FORMULASI TEKNOLOGI SEDIAAN CAIR DAN SEMI PADAT (salep)

  

FORMULASI TEKNOLOGI

SEDIAAN CAIR DAN SEMI PADAT

(salep) Formula, alat, dan evaluasi sediaan cair dansemipadat meliputi suppositoria, salep, salep mata, pengawet salep, pengemas salep, absorbsi percutan

  emulsi dan evaluasi serta masalah dalam pembuatannya

  

  Sediaan semipadat bersifat: dapat melekat pada permukaan tempat pemakaian dalam waktu yang cukup lama sebelum sediaan dicuci.

  

  Macam-macam sediaan semi padat: salep, pasta, cream, gel

  

  Perbedaannya ?

  

  Salep : sediaan semi padat yang terdiri dari komponen basis yang dapat berupa basis larut air (polietilenglikol/PEG), atau basis berlemak, seperti minyak mineral, petrolatum

  

  Pasta: sediaan semi padat yang mengandung zat padat yang tidak larut dalam konsentrasi yang tinggi, zat padat tersebut dapat terdispersi dalam

   Krim : sediaan semipadat dengan sistem emulsi yang tidak jernih, tidak tembus cahaya, konsistensinya tergantung pada tipe emulsinya

  

Gel : sediaan semi padat yang fase cairnya dibentuk

dalam matrix polimer tiga dimensi yang mempunyai

ikatan fisik atau kimiawi yang tinggi

  

Contoh polimernya: - polimer alam ( gom, tragakan,

pektin, agar, asam alginat), dan polimer semisisntetik

atau sintetik (metil selulosa, karboksimetilselulosa,

  Pemilihan dasar salep yang tepat 

  Faktor-faktor yang perlu diperhatikan:

  

  1. Laju penglepasan obat yang diinginkan

  

  2. keinginan peningkatan absorbsi obat oleh dasar salep

  

  3. kelayakan dasar salep dalam melindungi kelembapan kulit

  

  4. kestabilan obat dalam basisnya

   5. pengaruh obat terhadap viskositas salep .

  

Macam-macam basis salep

  1. Basis hidrokarbon (bersifat lemak)

  

  Memberikan efek emolien, dapat melekat dikulit dalam waktu yang lama

  

  • sukar dicuci

   Dapat mengurangi penguapan kelembapan pada kulit

   mudah menyebar saat digunakan di kulit, lunak

  

  Contoh:

  1)

  Petrolatum USP, adalah campuran hidrokarbon setengah padat diperoleh dari minyak bumi, warna kuning, melebur antara suhu 38 dan 60 derajat C. Dapat digunakan tunggal atau kombinasi dengan zat lain Sinonim:petrolatum kuning, petrolatum jelly, dalam perdagangan dikenal sebagai vaselin kuning (cheesebrought)

  

  2) petrolatum putih,USP, berasal dari vaselin kuning yg dihilangkan warnanya

  

  sinonim: white petrolatum jelly, vaselin putih

  

  3) salep kuning (yellow ointment)

  

  Tiap 100 g yellow ointment mengandung 5 gram lilin kuning (berasal dari sarang tawon (apis melifera) dan 95 g petrolatum

   Sinonim: salep sederhana (simple ointment).

  

  4) salep putih (white ointment)

  

  Mengandung 5% lilin putih (lilin lebah murni yg diputihkan) dan 95% petrolatum putih

  

  5) parafin

  

  Merupakan campuran hidrokarbon padat yg dimurnikan yg diperoleh dari minyak bumi, tidak berwarna, dapat membuat dasar salep berlemak menjadi keras atau kaku

  6)

  Minyak mineral adalah campuran dari hidrokarbon cair yg dihasilkan dari minyak bumi. Berguna dalam menggerus bahan yg tidak larut pd salep dengan basis lemak sinonim: petrolatum cair (liquid petrolatum)

   2. basis serap

   Berperan sebagai emolien meski dayapenutupan terhadap kulit tidak seperti pada basis berlemak

   Basis ini tidak mudah hilang dengan pencucian dengan air

  

Basis salep ini dapat digunakan untuk mencampurkan larutan

berair dan berlemak

  • -dibentuk dari kombinasi hidrokarbon dengan senyawa yang

    bersifat hidrofil (misal senyawa yang mempunyai gugus polar,

  seperti sulfat, karboksil, hidroksil, sterol, sorbitan monostearat) Jika disentuh sebenarnya tidak menyerap air, tapi dengan

pengadukan, dapat menyerap larutan air (dapat membentuk

   Contoh: 1) petrolatum hidrofilik

   Berasal dari kolesterol, alkohol stearat, lilin putih, dan petrolatum putih

   Mempunyai kemampuan mengabsorbsi air dengan membentuk emulsi air dalam minyak

  2) Lanolin anhidrida Mengandung tidak lebih dari 0,25% air Tidak larut dalam air, tapi dapat bercampur dengan air, pencampurannya dengan air menghasilkan emulsi air dalam minyak

  3)Lanolin Bahan semipadat yg berasal dari bulu domba (Ovis aries),

merupakan emulsi air dalam minyak, dengan kandungan air

antara 25-30%

  Sinonim: Hydrous whole fat 4) Cold cream (krim pendingin), merupakan emulsi air dalam minyak, semipadat, putih, dibuat dengan lilin setil ester, lilin putih, minyak mineral, natrium borat, dan air murni

  Na borat dicampur dengan asam lemak bebas yg ada dlm lilin-

lilin membentuk sabun Na yg bekerja sebagai zat pengemulsi

  

  3. Basis yang dapat dicuci dengan air Adalah emulsi minyak dalam air (krim), vanishing krim Dapat digunakan pada luka yang basah, dengan sistem emulsi

  

minyak dalam air mempunyai kemampuan menyerap cairan

yang dikeluarkan oleh luka Jika digunakan dapat membentuk lapisan tipis semipermeabel (setelah air menguap pada tempat yang digunakan), tapi kalau emulsi air dalam minyak dari sediaan semipadat akan membentuk lapisan hidrofobik pada kulit.

  

  Contoh: salep hidrofilik, yg mengandung Na lauril sulfat sebagai bahan pengemulsi, dengan alkohol stearat dan petrolatum putih sebagai fase lemaknya, propilenglikol dan air sebagai fase air

  

  Sebagai pengawet digunakan metil dan propil paraben

  

  4. Basis yang larut dalam air (tidak mengandung lemak)/ greaseless 

  Basis ini sangat mudah melunak dengan penambahan air, sehingga larutan ini tidak efektif jika dicampur dengan larutan berair. (lebih baik jika dicampur dengan bahan yg tidak berair atau bahan padat)

  Basis terdiri dari kombinasi polietilenglikol (PEG)dengan BM tinggi (padat)dan PEG dengan BM rendah (cair) Sifat dapat larut dalam air karena ada gugus polar dan ikatan eter Rumus umum:

  

Pembuatan salep

  1. metode pencampuran

  Caranya semua komponen salep dicampur bersama sampai sediaan homogen Alat yang digunakan dapat berupa lumpang alu dari porselen

  a) pencampuran bahan padat Biasanya digunakan spatula logam tahan karat, atau bisa juga digunakan spatula dari karet yang keras Bahan obat atau bahan tambahan lain yang berupa serbuk digerus terlebih dahulu, kemudian ditambahkan basisnya dan diaduk sampai homogen

  

  b) pencampuran cairan

  Penambahan bahan cairan atau larutan obat akan mengalami kesulitan untuk basis yang berlemak, perlu diperhatikan pemilihan basisnya

Alat lain yang dapat digunakan adalh penggiling salep mekanik

(roller mill, colloid mill), dengan menggunakan pengaduk logam tahan karat, hasilnya lebih halus dan rata

  2. Metode kedua: peleburan

  

  Semua atau beberapa komponen dari salep dicampurkan dengan melebur bersama dan didinginkan dengan pengadukan yang konstan sampai mengental. Komponen yang tidak dicairkan biasanya ditambahkan pada campuran yang sedang mengental setelah didinginkan dan diaduk

  

  Bahn-bahan yang mudah menguap ditambahkan terakhir, bila temperatur sudah turun

  

Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan salep dengan peleburan

  Untuk skala kecil dapat digunakan cawan porselen atau gelas beker untuk mencampurnya, dan setelah membeku dapat digosok-gosokkan dengan spatula atau lumpang

  

  Pada skala besar digunakan ketel uap berjaket dan setelah membeku, salep dimasukkan dalam gilingan salep untuk memastikan homogenitasnya

  

  Pada metode peleburan, karena titik lebur masing- masing bahan berbeda, maka akan mempengaruhi bagaimana proses pembuatannya, karena suhu untuk melebur beda-beda.

  

  Bahan dengan titik lebur paling tinggi dileburkan terlebih dahulu, baru komponen lain ditambahkan pada cairan yang panas, maka semua komponen akan terkena temperatur ini, sehingga pemilihan titik lebur berdasarkan titik lebur tertinggi dari

  Pengawetan salep 

  Contoh bahan pengawet:

  

  Hidroksibenzoat, fenol, asam benzoat, asam sorbat, garam amonium kuartener Jika perlu dapat juga ditambahkan antioksidan, BHA,

  BHT

  

Pengemasan dan penyimpanan salep

  

Dapat disimpan dalam botol (gelas , plastik atau porselen) atau

tube (kaleng atau plastik), tube untuk salep mata dikemas dalam tube kaleng atau plastik kecil dan dapat dilipat dapt menampung sekitar 3,5 g salep. Tube salep untuk topikal

digunakan ukuran 5-30 g. Untuk botol salep digunakan ukuran

antara ½ ounce sampai 1 pound atau lebih.

  

wadah gelas dapat berwarna gelap, dengan tujuan melindungi

obat terhadap cahaya

  

Keuntungan tube dibandingkan botol; pemakaian lebih mudah,

mengurangi kontaminasi selama penggunaan.

   Penyimpanan salep pada suhu di bawah 30 der C, utk mencegah

  

  Untuk pengisian salep pada wadahnya. Pada skala kecil,salep yg sudah ditimbang dimasukkan ke dalam botol dengan memakai spatula yg fleksibel dan menekannya ke bawah sejajar melalui tepi botol untuk mencegah terjebaknya udara dlm botol.

  

  Salep yg dibuat dengan cara peleburan, pengisian dapat dilakukan langsung setelah dilelehkan langsung dimasukkan dalam botol, pembekuan terjadi di dalam botol

  

  Pada skala besar, tube umunya diisi dengan alat bertekanan dari bagian ujung belakang yang terbuka (ujung yg berlawanan dari ujung tutup) dari tube, yg kemudian ditutup dan disegel.

  

  salep yg dibuat dengan cara peleburan dapat langsung dimasukkan ke dalam tube

  

  Di industri, pengisian, penglipatan, penutupan, dan pelabelan tube dilakukan dengan mesin otomatis

  

Yang perlu diperhatikan dalam formulasi sediaan topikal

: 1.

  Karakteristik fisikokimia bahan aktif yang meliputi:

  • kelarutan
  • koefisien partisi zat aktif, perbandingan kelarutan obat dalam lipid dibandingkan kelarutannya dalam air , untuk sediaan topikal, bahan-bahan dalam

    sediaan harus dapat berpenetrasi ke dalam kulit,

    perlu diperhatikan sifat (lipofilisitas ku
  • titik leleh, sebaiknya kurang dari 200 derajat C,

  3. Stabilitas kimia, fisika, dan mikrobiologi

  2. Karakterisrik fisik bahan aktif

  • warna, bau, rasa
  • ukuran molekul (bobot molekul, < 500 Dalton), dan distribusi ukuran partikel
  • densitas
  • viskositas

  4. Toksisitas zat aktif 5. data biofarmasi (disolusi, absorbsi, metabolisme, bioavailability, waktu paruh eliminasi)

  

  Perlu diperhatikan :

  

  1. jumlah zat aktif yang ada dalam formula, semakin banyak akan semakin banyak pula yang dapat mencapai stratum korneum, sampai diperoleh konsentrasi jenuh

  

  2. Polaritas formulasi relatif terhadap stratum korneum, yang diharapkan yaitu zat aktif dalam salep lebih mudah larut dalam stratum korneum dibandingkan di dalam formulanya