungkin terwujud
atau terwakili di dalam ciptaan tersebut. Sebagai contoh, hak cipta yang berkaitan
dengan tokoh kartun Miki Tikus melarang pihak yang tidak berhak menyebarkan


35

Endang Purwaningsih, Perkembangan Hukum Intellectual Property Rights, Bogor: Ghalia
Indonesia, 2005, hal. 2

Universitas Sumatera Utara

23

salinan kartun tersebut atau menciptakan karya yang meniru tokoh tikus tertentu
ciptaan Walt Disney tersebut, namun tidak melarang penciptaan atau karya seni lain
mengenai tokoh tikus secara umum.36
Secara historis, peraturan perundang-undangan di bidang HKI di Indonesia
telah ada sejak tahun 1840. Pemerintah kolonial Belanda memperkenalkan undangundang pertama mengenai perlindungan HKI pada tahun 1844. Selanjutnya,
Pemerintah Belanda mengundangkan UU Merek tahun 1885, Undang-undang Paten
tahun 1910, dan UU Hak Cipta tahun 1912. Indonesia yang pada waktu itu masih
bernama Netherlands East-Indies telah menjadi anggota Paris Convention for the
Protection of Industrial Property sejak tahun 1888, anggota Madrid Convention dari
tahun 1893 sampai dengan 1936, dan anggota Berne Convention for the Protection of

Literaty and Artistic Works sejak tahun 1914. Pada zaman pendudukan Jepang yaitu
tahun 1942 sampai dengan 1945, semua peraturan perundang-undangan di bidang
HKI tersebut tetap berlaku. Pada tanggal 17 Agustus 1945 bangsa Indonesia
memproklamirkan kemerdekaannya. Sebagaimana ditetapkan dalam ketentuan
peralihan UUD 1945, seluruh peraturan perundang-undangan peninggalan Kolonial
Belanda tetap berlaku selama tidak bertentangan dengan UUD 1945. UU Hak Cipta
dan UU Merek tetap berlaku, namun tidak demikian halnya dengan UU Paten yang
dianggap bertentangan dengan pemerintah Indonesia. Sebagaimana ditetapkan dalam
UU Paten peninggalan Belanda, permohonan Paten dapat diajukan di Kantor Paten

36

Ibid

Universitas Sumatera Utara

24

yang berada di Batavia (sekarang Jakarta), namun pemeriksaan atas permohonan
Paten tersebut harus dilakukan di Octrooiraad yang berada di Belanda.37

Perkembangan pengaturan hak cipta sebelum TRIP’s Agreement di Indonesia
Sejak tahun 1886, di kalangan negara-negara di kawasan barat Eropa telah
diberlakukan Konvensi Bern, yang ditujukan bagi perlindungan ciptaan-ciptaan di
bidang sastra dan seni. Kecenderungan negara-negara Eropa Barat untuk menjadi
peserta pada Konvensi ini, hal ini yang mendorong kerajaan Belanda untuk
memperbaharui undang-undang hak ciptanya yang sudah berlaku sejak 1881.38
Secara yuridis formal Indonesia diperkenalkan dengan masalah hak cipta pada tahun
1912, yaitu pada saat diundangkannya Auteurswet (Wet van 23 September 1912,
Staatblad 1912 Nomor 600), yang mulai berlaku 23 September 1912. dengan suatu
undang-undang hak cipta baru pada tanggal 1 November tahun 1912, yang dikenal
dengan Auteurswet 1912. Tidak lama setelah pemeberlakuan undang-undang ini,
kerajaan Belanda mengikatkan diri pada Konvensi Bern 1886.
Pada tahun 1958, Perdana Menteri Djuanda menyatakan Indonesia keluar dari
Konvensi Bern agar para intelektual Indonesia bisa memanfaatkan hasil karya, cipta,
dan karsa bangsa asing tanpa harus membayar royalti. Pada tahun 1982, Pemerintah
Indonesia mencabut pengaturan tentang hak cipta berdasarkan Auteurswet 1912
Staatsblad Nomor 600 tahun 1912 dan menetapkan Undang-undang Nomor 6 Tahun
1982 tentang Hak Cipta, yang merupakan undang-undang hak cipta yang pertama di
37


Buku Panduan Hak Kekayaan Intelektual. Ditjen HKI, 2006, hal. 9
Suyud Margono, Hukum Hak Cipta Indonesia: Teori dan Analisis Harmonisasi Ketentuan
World Trade Organization/WTO- TRIPs Agreement, Ghalia Indonesia, Bogor, 2010, hal. 53.
38

Universitas Sumatera Utara

25

Indonesia. Undang-undang tersebut kemudian diubah dengan Undang-undang Nomor
7 Tahun 1987, Undang-undang Nomor 12 Tahun 1997, Undang-undang Nomor 19
Tahun 2002 dan pada akhirnya dengan Undang-undang Nomor 28 tahun 2014 yang
kini berlaku.
B. Keberadaan Buku Elektronik Sebagai Karya Cipta
Buku elektronik (disingkat Buku elektronik atau ebook) atau buku digital
adalah versi elektronik dari buku. Jika buku pada umumnya terdiri dari kumpulan
kertas yang dapat berisikan teks atau gambar, maka buku elektronik berisikan
informasi digital yang juga dapat berwujud teks atau gambar. Buku elektronik
diminati karena ukurannya yang kecil bila dibandingkan dengan buku, dan juga
umumnya memiliki fitur pencarian, sehingga kata-kata dalam buku elektronik dapat

dengan cepat dicari dan ditemukan.
Terdapat berbagai format buku elektronik yang populer, antara lain adalah
teks polos, pdf, jpeg, doc lit dan html. Masing-masing format memiliki kelebihan dan
kekurangan masing-masing, dan juga bergantung dari alat yang digunakan untuk
membaca buku elektronik tersebut. Salah satu usaha untuk melestarikan literatur
berbentuk buku yang banyak jumlahnya dan memerlukan biaya perawatan yang
mahal adalah dengan melakukan transfer dari bentuk buku ke bentuk buku elektronik.
Dalam hal ini akan banyak ruang dan juga upaya yang dihemat untuk merawat
literatur-literatur tersebut.39

39

https://id.wikipedia.org/wiki/Buku_elektronik di unduh pada tanggal 7 september 2016 pukul
13.07 wib

Universitas Sumatera Utara

26

Amazon menjadi salah satu perusahaan yang mengembangkan Buku

elektronik ini, mereka menggunakan buku elektronik semakin populer karena dapat
dibaca kapan saja di mana saja dengan Kindle, salah satu tablet luncuran
mereka. Buku elektronik dapat dibuka dengan berbagai macam software diantaranya
Adobe Acrobat, Microsoft Word dan masih banyak lagi tergantung format yang
dimiliki.40
Terdapat berbagai format buku elektronik yang banyak digunakan. Popularitas
umumnya bergantung pada ketersediaan berbagai buku elektronik dalam format
tersebut dan mudahnya piranti lunak yang digunakan untuk membaca jenis format
tersebut diperoleh.
1. Teks Polos adalah format paling sederhana yang dapat dilihat hampir dalam
setiap piranti lunak menggunakan komputer personal. Untuk beberapa devais
mobil format dapat dibaca menggunakan piranti lunak yang harus lebih
dahulu diinstal.
2. PDF memiliki kelebihan dalam hal format yang siap untuk dicetak. Bentuknya
mirip dengan bentuk buku sebenarnya. Selain itu terdapat pula fitur pencarian,
daftar isi, memuat gambar, pranala luar dan juga multimedia.
3. JPEG Seperti halnya format gambar lainnya, format JPEG memliki ukuran
yang besar dibandingkan informasi teks yang dikandungnya, oleh karena itu
format ini umumnya populer bukan untuk buku elektronik yang memilki
banyak teks akan tetapi untuk jenis buku komik atau manga yang proporsinya
lebih didominasi oleh gambar.
4. LIT
Format LIT merupakan
format
dari Microsoft
Reader yang
memungkinkan teks dalam buku elektronik disesuaikan dengan lebar layar
mobile device yang digunakan untuk mebacanya. Format ini memiliki
kelebihan bentuk huruf yang nyaman untuk dibaca.
5. Docx Format Docx merupakan format dari Microsoft Word yang sangat
banyak ditemui sekarang dan tersebar di Internet, format ini sangat banyak

40

I Gusti Made Karmawan, Dampak Peningkatan Kepuasan Pelanggan Dalam Proses Bisnis
E-Commerce Pada Perusahaan Amazon.Com, Jurnal, ComTech Vol. 5 No. 2 Desember 2014: 748762, Jakarta.

Universitas Sumatera Utara

27

digunakan karena banyaknya pengguna MS Word dan file keluaran yang
cukup kecil, selain itu huruf yang lebih variatif membuatnya sangat digemari.
6. HTML Dalam format HTML ini gambar dan teks dapat diakomodasi. Layout
tulisan dan gambar dapat diatur, akan tetapi hasil dalam layar kadang tidak
sesuai apabila dicetak.
7. Format Open Electronic Book Package Format ini dikenal pula sebagai OPF
FlipBook. OPF adalah suatu format buku elektronik yang berbasis
pada XML yang dibuat oleh sistem buku elektronik. Buku elektronik dalam
format ini dikenal saat FlipBooks sebagai piranti lunak penyaji menampilkan
buku dalam format 3D yang bisa dibuka-buka (flipping). Terdapat suatu
proyek yang sedang berjalan yang berupaya agar format OPF ini dapat dibaca
menggunakan penjelajah
Internet standar
(semisal: Mozilla, Firefox,
atau Microsoft Internet Explorer), tanpa perlu adanya perlengkapan (piranti
lunak, plugin) tambahan. Saat ini untuk melihat buku elektronik dalam format
OPF sehingga diperoleh rasa benar-benar membuka buku (flipping
experience) diperlukan piranti lunak penyaji pada sisi klien atau pengguna.41
Sebuah E-book, sebagaimana didefinisikan oleh Oxford Kamus bahasa
Inggris, adalah “versi elektronik dari buku cetak yang dapat dibaca pada komputer
pribadi atau perangkat genggam yang dirancang khusus untuk tujuan ini”. “E-Book
adalah representasi elektronik dari sebuah buku yang biasanya diterbitkan dalam
bentuk tercetak namun ini berbentuk digital”. E-Book memiliki dua sifat penting
yaitu pertama, E-Book berbentuk digital. Kedua, E-Book membutuhkan alat baca
khusus. E-book didedikasikan bagi mereka para pembaca media elektronik atau
perangkat e-book baik melalui komputer atau bisa juga melalui ponsel yang dapat
digunakan untuk membaca buku elekronik ini.42
Buku elektronik menawarkan kemungkinan kreasi untuk perluasan akses
sebagai halnya dengan perubahan perilaku pembelajaran dan penelitian akademik.
41

https://id.wikipedia.org/wiki/Buku_elektronik di unduh pada tanggal 7 september 2016 pukul
13.07 wib
42
Diah T.K.N., Pelayanan Informasi pada Perpustakaan Badan Kepegawaian Negara (BKN),
Skripsi, Jurusan Ilmu Perpustakaan, Jakarta, UIN Syarif Hidayatullah, 2011, hal. 32

Universitas Sumatera Utara

28

Konten e-book dapat selalu diakses tanpa menghiraukan waktu dan tempat, dapat
dibaca pada PC (personal computer) atau melalui alat baca buku yang mudah
dibawa-bawa (portable).E-book memiliki kelebihan dalam hal accessibility,
functionality, and cost-effectiveness. Oleh karena kelebihan yang ada pada e-book,
maka tidak mengherankan jika saat ini banyak di kalangan kaum akademisi
menjadikan e-book sebagai salah satu ke dalam pengalaman informasi dan kebiasaan
penelitian mereka. Hal ini dibuktikan melalui survey yang dilakukan oleh pihak
Springer pada tahun 2008 dilaporkan bahwa pengguna kebanyakan mengakses eBook
untuk tujuan penelitian dan kajian dan jenis eBook

yang sering digunakan

adalah karya-karya rujukan (reference works) dan buku teks (textbooks). Dan
kebanyakan pengguna mendapatkan eBook melalui mesin penelusuran umum seperti
Google dan juga melalui catalog perpustakaan online. Di antara pengguna ada yang
menyukai e-book, tetapi di sisi lain juga masih banyak pengguna yang lebih
menyukai pemakaian buku tercetak (print books) karena memiliki kelebihan dalam
kemudahan dan kenikmatan dalam membaca (ease and enjoyability of reading), di
samping itu pengguna tidak memiliki keahlian.
Michael Hart dan Proyek Gutenberg-nya adalah pionir yang mengupayakan
penggunaan teknologi digital untuk bahan-bahan tekstual. Dia memulai proyeknya
tahun 1971 dengan mendigitalkan Declaration of Independence (proklamasi
kemerdekaan AS) memakai standar yang dikenal dengan nama American Standard
Code for Information Interchange (ASCII). Teknologinya masih sederhana dan
tanpa pertimbangan keindahan tampilan seperti yang sekarang dapat dilakukan

Universitas Sumatera Utara

29

dengan berbagai program pengolah kata. Tujuannya memang juga sederhana:
menyediakan sebanyak mungkin teks digital kepada masyarakat umum. Buku
yang dibuat menjadi digital kepada katagori: (a) buku sastra “ringan฀ seperti
Alice in Wonderland, (b) buku sastra berat seperti karya-karya Shakespeare, dan
(c) buku-buku rujukan seperti almanak, ensiklopedia, dan kamus.
Setelah teknologi scanner berkembang, kepustakawanan dapat memesan
replica dari buku-buku
perusahan

yang sudah tidak dicetak lagi (out-of-print). Beberapa

penerbitan, seperti Replica Books dan Ingram’s Lighting Source lalu

mulai menyediakan teks digital atau hasil scan dari halaman-halaman buku yang
sudah tidak dicetak lagi. Sewaktu teknoogi CD- ROM telah stabil, maka semakin
banyak tersedia teks digital dari keseluruhan buku. Produsen mulai memanfaatkan
pula teknologi temu-kembali sehingga e-book memiliki kelebihan daripada buku
cetak dalam hal kemudahan mencari kata tertentu atau berpindah- pindah halaman.
Namun, antarmuka dari e-book ini tetap kurang menarik dan menyulitkan pembaca
menikmati isi buku senikmat kalau mereka membaca buku tercetak. Ketika kecepatan
transfer di Internet meningkat, maka e-books pun disebarkan lewat “jalur cepat฀
ini. Perkembangan teknologi e-books ini tentu saja memerlukan berbagai praktik
baru dalam kepustakawanan. Walau bagaimanapun, pustakawan harus seksama
memperhatikan perkembangan e-journal dan e-books agar dapat menyusun rencana
antisipatif jika suatu saat kebutuhannya semakin meningkat.
Pemerintah Indonesia mengharapkan masyarakat Indonesia adalah masyarakat
berbasis pengetahuan karena hal ini merupakan misi kebijakan strategi nasional yaitu

Universitas Sumatera Utara

30

dalam rangka mewujudkan masyarakat Indonesia yang cerdas, kreatif, dan kompetitif
dalam peradaban berbasis pengetahuan. Tahap implementasinya antara lain lewat
penguasaan pengetahuan, peningkatan kemampuan pengambil keputusan untuk
menyerap pengetahuan, menambah anggaran pendidikan, meningkatkan kurikulum
pro-pengetahuan, dan membangun sistem birokrasi yang merangsang masyarakat
berkreasi dan berinovasi. Faktor-faktor yang mendukung harapan pemerintah tersebut
mulai di tandai dengan banyaknya lembaga/instansi maupun perorangan yang muncul
dengan menyediakan layanan sumber data untuk berbagai kebutuhan akan referensi
ilmu pengetahuan, dalam hal ini berupa referensi ilmiah tentulah sangat membantu
bagi siapa saja yang butuh akan suatu referensi untuk menambah pengetahuannya
mengenai suatu hal.
Sumber buku elektronik yang sah di Indonesia, antara lain dirilis
oleh Departemen Pendidikan Nasional dengan dibukanya Buku Sekolah Elektronik
(BSE). BSE adalah buku elektronik sah dengan lisensi terbuka yang meliputi buku
teks mulai dari tingkatan dasar sampai lanjut. Buku-buku di BSE telah dibeli hak
ciptanya oleh pemerintah Indonesia melalui Depdiknas, sehingga bebas diunduh,
direproduksi, direvisi serta diperjualbelikan tetapi dengan batas atas harga yang telah
ditentukan. Lebih dari itu, seluruh buku ini telah dinilai dan lolos saringan dari
penilai di Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Badan Penelitian dan Pengembangan,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia juga menyediakan sarana bagi penulis
dan publik untuk membuka akses atas aneka buku elektronik dengan lisensi terbuka.

Universitas Sumatera Utara

31

Sarana ini telah dibuka dengan nama Buku elektronik. Selain untuk buku-buku
ilmiah, buku elektronik juga ditujukan untuk buku 'pembelajaran ilmiah', seperti
diktat, buku teks, dll. Di awal tahun 2000 ketika Raksasa teknologi Amerika,
Microsoft mulai mengalihkan seluruh buku di Perpustakaan Kongres Amerika ke
dalam bentuk digital. Perpustakaan terbesar di dunia ini memiliki 115 juta koleksi
buku, majalah, jurnal, dalam 450 bahasa. Hal ini tentu saja menjadi terobosan yang
membuat orang tak perlu berlelah-lelah menuju perpustakaan untuk mengkaji dan
mencari referensi. Keputusan Microsoft ini cukup beralasan karena minat “membaca”
buku, yang mempertemukan penerbit dan konsumen, kian membesar. 43
Namun, disisi lain mendatangkan buku secara fisik selalu menjadi masalah.
Misalnya, buku hilang, atau rusak. Tidak hanya itu penyebaran informasi dan
pengetahuan yang berasal dari buku-buku dari belahan Eropa dan Amerika sering
mengalami keterlambatan untuk tiba di negara-negara Asia dan Afrika. Microsoft
sebenarnya bukanlah pemain pertama yang melansir buku elektronik. Sekitar akhir
tahun sembilanpuluhan menjelang tahun 2000, ebookcentral.com, Nuvo Media, dan
Soft Book Press sudah memulai bahkan menerbitkan perangkat Buku Elektronik.
Tetapi karena pada saat itu banyak penerbit yang tidak tertarik membuat buku edisi
digital membuat Nuvo Media dan Soft Book Press harus menjual Rocket Book yang
menjadi perangkat pembaca Buku Elektronik seharga US$ 199 dari harga awalnya

43

http://www.buku-e.lipi.go.id/utama.cgi?artikel&1321295564&&1 di unduh pada tanggal 7
september 2016 pukul 13.27 wib

Universitas Sumatera Utara

32

US$ 300, tidak hanya itu keberadaan dua perusahaan tersebut terpaksa harus dibeli
Gemstar International dari TV Guide.44
Pada perkembangan berikutnya, Adobe, yang terkenal dengan perangkat
Fotosoft untuk mengatur tampilan foto, mengeluarkan Acrobat Reader. Perangkat
baca ini bisa diperoleh di homepage-nya Adobe.com secara gratis. Adobe juga telah
mengembangkan

fitur

tambahan

bernama

CoolType.

Dengan

fasilitas

ini

memungkinkan tampilan buku bisa dibaca pada layar LCD (liquid central display).
Layar inilah yang kini digunakan banyak penyedia komputer genggam. Saat ini
pengguna Android juga ikut dimanjakan dengan aplikasi untuk membaca buku yang
bernama Aldiko Book Reader. Bahkan kini Aldiko telah mencapai versi ke 2. Pada
Aldiko Book Reader 2.0, diperubahan dilakukan terutama di bagian user interface,
dimana pengguna dapat dengan mudah melakukan akses ke buku-buku terbaru dan
best-sellers, pilihan font yang lebih baik, rendering teks dan tipografi yang lebih baik,
dan masih banyak kenyaman yang diperoleh bagi pengguna android.45
Ada tiga catatan yang patut dibuka untuk melihat perkembangan Buku
Elektronik di dunia, tidak hanya rintisan awal tetapi sejumlah keberhasilan yang telah
dilakukan pada tiga tempat berikut ini: Project Gutenberg, merupakan layanan buku
digital terbesar dan tertua yang mendukung free Buku Elektronik. Hingga saat ini
terdapat lebih dari 25.000 buku digital yang dengan mudah ditemukan dalam katalog
onlinenya. Lalu arXiV yang terdapat di Universitas Cornell. Fasilitas ini memberikan
44

http://www.buku-e.lipi.go.id/utama.cgi?artikel&1321295564&&1 di unduh pada tanggal 7
september 2016 pukul 13.27 wib
45
Ibid

Universitas Sumatera Utara

33

akses secara terbuka terhadap 368.128 referensi elektronik dalam bidang fisika,
matematika, sains komputer dan biologi kuantitatif. Hal ini didasarkan pada niat
sejumlah ilmuwan yang peduli dengan penyebaran ilmu pengetahuan untuk
masyarakat umum secara bebas. Dahulu para ilmuwan tersebut menyajikan karyanya
dalam jurnal elektronik bergengsi dan berbayar, namun kini telah digratiskan begitu
juga dengan buku-buku hasil terbitan para ilmuwan tersebut. Kemudian adanya
proyek sejuta buku atau yang dikenal dengan The Million Book Project. Proyek ini
dikembangkan oleh Universal Library, yang merupakan sebuah perpustaaan digital
dengan dipelopori oleh Universitas Carnegie Mellon di Amerika Serikat, universitas
Zhejiang di China, Institut Sains di India, dan perpustakaan Alexandria di Mesir.
Proyek ini memuat referensi dalam 16 bahasa dan koleksi bukunya sudah ada sejak
terbitan abad 16.46
Hingga saat ini industri buku elektronik di seluruh penjuru dunia belumlah
semapan buku konvensional walaupun penjualan Buku Elektronik di Amerika Serikat
menunjukkan keunggulan di bandingkan buku cetak. Tren positif ini ternyata mampu
membawa jaringan penerbit dan penyedia jasa buku elektronik yang dulunya
seringkali kurang responsif terhadap pembeli kini mulai menunjukkan keseriusannya.
C. Perbandingan Buku Elektronik Dengan buku Cetak dan perlindungan
hukumnya
Buku Elektronik adalah buku yang biasa anda download dan dibaca lewat
perangkat elektronik. Berupa file *.pdf, *.doc, *.txt dll. Buku Cetak (Printed Book)

46

Ibid hal 58

Universitas Sumatera Utara

34

atau buku cetak adalah buku yang biasa anda jumpai di toko buku dan dicetak pada
bahan kertas. Keunggulan Buku Elektronik.
1. Buku Elektronik
a. Gratis (atau murah). Ini yang utama, anda tinggal search di google dengan
keyword ‘pdf gratis’, ‘Buku Elektronik gratis’, ‘free pdf’ dll atau search
di media share seperti mediafire, 4shared dll. Sementara kita lupakan dulu
hak cipta, yang penting kita senang dan untung..
b. Mudah dan cepat didapat. Dengan mengetik keyword di Search Engine,
dalam hitungan detik muncul file yang anda cari. Tidak perlu pergi ke
toko buku, parkir, naik eskalator atau nanya ke customer service.
c. Hemat Tempat. Ratusan buku dengan tebal ratusan halaman bisa muat
dalam sebuah flash disk seukuran jempol (bahkan kelingking) anda. Jika
dicetak buku – buku tersebut memerlukan lemari dan ruangan yang luas.
d. Ramah Lingkungan. File Buku Elektronik tidak memerlukan kertas yang
notabene diolah dari pohon sebagai bahan bakunya. Dengan demikian
Buku Elektronik mengurangi resiko global warming.
e. Cepat dikirim. Dengan sekali klik mouse maka dalam beberapa menit file
Buku Elektronik sampai ke penerima. Jika mengirim buku cetak harus
berhari-hari karena menggunakan jasa pengiriman pos / expedisi.
f. Tidak akan kehabisan. Jika anda cari di toko buku bisa jadi buku tersebut
sudah habis (out of stock) atau tidak dijual lagi (discontinue).
g. Mudah di copy / duplikasi. File Buku Elektronik mudah dibackup ke
harddisk, CD atau media sharing di Internet. Tidak seperti buku yang jika
di fotocopy akan turun kualitasnya.
h. Semakin Mobile. Dengan perkembangan teknologi gadget seperti
Smartphone, Tablet atau Notebook yang semakin memanjakan mata dan
mudah dibawa (mobile) karena ukurannya seperti buku.
i. Lebih Tahan Lama. Tentu saja hal ini berlaku jika anda rajin membackup
file, merawat hardware dan menjaga system operasi dari serangan virus.
j. Quick Search. Ini yang menjadi keunggulan utama buku elektronik,
dengan fitur Search anda dapat menemukan kata – kata yang anda cari
pada halaman tertentu dalam beberapa detik saka.
k. Bookmark & Highlight. Fitur penanda halaman (bookmark) dan memberi
tanda pada kata / kalimat penting, bisa juga dilakukan seperti halnya buku
cetak.
l. Multimedia. Ini yang paling canggih, Buku Elektronik bisa disisipkan file
audio dan video. Semakin tipis batas antara baca buku atau nonton film.
m. Self Publishing. Jika anda penulis yang kurang beruntung karena naskah
anda ditolak di penerbit manapun, jangan khawatir karena anda juga dan
dapat menerbitkan dan menjual buku dengan bantuan pihak seperti Print
on Demand atau Google Docs, yang bisa mengurangi resiko pembajakan.

Universitas Sumatera Utara

35

n.

Bisa dikonversi. Buku format dijital bisa dikonversi ke bahasa lain lewat
bantuan Google Translate. Bisa juga dikonversi ke format *.doc, *.html,
*.swf dll sehingga lebih terbaca search engine.47

2. Buku Cetak
a. Bisa dibaca kapan, dimana, bagaimana dan siapa saja. Buku cetak bisa
dibaca tanpa memerlukan peralatan dan pengetahuan khusus, ini yang
menjadi keunggulan buku sehingga tetap eksis sampai saat ini.
b. Mata tetap Sehat. Membaca buku cetak tidak melelahkan mata karena
buku cetak tidak memancarkan cahaya. Namun tetap saja tidak baik
membaca terlalu dekat dan di ruangan terlalu gelap.
c. Sensasi Indra sentuhan dan pencium. Bahan buku berasal dari pohon.
Maka secara psikologi anda dan buku adalah sesama mahluk hidup.
Harum kertas dan kasarnya kertas menimbukan sensasi yang tiada
duanya. Selain itu buku baru dan buku lama mempunyai bau dan kesan
berbeda sehingga menimbulkan pengalaman / sensasi tersendiri ketika
membacanya.
d. Terpercaya. Karena semua buku yang dijual di toko buku besar memiliki
ISBN (International Serial Book Number), maka buku cetak bisa menjadi
acuan para akademisi untuk menjadi literatur yang akan dicantumkan
pada daftar pustaka. Jika ada kesalahan pada buku anda bisa hubungi toko
buku, penerbit atau penulisnya.
e. Meningkatkan pendapatan negara dan dunia usaha. Hal ini tidak
dirasakan para pembeli dan pembaca buku cetak. Dengan
menginvestasikan uang anda di buku, berarti anda telah menghidupi
jutaan orang yang terlibat seperti penulis, penerbit, toko buku, percetakan,
toko kertas, desainer grafis dll.48
Hukum berfungsi sebagai alat perlindungan kepentingan manusia, agar
kepentingan manusia itu terlindungi, sehingga hukum harus dilaksanakan.
Pelaksanaan hukum dapat berlangsung secara normal, damai, tetapi dapat juga dapat
terjadi karena pelanggaran hukum. Dalam hal ini, hukum yang telah dilanggar itu

47

https://hendihen.wordpress.com/2013/11/17/buku-dijital-e-book-vs-buku-cetak/ di unduh
pada tanggal 7 september 2016 pukul 13.43
48
https://hendihen.wordpress.com/2013/11/17/buku-dijital-e-book-vs-buku-cetak/ di unduh
pada tanggal 7 september 2016 pukul 14.13

Universitas Sumatera Utara

36

harus ditegakkan, melalui penegakan hukum inilah hukum itu menjadi kenyataan.49
Perlindungan hukum terhadap hak cipta sesungguhnya merupakan pengakuan
terhadap hak eksklusif, yaitu hak untuk menikmati sendiri manfaat ekonomi pada
ciptaan, dengan mengecualikan orang lain yang tanpa persetujuannya untuk turut
menikmatinya. Hukum melindungi monopoli serupa itu dan mencegah orang lain
mengambil manfaat dari ciptaannya secara tidak adil. Pencipta dapat menikmati
sendiri hasil jerih payahnya tanpa gangguan apapun yang dapat merugikan
kepentingannya dengan monopoli. Kekuatan proteksi monopoli itu yang diharapkan
menjadi insentif untuk memacu kreativitas dan berkembangnya daya inovasi
masyarakat, sehingga dapat melahirkan ciptaan-ciptaan baru yang lebih banyak dan
beragam. Setidaknya ada beberapa alasan mengapa begitu pentingnya bagi seluruh
pihak di Indonesia untuk memberi perhatian serius terhadap hak cipta, yaitu:50
1. Hak cipta mengandung budaya berpikir rasional, budaya berpikir kreatif,
budaya bekerja dan berkarya, dan budaya menghormati karya atau jerih payah
orang lain. Macam-macam budaya itu sangat diperlukan jika ingin
membangun masyarakat atau negara maju.
2. Perkembangan dunia telah memasuki babak baru bahwa barang-barang ber
HKI umumnya dan ber-hak cipta khususnya sudah menjadi komoditi yang
bernilai tinggi secara ekonomi. Semakin banyak negara menghasilkan barang
ber-hak cipta semakin besar peluang meningkatkan devisa negara. Pada masa
sekarang maupun yang akan datang, Indonesia tidak dapat lagi hanya
mengandalkan komoditi ekspor yang bersumber dari (hasil) alam. Sumber
daya alam itu terbatas dan suatu saat akan habis.
3. Lahirnya WTO yang diikuti dengan TRIPs merupakan genderang persaingan
bebas, bahkan pertarungan satu lawan satu antarnegara, dan secara riil adalah
persaingan antarmanusia. Kecerdasan, kreativitas, dan kecepatan bertindak
manusia adalah kunci memenangkan persaingan. Apabila bangsa kita tetap
49

Otto Hasibuan, Hak Cipta Di Indonesia, Tinjauan Khusus Hak Cipta Lagu, Neighbouring
Rights, dan Collecting Society, Bandung: PT. Alumni, 2008, hal. 250.
50
Ibid, hal. 261.

Universitas Sumatera Utara

37

tidak concern dengan budaya hak cipta, selamanya budaya mencipta (yang
membutuhkan kecerdasan, kreativitas, dan kecepatan bertindak) tidak akan
berkembang di Indonesia. Jika budaya mencipta tidak berkembang, seterusnya
bangsa kita hanya menjadi pembeli atau konsumen produk-produk asing
(Eropa, Amerika, Jepang, Korea, dan lain-lain) seperti selama ini.
Munculnya UUHC 2014 merupakan suatu penyempurnaan yang dilakukan
terhadap undang-undang sebelumnya. Tujuan dari penyempurnaan ini tentunya
diarahkan pada perlindungan yang lebih baik yang diberikan terhadap pencipta dan
ciptaannya. Perkembangan yang semakin pesat dalam bidang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni dan sastra menimbulkan kebutuhan akan adanya peningkatan
perlindungan dan jaminan kepastian hukum bagi pencipta, pemegang hak cipta, dan
juga pemilik hak terkait. Turut sertanya Indonesia dalam berbagai perjanjian
internasional di bidang hak cipta dan hak terkait juga mendorong Indonesia untuk
mengaplikasikannya secara lebih lanjut dalam sistem hukum nasional, agar para
pencipta dan kreator nasional mampu berkompetisi dalam jangkauan internasional.
Hal ini juga termasuk dalam beberapa latar belakang lahirnya UUHC 2014
menggantikan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta. Dari
penjelasan tersebut dapat dilihat bahwa tujuan dari lahirnya undang-undang tersebut
secara nyata adalah untuk memberi perlindungan yang lebih baik terhadap pencipta.
Hal ini dapat dilihat dari pasal-pasal dalam undang-undang tersebut yang
menunjukkan keseriusan perlindungan yang diberikan terhadap pencipta, pemegang
hak cipta dan pemilik hak terkait.
Implementasi dari UUHC 2014 belum banyak yang dapat dilihat secara nyata
dalam penegakan hukum di Indonesia. Hal ini disebabkan undang-undang ini masih

Universitas Sumatera Utara

38

baru diberlakukan sejak akhir tahun 2014. Namun secara teori dapat dilihat gambaran
dari pemberlakuan undang-undang ini dalam melindungi hak-hak para pihak dalam
hak cipta di Indonesia. Terdapat beberapa perubahan dalam UUHC 2014 antara lain
adanya perlindungan hak ekonomi dan hukum pencipta serta industri teknologi
informasi dan komunikasi, dimana pada undang-undang terdahulu masalah hak
ekonomi diletakan pada bagian umum penjelasan. Sedang dalam UUHC 2014 ini,
hak ekonomi pencipta atau pemegang hak cipta diatur dalam pasal khusus yakni Pasal
8-11 UUHC 2014, hak ekonomi atas potret dalam Pasal 12-15 UUHC 2014 yang
pengalihannya diatur dalam Pasal 16-19 UUHC 2014. Demikian dalam jangka
perlindungan, juga mengalami perubahan yang signifikan dimana dalam UUHC 2014
diberikan seumur hidup dan 70 tahun sesudah meninggal, sedangkan dalam UndangUndang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta hanya diberikan tambahan selama
50 tahun setelah meninggal.51 Implementasi dari pasal ini tentunya akan memberikan
dampak positif bagi pencipta, dimana pencipta lebih dihargai dengan adanya
perpanjangan waktu perlindungan. Sehingga baik pencipta maupun keturunannya
nanti masih dapat menikmati hak-hak atas ciptaannya.
Pendaftaran ciptaan yang dulunya diatur dalam Undang-Undang Nomor 19
Tahun 2002 tentang Hak Cipta kini diatur dalam UUHC 2014 dengan istilah
pencatatan. Dalam hal ini setiap ciptaan sudah dilindungi secara otomatis, namun
penting bagi para pencipta atau pemegang hak cipta untuk mencatatkan ciptaannya,

51

“UU Hak Cipta Baru”, TRENDMARK Konsultan Hak Kekayaan Intelektual,
http://www.trendmark.web.id/p/uu-hak-cipta-baru.html (diakses tanggal 10 September 2016).

Universitas Sumatera Utara

39

agar memiliki bukti yang sah jika dikemudian hari terjadi permasalahan atau sengketa
menyangkut hak cipta tersebut. Tata cara pencatatan hak cipta diatur dalam Pasal 66
sampai Pasal 73 UUHC 2014. Selain mengenai pencatatan diatur juga mengenai
hapusnya kekuatan hukum pencatatan dalam UUHC 2014. Dalam Pasal 74 UUHC
2014 disebutkan sebab-sebab terjadinya penghapusan kekuatan hukum pencatatan
ciptaan dan hak terkait, yaitu:52
1.
2.
3.
4.

permintaan orang atau badan hukum yang namanya tercatat sebagai
pencipta, pemegang hak cipta, atau pemilik hak terkait;
lampaunya waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58, Pasal 59, Pasal
60 ayat (2) dan ayat (3), dan Pasal 61;
Putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap
mengenai pembatalan pencatatan ciptaan atau produk hak terkait;
melanggar norma agama, norma susila, ketertiban umum, pertahanan dan
keamanan negara, atau peraturan per undang-undangan yang
penghapusannya dilakukan oleh menteri.

Undang-undang hak cipta ini juga melindungi pencipta dalam hal terjadi jual
putus (sold flat) yaitu dalam Pasal 18 UUHC 2014. Ciptaan buku, dan/atau semua
hasil karya tulis lainnya, lagu dan/atau musik dengan atau tanpa teks yang dialihkan
dalam perjanjian jual putus dan/atau pengalihan tanpa batas waktu, hak ciptanya
beralih kembali kepada pencipta pada saat perjanjian tersebut mencapai jangka waktu
25 tahun. Hal tersebut juga berlaku bagi karya pelaku pertunjukan berupa lagu
dan/atau musik yang dialihkan dan/atau dijual hak ekonominya, hak ekonomi tersebut
beralih kembali kepada pelaku pertunjukan setelah jangka waktu 25 tahun, yang
diatur dalam Pasal 30. Pemberlakuan dari pasal ini memberi jaminan perlindungan

52

Pasal 74 UUHC No. 28 Tahun 2014

Universitas Sumatera Utara

40

bagi pencipta yang menjual ciptaannya untuk memperoleh kembali hak ciptanya
secara otomatis setelah 25 tahun.
Bentuk perlindungan lainnya dapat dilihat dalam hal penyelesaian sengketa
hak cipta. Dalam BAB XIV tentang Penyelesaian Sengketa, Pasal 95 (ayat) 1 UUHC
2014 disebutkan bahwa: “Penyelesaian sengketa hak cipta dapat dilakukan melalui
alternatif penyelesaian sengketa, arbitrase, atau pengadilan”. Berdasarkan pada Pasal
95 (ayat) 1 UUHC 2014 tersebut, bahwa upaya penyelesaian sengketa hak cipta bisa
dilakukan melalui alternatif penyelesaian sengketa dan arbritase sebelum ke
pengadilan. Pasal ini merupakan terobosan baru didalam UUHC 2014. Selain itu juga
bahwa untuk penyelesaian hak cipta yang salah satu pihaknya berada di luar negeri,
diakomodir ketentuan penyelesainnya didalam Pasal 95 (ayat) 4 UUHC 2014, yang
berbunyi: “Selain pelanggaran hak cipta dan/atau hak terkait dalam bentuk
pembajakan, sepanjang para pihak yang bersengketa diketahui keberadaannya
dan/atau berada di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia harus menempuh
terlebih dahulu penyelesaian sengketa melalui mediasi sebelum melakukan tuntutan
pidana”.
Selain itu, setiap pencipta, pemegang hak cipta dan pemilik hak terkait bisa
juga mengajukan gugatan ganti rugi melalui Pengadilan Niaga atas pelanggaran hak
cipta atau produk terkait. Ketentuan tentang ganti rugi ini disebutkan didalam Pasal
99 (ayat) 1 UUHC 2014. Menurut ketentuan Pasal 99 (ayat) 2 UUHC 2014
disebutkan bahwa: “Gugatan ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
berupa permintaan untuk menyerahkan seluruh atau sebagian penghasilan yang

Universitas Sumatera Utara

41

diperoleh dari penyelenggaraan ceramah, pertemuan ilmiah, pertunjukan atau
pameran karya yang merupakan hasil pelanggaran hak cipta atau produk hak terkait”.
Selain itu juga pencipta, pemilik hak cipta dan pemegang hak terkait juga bisa bisa
mengajukan putusan sela kepada pengadilan niaga.53
Masyarakat Indonesia sendiri pun masih sangat rendah pemahamannya
terhadap hak cipta khususnya dan HKI umumnya, terbukti bahwa kebanyakan orang
tidak merasa bersalah menjual maupun membeli produk hasil bajakan. Penjual buku
bajakan, kaset atau CD bajakan mungkin banyak yang sadar bahwa perbuatannya
dilarang hukum. Akan tetapi, tidak demikian halnya dengan para pembeli karena
memang undang-undang tidak spesifik melarang orang membeli barang bajakan.
Hanya saja, langsung atau tidak langsung, banyaknya peminat barang bajakan itulah
yang membuat maraknya produksi dan penjualan barang bajakan. Kalau saja
masyarakat sadar nilai sebuah ciptaan sehingga merasa bersalah jika membeli barang
bajakan, hal itu sangat efektif menekan bahkan mungkin menghentikan eksploitasi
ciptaan orang lain oleh orang-orang yang hanya mementingkan diri sendiri.54
Masyarakat seringkali mengalaskan kurangnya kemampuan ekonomi yang
mengharuskan mereka menjual dan membeli barang bajakan. Hal ini dikarenakan
harga barang bajakan jauh berada dibawah harga barang asli. Bahwa perbaikan
ekonomi rakyat harus dilakukan oleh pemerintah dan perekonomian rakyat yang sulit
53
News Detail, “Ketentuan Pidana Dan Penyelesaian Sengketa Hak Cipta Menurut Uu Hak
Cipta
No.
28
Tahun
2014”,
Acemark
Intellectual
property,
http://acemarkip.com/id/news_detail.aspx?ID=116&URLView=default.aspx (diakses tanggal 2
agustus 2016).
54
Otto Hasibuan, Op. Cit. hal. 255

Universitas Sumatera Utara

42

mempengaruhi meningkatnya tingkat kejahatan, itu benar. Pemimpin pemimpin
pemerintahan memang perlu menyadari bahwa dengan himbauan saja supaya rakyat
menaati hukum, sementara kepedulian mereka terhadap kehidupan ekonomi rakyat
yang sangat rendah, tidak ada artinya. Penegakan hukum yang konsisten haruslah
sejalan dengan pembangunan seluruh aspek kehidupan masyarakat.55
Hal yang juga menjadi persoalan pokok menyangkut pelaksanaan hukum hak
cipta adalah kultur dan paradigma masyarakat. Dalam pandangan kultur atau budaya,
dalam pandangan tradisional yang sampai sekarang belum sepenuhnya pupus adalah
bahwa suatu ciptaan oleh masyarakat dianggap sebagai milik bersama dan kalaupun
ada pengakuan individu terhadap ciptaan, tetapi bentuknya lebih menonjolkan segi
moral hak cipta daripada nilai ekonomisnya. Selain itu ada juga realitas yang
menunjukkan dimana masyarakat kita umumnya tidak memandang kejahatan hak
cipta sebagai kejahatan, atau dianggap tidak terlalu jahat. Sangat berbeda misalnya
dalam pandangan masyarakat tentang kejahatan pencurian jika dibandingkan dengan
kejahatan hak cipta. Penegakan hukum dalam perlindungan hak cipta ini sangat
diperlukan. Oleh sebab itu, agar hukum ditegakkan sebagaimana mestinya, sosialisasi
yang mendasar dan sistematis harus dilakukan dalam dua tahap:
1. Pengetahuan hak cipta perlu masuk dalam kurikulum sekolah mulai dari SD
sampai perguruan tinggi;
2. Sosialisasi hak cipta kepada segenap aparat penegak hukum, mulai dari polisi,
jaksa, hakim, dan advokat perlu dilakukan secara intensif. Kalau pemerintah
55

Ibid, hal. 256.

Universitas Sumatera Utara

43

memiliki kemauan politik yang kuat untuk menegakkan hukum hak cipta,
langkah-langkah pembaharuan tidak dapat sekadar mengutak-atik rumusan
undang-undang atau melakukan razia secara insidentil. Yang lebih penting
adalah, melakukan upaya sistematis untuk mengubah budaya dan paradigma
berpikir masyarakat dan penegak hukum.56
D. Pengaturan Perlindungan Buku Elektronik dalam Undang-Undang Hak
Cipta Nomor 28 tahun 2014 dan UU ITE
Sebelum masuk pada pembahasan lebih dalam, buku elektronik tidak diatur
secara tegas, namun menurut Pasal 40 ayat (1) Undang-Undang No. 28 Tahun 2014
tentang Hak Cipta (“UUHC 2014”) sementara perlindungannya hanya bisa dilakukan
menginterprestasikan beberapa ketentuan yang dianggap terkait dengan buku
elektronik sebagaimana akan diuraikan dibawah ini:57
f. Buku, pamflet, perwajahan karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil karya
tulis lainnya;
g. Ceramah, kuliah, pidato, dan Ciptaan sejenis lainnya;
h. Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan;
i. Lagu dan/atau musik dengan atau tanpa teks;
j. Drama, drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomim;
k. Karya seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan, gambar, ukiran,
kaligrafi, seni pahat, patung, atau kolase;
l. Karya seni terapan;
m. Karya arsitektur;
n. Peta;
o. Karya seni batik atau seni motif lain;
p. Karya fotografi;
q. Potret;
r. Karya sinematografi;

56
57

Ibid, hal. 259
Pasal 40 ayat (2) UUHC 2014

Universitas Sumatera Utara

44

s. Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, basis data, adaptasi, aransemen,
modifikasi dan karya lain dari hasil transformasi;
t. Terjemahan, adaptasi, aransemen, transformasi, atau modifikasi ekspresi
budaya tradisional;
u. Kompilasi Ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat dibaca dengan
Program Komputer maupun media lainnya;
v. Kompilasi ekspresi budaya tradisional selama kompilasi tersebut merupakan
karya yang asli;
w. Permainan video; dan
x. Program Komputer.
Melihat pada uraian mengenai apa saja yang termasuk Ciptaan sebagaimana
disebut di atas, dapat dilihat bahwa buku merupakan salah satu Ciptaan yang
dilindungi, begitupula adaptasi. Dalam bagian penjelasan Pasal 40 ayat (1) huruf n
UUHC 2014 disebutkan yang dimaksud dengan “adaptasi” adalah mengalihwujudkan
suatu Ciptaan menjadi bentuk lain.
Oleh karena itu, e-book juga merupakan Ciptaan yang dilindungi karena
merupakan adaptasi dari ciptaan awal berbentuk buku yang masing-masing memiliki
hak cipta sendiri setelah diwujudkan dalam bentuk nyata. Hal ini juga sebagaimana
disebutkan dalam Pasal 40 ayat (2) UUHC 2014 yang menyatakan: Ciptaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf “n” dilindungi sebagai Ciptaan
tersendiri dengan tidak mengurangi Hak Cipta atas Ciptaan asli.
Perkembangan internet yang sangat pesat dapat meningkatkan pola interaksi
antar manusia, baik antar individu maupun kelompok. Hal itu membuat fenomena
baru di bidang hukum. Fenomena tersebut yaitu salah satunya perlindungan hak cipta
atas karya digital seperti : gambar digital (digital image), buku elektronik (ebook), grafik, tabel, film, musik dan lagu, dan jenis karya digital lainnya. Saat ini,

Universitas Sumatera Utara

45

realita perlindungan hak cipta atas karya digital dilakukan dengan pendekatan
perlindungan hak cipta melalui perlindungan hukum atas perlindungan teknis /
teknologi pengaman. Dalam bidang teknologi informasi teknologi pengaman dikenal
dengan istilah Digital Right Management (DRMs). Teknologi tersebut dapat dijadikan
sarana perlindungan kekayaan intelektual di internet, termasuk karya digital di
dalamnya.
Buku elektronik atau E-Book juga tidak di atur secara jelas di dalam UndangUndang Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2016 Tentang Perubahan Undang
Undang Nomor 11 tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Teknologi,
melainkan yang di atur hanyalah karya tulis lainnya seperti di dalam pasal 1 ayat 4 di
UU ITE tentang tentang informasi dan transaksi elektronik yang berbunyi “dokumen
Elektronik adalah setiap Informasi Elektronik yang dibuat, diteruskan, dikirimkan,
diterima, atau disimpan dalam bentuk analog, digital, elektromagnetik, optikal, atau
sejenisnya, yang dapat dilihat, ditampilkan, dan/atau didengar melalui Komputer atau
Sistem Elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta,
rancangan, foto atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, Kode Akses, simbol atau
perforasi yang memiliki makna atau arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu
memahaminya.”58 Dapat diambil kesimpulan bahwa buku elektronik atau E-Book itu
sendiri juga dilindungi di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19
tahun 2016 Tentang Perubahan Undang Undang Nomor 11 tahun 2008 Tentang

58

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Informasi Dan
Transaksi Elektronik

Universitas Sumatera Utara

46

Informasi Dan Transaksi Teknologi walaupun tidak secara langsung di tegaskan di
dalam UU ITE tersebut.
Penegakan hukum sebagai usaha menjalankan hukum dapat mempunyai arti
sempit, arti luas dan arti yang tidak terbatas. Dalam arti sempit penegakan hukum
adalah menjalankan hukum oleh polisi, sebagaimana pengertian orang awam tentang
hukum. Dalam arti luas, penegakan hukum adalah menjalankan hukum oleh alat-alat
perlengkapan negara, yakni kepolisian, kejaksaan dan kehakiman. Pengertian hukum
yang tidak terbatas adalah tugas dari pembentuk undang-undang, hakim, jaksa,
pengacara, aparat pemerintah, pamong praja, lembaga pemasyarakatan dan aparat
eksekusi, serta setiap orang ynag menjalankan hukum yaitu badan resmi dan setiap
orang yang bersangkutan dengan proses berjalannya hukum.59 Penegakan hukum
menurut Mahadi sebagai hal menegakkan atau mempertahankan hukum oleh penegak
hukum apabila telah terjadi pelanggaran hukum atau diduga hukum akan atau
mungkin dilanggar. Banyak hambatan yang dihadapi oleh aparat penegak hukum
dalam menegakkan Undang-undang yang dalam hal ini UUHC.60
Berdasarkan

hasil

penelitian

lapangan,

ada

beberapa

alasan

yang

menyebabkan sulitnya penegakan hukum terhadap pelanggaran hak cipta :
1. Pelanggaran hak cipta yang dilakukan sudah banyak terjadi namun belum atau
sulit diketahui sumber dari pelanggaran tersebut.

59

Bambang Poernomo, Orientasi Hukum Acara Pidana, Yogyakarta: Amarta Buku, 1984, hal.

60

Mahadi, Hak Milik Immaterial, Jakarta: BPHN-Bina Cipta, 1985, hal. 90

119

Universitas Sumatera Utara

47

2. Terkait dengan masalah pembuktian atas adanya perbanyakan dari suatu karya
cipta dan pemahaman yang berbeda tentang perbanyakan karya cipta.
3. Adanya kesulitan untuk bekerja sama antara aparat penegak hukum dengan
asosiasi yang berkepentingan karena aparat penegak hukum kurang
memahami mengenai HKI sehingga hasil penanganannya kurang memuaskan
dan masyarakat yang kurang memahami masalah mutu dari suatu karya yang
dihasilkan.
Dalam konteks hukum perdata berdasarkan KUH Perdata, bahwa pihak
pencipta buku dapat mengajukan gugatannya berdasarkan Pasal 1365 KUH Perdata
sebagai suatu perbuatan melawan hukum. Hal ini disebabkan karena adanya suatu
perbuatan pelanggaran hak subjektif orang lain atau bertentangan dengan kewajiban
hukum dari si pembuat sendiri.61
Perlindungan hak cipta atas teknologi pengaman harus dinormakan dengan
baik. Penormaan hak cipta atas teknologi pengaman salah satunya sangat ditentukan
oleh pengadopsian doktrin perlindungan hak cipta. ”Saya menyarankan semua
undang-undang yang mengatur teknologi pengaman itu sebaiknya untuk mengadopsi
doktrin yang perlindungan hak cipta yang tepat”, ujar Budi Agus Riswandi. saat ujian
terbuka di Gedung 1 Fakultas Hukum (FH) Universitas Gadjah Mada (UGM).
Konsultaan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) ini berhasil mempertahankan
disertasinya yang berjudul “Perlindungan Hak Cipta Atas Karya Digital : Studi
Pengadopsian Doktrin Perlindungan Hak Cipta terhadap Teknologi Pengaman dalam
61

Setiawan, Pokok-Pokok Perikatan, Bandung: Bina Cipta, 1977, hal. 76

Universitas Sumatera Utara

48

Perundang-undangan Hak Cipta Indonesia”. Di Indonesia, pengadopsian doktrin
perlindungan hak cipta tidak hanya diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2014 tentang Hak Cipta (UU Hak Cipta), namun juga diatur di dalam beberapa
undang-undang lainnya. Penormaan perlindungan hak cipta yang diatur di berbagai
undang-undang itu nyatanya mengadopsi doktrin perlindungan hak cipta yang
berbeda-beda, sehingga berpeluang menimbulkan perbedaan norma. “Hal tersebut
berpotensi dapat menimbulkan ketegangan sosial dan ekonomi”, tandas Agus Budi
Riswandi.62
Undang- undang mengatur mengenai pelanggaran atas hak cipta. Di dalam
UU No. 28 tahun 2014 ditegaskan bahwa suatu perbuatan dianggap pelanggaran hak
cipta jika melakukan pelanggaran terhadap hak eksklusif yang merupakan hak
Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak dan
untuk memberikan izin atau melarang pihak lain yang tanpa persetujuannya
membuat, memperbanyak, atau menyiarkan karya c