Pola Penyiaran Radio Bahana Kusuma FM (99,5 MHz) Dan Minat Dengar (Studi Deskriptif Tentang Pola Penyiaran Radio Bahana Kusuma FM Dalam Menarik Minat Dengar Anak Muda Kota Kabanjahe)

(1)

POLA PENYIARAN RADIO BAHANA KUSUMA FM (99,5

MHz) DAN MINAT DENGAR

(Studi Deskriptif Tentang Pola Penyiaran Radio Bahana Kusuma FM Dalam Menarik Minat Dengar Anak Muda Kota Kabanjahe)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan

Pendidikan Sarjana (S-1) Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Departemen Ilmu Komunikasi

Diajukan Oleh:

Herika Karunia Kaban

060922068

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

PROGRAM ILMU KOMUNIKASI EKSTENSI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh:

LEMBAR PERSETUJUAN

Nama : Herika Karunia Kaban

Nim : 060922068

Departemen : Ilmu Komunikasi Ekstension

Judul : POLA PENYIARAN RADIO BAHANA KUSUMA FM

(99,5 MHz) DAN MINAT DENGAR

(Studi Deskriptif Tentang Pola Penyiaran Radio Bahana Kusuma FM Dalam Menarik Minat Dengar Anak Muda Kota Kabanjahe)

Medan, juni 2009

Dosen Pembimbing Ketua Departemen

Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A Drs. Amir Purba, M.A

NIP. 131.654.103 NIP. 131.654.104

Dekan Fisip USU

Prof. Dr. M. Arif Nasution, M.A NIP. 131.757.010


(3)

ABSTRAKSI

Skripsi ini berjudul; Pola penyiaran Radio Bahana Kusuma FM (99,5 MHz) dan minat dengar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tentang pola penyiaran radio RBK FM (99,5 MHz) dalam menarik minat dengar khususnya anak muda di kota Kabanjahe. Berkaitan dengan hal tersebut peneliti menggunakan teori komunikasi, komunikasi massa, media massa radio, pola penyiaran radio, dan teori uses and gratifications. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode deskriptif, yaitu metode yang berusaha menggambarkan suatu fenomena, dalam hal ini pola penyiaran dan strategi yang dilakukan radio RBK FM (99,5 MHz) dalam menarik minat dengar anak muda kota Kabanjahe. Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah anak muda di kota Kabanjahe yang berusia 16 sampai usia di atas 24 tahun yang berjumlah 29.168 orang. Kemudian untuk menentukan jumlah sampel, digunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dengan tingkat kepercayaan 90% sehingga diperoleh jumlah sampel sebanyak 100 orang. Tekhnik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling yaitu anak muda kota Kabanjahe yang pernah mendengarkan siaran radio RBK FM. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah melalui penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan.Teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis tabel tunggal dimana setiap tabel yang disajikan akan dianalisis. Hasil penelitian menunjukka n bahwa pola penyiaran radio RBK FM sudah baik dan pendengar RBK FM khususnya anak muda merasa puas dengan siaran RBK FM. Hal ini karena pendengar dapat memperoleh info terbaru tentang Grup Band/penyanyi terbaru, lagu-lagu terbaru, gosip terbaru, serta info-info terbaru seputar anak muda. Strategi siaran RBK FM memang disesuaikan dengan target pendengarnya yaitu anak muda kota Kabanjahe. Bukan hanya sebagai media hiburan, RBK FM juga menyiarkan siaran rohani. Dengan demikian, RBK FM tidak hanya memenuhi kebutuhan jasmani pendengar tetapi juga kebutuhan rohaninya.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas anugerah dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan skripsi ini, guna melengkapi syarat untuk mencapai gelar Sarjana pada Universitas Sumatera Utara. Adapun judul skripsi ini adalah “Pola Penyiaran Radio Bahana Kusuma FM (99,5 MHz) dan Minat Dengar.”

Penulisan skripsi ini merupakan hasil terbaik yang telah dilakukan penulis selama di bangku perkuliahan. Dengan penuh kerja keras dan pengorbanan serta harapan, skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak dibantu oleh berbagai pihak baik berupa bimbingan maupun pengarahan, oleh karenanya penulis pada kesempatan ini menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini , terutama kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H . M. Arif Nasution, M. A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Amir Purba, M. A, selaku ketua Jurusan Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A, selaku dosen pembimbing yang telah sabar membimbing selama proses penyusunan skripsi ini, terima kasih untuk segala nasehat dan saran-saran yang diberikan untuk penulis.


(5)

5. Bapak dan Ibu dosen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan membimbing penulis selama ini.

6. Teristimewa kepada kedua orang tuaku Ayahanda Rimbun Kaban dan Ibunda Hermida Br Ginting atas semua kasih sayang, dukungan, perhatian, cinta, doa yang tiada habisnya Ananda terima.

7. Untuk adikku indah Karina Kaban, yang berada di Jogja, terima kasih atas dukungan, saran dan kritik yang kakak terima.

8. Bang dicky Darmawan, terima kasih telah menjadi motivator saya untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

9. Bapak Andri Yansen Bangun,SE selaku Penanggung Jawab dan Direktur Utama PT.Radio Bahana Kusuma (RBK) FM yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

10.Untuk para karyawan di kantor jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara : kak Icut, kak Ros,Bu Dewi yang turut memperlancar pengerjaan skripsi.

11.Akhirya buat teman-temanku Ilmu Komunikasi Ekstensi stambuk 2006 : Maya, Ana, Lena, kak Inne , Wina, Mustafa, Try, bang Ijal, terimakasih dukungannya, bang Boby terima kasih telah meminjamkan skripsi deskriptifnya, Thomas, Habibie, Kocek yang juga sama-sama berjuang, Irma, Uci, shinta, Yuni, Wana terimakasih atas bantuannya, dan lainnya yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

Yang pasti terima kasih banyak untuk semua bantuan dan dukungan yang telah diberikan dari semua pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.


(6)

Medan, juni 2009

NIM. 060922068 HERIKA KARUNIA KABAN


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAKSI ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Pembatasan Masalah ... 6

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

1.5 Kerangka Teori ... 7

1). Komunikasi ... 7

2). Komunikasi Massa ... 9

a. Sejarah Media Massa ... 11

b. Fungsi Media Massa ... 14

c. Proses Komunikasi Massa ... 15

3). Media Massa Radio ... 18

a. Sejarah Perkembangan Radio ... 19

b. Keunggulan dan Kelemahan Radio... 21

4). Pola Penyiaran Radio ... 24

Acara Siaran Radio ... 25

5). Teori Uses and Gratification ... 29

1.6 Kerangka Konsep ... 31

1.7 Model Teoritis ... 32

1.8 Operasional Variabel ... 33

1.9 Defenisi Operasional ... 34

1.10 Sistematika Penulisan ... BAB 2 URAIAN TEORITIS ... 36

2.1 Komunikasi ... 36

a. Proses Komunikasi ... 37

2.2 Komunikasi Massa ... 44


(8)

b. Proses Komunikasi Massa ... 47

2.3 Media Massa Radio ... 49

Sejarah Perkembangan Radio ... 50

2.4 Pola Penyiaran Radio ... 51

2.5 Teori Uses and Gratification ... 61

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ... 64

3.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 64

a. Radio Bahana Kusuma FM (99,5 MHz)... 64

Sejarah Singkat Radio Bahana Kusuma FM ... 64

Maksud Pendirian ... 64

Tujuan Pendirian ... 65

b. Kota Kabanjahe ... 71

3.2 Metode Penelitian ... 77

3.3 Populasi dan Sampel ... 77

Populasi ... 77

Sampel ... 78

3.4 Tekhnik Penarikan Sampel ... 80

3.5 Tekhnik Pengumpulan Data ... 80

3.6 Tekhnik Analisis Data ... 81

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 82

a. Tahap Awal ... 82

b. Pengumpulan Data ... 82

4.2. Proses Pengumpulan Data ... 83

a.Penomoran Kuesioner ... 83

b. Editing ... 83

c. Coding ... 83

d. Inventarisasi Variabel... 83

e. Menyediakan Kerangka Tabel ... 83

f. Tabulasi Data... 84

4.3 Karakteristik Responden ... 84

4.4 Pola Siaran Radio RBK FM ... 88

4.5 Minat Dengar Anak Muda Kota Kabanjahe ... 95

4.6 Pembahasan ... 106


(9)

5.1 Kesimpulan ... 107 5.2 Saran ... 108


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Operasional Variabel ... 33

Tabel 2 Fungsi Komunikasi Massa Alexis S Tan ... 47

Tabel 3 Formula Lasswell ... 48

Tabel 4 Program Acara RBK FM (99,5 MHz) ... 69

Tabel 5 Populasi ... 78

Tabel 6 Proporsional Sampling ... 80

Tabel 7 Usia Responden ... 84

Tabel 8 Pekerjaan Responden ... 85

Tabel 9 Jenis Kelamin Responden ... 86

Tabel 10 Kepemilikan Radio ... 86

Tabel 11 Status Perkawinan Responden ... 87

Tabel 12 Fungsi Siaran RBK FM ... 88

Tabel 13 Tujuan Siaran RBK FM ... 89

Tabel 14 Program Siaran RBK FM ... 90

Tabel 15 Jadwal Acara RBK FM... 91

Tabel 16 Target Siaran RBK FM... 92

Tabel 17 Strategi Siaran RBK FM... 93

Tabel 18 Kekuatan Siaran RBK FM ... 94

Tabel 19 Kelemahan Siaran RBK FM ... 95

Tabel 20 Motif Mendengar Acara RBK FM ... 95

Tabel 21Manfaat Sairan RBK FM ... 97

Tabel 22 Kepuasan Pendengar RBK FM ... 98

Tabel 23 Frekwensi Mendengarkan RBK FM ... 99

Tabel 24 Waktu Mendengarkan RBK FM ... 100

Tabel 25 Lokasi Mendengarkan RBK FM ... 100

Tabel 26 Lama Mendengarkan Siaran RBK FM ... 101

Tabel 27 Program Acara Favorit RBK FM ... 102

Tabel 28 Acara Favorit RBK FM ... 103

Tabel 29 Penyiar Favorit RBK FM... 104


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Model Teoritis ... 32

Gambar 2 Unsur-Unsur yang Mempengaruhi Pemahaman ... 43

Gambar 3 Alat Komunikasi Massa ... 45

Gambar 4 Penyiar RBK FM ... 59

Gambar 5 Bekerjanya Teori uses and gratifications ... 62

Gambar 6 Logika yang Mendasari Kepentingan uses and gratification ... 63

Gambar 7 Struktur Organisasi ... 75


(12)

LAMPIRAN

1. Denah Lokasi Studio RBK FM

2. Denah Studio PT.Radio Bahana Kusuma FM

3. Peta Wilayah Jangkauan Pemancar Radio Bahana Kusuma FM 4. Kuesioner

5. Tabel Foltron cobol 6. Curriculum Vitae 7. Surat Penelitian 8. Surat Izin Penelitian


(13)

ABSTRAKSI

Skripsi ini berjudul; Pola penyiaran Radio Bahana Kusuma FM (99,5 MHz) dan minat dengar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tentang pola penyiaran radio RBK FM (99,5 MHz) dalam menarik minat dengar khususnya anak muda di kota Kabanjahe. Berkaitan dengan hal tersebut peneliti menggunakan teori komunikasi, komunikasi massa, media massa radio, pola penyiaran radio, dan teori uses and gratifications. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode deskriptif, yaitu metode yang berusaha menggambarkan suatu fenomena, dalam hal ini pola penyiaran dan strategi yang dilakukan radio RBK FM (99,5 MHz) dalam menarik minat dengar anak muda kota Kabanjahe. Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah anak muda di kota Kabanjahe yang berusia 16 sampai usia di atas 24 tahun yang berjumlah 29.168 orang. Kemudian untuk menentukan jumlah sampel, digunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dengan tingkat kepercayaan 90% sehingga diperoleh jumlah sampel sebanyak 100 orang. Tekhnik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling yaitu anak muda kota Kabanjahe yang pernah mendengarkan siaran radio RBK FM. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah melalui penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan.Teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis tabel tunggal dimana setiap tabel yang disajikan akan dianalisis. Hasil penelitian menunjukka n bahwa pola penyiaran radio RBK FM sudah baik dan pendengar RBK FM khususnya anak muda merasa puas dengan siaran RBK FM. Hal ini karena pendengar dapat memperoleh info terbaru tentang Grup Band/penyanyi terbaru, lagu-lagu terbaru, gosip terbaru, serta info-info terbaru seputar anak muda. Strategi siaran RBK FM memang disesuaikan dengan target pendengarnya yaitu anak muda kota Kabanjahe. Bukan hanya sebagai media hiburan, RBK FM juga menyiarkan siaran rohani. Dengan demikian, RBK FM tidak hanya memenuhi kebutuhan jasmani pendengar tetapi juga kebutuhan rohaninya.


(14)

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Radio adalah media elektronik tertua dan sangat luwes. Selama hampir satu abad lebih keberadaannya. Radio siaran telah berhasil mengatasi persaingan keras dengan bioskop, rekaman kaset, televisi, kabel, electronic games dan

personal casset players.

Radio sebagai media massa terus mengalami perkembangan yang sangat pesat. Dimulai dari Zaman Belanda, Zaman Jepang, Zaman Kemerdekaan, dan Zaman Orde Baru. Mulai dari radio yang segmentasinya luas, sampai yang mempersempit diri dalam segmentasi (fragmentasi). Sehingga radio yang dulunya bersifat umum, sekarang dikenal dengan radio wanita, radio untuk anak muda, radio untuk remaja, radio khusus berita dan lain sebagainya.

Lembaga penyiaran dalam menjalankan fungsi penyiaran diatur oleh Undang-undang No. 32 tahun 2002, dikatakan bahwa lembaga penyiaran merupakan media komunikasi massa yang mempunyai peran penting dalam kehidupan sosial, budaya, politik, dan ekonomi, memiliki kebebasan dan tanggung jawab dalam menjalankan fungsinya sebagai media informasi, pendidikan, hiburan, serta kontrol dan perekat sosial. (www.sukabumi.go.id/hukum/uu_32_2002.pdf)

Siaran yang dipancarkan dan diterima secara bersamaan, serentak dan bebas, memiliki pengaruh yang dalam pembentukan pendapat, sikap, dan perilaku khalayak, maka penyelenggara penyiaran wajib bertanggung jawab dalam


(15)

menjaga nilai moral, tata susila, budaya, kepribadian dan kesatuan bangsa yang berlandaskan kepada keTuhanan Yang Maha Esa dan kemanusiaan yang adil dan beradab.

Dalam pasal 5, UU No.32 tahun 2002, disebutkan bahwa penyiaran diarahkan untuk : (a) menjunjung tinggi pelaksanaan pancasila dan UUD RI 1945, (b) menjaga dan meningkatkan moralitas dan nilai-nilai agama serta jati diri bangsa, (c) meningkatkan kualitas sumber daya manusia, (d) menjaga dan mempererat persatuan dan kesatuan bangsa, (e) meningkatkan kesadaran kekuatan hukum dan disiplin nasional, (f) menyalurkan pendapat umum dan mendorong peran aktif masyarakat dalam pembangunan nasional dan daerah dan melestarikan lingkungan hidup, (g) mencegah monopoli kepemilikan dan mendukung persaingan yang sehat di bidang penyiaran, (h) mendorong peningkatan kemampuan perekonomian rakyat, mewujudkan pemerataan, memperkuat daya saing bangsa dalam era globalisasi, (i) memberikan informasi yang benar, seimbang, dan bertanggung jawab, (j) memajukan kebudayaan nasional. (www.sukabumi.go.id/hukum/uu_32_2002.pdf)

Dengan adanya UU No.32 Tahun 2002 tersebut berdampak terhadap tumbuh suburnya radio penyiaran di Indonesia, dalam hal ini di kota Kabanjahe. Sedikitnya terdapat tujuh besar stasiun radio siaran di kota Kabanjahe, yaitu: ERSENA FM, GRAY FM, RBK FM, GUNDALING FM, TURANG FM, BAYU FM, dan IRFA FM.

Ersena FM merupakan radio yang programnya mengedepankan etnik karo seperti lagu-lagu yang diputarkan adalah lagu tradisional karo. Radio Ersena FM memiliki sasaran pendengar yang berusia 12-45 tahun, kemudian radio Gray FM


(16)

yang memiliki program siaran yang lebih variatif, seperti lagu Indonesia yang persentasenya hingga 30%, lagu barat, dangdut 10%, dan lagu daerah 40%. Meskipun persentasenya lebih besar pada lagu daerah, Gray Fm kuat dalam kegiatan off air. Yang menjadi sasaran pendengar Gray FM adalah khalayak yang berusia 15-40 tahun.

Lain halnya dengan radio Turang FM, yang memutar 60% lagu daerah di samping lagu Indonesia 20% dan lagu dangdut 5%. Sedangkan Bayu FM memiliki program 20% lagu Indonesia, lagu barat 10%, lagu dangdut 5%, dan lagu daerah 40%. Dan juga memiliki sasaran pendengar yang sama yaitu usia antara 15-40 tahun.

Selain keempat radio yang telah disebutkan di atas, terdapat dua stasiun radio yaitu Irfa FM dan Gundaling FM. Irfa FM merupakan suatu radio komunitas bagi petani dan hampir selalu memperdengarkan musik dari etnik karo, sedangkan radio Gundaling hampir sama dengan radio-radio yang lain di Tanah Karo yang hampir 50% orientasinya adalah kepada lagu-lagu etnik karo dan sisanya terbagi kepada jenis musik, dan acara-acara lain.

Yang menarik dari semua stasiun radio yang ada di Kabanjahe adalah Radio Bahana Kusuma FM atau yang lebih akrab dengan sebutan RBK FM ini mengkhususkan siaran radio bagi anak muda. Dengan demikian RBK FM dirancang khusus untuk anak muda. RBK FM menyajikan hal-hal yang up to date bagi anak muda masa kini. Misalnya saja musik yang sedang hits, gosip anak muda, trend, hingga lifestyle. RBK FM juga memiliki acara khusus anak muda, seperti nongkrong anak band dan acara curhat. Hal ini menjadi kelebihan


(17)

sekaligus dijadikan daya tarik minat dengar khalayak, khususnya anak muda kota kabanjahe.

Persaingan stasiun radio siaran tersebut cukup keras karena populasi penduduk Kabanjahe yang tidak begitu besar. Populasi yang hanya sebesar 66.388 demikian program jiwa harus dibagi dengan setiap stasiun radio siaran tersebut, belum termasuk dengan stasiun radio siaran pemula.

Cukup sulit untuk menarik minat dengar khalayak yang demikian. Untuk itu pemilik stasiun radio siaran harus menentukan target pendengar agar dapat menentukan pola penyiaran. Masing-masing stasiun radio memiliki pola penyiaran yang berbeda-beda. Hal ini dimaksudkan untuk menentukan target pendengarnya. Pola penyiaran yang disusun harus memiliki ciri khas tersendiri agar dapat menjadi pilihan pendengar.

Dalam hal ini, khalayak dianggap sebagai individu yang aktif. Khalayak selalu berusaha menentukan media apa yang paling tepat yang dapat memenuhi kebutuhannya, seperti kebutuhan akan hiburan, informasi, pendidikan, dan sebagainya. Untuk itu, Radio Bahana Kusuma (RBK) FM, membuat segmentasi radio anak muda yang dikhususkan bagi anak muda kota Kabanjahe.

Yang dikatakan anak muda menurut Fitri R. Ghozally dalam bukunya “Psikologi Remaja” adalah seseorang yang berusia 17-22 tahun (Ghozally, 2007:18). Usia 17-22 tahun merupakan masa perkembangan baik secara fisik Maupun pola pikir. Anak muda membutuhkan banyak informasi tentang perkembangan anak muda seperti informasi pendidikan, dan lifestyle. Anak muda juga membutuhkan hiburan dimana kita ketahui bahwa anak muda identik dengan dunia musik. RBK FM selalu menyiarkan musik terbaru dari penyanyi solo


(18)

maupun grup band pendatang baru dan yang sedang naik daun, seperti grup band Soul ID dan Derby Romero, dan lain-lain.

Dewasa ini nilai sebuah informasi tidaklah murah. Harga sebuah majalah juga relatif mahal bagi anak muda yang pada umumnya pelajar dan mahasiswa yang belum memiliki penghasilan. Browsing di internet juga membutuhkan biaya. Tetapi informasi dari radio diperoleh dengan cuma-cuma atau gratis yang tentunya sangat sesuai dengan kondisi anak muda.

Siaran radio juga cocok dikonsumsi oleh anak muda yang dinamis. Anak muda dapat mendengarkan siaran radio sambil beraktifitas. Hanya saja siaran radio tidak dapat diulang.

Dengan demikian dapat memudahkan pemilik stasiun radio siaran dalam menentukan pola penyiaran yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan anak muda kota Kabanjahe. Meskipun pada akhirnya RBK FM tidak hanya dikomsumsi oleh kalangan anak muda tetapi juga dikonsumsi oleh kalangan ibu rumah tangga, buruh, dan lain-lain.

Dengan kespesifikan tersebut, RBK FM dapat terus diingat dan mendapat tempat dihati khalayak Kabanjahe selama 25 tahun. Selain itu, RBK FM memiliki ciri khas lain yang dapat menarik minat dengar khalayak Kabanjahe, yaitu RBK FM selalu menyajikan informasi seputar tanah karo setiap paginya.

Oleh sebab itu, peneliti merasa tertarik untuk meneliti tentang pola penyiaran Radio Bahana Kusuma FM yang berada pada frekuensi 99,5 MHz di kota Kabanjahe, dalam menarik minat dengar anak muda kota Kabanjahe.


(19)

Beranjak dari latar belakang masalah yang tertera diatas, maka dapat dikemukakan perumusan masalah sebagai berikut:

“ Bagaimana pola penyiaran radio Bahana Kusuma dalam menarik minat dengar anak muda kota Kabanjahe ?”

I.3 Pembatasan Masalah

Untuk menghindari ruang lingkup yang terlalu luas dan agar dapat menempatkan penelitian lebih fokus, maka peneliti membuat pembatasan masalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini bersifat deskriptif yang menggambarkan tentang pola penyiaran radio Bahana Kusuma (99,5 MHz), dalam menarik minat dengar khalayak kota Kabanjahe.

2. Penelitian ini dilakukan dari Desember 2008, sampai dengan selesai.

I.4 Tujuan Dan Manfaat Penelitian

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui strategi penyusunan pola penyiaran radio Bahana Kusuma FM, Kabanjahe.

2. Untuk mengetahui minat dan motif pendengar siaran radio Bahana Kusuma FM.

3. Untuk mengetahui manfaat dan kepuasan yang diperoleh pendengar Radio Bahana Kusuma FM.

Manfaat Penelitian


(20)

1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan memperkaya khasanah penelitian di bidang ilmu komunikasi, khususnya mengenai dunia penyiaran radio.

2. Secara Teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan penulis mengenai ilmu komunikasi, khususnya di bidang media massa. 3. Secara Praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

dalam menyusun pola penyiaran radio.

I.5 Kerangka Teori

Menurut Nawawi (2001:39) suatu penelitian memerlukan kejelasan titik tolak landasan berpikir dalam memecahkan masalahnya. Untuk itu disusun kerangka teori yang memuat pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disorot.

Menurut Kerlinger, teori adalah sekumpulan konstruk atau konsep, definisi, dan dalil yang saling terkait yang menghadirkan suatu pandangan sistematis tentang gejala dengan menetapkan hubungan diantara beberapa variabel, dengan maksud menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Dalam Black and Champion, 2001:48)

Adapun teori-teori yang relevan dengan penelitian ini adalah:

1). Komunikasi

Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris Communication berasal dari kata latin Communicatio, dan bersumber dari kata Communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna. Akan tetapi, pengertian komunikasi yang dipaparkan diatas sifatnya dasariah, dalam arti kata bahwa komunikasi itu minimal harus mengandung kesamaan makna antara dua pihak yang terlibat.


(21)

Dikatakan minimal karena kegiatan komunikasi tidak hanya informatif, yakni agar orang lain mengerti dan tahu, tetapi juga persuasif, yaitu agar orang lain bersedia menerima suatu paham, melakukan sesuatu perbuatan, dll.(Effendi, 2004:9).

Selanjutnya menurut Muhammad Arni (2005:5) dalam bukunya “ Komunikasi Organisasi “, disebutkan bahwa komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan atau pengoperan lambang-lambang dalam bentuk informasi, sehingga terjadi perubahan pada diri si komunikan.

Untuk memahami pengertian komunikasi sehingga dapat dilangsungkan secara efektif, para peminat komunikasi sering kali mengutip paradigma yang dikemukakan oleh Harold Lasswell dalam karyanya, The structure And Function

Of Communication In Society. Lasswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk

menjelaskan komunikasi adalah menjawab pertanyaan sebagai berikut: “ Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect “.

Paradigma Lasswell diatas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi 5 unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu, yakni:(Effendi, 2004:10).

a. Komunikator (Communicator, Source, Sender). b. Pesan (Message)

c. Media (Channel)

d. Komunikan (Communicant, Communicate) e. Efek (Impact, Influence)

2). Komunikasi Massa

Komunikasi Massa sebagai bagian dari komunikasi memiliki definisi sederhana dikemukakan oleh Brittner, yakni; komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang (Ardianto,


(22)

2004:3). Definisi komunikasi massa yang lebih rinci dikemukakan oleh Gerbner. Komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berdasarkan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri (Dalam Ardianto, 2004:4).

Joseph A. Devito dalam bukunya, Communicology: An Introduction To The

Study Of Communication, menampilkan definisinya mengenai komunikasi massa

dengan lebih tegas, yakni sebagai berikut: (Dalam Ardianto, 2004:3)

Pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada

massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini tidak berarti bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang mebaca atau semua orang yang menonton TV, agaknya ini berarti bahwa khalayak itu besar dan pada umumnya agak sukar untuk didefinisikan.

Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh

pemancar-pemancar yang audio atau visual. Komunikasi massa barangkali akan lebih mudah dan lebih logis bila didefinisikan menurut bentuknya: TV, radio, surat kabar, majalah, film, buku, dan pita.

Seperti yang dikatakan oleh Severin dan Tankard, Jr, komunikasi massa adalah keterampilan, seni, dan ilmu, dikaitkan dengan pendapat Devito bahwa komunikasi massa itu ditujukan kepada massa dengan melalui media massa dibandingkan dengan jenis komunikasi lainnya, maka komunikasi massa mempunyai ciri-ciri khusus yang disebabkan oleh sifat-sifat komponennya. Ciri-cirinya adalah sebagai berikut(Dalam Effendi, 2004:22-25):

Berbeda dengan komunikasi antarpersona yang berlangsung dua arah (two-way traffic communication), komunikasi massa berlangsung satu arah (one-way communication). Ini berarti bahwa tidak terdapat arus balik


(23)

dari komunikan kepada komunikator. Setidaknya komunikator tidak mengetahui tanggapan komunikannya secara langsung.

Media massa sebagai saluran komunikasi massa merupakan lembaga, yakni suatu institusi atau organisasi. Oleh karena itu, komunikatornya melembaga.

Komunikator melembaga

Pesan yang disalurkan melalui media massa bersifat umum karena ditujukan kepada umum dan mengenai kepentingan umum. Jadi tidak ditujukan kepada perseorangan atau kepada sekelompok orang tertentu.

Pesan yang bersifat umum

 Media komunikasi massa menimbulkan keserempakan

Ciri lain dari media massa adalah kemampuannya untuk menimbulkan keserempakan pada pihak khalayak dalam menerima pesan-pesan yang disebarkan. Hal inilah yang merupakan ciri yang paling hakiki dibandingkan dengan media komunikasi lainnya.

.

Komunikan atau khalayak yang merupakan kumpulan anggota masyarakat yang terlibat dalam proses komunikasi massa sebagai sasaran yang dituju komunikator bersifat heterogen. Dalam keberadaannya secara terpencar-pencar dimana satu sama lainnya tidak saling mengenal dan tidak memiliki kontak pribadi, masing-masing berbeda dalam berbagai hal: jenis kelamin, usia, agama, ideologi, pekerjaan, pendidikan, pengalaman, kebudayaan, pandangan hidup, keinginan, cita-cita, dan sebagainya. Heterogenitas khalayak seperti itulah yang menjadi kesulitan seorang komunikator dalam menyebarkan pesannya melalui media massa karena setiap individu dari khalayak itu menghendaki agar keinginannya dipenuhi.

Komunikan komunikasi massa bersifat heterogen

Media massa atau pers adalah suatu istilah yang mulai dipergunakan pada tahun 1920-an untuk mengistilahkan jenis media massa yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat luas.dalam pembicaraan sehari-hari istilah ini sering disingkat menjadi media.

Masyarakat dengan tingkat ekonomi rendah memiliki ketergantungan dan kebutuhan terhadap media massa yang lebih tinggi daripada masyarakat dengan tingkat ekonomi tinggi karena pilihan mereka yang terbatas. Masyarakat dengan tingkat ekonomi lebih tinggi memiliki lebih banyak pilihan dan akses banyak media massa, termasuk bertanya langsung pada sumber/ahli dibandingkan mengandalkan informasi yang mereka dapat dari media massa tertentu

Media massa yang pertama kali muncul adalah surat kabar. Oleh sebab itu surat kabar merupakan media massa yang paling tua dibandingkan dengan jenis media massa lainnya. Untuk pertama kalinya surat kabar diterbitkan di Bremen a. Sejarah Media Massa


(24)

Jerman pada tahun 1609. di Inggris juga terbit surat kabar pada tahun 1621. sedangkan di Amerika Serikat terbit surat kabar Pensylvania Evening Post dan Daily Advertiser pada tahun 1783. Diikuti pula oleh surat kabar yang terbit di Indonesia yang ditandai dengan perjalanan panjang melalui lima periode yakni pada masa penjajahan Belanda pada tahun 1828, terbit Javasche Courant di Jakarta. Pada zaman Jepang, zaman kemerdekaan, zaman orde lama, dan zaman orde baru.

Untuk selanjutnya terbitlah media massa majalah. Edisi perdana majalah diluncurkan di Amerika pada pertengahan 1930-an memperoleh kesuksesan besar. Sebagaimana surat kabar, sejarah majalah diawali dari negara-negara Eropa dan Amerika. Di Inggris terbit majalah review yang diterbitkan oleh Daniel Depoe pada tahun 1704. Di Amerika, Benjamin Franklin telah mempelopori penerbitan majalah di Amerika tahun 1740, yakni General Magazine dan Historical Chronicle. Tahun 1820-an sampai 1840-an merupakan zamannya majalah (the age of magazines). Di Indonesia keberadaan majalah sebagai media massa dimulai pada massa menjelang dan awal kemerdekaan Indonesia. [a]. Awal kemerdekaan, Soemanang, SH. yang menerbitkan majalah Revue Indonesia, dalam salah satu edisinya pernah mengemukakan gagasan perlunya koordinasi penerbitan surat kabar, yang jumlahnya sudah mencapai ratusan. [b]. Zaman Orde Lama, pada masa ini perkembangan majalah tidak begitu baik, karena relatif sedikit majalah yang terbit. [c]. Zaman Orde Baru, awal orde baru (1966) banyak majalah yang terbit dan cukup beragam jenis, diantaranya adalah majalah Selecta pimpinan Sjamsudin Lubis.


(25)

Setelah surat kabar dan majalah, berkembanglah radio siaran di Indonesia dimulai dari masa penjajahan Belanda, penjajahan Jepang, zaman kemerdekaan dan zaman Orde Baru. [a]. Zaman Belanda, radio siaran yang pertama di Indonesia (Nederland Indie – Hindia Belanda), ialah Bataviase radio siaran Vereniging (BRV) di Batavia (Jakarta tempo dulu) yang resminya didirikan pada tanggal 16 Juni 1925 pada saat Indonesia masih dijajah Belanda, dan berstatus swasta. [b]. Zaman Jepang, ketika Belanda menyerah pada Jepang tanggal 8 Maret 1942, sebagai konsekuensinya, radio siaran yang tadinya berstatus perkumpulan swasta dinonaktifkan dan diurus oleh jawatan khusus bernama Hoso Kanri Kyoku.n [c]. Zaman kemerdekaan, Dibuat pemancar gelap dan berhasil berkumandang di udara radio siaran dengan stasiun call “Radio Indonesia Merdeka” pada tanggal 11 September 1945 diperoleh kesepakatan dari hasil pertemuan antara para pemimpin radio siaran untuk mendirikan sebuah organisasi radio siaran. [d]. Zaman Orde Baru, sampai akhir tahun 1966 RRI adalah satu-satunya radio siaran di Indonesia yang dikuasai dan dimiliki oleh pemerintah. Selain berfungsi sebagai media informasi dan hiburan, pada masa orde baru, radio siaran melalui RRI menyajikan acara pendidikan dan persuasi.

Selanjutnya Televisi, pada tahun 1928 General Electronic Company mulai menyelenggarakan acara siaran televisi secara regular. Pada tahun 1939 Presiden Franklin D. Roosevelt tampil di layar televisi. Sedangkan siaran televisi komersial di Amerika dimulai pada tanggal 1 September 1940. Kegiatan penyiaran televisi di Indonesia dimulai pada tanggal 24 Agustus 1962.

Media massa film juga muncul pada tahun 1903. Film yang pertama kali diperkenalkan kepada publik Amerika Serikat adalah The Life of an American


(26)

Fireman dan film The Grent Train Robbery yang dibuat oleh Edwin S. Porter pada

tahun 1903. Dari catatan sejarah perfilman di Indonesia, film pertama yang diputar berjudul Lady Van Java yang diproduksi di Bandung pada tahun 1926 oleh David.

Pertumbuhan dan kelarisan internet juga perlu dipahami. Di satu sisi internet dapat dibandingkan dengan perkembangan mesin faksimili pada akhir dasawarsa –an. Sistem faksimili yang mendunia itu tidaklah dibangun dalam waktu semalam, ia berkembang dari beberapa mesin faksimili di sini dan di sana.

Media massa terdiri dari media massa cetak, elektronik, dan media online seperti dibawah ini (Ardianto, 2004 : 104-144):

(1). Surat Kabar

Secara kontemporer surat kabar memiliki tiga fungsi utama dan fungsi sekunder. Fungsi utama media adalah : (1) to inform, (2) to Comment, dan (3) to

provide. Sedangkan fungsi sekunder media adalah : (1) untuk kampanye

proyek-proyek yang bersifat kemasyarakatan, yang diperlukan sekali untuk membantu kondisi-kondisi tertentu, (2) memberikan hiburan kepada pembaca dengan sajian cerita komik, kartun, dan cerita-cerita khusus, dan (3) melayani pembaca sebagai konselor yang ramah, menjadi agen informasi dan memperjuangkan hak.

Surat kabar sebagai media massa memiliki lima karakteristik, yaitu: publisitas, periodisitas, universalitas, aktualitas, dan terdokumentasikan.

(2). Majalah

Mengacu pada sasaran khalayaknya yang spesifik, maka fungsi utama media berbeda satu dengan yang lainnya. Majalah berita lebih berfungsi sebagai media informasi. Majalah wanita lebih bersifat menghibur, majalah pertanian fungsi utamanya adalah memberi pendidikan mengenai cara bercocok tanam.

Majalah memiliki karakteristik tersendiri sebagai media cetak, yaitu: penyajian lebih dalam, nilai aktualitas lebih lama, gambar/foto lebih banyak, dan cover sebagai daya tarik.

(3). Radio siaran

Keunggulan radio siaran adalah berada dimana saja. Selain itu, radio memiliki kemampuan menjual pada khalayak bagi pengiklan yang produknya dirancang khusus untuk khalayak tertentu.

Radio siaran juga memiliki beberapa karakteristik, yaitu: imaginatif, auditori, dan gaya percakapan yang akrab.

(4). Televisi

Fungsi televisi sama dengan fungsi media massa lainnya, yakni memberikan informasi , mendidik, menghibur , dan membujuk. Tetapi fungsi


(27)

menghibur lebih dominan. Televisi memiliki beberapa karakteristik, yaitu: audiovisual, berpikir dalam gambar, dan pengoperasian yang lebih kompleks. (5). Film

Seperti halnya televisi siaran, tujuan khalayak menonton film terutama adalah ingin memperoleh hiburan. Akan tetapi dalam film dapat terkandung fungsi informatif, maupun edukatif, bahkan persuasif.

Faktor-faktor yang dapat menunjukkan karakteristik film adalah layar lebar, pengambilan gambar, konsentrasi penuh, dan identifikasi psikologis.

(6). Komputer dan Internet

Internet adalah perkakas sempurna untuk menyiagakan dan mengumpulkan sejumlah besar orang secara elektronis. Informasi menenai suatu peristiwa tertentu dapat ditransisikan secara langsung, sehingga membuatnya menjadi piranti meriah yang sangat efektif.

Selain memiliki ciri-ciri, komunikasi massa juga memiliki fungsi. Fungsi komunikasi massa bagi masyarakat terdiri dari surveillance (pengawasan),

interpretation (penafsiran), linkage (ketertarikan), transmission of values

(penyebaran nilai), dan entertainment (hiburan) (Ardianto, 2004 : 16 – 20). b. Fungsi Media Massa

a. Surveillance (pengawasan)

fungsi pengawasan komunikasi massa dibagi dalam bentuk utama : (1)

warning or beware surveillance (pengawasan peringatan) ; (2) instrumental surveillance (pengawasan instrumental)

b. Interpretation (penafsiran)

fungsi penafsiran hampir mirip dengan fungsi pengawasan. Media massa tidak hanya memasok fakta dan data, tetapi juga memberikan penafsiran terhadap kejadian-kejadian penting.

c. Linkage (pertalian)

Media massa dapat menyatukan anggota masyarakat yang beragam, sehingga membentuk linkage (pertalian) berdasarkan kepentingan dan minat yang sama tentang sesuatu.

d. Transmission

Fungsi ini juga disebut socialization (sosialisasi). Sosialisasi kepada cara, di mana individu mengadopsi perilaku dan nilai kelompok.

e. Entertainment

Sulit dibantah lagi bahwa pada kenyataannya hampir semua media menjalankan fungsi hiburan. Tujuannya adalah untuk mengurangi ketegangan pikiran khalayak.


(28)

Gejala umum yang dapat dilihat dari suatu proses adalah bahwa proses merupakan suatu peristiwa yang berlangsung secara kontinyu, tidak diketahui kapan mulainya dan kapan akan berakhirnya. Dalam operasionalnya, proses memerlukan berbagai komponen (elemen) penunjang. Demikian pula dengan komunikasi yang pada hakikatnya merupakan suatu proses, berlangsungnya komunikasi sudah pasti memerlukan berbagai komponen (elemen). Pengertian komponen di sini adalah bagian-bagian yang terpenting dan mutlak harus ada pada suatu keseluruhan atau kesatuan. (Ardianto, 2004 : 32).

Willbur Schramm mengatakan bahwa untuk berlangsungnya suatu kegiatan komunikasi, minimal diperlukan tiga komponen yaitu source, message,

destination atau komunikator, pesan, komunikan. Apabila salah satu dari ketiga

komponen tersebut tidak ada, maka komunikasi tidak dapat berlangsung. Namun demikian, selain ketiga komponen tersebut masih terdapat komponen lainnya yang berfungsi sebagai pelengkap. Artinya, jika komponen tersebut tidak ada, maka tidak berpengaruh terhadap komponen lainnya. Oleh karena itu, komponen-komponen utama (komunikator – pesan – komunikan) mutlak harus ada pada proses komunikasi.

Pengertian proses komunikasi massa pada hakikatnya merupakan proses pengoperan lambang-lambang yang berarti, yang dilakukan melalui saluran (channel), biasanya dikenal dengan media printed (press), media auditif (radio), media visual (gambar, lukisan) atau media audio visual (televisi dan film). Yang dimaksud dengan media di sini adalah alat yang digunakan untuk mencapai massa (sejumlah orang yang tidak terbatas). Dari uraian tersebut dapat dijelaskan bahwa komunikasi massa merupakan suatu proses yang melukiskan bagaimana


(29)

komunikator menggunakan teknologi media massa secara proporsional guna menyebarluaskan pesannya melampaui jarak untuk mempengaruhi khalayak dalam jumlah yang banyak.

Harold D. Lasswell seorang ahli politik di Amerika Serikat mengemukakan suatu ungkapan yang sangat terkenal dalam teori dan penelitian komunikasi massa. Ungkapan tersebut merupakan suatu formula dalam menentukan scientific study dari suatu proses komunikasi massa dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: who (siapa), says what (berkata apa), in which channel (melalui saluran apa), to whom (kepada siapa), with what

effect (dengan efek apa)?

Masing –masing unsur dalam Formula Lasswell mengandung problema tertentu. Formula tersebut, meskipun sangat sederhana telah membantu mengorganisasikan dan memberikan struktur kajian bidang komunikasi massa. Selain dapat menggambarkan komponen dalam proses komunikasi massa, Laswell sendiri menggunakan formula ini dengan tujuan untuk membedakan berbagai jenis penelitian komunikasi. Hal ini dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Formula Lasswell

WHO SAYS WHAT IN WHICH

CHANNEL

TO WHOM WITH WHAT

EFFECT

Siapa Berkata Apa Melalui Saluran Apa

Kepada Siapa Dengan Efek Apa


(30)

Control Studies

Analisis Pesan

Analisis Media

Analisis Khalayak

Analisis Efek

(Ardianto, 2004 : 33)

Dengan mengikuti Formula Lasswell dapat dipahami bahwa dalam proses komunikasi massa terdapat lima unsur yang disebut komponen atau unsure dalam proses komunikasi yaitu : (Ardianto, 2004: 33-34)

a. Who (siapa): komunikator, orang yang menyampaikan pesan dalam

proses komunikasi massa, bisa perorangan atau mewakili suatu lembaga, organisasi maupun instansi. Segala masalah yang bersangkutan dengan unsur “siapa” memerlukan analisis control (control analysis) yaitu analisis yang merupakan subdivisi dari riset lapangan.

b. Says what (apa yang dikatakan): pernyataan umum, dapat berupa suatu

ide, informasi, opini, pesan dan sikap, yang sangat erat kaitannya dengan masalah analisis pesan.

c. In which channel (melalui saluran apa): media komunikasi atau

saluran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan komunikasi. Dalam hal ini dapat digunakan primary technique, secondary

technique, direct communication atau indirect communication.

d. To whom (kepada siapa): komunikan atau audience yang menjadi

sasaran komunikasi. Kepada siapa pernyataan tersebut ditujukan, berkaitan dengan masalah penerima pesan. Dalam hal ini diperlukan adanya analisis khalayak (audience analysis).

e. With what effect (dengan efek apa): hasil yang dicapai dari usaha

penyampaian pernyataan umum itu pada sasaran yang dituju berkaitan dengan efek ini dipelukan adanya analisis efek.

3. Media Massa Radio

Radio adalah media elektronik yang bersifat khas sebagai media audio (Riswandi, 2009:2). Radio siaran adalah suatu media massa yang menyampaikan


(31)

pesan dalam bentuk modulasi berupa tanda-tanda (morse), suara (voice), kalimat (talk), bunyi-bunyian (sounds), dan sebagainya, yang dipancarkan melalui gelombang elektromagnetik dengan frekwensi tinggi ke udara melalui antena, yang kemudian disebut dengan pemancar (transmiter). Sinyal-sinyal modulasi tersebut kemudian diterima oleh suatu alat penerima yang disebut radio penerima (receive). (Djuroto, 2007 : 3).

Radio siaran mendapat julukan “kekuasaan ke lima” atau “the fifth estate” setelah pers dianggap sebagai kekuasaan ke empat. Radio dijuluki sebagai kekuasaan ke lima karena tiga faktor yang mendukung. (Ardianto, 2004:119) 1. Radio Siaran Bersifat Langsung.

Sifat langsung radio siaran adalah bahwa suatu pesan yang akan disiarkan dapat dilakukan tanpa melalui proses yang rumit.

2. Radio Siaran Tidak Mengenal Jarak Dan Rintangan.

Bagi radio tidak ada jarak waktu, begitu suatu pesan diucapkan oleh penyiar pada saat itu juga dapat diterima oleh khalayak. Bagi radio tidak ada pula jarak ruang. Suatu pesan yang disiarkan dari satu tempat dapat sampai seketika dengan baik

3. Radio Siaran Memiliki Daya Tarik

Radio memiliki daya tarik disebabkan oleh tiga unsur yang melekat padanya, yakni:

a. Kata-kata lisan (Spoken Words)

b. Musik (music)


(32)

Dengan adanya musik ataupun sound effect, siaran radio dapat lebih hidup dan menarik. Meskipun setelah munculnya TV, radio masih tetap diminati. Selain dari segi ekonomis, khalayak juga dapat lebih santai, tidak seperti halnya ketika menonton TV. Siaran radio dapat dinikmati sambil santai, bekerja, maupun saat mengemudi.

a. Sejarah Perkembangan Radio

Sejarah ditemukannya radio dimulai di Inggris dan Amerika Serikat. Donald Mc. Nicol dalam bukunya Radio’s Conquest of Space menyatakan bahwa terkalahkannya ruang angkasa oleh radio dimulai tahun 1802 oleh Dane, yaitu dengan ditemukannya suatu pesan dalam jarak pendek dengan menggunakan alat sederhana berupa kawat beraliran listrik.

Penemuan berikutnya adalah oleh tiga orang cendikiawan muda, diantaranya adalah James Maxwell berkebangsaan Inggris pada tahun 1865. ia dijuluki scientific father of wireless, karena berhasil menemukan rumus-rumus yang diduga mewujudkan gelombang elegtromagnetik, yakni gelombang yang digunakan radio dan televisi.

Radio yang digunakan sebagai alat atau media komunikasi massa mula-mula diperkenalkan oleh David Sarnoff pada tahun 1915. kemudian Le De Forrest melalui eksperimen siaran radionya telah menyiarkan kampanye pemilihan presiden Amerika Serikat tahun 1916, sehingga Ia dikenal sebagai pelopor radio siaran.

Perkembangan radio siaran di Indonesia dimulai dari masa penjajahan Belanda, Penjajahan Jepang, zaman kemerdekaan, dan zaman orde baru. (Ardianto, 2004:117-119)


(33)

a.

Radio siaran yang pertama di Indonesia (waktu itu bernama Nederlands Indie – Hindia Belanda), ialah Bataviase radio siaran Vereniging (BRV) di Batavia, yang resminya didirikan pada tanggal 16 Juni 1925, pada saat Indonesia masih dijajah Belanda, dan berstatus swasta.

Zaman Belanda

b.

Ketika Belanda menyerah pada Jepang pada tanggal 8 Maret 1942, sebagai konsekuensinya, radio siaran yang tadinya berstatus perkumpulan swasta dinonaktifkan dan diurus oleh jawatan khusus bernama Hoso Kanri Kyoku, merupakan pusat radio siaran yang berkedudukan di Jakarta, serta mempunyai cabang-cabang yang dinamakan Hoso Kyoku di Bandung, Purwakarta, Yogyakarta, Surakarta, Semarang, Surabaya, dan Malang. Rakyat Indonesia pada masa ini hanya boleh mendengarkan siaran dari Hoso Kyoku saja

Zaman Jepang

c. Zaman Kemerdekaan

Dengan demikian, ketika Bung Karno dan Bung Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, tidak dapat disiarkan langsung melalui radio siaran karena radio siaran masih dikuasai oleh Jepang. Tak lama kemudian dibuat pemancar gelap yang berhasil berkumandang di udara radio siaran denagn stasiun

call “Radio Indonesia Merdeka”.

.

Sampai akhir tahun 1966 RRI adalah satu-satunya radio siaran di Indonesia yang dikuasai dan dimiliki oleh pemerintah. Peran dan fungsi radio siaran ditingkatkan. Selain berfungsi sebagai media informasi dan hiburan, pada masa orde baru, radio siaran melalui RRI menyajikan acara pendidikan dan persuasi. d. Zaman Orde Baru

Pada saat ini stasiun radio sudah sangat tumbuh pesat. Di Kabanjahe pun telah terdapat tujuh stasiun radio, yaitu Ersena FM (93,9 MHz), Bayu FM (94,9 MHz), RBK FM (99,5 MHz), Turang FM (100,6 MHz), Irfa FM (101,6 MHz) Gray FM (102,4 MHz), dan Gundaling FM (103,7 MHz).

RBK FM atau Radio Bahana Kusuma FM sudah bersiaran selama 25 tahun. Radio ini sudah cukup dikenal dan diingat di hati pendengar di Tanah Karo

simalem, dan sudah mempunyai pangsa pasar tersendiri. Radio Bahana Kusuma

memiliki ciri khas tersendiri dibandingkan stasiun radio lainnya yang ada di tanah karo. Radio Bahana Kusuma menghadirkan informasi seputar Tanah Karo setiap pagi.


(34)

Radio memiliki keunggulan sebagai media penyiaran. Adapun keunggulannya sebagai berikut: (Brandt, 2001:4-13)

1.Langsung

Radio adalah satu-satunya media yang memiliki kemampuan untuk menyampaikan isi/kandungan programnya secara langsung ke hadapan pendengar. Begitu suara dipancarkan, telinga pendengar langsung menangkap dan mencernanya.

2. Cepat

Radio juga memiliki kecepatan yang sulit ditandingi oleh media jenis lain. Suatu peristiwa yang terjadi di sebuah tempat, bisa dengan cepat disiarkan oleh sebuah stasiun radio.

3. Menciptakan gambar dalam ruang imajinasi pendengar

Radio makes pictures. Radio menciptakan gambar. Inilah salah satu

ungkapan paling terkenal mengenai radio. Tidak salah memang untuk mengatakan bahwa hanya radiolah satu-satunya media komunikasi modern yang memiliki kemampuan istimewa dalam menciptakan “gambar” atau rekaan di ruang imajinasi pendengarnya. Memang, radio memiliki kekuranglengkapannya dibandingkan televisi, yaitu dari aspek visualnya.

4. Tanpa Batas

Radio praktis tidak memiliki batas, baik batas geografis maupun batas-batas usia, ras, tingkat ekonomi-sosial-pendidikan (ingat, orang buta huruf pun bisa menikmati radio. Hanya orang tuna rungu yang tidak bisa menikmati radio.

5. Tak banyak pernik

Radio adalah media yang tak memerlukan banyak pernik, paling tidak jika dibandingkan dengan televisi. Untuk meliput sebuah peristiwa, televisi memerlukan setidaknya dua orang kru, satu kamerawan dan seorang reporter.

1. Murah

Radio jelaslah media yang relatif murah, dibandingkan dengan televisi dan bahkan media cetak. Murah dari segi investasi awal (hanya butuh peralatan audio, transmitter atau pemancar, menara dan antene), maupun dari segi biaya produksi.

2. Bisa dinikmati sambil mengerjakan hal lain

Radio bisa dinikmati sambil sang pendengar melakukan aktivitas lain, entah itu membaca, menyetrika, memasak, menyusui anak, menyetir mobil, dan berbagai kegiatan lainnya. Keistimewaan ini tidak dimiliki media cetak dan televisi.

3. Hangat dan dekat

Sampai saat ini, rasanya tidak ada media selain radio yang memiliki kemampuan untuk selalu hangat dan dekat dengan penikmatnya. Suratkabar jelas tidak bisa berakrab-akrab dengan pembaca, karena yang hadir di hadapan pembaca adalah benda mati, berupa tumpukan kertas dan deretan huruf.

4. Mendidik

Radio sangat efektif untuk dipakai sebagai media pendidikan. Apalagi jika diingat jangkauan pendengarnya yang luas dan sebagian besar pendengar radio di Indonesia bermukim di wilayah-wilayah pinggiran yang mungkin belum memiliki sarana pendidikan formal yang memadai.


(35)

Radio adalah media yang paling andal untuk menikmati musik. Hampir tidak ada radio di dunia ini yang tidak menyiarkan musik sama sekali dalam programya. Radio merupakan salah satu media yang memegang peran terpenting dalam perjalanan musik dunia.

6. Memberi kejutan

Radio mampu menyuguhkan kejutan-kejutan lewat program-programnya. Program musik, misalnya, bisa membawa kejutan-kejutan ini, karena perndengar tidak tahu sebelumya musik apa yang disuguhkan oleh penyiar yang sedang bertugas di studio pada saat itu.

7. Memberi manfaat bagi individu

Karena karakternya yang intim dan hangat, radio memiliki kemampuan untuk lekas diakrabi oleh pribadi-pribadi atau individu pendengarnya. Radio pun kemudian menjadi tumpuan bagi pribadi-pribadi pendengarnya untuk mencari berbagai informasi yang dapat berharga bagi mereka.

8. Memberi manfaat bagi masyarakat

Selain berfungsi sebagai media pribadi yang hangat dan intim, radio tetaplah media yang menjangkau massa. Dengan demikian, radio juga memiliki potensi untuk menyumbang manfaat bagi masyarakat.

Selain memiliki keunggulan, radio sebagai media penyiaran juga memiliki kelemahan, yaitu: (Brandt, 2001:13-16)

1.Cepat hilang

Radio adalah media yang sifatnya “selintas”. Apa yang disiarkan menit ini, akan gampang dilupakan orang pada menit berkutnya. Penyebabnya jelas. Pertama, sebagaimana yang sudah dijelaskan di atas, pendengar radio biasanya mendengarkan radio sambil mengerjakan kegiatan lain, sehingga konsentrasinya tidak penuh. Dan kedua, siaran yang sudah berlalu, tak bisa dirujuk kembali. Karakter radio yang serba selintas ini sering diibaratkan sebagai “tulisan di atas pasir pantai”.

2. Ruang yang relatif terbatas

Radio adalah medium dengan ruangan yang relatif terbatas. Sebuah stasiun radio swasta rata-rata mengudara selama 18 jam setiap hari. Jumlah jam siaran maksimal tentu saja hanya 24 jam, sebuah pembatas alamiah yang tak mungkin lagi diakali oleh pengelola radio.

3. Beralur Liner

Kelemahan lainnya yang melekat pada karakter radio adalah sifatnya yang liner. Maksudnya adalah: program yang disiarkan oleh radio mengikuti perjalanan waktu, di mana program B yang disiarkan pukul 10.00 WIB misalnya, muncul setelah program A yang disiarkan antara pukul 09.00-10.00 WIB. Ibarat urutan abjad, pendengar radio hanya bisa mendengarkan program-program yang disuguhkan dengan mengikuti program urutan A sampai Z.

Lembaga penyiaran radio di Indonesia sesuai Undang-undang No. 32 tahun 2002 tentang penyiaran, terdiri atas lembaga penyiaran publik, lembaga


(36)

penyiaran komersial, lembaga penyiaran komunitas, dan lembaga penyiaran berlangganan.

a. Lembaga penyiaran Publik

Lembaga penyiaran yang berbentuk badan hukum yang didirikan oleh negara, bersifat independent, netral, tidak komersial, dan berfungsi memberikan pelayanan untuk kepentingan masyarakat.

b. Lembaga Penyiaran Komersial

Lembaga penyiaran yang berbentuk badan hukum Indonesia, yang bidang usahanya khusus menyelenggarakan siaran radio.

c. Lembaga Penyiaran Komunitas

Lembaga penyiaran yang berbentuk badan hukum Indonesia, didirikan oleh komunitas tertentu, bersifat independen, dan tidak komersial, dengan daya pencar rendah, luas wilayah jangkauan terbatas, serta untuk melayani kepentingan komunitasnya.

d. Lembaga Penyiaran Berlangganan

Merupakan lembaga penyiaran berbentuk badan hukum Indonesia,yang bidang usahanya menyelenggarakan jasa penyiaran berlangganan melalui satelit, melalui kabel dan melalui terrestrial (Djuroto, 2007: 64-66).

Berdasarkan hal di atas RBK FM termasuk ke dalam kategori lembaga penyiaran komersial. Oleh karena itu RBK FM juga menerima pemasangan iklan guna mencari pemasukan guna mengembangkan RBK FM agar dapat terus bersaing dengan stasiun radio baru.

Siaran radio mempunyai tiga sasaran untuk membidik atau memancing pendengar agar mendengarkan dengan seksama, mengerti, dan menyetujui. Ketiga sasaran kesediaan pendengar ini disebut sebagai acceptance. Acceptance dalam konteks komunikasi melalui radio, merupakan faktor terpenting. Karena jika faktor itu bisa dicapai, maka pesan yang disampaikan oleh penyiar radio dapat berjalan lancar. Ini biasanya mudah karena pendengar radio mempunyai rasa percaya diri dan hormat sekali kepada penyiarnya. Sifat ini disebut mutual truth

and respect. Jika mutual truth and respect pendengar siaran radio amat tinggi,

maka tingkat acceptance-nya pun menjadi tebal, ini berarti mudah bagi penyiar unuk menyampaikan pesan-pesan yang diinginkannya. Demikian juga sebaliknya,


(37)

bila mutual truth and respect-nya rendah, otomatis acceptance pendengarnya pun menjadi tipis pula.

4. Pola Penyiaran Radio

Radio merupakan media komunikasi massa periodik yang memiliki kemampuan menjangkau khalayak yang luas dalam waktu bersamaan. Disamping itu, harga pesawatnya yang relatif murah sehingga khalayak banyak yang memilikinya. Berdasarkan data pemilikan radio, selama dua dasawarsa terakhir ini terus berkembang.

Dengan jumlah yang cukup besar itu radio akan memiliki potensi yang besar dalam menyebarluaskan informasi. Persoalannya adalah bagaimana memanfaatkan semaksimal mungkin kemampuan yang dimiliki radio, agar setiap program yang disajikan memberikan manfaat.

Salah satu aspek yang dapat menentukan keberhasilan radio adalah berkaitan dengan program-program acara yang disiarkan. Rangkaian acara yang menarik diformulasikan kedalam program yang meliputi waktu pagi, siang dan malam. Program tersebut merupakan suatu rangkaian yang dikemas dalam satu format. Setiap stasiun pada pada dasarnya harus mempunyai format yang jelas. Format setiap stasiun dapat menjadi ciri khas dari stasiun yang bersangkutan.

Dengan demikian format menjadi penting bagi suatu stasiun pemancar radio, karena akan berkaitan juga dengan segmentasi khalayak. Dalam hal ini radio Bahana Kusuma mengkhususkan target pendengarnya pada anak muda,


(38)

namun pada prakteknya radio ini juga dikonsumsi oleh khalayak yang heterogen, yaitu:

a. Kalangan dunia usaha b. Ibu rumah tangga c. Mahasiswa/Pelajar d. Petani/Buruh

(Redaksi RBK FM)

Dari pernyataan diatas, dalam upaya pencapaian target pendengar tersebut, diperlukan suatu strategi penyusunan pola penyiaran radio. Adapun pola penyiaran radio Bahana Kusuma FM adalah;

Pendidikan 25%

Hiburan 60%

Informasi 15%

(Redaksi RBK FM)

Acara Siaran Radio

Pendengar radio selektif memilih acara. Hanya acara yang menurut pilihannya baik yang dinikmati, sementara acara yang menurutnya tidak baik akan dilewatkan begitu saja.

Agar acara yang disiarkan menarik, ada beberapa petunjuk yang dapat dijadikan sebagai patokan yaitu (Munthe, 1996: 58-61):

1. Acara harus sesuai sasaran

Pastikanlah siapa sasaran yang akan dituju. Hal ini penting untuk memudahkan pengelola siaran dalam mengolah bahan siaran. Acara-acara yang tidak mempinyai sasaran yang konkrit tidak pernah populer dan biasanya akan turun dengan sendirinya.

2. Acara harus spesifik

Isi acara hendaknya membahas materi yang khusus. Umpama saja bidang masalahnya olahraga, maka isinya hanya mempersoalkan


(39)

salah satu cabang olahraga, misalnya sepakbola. Jadi hanya satu topik yang dibahas secara menyeluruh. Artinya, dalam membahas harus diperhatikan aaspek yang terkait dengan bidang olahraga sepakbola.

3. Acara harus utuh

Pembahasan materi harus terjaga. Tidak keluar dari konsep yang telah dipatok. Mulai dari pengantar, permasalahan, pembahasan, dan penyelesaian masalah secara sistematis.

4. Kemasan harus bervariasi

Acara dikemas dalam bentuk yang bervariasi. Variasi dapat ditampilkan dalam dua bentuk yaitu dialog dan monolog. Dalam dialog dapat ditampilkan dua orang atau lebih yang memiliki warna suara berbeda. Kontras warna suara ini sangat mendukung acara karena radio merupakan media audio yang hanya mampu menstimuli indera pendengaran. Dengan warna suara yang berbeda memudahkan pendengar untk mengenali tokoh-tokoh yang terlibat dalam dialog tersebut.

5. Acara harus ditempatkan pada waktu yang tepat

Pengelola program harus yakin bahwa waktu yang dipilih untuk penyiaran suatu acara sudah tepat. Ketepatan ini didasari pada kebiasaan mendengar dari khalayak. Dengan demikian, acara tersebut akan efektif.

6. Acara harus orisinil

Penyelenggara siaranharus menyajikan acara yang benar-benar hasilkerja tim kreatif studio tersebut. Bukan tiruan, dalam arti acara seperti ini pernah disajikan stasiun lain yang kemudian dimodifikasi di sana-sini sehingga tampaknya orisinil. Bukan juga acara jiplakan. Acara tiruandan jiplakan tidak akan membawa banyak keuntungan bagi stasiun penyelenggara, malahan sebaliknya, acapkali menjadi bumerang.

7. Acara harus disajikan dengan kualitas baik

Mutu tekhnik suatu acara ikut menentukan sukses tidaknya acara di pasar. Pendengar selalu menuntut hasil yang prima tanpa noise (gangguan). Sebab pendengar sangat mendambakan kenyamanan dalam mendengarkan suatu acara siaran.

8. Acara harus disajikan dengan bahasa sederhana

Gunakan bahasa sederhana, artinya bahasa yang dipakai sehari-hari atau bahasa pergaulan. Jangan disajikan acara dengan bahasa ilmiah, kata-kata asing, atau kata-kata baru. Pendengar akan mengalami kesulitan mencerna isi acara. Sebab tidak semua pendengar memiliki kemampuan yang merata sehingga kemudahan menangkap isi acara berbeda-beda.

Pada umumnya terdapat dua metode penggolongan bahan siaran yang dianut oleh badan-badan radio siaran di dunia. Yang pertama adalah metode menurut


(40)

“unsur acara siaran”, yang kedua menurut “tujuan acara siaran”. (Effendy, 1990: 114-117).

a. Pembagian Menurut Unsur Acara Siaran

Berdasarkan unsur acara siaran, bahan siaran dibagi menjadi dua golongan.

1.Siaran kata 2.Siaran seni suara

Yang dimaksud dengan siaran kata adalah segala bahan siaran yang pokok isinya dilukiskan dengan kata-kata (Spoken Words). Sedang yang dimaksud dengan seni suara adalah segala bentuk kesenian yang pokok isinya dilukiskan dengan musik.

b.Pembagian menurut tujuan acara siaran.

Seperti halnya dengan negara-negara lain yang tergabung dalam Asian

Broadcasting Union (ABU) dan European Broadcasting Union (EBU), dalam

menentukan penggolongan acara siaran, Indonesia mengikuti pola yang dianut oleh UNESCO.

Berikut ini adalah penggolongan jenis-jenis acara siaran: 1.Siaran pemberitaan dan penerangan

a. Warta Berita b. Reportase

c. Penerangan Umum d.Pengumuman 2. Siaran Pendidikan


(41)

b. Siaran Remaja c. Siaran Sekolah d. Siaran Pedesaan e. Siaran Keluarga f. Siaran Agama g. Siaran Wanita h. Pengetahuan Umum 3. Siaran Kebudayaan

a. Kesusasteraan b. Kesenian Daerah c. Apresiasi Seni 4. Siaran Hiburan

a. Musik Daerah b. Musik Indonesia c. Musik Asing d. Hiburan Ringan 5. Siaran Lain-lain a. Ruangan Iklan

b. Pembukaan/ penutup Siaran 5. Teori Uses And Gratification

Teori Uses And Gratification adalah teori yang menjelaskan bagaimana

komunikan memilih medianya sendiri sesuai dengan kebutuhannya. Uses and

gratification menunjukkan bahwa yang menjadi permasalahan utama bukanlah


(42)

memenuhi kebutuhan pribadi dan sosial khalayak. Jadi, bobotnya ialah pada khalayak yang aktif, yang sengaja menggunakan media untuk mencapai tujuan khusus. (Effendy, 2004:289-290).

Model ini memandang individu sebagai pribadi yang secara sosiologis dan psikologis bertindak aktif dalam memilih media yang sesuai dengan kebutuhannya. Mereka sangat rasional dan selektif. Sehingga khalayak yang diterpa pesan media massa sadar dan selektif dalam memperoleh terpaan media dan memilih atau tidak memilih untuk tidak terlibat dengan pesan media massa sesuai dengan kebutuhan yang telah dimotivasi.

Katz, Blumler dan Gurevitch menjelaskan mengenai asumsi dasar dari Teori

Uses And Gratification, yaitu: (Ardianto, 2004:71)

1. Khalayak dianggap aktif, artinya khalayak dianggap sebagai bagian penting dari penggunaan media massa diasumsikan mempunyai tujuan.

2. Dalam proses komunikasi massa, inisiatif untuk mengaitkan pemuasan kebutuhan dengan pemilihan media terletak pada khalayak.

3. Media massa harus bersaing dengan sumber-sumber lain untuk memuaskan kebutuhannya. Kebutuhan yang dipenuhi media lebih luas, bergantung kepada khalayak yang bersangkutan.

4. Tujuan pemilih media massa disimpulkan dari data yang diberikan anggota khalayak. Artinya, orang dianggap cukup mengerti untuk melaporkan kepentingan dan motif pada situasi-situasi tertentu.

5. Penilaian tentang arti kultural dari media massa harus dipertangguhkan sebelum diteliti lebih dahulu orientasi khalayak.

Katz dan Dennis McQuail, menggambarkan logika yang mendasari kepentingan Uses And Gratification sebagai berikut: (Dalam Ardianto, 2004:72)

Faktor sosial psikol ogis yang meni m bulka n (1) Kebut uhan yang melah irkan (2) Harapan-harapan terhadap media massa atau sumber lain yang mengarah pada (3-4) Berbagai pola penghada pan media (5) Menghasilkan gratifikasi kebutuhan (6) Konsekuensi lain yang tidak diinginkan (7)


(43)

Setiap individu memilih media yang mampu memenuhi kebutuhannya. Adapun yang menjadi kebutuhan individu atau individual needs adalah:

1. Kebutuhan Kognitif (Cognitive Needs)

Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan informasi, pengetahuan, dan pemahaman mengenai lingkungan; juga memuaskan rasa penasaran kita dan dorongan penyelidikan.

2. Kebutuhan Afektif (Afektive Needs)

Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan pengalaman-pengalaman yang estetis, menyenangkan dan emosional.

3. Kebutuhan Pribadi Secara Integratif (Personal Integrative Needs)

Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kredibilitas, kepercayaan, stabilitas, dan status individual. Hal-hal tersebut diperoleh dari hasrat dan harga diri.

4. Kebutuhan Sosial Secara Integratif (Social Integrative Needs)

Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kontak dengan keluarga, teman, dan dunia. Hal-hal tersebut didasarkan pada hasrat untuk berafiliasi.

5. Kebutuhan Pelepasan (Escapist Needs)

Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kontak dengan upaya menghindari tekanan, ketegangan, dan hasrat akan keanekaragaman.(Effendy, 2004:294)


(44)

Kerangka sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai. Untuk itu kerangka konsep dapat berupa teori-teori baru yang akan diuji atau pengembangan teori-teori yang sudah ada dan bahkan berupa kemungkinan-kemungkinan implementasi hasil penelitian bagi kehidupan nyata. Perumusan kerangka konsep itu merupakan bahan yang akan menuntun dalam merumuskan hipotesis penelitian. (Nawawi, 2001:40)

Kerangka konsep disusun sebagai perkiraan teoritis dan hasil yang akan dicapai, secara dianalisa secara kritis berdasarkan bahan persepsi (pengamatan) yang dimiliki dan kerangka konsep disusun sebagai perkiraan teoritis dan hasil yang dicapai. Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel, yaitu pola penyiaran Radio Bahana Kusuma FM dalam menarik minat dengar khalayak Kabanjahe.

Berdasarkan kerangka teori yang telah dipaparkan sebelumnya maka ada beberapa konsep yang harus dioperasionalisasikan:

1. Variabel bebas (X), merupakan variabel yang diduga sebagai penyebab atau pendahulu dari variabel lain (Rakhmat, 2004:12). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pola penyiaran Radio Bahana Kusuma Fm (99,5 MHz).

2. Variabel terikat (Y), variabel yang merupakan akibat atau yang dipengaruhi oleh variabel yang mendahuluinya (Rakhmat, 2004:12). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah minat dengar anak muda kota Kabanjahe.


(45)

3. Variabel antara (Z), sejumlah gejala yang tidak dapat dikontrol, akan tetapi dapat diperhitungkan pengaruhnya terhadap variabel bebas (Nawawi, 2001:58). Variabel antara dalam penelitian ini adalah karakteristik responden.

I.7 Model Teoritis

I.8 Operasional Variabel

Operasional variabel berfungsi untuk memudahkan kerangka konsep dalam penelitian. Maka berdasarkan kerangka konsep dibuatlah operasionalisasi variabel-variabel untuk membentuk kesamaan dan kesesuaian dalam penelitian.

Komponen Indikator

Pola Penyiaran Radio Bahana Kusuma FM (99,5 MHz)

a. Fungsi Siaran b. Tujuan Siaran c. Program Siaran d. Jadwal Acara e. Target Siaran f. Strategi Siaran g. Kekuatan Siaran h. Kelemahan Siaran Pola Penyiaran Radio

Bahana Kusuma FM (99,5

Minat Dengar Anak Muda Kota Kabanjahe


(46)

Minat Dengar Anak Muda Kota Kabanjahe

a. Motif

b. Manfaat Bagi Pendengar c. Kepuasan yang Diperoleh d. Frekwensi Mendengarkan Radio e. Waktu Mendengarkan

f. Tempat Mendengarkan g. Durasi/Hari

h. Program yang Didengarkan i. Acara Favorit

j. Penyiar Favorit k. Materi yang Disukai

Karakteristik Responden

a. Umur b. Pekerjaan c. Jenis Kelamin d. Kepemilikan Radio

I.9 Defenisi Operasional

1. Pola Penyiaran Radio Bahana Kusuma FM (99,5 MHz) a. Fungsi siaran : Informasi, hiburan, pendidikan

b. Tujuan Siaran : Menarik minat dengar anak muda kota Kabanjahe agar menjadi pendengar setia.

c. Program Siaran : Acara yang disiarkan di RBK FM, meliput i musik, berita/informasi, iklan, dan acara khusus.

d. Jadwal Acara : waktu siaran suatu acara.

e. Target Siaran : Hasil yang ingin dicapai dari suatu acara.

f. Strategi Siaran : Pemilihan acara dan jadwal acara serta penyiarnya.

g. Kekuatan Siaran : Nilai lebih atau keistimewaan dari RBK FM. h. Kelemahan Siaran : Kekurangan dari RBK FM.


(47)

2. Minat Dengar Anak Muda kota Kabanjahe

a. Motif Bagi Pendengar : Kebutuhan anak muda kota Kabanjahe akan informasi dan hiburan.

b. Manfaat Bagi Pendengar : Manfaat yang diperoleh anak muda dari mendengarkan siaran radio. c. Kepuasan yang Diperoleh : Kepuasan yang diperoleh anak

muda setelah mendengarkan RBK FM.

d. Frekuensi Mendengarkan Radio : Berapa jam mendengarkan radio dalam sehari.

e. Waktu Mendengarkan : waktu mendengarkan radio, apakah pagi, siang atau malam

f. Tempat Mendengarkan : Tempat dimana pendengar mendengarkan siaran radio RBK. g. Durasi/Hari : Lamanya mendengarkan siaran

RBK FM dalam sehari.

h. Program yang Didengarkan : Acara yang biasanya didengarkan oleh anak muda.

i. Acara Favorit : Acara yang paling banyak disukai pendengar.

j. Penyiar Favorit : Penyiar yang paling disukai pendengar RBK FM.


(48)

k. Materi yang Disukai : materi yang banyak diminati pendengar RBK FM.

3. Karakteristik Responden

a. Umur : Usia responden.

b. Jenis Kelamin : Jenis kelamin responden.

c. Kepemilikan Radio : Kepemilikan responden atas radio. d. Pekerjaan : Pekerjaan responden


(49)

BAB II

URAIAN TEORITIS

II.1. Komunikasi

Sebagai mahluk sosial dan individual, manusia memiliki keingin tahuan dan berkembang. Salah satu sarana untuk mencapai semua itu adalah melalui komunikasi. Oleh karena itu, komunikasi merupakan kebutuhan mutlak bagi manusia.

Istilah komunikasi berasal dari perkataan bahasa Inggris ”communication” yang berasal dari istilah bahasa latin ”communis” yang dalam bahasa Indonesia berarti ”sama” dan menurut Sir Gerald Barry dalam Effendy, ”communicare” yang berarti bercakap-cakap. Jika kita berkomunikasi, berarti kita mengadakan kesamaan dalam hal ini kesamaan makna/pengertian. Informasi yang disampaikan seseorangkepada orang lain harus sama-sama dan dimengerti. Kalau tidak dimengerti, komunikasi tidak akan terjadi. Percakapan berlangsung apabila hal yang dipercakapkan dan bahasa yang dipergunakan dalam percakapan itu sama-sama dimengerti. Kalau tidak, percakapan tidak akan terjadi (Effendy, 1991:1)

Komunikasi pada hakekatnya adalah proses pernyataan antar manusia. Yang dinyatakan itu adalah pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya. Dalam “bahasa” komunikasi pernyataan dinamakan pesan (message), orang yang menyampaikan pesan disebut komunikator (communicator), sedangkan orang yang menerima pernyataan diberi nama (communicate). Untuk tegasnya, komunikasi berarti proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan (dalam Effendy,


(50)

2004:10). William Albig dalam bukunya Public Opinion, mengatakan bahwa komunikasi adalah proses pengoperan lambang-lambang yang berarti antara individu. Sedangkan menurut Carl I. Hovland, ilmu komunikasi adalah : upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegas asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan silkap (Effendy, 2004:10). Defenisi Hovland tersebut menunjukkan bahwa yang dijadikan objek studi ilmu komunikasi bukan saja penyampaian informasi, melainkan juga pembentukan pendapat umum (public opinion) dan sikap publik (public attitude) yang dalam kehidupan sosial dan kehidupan politik memainkan peranan yang amt penting. Bahkan, dalam defenisinya secara khusus mengenai pengertian komunikasinya sendiri, Hovland mengatakan bahwa komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain (communication is the process to modify the behaviour of other individuals). Selanjutnya, menurut Muhammad Arni (2005:5) dalam bukunya “komunikasi organisasi”, disebutkan bahwa komunikasi merupakan suatu proses penyampaian atau pengoperan lambang-lambang dalam bentuk informasi sehingga terjadi perubahan pada diri si komunikan. Akan tetapi, seseorang akan dapat mengubah sikap, pendapat, atau perilaku orang lain apabila komunikasinya itu memang komunikatif.

a. Proses Komunikasi

proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap, yakni secara primer dan secara sekunder.

Proses Komunikasi Secara Primer

Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang


(51)

(symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, kial, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya yang secara langsung mampu “menerjemahkan” pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunikan. Bahwa bahasa yang paling banyak dipergunakan dalam komunikasi adalah jelas karena hanya bahasalah yang mampu “menerjemahkan” pikiran seseorang kepada orang lain. Apakah itu berbentuk ide, informasi atau opini, baik mengenai hal yang konkret maupun yang abstrak; bukan saja tentang hal atau peristiwa yang terjadi pada saat sekarang, melainkan juga pada waktu yang lalu dan masa yang akan datang. Adalah berkat kemampuan bahasa maka kita dapat mempelajari ilmu pengetahuan sejak ditampilkan oleh Aristoteles, Plato, dan Socrates; dapat menjadi manusia yang beradap dan berbudaya; dan dapat memperkirakan apa yang akan terjadi pada tahun, dekade bahkan abad yang akan datang.

Kial (gesture) memang dapat “menerjemahkan” pikiran seseorang sehingga terekspresikan secara fisik. Akan tetapi menggapaikan tangan, atau memainkan jari-jemari, atau mengedipkan mata, atau menggerakkan anggota tubuh lainnya hanya dapat mengkomunikasikan hal-hal tertentu saja (sangat terbatas).

Demikian pula isyarat dengan menggunakan alat seperti tongtong, bedug, sirene, dan lain-lain serta warna yang mempunyai makna tertentu. Kedua lambang itu amat terbatas kemampuannya dalam mentransmisikan pikiran seseorang kepada orang lain. Gambar sebagai lambang yang banyak dipergunakan dalam komunikasi memang melebihi kial, isyarat, dan warna dalam hal kemampuan “menerjemahkan” pikiran seseorang, tetapi tetap tidak melebihi bahasa.


(52)

Akan tetapi, demi efektifnya komunikasi, lambang-lambang tersebut dipadukan penggunaannya. Dalam kehidupan sehari-hari bukanlah hal yang luar biasa apabila kita terlibat dalam komuniksi yang menggunakan bahasa disertai gambar-gambar berwarna.

Berdasarkan paparan di atas, pikiran dan atau perasaan seseorang baru akan di ketahui oleh dan akan ada dampaknya kepada orang lain apabila ditransmisikan dengan menggunakan media primer tersebut, yakni lambang-lambang. Dengan perkataan lain, pesan (message) yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan terdiri atas isi (the content) dan lambang (symbol).

Bagaimana belangsungnya proses komunikasi yang terdiri atas proses komunikasi yang terdiri atas proses rohaniah komunikator dan proses rohaniah komunikan dengan bahasa sebagai media atau penghubungnya itu? Komunikasi berlangsung apabila terjadi kesamaan makna dalam pesan yang diterima oleh komunikan. Dengan perkataan lain, komunikasi adalah proses membuat sebuah pesan setala (tuned) bagi komunikator dan komunikan.

Pertama-tama komunikator menyandi (encode) pesan yang akan disampaikan kepada komunikan. Ini berarti ia memformulasikan pikiran dan/atau perasaannya ke dalam lambang (bahasa) yang diperkirakan akan dimengerti oleh komunikan. Kemudian menjadi giliran komunikan untuk mengawa–sandi (decode) pesan dari komunikator itu. Ini berarti ia menafsirkan lambang yang mengandung pikiran dan atau perasaan komunikator tadi dalam konteks pengertiannya. Dalam proses itu komunikator berfungsi sebagai penyandi (encoder) dan komunikan berfungsi sebagai pengawa sandi (decoder).


(53)

Yang penting dalam proses penyandian (coding) itu ialah bahwa komunikator dapat menyandi dan komunikan dapat mengawa – sandi hanya dalam kata bermakna yang pernah diketahui dalam pengalamannya masing-masing. Jika A sedang berbicara, ia menjadi encoder; dan B yang sedang mendengarkan menjadi decoder . ketika B memberikan tanggapan dan berbicara kepada A, maka B kini menjadi encoder, dan A menjadi decoder. Tanggapan B yang disampaikan kepada A itu dinamakan umpan balik atau arus balik (feedback).

Umpan balik memainkan peranan yang sangat penting dalam komunikasi sebab ia menentukan berlanjutnya komunikasi atau berhentinya komunikasi yang dilancarkan oleh komunikator. Oleh karena itu, umpan balik bisa bersifat positif, dapat pula bersifat negatif. Umpan balik positif adalah tanggapan atau respon atau reaksi komunikan yang menyenangkan komunikator sehingga komunikasi berjalan lancar. Sebaliknya, umpan balik negatif adalah tanggapan komunikasi yang tidak menyenangkan komunikatornya sehingga komunikator enggan untuk melanjutkan komunikasinya.

Seperti halnya penyampaian pesan secara verbal , yakni dengan menggunakan bahasa dan secara nonverbal, yaitu dengan menggunakan kial, isyarat, gambar, atau warna, umpan balikpun dapat disampaikan oleh komunikan secara verbal atau secara non verbal. Umpan balik secara verbal adalah tanggapan komunikan yang dinyatakan dengan kata-kata, baik secara singkat maupun secara panjang lebar. Umpan balik secara nonverbal adalah tanggapan komunikan yang dinyatakan bukan dengan kata-kata.


(54)

Umpan balik yang dipaparkan di atas adalah umpan balik yang disampaikan oleh atau datang dari komunikan. Dengan kata lain umpan balik yang timbul dari luar komunikator. Oleh karena itu, umpan balik jenis ini disebut umpan balik eksternal (external feedback). Dalam pada itu sudah terbiasa pula kita memperoleh umpan balik dari pesan kita sendiri. Ini terjadi kalau kita sedang bercakap-cakap atau sedang berpidato di depan khalayak. Ketika kita sedang berbicara, kita mendengar suara kita sendiri dan kita menyadari bahwa kita berucap salah, maka kita pun segera memperbaikinya.

Komunikator yang baik adalah orang yang selalu memperhatikan umpan balik sehingga ia dapat segera mengubah gaya komunikasinya dikala ia mengetahui bahwa umpan balik dari komunikan bersifat negatif. Beda dengan komunikasi bermedia yang umpan baliknya tertunda (delayed feedback); komunikator mengetahui tanggapan komunikan setelah komunikasi selesai adakalanya umpan balik ini harus diciptakan mekanismenya.

Proses Komunikasi Secara Sekunder

Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Seorang komunikator menggunakan media kedua dalam melancarkan komunikasinya karena komunikan sebagai sasarannya berada di tempat yang relatif jauh atau jumlahnya banyak. Surat, telepon, teleks, surat kabar, majalah, radio, televisi, film, dan banyak lagi adalah media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi.

Pada umumnya, memang bahasa yang paling banyak digunakan dalam komunikasi karena bahasa sebagai lambang mampu mentransmisikan pikiran, ide,


(55)

pendapat, dan sebagainya, baik mengenai hal yang abstrak maupun yang konkret ; tidak saja tentang hal atau peristiwa yang terjadi pada saat sekarang, tetapi juga pada waktu yang lalu atau masa mendatang. Karena itulah maka kebanyakan media merupakan alat atau sarana yang diciptakan untuk meneruskan pesan komunikasi dengan bahasa.

Pada akhirnya, sejalan dengan berkembangnya masyarakat beserta peradaban dan kebudayaannya, komunikasi bermedia (mediated communication) mengalami kemajuan pula dengan memadukan komunikasi berlambang bahasa dengan komunikasi berlambang gambar dan warna. Maka film, televisi, dan video pun sebagai media yang mengandung bahasa, gambar, dan warna melanda masyarakat di negara manapun.

Akan tetapi, keefektifan dan efisiensi komunikasi bermedia hanya dalam menyebarkan Pesan-pesan yang bersifat informatif, efektif dan efisien dalam menyampaikan pesan persuasif adalah komunikasi tatap muka karena kerangka acuan (frame of reference) komunikan dapat diketahui oleh komunikator, sedangkan dalam proses komunikasinya, umpan balik berlangsung seketika, dalam arti kata komunikator mengetahui tanggapan atau reaksi komunikannya pada saat itu juga. Ini berlainan dengan komunikasi bermedia. Apalagi dengan menggunakan media massa, yang tidak memungkinkan komunikator mengetahui kerangka acuan khalayak yang menjadi sasaran komunikasinya, sedangkan dalam proses komunikasinya, umpan balik berlangsung tidak pada saat itu.

Karena proses komunikasi sekunder ini merupakan sambungan dari komunikasi primer untuk menembus dimensi ruang dan waktu, maka dalam menata lambang-lambang untuk memformulasikan isi pesan komunikasi,


(56)

komunikator harus memperhitungkan ciri-ciri atau sifat-sifat media yang akan digunakan. Penentuan media yang akan dipergunakan sebagai hasil pilihan dari sekian banyak alternatif perlu didasari pertimbangan siapa komunikan yang akan dituju.

Agar komunikasi efektif, proses penyandian oleh komunikator harus bertautan dengan proses pengawasandian oleh komunikan. Wilbur Schramm melihat pesan pesan sebagai tanda esensial yang harus dikenal oleh komunikan. Semakin tumpang tindih bidang pengalaman (field of experience)komunikator dengan bidang pengalaman komunikan, akan semakin efektif pesan yang akan dikomunikasikan.

Field of Experience Field of Experience

Gambar 2. Unsur-unsur yang mempengaruhi pemahaman

(Effendi, 2004:19)

Akan tetapi, dalam teori komunikasi dikenal istilah empathy, yang berarti kemampuan memproyeksi diri kepada peranan orang lain. Jadi, meskipun antar komunikator dan komunikan terdapat perbedaan dalam kependudukan, jenis pekerjaan, agama, suku bangsa, tingkat pendidikan, ideologi, dan lain-lain, jika komukator bersifat empatik, komunikasi tidak akan gagal.

Signal

Sender Encoder Receiver Decoder


(57)

II.2. Komunikasi Massa

Banyak defenisi tentang komunikasi massa yang telah dikemukakan para ahli komunikasi. Banyak ragam dan titik tekan yang dikemukakannya. Tetapi, dari sekian banyak defenisi itu ada benang merah kesamaan defenisi satu sama lain. Pada dasarnya komuikasi massa adalah komunikasi melalui media massa (media cetak dan elektronik). Komunikasi massa bersal dari pengembangan kata

media of mass communication (media komunikasi massa).

Pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini tidak berarti bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang membaca atau semua orang yang menonton televisi, agaknya ini tidak berarti pula bahwa khalayak itu besar dan pada umumnya agak sukar didefenisikan. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar yang audio atau visual. Komunikasi massa barangkali akan lebih mudah dan lebih logis bila didefenisikan menurut bentuknya; televisi, radio, surat kabar, majalah, film, buku dan pita (dalam Nurudin, 2003:11).

Sedangkan menurut Jay Black dan Frederick G. Whitney, disebutkan, ”Mass Comunication is a process whereby massproduced message are

transmitted to large, anonymous, and heterogeneous masses of receivers

(komunikasi massa adalah sebuah proses dimana pesan-pesan yang diproduksi secara massal/ tidak sedikit itu disebarkan kepada massa penerima pesan yang luas, anonim, dan heterogen).” (dalam Nurudin, 2003:11).

”Large” di sini berarti lebih luas dari sekedar kumpulan orang yang berdekatan secara fisik, sedangkan ”Anonymous” berarti bahwa individu yang


(58)

menerima pesan cenderung menjadi asing satu sama lain atau tidak saling mengenal satu sama lain, dan ”Heterogeneous” berarti bahwa pesan yang dikirim ”to whom it may concern” (kepada yang berkepentingan) yakni kepada orang-orang dari berbagai macam atribut, status, pekerjaan, dan jabatan dengan karakteristik yang berbeda satu sama lain dan bukan penerima pesan yang homogen.

Gambar 3. Alat Komunikasi Massa

Bagi para pengelola media massa adalah suatu hal yang tidak mungkin untuk memenuhi segala keingininan khalayak. Satu-satunya cara untuk dapat mendekati keingininan seluruh khalayak sepenuhnya ialah dengan mengelompokkan mereka menurut jenis kelamin, usia, agama, pekerjaan, pendidikan, kebudayaan, hobi, dan lainnya berdasarkan perbedaan sebagaimana dikemukakan diatas.

Pengelompokan tersebut telah dilaksanakan oleh berbagai media massa dengan mengadakan rubrik atau acara tertentu untuk kelompok

pembaca-Buku Radio

Televisi

Kaset/ Cd Film

Surat Kabar

Majalah

Internet

Tabloid Alat

Komunikasi Massa


(1)

KUESIONER PENELITIAN

Judul : Pola penyiaran Radio Bahana Kusuma FM (99,5 MHz) Dan Minat Dengar

Informasi:

1. Kuesioner ini ditujukan untuk kepentingan ilmiah, oleh karena itu bacalah dengan teliti. Pilihlah jawaban yang tepat menurut anda. Kerahasiaan jawaban anda dijamin sepenuhnya oleh peneliti.

2. Jawablah Pertanyaan yang telah di sediakan dengan angka, dengan menggunakan tanda silang (x) atau lingkaran.

3. Nomor responden dan kode disebelah kanan lembar kuesioner di isi oleh peneliti, anda diminta untuk mengabaikannya.

4. Tanyakan kepada peneliti jika pertanyaan yang disediakan tidak jelas 5. Terima kasih atas kesediaan waktu dan jawabannya.

Nomor Responden

I. Data Responden 1 2

1. Umur :……….tahun.

2. Pekerjaan :……….sebutkan.

3. Jenis Kelamin :

1) Pria : 3

2) Wanita :

4. Kepemilikan Radio :

5. Status Perkawinan :1). Kawin

2). Belum Kawin 4

II. Pola Penyiaran Radio Bahana Kusuma FM (99,5 FM).

6. Menurut pendapat anda, fungsi siaran manakah yang lebih dominan pada RBK FM?


(2)

2) Hiburan 5

3) Pendidikan

4) Pengawasan

7. Menurut anda, apakah yang menjadi tujuan siaran RBK FM?

1) Sebagai media penerangan 6

2) Sebagai media pendidikan 3) Sebagai media hiburan 4) Sebagai media bisnis

8. Menurut pendapat anda, bagaimana program siaran RBK FM

1) Sangat menarik

2) Menarik 7

3) Kurang menarik

4) Tidak menarik

9. Bagaimana pendapat anda mengenai susunan jadwal acara RBK FM?

1) Sangat sesuai

2) Sesuai 8

3) Kurang sesuai

4) Tidak sesuai

10. Target siaran RBK FM adalah remaja. Menurut pendapat anda, apakah target tersebut sudah tepat?

1) Sangat tepat 9

2) Tepat

3) Kurang Tepat

4) Tidak tepat

11. Bagaimana pendapat anda mengenai strategi siaran RBK FM?

1) Sangat sesuai

2) Sesuai 10

3) Kurang Sesuai

4) Tidak Sesuai


(3)

No Kekuatan Sangat Baik

Baik Kurang Baik

Tidak Baik 1 Materi Siaran

2 Program Siaran 3 Penyiar 4 Waktu Siaran

13. Menurut anda, apa kelemahan RBK FM ? Berikan jawaban (Beri tanda √) pada tabel.

Tabel Kelemahan RBK FM Format Acara

Penyiar Materi Jadwal Siaran Daya Jangkauan

III. Minat Dengar Anak Muda Kota Kabanjahe

14. Apakah motif anda mendengar acara radio RBK FM?…

1) Mendengarkan musik

2) Mencari informasi 11

3) Mengisi waktu kosong

4) Mengikuti perkembangan lagu atau band terbaru 15. Apakah Siaran RBK FM memberi manfaat bagi pendengar?

1) Sangat bermanfaat

2) Bermanfaat 12

3) Kurang bermanfaat

4) Tidak bermanfaat

16. Menurut pendapat anda, apakah siaran RBK FM memberi kepuasan bagi pendengar?

1) Sangat puas

2) puas 13


(4)

4) Tidak puas

17. Bagaimana frekwensi anda mendengarkan siaran RBK FM? 1) Sangat sering (Setiap hari)

2) Sering (4 - 5 kali dalam seminggu) 14

3) Jarang (2 – 3 kali dalam seminggu)

18. Kapankah waktu anda mendengarkan siaran RBK FM? 1) Pagi (06.00-10.00 WIB)

2) Siang (10.00-14.00 WIB) 15

3) Sore (15.00-18.00 WIB) 4) Malam (19.00- 24.00 WIB)

19. Di manakah anda mendengarkan siaran radio RBK FM?

1) Rumah

2) Sekolah 16

3) Kantor

4) Kampus

20. Berapa lamakah anda mendengarkan siaran RBK FM dalam sehari? 1) Lebih dari 6 jam

2) 4 – 6 jam

3) 2 – 4 jam 17

4) Kurang dari 2 jam

21. Program acara RBK FM manakah yang anda dengarkan?

No Program Acara RBK

Sangat sering Sering Jarang Tidak Pernah

1 Musik 2 Informasi


(5)

3 Religi 4 Request lagu 5 Promosi no HP 6 Request dan titip

salam

22. Apakah acara Favorit anda di RBK FM?Pilih dua acara terfavorit anda, dan urutkan rangkingnya.

18

Program RBK FM Acara favorit

3P (Pagi cerah, pagi indah, pagi tanah karo) Sabtu Gokil

Karo Popularia Playlist

Se-Cur-I-TI (Semua curahan isi hati) Request On The Air

RBK Gosong (Gosip Sambil Nongkrong) M.I.C. 20 (Music Indonesian Chart) Weekend bareng

Jambur RBK Pagi bahagia Kits 20 (Karo Hits)

Pilihan remaja (apakah kamu yang unik) Musiknya tanah karo

Malas (malam larut sudah) RBK New Entry (Hits List) Rohani Kristen (live)

Rilies Indonesia (using topics) Rilies Indonesia (Full request)


(6)

23. Siapa Penyiar di RBK FM yang menjadi favorit anda? 1. Pio

2. Shesy

3. Ryan 19

4. Keren 5. Resyka 6. Revan 7. Dhea 8. Lili

24. Apakah materi siaran RBK FM yang anda sukai? 1. Bahas topik

2. Titip salam 20

3. Khotbah

4. Bahas penyanyi/band terbaru.

25. Menurut pendapat anda, bagaimana pola penyiaran radio RBK FM? ……… ……… ……… ………

26. Menurut pendapat anda bagaimana cara penyiar RBK FM dalam menyampaikan materi siaran/acaranya?

……… ……… ……… ………


Dokumen yang terkait

Radio USUKOM 107,7 FM Sebagai Radio Berbasis Kampus (Studi Kualitatif Opini Peserta Audisi Penyiar Tentang Radio USUKOM 107,7 FM Sebagai Radio Berbasis Kampus)

0 37 133

Pola Penyiaran Radio Bathara Suara Sakti FM (93,2 MHz) dan Minat Dengar (Studi Deskriptif Tentang Pola Penyiaran Radio BASS FM Dalam Menarik Minat Dengar Anak Muda Kota Kisaran)

0 19 105

STRATEGI PENYIARAN PROGRAM ACARA “SEMARAKATA” DI RADIO SWARA SLENK FM 92,5MHZ Strategi Penyiaran Program Acara Semarakata Di Radio Swara Slenk FM 92,5 mhz (studi deskriptif kualitatif tentang strategi Penyiaran radio swara slenk fm dalam program acara se

0 0 12

PENDAHULUAN Strategi Penyiaran Program Acara Semarakata Di Radio Swara Slenk FM 92,5 mhz (studi deskriptif kualitatif tentang strategi Penyiaran radio swara slenk fm dalam program acara semarakata terhadap minat dengar masyarakat kota Solo).

0 4 50

STRATEGI PENYIARAN PROGRAM ACARA “SEMARAKATA” DI RADIO SWARA SLENK FM 92,5MHZ Strategi Penyiaran Program Acara Semarakata Di Radio Swara Slenk FM 92,5 mhz (studi deskriptif kualitatif tentang strategi Penyiaran radio swara slenk fm dalam program acara se

1 5 16

Pola Penyiaran Radio Bathara Suara Sakti FM (93,2 MHz) dan Minat Dengar (Studi Deskriptif Tentang Pola Penyiaran Radio BASS FM Dalam Menarik Minat Dengar Anak Muda Kota Kisaran)

0 0 11

Pola Penyiaran Radio Bathara Suara Sakti FM (93,2 MHz) dan Minat Dengar (Studi Deskriptif Tentang Pola Penyiaran Radio BASS FM Dalam Menarik Minat Dengar Anak Muda Kota Kisaran)

0 0 1

Pola Penyiaran Radio Bathara Suara Sakti FM (93,2 MHz) dan Minat Dengar (Studi Deskriptif Tentang Pola Penyiaran Radio BASS FM Dalam Menarik Minat Dengar Anak Muda Kota Kisaran)

0 0 28

Pola Penyiaran Radio Bathara Suara Sakti FM (93,2 MHz) dan Minat Dengar (Studi Deskriptif Tentang Pola Penyiaran Radio BASS FM Dalam Menarik Minat Dengar Anak Muda Kota Kisaran)

0 0 26

Pola Penyiaran Radio Bathara Suara Sakti FM (93,2 MHz) dan Minat Dengar (Studi Deskriptif Tentang Pola Penyiaran Radio BASS FM Dalam Menarik Minat Dengar Anak Muda Kota Kisaran)

0 0 4