Makna Simbolis Pakaian Dinas Abdidalem K (1)

MA K NA SIMBOL IS PA K A IA N DINA S A BDIDA LEM
K ERA TON Y OGY A K A RTA
Nail Hikam F aqihuddin
NIM: 15/381266/FI/04066
Mahasiswa S1 Ilmu Filsafat, Fakultas Filsafat, Universitas Gadjah Mada
Email: nail.hikam.f@mail.ugm.ac.id
Abdidalem Keraton played an important role as a servant of cultural and local-wisdom
of Yogyakarta. Researcher assumes that the duties of the abdidalem as a cultural servant
have been reflected in his official garb, the peranakan. This study aims to find symbolic
meaning of peranakan garb and used by Abdidalem of Yogyakarta Palace, especially
abdidalem punakawan.
Keywords: Abdidalem of Yogyakarta Palace, Culture-servants, Peranakan, Symbolicmeaning
A bdidalem K eraton berperan penting sebagai abdi budaya dan kearifan lokal Y ogyakarta.
Peneliti berasumsi bahwa tugas abdidalem sebagai abdi budaya telah tercermin dalam
pakaian dinasnya, yaitu peranakan. Penelitian ini bertujuan untuk mencari makna
simbolis baju peranakan yang dipakai para A bdidalem K eraton Y ogyakarta, khususnya
abdidalem punakawan.
K ata K unci: A bdidalem K eraton Y ogyakarta, A bdi-budaya, Peranakan, Makna simbolis

Pendahuluan


A bdidalem merupakan orang-

Eksistensi K eraton Y ogyakarta di-

orang yang mengabdikan diri sepenuhnya

harapkan bukan hanya sebagai objek wi-

pada K eraton. Menurut (Haryanti, 1998)

sata semata, tetapi juga semacam suluh

mengabdi kepada Sultan dianggap juga

budaya yang dapat menyatukan konsep

mengabdi kepada Tuhan Y ME. A bdida-

nasionalisme, baik tingkat nasional mau-


lem bukanlah pembantu atau pelayan,

pun tingkat lokal (Satria, 2011). Dengan

melainkan sebagai bagian penting dalam

begitu, kearifan lokal K eraton akan tetap

K eraton Y ogyakarta untuk menjaga agar

terjaga. A palagi di era globalisasi dan per-

roda pemerintahan tetap berjalan.

kembangan iptek yang sangat pesat, nilai-

Selain menjalankan tugas operasi-

nilai kearifan lokal sudah semakin terge-


onal di K eraton, tugas abdidalem juga se-

rus. Salah satu usaha K eraton untuk men-

bagai abdibudaya (K ratonjogja.id, 2016).

jaga local wisdom tersebut adalah me-

A bdi budaya adalah orang yang mampu

maksimalkan peran abdidalem sebagai

memberi suri tauladan bagi masyarakat

abdi budaya.

luas. Mereka harus bertindak sesuai
unggah-ungguh dan memahami

tata


Nail Hikam F aqihuddin, Makna Simbolis Pakaian Dinas Abdidalem Keraton Yogyakarta |1

krama adat Y ogyakarta. Selain sebagai

sedikit imbalan pada abdidalem punoka-

suri tauladan, abdi budaya juga berarti

wan berupa gaji antara Rp2.000-20.000.

mendedikasikan seluruh hidupnya untuk

Hal ini dikarenakan konsep kesejahteraan

menjaga dan melestarikan budaya serta

abdidalem ditentukan dari keluarga yang

kearifan lokal K eraton pada khususnya,


harmonis, terhindar dari konflik, keseha-

dan Y ogyakarta pada umumnya.

tan, berkecukupan (sederhana), dan dapat

A bdidalem berdasarkan tugasnya

mengabdi kepada Sultan (Nurmasanti,

dibagi mejadi dua kelompok besar: abdi-

2017). Tindakan abdidalem dilandasi oleh

dalem punokawan (A DP) dan keprajan

sikap nrimo sehingga dalam menjalankan

(A DK ) (K ratonjogja.id, 2016). A DK


tugas ia selalu bertanggung jawab dan

berasal dari TNI, Polri, dan PNS sedang-

ikhlas (Rahayu, 2015).

kan A DP berasal dari kalangan masya-

Dalam menjalankan tugasnya, ab-

rakat umum. A DP dibagi dua golongan:

didalem diwajibkan memakai pakaian

tepas dan caos. A DP Tepas memiliki jam

dinas yang disebut peranakan. Dilansir

kerja yang tetap layaknya bekerja di kan-


dari K ratonJ ogja.id, peranakan berasal

tor, sedangkan A DP caos bekerja setiap

dari kata di-per-anak-kan. Oleh karena itu

sepuluh hari sekali. Mereka bekerja untuk

sesama abdidalem dianggap sebagai sau-

mencari ketenangan, ketrentaman, keba-

dara seibu. Pakaian tersebut dilengkapi

hagiaan dengan prinsip nyawiji, greget,

dengan blangkon dan jarik batik J ogja,

sengguh, lan ora mingkuh, nguri-nguri


dan jika telah mencapai pangkat tertentu

kabudayan, sugih tanpo bondo, ngalap

dilengkapi dengan keris. Uniknya, abdi-

berkah,

dumadi,

dalem tidak mengenakan alas kaki saat

gologn gilig, manunggaling kawula gusti,

bertugas. Menurut penelitian yang dilaku-

srawung lan ngleru pepat, hamemayu

kan oleh Marinda dkk (2016), nyeker


hayuning bawono, hamewangun karinak

merupakan bentuk loyalitas abdidalem

tiyasing sesama, dan bekerja dengan

terhadap Sultan dan penghormatan kepa-

penuh mawas diri (A nshori, 2013).

da tempat yang dianggap suci seperti K e-

sangkan

paraning

Motivasi abdidalem untuk meng-

raton Y ogyakarta.


abdi tidak didasarkan atas kebutuhan ma-

Sekian banyak makna yang ter-

terial. Bahkan, pada dasarnya abdidalem

kandung dalam diri abdidalem dipenuhi

tidak memiliki hak gaji (Sudaryanto,

dengan nilai-nilai yang mencerminkan

2008). Hanya saja K eraton memberikan

perannya sebagai abdi budaya. Namun,

2 |Matakuliah K earifan L okal, Fakultas Filsafat UGM, Desember 2017

penelitian tersebut belum menyentuh baju


dinasnya disebut peranakan terdiri dari

peranakan sebagai identitas abdidalem

baju lurik, blangkon, jarik batik, dan

yang juga merepresentasikan fungsinya

keris. A dapun keris hanya boleh diguna-

sebagai abdi budaya, termasuk blangkon,

kan jika sudah mencapai pangkat tertentu

jarik, dan keris yang dipakai. Peneliti

sebagai abdidalem caos.

berusaha menggali hal tersebut dan meng-

Tahap penelitian dimulai dengan

inventarisasikan berbagai penelitian terpi-

mengumpulkan data baik primer maupun

sah yang telah dilakukan.

sekunder. Data primer dalam penelitian

Metode Penelitian

ini

berupa

jurnal,

buku,

laporan

Penelitian ini menggunakan meto-

penelitian, ataupun artikel yang memuat

de deskriptif kualitatif karena penelitian

informasi-informasi yang dapat dipercaya

ini berusaha mencari jawaban melalui pe-

dan otentik tentang makna simbolis dalam

nelitian yang telah dilakukan orang lain

pakaian dinas yang merepresentasikan

sehingga uraiannya menggunakan kata-

fungsinya sebagai abdi budaya. Data

kata. Pada hakikatnya penelitian deskrip-

sekunder berupa verifikasi di lapangan

tif kualitatif adalah suatu metode dalam

dengan mewawancarai beberapa abdi-

meneliti status sekelompok manusia,

dalem caos secara langsung. Setelah data

suatu objek dengan tujuan membuat des-

terkumpul, peneliti menganalisis data

kriptif, gambaran atau lukisan secara

dengan teknik analisis data berupa reduk-

sistematis, faktual dan akurat mengenai

si data yang tidak relevan, menyajikan

fakta-fakta atau fenomena yang diselidiki

data, kemudian menarik kesimpulan.

(Cevilla, 1993). Oleh karena itu, teknik

Hasil dan Pembahasan

pengumpulan data dilakukan dengan cara

Peranakan

studi kepustakaan didukung dengan melakukan wawancara terhadap narasumber.

Peranakan adalah pakaian resmi
yang disyaratkan kepada setiap abdida-

Objek penelitian ini adalah pakai-

lem ketika melakukan pasowanan di

an dinas abdidalem K eraton Y ogyakarta.

K eraton Y ogyakarta (Satriani, 2017).

Oleh karena pakaian dinasnya berbeda-

Oleh karena itu, keberadaan peranakan

beda sesuai pangkat dan jabatannya, maka

tidak bisa lepas dari pasowanan. Istilah

peneliti mempersempit objek penelitian

peranakan berasal dari akar kata diper-

berupa pakaian dinas yang dipakai oleh

anak-kan yang berarti lahir dari rahim

A bdidalem Punokawan Caos. Seragam

yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa

Nail Hikam F aqihuddin, Makna Simbolis Pakaian Dinas Abdidalem Keraton Yogyakarta |3

sesama abdidalem adalah saudara. Berda-

Baju Lurik

sarkan wawancara yang dilakukan oleh

Istilah lurik berasal dari bahasa

Septi Satriani dengan K RT A diwongso,

J awa ‘lorek’ atau ‘rik’ yang berarti lajur

seseorang yang telah lulus menjadi abdi-

atau garis-garis belang. Menurut Widodo

dalem otomatis dijadikan ‘saudara’ atau

(2008), tenun lurik merupakan tenun yang

‘kerabat’K eraton (Satriani, 2017). A ntar-

bermotif garis-garis. Menurut Dhorifi

abdidalem saling menyapa dengan sapaan

(2007), “lurik pada dasarnya berupa susu-

“Co! Konco” yang berarti saudara. Dari

nan garis-garis dari berbagai warna yang

sini terlihat bahwa nilai persaudaraan

membentuk barisan ragam hias. Garis-

sangat dijunjung tinggi oleh abdidalem

garis lurus melambangkan ketegasan dan

K eraton. Seseorang yang telah memakai

kedinamisan. Corak lurik merupakan uca-

peranakan maka hak dan kewajibannya

pan kekuatan dan semangat pantang me-

sebagai abdidalem melekat padanya.

nyerah warga J awa Tengah dalam menghadapi kehidupan mereka.” (Dhorifi,
2007)

Gambar1. Peranakan, pakaian dinas abdidalem

Peranakan merupakan satu set
pakaian yang terdiri dari baju lurik biruGambar2. Motif baju lurik telupat

biru gelap— dan ada juga yang coklat-

Corak lurik bermacam-macam

hitam— dengan bawahan jarik bermotif

sesuai fungsinya masing-masing. Pada

batik. Sebagai penutup kepala dipakai

pakaian dinas abdidalem, corak luriknya

blangkon— biasanya berwarna hitam—

disebut lurik telupat. Telupat berasal dari

dan keris sebagai aksesoris tambahan se-

akronim telu dan papat lajuran, sehingga

telah mencapai pangkat tertentu dalam

jika dijumlahkan menjadi tujuh garis.

sistem jabatan abdidalem punokawan.

A ngka 7 merupakan angka keramat yang

4 |Matakuliah K earifan L okal, Fakultas Filsafat UGM, Desember 2017

J awa

dari bahasa A rab sirōjan yang berarti ‘pe-

melambangkan kehidupan dan kemakmu-

lita atau penerang’ (J atiningrat, 2008).

ran yang artinya merupakan pitulungan

Pakaian ini juga disebut sebagai pakaian

atau pertolongan dari yang Maha K uasa

taqwa, sebagaimana pencipta baju ini—

(Suprayitno & A riesta, 2014). Garis-garis

Sunan K alijaga— menyebutnya demikian

tiga dan empat atau disebut telupat berarti

(Listah, 2016).

Kawulu Minagka Prepat atau direngkuh

Blangkon

dalam kepercayaan tradisional

untuk menjadi saudara kandung yang

Blangkon, berasal dari kata blang-

mesra dan saling memahami (J atiningrat,

ko yang berarti mencetak kosong, adalah

2017).

suatu nama yang diberikan pada jenisBagian kerah terdapat tiga pasang

jenis iket yang telah dicetak (Tiana, et al.,

kancing sehingga berjumlah enam, yang

2013). Menurut wawancara yang dilaku-

melambangkan rukun iman, sedangkan

kan oleh Tiana dkk. dengan K RT Widya

kancing berjumlah lima di lengan melam-

A nindita pada 15 J uli 2013, tujuan dibuat

bangkan rukun Islam dan Pancasila

blangkon adalah sebagai (1) pelindung

(A tmoperbowo, 2017). Menurut penutu-

kepala, (2) kelengkapan pakaian, dan (3)

ran M.P. A tmoperbowo (2017), salah

wujud keindahan. Di Y ogyakarta, terda-

seorang abdidalem caos berpangkat pene-

pat banyak jenis blangkon baik dari motif-

wu, cara memakai baju lurik peranakan

nya, bentuknya, bahkan golongan sosial si

terbilang unik. Dia harus mengangkat

empunya.

kedua

tangannya

dimasukkan

ke

lurus
lengan

ke

atas,

baju,

lalu

menyusul kepala dan badan, layaknya
memakai kaos.
Baju lurik ini termasuk dalam jenis baju surjan. Surjan adalah baju lakilaki khas J awa berkerah tegak, lengan
Gambar3. Blangkon

panjang, terbuat dari bahan lurik atau cita

Berdasarkan Peraturan Gubernur

berkembang (L istah, 2016). K ata surjan

DIY no.87/ 2014, para pegawai di Y ogya-

merupakan akronim dari suraksa-janma

karta diharuskan memakai atribut berikut

yang berarti ‘menjadi manusia’. A da juga

ini saat hari tertentu, salah satunya adalah

yang berpendapat bahwa ‘surjan’ berasal

blangkon. Oleh karena abdidalem meru-

Nail Hikam F aqihuddin, Makna Simbolis Pakaian Dinas Abdidalem Keraton Yogyakarta |5

pakan pegawai pemerintah, maka Pergub

kawung klithik, parang rusak kecil,

ini juga berlaku untuknya. Dalam Pergub

godek, purbonegara, wahyu tumurun,

tersebut, blangkon yang dipakai bermotif

ciptaning, gringsing mangkoro, nitik

modang, kumitir, blumbangan, wulung.

cakar, kasatriyan. Masing-masing memi-

Gambar3 di atas merupakan blangkon

liki makna dan fungsinya masing-masing.

motif wulung.

Penulis cukup kesulitan mengidentifikasi

Blangkon, dilihat dari makna etis-

jarik batik yang digunakan abdidalem

nya, dipengaruhi faktor rasa tradisi orang

caos ketika bertugas. A kan tetapi, bebera-

J awa dan berhubungan dengan kepriba-

pa motif di bawah ini pernah dipakai oleh

dian orang J awa itu sendiri (Tiana, et al.,

abdidalem caos.

2013). Blangkon pola Y ogyakarta dipengaruhi faktor rasa orang Y ogyakarta
agar orang yang memakainya terlihat baik
sopan, pantas, dan berwibawa. Hubungan
dengan kepribadian orang J awa adalah
sifatnya yang sopan, tutur katanya baik
dan lemah lembut. K esemuanya itu meleGambar4. Motif Batik Ciptoning

kat pada diri abdidalem.
Motif Ciptoning memiliki harapan agar
J arik Batik Yogyakarta
orang yang memakainya menjadi orang
J arik adalah kain panjang berwaryang bijak, mampu memberi petunjuk jana latar hitam dengan corak batik warna
lan yang benar.
coklat dengan motif batik yang beraneka
ragam. Menurut Pergub DIY no.87/2014,
jarik tersebut biasanya dipilih motif batik
berlatar warna hitam atau putih, baik cap
atau tulis, serta ciri kain batik tersebut memiliki sered berwarna putih dan diwiru,
dililitkan dari arah kanan ke kiri untuk
laki-laki dan dari kiri ke kanan untuk
Gambar5. Motif Batik Ceplok K satriyan

perempuan. A dapun motif batik Y ogya-

Motif ini dipakai oleh golongan meneng-

karta antara lain berjenis sidomukti, sido-

ah ke bawah agar terlihat gagah, layaknya

luhur, sidoasih, sekarjagad, taruntum,

kesatria.

6 |Matakuliah K earifan L okal, Fakultas Filsafat UGM, Desember 2017

A dapun kain yang dilarang dipakai, atau

K ain Parang Slobok adalah kain yang

hanya dipakai oleh kalangan tertentu, ter-

khusus dibuat untuk kepentingan penutup

masuk abdidalem, adalah sebagai berikut.

(lurup) keluarga dan sentana Dalem yang
meninggal dunia, sebelum dimakamkan.

Gambar6. Motif Batik Parang Rusak

Motif ini hanya boleh dipakai oleh Raja,
Gambar9. Motif Batik Parang Rusak

A dipati, Gusti K anjeng Ratu, Gusti K anMotif ini hanya boleh dipakai oleh Raja
jeng Bendara pada saat acara tertentu.
pada upacara tertentu di K eraton.
Sekian banyak makna yang ada di
tiap motif batik. Namun, pada zaman
dahulu batik diciptakan sebagai identitas
diri seseorang, menegaskan identitas diri
dalam kelas social di mana ia berasal
(Darmaputri, 2015). Makna tersebut hanya berlaku untuk batik tradisional, yang
Gambar7. Motif Batik K awung

K ain bermotif kawung hanya boleh dipa-

mana nilai tersebut memang terikat deng-

kai oleh Pangeran, putra-putri Dalem, dan

annya. Batik kontemporer tidak dapat

Sentana Dalem atas Dawuh Dalem untuk

dimaknai dengan cara yang sama seperti

menghadiri upacara/acara tertentu.

batik tradisional karena nilai tersebut tak
lagi

terikat dengannya (Darmaputri,

2015). Meskipun begitu, abdidalem masih menjunjung tinggi nilai dalam batik
Y ogyakarta, dengan tidak memakai batik
awisan (larangan) seperti yang telah disebutkan di atas.

Gambar8. Motif Batik Parang Slobog

Nail Hikam F aqihuddin, Makna Simbolis Pakaian Dinas Abdidalem Keraton Yogyakarta |7

Keris

hasa J awa adalah kekeran aris; kekeran
Tidak seperti atribut lainnya, keris

berarti pagar, penghalang, peringatan, pe-

hanya boleh dipakai oleh abdidalem yang

ngendalian; aris berarti tenang, hati-hati,

telah berpangkat minimal bekel enom

dan halus. Seseorang yang memakai keris

(A tmoperbowo, 2017). A dapun jenjang

harus dapat ngeker atau memagari, me-

kepangkatan abdidalem punokawan dan

ngendalikan diri secara arif, hati-hati,

kaprajan dapat dilihat di lampiran. Dari

jangan sampai memamerkan dirinya

penjelasan M. P. A tmoperbowo, abdida-

(Sutrisna, 2009).

lem yang telah memakai keris menanda-

Orang J awa, terutama Y ogya, tak

kan bahwa setidaknya ia telah mencapai

lagi memandang keris sebagai senjata ta-

pangkat bekel enom. Menurut penelitian

jam atau senjata tikam mulai abad ke-20

yang dilakukan oleh A rdi (2010), keris

ini. Fungsi keris yang menonjol adalah

merupakan suatu visualisasi dari simbol-

untuk kelengkapan busana adat atau pusa-

simbol yang memiliki pemaknaan yang

ka (Endrawati, 2015). Menurut penelitian

dalam dan rumit, simbol-simbol ini tidak

yang dilakukan oleh Nurhadi Siswanto,

hanya pada visualisasi bentuk kerisnya

keris memiliki simbolisasi metafisis yang

akan tetapi juga berkait dengan karakte-

berbeda di mata golongan tertentu: awam,

ristik masing-masing keris. K arakteristik

khusus, dan baru (Siswanto, 2012). Bagi

keris didasari pada status sosial, waktu,

orang awam, simbol keris menunjukkan

tempat, penggunaanya. K eris yang dimili-

ke suatu yang transenden, berupa tuah

ki Raja akan berbeda dengan K eris abdi-

yang dapat membantu dan memberikan

dalem, di antaranya adalah karakteristik

manfaat bagi pemilik, keluarga, dan ma-

dari benda keris tersebut.

syarakat di sekitarnya. Bagi orang khusus,
keris memiliki dimensi ganda: horizontal
dan vertikal, serta imanen dan transenden.
Dimensi horizontal-imanen pada keris
memiliki simbolisasi berupa ajaran bagaimana seharusnya manusia menjalani kehidupan, sedangkan dimensi vertikal-

Gambar10. K eris yang dipakai A bdidalem

transenden dalam keris bagi orang khusus
Istilah keris berasal dari kata kehampir sama dengan anggapan orang
iris yang artinya ‘terpotong’ (Siswanto,
awam sebagai benda pusaka yang memili2012). J arwadhasa kata keris dalam ba-

8 |Matakuliah K earifan L okal, Fakultas Filsafat UGM, Desember 2017

ki tuah. A dapun golongan baru mengang-

Baju lurik telupat, jarwadhasa

gap keris hanya sebagai bagian dari seja-

dari Kawulu Minangka Prepat, yang ber-

rah dan pengetahuan tentang keris, tidak

arti direngkuh untuk menjadi saudara

ada makna di balik simbol-simbol.

kandung yang mesra dan saling memaha-

Makna simbolis keris yang dipa-

mi. Bagian kerah memiliki kancing ber-

kai abdidalem saat ini hampir bisa dikate-

jumlah enam, melambangkan rukun iman

gorikan sama seperti pandangan golongan

dan bagian lengan memiliki lima kancing

baru terhadap keris. Namun, masih ada

melambangkan rukun Islam. Baju ini me-

beberapa abdidalem yang mempercayai

representasikan nilai persaudaraan dan re-

daya magis dari keris dan benda pusaka

ligiusitas yang dijunjung tinggi.

lainnya. Hal ini dikarenakan, menurut

Blangkon merupakan atribut yang

penuturan M. P. A tmoperbowo, saat ini

melambangkan kepantasan, kewibawaan,

orang-orang telah dipengaruhi oleh pen-

dan kesopanan bagi orang yang memakai-

didikan dan budaya kontemporer, tetapi

nya. J arik batik Y ogyakarta melambang-

masih menyisakan orang tua yang masih

kan identitas abdidalem sebagai orang

percaya hal magis, sehingga orang boleh

J awa asli Y ogyakarta. Tiap motif melam-

saja mempercayainya atau tidak. Beliau

bangkan makna tertentu yang kompleks.

sendiri lebih cenderung sebagai golongan

J arik juga melambangkan kelas sosial si

baru yang tidak mempercayai hal-hal

pemakainya menurut motif tertentu.

magis dalam keris dan benda pusaka lain-

K eris dipandang oleh golongan

nya. K eris hanyalah atribut lain yang di-

awam sebagai benda pusaka bertuah dan

pakai abdidalem jika telah mencapai

memiliki kekuatan magis. Oleh golongan

pangkat bekel anom.

khusus, ia memiliki filosofi kehidupan

Simpulan

bagi orang J awa di samping daya magis

Peranakan adalah pakaian dinas

yang dikandungnya. Sedangkan bagi go-

resmi abdidalem K eraton Y ogyakarta saat

longan baru, keris hanyalah bagian dari

bertugas. Pakaian itu terdiri dari baju lurik

sejarah dan pengetahuan manusia.

telupat berwarna biru-biru tua, blangkon,
jarik batik Y ogyakarta, dan keris. Peranakan merupakan simbol persaudaraan antara abdidalem K eraton.

Nail Hikam F aqihuddin, Makna Simbolis Pakaian Dinas Abdidalem Keraton Yogyakarta |9

Referensi
A nshori, N. S., 2013. Makna K erja (Meaning
of Work): Suatu Studi Etnografi A bdidalem
K eraton Ngayogyakarta Hadiningrat Daerah
Istimewa Y ogyakarta. J urnal Psikologi
Industri dan Organisasi, Desember, 2(3), pp.
157-162.
A rdi, P. B., 2010. Keris Sebagai Salah Satu
Simbol Identitas Priyayi J awa di Keraton
Ngayogyakarta Hadiningrat (Studi Kasus
Abdi Dalem Keraton Yogyakarta),
Semarang: Universitas Negeri Semarang.
A tmoperbowo, M. P., 2017. Busana
Peranakan Abdidalem Yogyakarta
[Wawancara] (1 Oktober 2017).
Cevilla, C. G., 1993. Pengantar Metode
Penelitian, J akarta: Universitas Indonesia.
Darmaputri, G. L ., 2015. Representasi
Identitas K ultural dalam Simbol-Simbol
pada Batik T radisional dan K ontemporer.
Commonline Departemen Komunikasi,
J anuari, 4(2), pp. 45-55.
Dhorifi, Z., 2007. Tenun Tradisional
Indonesia, J akarta: Dewan K erajinan
Nasional.
Endrawati, E., 2015. Posisi K eris pada
Masyarakat J ogja Modern. J urnal
Komunikasi Universitas Tarumanegara, J uli,
7(2), pp. 124-136.
Haryanti, K ., 1998. Motivasi K erja A bdi
Dalem K eraton Y ogyakarta: Suatu
Pendekatan K ualitatif. Psikodimensia Kajian
Ilmiah Psikologi, I(3), pp. 144-151.
J atiningrat, K . R. T ., 2008. Rasukan Takwa
Lan Peranakan ing Karaton Ngayogyakarta
Hadiningrat, Y ogyakarta: T epas Dwarapura
K araton Ngayogyakarta Hadiningrat.
J atiningrat, K . R. T ., 2017. Busana
Peranakan Abdidalem Yogyakarta
[Wawancara] (1 Oktober 2017).
K ratonjogja.id, 2016. Tugas dan F ungsi
Abdi Dalem. [Online]

A vailable at: http://kratonjogja.id/abdidalem/3/tugas-dan-fungsi-abdi-dalem
[Diakses 4 Desember 2017].
L istah, N., 2016. Busana Adat J awa.
[Online]
A vailable at:
https://id.scribd.com/document/365428391/
Busana-A dat-J awa
[Diakses 6 Desember 2017].
Marinda, F., Suryaningtyas, L . A ., Y aka, R.
W. & Hendrato, M. L ., 2016. Menguak
Makna "Nyeker" Abdidalem Kasultanan
Yogyakarta, Y ogyakarta: Universitas Negeri
Y ogyakarta.
Nurmasanti, A ., 2017. Kesejahteraan dalam
Perspektif Abdidalem Keraton Kasultanan
Yogyakarta (Pasca Berlakunya UndangUndang Keistimewaan no. 13 Tahun 2012),
Y ogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan
K alijaga.
Rahayu, S., 2015. Konsep Nrimo dalam
Ranah Kerja Abdidalem Keraton
Yogyakarta, Y ogyakarta: Universitas Islam
Negeri Sunan K alijaga.
Satria, 2011. Pengamat UGM: Keraton
Ngayogyakarta Harus Menjadi Suluh
Budaya. [Online]
A vailable at:
https://ugm.ac.id/id/berita/3299pengamat.ugm:.keraton.ngayogyakarta.harus
.menjadi.suluh.budaya
[Diakses 4 Desember 2017].
Satriani, S., 2017. Peranakan dan Serat
K ekancingan: Sebuah Identitas A bdidalem
keraton Y ogyakarta. J urnal Penelitian
Politik, J uni, 14(1), pp. 45-54.
Siswanto, N., 2012. Metafisika Simbol
K eris. J urnal F ilsafat, A pril, 22(1), pp. 6989.
Sudaryanto, 2008. Hak dan K ewajiban A bdi
Dalem Dalam Pemerintahan K raton. Mimbar
Hukum, 20(1), pp. 1-191.
Suprayitno & A riesta, I., 2014. Makna
Simbolik di Balik K ain L urik Solo-

10 |Matakuliah K earifan L okal, Fakultas Filsafat UGM, Desember 2017

Y ogyakarta. Humaniora, Oktober, 5(2), pp.
842-851.

J urnal Pendidikan dan Penelitian Sejarah
PESAGI, 1(5), pp. 25-36.

Sutrisna, B., 2009. Gambaran Manusia
dalam K eris. Dalam: editor, penyunt.
Kearifan Nusantara. Y ogyakarta: K epel
Press, p. 50.

Widodo, S. T ., 2008. Produksi T enun A T BM
dengan A plikasi dan V ariasi Pakan Non
Benang. J urnal ARS - J urnal Seni Rupa dan
Desain, September-Desember, 9(24), p. 0.

Tiana, L . A ., Maskun & Wakidi, 2013.
A nalisis Makna Blangkon Pola Y ogyakarta.

Nail Hikam F aqihuddin, Makna Simbolis Pakaian Dinas Abdidalem Keraton Yogyakarta |11

L A MPIRA N
Tabel 1
J enjang K epangkatan A bdidalem Punokawan dan K eprajan
Berdasarkan Pranatan K alenggahan No.01/Pran/K HPP/X II/2004
Urutan
Puno-

K apr

PNS
Pangkat

K epolisian
Pangkat

kawan

ajan

1

1

K PH

2

2

Bupati Nayoko

Pem. Utama

3

3

Bupati K liwon

4

4

5

5

6

6

J enderal

J enderal

K om J en

L et J en

Pem.Ut.Mdy IV d

Ir J en

May J en

Bupati Sepuh

Pem.Ut.Md

IV c

Brig J en

Brig J en

Bupati A nom

Pembina I

IV b

K om Bes

K olonel

A K BP

L et K ol

Riyo Bupati

IV e

Pembina

IV a

K ompol

Mayor

Penata I

III d

AKP

K apten

Ip-tu

L et-tu

A nom

7

8

9

10

11

7

8

9

10

11

TNI A D

Gol

Wedono

Penewu

L urah

Bekel

J ajar

Penata

III c

Ip-da

L et-da

Pen.Md I

III b

A Ip-tu

Pbt.L et-tu

Pen.Md

III a

A Ip-da

Pbt.L et-da

Pengatur I

II d

Bripka

Serma

Pengatur

II c

Brigpol

Serka

Peng.Md I

II b

Briptu

Sertu

Peng.Md

II a

Bripda

Serda

J uru I

Id

A j.Brip

K opka

A j.Briptu

K optu

J uru

Ic

A j.Bripda

K opda

J uru Md I

Ib

Bharaka

Praka

Bharatu

Pratu

Bharada

Prada

J uru Md

Ia

12 |Matakuliah K earifan L okal, Fakultas Filsafat UGM, Desember 2017