TUGAS EKONOMI PUBLIK 1 EKSTERNALITAS POS (1)

TUGAS EKONOMI PUBLIK
EKSTERNALITAS POSITIF INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI KABUPANTEN
BOJONEGORO

NAMA

: DITA AINUN ASLIHA

NIM

: F1117026

KELAS

: EKONOMI PEMBANGUNAN TRANSFER (B)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang.
Indonesia merupakan negara berkembang. Hal ini dapat ilihat dari demografi
penduduk yang cukup besar dan masalah dalam negeri seperti hukum, pertahanan,
aspek sosial budaya dan ekonomi. Masalah yang paling mendasar adalah ekonomi.
Sekarang ini dipelukan pembangunan yang berfokus pada pembukaan lapangan kerja.
Modal pembangunan perlu diarahkan pada modal pembangunan berkelanjutan yang
dapat menghasilkan pembangunan keberlanjutan dari sisi ekonomi, sosial, dan
lingkungan secara bersamaan dalam dalam tiga jalur perumbuhan yang terus bergerak
(Aziz, 2010:23). Ketiga aspek ini dapat dilihat dari PDRB(ekonomi), kesejahteraan
masyarakat (sosial) dan kondisi barang-barang yang bersifat publik. Pembangunan
ekonomi yang berhasil hendaknya meberikan dampak yang mengutungkan dan
meberikan eksternalitas positif terhadap ketiga indikator tersebut.
Usaha Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi perioritas dalam pengembangan
ekonomi nasional di Indonesia. Dengan adanya UMKM diharapkan dapat mengurangi
angka pengangguran, kemiskinan, dan menyediakan lapangan kerja dan meningkatkan
kesejahteraan. Pengembangan UMKM diharapkan mampu memperluas basisi ekonomi
dan dapat meningkatkan perekonomian daerah dan ketahanan ekonomi nasional.
Produk hasil dari UMKM harus mampu bersaing dengan produk asing. Untuk menambah
nilai jual Produk UMKM harus ditingkatkan dengan cara menginovasi produk dan jasa,
pengembangan sumber daya manusia dan teknologi, dan perluasan area pemasaran.

Pengembangan UMKM di Indonesia mengalami beberapa kendala seperti kelemahan
dalam memperoleh peluang pasar dan memper besar pangsa pasar. Kelemahan dalam
permodalan dan keterbatasan memperoleh sumber permodalan yang memadai.
Kelemahan di bidang organisasi dan manajemen sumber daya manusia. Keterbatasan
jaringan usaha kerjasama antara pengusaha. Iklim usaha yang kurang kondusif.
Pembinaan yang masih kurag terpadu dan kurangnya kepedulian masyarakat terhadap
UMKM.

Liberalisme perdagangan yang dilakukan dalam pemberlakuan ACFTA tahun
2010 menjadi salah satu permasalahan yang dihadapi UMKM di Indonesia. Pemerintah
menyepakati AFCTA tanpa memperhatikan kesiapan UMKM. Dari sisi produksi saja
UMKM belum bisa bersaing dimana dari segi kualitas produk dan harga yang kurang
bersaing dan kurangnya kesiapan pasar dan kurang jelasnya peta produk impor. Jika
kondisi ini terus dibiarkan akan membuat para pelaku UMKM bangkrut. Untuk
mengantisipasi hal tersebut diperlukan iklim investasi domestik yang kondusif dalam
upaya penguatan pasar dalam negeri. Selain itu para pelaku UMKM juga harus
mengembangkan strateginya dengan peningkatan daya saing dan pengembangan
sumber daya manusia agar mampu bertahan menghadapi pasar ACFTA. Strategi
tersebut dapat dilakukan dengan cara penyaluran kredit usaha rakyat, penyediaan akses
informasi pasar, pelatihan manajemen keuangan dan pengembangan teknologi

informasi komunikasi.
Di Provinsi Jawa Timur terdapat kabupaten yang terkenal sebagai penghasil
kayu jati. Sehingga Kabupaten tersebut terkenal dengan industri pengolahan kayu yang
bagus. wajar saja Kabupaten Bojonegoro menghasilkan kayu jati yang bagus karena di
wilayak tersebut hutan produksinya paling luas yakni sebesar 93.833,36 (BPS Kabupten
Bojonegoro, 2010). Dengan adanya industri pengolahan kayu berarti memanfaatkan
potensi alam yang nantinya juga akan mengembangkan perekonomian lokal melalui
mengembangkan produksi komoditas unggulan tertentu disini produk unggulannya
adalah kayu jati. Selain itu dengan pengembangan ekonomi lokal ini sebagai salah satu
cara mewujudkan peraturan tentang otonomi daerah. dimana pemerintah daerah
berwenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan yang
merupakan peluang bagi pemerintah daerah untuk mengembangkan potensi daerah.
Strategi ini akan lebih efektif jika mempertimbangkan mengenai hubungan keterkaitan
seluruh sektor ekonomi. Keterkaitan antara satu sektor dengan sektor yang lain akan
menambah nilai PDRB. Hal ini berarti masing-masing sektor tidak terlepas satu sama
lain untuk membangun perekonomia.
PDRB Menurut Lapangan
Usaha
PDRB Menurut Lapangan
Kerja


PDRB Atas Dasar Harga Yang Berlaku (Juta Rupia)
2014

2015

2016

Pertanian,Kehutanan, dan
Perikanan
Pertambangan dan
Penggalian
Industri Pengolahan
Pengadaan Listrik dan Gas
Pengadaan Air, Pengolahan
Sampah, Limbah dan Daur
ulang
kontruksi

Rp 7.610.994


Rp 8.399.150

Rp

4.848.84.70

Rp 24.523.856

Rp 20.021.673

Rp 16.703.640.60

Rp 2.952.840

Rp 3.205.853

Rp

2.004.260.30


Rp

12.064

Rp

12.980

Rp

9.793

Rp

17.216

Rp

18.377


Rp

13.158.60

Rp 3.629.392

Rp 3.883.051

Rp

2.145.411.60

Perdagangan Besar dan
Eceran, Reparasi Mobil dan
sepda Montor
Transportasi dan
Perdagangan
Penyediaan Akomodasi dan
Makanan Minuman

Informasi dan Komunikasi

Rp 4.004.534

Rp 4.408.068

Rp

2.491.597.90

Rp

432.271

Rp

504.488

Rp


256.122

Rp

397.077

Rp

453.447

Rp

241.094.90

Rp 2.547.379

Rp 2.829.958

Rp


1.617.940.60

jasa Keuangan dan Asuransi

Rp

660.268

Rp

749.935

Rp

356.405.40

Real Estate

Rp


555.398

Rp

597.901

Rp

355.100.20

Jasa Perusahaan

Rp

66.264

Rp

73.235

Rp

41.507

Rp 1.973.430

Rp 2.180.181

Rp

1.437.484.10

Rp

531.064

Rp

584.078

Rp

349.938.80

Rp

202.383

Rp

219.708

Rp

114.707.20

Rp

417.513

Rp

464.379

Rp

304.955.70

Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan
Sosial Wajib
Jasa Pendidikan
Jasa Kesehatan dan Kegiatan
Sosial
Jasa Lainnya
PDRB Menurut Lapangan
Kerja
PDRB (Tanpa Migas)

Rp 50.533.944

Rp 48.606.460

Rp 33.291.910.60

Rp 26.155.076

Rp 28.768.897

Rp 16.570.366.30

Sumber : BPJS Kabupaten Bojonegoro 2018
PDRB Kabupaten Bojonegoro menurut lapangan kerja terdiri dari 17 lapangan
kerja.

Dari 17 lapangan kerja tersebut salah satunya adalah industri pengolahan.

Industri pengolahan dari tahun 2014-2016 mengalami penurunan. Sementara total
PDRB Menurut Lapangan Kerja dari tahun 2014-2016 mengalami penurunan. Walaupun

dari Sisi PDRB industri Pengolahan Mengalami penurunan tetapi industri pengolahan
khususnya industri pengolahan kayu tetap menjadi sektor unggulan. Industri
Pengolahan kayu jati dari Bojonegoro bukan hanya dikenal karena bentuk atau
modelnya melainkan karena kualitas bahan bakunya yang dikenal bagus dan kualitas
kayu jati asal Bojonegoro selama ini tidak ada yag menandingi. Kayu jati yang di
hasilkan dari daerah Bojonegoro berwarna merah bata, seratnya rata, kering, padat, dan
kuat. Kayu jati itu bila dipakai sebagai bahan baku mabel akah tahan lama hingga
puluhan tahun. Permintaan produk pengolahan kayu asal Bojonegoro hingga kini masih
tetap tinggi dan akhir-akhir ini poduk pengolahan kayu yang diminati banyak berupa
kusen atau ukir-ukiran. Produk pengolahan kayu harganya beragam misalnya produk
lemari dipasarkan seharga Rp 2,5 juta – 10 Juta. Satu set bufet dipasarkan mulai harga
Rp 3 Juta – Rp 8 Juta, produk kusen dipasarkan seharga Rp 700.000 – Rp 1.000.000.
Pasar produk pengolahan kayu cukup luas daerah yang paling banyak meminta hasil
produk pengolahan kayu dan ukir-ukiran diantaranya Bandung, Jakarta, dan Bali. Selain
itu Industri pengolahan Kayu memberikan banyak lapangan kerja bagi warga
Bojonegoro. Banyak anak-anak muda yang bekerja sebagai tukang gosok mabel
sementara mereka yang sudah berpengalaman menjadi tukang. Dalam industri
pengolahan kayu ini di bagi dua ada yang menyediaka bahan baku kayu jati, ada yang
mengolah kayu jati menjadi bahan setengah jadi, ada yang mengolah jadi bahan
setengah jadi menjadi produk jadi yang siap dipasarkan.
Masalah yang dihadapi dalam industri pengolahan kayu adalah sulitnya mencari
bahan baku kayu jati yang bagus karena sekarang ini di Kabupaten Bojonegoro pohon
jati ketersediaan semakin berkurang di tambah lagi sering terjadi pencurian/penebangan
pohon tanpa izin (ilegal). Untuk mengatasi permaslahan tersebut para pengerajin kayu
membeli bahan baku kayu jati dari tempat penimbunan kayu jati milik perhutani tetapi
dengan konsekuensi harga kayu jati mahal. Namun bahan baku kayu jati yang sulit di
cari tidak mudah membuat para pengerajin pengolah kayu menyerah atau menutup
usahanya. Jadi dapat disimpulkan kalau Keberadaan industi pegolahan kayu membantu
masyarakat dalam mendapatkan lapangan pekerjaan. Dan mengurangi angka
pengangguran dengan menyerap banyak tenaga kerja dimana untuk industri kecil dan
menengah masih banyak membutuhkan tenaga kerja sebagai satu faktor produksi.
Industri dibutuhkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan negara,

mengurangi

angka

pengangguran

dengan

menyediakan

lapangan

pekerjaan.

Keberadaan industri pengolahan kayu memiliki dampak terhadap masyarakat ataupun
lingkungan. Industri pengolahan kayu mempunyai eksternalitas berbentuk keuntungan
(manfaat) yang diraskan oleh masyarakat Kabupaten Bojonegoro. berdasarkan uraian
tersebut penulis melakukan identifikasi terhadap sektor unggulan industri pengolahan
kayu di Kabupaten Bojonegoro.

BAB II
RUMUSAN MASLAH
2.1 Rumusan Maslah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas dapat diketahui bahwa industri
pengolahan kayu di Kabupaten Bojonegoro merupakan salah satu industri
unggulan karena Kabupaten Bojonegoro sebagai penghasil kayu jati dengan hutan
produksinya paling luas yakni sebesar 93.833,36 (BPS Kabupten Bojonegoro,
2010). Selain itu industri pengolahan kayu sebagai salah satu cara untuk
mengembangkan perekonomian lokal.

Maka penulis merumuskan

maslah

Apakah terdapat eksternalitas positif Industri pengolahan kayu di Kabupaten
bojonegoro?
2.2 Tujuan Penulisan
Tujuan pnulisan ini untuk mengetahui apakah terdapat eksternalitas positif
industri pengolahan kayi di Kabupaten Bojonegoro
2.3 Manfaat Penulisan
Hasil dari penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi penulis,
tempat dilakukannya penelitian, dan orang lain. manfaat bagi penulis diharapkan
dapat memberi tambahan pengetahuan dan tambahan wawasan bagi penulis.
Bagi daerah diharapkan hasil penulisan ini bisa dijadikan bahan evaluasi. Dan bagi
orang lain dapt dijadikan bahan bacaan atau referensi.

BAB III
KAJIN LITERATUR
3.1 Eksternalitas
Dalam suatu perekonomian modern setiap aktivitas mempunyai keterkaitan
dengan aktivitas lainnya dan semakin modren suatu perekonomian semakin besar dan
semakin banyak kaitannya dengan kegiatan lainnya. Apabila semua keterkaitan antara
suatu kegiatan dengan kegiatan lainnya dilaksanakan melalui mekanisme pasar atau
melalui suatu sistem, maka keterkaitan antara berbagai aktivitas tersebut tidak
menimbulkan masalah. Akan tetapi banyak pula keterkaitan antar kegiatan yang tidak
melalui mekanisme pasar sehingga timbul berbagai macam masalah. Keterkaitan suatu
kegiatan dengan kegiatan lain yang tidak melalui mekanisme pasar disebut
eksternalitas. Eksternalitas hanyalah apabila tindakan seseorang mempunyai dampak
terhadap orang lain (atau segolongan orang) tanpa adanya kompensasi apapun
sehingga

timbul

inefisiansi

dalam

alokasi

faktor

produksi.

(Guritno

Mangkoesorbroto,1993 Chap 6)
Fauzia (2010:19) menyatakan eksternalitas sebagai dampal ( positif dan negatif)
atau dalam bahasa formal ekonomi sebagai net cost atau benefit dari tindakan suatu
pihak terhadap piak lain. Ada beberapa tipologi eksternalitas menurut kula (dalam fauzia,
2004:20) yaitu :
a. Eksternalitas Teknologi
Terjadi karena adanya perubahan konsumsi produksi oleh suatu pihak terhadap
pihak lain yang lebih bersifat teknisi.
b. Eksternalitas Pecuniary
Eksternalitas terjadi karena adanya perubahan harga dari beberapa input
maupun otput.
Hartwick an olewiler, 1998 (dalam Fauzia, 2004 :20) menggunakan terminologi
lain untuk menggambarkan eksternalitas yaitu :
a. Eksternalitas privat

Yaitu melibatkan beberapa individu bahkan bisa bersifat bilateral dan tidak
menimbulkan limpahan kepada pihak lain.
b. Eksternalitas publik.
Eksternalitas ini terjado manakala barang publik dikonsumsu tanpa pembayaran
yang tepat.
Fisher ( Mukhlis, 2009)

mengatakan eksternalitas terjadi bila satu aktivitas

pelaku ekonomi (baik Produsen maupun konsumen) mempengaruhi kesejahteraan
pelaku ekonomi lain dan peristiwa yang ada terjadi diluar mekanisme pasar. Definisi ini
menujukkan bahwa eksternalitas timbul tidak hanya dari pihak produsen membebani
konsumen, eksternalitas ini dapat muncul dari pihak konsumen atau masyarakat yang
sering sekali menjadi penerima eksternalitas. Jadi eksternalitas dapat timbul dari
konsumen membebani produsen dan juga dapat timbul dari produsen membebani
konsumen dan produsen lain.
Menurut Pigou dalam tarisa 2001 syarat terjadinya eksternalitas ialah :
a. Adanya pengaruh dari suatu tindakan produsen atau konsume kepada pihak
lainnya.
b. Tidak adanya kompensasi terhadap akibat-akibat yang ditimbulkannya.
Ditinjau dari dampaknya eksternalitas dapat dibagi dua yaitu eksternalitas positif
dan eksternalitas negatif. Eksternalitas positif merupakan dampak yang menguntungkan
dari suatu tindakan yang dilakukan oleh suatu pihak terhadap orang lain, misalnya
penambahan lapangan pekerjaan baru. Sedanglan eksternalitas negatif apabila
dampaknya bagi orang lain yang tidak menerima kompensasi sifatnya merugikan.
(Guritno Mangkoesorbroto,1993: 110)
Diatas telah dibicarakan jenis eksternalitas berdasarkan dampaknya terhadap
masyarakat. Selain pemisahan menuru dampaknya eksternalitas juga dapat dibedakan
antara pihak-pihak yang melakukan dan pihak yang menerima aibat. Pemisahan cara ini
adalah seperti ditunjukkan dalam gambar 3.1. (Guritno Mangkoesorbroto,1993 Chap 6)

Penderita

Pelaku
Gambar 3.1
Produsen

Konsumen

Produsen

Konsumen

Dari gambar 3.1 diatas dapat ditinjau dari pelakunya dan penderitanya terdapat empat
jenis eksternalitas yaitu :
a. Eksternalitas Produsen-Produsen
Seorang produsen dapat menimbulkan eksternalitas positif maupun eksternalitas
negatif. Eksternalitas ini terjadi ketika output dan input yang digunakan oleh suatu
perusahaan mempengaruhi output dan input yang digunakan oleh perusahaan
lain.
b. Eksternalitas Produsen-Konsumen
Eksternalitas ini terjadi ketika fungsi utilitas konsumen tergantung pada otput dari
produsen. Jenis eksternalitas terjadi dalam kasus polusi suara oleh pesawat
udara dan efek dari emisi pabrik.
c. Eksternalitas Konsumen-Produsen
Jenis eksternalitas konsumen terhadap produsen jarang terjadi dalam praktek.
Eksternalitas ini meliputi efek dari kegiatan konsumen terhadap output
perusahaan.
d. Eksternalitas Konsumen-Konsumen
Eksternalitas ini terjadi ketika kegiatan suatu konsumen mempengaruhi utilitas
konsumen lainnya.

BAB IV
PEMBAHASAN
Kabupaten Bojonegoro merupakan salah satu daerah yang terdapat di jawa
timur. Sektor unggulan dan komoditas unggulan yang dimiliki adalah sektor pertanian,
hortikultura, perkebunan, peternakan dan perikanan, sektor migas, sektor pariwisata,
dan sektor industri pengolahan. Yang selanjutnya industri pengolahan dikelompokan
menjadi dua kelompok yaitu kelompok industri kima, agro dan hasil hutan, dan kelompok
industri logam, mesin elektro dan aneka industri. Batasan penulisan ini pada sektor
industri pengolahan kayu.
Tabel 4.1
Statistik Industri Bojonegoro 2014-2016
Kelompok Industri

2014
2015
2016
Industri Kimia, Agro dan Hasil Hutan
Unit Usaha
22.716
23.076
23.554
Tenaga Kerja
68.609
70.268
71.713
Penadapatan (Ribuan)
2.165.216.000 2.276.996.672
2.524.499.379
Nilai Produksi (Ribuan) 4.167.902.305 4.401.440.656
4.846.294.263
Nilai Investasi (Ribuan) 205.234.173
284.434.273
277.509.850
Industri Logam, Mesin Elektrik dan Aneka Industri
Unit Usaha
2.176
2.216
2.216
Tenaga Kerja
5.437
5.517
5.630
Penadapatan (Ribuan)
281.780.218
310.499.546
344.249.022
Nilai Produksi (Ribuan) 810.908.000
838.359.649
923.094.640
Nilai Investasi (Ribuan) 14.200.000
12.000.000
13.404.423
Sumber : BPS Bojonegoro 2018.
Eksternalitas positif dari industri pengolahan kayu dapat diihat dari sisi sosial dan
ekonomi.
a. Dampak positif
1. Dilihat dari segi ekonomi
Dampak positif yang ditimbulkan dari kegiatan industri pengolahan kayu
dari segi ekonomi dapat dilihat dari penyerapan tenaga kerja, pendapatan
yang meningkat, dan tumbuhnya usaha lain sebagai pengembangan dari
hasil produksi industri pengolahan.
a. Penyerapa tenaga kerja.

Untuk memenuhi kebutuhan pokok dan mencapai kesejahteraan
hidup seseorang harus memiliki penghasilan baik dengan cara berusaha
sendiri/berwiraswasta maupun dengan bekerja diperusahaan. Salah satu
permasalahan
kekhawatiran

yang

tengah

masyarakat

dihadapi

adalah

pemerintah

ketersediaan

dan

lapangan

menjadi
kerja.

Terkadang harus memenuhi syarat untuk mendapatkan lapangan kerja
yang tersedia salah satu syaratnya seperti pendidikan dan pengalaman
kerja. Bagi orang yang tidak memenuhi syarat tentu sulit untuk
mendapatkan pekerjaan tersebut sehingga terjadi pengangguran. Namun
keberadaan industri di tengah masyarakat dapat membuka lapangan
kerja baru yang mengurangi angaka pengangguran. Dari tabel diatas
dapat dilihat bahwa jumlah tenaga kerja yang terserap dalam industri
pegolahan kayu dikabupaten bojonegoro dari tahun 2014-2016 selalu
mengalami kenaikan. Walaupun data diatas masih dalam bentuk
gabungan dari beberapa industri pengolahan dan tidak di jelaskan secara
rinci berapa persen kontribusi penyerapan tenaga kerja dari industri
pengolahan kayu, tapi industri pengolahan kayu turut ikut andil dalam
penyerapan tenaga kerja karena industri pengolahan kayu merupakan
industri pengolahan hasil hutan yag termasuk sektor unggulan.
b. Pendapatan penduduk
Pendapatan merupakan salah satu indikator untuk mengukur
tingkat kesejahteraan masyarakat. Dalam kegiatan perekonomian
pendapatan

merupakan

faktor

yang

terpenting

karena

adanya

pendapatan maka perekonomian dapat berjalan. Menurut ilmu ekonomi
pendapatan merupakan balas jasa ata penggunaan faktor-faktor produksi
yang dimiliki oleh sektor rumah tangga, sektor perusahaan yang dapat
berupa gaji dan upah, sewa, bunga serta keuntungal (Sukirmo,
2000:91).Dari tabel diatas pendapatan dari tahun 2014-2016 selalu
mengalami kenaikan hal ini seiring dengan perkembangnya jumlah
industri pengolahan, diamana jumlah unit industri pengolahan selalu
mengalami pertambahan dari tahun 2014-2016. Peningkatan pendapatan
tersebut dirasakan secara langsung maupun tidak langsung. Secara

langsung dirasakan oleh para pemiliki industri dan sedangkan secara
tidak langsung dirasakan oleh masyarakat sekitar industri karena
memperoleh pekerjaan tambahan yang nantinya pendapatan ini
digunakan

untuk

memenuhi

kebutuhan

sehari-hari

dan

untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
2. Dilihat dari segi sosial
Seiring dengan perkembangan industri pengolahan kayu yang dapat
dilihat dari jumlah unit industri yang selalu bertambah dan perbandingan lurus
antara penyerapan tenaga kerja dan peningkatan pendapatan yang selalu
mengalami kenaikan. Maka hal ini berdampak pada banyaknya angaka anak
yang bersekolah. Apalagi dulu Kabupaten Bojonegoro pernah menjadi
Kabupaten termiskin di jaatimur. Dalam kehidupan sosial di masyarakat
pendidikan merupakan hal yang sangat sulit dilakukan pada awalnya karena
terkendala oleh biaya yang tinggi dengan adanya industri pengolahan ini
maka pendapatan mereka bertambah dan mampu untuk membiayai anaknya
sekolah. Dan sekarang ini tingkat masyarakat yang buta huruf juga hanya
didominasi oleh manula diatas 60 tahun. Hal ini di dukung hasil sensus bulan
maret 2016 (Tabel 3.2) mencatata dari penduduk bahwa dari umur 7-12, 1315, 16-18,19-24 jumlah yang masih bersekolah lebih tinggi dibndingkan yang
tidakbelum pernah sekolah dan tidak pernah bersekolah sama sekali.
Tabel 3.2
Penduduk Menurut Partisipasi Sekolah dan Kelompok Umur Di
Kabupaten Bojonegoror Tahun 2016(%)
Kelompok Umur
Tidak/Belum
Masih
Tidak
Pernah Sekolah
Sekolah
Bersekolah
Lagi
7-12
0,30
99,70
0,00
13-15
0,00
96,63
3,37
16-18
0,36
62,60
37,44
19-24
0,00
11,45
88,55
Sumber : BPS Kabupaten Bojonegoro 2018
Eksternalitas postif lainnya dari Pengembangan industri pengolahan kayu
sebagai upaya pengembangan ekonomi loka dimulai dari memfasilitasi masyarakat
guna miningkatkan peran sumber daya manusia. Dimana pemerintah mengembangkan
sumber daya manusia yang ada dengan adanya staf-staf di bidang IHPK (Industri Hasil

Pertanian dan Kehutanan) dan juga memfasilitasi teknologi yang dinaungi di dalam UPT
(Unit Pelaksana Teknis). Untuk mendukung pelaku usaha dalam memaksimalkan
produksinya maka Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bojonegoror
memasukan Bidang industri hasil pertanian dan kehutanan dalam struktur organisasi
dinas. Dengan peyediaan sarana dan prasanana baru menunjang tumbuhnya tenaga
kerja baru. Hal ini di karenakan dengan adanya fasilitas yang memadai maka pengusaha
kecil yag akan memulai usha mereka di bidang industri pngolahan tidak akan mengalami
kesulitan dan memperoleh fasilitas dan tidak akan ragu dalam memulai usaha.
Dalam pembanguna ekonomi melalui industri pengolahan kayu di dukung oleh
bahan baku kayu jati yang memadai. Daimana hutan produksi di Kabupaten Bojonegoro
lebih dari 40% luas keseluruhan Kabupaten Bojonegoror. Ini menunjukan bahan baku
kayu di bojonegoror banyak dan mampu memenuhi kebutuhan para pengusaha tapi
tetap saja mereka juga mebeli bahan baku kayu dari luar Bojonegoror seperti dari Cepu,
Parengan, Ngawi dan juga jati rogo. Sehinggal hal ini membuat terjadi kerjasama antar
daerah.
Kereativitas dan inovasi diperlukan untuk membuat suatu produk yang memiliki
daya saing, memiliki pasar sendiri dan memiliki keunikan. Dengan memiliki kreativitas
dan inovasi para pengusaha dapat mempertahankan usahanya. Pemerintah dapat turut
ikut adil dalam membuat suatu produk yang kreatif dan inovasi. Dimana pemerintah
dapat melakukan pelatihan dan pembinaan. Pelatihan diberikan berupa pembarian
materi desain terbaru dan praktek mengukir agar mereka memiliki ciri khas. Pembinaan
dilakukan dari sisi manajemmen yang diharapkan dari pembinaan inia agar mananjmen
lebih tertata.
Dilakukannya pelatihan, pembinaan, dan pemberian fasilitas membuka peluang
bagi masyarakat untuk mebuat usaha industri pengolahan baru yang nantinya akan
berdampak pada pendapatan masyarakat. Pendapatan masyarakat meningkat
dikarenakan adanya penekanan biaya pada produksi yang dibantu oleh pemerintah dan
pengrajin mendapatkan bekal dalam memproduksi dari pelatihan dan juga dari modal
yang disediakan pemerintah.
Faktor yang turut berperan dalam pengembangan industru pengolahan kayu sebagai
pembangunan eonomi lokal yaitu :

a. Fakor pendukung
1. Potensi berupa kayu
Adanya kayu yang menjadi bahan baku utama dri keberlangsungan setra ini
menjadikannya potensi yang mendukung berjalannya pengembangan. Hal ini
ditunjukkan dengan melimpahnya sumber daya alam yang ada di kabupaten
Bjonegoror sendiri serta tercukupi pasolan dai daerah laon
2. Ketersidiaan sumber daya manusia
Sumberdaya manusia merupakan hal penting di kareaka pengerak dari
industri ini.
3. Pembiayaan
Pembiayann dari pemerintah lewat modal. Pelaku usaha yang telah memiliki
usaha kecil apapun akan dibantu pemerintah lewat bantuan modal.
b. Faktor penghambat
1. Sifat pasif pengerajin
Pengerajin telah mampu mejual produksinya sehingga membuat mereka
pasif dan sulit menerima motivasi untuk menghasilkan produk yang berdaya
saing tinggi.
2. Sifat individualisme pengrajin.
Sifat individualisme ini muncul kerana mereka menganggap dirinya sudah
mampu untuk menbuat produk yang lebih baik dan meganggap esaing antara
sau pengusaha dengan pengusaha lain. Sehingga hal ini membuat hubungan
antara pengerajin tidak erat.

BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa industri
pengolahan kayu di Kabupaten Bojonegoro memiliki eksternalitas positif. Eksternalitas
positif tersebut dapat dilihat dari sisi ekonomi dan sosial. Dimana dari sisi ekonomi
eksternalitasnya berupa peningkatan pedapatan, penyerapan tenaga kerja sedangkan
deksternalitas positif dari sisi sosialnya berupa banyaknya angaka anak yang
bersekolah. Selain itu eksternalitas positif lainnya yaitu dengan adanya industri
pengolahan kayu dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk pembangunan
ekonomi lokal karena pembangunan ekonomi lokal ini berdasarkan penggalian sektor
produksi unggulan yang bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat.
5.2 Saran
Berdasrkan kesimpulan diatas maka dapat diajukan saran yaitu, pengerajin
industri pengolahan kayu harus berusaha untuk mengembangkan inovasi produk yang
lebih banyak untuk meningkatkan dan memeperluas jaringan pemasaran melalui
kegiatan promisi iklan, brosur, dan membuka jaringan internet agar mendapat pangsa
pasar yang lebih luas. Dan untuk pemerintah bisa memberikan pelatihan dengan
mendatangkan konsultan atau orang yang berpengalaman dalam industri pengolahan
kayu.

DAFTAR PUSTAKA
Mangkoesoebroto Guritno. (1993). Ekonomi Publik. Edisi ketiga cetakan pertama.
Yogyakarta : BFE
Astuti Tri, Tadjuddin Parenta dan Hamid Paddu. (2014). Penerapan Kegiatan Industri
Pengolahan Terhadap Pecemaran Lingkungan Di Sulawesi Selatan. Jurnal Analisis
Volume 3. Juni 2014. Diakses Tanggal 4 Januari 2018.
From:http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/aae9f0e628fd3ba4800e7b0c07778551.pdf
Cahyani, Okkie Pritha, Hery s.J.N. Sriwiyanto. Yogi Pasca Pratama. Bhimo Rizky
Samudro. ( Maret 2015). Batu Nisan: Pola Pengrajin Dan Korelasinya Terhadap Budaya
(Studi Kasus Kampung Gondang Kelurahan Manahan). Jurnal Ilmu Ekonomi dan
Pembangunan vol 15.1. Di akses tanggal 4 Januari 2018.
From : https://jurnal.uns.ac.id/jiep/article/view/9898
Cyrilla.L, Salundik dan H. Muhasibi. (2016). Dampak Elsternalitas Peternakan Kambing
Perah Terhadap Kehidupan Masyarakat Sekitar. Jurnal Ilmu Produksi dan Teknologi
Peternakan. Volume 4. 3. Diakses tanggal 4 Januari 2018.
From :http://jesl.journal.ipb.ac.id/index.php/ipthp/article/view/14583
Dzaki aulia dan Agung Sugiri. (2015). Kajian Eksternalitas Industri Pengasapan Ikan Di
kelurahan Bandarharjo Kecamatan Semarang Utara. Jurnal Teknik PWK Undip. Volume
4.1. Diakses Tanggal 4 Januari 2018. From https://ejournal3.undip.ac.id
Fathurrozi Fahmi, agus Luthfi, Moh Adenan. ( 2016). Eksternalitas Industri Di Kota
Probolinggo.
Di
akses
Tanggal
4
Januari
2018.
From
:
http://repository.unej.ac.id/handle/123456789/75534
Fatimah, Yuni Faridatul. "Studi Industri Kerajinan Gerabah Kasongan di Desa
Bangunjiwo Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul." Geo Educasia-S1 vol 1.1. Diaskses
Tanggal 4 Januari 2018. From: http://journa;.students.uny.ac.id
Hanim Wasifah. (Maret 2015). Menggali Potensi Ekonomi Lokal Dengan Pendekatan
Input-Output Studi Di Provinsi Kalimantan Selatan. Jurnal Akutnasi dan Ekonomi. Vol 1.
1. Diakses tanggal 4 januari 2018. From https://repository.widyatama.ac.id
Husen, Chalid, David Kaluge, and Yogi Pasca Pratama.( November 2015). Kajian NilaiNilai Pancasila Di Sektor Perbankan: Peningkatan Peran Perbankan Dalam
Pemerataan Sebagai Wujud Dari Keadilan Sosial di Perekonomian Indonesia. Jurnal
Ilmu Ekonomi dan Pembangunan . vol 15.2. Di akses tanggal 4 januri 2018.
From : https://jurnal.uns.ac.id/jiep/article/view/9902
Pamungkas, Luky Handianto Adi, Susilo Susilo, and Yogi Pasca Pratama.(Maret 2015)
"Peranan Pertanian Sistem Arealan dan Penanggulangan Kemiskinan di Pedesaan
(Studi Kasus Desa Manukan Kecamatan Kalitidu Kabupaten Bojonegoro). Jurnal Ilmu
Ekonomi dan Pembangunan vol 15.1. Di askses tanggal 4 Januari 2018.
From : https://jurnal.uns.ac.id/jiep/article/view/9888

Risal Semuel, DB. Oaranoan dan Suarta Djaja. (November 2013). Analisis Dampak
Kebijakan Pertambangan Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Di
Kelurahan Makroman. eJournal Administrative. Volume 1.1. Diaks Tanggal 4 januari
2018. From : http://ar.mian.fisip-unmul.ac.id
Setyanto, Alief Rakhman, Bhimo Rizky Samudro, and Yogi Pasca Pratama.(2017) Kajian
Pola Pengembangan UMKM Di Kampung Batik Laweyan Melalui Modal Sosial Dalam
Menghadapi Perdagangan bBebas Kawasan Asean. Etikonomi .Vol 14.2. Oktober 2015.
Di akses tanggal 4 Januari 2018
From :https://jurnal.uns.ac.id/jiep/article/viewFile/9910/8826
Setyanto, Alief Rakhman, et al. (2015).Kajian Strategi Pengembangan UMKM Melalui
Media Sosial (Ruang Lingkup Kampung Batik Laweyan). Sustainable Competitive
Advantage (SCA) 5.1. Di akses tanggal 4 januari 2018.
From : http://www.jp.feb.unsoed.ec.id
Snudin, an Afri awang, Ronggo Sodono, dan Ris Hadi Purwanto. (Februari 2015).
Kontribusi Sektor Kehutanan Terhadap Perekonomian Wilayah Kasus Provinsi wilayah
lampung. Jurnal Bumi Lestari. Volume 15 .Diakses Tanggal 4 Januari 2018.
From : https://ojs.umud.ac.id
Sutarjo. Eksternalitas Pedagang Kaki Lima. Di askses Tanggal 4 Januari 2018.
From : http://Jurnal.unpad.ac.id
Syafruddin, Eki, Ghozali Maskie, and Yogi Pasca Pratama. ( November 2017). Kajian
Operasional Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dan Kesejahteraan Masyarakat Nelayan
(Studi Kasus Desa Watukarung Kecamatan Pringkuku Kabupaten Pacitan). (2014).
Jurnal Ilmu Ekonomi dan Pembangunan . Vol 14.2. Di akses tanggal 4 Januari 2018.
From: https://jurnal.uns.ac.id/jiep/article/view/9882
Veronika Vivin. (Oktober 2016). Eksternalitas Industri Batu Bata Terhadap Sosial
Ekonomi Di Kecamatan Tenaya Raya. Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Ilmu
Ekonomi. Vol 2.2.Di akses tanggal 4 januari 2018.
From: https://jom.unri.ac.idindex.php/JOMFEKO/articel/view
Widyawan, Vallen Laurinda Defrina.(2015). Pengembangan Industri Pengolahan Kayu
Sebagai Upaya Pengembangan Ekonomi Lokal (Studi Pada Desa Sukorejo, Kecamatan
Bojonegoro, Kabupaten Bojonegoro). Jurnal Administrasi Publik . Vol 3.7. Di akses
tanggal 4 Januari 2018.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bojonegoro. (2018). Data PDRB Berdasarkan
Lapangan Usaha. https://bojonegororkab.bps.go.id
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bojonegoro. (2018).
Bojonegoro. https://bojonegororkab.bps.go.id

Katalog Statistik Kabupaten