BAB II URAIAN TEORITIS II.1 Kerangka Teori II.1.1 Komunikasi - Program Indolicious Dan Minat Pendengar Most FM (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Program Hiburan Indolicious di Radio MOST FM terhadap Minat Pendengar MOST FM di SMK Pariwisata Indonesia M

BAB II URAIAN TEORITIS II.1 Kerangka Teori II.1.1 Komunikasi Komunikasi mengandung makna bersama-sama (common). Istilah

  komunikasi atau communication berasal dari bahasa Latin, yaitu communicatio yang berarti pemberitahuan atau pertukaran. Kata sifatnya communis, yang bermakna umum atau bersama-sama. (Wiryanto, 2004 : 5)

  Jika ada dua orang terlibat dalam komunikasi, misalnya dalam bentuk percakapan, maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan. Kesamaan bahasa yang dipergunakan dalam percakapan itu belum tentu menimbulkan kesamaan makna. Dengan kata lain, mengerti bahasanya saja belum tentu mengerti makna yang dibawakan oleh bahasa itu. Jelas bahwa percakapan kedua orang dapat dikatakan komunikatif apabila kedua-duanya, selain mengerti bahasa yang dipergunakan, juga mengerti makna dari bahan yang dipercakapkan. (Effendy, 2006:9)

  Akan tetapi, pengertian komunikasi itu dasariah, dalam arti bahwa komunikasi itu minimal harus mengandung kesamaan makna antara dua pihak yang terlibat. Minimal karena kegiatan komunikasi tidak hanya informatif, yakni agar orang lain mengerti dan tahu, tetapi juga persuasif, yaitu agar orang lain bersedia menerima suatu paham atau keyakinan, melakukan suatu perbuatan atau kegiatan, dan lain-lain. (Effendy, 2006 :9)

  Shannon dan Weaver (1949), mengungkapkan bahwa komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain, sengaja atau tidak sengaja dan tidak terbatas pada bentuk komunikasi verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni dan teknologi. (Wiryanto, 2004:7)

  Menurut Harold D. Lasswell, cara yang baik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan berikut; Who Says what In

  

which Channel To Whom With What Effect? (Siapa mengatakan apa dengan

  saluran apa kepada siapa dengan efek bagaimana?). (Wiryanto, 2004:6)

  Lasswell menghendaki agar komunikasi dijadikan objek studi ilmiah, bahkan setiap unsure diteliti secara khusus. Studi mengenai komunikator dinamakan control analysis; penelitian mengenai pers, radio, televisi, film, dan media lainnya disebut media analysis; penyelidikan mengenai pesan dinamai

  content analysis; audience analysis adalah studi khusus tentang komunikan;

  sedangkan effect analysis merupakan penelitian mengenai efek atau dampak yang ditimbulkan oleh komunikasi.

  Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa merupakan gagasan, informasi, opini, dan lain-lain yang muncul dari benaknya.

  Komunikasi antarmanusia hanya bisa terjadi, jika ada seseorang yang menyampaikan pesan kepada orang lain dengan tujuan tertentu, artinya komunikasi hanya bisa terjadi kalau didukung oleh adanya sumber, pesan, media, penerima, dan efek. Unsur-unsur ini bisa juga disebut komponen atau elemen komunikasi.

  Gambar 1 PENERIMA

  SUMBE PESAN MEDIA EFEK LINGKUNGAN

  UMPAN Sumber

  Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat atau pengirim informasi. Dalam komunikasi antarmanusia, sumber bisa terdiri dari satu orang, tetapi bisa dalam bentuk kelompok misalnya partai, organisasi, atau lembaga. Sumber sering disebut pengirim, komunikator atau dalam bahasa Inggrisnya disebut source, sender atau encoder.

  Pesan

  Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau melalui media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat atau propaganda. Dalam bahasa Inggris pesan biasanya diterjemahkan dengan kata message, content atau information.

  Media

  Media yang dimaksud disini ialah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Dalam komunikasi massa, media adalah alat yang dapat menghubungkan antara sumber dan penerima yang sifatnya terbuka, di mana setiap orang dapat melihat, membaca, dan mendengarnya. Media dalam komunikasi massadapat dibedakan atas dua macam, yakni media cetak dan media elektronik. Media cetak seperti halnya surat kabar, majalah, buku, leaflet, brosur, stiker, bulletin, hand out, poster, spanduk, dan sebagainya. Sementara itu, media elektronik antara lain: radio, film, televisi, video

  recording , komputer, electronic board, audio cassette, dan semacamnya.

  Penerima

  Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber. Penerima bisa terdiri satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk kelompok, partai atau negara. Penerima biasa disebut dengan berbagai macam istilah, seperti khalayak, sasaran, komunikan, atau dalam bahasa Inggris disebut audience atau

  

receiver . Dalam proses komunikasi telah dipahami bahwa keberadaan penerima

adalah akibat karena adanya sumber. Tidak ada penerima jika tidak ada sumber.

  Efek

  Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh diartikan perubahan atau penguatan keyakinan pada pengetahuan, sikap, dan tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan pesan.

  Tanggapan Balik

  Umpan balik sering dikatakan salah satu bentuk daripada pengaruh yang berasal dari penerima. Akan tetapi sebenarnya umpan balik bisa juga berasal dari unsur lain seperti pesan dan media, meski pesan belum sampai pada penerima.

  Lingkungan

  Lingkungan atau situasi ialah faktor-faktor tertentu yang dapat memengaruhi jalannya komunikasi. Faktor ini dapat digolongkan atas empat macam, yakni lingkungan fisik, lingkungan sosial budaya, lingkungan psikologis, dan dimensi waktu.

  Proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap, yakni secara primer dan secara sekunder.

1. Proses komunikasi secara primer

  Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (simbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, kial, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya yang secara langsung mampu “menerjemahkan” pikiran dan atau perasaaan komunikator kepada komunikan.

  Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Seorang komunikator menggunakan media kedua dalam melancarkan komunikasinya karena komunikan sebagai sasarannya berada di tempat yang relatif jauh atau jumlahnya banyak. Surat, telepon, teleks, surat kabar, majalah, radio, televisi, film yang merupakan media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi.

  Model Komunikasi Lasswell

  Model komunikasi Lasswell merupakan ungkapan verbal berikut ini:

  • Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect Unsur sumber (who) mengundang pertanyaan mengenai pengendalian pesan. Unsur pesan (says what) merupakan bahan untuk analisis isi. Saluran komunikasi (in which channel) menarik untuk mengkaji mengenai analisis media. Unsur penerima (to whom) banyak digunakan untuk studi analis khalayak. Unsur pengaruh (with what effect) berhubungan erat dengan kajian mengenai efek pesan pada khalayak. Oleh karena itu, model Lasswell ini banyak diterapkan dalam komunikasi massa.

  

Gambar 2

In Which To

  Wit Who Says What

  Channel

  Whom h

  

Model Lasswell

  Jika kita melihat hakikat komunikasi sebagai suatu sistem, gangguan komunikasi bisa terjadi pada semua elemen atau unsur-unsur yang mendukungnya, termasuk faktor lingkungan dimana komunikasi itu terjadi. Menurut Shannon dan Weaver (1949) gangguan komunikasi terjadi jika terdapat intervensi yang mengganggu salah satu elemen komunikasi, sehingga proses komunikasi tidak dapat berlangsung secara efektif. Sedangkan rintangan komunikasi dimaksudkan ialah adanya hambatan yang membuat proses komunikasi tidak dapat berlangsung sebagaimana harapan komunikator dan penerima. (Cangara, 1994:153)

  Gangguan atau rintangan komunikasi pada dasarnya dibedakan atas tujuh macam, yakni sebagai berikut.

  1. Gangguan teknis Gangguan teknis terjadi jika salah satu alat yang digunakan dalam berkomunikasi mengalami gangguan, sehingga informasi yang ditransmisi melalui saluran mengalami kerusakan (channel noise). Misalnya gangguan pada stasiun radio atau TV, gangguan jaringan telepon, rusaknya pesawat radio sehingga terjadi suara bising dan semacamnya.

  2. Gangguan Semantik dan Psikologis Ganggguan komunikasi yang disebabkan karena kesalahan pada bahasa yang digunakan (Blake, 1979). Gangguan semantic sering terjadi karena: a.

  Kata-kata yang digunakan terlalu banyak memakai bahasa asing sehingga sulit dimengerti oleh khalayak tertentu b.

  Bahasa yang digunakan pembicara berbeda dengan bahasa yang digunakan oleh penerima c.

  Struktur bahasa yang digunakan tidak sebagaimana mestinya, sehingga membingungkan penerima d.

  Latar belakang budaya yang menyebabkan salah persepsi terhadap simbol-simbol bahasa yang digunakan

  3. Rintangan Fisik

  Rintangan yang disebabkan karena kondisi geografis misalnya jarak yang jauh sehingga sulit dicapai, tidak adanya sarana kantor pos, kantor telepon, jalur transportasi dan semacamnya. Dalam komunikasi antarmanusia, rintangan fisik bisa juga diartikan karena adanya gangguan organic, yakni tidak berfungsinya salah satu pancaindra pada penerima.

  4. Rintangan Status Rintangan yang disebabkan karena jarak sosial di antara peserta komunikasi, misalnya perbedaan status antara senior dan junior atau atasan bawahan.

  5. Rintangan kerangka berpikir Rintangan yang disebabkan adanya perbedaan persepsi antara komunikator dan khalayak terhadap pesan yang digunakan dalam berkomunikasi. Ini disebabkan karena latar belakang pengalaman dan pendidikan yang berbeda.

  6. Rintangan Budaya Rintangan yang terjadi disebabkan karena adanya perbedaan norma, kebiasaan dan nilai-nilai yang dianut oleh pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi.

II.1.2 Komunikasi Massa

  Komunikasi massa diadopsi dari istilah bahasa Inggris, mass

  communication , sebagai kependekan dari mass media communication

  (komunikasi media massa). Artinya, komunikasi yang menggunakan media massa atau komunikasi yang mass mediated. Istilah mass communications atau

  communications diartikan sebagai salurannya, yaitu media massa (mass media) sebagai kependekan dari media of mass communication (Susanto, 1974).

  (Wiryanto, 2004:69) Massa di sini kita artikan sebagai meliputi semua orang yang menjadi sasaran alat-alat komunikasi massa atau orang-orang pada ujung lain dari saluran

  (Berlo, 1960). Massa mengandung pengertian orang banyak. Mereka tidak harus berada di lokasi tertentu yang sama. Mereka dapat tersebar atau terpencar di berbagai lokasi, yang dalam waktu yang sama atau hampir bersamaan dapat memperoleh pesan-pesan komunikasi yang sama. Komunikasi massa dipengaruhi oleh kemampuan media massa untuk membuat produksi missal dan untuk menjangkau khalayak dalam jumlah besar.

  Herbert Blumer (1939) membuat definisi massa dengan membandingkan istilah tersebut dengan bentuk kolektivitas lainnya yang kita temukan dalam kehidupan sosial, khususnya “kelompok”, “kerumunan”, dan “publik”.

  Menurut Joseph A. Devito dalam bukunya, Communicology: An

  

Introduction to the Study of Communication , komunikasi massa adalah

komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar audio dan visual.

  Komunikasi massa barangkali akan lebih mudah dan lebih logis bila didefinisikan menurut bentuknya: televisi, radio, surat kabar, majalah, film, buku, dan pita).

  Komponen komunikasi massa

  □ 1.

  Komunikator Massa Jantung komunikasi massa adalah orang-orang yang memproduksi pesan yang disampaikan lewat media massa. Orang-orang ini mencakup jurnalis, penulis naskah film, penulis lagu, penyiar televisi, disc jockey radio, praktisi public relations, dan orang-orang periklanan seperti copywriter.

  Komunikator massa (mass communications) berbeda dengan komunikator lain karena mereka tidak dapat melihat audiennya. Komunikasi dengan audien yang tak dilihat langsung inilah yang membedakan komunikasi massa dari bentuk komunikasi lain.

  2. Pesan Massa

  Item berita adalah pesan massa (mass message), seperti film, novel, lagu,

  rekaman, dan iklan billboard. “Pesan” (message) adalah bentuk paling nyata dari hubungan kita dengan media massa. Kita memperhatikan media massa karena ingin mendapatkan pesannya. Kita tidak mendengarkan radio, misalnya, untuk memahami teknologi radio. Kita mendengarkan radio untuk mendengarkan musik.

  3. Media Massa Media massa (mass media) adalah sarana yang membawa pesan. Media massa utama adalah buku, majalah, koran, televisi, radio, rekaman, film, dan web. Kebanyakan ahli teori menganggap media sebagai wahana yang netral dalam memuat pesan.

  4. Audien Massa Jumlah dan diversitas audien massa (mass audience) menambah kompleksitas komunikasi massa. Komunikator massa tahu bahwa pesannya telah diterima melalui cara-cara tak langsung. Komunikator massa tak pernah tau pasti berapa besarnya audien, apalagi efek dari pesannya. Audien massa berubah-ubah. Apa yang menarik perhatian pada suatu saat mungkin tidak akan menarik lagi di saat yang lain. Tantangan dalam melakukan komunikasi ke audien massa bahkan lebih kompleks karena orang berubah-ubah dalam memberi perhatian di sepanjang waktu mereka, dan ketika mereka sedang memerhatikan, perhatian itu pun bervariasi tingkst intensitasnya.

  Komunikasi Massa terdiri dari unsure-unsur sumber (source), pesan (message), saluran (channel), penerima (receiver) serta efek (effect). Menurut Harold D. Lasswell, unsur-unsur tersebut untuk memahami komunikasi massa.

  Untuk itu, kita harus mengerti unsur-unsur yang diformulasikan dalam bentu pertanyaan berikut ini.

  1. Unsur Who (Sumber atau Komunikator) Sumber utama dalam komunikasi massa adalah lembaga atau organisasi atau orang yang bekerja dengan fasilitas lembaga atau organisasi (institutionalized person). Yang dimaksud dengan institutionalized person (lembaga atau organisasi) adalah perusahaan surat kabar, stasiun radio, televisi, studio film, penerbit buku atau majalah. Adapun yang dimaksud dengan person adalah redaktur surat kabar.

  2. Unsur Says what (Pesan) Charles Wright (1977) memberika karakteristik pesan-pesan komunikasi massa sebagai, berikut: a.

  Publicly Pesan-pesan komunikasi massa pada umumnya tidak ditujukan kepada orang per orang secara eksklusif, melainkan bersifat terbuka, untuk umum atau public. Semua anggota mengetahui bahwa orang lain juga menerima pesan yang sama, dan disampaikan secara publicly.

  b.

  Rapid Pesan-pesan komunikasi massa dirancang untuk mencapai audience yang luas dalam waktu yang singkat serta simultan.

  c.

  Transient Pesan-pesan komunikasi massa umumnya dibuat untuk memenuhi kebutuhan segera, dikonsumsi “sekali pakai” dan bukan untuk tujuan yang bersifat permanen.

  3. Unsur In Which Channel (Saluran atau Media) Unsur ini menyangkut semua peralatan mekanik yang digunakan untuk menyebarluaskan pesan-pesan komunikasi massa. Tanpa saluran tersebut pesan yang dikomunikasikan tidak dapat menyebar secara cepat, luas, dan simultan. Media yang mempunyai kemampuan tersebut adalah surat kabar, majalah, radio, film, televisi, dan media dotcom. Ciri-ciri dari masing- masing media adalah membawakan pesan komunikasi, fungsi, dan peranannya dalam kehidupan sosial, psikologis masyarakat, serta efek yang ditimbulkannya.

  4. Unsur To Whom (Penerima atau Mass Audience) Unsur To Whom adalah yang menyangkut sasaran-sasaran komunikasi massa. Ia adalah orang yang membaca surat kabar, yang membuka halaman-halaman majalah, yang sedang mendengarkan radio, yang sedang menikmati film di bioskop atau film televisi, dan orang yang sedang

  browsing internet.

  5. Unsur With What Effect (Unsur Efek atau Akibat) Efek adalah perubahan-perubahan yang terjadi di dalam diri audience sebagai akibat dari keterpaan pesan-pesan media. David Berlo mengklasifikasikan efek atau perubahan ini ke dalam tig kategori, yaitu perubahan dalam ranah pengetahuan, sikap dan perilaku nyata. Efek diketahui melalui tanggapan khalayak (response audience) yang digunakan sebagai umpan balik (feedback). Jadi, umpan balik merupakan sarana untuk mengetahui efek. Surat pembaca kepada redaksi surat kabar atau telepon, e-mail, dan surat-surat yang dialamatkan kepada stasiun radio an televisi oleh para audience-nya merupakan bentuk tanggapan khalayak. Ha itu dapat berfungsi sebagai umpan balik bagi mass communicator yang bersangkutan. Dalam komunikasi massa, jumlah umpan balik relatif sangat kecil dibandingkan jumlah khalayak secara keseluruhan dan sering hal itu tidak mewakili seluruh khalayak.

  Melakukan kegiatan komunikasi massa jauh lebih sukar dari pada kepada ribuan pribadi yang berbeda satu sama lain tetapi pada saat yang sama, tidak akan bisa menyesuaikan harapannya untuk memperoleh tanggapan komunikasi secara pribadi. Seorang komunikator melalui media massa dikatakan mahir, apabila ia berhasil menemukan metode yang tepat untuk menyiarkan pesannya guna membina “empathy” dengan jumlah terbanyak komunikannya. Jadi dalam komunikasi massa ada dua tugas komunikator, mengetahui apa yang ia komunikasikan dan mengetahui bagaimana ia harus menyampaikannya, sehingga berhasil melancarkan penetrasi kepada benak komunikan. Sebuah pesan yang isinya lemah yang disampaikannya dengan lemah pula kepada jutaan orang, bisa menimbulkan pengaruh yang kurang efektif berbanding dengan pesan yang disampaikan dengan baik kepada komunikan yang jumlahnya sedikit.

  Menurut Alexis S. Tan fungsi komunikasi massa terdapat empat hal, yaitu: (Hidayat, 2007 : 65)

  Tabel 2.1

  No Tujun Komunikator Tujuan Komunikan

  1. Memberi informasi Mempelajari ancaman dan peluang, memahami lingkungan, menguji kenyataan, meraih keputusan

  2. Mendidik Memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang beguna memfungsikan dirinya secara efektif dalam masyarakatnya, mempelajari nilai, tingkah laku yang cocok agar diterima dalam masyarakatnya

  3. Mempersuasi Memberi keputusan, mengadopsi nilai, tingkah laku, dan aturan yang cocok agar diterima dalam masyarakatnya

  4. Menyenangkan, Menggembirakan, mengendorkan urat saraf, memuaskan kebutuhan menghibur, dan mengalihkan perhatian dari komunikan masalah yang dihadapi

II.1.3 Radio

  Sebagai media massa, radio siaran memunyai ciri dan sifat yang berbeda dengan media massa lainnya. Jelas berbeda dengan surat kabar yang merupakan media cetak, juga dengan film yang bersifat mekanik optik. Dengan televisi, kalau pun ada persamaannya dalam sifatnya yang elektronik, terdapat perbedaan, yakni radio sifatnya auditif, televisi audiovisual.

  Penyampaian pesan melalui radio siaran dilakukan dengan menggunakan bahasa lisan, kalaupun ada lambang – lambang nonverbal yang dipergunakan jumahnya sangat minim.

  Keuntungan radio siaran bagi komunikator ialah sifatnya yang santai. Orang bisa menikmati acara siaran radio sambil makan, sambil tidur-tiduran, sambil bekerja, bahkan sambil mengemudikan mobil.

  Penyajian hal yang menarik dalam rangka penyampaian suatu pesan, adalah penting, karena publik sifatnya selektif. Begitu banyak pilihan di antara sekian banyak media komunikasi, dan begitu banyak pula pilihan acara dari sekian banyak acara dari setiap media. Dalam hal ini musik memegang peranan yang sangat penting. Di antara acara-acara musik yang memukau itulah pesan- pesan disampaikan kepada para pendengar.

  Radio siaran adalah “makanan” telinga, untuk didengarkan, hal-hal yang dapat dipahami melalui indera telinga. Karena itu apa yang disajikan untuk dibaca belum tentu dapat dimengerti apabila dihidangkan melalui radio siaran. Susunan berita untuk surat kabar tidak akan mencapai tujuannya apabila dibacakan di depan mikrofon radio siaran. Susunan kata-kata untuk pidato dalam rapat di alun- alun tidak akan sukses jika dibacakan di depan mikrofon radio. Untuk radio siaran terdapat gaya tersendiri, yakni yang disebut “radio style” atau “gaya radio”.

  Di Amerika Serikat, tempat lahirnya radio style sudah terdapat ketentuan- ketentuan mengenai bentuk dan susunan kalimat untuk radio siaran, kata-kata yang boleh dipergunakan dan yang harus dihindarkan pemakaiannya. Bahkan telah diselidiki kata-kata mana yang lebih besar daya penerimaannya dan yang mudah ditangkap pengertiannya oleh rata-rata pendengar. Selain itu, ditentukan pula bagaimana cara membawakannya suatu acara, sehingga apa yang diucapkan oleh penyiar-penyiar tidak hilang sewaktu tiba ditelinga pendengar. Kata-kata disusun menjadi daftar yang panjang untuk menjadi pegangan penyiar, dimana ditentukan kata-kata yang ringan untuk diucapkan.

  Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya “radio style” ialah: 1. Sifat radio siaran a.

  Auditif Sifat radio siaran adalah auditif, untuk didengar, karena hanya untuk didengar, maka isi siaran yang sampai di telinga pendengar hanya sepintas lalu saja.

  b.

  Mengandung gangguan Radio siaran tidak merupakan media sempurna. Komunikasi melalui radio siaran tidak akan sesempurna seperti komunikasi antara dua orang secara berhadapan. Kalau tidak bersifat alamiah, maka gangguan itu bersifat teknis. Gelombang radio yang ditimbulkan oleh pancaran pemancar radio mendapat pengaruh sinar matahari. Akibatnya ialah isi siaran tidak dapat dipancarkan oleh gelombang yang mendukungnya secara leluasa. Gangguan teknis dapat berupa “interferensi”, yakni dua atau lebih gelombang yang berdempetan, sehingga membuat isi siaran sukar dimengerti.

  c.

  Akrab Radio siaran sifatnya akrab, intim. Seorang penyiar radio seolah-olah berada dikamar pendengar yang dengan penuh hormat dan cekatan menghidangkan acara-acara yang menggembirakan kepada penghuni rumah.

2. Sifat pendengar radio a.

  Heterogen

  Pendengar adalah massa, sejumlah orang yang sangat banyak yang sifatnya heterogen, terpencar-pencar di berbagai tempat.Dan mereka berbeda dalam jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, dan taraf kebudayaan.

  b.

  Pribadi Karena pendengar berada dalam keadaan heterogen, terpencar-pencar di berbagai tempat dan umumnya di rumah-rumah maka sesuatu isi pesan akan dapat diterima dan dimengerti, kalau sifatnya pribadi (personal) sesuai dengan situasi di mana pendengar itu berada. Penyiar harus berbicara seperti bicaranya eorang teman yang datang bertemu.

  c.

  Aktif Wilbur Schramm, Paul Lazarsfeld dan Raymond Bauer, para ahli komunikasi di Amerika Serikat, mereka sama-sama berpendapat bahwa pendengar radio sebagai sasaran komunikasi massa jauh daripada pasif. Mereka aktif. Apabila mereka menjumpai sesuatu yang menarik dari sebuah stasiun radio, mereka aktif berpikir, aktif melakukan interpretasi. Mereka bertanya-tanya pada dirinya, apakah yang diucapkan oleh seorang penyiar radio, benar atau tidak.

  d.

  Selektif Pendengar sifatnya selektif. Ia dapat dan akan memilih program radio siaran yang disukainya. Begitu banyak stasiun radio siaran, tidak terhitung sudah, dengan aneka jenis acara siarannya yang masing- masing berlomba untuk memikat perhatian pendengar. Oleh karena itu maka dalam proses komunikasi massa, unsur pendengar banyak diteliti, karena sasaran yang kompleks ini menyangkut berbagai segi sosiologis, psikologis, edukatif, kultural, dan bahkan juga politis dan ekonomis. (Effendy, 1978 : 87-92)

  Meskipun komunikasi yang dilakukan tergolong komunikasi massa, namun “gaya” komunikasi di radio harus berupa komunikasi personal dan antarpribadi (interpersonal communication) karena pendengar radio, meskipun banyak, harus dianggap hanya seorang individu layaknya teman dekat. Prinsip utama siaran radio adalah visualisasi, yakni berimajinasi, membayangkan “berbicara kepada seorang pendengar yang duduk di depan penyiar”.

  Karena termasuk media massa, radio memiliki karakteristik media massa.

  1. Publisitas, yakni disebarluaskan kepada publik, khalayak, atau orang banyak. Siapa saja bisa mendengarkan siaran radio. Tidak ada batasan tentang siapa yang boleh dan tidak boleh mendengarkan.

  2. Universalitas, pesannya bersifat umum, tentang segala aspek kehidupan dan semua peristiwa di berbagai tempat, juga menyangkut kepentingan umum karena sasaran dan pendengarnya orang banyak (masyarakat umum).

  3. Periodisitas, tetap atau berkala, misalnya harian atau mingguan. Radio mengudara secara periodik, misalnya 19 jam setiap hari: mulai pukul 05.00 pagi hingga pukul 12.00 malam.

  4. Kontinuitas, berkesinambungan atau terus menerus sesuai dengan periode mengudara atau jadwal terbit.

  5. Aktualitas, berisi hal-hal baru, seperti informasi atau laporan peristiwa terbaru, tips baru, dan sebagainya. Aktualitas juga berarti kecepatan penyampaian informasi kepada publik. Namun, dibandingkan dengan media massa lain, radio memiliki karakteristik khas sebagai berikut:

  1. Auditori, Sound Only, auditif. Radio adalah “suara”, untuk didengar, dikonsumsi telinga atau pendengaran. Apa pun yang disampaikan melalui radio harus bebentuk suara.

  2. Transmisi. Proses penyebarluasannya atau disampaikan kepada pendengar melalui pemancaran (transmisi).

  3. Mengandung gangguan. Seperti timbul-tenggelam (fading) dan gangguan teknis “channel noise factor”.

  4. Theatre of Mind. Radio mencipta gambar (makes pictures) dalam imajinasi pendengar, “memainkan” imajinasi pendengar, dengan kekuatan kata dan suara. Secara harfiah, theatre of mind berarti ruang bioskop di dalam pikiran. Radio mampu menggungah imajinasi pendengarnya, dengan suara, musik vokal atau bunyi-bunyian.

  5. Identik dengan musik. Umumnya orang mendengarkan radio untuk mendengarkan musik/lagu. Radio menjadi media utama untuk mendengarkan musik.

  Keunggulan dan Kelemahan Radio

  1. Keunggulan Radio a.

  Cepat dan Langsung, Sarana tercepat, lebih cepat dari surat kabar maupun TV, dalam menyampaikan informasi kepada publik tanpa melalui proses cetak. Hanya dengan melalui telepon, reporter radio dapat secara langsung menyampaikan berita atau melaporkan peristiwa yang ada di lapangan.

  b.

  Akrab. Radio adalah alat yang akrab dengan pemiliknya. Orang jarang sekali duduk dalam satu grup mendengarkan radio, tetapi biasanya mendengarkan sendirian, seperti di mobil, di dapur, di kamar tidur, dan sebagainya.

  c.

  Personal. Jadi teman karena mampu menyentuh pribadi pendengar.

  Pembicaraannya langsung menyentuh aspek pribadi (interpersonal

  communications ), dengan pendekatan pibadi (personal approach), sehingga radio menjadi teman pribadi yang setia.

  d.

  Hangat. Paduan kata-kata, musik, dan efek suara dalam siaran radio mampu mempengaruhi emosi pendengar. Pendengar akan bereaksi atas kehangatan suara penyiar dan seringkali berpikir bahwa penyiar adalah seorang teman bagi mereka.

  e.

  Sederhana. Tidak rumit f. Tanpa batas. Jangkauan wilayah siarannya luas. Siaran radio menembus batas-batas geografis, demografis, SARA (Suku, Agama, Ras,

  Antargolongan), dan kelas sosial.

  g.

  Murah. Dibandingkan dengan berlanggananmedia cetak atau harga pesawat televisi, pesawat radio relatif jauh lebih murah. Pendengar pun tidak dipungut biaya bayaran sepeser pun untuk mendengarkan radio. Orang bisa mendengarkan aneka musik, hiburan, dan informasi, tanpa harus membayar. h.

  Bisa Mengulang. Radio memiliki kesementaraan alami (transient nature) sehingga berkemampuan mengulang informasi yang sudah disampaikan secara cepat. i.

  Fleksibel. Siaran radio bisa dinikmati sambil mengerjakan hal lain atau tanpa mengganggu aktivitas yang lain, seperti memasak, mengemudi, belajar, dan membaca koran atau buku. Selain itu pesawat radio pun mobile atau portable, mudah dibawa ke mana saja.

  a.

  Selintas. Dapat diakses cepat dan seketika, juga cepat hilang dan gampang dilupakan. Pendengar tidak bisa mengulang apa yang didengarnya, tidak bisa seperti pembaca koran yang bisa mengulang bacaannya dari awal tulisan.

  b.

  Global. Sajian informasi radio bersifat global, tidak detil, karena angka- angka pun dibulatkan. Misalnya penyiar akan menyebutkan “seribu orang lebih” untuk angka 1.053 orang.

  c.

  Batasan waktu. Waktu siaran radio relatif terbatas, hanya 24 jam sehari, berbeda dengan surat kabar yang bisa menambah jumlah halaman dengan bebas.

  d.

  Linier. Program disajikan dan dinikmati pendengar berdasarkan urutan yang sudah ada, tidak bisa meloncat-loncat. Beda dengan suratkabar, pembaca bisa langsung ke halaman tengah, akhir, atau langsung ke rubrik yang ia sukai.

  e.

  Mengandung gangguan. Seperti timbul tenggelam (fading) dan gangguan teknis “channel noise factor”.

  f.

  Lokal. Media radio bersifat lokal, hanya di daerah yang ada frekuensinya.

II.1.4 Program Radio

  Tingkat persaingan stasiun radio di kota-kota besar dewasa ini cukup tinggi dalam merebut perhatian audiens. Program radio harus dikemas sedemikian rupa agar menarik perhatian dan dapat diikuti sebanyak mungkin orang. Jumlah stasiun radio yang semakin banyak menharuskan pengelola stasiun untuk semakin jeli membidik audiensnya. Setiap produksi program harus mengacu pada kebutuhan audiens yang menjadi target stasiun radio. Hal ini pada akhirnya menentukan format stasiun penyiaran yang harus dipilih.

  Kata “program” berasal dari bahasa Inggris programme atau program yang berarti acara atau rencana. Kata “program” lebih sering digunakan dalam dunia penyiaran di Indonesia daripada kata “siaran” untuk mengacu kepada pengertian acara. Program adalah segala hal yang ditampilkan stasiun penyiaran untuk memenuhi kebutuhan audiensnya (Morissan, 2008:199).

  Program atau acara yang disajikan adalah faktor yang membuat audiens tertarik untuk mengikuti siaran yang dipancarkan stasiun penyiaran. Pringgle-Starr-McCavitt (1991), menjelaskan bahwa: the programming of

  

most station is dominatef by one principal content element or sound, known as

format (program sebagian besar stasiun radio didominasi oleh satu elemen isi atau

  suara yang utama yang dikenal dengan format). Dengan kalimat lain dapat dikatakan bahwa format adalah penyajian program dan musik yang memiliki ciri- ciri tertentu oleh stasiun radio. Secara lebih sederhana dapat dikatakan format stasiun penyiaran atau format siaran radio dapat didefinisikan sebagai upaya pengelola stasiun radio untuk memproduksi program siaran yang dapat memenuhi kebutuhan audiennya (Morissan, 2008:220).

  Setiap program siaran harus mengacu pada pilihan format siaran tertentu seiring makin banyaknya stasiun penyiaran dan makin tersegmennya audien. Format siaran diwujudkan dalam bentuk prinsip-prinsip dasar tentang apa, untuk siapa, dan bagaimana proses pengolahan suatu siaran hingga dapat diterima audien.

  Pada stasiun penyiaran radio terdapat beberapa format, misalnya radio anak-anak, remaja, muda, dewasa, dan tua. Berdasarkan profesi, perilaku, atau gaya hidup ada radio berformat: profesional, intelektual, petani, buruh, mahasiswa, nelayan, dan sebagainya. Menurut Joseph Dominick (2001) format stasiun penyiaran radio dalam kegiatan siaran harus tampil dalam empat wilayah, yaitu:

1. Kepribadian (personality) penyiar dan reporter 2.

  Pilihan musik dan lagu

3. Pilihan musik dan gaya bertutur (talk) 4.

  Spot atau kemasan iklan, jinggel, dan bentuk-bentuk promosi acara radio lainnya.

  Penggolongan jenis-jenis acara siaran (Programme type classification): a.

  Siaran Pemberitaan dan Penerangan (News and Information Programmes): 1.

  Warta berita (Straight News) 2. Reportase (Current Affairs) Penerangan Umum (General Information) 4. Pengumuman (Public Service) b. Siaran Pendidikan (Educational Programme): 1.

  Siaran kanak-kanak (Children’s hour) 2. Siaran remaja (Youth programme) 3. Siaran sekolah (School broadcasting) 4. Siaran pedesaan (Rural broadcasting) 5. Siaran keluarga berencana (Family planning programme) 6. Siaran agama (Religious programme) 7. Ruangan wanita (Women’s hour) 8. Pengetahuan umum (Adult education) c. Siaran kebudayaan (Culture Programmes): 1.

  Kesusasteraan (Literature) 2. Kesenian daerah/tradisional (Folklore) 3. Apresiasi seni (Art Appreciation) d. Siaran Hiburan (Entertainment): 1.

  Musik Daerah (populer) (Local music) 2. Musik Indonesia (populer) (National music) 3. Musik asing (Foreign music) 4. Hiburan ringan (Light entertainment) e. Siaran lain-lain : 1.

  Ruangan iklan (Commercial spot announcement) 2. Pembukaan/penutup siaran (Opening/closing tune) Dilihat berdasarkan jenis siarannya, radio MOST FM merupakan radio jenis siaran hiburan dengan musik Indonesia selama 24 jam. Meskipun penggolongan acara siaran didasarkan atas maksud dan tujuan, namun dalam penyajiannya terdapat berbagai bentuk yang unsur-unsurnya terdiri dari kata-kata (spoken words), musik (music) dan efek suara (sound effects).

  Sebuah pogram siaran lazimnya dilengkapi “format clock” yang harus ditaati penyiar. Format Clock yaitu semacam diagram berupa alokasi waktu, detik demi detik atau menit demi menit, untu memutarkan lagu, iklan, dan bicara, termasuk menerima telepon dan membacakan sms yang masuk.

  Umumnya, siaran terdiri dari tiga elemen program itu, lagu (song), iklan (commercials break), dan waktu bicara (talk time). Ketiga elemen itu pula isi “format clock” pada umumnya.

  Contoh format siaran Program Hiburan Indolicious:

  1. Durasi talk (Lama bicara: Reguler max: 30 detik)

  2. Perbandingan bicara dan lagu: 2-1 lagu sekali bicara

  3. Frekuensi bahasa: Indonesia 100%

  4. Materi siaran: Informasi yang diangkat seputar kuliner, budaya, wisata, dan prestasi Indonesia.

II.1.5 Audiens

  Persaingan media penyiaran pada dasarnya adalah persaingan merebut perhatian audiens dan untuk dapat merebut perhatian audiens, maka pengelola stasiun penyiaran harus memahami siapa audiens mereka dan apa kebutuhan mereka. Dalam era persaingan dewasa ini setiap media penyiaran harus memiliki strategi yang jelas dalam merebut audiens. Strategi merebut audiens adalah sama saja dengan strategi pemasaran (marketing) dalam arti yang luas. Audiens adalah pasar, dan program yang disajikan adalah produk yang ditawarkan.

  Bila media penyiaran ingin membidik audiens dari kelompok remaja, maka stasiun tersebut akan memilih lebih banyak infomasi yang berhubungan dengan kebutuhan kelompok umur tersebut, misalnya memutar musik-musik terbaru. Bila sebuah media penyiaran lebih menargetkan kelompok audiens laki- laki dewasa, maka media itu akan memilih lebih banyak program berita atau olahraga. Bila sebuah media penyiaran ingin menargetkan kelompok sosial atau etnis tertentu, maka media itu akan menyusun program khusus untuk kebutuhan dan kesejahteraan mereka.

  Strategi merebut pasar audiens terdiri dari serangkaian langkah yang berkesinambungan yang menurut Kottler (1980) terdiri atas tiga tahap yaitu segmentasi, targetting, dan positioning. Segmentasi audiens pada dasaranya adalah suatu srategi untuk memahami struktur audiens. Sedangkan targeting atau target audiens adalah persoalan bagaimana memilih, menyeleksi, dan menjangkau audiens sasaran. Setelah audiens dipilih, maka proses selanjutnya adalah melakukan positioning yaitu suatu strategi untuk memasuki jendela otak konsumen. Positioning biasanya tidak menjadi masalah dan tidak dianggap penting selama tingkat persaingan media penyiaran tidak begitu tinggi.

  

Positioning baru akan menjadi penting bilamana persaingan sudah tinggi

(Morissan 2008:166).

  Segmentasi merupakan satu kesatuan dengan targetting dan positioning.

  

Targeting atau menetapkan target audiens adalah tahap selanjutnya dari analisis

  segmentasi. Produk dari targeting adalah target audiens yang akan menjadi fokus kegiatan-kegiatan iklan.

  Segmentasi pasar audiens adalah suatu konsep yang sangat penting dalam memahami audiens penyiaran dan pemasaran program. Eric Berkowitz dan rekannya mendefinisikan segmen pasar, membagi suatu pasar ke dalam kelompok-kelompok yang jelas yang memiliki kebutuhan yang sama dan memberikan respons yang sama terhadap suatu tindakan pemasaran. Dengan demikian, jika ditinjau dari perspektif audiens penyiaran, maka segmentasi pasar adalah suatu kegiatan untuk membagi-bagi atau mengelompokkan audiens ke dalam kotak-kotak yang lebih homogen.

  Tabel 2.2

Segmentasi khalayak

Segmentasi Deskripsi

  Demografi Khalayak dibeda-bedakan berdasarkan karakteristik demografi seperti usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan sebagainya

  Geografis Khalayak dibeda-bedakan berdasarkan wilayah tempat tinggalnya Geodemografis Khalayak yang tinggal di suatu wilayah geografis tertentu diyakini memiliki karakter demografi yang sejenis (namun wilayah geografis harus sesempit mungkin, misalnya kawasan- kawasan pemukiman atau kelurahan)

  Psikografis Khalayak berdasarkan gaya hidup dan kepribadian manusia Gaya hidup mempengaruhi perilaku seseorang, dan akhirnya menentukan pilihan-pilihan konsumsi seseorang. Joseph Plumer (1974), mengatakan bahwa segmentasi gaya hidup mengukur aktivitas-aktivitas manusia dalam hal: 1.

  Bagaimana mereka menghabiskan waktunya (pekerjaan, hobi, liburan, belanja, olahraga, dan lain-lain).

  2. Minat mereka; apa yang dianggap penting di sekitarnya (keluarga, rumah, karier, makanan, dan lain-lain).

  3. Pandangan-pandangan baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain (isu-isu sosial, politik, masa depan, dan lain-lain).

  4. Karakter-karakter dasar seperti tahap yang mereka lalui dalam kehidupan (life cycyle), penghasilan, pendidikan, dan di mana mereka tinggal (Morissan, 2008:178) Segmentasi khalayak MOST FM bila berdasarkan tabel diatas adalah: 1. Demografi a.

  Usia yaitu 70 persen usia 15 - 25 tahun, 20 persen usia 25 – 35 tahun, 10 persen usia 35 tahun b.

  Jenis kelamin yaitu 50 persen laki-laki dan 50 persen wanita c. Pekerjaan/pendidikan yaitu 15 persen professional muda, 20 persen karyawan, 55 persen mahasiswa dan pelajar, 10 persen lain-lain d.

  Sosial ekonomi yaitu 30 persen high, 50 persen middle, 20 persen low 2. Geografis

  Jangkauan pemancar MOST FM meliputi Medan, Belawan, Tebing Tinggi, Berastagi, Kabanjahe, Tanjung Pura, Lubuk Pakam, Binjai, dan sekitarnya

  Berdasarkan riset, stasiun radio di kota besar tidak dapat lagi menjadi media yang bersifat umum yang membidik seluruh lapisan masyarakat. Stasiun di kota besar harus membidik segmen secara terbatas misalnya: kalangan remaja, perempuan, kalangan pebisnis, dan lain-lain. Stasiun radio dengan segmentasi audiens yang jelas pada dasarnya memiliki potensi yang sangat besar digunakan para pemasang iklan untuk mencapai konsumennya.

  Radio dapat dinikmati pendengar sambil melakukan aktivitas-aktivitas lainnya. Pendengar radio dapat dijangkau dalam seketika, dan pesan-pesan yang disampaikan lewat radio menimbulkan efek imajinasi yang besar. Namun demikian, radio memiliki sifat lokal yaitu memiliki daya jangkauan yang terbatas. Oleh karena itu, dalam radius jangkauannya radio harus memiliki segmentasi yang jelas dan tajam siapa yang ingin dijangkaunya.

  Menurut Clancy dan Shulman (1991), ada empat kriteria yang harus dipenuhi pengelola media penyiaran untuk mendapatkan audiens sasaran yang optimal. Keempat kriteria itu adalah: 1.

  Responsif Audiens sasaran harus responsif terhadap program yang ditayangkan 2. Potensi penjualan

  Semakin besar kemungkinan program untuk mendapatkan audiens sasaran, maka semakin besar nilainya

  3. Pertumbuhan memadai Audiens bertambah secara perlahan-lahan sampai akhirnya meningkat dengan pesat. Kalau pertambahan audiens lambat, tentu dipikirkan langkah-langkah agar program bisa lebih diterima audiens.

  4. Jangkauan iklan Pemasang iklan biasanya sangat memikirkan media penyiaran yang paling tepat untuk memasarkan produknya (Morissan, 2008:186).

II.1.6 TEORI S-O-R

  Teori S-O-R sebagai singkatan dari Stimulus - Organism Response ini semula berasal dari psikologi. Objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama, yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi dan konasi.

  Menurut stimulus response ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Jadi unsure-unsur dalam model ini adalah: a.

  Pesan (Stimulus, S) b. Komunikan (Organism, O) c. Efek (Response, R)

  Dalam proses komunikasi berkenaan dengan perubahan sikap adalah aspek “how” bukan “what” dan “why”. Jelasnya how to communicate, dalam hal ini how to

  change the attitude , bagaimana mengubah sikap komunikan.

  Dalam proses perubahan sikap tampak bahwa sikap dapat berubah-ubah, hanya jika stimulus yang menerpa benar-benar melebihi semula. Prof. Dr. Mar’at dalam bukunya “Sikap Manusia”, perubahan serta pengukurannya, mengutip pendapat Hovland, Janis, dan Kelley yang menyatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variabel penting, yaitu: a.

  Perhatian b. Pengertian c. Penerimaan

  

Gambar 3

Organisme:

  • * perhatian Stimulus * pengertian * penerimaan

  

Response

(Perubahan sikap

  Gambar diatas menunjukkan bahwa perubahan sikap bergantung pada proses yang terjadi pada individu (Effendy, 2003:255).

  Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau mungkin ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan.

  Proses berikutnya komunikan mengerti. Kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap. Teori SOR ini jika dikaitkan dengan penelitian yang dilakukan, yakni tentang program hiburan Indolicious di Radio MOST FM Medan minat pendengar MOST FM di SMK Pariwisata Indonesia Membangun-3, yaitu: a.

  Stimulus atau pesannya adalah Program Indolicious di MOST FM b. Organism atau komunikannya adalah siswa SMK Pariwisata Indonesia

  Membangun-3 c. Response atau perubahan sikap adalah adanya perubahan yang dialami oleh komunikan

  Dalam hal ini perubahan yang dimaksud adalah timbulnya ketertarikan atau tidak dalam minat mendengar siswa SMK Pariwisata Indonesia Membangun-3

II.1.7 Minat Minat adalah sesuatu yang pribadi dan berhubungan erat dengan sikap.

  Minat dan sikap merupakan dasar bagi prasangka, dan minat juga penting dalam mengambil keputusan. Minat dapat menyebabkan seseorang giat melakukan suatu kegiatan menuju ke sesuatu yang telah menarik minatnya.

  Pengertian minat adalah suatu fungsi jiwa untuk dapat mencapai sesuatu. Minat merupakan kekuatan dari dalam dan tampak dari luar sebagai gerak gerik. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minatnya. Crow and crow mengatakan bahwa minat berhubungan dengan gaya gerak yang mendorong seseorang untuk menghadapi atau berurusan dengan orang, benda, kegiatan, pengalaman yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri ( Djaali, 2008:121). Dalam menjalankan fungsinya minat berhubungan erat dengan pikiran dan perasaan. Adapun proses minat terdiri dari: a.

  Motif (alasan, dasar, pendorong). b.

  Perjuangan motif. Sebelum mengambil keputusan pada batin terdapat beberapa motif yang bersifat luhur dan rendah dan disini harus dipilih.

  c.

  Keputusan. Inilah yang sangat penting yang berisi pemilihan antara motif- motif yang ada dan meninggalkan kemungkinan yang lain, sebab tak mungkin seseorang mempunyai macam-macam keinginan pada waktu yang sama.

  d.

  Bertindak sesuai dengan keputusan yang diambil (Purwanto, 1998:60). mengambil keputusan dengan ciri-ciri: mempertahankan seluruh kepribadiannya, sifatnya irrasional, berlaku perseorangan dan pada suatu situasi dan timbulnya dari lubuk hati.

Dokumen yang terkait

Pemenuhan Kebutuhan Pada Pendengar Radio (Studi Korelasional Konsumsi Radio 95.9 City FM terhadap Pemenuhan Kebutuhan dalam Bahasa Mandarin Mahasiswa Sastra China STBA-PIA)

2 52 101

Program Indolicious Dan Minat Pendengar Most FM (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Program Hiburan Indolicious di Radio MOST FM terhadap Minat Pendengar MOST FM di SMK Pariwisata Indonesia Membangun-3)

6 62 142

Sistem Informasi Pendengar Radio Melalui Layanan SMS Pada Stasiun Radio Most FM (99,1 Mhz) Medan

1 48 54

Pengaruh Program Radio Dan Minat Dengar (Studi Korelasional Pengaruh Acara O Tano Batak di RadioTeladan FM terhadap Minat Dengar Ibu Rumah Tangga di Kelurahan Sei Sikambing D Kota Medan)

28 167 121

Perbandingan Gratification Sought Dan Gratification Obtained Pendengar Terhadap Program Stasiun Radio (Studi Komparatif tentang Motif dan Kepuasan Pendengar terhadap Program Stasiun Radio Kiss FM dan Prambors Medan di Kalangan Mahasiswa FISIP USU

6 58 89

Pola Penyiaran Radio Bahana Kusuma FM (99,5 MHz) Dan Minat Dengar (Studi Deskriptif Tentang Pola Penyiaran Radio Bahana Kusuma FM Dalam Menarik Minat Dengar Anak Muda Kota Kabanjahe)

4 88 132

Peningkatan Kualitas Layanan Stasiun Radio Bhiga FM Dengan Menggunakan Metode Servqual Untuk Meningkatkan Kepuasan Pendengar (Study Kasus di Radio Bhiga FM Malang)

0 11 1

Konstruksi Makna Mengaji Dalam Program Acara Magrib Mengaji di Radio MQ FM Bandung ( Studi Fenomenologi Konstruksi Makna Mengaji Dalam Program Acara Magrib Mengaji Bagi Pendengar di Radio MQ FM Bandung di Komplek Purnawirawan TNI-AU ( PEPABRI ) di Kabupat

3 88 162

Daya Tarik Isi Pesan Acara Program Rase Cinta Indonesia di Radio Rase 102,3 FM Bandung (Studi Deskriptif Tentang Daya Tarik Isi Pesan Acara Program Rase Cinta Indonesia Di Radio Rase 102,3 FM Bandung Dalam Meningkatkan Minat Dengar Khususnya di Kalangan K

0 57 205

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Kerangka Teori - Iklan Produk Susu di Televisi dan Minat Beli (Studi Korelasional Tentang Iklan Produk Susu Dancow di Televisi terhadap Minat Beli pada Masyarakat di Lingkungan Perumnas Simalingkar Gang.Pinang Raya I,II,III,IV)

0 0 20