KREATIVITAS GURU MATEMATIKA KELAS VII DALAM MENERAPKAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) DI MTs NEGERI BRANGSONG KABUPATEN KENDAL TAHUN PELAJARAN 20102011

  

KREATIVITAS GURU MATEMATIKA KELAS VII

DALAM MENERAPKAN KURIKULUM TINGKAT

SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) DI MTs NEGERI

BRANGSONG KABUPATEN KENDAL TAHUN

PELAJARAN 2010/2011 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat

  guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Pendidikan Matematika

  Oleh: UMMI ROSIDAH

  NIM: 073511042

FAKULTAS TARBIYAH

PERNYATAAN KEASLIAN

  Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Ummi Rosidah NIM : 073511042 Jurusan/Program Studi : Tadris Matematika Menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya saya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.

  Semarang, Januari 2011 Saya yang menyatakan, Ummi Rosidah NIM : 073511042

KEMENTERIAN AGAMA

  Jl Prof. Dr. Hamka (Kampus II) Ngaliyan Semarang Telp.024-7601295 Fax.7615387

  

PENGESAHAN

  Naskah skripsi dengan: Judul : Kreativitas Guru Matematika Kelas VII dalam Menerapkan

  Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di MTs Negeri Brangsong Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011

  Nama : Ummi Rosidah NIM : 073511042 Jurusan : Tadris Program Studi : Matematika Telah diujikan dalam sidang munaqasyah oleh Dewan Penguji Fakultas Tarbiyah

  IAIN Walisongo dan dapat diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana dalam Ilmu Pendidikan Matematika.

  Semarang, 13 Desember 2011 DEWAN PENGUJI

  Ketua, Sekretaris

Drs. Sugeng Ristiyanto, M.Ag. Yulia Romadiastri, S.Si, M.Sc.

  NIP. 19650819 200302 1 001 NIP. 19810715 200501 2 008 Penguji I, Penguji II Nur Asiyah, S.Ag., M.SI Saminanto, S.Pd., M.Sc.

  NIP. 19710926 199803 2 002 NIP. 19720604 200312 1 002 Pembimbing I Pembimbing II Minhayati Shaleh, S.Si, M. Sc.

  H. Mursid, M.Ag. NIP: 19760426 200604 2 001 NIP: 19670305 200112 1 001

  

NOTA PEMBIMBING Semarang, 23 Nopember 2011

  Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah

  IAIN Walisongo di Semarang

  Assalamu’alaikum wr. wb.

  Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi naskah skripsi dengan: Judul : Kreativitas Guru Metematika Kelas VII dalam Menerapkan

  Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di MTs Negeri Brangsong Kab. Kendal Tahun Pelajaran 2010-2011

  Nama : Ummi Rosidah NIM : 073511042 Jurusan : Tadris Program Studi : Matematika Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam siding munaqasyah.

  Wassalamu’alaikum wr. wb.

  Pembimbing I Minhayati Shaleh, M.Si. M.Sc

  

NOTA PEMBIMBING Semarang, 23 Nopember 2011

  Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah

  IAIN Walisongo di Semarang

  Assalamu’alaikum wr. wb.

  Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi naskah skripsi dengan: Judul : Kreativitas Guru Metematika Kelas VII dalam Menerapkan

  Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di MTs Negeri Brangsong Kab. Kendal Tahun Pelajaran 2010-2011

  Nama : Ummi Rosidah NIM : 073511042 Jurusan : Tadris Program Studi : Matematika Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam siding munaqasyah.

  Wassalamu’alaikum wr. wb.

  Pembimbing II

  H. Mursid, M.Ag NIP: 19670305 200112 1 001

  \

  ABSTRAK

  Judul : Kreativitas Guru Metematika Kelas VII dalam

  Menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di MTs N Brangsong Tahun Pelajaran 2010-2011

  Penulis : Ummi Rosidah NIM : 073511042

  Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mensyaratkan adanya kreativitas yang tinggi dari para guru untuk dapat mengembangkan kurikulum di sekolah. Tidak terkecuali bagi guru yang bertugas di sekolah-sekolah yang berada di desa sekalipun. Termasuk guru matematika yang ada di MTs N Brangsong Kendal. Para guru diharapkan mampu menerapakan KTSP dalam semua komponen pembelajaran baik dari perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian.

  Studi ini dimaksudkan menjawab permasalahan: (1) Bagaimana kreativitas guru matematika kelas VII dalam merencanakan pembelajaran berbasis KTSP ? (2) Bagaimana kreativitas guru matematika kelas VII dalam melaksanakan pembelajaran berbasis KTSP ? (3) Bagaimana kreativitas guru matematika kelas VII dalam penilaian pembelajaran berbasis KTSP ? permasalahan tersebut dibahas melalui penulisan lapangan yang dilaksanakan di MTs Negeri Brangsong Kab. Kendal. Guru matematika kelas VII di MTs Negeri Brangsong Kab. Kendal dijadikan sumber data untuk mendapatkan gambaran tentang kreativitas guru matematika kelas VII dalam menerapkan KTSP. Data dalam penelitian ini diperoleh dengan cara wawancara berpedoman, observasi partisipan, angket/kuesioner, dan studi dokumen- dokumen perangkat pembelajaran. Semua data dianalisis dengan model analisis interaktif (interaktif model of analisis). Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification.

  Kajian ini menunjukkan bahwa: (1) Kreativitas guru dalam merencanakan pembelajaran dapat dilihat dari dua hal pokok, yaitu perencanaan perangkat pembelajaran dan perencanaan pemilihan strategi pembelajaran. Dalam menyusun perangkat pembelajaran guru mengadakan MGMP sehingga terjadi keseragaman perangkat pembelajaran guru yang satu dengan yang lain. Pemilihan strategi diawali dengan memahami karakter peserta didik sehingga guru dapat menyesuaikan strategi pembelajaran yang akan digunakan. (2) Kreativitas guru dalam pelaksanaan pembelajaran dapat dilihat dari tiga hal pokok yaitu, kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan akhir pembelajaran. Guru telah menunjukkan kreativitasnya dalam kegiatan ini walaupun kadang-kadang masih tercipta suasana belajar yang membosankan dan ada guru yang tidak bisa mengkondisikan kelas. (3) Kreativitas guru dalam penilaian pembelajaran dapat dilihat dari dua hal yaitu sistem penilaian dan pengembangan alat penilaian yang digunakan. Penilaian tidak dilihat dari aspek kognitif saja tetapi juga dilihat dari aspek afektif dan psikomotorik, namun hal ini tidak didukung dengan pengembangan alat penilaian yang sesuai.

KATA PENGANTAR

  Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Alhamdulillahirabbil ‘Alamin, puji syukur senantiasa penulis panjatkan

  kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan nikmat kepada semua hamba-Nya. Terlebih kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini.

  Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Agung Muhammad saw, Nabi akhir zaman dan pembawa rahmat bagi makhluk seluruh alam.

  Tidak ada kata yang pantas penulis ungkapkan kepada pihak-pihak yang membantu proses pembuatan skripsi ini, kecuali kata terima kasih yang sebesar- besarnya kepada: 1.

  Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, Dr. Suja’i, M.Ag.

  2. Dosen pembimbing Minhayati Shaleh, S.Si, M.Sc dan H. Mursid, M.Ag, yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama proses penulisan skripsi.

  3. Kepala MTs Negeri Brangsong Kab. Kendal Dra. Hj. Zayinatun yang sekarang dijabat oleh Drs. H. Moch Ali Chasan, M.Si telah berkenan memberikan izin pada penulis untuk melakukan penelitian di MTs Negeri Brangsong Kab. Kendal.

  4. Guru pengampu bidang studi matematika kelas VII MTs Negeri Brangsong Kab. Kendal. Drs. Abdul Kohar, Pujo Winarno, S.Pd, dan Rokhimah, S.Pd yang memberikan banyak arahan serta informasi selama proses penelitian.

  5. Segenap dosen Fakultas Tarbiyah, khususnya dosen Tadris Matematika yang telah membekali banyak pengetahuan kepada penulis dalam menempuh studi di Fakultas Tarbiyah.

  6. Segenap pegawai Fakultas Tarbiyah, pegawai perpustakaan IAIN, pegawai perpustakaan Fakultas Tarbiyah dan pegawai perpustakaan TPM yang telah memberikan layanan yang baik bagi penulis.

  7. Kedua orang tuaku Bapak Sholekan dan Ibu Mu’awanah yang tidak henti- hentinya memberikan dorongan baik moril maupun materiil dan tidak pernah bosan mendoakan penulis dalam menempuh studi dan mewujudkan cita-cita, 8. Kedua adikku Luthfia Desy dan Abdullah Alwi yang tidak pernah berhenti memberikan semangat dalam menempuh studi dan mewujudkan cita-cita,

  9. Kakakku M. Abdul Gofur yang selalu memberikan motivasi dalam penyusunan skripsi ini serta mau mendengarkan semua keluh kesahku,

  10. Teman-teman TM ’07 kelas B yang selalu berbagi dalam susah ataupun senang selama menempuh studi di Fakultas Tarbiyah,

  11. Teman-teman Kost Shafira 24, BPI F20, dan Camp Ladys yang selau berbagi susah dan suka atas perjalanan menempuh studi serta hidup jauh dari orang tua, 12. Dan teman-teman penulis yang ikut memberikan motivasi selama menempuh studi, khususnya dalam proses penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

  Semoga Allah SWT membalas semua amal kebaikan mereka dengan balasan yang lebih dari yang mereka berikan. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi materi, metodologi dan analisisnya. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.

  Akhirnya hanya kepada Allah penulis berharap, semoga apa yang tertulis dalam skripsi ini bisa bermanfaat khususnya bagi penulis dan bagi para pembaca pada umumnya. Amin.

  Wassalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

  Semarang, 23 Nopember 2011 Penulis Ummi Rosidah NIM : 073511042

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL .................................................................................. ..... i PERNYATAAN KEASLIAN ..................................................................... ..... ii PENGESAHAN .......................................................................................... ..... iii NOTA PEMBIMBING ............................................................................... ..... iv ABSTRAK .................................................................................................. ..... vi KATA PENGANTAR ............................................................................... ..... vii DAFTAR ISI .............................................................................................. ..... ix

  BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ............................................. ..... 1 B. Rumusan Masalah ....................................................... ..... 3 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................... ..... 3 BAB II : KREATIVITAS GURU MATAMATIKA DAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) A. Kajian Pustaka ............................................................ .... 5 B. Pengertian Kreativitas ...................................................... 7 C. Kriteria Kreativitas ........................................................... 9 D. Kreativitas Guru ............................................................... 10 E. Pembelajaran Matematika ................................................ 14 F. Penilaian Pembelajaran Matematika ................................ 17 G. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ........ .... 19 H. Kreativitas Guru dalam Menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ................................. 28 Kerangka Berfikir ............................................................. 31 BAB III : METODELOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ........................................................... .... 34

  B.

  Tempat dan Waktu Penelitian ..................................... ... 34 C. Sumber Penelitian ............................................................ 35 D.

  Fokus Penelitian ............................................................... 36 E. Teknik Pengumpulan Data .......................................... .... 36 F. Teknik Analisis Data ................................................... .... 41

  BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum MTs Negeri Brangsong Kab. Kendal.. 45 B. Kreativitas Guru Matematika Kelas VII dalam Menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di MTs Negeri Brangsong Kab. Kendal ....... .... 49 C. Analisis Kreativitas Guru Matematika Kelas VII dalam Menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan

  Pendidikan (KTSP) di MTs Negeri Brangsong Kab. Kendal................................................................. .... 61

  BAB V : PENUTUP A. Simpulan .................................................................... .... 71 B. Saran........................................................................... .... 73 DAFTAR PUSTAKA DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan

  penyempurnaan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) atau biasa disebut kurikulum 2004. Kemudian Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan mengamanatkan kurikulum KTSP pada jenjang pendidikan dasar dan menengah disusun oleh satuan pendidikan dengan mengacu kepada Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) serta berpedoman pada panduan yang disusun oleh

  1 Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).

  Standar Isi merupakan bagian dari Standar Nasional Pendidikan yang mencakup kerangka dasar dan struktur kurikulum, beban belajar bagi peserta didik tingkat sekolah dasar dan menengah, KTSP yang dikembangkan

  2

  berdasarkan panduan penyusunan kurikulum, dan kalender pandidikan. Begitu juga dengan Standar Kompetensi Lulusan merupakan bagian dari Standar Nasional Pendidikan. SKL untuk pendidikan dasar dikembangkan berdasarkan tujuan setiap satuan pendidikan, yakni meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup

  3 mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.

  Semangat perubahan KTSP mensyaratkan sekolah membangun paradigma baru pengelolaan pendidikan yang selama ini telah terbangun image dan buaian sentralistik pendidikan yang terjadi telah menjadi virus yang mengerdilkan ide dan kreativitas satuan pendidikan dalam memberdayakan potensi dirinya. Penyakit akut ini telah coba diatasi dengan berbagai upaya oleh pemerintah. Misalnya, saat pemerintah pusat tercengang dengan minimnya 1 Tim Redaksi Nuansa Aulia, Himpunan Perundang-undangan RI tentang Sistem

  

Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) Undang-undang RI No.20 Tahun 2003 Beserta

Penjelasannya.Cet.VI, (Bandung: Nuansa Aulia, 2010), hlm. 51. 2 3 Aulia, Himpunan, hlm. 210.

  Aulia, Himpunan, hlm. 241. pergulatan kreativitas sekolah, dikumandangkanlah paradigma otonomi pendidikan melalui manajemen berbasis sekolah. Kenyataannya, institusi prasyarat manajemen berbasis sekolah seperti dewan pendidikan dan komite sekolah hanya hiasan struktur organisasi. Bukan sebagai alat vital organisasi. Mereka tak berdaya karena ketidaktahuan dan kebiasaan ketergantungan.

  Dengan demikian, KTSP menghadapi tantangan besar terkait keterpaduan informasi lokal, nasional, dan internasional. Kemampuan memadukan ini hanya bisa dilakukan oleh sumber daya yang memang disiapkan jauh-jauh hari, bukan oleh guru yang disiapkan secara instan melalui berbagai program pendampingan pengembangan kurikulum.

  Penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di setiap sekolah setingkat SD, SMP dan SMA, akan membuat guru semakin pintar, karena mereka dituntut harus mampu merencanakan sendiri materi pelajarannya untuk mencapai kompetensi yang telah ditetapkan. Kurikulum yang selama ini dibuat dari pusat, menyebabkan kreativitas guru kurang terpupuk, tetapi dengan KTSP, kreativitas guru bisa berkembang. KTSP sebenarnya positif, sebab sekolah diberikan otonomi untuk berdiskusi terkait dengan standar kompetensi yang dikembangkan. Dalam hal ini pemerintah telah berasumsi bahwa seluruh guru mampu mengembangkan kurikulum sesuai dengan potensi daerah, karakteristik sekolah, dan peserta didik.

  Hanya saja, sebagian besar guru belum terbiasa untuk mengembangkan model-model kurikulum. Selama ini mereka diperintah untuk melaksanakan kewajiban yang sudah baku, yakni kurikulum yang dibuat dari pusat. Implementasi KTSP sebenarnya membutuhkan penciptaan iklim pendidikan yang memungkinkan tumbuhnya semangat intelektual dan ilmiah bagi setiap guru, mulai dari rumah, di sekolah, maupun di masyarakat. Hal ini berkaitan adanya pergeseran peran guru yang semula lebih sebagai instruktur dan kini menjadi fasilitator pembelajaran.

  KTSP mau tidak mau mensyaratkan adanya kreativitas yang tinggi dari para guru untuk dapat mengembangkan kurikulum di sekolah. Tidak terkecuali bagi guru yang bertugas di sekolah-sekolah yang berada di desa sekalipun. Termasuk guru matematika yang ada di MTs N Brangsong Kendal. Para guru diharapkan mampu menerapakan KTSP dalam semua komponen pembelajaran baik dari perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian.

  Mengingat karakteristik peserta didik kelas VII yang merupakan masa peralihan dari jenjang sekolah dasar ke sekolah menengah, tentu hal ini harus diperhatikan agar peserta didik mampu berkembang sesuai dengan jenjangnya. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi guru matematika di kelas VII untuk bisa membuat peserta didiknya mampu meningkatkan pola berfikir matematika yang sesuai dengan jenjangnya. Tanpa berbekal kreativitas guru yang tinggi, maka tantangan tersebut tidak akan teratasi. Untuk itu, peneliti ingin mengetahui kreativitas guru matematika kelas VII dalam menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di MTs N Brangsong Tahun Pelajaran 2010/2011.

  B. Rumusan Masalah

  Berdasar hal-hal yang telah diuraikan pada latar belakang masalah tersebut, dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut.

  1. Bagaimana kreativitas guru matematika kelas VII dalam merencanakan pembelajaran berbasis KTSP ?

  2. Bagaimana kreativitas guru matematika kelas VII dalam melaksanakan pembelajaran berbasis KTSP ?

  3. Bagaimana kreativitas guru matematika kelas VII dalam penilaian pembelajaran berbasis KTSP ?

  C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.

  Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

  a.

  Mendeskripsikan kreativitas guru matematika kelas VII dalam merencanakan pembelajaran matematika sesuai dengan KTSP. b.

  Mendeskripsikan kreativitas guru matematika kelas VII dalam proses pembelajaran matematika sesuai dengan KTSP.

  c.

  Mendeskripsikan kreativitas guru matematika kelas VII dalam penilaian pembelajaran matematika sebagai implementasi KTSP.

2. Manfaat Penelitian

  Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat sebagai berikut.

  a.

  Bagi Kepala Sekolah, penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi tentang hal-hal yang telah dilakukan oleh Guru Matematika dalam melaksanakan KTSP.

  b.

  Bagi Guru Matematika, penelitian ini diharapkan mampu memberikan evaluasi terhadap hal-hal yang telah diusahakan oleh guru dalam melaksanakan KTSP sehingga dapat dijadikan kajian bagi guru dalam meningkatkan kualitasnya.

  c.

  Bagi peserta didik, penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi kepada peserta didik tentang kurikulum KTSP yang sekarang berlaku serta dapat merasakan dampak KTSP tersebut terhadap proses dan hasil pembelajaran.

  d.

  Bagi peneliti, penelitian ini memberikan pengalaman tentang kreativitas yang dimiliki oleh guru matematika dalam menerapkan KTSP.

  e.

  Untuk Peneliti Lain, dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan, penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk pengembangan wawasan ilmu pengetahuan dan sebagai bahan informasi serta referensi bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti kasus-kasus sejenis mengenai kreativitas guru dalam menerapkan KTSP.

  

BAB II

KREATIVITAS GURU MATAMATIKA DAN KURIKULUM TINGKAT

SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

A. Kajian Pustaka Menurut Pasal 1 Butir 19 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, “Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan

  mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan

1 Mulyasa berpendapat bahwa kurikulum merupakan pendidikan tertentu”.

  komponen pendidikan yang dijadikan acuan oleh setiap satuan pendidikan, baik oleh pengelola maupun penyelenggara; khususnya oleh guru dan kepala

  2 sekolah.

  Menurut Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 pasal 1 ayat 15, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional

  3 yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan.

  Penyusunan KTSP dilakukan oleh satuan pendidikan dengan memperhatikan standar kompetensi serta kompetensi dasar yang dikembangkan oleh Badan

  4 Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Disamping itu pengembangan KTSP

  harus disesuaikan dengan kondisi satuan pendidikan, potensi dan karakteristik daerah, serta peserta didik.

  Penerapan KTSP memberikan peluang bagi setiap sekolah untuk menyusun kurikulumnya sendiri, dan untuk itu tiap guru yang akan mengajar di kelas dituntut memiliki kemampuan menyusun kurikulum yang tepat bagi peserta didiknya. Diperlukan kompetensi masing-masing guru untuk dapat menyusun KTSP dengan baik dan efektif.

  1 2 Aulia, Himpunan., hlm. 3.

E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hlm.4.

  3 4 Aulia, Himpunan., hlm. 45.

  Aulia, Himpunan., hlm. 51.

  Meskipun sudah berlaku sejak tahun 2006 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) masih sangat menarik untuk dibahas dan diperbincangkan. Terlebih kreatifitas guru dalam menerapkan KTSP.

  Penelitian ini bukanlah penelitian yang pertama kali membahas tentang KTSP, namun ada beberapa penelitian sebelumnya yang berbentuk skripsi dan dapat dijadikan sebagai pijakan dan pembanding penelitian ini. Penelitian tersebut adalah: 1.

  Penelitian yang dilakukan oleh Anwar Suhada (K1304017) mahapeserta didik pendidikan matematika Fakultas Ilmu Keguruan dan Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta tahun 2010 yang berjudul Kreativitas Guru Matematika dalam Menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Sebagai Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Peserta didik (Studi Kasus pada guru matematika MTsN Sumber Lawang, MTsN Kalijambe dan MTsN Gemolong). Dalam penelitiannya, Anwar menyimpulkan bahwa ada guru yang sudah menunjukkan kreativitasnya dalam menyusun perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan penilaian pembelajaran namun ada juga yang belum menunjukkan kreativitasnya.

  2. Penelitian yang dilakukan oleh Noor Rohman (3102328) mahapeserta didik Pendidikan Agama Islam fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang tahun 2009 yang berjudul Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 18 Semarang. Dalam penelitiannya, Noor Rohman menyimpulkan bahwa meskipun SMP Negeri 18 Semarang telah menerapkan KTSP sejak tahun pelajaran 2006/2007, namun implementasi KTSP di SMP Negeri 18 Semarang dalam pelajaran Pendidikan Agama Islam masih belum optimal.

  3. Penelitian yang dilakukan oleh Ida Farida Septiana (3104004) mahasiswi Pendidikan Agama Islam fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang tahun 2009 yang berjudul Studi tentang Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam dalam menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di SMP Negeri 2 Bogorejo Blora. Dalam penelitiannya, Ida menyimpulkan bahwa kualitas kompetensi guru PAI di SMP Negeri 2 Bogorejo secara umum cukup baik.

  Berangkat dari hasil penelitian-penelitian tersebut, peneliti bermaksud untuk meneliti tentang kreativitas guru matematika kelas VII dalam menerapkan KTSP di MTs Negeri Brangsong Kendal. Mengingat karakteristik peserta didik kelas VII yang berada dalam masa peralihan, maka diperlukan kreativitas guru matematika untuk menjadikan peserta didik kelas VII mampu memahami apa yang dipelajari dan mengembangkan pola pikir mereka. Sedangkan yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terdapat pada metode penelitiannya. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan kondisi nyata yang ada di lapangan dan bukan memberi penilaian terhadap fokus penelitiannya.

  Selain itu peneliti juga membaca buku yang membahas tentang KTSP, yaitu buku E. Mulyasa dengan judul Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang membahas KTSP dan implementasinya. Kemudian buku Muhammad Joko Susilo dengan judul Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Manajemen Pelaksanaan dan Kesiapan Sekolah Menyongsongnya yang membahas tentang manajemen pelaksanaan kurikulum di tingkat sekolah dan kesiapan yang harus dilakukan oleh pihak sekolah.

B. Pengertian Kreativitas

  Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Kreativitas adalah

  5

  kemampuan untuk mencipta; daya cipta. Dengan kata lain kreativitas adalah kemampuan untuk meraih aktualisasi diri melalui gagasan atau karya nyata, baik yang bersifat baru maupun kombinasi dari yang sudah ada.

  Sedangkan S.C. Utami Munandar mendefinisikan kreativitas sebagai kemampuan untuk membuat sesuatu yang baru berdasarkan data, informasi

5 Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), hlm.599.

  6

  atau unsur-unsur yang ada. Kemudian Utami Munandar mendefinisikan bahwa konsep kreativitas selalu merujuk pada 4P (pribadi, proses, pendorong, dan produk), yaitu ditinjau dari segi pribadi yang kreatif, dari segi faktor-faktor pendorong, kreativitas dari segi proses kreatif dan juga dari segi produk

  7 kreatif. Definisi tentang kreativitas berdasarkan 4P adalah sebagai berikut.

  1. Definisi Pribadi Dalam “three-facet model of creativity” oleh Stenberg, kreativitas merupakan titik pertemuan yang khas antara tiga atribut psikologis, yaitu

  8

  inteligensi, gaya kognitif, dan kepribadian/motivasi. Inteligensi meliputi kemampuan verbal, pemikiran, pengetahuan, keterampilan menyelesaikan masalah, serta integrasi secara umum.

  Gaya kognitif dari pribadi yang kreatif menunjukkan kelonggaran dari keterikatan pada konvensi menciptakan aturan sendiri dan melakukan hal-hal dengan caranya sendiri. Sedangkan dimensi kepribadian meliputi

  9 fleksibel, toleran, semangat untuk berprestasi, ulet dan moderat.

  2. Definisi Proses Definisi proses yang terkenal adalah definisi Torrance dan Wallas.

  Definisi Torrance meliputi seluruh proses kreatif dan ilmiah mulai dari menemukan masalah sampai dengan menyampaikan hasil. Sedangkan Wallas mengemukakan bahwa langkah-langkah proses kreatif meliputi

  10 tahap persiapan, inkubasi, iluminasi, dan verifikasi.

  3. Definisi Produk Definisi produk kreatif lebih menekankan pada orisinalitas, 6 sebagaimana definisi yang dikemukakan Barron dan Haefele bahwa

  Anwar Suhada, “Kreativitas Guru Matematika dalam Menerapkan Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP) sebagai Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa”,Skripsi

(Surakarta: UNS, 2010), hlm. 50. 7 Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hlm. 20. 8 9 Utami Munandar, Pengembangan., hlm. 20. 10 Utami Munandar, Pengembangan., hlm. 21.

  Utami Munandar, Pengembangan., hlm.21. kreativitas adalah kemampuan untuk menghasilkan/menciptakan sesuatu yang baru ataupun membuat kombinasi-kombinasi baru.

  11 Rogers

  mengemukakan kriteria untuk produk kreatif adalah: a.

  Produk itu harus nyata (observable) b. Produk itu harus baru c. Produk itu adalah hasil dari kualitas unik individu dalam interaksi dengan lingkungannya.

  12 4.

  Definisi Press Definisi ini lebih menekankan pada faktor press atau dorongan, baik dorongan internal maupun dorongan eksternal. Dorongan internal yaitu dari dalam diri sendiri yang berupa keinginan dan hasrat untuk mencipta sesuatu secara kreatif. Sedangkan dorongan eksternal yaitu dorongan dari lingkungan atau psikologis.

13 C.

   Kriteria Kreativitas

  Penentuan kriteria kreativitas menyangkut tiga dimensi yaitu dimensi proses, person dan produk kreatif. Menurut konsep kreativitas, proses kreatif diartikan bersibuk diri secara kreatif yang menunjukkan kelancaran, fleksibilitas (keluwesan, orisinalitas, dalam berfikir dan berperilaku).

  14 Kepribadian kreatif menurut Guilford meliputi dimensi kognitif (yaitu bakat) dan non kognitif (yaitu minat, sikap, dan kualitas temperamental).

  Menurut teori ini, orang-orang kreatif memiliki ciri-ciri kepribadian yang secara signifikan berbeda dengan orang-orang yang kurang kreatif. Karakteristik-karakteristik kepribadian ini menjadi kriteria untuk mengidentifikasiorang-orang kreatif. Orang-orang yang memiliki ciri-ciri seperti yang dimiliki oleh orang-orang kreatif dengan sendirinya adalah orang kreatif.

  15 11 Utami Munandar, Pengembangan., hlm. 21. 12 Utami Munandar, Pengembangan.,, hlm.21-22. 13 Utami Munandar, Pengembangan., hlm. 21. 14 Anwar Suhada, Kreativitas., hlm. 52. 15 Anwar Suhada, Kreativitas., hlm. 52.

  Kriteria ketiga adalah produk kreatif, yang menunjuk kepada hasil perbuatan, kinerja, atau karya seseorang dalam bentuk barang atau gagasan. Kriteria ini dipandang sebagai yang paling eksplisit untuk menentukan kreativitas seseorang, sehingga disebut sebagai “kriteria puncak” bagi

  16 kreativitas.

D. Kreativitas Guru

  Istilah guru menurut pandangan lama adalah sosok manusia yang patut untuk digugu dan ditiru. Digugu berarti segala ucapannya dapat dipercaya.

  17 Ditiru berarti segala tingkah lakunya dapat menjadi contoh bagi masyarakat.

  Sedangkan menurut UU No. 141 Th. 2005, pasal 1 butir 1 tentang guru dan dosen yang dikutip oleh Andi Yudhan Asfandiyar, menyatakan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan

  18 pendidikan menengah.

  Imam al Gh azali dalam kitabnya Ihya‟ Ulumiddin menjelaskan bahwa guru itu mempunyai beberapa tugas, di antaranya belas kasih kepada peserta didik dan memperlakukan mereka seperti anak-anaknya. Selain itu guru juga bertugas menyesuaikan pelajaran yang diajarkan dengan kadar kemampuan peserta didik. Keterangan lebih jelasnya sebagai berikut:

  16 17 Anwar Suhada, Kreativitas., hlm. 52. 18 Sukadi, Guru Powerful Guru Masa Depan, (Bandung: Kolbu, 2009), hlm.8.

  Andi Yudha Asfandiyar, Kenapa Guru Harus Kreatif, (Bandung: Mizan Pustaka, 2009), hlm. 17-18

  Artinya: “ belas kasih kepada orang-orang yang belajar dan memperlakukan mereka seperti memperlakukan anak-anaknya. Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya saya bagimu adalah seperti orang tua kepada anaknya.

  ”. mencukupkan bagi murid itu menurut kadar pemahamannya. Maka ia tidak menyampaikan kepada murid sesuatu yang tidak terjangkau oleh akalnya. Dalam hal itu mengikuti penghulu manusia SAW, di mana beliau bersabda: “Kami golongan para Nabi diperintah untuk menempatkan mereka pada kedudukan

  20

  mereka, dan berbicara kepada mereka menurut kadar akal mereka.” Jika pengertian kreativitas dihubungkan dengan guru, maka yang dimaksud dengan kreativitas guru adalah kemampuan seorang guru untuk meraih aktualisasi diri melalui gagasan atau karya nyata, baik yang bersifat baru maupun kombinasi dari yang sudah ada guna memecahkan masalah yang sedang dihadapi yaitu menyampaikan/memberikan ilmu pengetahuan, sikap, dan keterampilan kepada peserta didik di sekolah atau lembaga pendidikan sehingga menyebabkan peserta didik itu mampu melaksanakan sesuatu.

  Adapun ciri-ciri guru berkepribadian kreatif dan profesional seperti yang dikemukakan oleh Andi Yudha adalah sebagai berikut.

  1.

  8. Disiplin Fleksibel 2.

  9. Responsif Optimis 3.

  10. Empatik Respek 4.

  11. Nge-friend Cekatan 5.

  12. Suka dengan anak Humoris

  21 6.

  13. Anak adalah amanah. Inspiratif 7.

  Lembut 1. Fleksibel

  Berarti guru yang dapat memahami kondisi peserta didik, sehingga tidak memaksakan kehendaknya kepada peserta didik. 19 Imam Ghozali, Ihya’ Ulumuddin, (Dar Ahya‟ Alkutub Al „Arabiyah Indonesia), hlm.

  55-57. 20 Moh. Zuhri, Terjemahan Ihya’ Ulumuddin Jilid I, (Semarang: CV. Asy Syifa‟, 2003), hlm. 171-177. 21 Andi Yudha Asfandiyar, Kenapa., hlm.20-27.

  2. Optimis Yaitu keyakinan akan kemampuan pribadi dan adanya perubahan pada peserta didik ke arah yang lebih baik.

  3. Respek Rasa hormat yang selalu ditumbuhkan di depan peserta didik diharapkan mampu memacu peserta didik untuk lebih cepat memahami segala hal yang dipelajari.

  4. Cekatan Mampu bertindak sesuai dengan kondisi yang diciptakan oleh peserta didik.

  5. Humoris Seorang guru dituntut untuk memiliki sifat humoris, karena pada umumnya anak-anak suka dengan proses belajar yang menyenangkan, termasuk dibumbui dengan humor.

  6. Inspiratif Guru harus menemukan banyak ide dari hal-hal baru yang positif di luar kurikulum. Dengan begitu guru membuat peserta didik terinspirasi untuk menemukan hal-hal baru.

  7. Lembut Sikap sabar, lembut, dan kasih sayang akan lebih efektif dalam proses belajar mengajar dan memudahkan munculnya solusi untuk berbagai masalah.

  8. Disiplin Disiplin dalam berbagai hal dapat menjadikan guru sebagai teladan kedisiplinan tanpa harus sering menyatakan tentang pentingnya disiplin.

  9. Responsif Cepat tanggap terhadap perubahan-perubahan yang terjadi baik pada peserta didik, budaya, sosial, Ilmu Pengetahuan dan teknologi,dll.

  10. Empatik Kesabaran yang lebih dalam memahami keberagaman peserta didik sehingga bisa lebih memahami kebutuhan-kebutuhan belajar peserta didik.

  11. Nge-friend Dengan menjadi teman peserta didik, maka peserta didik akan lebih mudah beradaptasi dalam menerima pelajaran dan bersosialisasi dengan lingkungan.

  12. Suka dengan anak Rasa suka dengan anak diperlukan agar guru bisa bergaul dan mendidik peserta didik.

  13. Anak adalah amanah Anggapan bahwa anak adalah amanah jelas diperlukan agar guru tidak bertindak sewenag-wenang dan merasa mempunyai tanggung jawab akan

  22 pendidikan peserta didik.

  Adapun ciri-ciri guru berkepribadian kreatif seperti yang dikemukakan oleh S.C.U, Munandar yang dikutip oleh Anwar Suhada adalah sebagai berikut.

  1. Mempunyai daya imajinasi yang kuat 2.

  Mempunyai inisiatif 3. Mempunyai minat yang luas 4. Bebas dalam berfikir (tidak kaku atau terhambat) bersifat ingin tahu.

  5. Selalu ingin mendapat pengalaman-pengalaman baru 6.

  Percaya pada diri sendiri 7. Penuh semangat (energetic) 8. Berani mengambil resiko (tidaktakut membuat kesalahan) 9. Berani dalam pendapat dan keyakinan (tidak ragu-ragu dalam menyatakan pendapat meskipun pendapat kritik dan berani mempertahankan pendapat

  23 yang menjadi keyakinannya).

  Sementara dalam Al Qur‟an dijelaskan tentang kreativitas guru sebagaimana yang terdapat dalam ayat berikut: 22        23 Andi Yudha Asfandiyar, Kenapa., hlm.20-27.

  Anwar Suhada, Kreativitas., hlm. 54.

  “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang

  24 sebaik-baiknya. ”

  Dalam ayat tersebut Allah menegaskan bahwa Allah telah menciptakan manusia dengan kondisi fisik dan psikis terbaik, yang mengandung arti bahwa fisik dan psikis manusia itu perlu dipelihara dan ditumbuhkembangkan. Dengan begitu maka manusia akan dapat memberikan kemanfaatan yang besar kepada alam ini. Dengan demikianlah manusia akan menjadi makhluk

  25 termulia.

  Dari penjelasan di atas maka jelaslah bahwa sudah sewajarnya dan seharusnya jika manusia selalu memelihara dan mengembangkan potensi untuk dapat memberikan manfaat bagi orang lain. Begitu juga dengan guru, harus selalu mengembangkan potensinya agar bermanfaat bagi peserta didiknya.

E. Pembelajaran Matematika

  Matematika adalah pengetahuan logis berhubungan dengan bilangan dan terorganisir secara sistematik. Depdiknas menjelaskan matematika merupakan suatu bahan kajian yang memiliki obyek abstark dan dibangun melalui oroses deduktif yaitu kebenaran suatu konsep yang diperoleh sebagai akibat logis dan kebenaran sebelumnya sudah diterima, sehingga keterikatan

  26 antara konsep dalam matematika bersifat sangat kuat dan jelas.

  Namun demikian, pembelajaran dan pemahaman konsep dapat diawali secara induktif melalui pengalaman peristiwa nyata atau intuisi. Proses induktif deduktif dapat digunakan untuk mempelajari konsep matematika. Pembelajaran dapat dimulai dengan beberapa contoh atau fakta yang teramati, membuat daftar sifat yang muncul (sebagai gejala), memperkirakan hasil baru yang diharapkan, yang kemudian dibuktikan secara deduktif. Penerapan cara kerja 24 25 Departemen Agama RI, Al quraan dan Terjemahnya, (Jakarta: 1984), hlm. 1076.

  Kementerian Agama RI, Alqur’an dan Tafsirnya (Edisi yang Disempurnakan), (Jakarta: Lentera Abadi, 2010), jil. X, hlm. 713. 26 Depdiknas Kurikulum 2004, Mata Pelajaran Matematika Sekolah Dasar, (Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas, 2003), hlm. 1. matematika yang seperti ini diharapkan dapat membentuk sikap kritis, kreatif, jujur, dan komunikatif pada peserta didik.

  Gagne dalam Eveline Siregar dan Hartini Nara mengemukakan bahwa

  Instructionis intended to promote learning, external situation need to be arranged to activate, support and maintain the internal processing that constitutes each learning event. Pembelajaran dimaksudkan untuk

  menghasilkan belajar, situasi eksternal harus dirancang sedemikian rupa untuk mengaktifkan, mendukung dan mempertahankan proses internal yang terdapat

  27 dalam setiap peristiwa belajar.

  Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pembelajaran

  28 adalah proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.

  Dalam proses pembelajaran, situasi dan suasana yang kondusif harus dikembangkan sedemikian rupa sehingga peserta didik dapat belajar dengan nyaman dan senang. Ini merupakan tugas guru sebagai fasilitator pembelajaran. Guru harus mampu mengontrol keadaan kelas sehingga tercipta suasana yang kondusif bagi pembelajaran.

  Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Matematika merupakan usaha yang disengaja yang melibatkan interaksi antara guru dan peserta didik serta menggunakan kemampuan profesional guru untuk mencapai tujuan kurikulum Matematika. Mengingat dalam KTSP pembelajaran Matematika harus melibatkan peserta didik dalam segala aktifitas pembelajaran serta harus dapat mengatasi keheterogenan potensi peserta didik maka guru dapat menggunakan metode mengajar yang bervariasi.

  Secara umum, prosedur pembelajaran dilakukan melalui 3 tahapan yaitu: 1. kegiatan pendahuluan; 2. kegiatan inti; 27 Eveline Siregar dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), hlm.12. 28 Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), hlm.17.

  3. kegiatan akhir dan tindak lanjut.

  1. Pendahuluan

  Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian

  29 peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.

  Sementara itu, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 41 tahun 2007 mengemukakan bahwa dalam kegiatan pendahuluan mencakup: a)

  Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran; b) pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan

  Mengajukan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari; c)

  Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai; d)

  Menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan

  30 sesuai silabus.

  2. Kegiatan Inti Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD.

  Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan

  31 sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.

  3. Kegiatan Akhir dan Tindak Lanjut Pembelajaran

  Mulyasa mengemukakan dua kegiatan pokok pada akhir pembelajaran, yaitu pemberian tugas dan post tes. Sementara itu, Depdiknas mengemukakan dalam kegiatan akhir perlu dilakukan penilaian formatif, dengan memperhatikan hal-hal berikut:

  29 30 Aulia, Himpunan., hlm.445. 31 Aulia, Himpunan., hlm. 447.

  Aulia, Himpunan., hlm. 445. a) kembangkan cara-cara untuk menilai hasil pembelajaran peserta didik;

  b) gunakan hasil penilaian tersebut untuk melihat kelemahan atau kekurangan peserta didik dan masalah-masalah yang dihadapi guru; dan c) cari metodologi yang paling tepat yang sesuai dengan tujuan yang ingin

  32 dicapai.

F. Penilaian Pembelajaran Matematika

  Perubahan paradigma pendidikan dari behavioristik ke konstruktivistik tidak hanya menuntut adanya perubahan dalam proses pembelajaran, tetapi juga termasuk perubahan dalam melaksanakan penilaian pembelajaran peserta didik. Sedangkan penilaian itu sendiri adalah suatu proses untuk mengetahui apakah proses dan hasil dari suatu program kegiatan telah sesuai dengan tujuan

  33

  atau kriteria yang telah ditetapkan. Dalam paradigma lama, penilaian pembelajaran lebih ditekankan pada hasil (produk) yang cenderung hanya menilai kemampuan aspek kognitif, dan kadang-kadang direduksi sedemikian rupa melalui bentuk tes obyektif. Sementara, penilaian dalam aspek afektif dan psikomotorik kerapkali diabaikan.