BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu - Pengaruh Tingkat Pemahaman Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Manajer Konstruksi Terhadap Keberhasilan Pelaksanaan suatu Proyek Dilihat dari Sisi Peningkatan Kinerja Waktu dan Biaya Pelaksana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

  2.1. Penelitian Terdahulu

  Akbar (2006) meneliti dengan judul “Pengaruh Tingkat Pemahaman Manajemen Resiko dan Manajemen Keselamatan Kerja oleh Manajer Konstruksi terhadap Peningkatan Kinerja Waktu & Biaya Pelaksanaan Proyek”. Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk menganalisis pengaruh dari tingkat pemahaman manajemen resiko

  

(Risk Management) dan manajemen keselamatan kerja (Safety Management) oleh

  manajer konstruksi pada tahap pelaksanaan kegiatan konstruksi terhadap kinerja waktu dan biaya. Dari hasil analisa korelasi, serta pembahasan berdasarkan kajian literature, disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan proyek konstruksi terjadi keterkaitan (hubungan antar ilmu pengetahuan) yang harus diaplikasikan dalam tahap pelaksanaan proyek, dan harus dikuasai/dipahami oleh Manajer Konstruksi dalam meningkatkan kinerja proyek.

  2.2. Teori tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

2.2.1. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

  K3 adalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan pengertian pemberian perlindungan kepada setiap orang yang berada di tempat kerja, yang berhubungan dengan pemindahan bahan baku, penggunaan peralatan kerja konstruksi, proses produksi dan lingkungan sekitar tempat kerja (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.09, 2008).

  16 Keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para karyawan yang bekerja di perusahaan yang bersangkutan (Suma’mur, 2001).

  Sedangkan menurut Mathias dan Jackson (2002), keselamatan adalah merujuk pada perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang terhadap cedera yang terkait dengan pekerjaan. Kesehatan adalah merujuk pada kondisi umum fisik, mental dan stabilitas emosi secara umum.

  Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia K3 adalah suatu kondisi kerja yang terbebas dari ancaman bahaya yang mengganggu proses aktivitas dan mengakibatkan terjadinya cedera, penyakit, kerusakan harta benda, serta gangguan lingkungan.

  OHSAS 18001:2007 mendefinisikan K3 sebagai kondisi dan faktor yang mempengaruhi keselamatan dan kesehatan pekerja (termasuk pekerja kontrak dan kontraktor), tamu atau orang lain di tempat kerja.

  Mangkunegara (2002), K3 adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur.

  Penyebab kecelakaan kerja pada dasarnya dikelompokkan menjadi dua yaitu (Santoso, 2004): 1.

  Tindakan membahayakan (Unsafe Practices/Actions) a. Menjalankan pekerjaan tanpa mempunyai kewenangan b.

  Gagal menciptakan keadaan yang baik sehingga menjadi tidak aman dan memanas c.

  Menjalankan pekerjaan yang tidak sesuai dengan kecepatan geraknya d.

  Memakai alat pelindung diri hanya berpura-pura e. Menggunakan peralatan yang tidak layak f. Pengerusakan alat pengaman peralatan yang digunakan untuk melindungi manusia g.

  Bekerja berlebihan/melebihi jam kerja di tempat kerja h. Mengangkat/mengangkut beban yang berlebihan 2. Kondisi yang membahayakan; a. Dalam keadaan pengaman yang berlebihan b.

  Alat dan peralatan yang sudah tidak layak c. Terjadi kemacetan d.

  Sistem peringatan yang berlebihan e. Ada api di tempat yang berbahaya f. Alat penjaga/pengaman gedung kurang standar g.

  Kondisi suhu yang membahayakan seperti terdapat gas dan lain-lain h. Terpapar bising

  Agar kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja tidak terjadi, maka perlu dilakukan berbagai upaya pengendalian yang efektif dan efisien melalui penerapan program K3 yang berkesinambungan. Penerapan K3 merupakan jaminan terhadap setiap sumber produksi agar dapat dipakai secara aman, efisien dan proses kerja dapat berjalan dengan lancar. Kelalaian dalam penerapannya akan mengakibatkan kerugian secara ekonomis. Dari segi keselamatan dapat menyebabkan kecelakaan terhadap manusia dan kerusakan properti, sedangkan dari segi kesehatan dapat menyebabkan berbagai penyakit bagi pekerja maupun masyarakat sekitar. Oleh karena itu, implementasi K3 menjadi bagian yang penting bagi berlangsungnya suatu pekerjaan dan kesuksesan dari pekerjaan tersebut.

  Dalam pelaksanaan K3 dibutuhkan kebijakan dari manajemen perusahaan, sehingga sekali kebijakan telah ditetapkan akan menjadi pedoman pelaksanaan K3 dalam lingkungan perusahaan sampai diterbitkannya kebijakan lain yang menggantikan kebijakan terdahulu.

  Menurut Muhammad (2005), kebijakan K3 merupakan komponen dasar kebijakan manajemen yang akan memberi arah bagi setiap pertimbangan yang menyangkut aspek operasional dari kualitas, volume dan hubungan kerja.

  Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan K3 guna terciptanya tempat kerja yang selamat, aman, efisien dan produktif (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.09, 2008).

  Sistem manajemen K3 yang baik terdiri dari Plan, Do, Check, Action (PDCA), yaitu empat langkah siklus peningkatan kualitas yang melibatkan perbaikan berkesinambungan berdasarkan analisis, pelaksanaan desain, dan evaluasi, dan menekankan perhatian konstan dan reaksi terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas (dikutip dari September 2010).

   Plan atau rencana adalah tahapan merancang atau merencanakan dan merevisi

  atau memperbaiki aktivitas tertentu. Do yang merupakan implementasi dari plan adalah tahapan pelaksanaan dari proyek konstruksi tersebut. Check atau study adalah tahapan dalam mengevaluasi performa atau kinerja dari semua tahapan yang sudah dilakukan sebelumnya. Sedangkan Act adalah tahapan dalam membuat perubahan disegala tahapan untuk menciptakan perbaikan jika terjadi penyimpangan dalam proyek konstruksi (Maylor, 1996).

  Plan : Formulation and

revision of

intendend activity

  Act : Do : Make Changes in all phases to Project execution provide for improvement Check/Study :

  Evaluated performance of all phases Sumber: Shewhart, Statistical Method from the Viewpoint of Quality Control,

  New York, 1939

Gambar 2.1 Siklus P-D-C-A

  

Plan, do, check, action, diterjemahkan dalam lima unsur penunjang yaitu :

  1. Penetapan kebijakan (policy) Kebijakan adalah langkah awal perusahaan dalam mendukung pekerja di semua tingkatan dari top management sampai bottom management agar dapat merasa aman dan terlindungi saat bekerja. Kebijakan perusahaan menjadi dasar dari pelaksanaan sistem manajemen K3, yang umumnya memuat pernyataan umum perusahaan seputar K3, detail tanggung jawab setiap level manajemen tentang K3, dan detail proses manajemen K3 perusahaan (Holt, 2005)

  2. Koordinasi (organizing) Setelah melakukan penetapan kebijakan, diperlukan keterlibatan dan komitmen pekerja agar kebijakan yang telah ditetapkan dapat efektif. Budaya K3 yang positif harus dapat dimengerti dan dapat dijalankan oleh semua pekerja di setiap level manajemen yang ada. Setiap pekerja harus memiliki komitmen untuk dapat menciptakan budaya K3 positif (David, 2002). Oleh karena itu perlu adanya koordinasi dari pihak manajemen untuk mendukung terciptanya budaya K3 yang positif.

  3. Perencanaan dan pelaksanaan (planning and implementing) Langkah perencanaan meliputi pengaturan sasaran terhadap aktifitas yang ada, identifikasi bahaya, memperkirakan resiko yang timbul, realisasi dan implementasi standar K3 dan pengembangan budaya K3 yang positif. Standar yang dihasilkan dari proses perencanaan harus dapat diukur, dicapai dan realistis. Proses perencanaan standar dan pelaksanaan secara garis besar dibagi menjadi dua proses besar untuk mengantisipasi perilaku tidak aman (unsafe act) dan keadaan tidak aman (unsafe

  condition) pada tempat kerja (Ridley, 1986).

  4. Pengukuran Kinerja (measure performance) Pengukuran Kinerja Reaktif (PKR) berfungsi untuk mengukur hasil keluaran dari sistem manajemen K3 seperti jumlah kecelakaan yang terjadi, jam kerja yang hilang akibat kecelakaan dan sebagainya atau dengan kata lain pengukuran ini dilakukan terhadap kecelakaan yang terjadi (Holt, 2005)

5. Pemeriksaan dan peninjauan kembali (reviewing performance)

  Dari informasi hasil pengukuran kinerja, proses pemeriksaan dan peninjauan kembali akan mengidentifikasi situasi di lapangan terhadap resiko kecelakaan dan melakukan tindakan perbaikan serta pencegahan terhadap situasi tersebut. Hal ini juga dilakukan untuk peningkatan kinerja perusahaan nantinya.

  

Key Element

Safety and Health

Management System

Organisational

  Policy development Organizing Planning and

  Auditing Implementing Developing Techniques of planning Measuring

  Measuring Performance and reviewing Reviewing

  Performance Feedback loop to improve performance

Gambar 2.2. Elemen Kunci Sistem Manajemen K3

  (Health and Safety Executive UK, 2001)

2.2.2. Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

  Tujuan dari penerapan K3 adalah sebagai berikut: Melindungi para pekerja dan orang lain di tempat kerja

  • Menjamin agar setiap sumber produksi dapat dipakai secara aman dan efisien

  • Dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992, pasal 23 tentang Kesehatan disebutkan bahwa Kesehatan Kerja diselenggarakan untuk mewujudkan produktivitas kerja secara optimal yang meliputi pelayanan kesehatan pencegahan penyakit akibat kerja.

  Menjamin proses produksi berjalan lancar

  Menurut Mangkunegara (2002) bahwa tujuan dari K3 adalah sebagai berikut: a. Agar setiap pegawai mendapat jaminan K3 baik secara fisik, sosial, dan psikologis.

  b.

  Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya seselektif mungkin c.

  Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya d.

  Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai e. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja f. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau kondisi kerja g.

  Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindung dalam bekerja Tujuan K3 menurut ILO dan WHO antara lain: a. Meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan tenaga kerja yang setinggi tingginya baik jasmani maupun rohani b.

  Mencegah timbulnya gangguan kesehatan yang disebabkan oleh kondisi kerja c. Melindungi tenaga kerja dari bahaya kesehatan yang timbul akibat pekerjaan d.

  Menempatkan tenaga kerja pada suatu lingkungan kerja yang sesuai dengan kondisi fisik, faal tubuh dan mental psikologis tenaga kerja yang bersangkutan.

  Sesuai dengan Pasal 2 Permennaker No. 05/MEN/1996, tujuan dan sasaran penerapan Sistem Manajemen K3 adalah menciptakan suatu sistem K3 di tempat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.

  Pelaksanaan Sistem Manajemen K3 bertujuan untuk menciptakan kondisi lingkungan kerja yang aman, selamat dan nyaman, serta terbebas dari resiko bahaya yang mungkin timbul dan pada gilirannya perusahaan akan memperoleh pekerja yang sehat dan produktif (Depnaker RI, 2000).

2.3. Teori Tentang Manajemen Konstruksi

2.3.1. Pengertian tentang Manajemen

  Ernie & Kurniawan (2005) menyatakan pengertian manajemen sebagai seni atau proses dalam menyelesaikan sesuatu yang terkait dengan pencapaian tujuan.

  Manajemen merupakan pencapaian tujuan organisasi dengan cara yang efektif dan efisien lewat perencanaan pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan sumber daya organisasi (Daft, 2003)

  Manullang (2002) mendefinisikan manajemen sebagai seni ilmu pengetahuan, pengorganisasian, dan pengawasan sumber daya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

  Menurut Plunket (2005), manajemen merupakan satu atau lebih manajer yang secara individu maupun bersama-sama menyusun dan mencapai tujuan organisasi dengan melakukan fungsi-fungsi terkait (perencanaan, pengorganisasian, penyusunan staf, pengarahan dan pengawasan) dan mengkoordinasi berbagai sumber daya (informasi, material, uang dan orang).

  Sedangkan Lewis (2005) mendefinisikan manajemen sebagai proses mengelola dan mengkoordinasi sumber daya-sumber daya secara efektif dan efisien sebagai usaha untuk mencapai tujuan organisasi.

2.3.2. Prinsip Dasar Manajemen

  Prinsip-prinsip manajemen adalah dasar-dasar dan nilai yang menjadi inti dari keberhasilan sebuah manajemen.

  Menurut Henry Fayol (1997) 14 prinsip manajemen : 1. Pembagian pekerjaan (division of work) yaitu suatu pembagian pekerjaan atau tugas yang mengarah pada pertumbuhan spesialisasi di segenap bidang yang diperlukan untuk mencapai efisiensi dan efektifitas penggunaan tenaga kerja.

  2. Kewenangan dan tanggung jawab (authority and responsibility) yaitu perlunya keseimbangan harmonis antara wewenang dan tanggung jawab dimana keduanya tak dapat dipisahkan.

  3. Disiplin (discipline) yaitu suasana tertib dan teratur, dimana orang yang berada dalam organisasi tunduk, patuh dan taat pada norma atau ketentuan yang ada tanpa unsur paksaan.

  4. Kesatuan komando (unity of command) yaitu segenap anggota organisasi hanya menerima perintah dan melaporkan pelaksanaan perintah atau hasil pekerjaan serta mempertanggungjawabkannya kepada seorang pemimpin.

  5. Kesatuan arah (unity of direction) yaitu setiap kelompok yang melakukan kegiatan bertujuan sama harus memiliki seorang pemimpin dan memiliki satu rencana.

  6. Kepentingan individu harus tunduk kepada kepentingan umum (subordination of

  individual interest to general interest ) yaitu kepentingan umum ditempatkan diatas segala kepentingan, baik kelompok maupun pribadi.

  7. Gaji (remuneration of personel) yaitu sistem dan metode penggajian bersifat adil dan memberikan kepuasan maksimal bagi buruh dan majikan.

  8. Pemusatan wewenang (centralization) yaitu pemusatan kekuasaan dalam kelompok tunggal dan kepemimpinannya diserahkan pada satu orang pemimpin agar anggota atau pegawai tidak dibingungkan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang dibebankan.

  9. Jenjang bertangga (hierarchy) merupakan garis tingkatan wewenang dan tanggung jawab dari tingkatan tertinggi hingga terendah dan tidak boleh ada penyimpangan.

  10. Ketertiban (order) yaitu keteraturan dan kelancaran organisasi dimana setiap anggota mematuhi dan mentaati segala ketentuan yang menyangkut kondisi yang baik dalam pencapaian tujuan.

  11. Keadilan (equity) yaitu pemimpin tidak boleh memperlakukan anggota dengan semena-mena, menghargai setiap prestasi, memberikan kesempatan untuk menyampaikan saran dan kritik dan informasi yang membangun dalam upaya pengambilan keputusan yang lebih tepat.

  12. Stabilitas jabatan pegawai (stability of tenure of personel) yaitu memelihara dan menjaga kestabilan kondisi kerja, memelihara hubungan yang harmonis, menjaga keselamatan kerja dan sebagainya yang dapat menimbulkan kelancaran dan kelangsungan proses kegiatan manajemen.

  13. Prakarsa (inisiative) yaitu penghargaan atas saran, ide, gagasan, kritik dan informasi yang dikemukakan anggota atau bawahan sehingga menciptakan cara kerja baru yang lebih efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan.

  14. Kesatuan (esprit de corps) yaitu pembinaan, bimbingan dan motivasi yang menerus terhadap anggota atau pegawai agar memiliki jiwa kesatuan dan rasa setia kawan.

  Manajemen digunakan dalam segala bentuk kegiatan, dari kegiatan profesi maupun organisasi swasta, maka manajemen dapat diklasifikasikan dalam tiga golongan berikut (Hasibuan, 2005): 1.

  Manajemen tingkat pertama (manajemen lini) yaitu tingkat yang paling rendah dalam suatu organisasi, dimana seorang bertanggung jawab atas pekerjaan orang lain.

  2. Manajemen menengah (middle manager), yaitu mencakup lebih dari satu tingkatan didalam organisasi.

  3. Manajemen puncak (top manager), yaitu terdiri atas kelompok yang relatif kecil yang bertanggung jawab atas manajemen dari keseluruhan organisasi.

2.3.3. Pengertian Manajemen Konstruksi

  Manajemen konstruksi adalah bagaimana sumber daya yang terlibat dalam proyek dapat diaplikasikan secara tepat. Manajemen konstruksi merupakan pengelolaan sumber daya manusia yang dikelompokkan dalam 5M (manpower, material, machines, money

  

and methode ). Teamworking yang tidak solid, komunikasi yang buruk, tidak matangnya perencanaan dan kurangnya dukungan manajemen dapat berakibat gagalnya suatu proyek.

  Sasaran manajemen konstruksi adalah mengelola fungsi manajemen atau mengatur pelaksanaan pembangunan sedemikian rupa sehingga diperoleh hasil optimal sesuai dengan persyaratan (spesification). Untuk keperluan pencapaian tujuan ini, perlu diperhatikan pula mengenai mutu bangunan, biaya yang digunakan dan waktu pelaksanaan.

  Manajemen konstruksi adalah suatu pendekatan inovatif dan ilmiah untuk pengerjaan suatu proyek konstruksi. Manajemen konstruksi telah berkembang menjadi metode pengelolaan proyek seiring dengan semakin berkembangnya jenis dan lingkup proyek konstruksi. Gambaran tentang kegiatan manajemen konstruksi dapat dilihat pada gambar berikut;

  INPUTS Construction OUTPUT Management Organizations Personel

  Facilities Team(plan, Personel Money

  Services Organize, Resources Materials

  Schedules Control) Work Activities Policies

  Budgets Procedure Activities Plans Data Information

  Feedback Specification System & Report

Sumber : Ritz J. George, Total Construcion Project Management,

  Mc Graw Hill Inc, Singapore, 1994, pg 14

Gambar 2.3 Proses Manajemen Konstruksi

  Beberapa definisi dari Manajemen Konstruksi, yaitu : 1. Manajemen konstruksi adalah ilmu yang mempelajari dan mempraktekkan aspek- aspek manajerial dan teknologi industri konstruksi. Manajemen konstruksi juga dapat diartikan sebagai sebuah model bisnis yang dilakukan oleh konsultan konstruksi dalam memberi nasehat dan bantuan dalam sebuah proyek pembangunan (dikutip dari ktober 2010) 2. Suatu Team Management yang bertugas menjalankan Planning, Design and

  Construction yang terintegrasi sebagai suatu sistem. Konsultan manajemen

  konstruksi bertugas sejak tahap perencanaan sampai serah terima kedua pekerjaan konstruksi fisik, dan berfungsi melakukan pengendalian pada tahap perencanaan hingga konstruksi baik di tingkat program maupun tingkat operasional. (Krisna Mochtar, Diktat Kuliah Manajemen Konstruksi, 2003, Undang-undang No.18 tahun 1999) 3. Suatu disiplin dan sistem manajemen, yang bertujuan untuk mensukseskan pelaksanaan proyek sesuai dengan keinginan Owner. Agency CM (Konsultan

  Manajemen Konstruksi), bertanggung jawab kepada Owner pada setiap tahapan pelaksanaan proyek. (Himpunan Ahli Konstruksi Indonesia - HAMKI)

  4. Manajemen konstruksi adalah mengatur desain dan konstruksi dari suatu proyek untuk memenuhi program arsitektural dan konstruksi pada biaya yang minim bagi owner dengan kerangka kerja keuntungan bagi para partisipan. (IAI) 5. Konsultan manajemen konstruksi yang bertugas sejak tahap perencanaan sampai serah terima kedua pekerjaan konstruksi fisik, dan berfungsi melakukan pengendalian pada tahap perencanaan dan tahap konstruksi, baik di tingkat program maupun di tingkat operasional. (Keputusan Menteri Pemukiman dan Prasarana

  Wilayah No.332/KPTS/M/2002, tentang Pedoman Teknis Pembangunan Gedung Negara) 6. Suatu metode dimana dalam implementasinya pemilik mengkomunikasikan dan mengintegrasikan seluruh proses pelaksanaan proyek, mulai dari tahap pendefinisian dan penyusunan program; pengembangan desain dan review; pelelangan; pelaksanaan; penyelesaian dan penggunaan fasilitas dengan tujuan untuk memperkecil waktu dan biaya proyek serta mempertahankan kualitas proyek (Widadi, Sulistijo, 1986).

  7. Manajemen konstruksi adalah sebuah disiplin dan sistem manajemen yang secara spesifik diciptakan untuk mendapatkan kesuksesan pelaksanaan dari biaya proyek untuk owner (“What is Construction Management?”, Construction Management Assosiation of America, websites WWW.CMAA.COM)

  Dalam pendefinisian manajemen konstruksi selalu terdapat unsur-unsur (Soeharto, 1999):

  Dilaksanakan dalam waktu tertentu

  • Mempunyai tujuan yang jelas
  • Manajemen proyek mengelola kegiatan yang tidak biasa dan tidak rutin serta terasa
  • asing.

  Konsep manajemen konstruksi mengandung hal-hal pokok sebagai berikut : Menggunakan pengertian manajemen berdasarkan fungsinya, yaitu merencanakan,

  • mengorganisir, memimpin, dan mengendalikan sumber daya perusahaan berupa manusia dan material.
  • Kegiatan yang dikelola berjangka pendek, dengan sasran yang telah digariskan secara spesifik. Ini memerlukan teknik dan metode pengelolaan yang khusus, terutama aspek perencanaan dan pengendalian.

  • Memakai pendekatan sistem (System approach to management)
  • Mempunyai hierarki (arus kegiatan) horisontaldisamping hierarki vertikal (Soeharto, 1999).

2.3.4. Fungsi-fungsi Manajemen Konstruksi

  Manajemen konstruksi memiliki beberapa fungsi : 1. Sebagai Quality Control untuk menjaga kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan, mengontrol pekerjaan yang dilakukan organisasi proyek apakah perkembangan pekerjaan sesuai dengan jalur yang direncanakan ataukah ada penyimpangan.

  2. Mengantisipasi terjadinya perubahan kondisi lapangan yang tidak pasti dan mengatasi kendala terbatasnya waktu pelaksanaan

  3. Memantau prestasi dan kemajuan proyek yang telah dicapai, hal itu dilakukan dengan opname (laporan) harian, mingguan dan bulanan.

  4. Hasil evaluasi dapat dijadikan tindakan pengambilan keputusan terhadap masalah- masalah yang terjadi di lapangan.

  5. Fungsi manajerial dari manajemen merupakan sistem informasi yang baik untuk menganalisis performa dilapangan (dikutip dari: http://www.artikelteknik.com/ aret 2012)

  Sasaran manajemen konstruksi adalah mengelola fungsi manajemen atau mengatur pelaksanaan pembangunan sedemikian rupa sehingga diperoleh hasil optimal sesuai dengan persyaratan (specification). Untuk keperluan pencapaian tujuan ini, perlu diperhatikan juga mengenai mutu bangunan, biaya yang digunakan dan waktu pelaksanaan. Dalam rangka pencapaian hasil ini selalu diusahakan pelaksanaan pengawasan mutu (quality control), pengawasan biaya (cost control), dan pengawasan waktu pelaksanaan (time control).

2.3.5. Tujuan dan Manfaat Manajemen Konstruksi

  Sistem manajemen dalam konstruksi bertujuan untuk dapat menjalankan setiap proyek secara efektif dan efisien sehingga dapat memberikan pelayanan maksimal bagi semua pelanggan. Sistem manajemen diterapkan dengan dukungan sumber daya manusia yang profesional di bidang-bidang yang dibutuhkan dalam menjalankan setiap proyek.

  Manfaat manajemen konstruksi dapat dilihat dar beberapa segi; 1. Segi Biaya Proyek

  • berpartisipasi pada tahap perencanaan.

  Biaya optimal proyek dapat dicapai karena tim manajemen konstruksi sedang

  • tradisionil karena tidak ada pembebanan ganda dari keuntungan Kontraktor dan Sub kontraktornya.

  Biaya pembangunan keseluruhan proyek dapat dihemat dibandingkan dengan sistem

2. Segi Waktu

  Dengan sistem Fast Track

  • Waktu yang dipergunakan untuk perencanaan dan rancangan bangunan dapat lebih panjang sehingga kualitas desain semakin sempurna

  • Pengadaan material/peralatan impor dapat diukur secara dini sehingga kemungkinan terlambat karena proses impor dapat dihindarkan 3.

  Segi Kualitas

  • Mutu lebih terjamin karena tim manajemen konstruksi ikut membantu kontraktor dalam hal metode pelaksanaan, implementasi, dan Quality Control -

  Mutu dan kemampuan kontraktor spesialis lebih terseleksi oleh pemilik proyek dibantu dengan tim manajemen konstruksi

  • Kesempatan untuk penyempurnaan rancangan relative banyak karena paket yang dilelang dilakukan secara bertahap paket per paket 4.

  Segi Program Pemerintah

  • Pemerataan kesempatan pekerjaan dengan paket-paket kepada pengusaha kontraktor yang baru berkembang dapat direalisir
  • Pemilik proyek tidak perlu menyediakan banyak staf karena praktis semua keinginannya dapat ditangani dengan baik melalui pendekatan metode manajemen konstruksi.

  Komponen utama Manajemen Konstruksi adalah : 1. Brainstorming Season, adalah waktu dimana semua pihak yang terkait dalam suatu proyek bertemu untuk memecahkan permasalahan dalam proyek, seperti siapa yang akan melaksanakan proyek tersebut, mengemukakan permasalahan yang unik, merancang kerjasama yang kooperatif, dan menetapkan tujuan umum dari proyek.

  2. Responsibility Matrix Chart, adalah suatu matrik yang berisi tanggung jawab dari setiap team proyek, antara lain A/E, CM, Owner dan kontraktor. Responsibility Matrix Chain ini dimaksudkan untuk menegaskan tugas masing-masing team proyek.

  3. Program Schedule, adalah alat dari manajemen dalam menjalankan proyek dari permulaan (start) sampai occupancy (pemakaian oleh pemilik). Semua fase dalam proyek adalah penting, kekurangan waktu dalam fase manapun merupakan kekurangan waktu dalam urutan pekerjaan.

  4. Management Options, berkaitan dengan pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan ini diambil oleh organisasi MK pada fase-fase proyek, yaitu fase perencanaan, fase pembuatan dokumen pelaksanaan, fase pelelangan dan fase pelaksanaan pekerjaan.

  5. The Project Management Plan, adalah upaya dari team untuk melaksanakan proyek step by step dari awal (desain) sampai akhir (serah terima/kepemilikan). Dalam komponen ini akan banyak management plan yang akan dipakai, dan memperlihatkan aktifitas yang akan terjadi.

6. Construction Management Project Manual, berisi kesepakatan antara A/E-owner,

  CM-owner, dan owner-konsultan lainnya, responsibility chart, management plan, dan prosedur pelaksanaan setiap perencanaan. Komponen ini juga memuat solusi dari permasalahan yang mungkin terjadi.

  7. Exit Meeting, yaitu pertemuan yang membahas tentang perjalanan proyek, dan cara meningkatkan kualitas pekerjaan proyek untuk proyek yang sama pada waktu yang akan datang.

  8. Other Meeting, semua komunikasi dari team merupakan hal yang penting yang harus dibuat salinannya untuk pihak ketiga. Pertemuan langsung dari setiap team membahas setiap item pekerjaan yang sedang dilaksanakan dan membicarakan hal- hal yang terjadi menjadi hal yang penting dalam pelaksanaan dan dalam mencapai tujuan proyek tersebut (Project Management-Conception to Completion, Engineering Education Australia,1999)

2.4. Tahapan Proyek Konstruksi

  Proyek adalah sebuah kegiatan yang bersifat sementara yang telah ditetapkan awal pekerjaannya dan waktu selesainya (dan biasanya selalu dibatasi oleh waktu, dan seringkali juga dibatasi oleh sumber pendanaan), untuk mencapai tujuan dan hasil yang spesifik dan unik, dan pada umumnya untuk menghasilkan sebuah perubahan yang bermanfaat atau yang mempunyai nilai tambah (Nokes, 2007)

  Azwaruddin (2008) menyatakan bahwa, proyek adalah suatu usaha untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang dibatasi oleh waktu dan sumber daya yang terbatas.

  Selanjutnya menurut Lewis (2005), proyek adalah suatu usaha yang dilakukan secara bertanggung jawab untuk melaksanakan suatu produk, jasa, atau hasil tertentu.

  Proyek memiliki ciri-ciri pokok yaitu : Memiliki tujuan yang khusus, produk akhir atau hasil kerja akhir.

  • Jumlah biaya, kriteria mutu dalam proses mencapai tujuan telah ditentukan terbatas.
  • Mempunyai awal kegiatan dan mempunyai akhir kegiatan yang telah ditentukan atau
  • mempunyai jangka waktu tertentu.
  • sehingga menghasilkan produk yang bersifat unik (tidak identik tapi sejenis).

  Rangkaian kegiatan hanya dilakukan sekali (non rutin), tidak berulang-ulang,

  • Tantangan utama sebuah proyek adalah mencapai sasaran-sasaran dan tujuan proyek dengan menyadari adanya batasan-batasan yang telah dipahami sebelumnya (Ireland, 2006).

  Jenis dan intensitas kegiatan berubah sepanjang proyek berlangsung.

Tabel 2.1 Tujuan dan motivasi sasaran proyek

  SASARAN PEMILIK KONTRAKTOR PROYEK

Jadwal Cepat selesai, agar hasil proyek dapat segera Cepat selesai, minimal

penyelesaian dipergunakan sesuai kontrak Biaya Proyek Harga terendah memenuhi persyaratan Mendapat keuntungan teknik. Minimal tidak melewati anggaran sebaik mungkin

Mutu pekerjaan Berfungsi sesuai harapan, minimal sesuai Memenuhi kriteria dan

dan peralatan spesifikasi spesifikasi dalam kontrak

  Dalam proses mencapai tujuan, suatu proyek memilik batasan yang sering disebut sebagai sasaran proyek. Batasan tersebut yaitu besar biaya (anggaran) yang dialokasikan, jadwal/waktu yang ditentukan dan mutu yang harus dipenuhi. Ketiga batasan tersebut dinamakan juga Tiga Kendala atau Tiga batasan (triple constraint) yang merupakan parameter penting bagi penyelenggara proyek.

  MUTU WAKTU BIAYA

Gambar 2.4 Tiga Kendala Biaya/anggaran adalah suatu batasan alokasi dana yang ditentukan untuk suatu proyek hingga selesai. Jadwal/waktu adalah suatu rentang masa yang ditetapkan untuk menyelesaikan proyek. Mutu adalah suatu standar yang harus dihasilkan oleh suatu produk dengan biaya dan waktu yang telah ditentukan. Waktu atau masa pelaksanaan proyek konstruksi dan manajemen biaya didasarkan pada penjadwalan (time schedule) dan besarnya anggaran biaya proyek.

  Desain dan fungsi dari proyek mempengaruhi metode yang akan diterapkan dalam pelaksanaan proyek konstruksi dan sangat mempengaruhi lamanya penyelesaian proyek dan besarnya biaya yang digunakan.

  Untuk menganalisa peran Managemen Konstruksi dalam suatu proyek, perlu diketahui tahapan kegiatan proyek (project life cycle). Tahapan kegiatan proyek menurut Halpin (1999) dapat digambarkan sebagai berikut:

  Project Planning Engineering Construction Use Disposal Formulatio Proses and Design Process Manag. Process Need n Proses Process Process

  User Project Project Project field Facility use Facility requirements feasibility engineering engineering and demolition and scope and design and management /convertion construction Awarnees Project Full

  Project Project Fullfilment project of need concept scope of need completion description

formulation definition & acceptance

for use

Gambar 2.5. Linear Nature of The Project Life Cycle

  Secara garis besar tahapan proyek konstruksi terdiri dari : 1. Tahapan Perencanaan (planning) Gagasan/Ide (needs)

  • Studi Kelayakan -
  • konstruksi atau konsultan studi kelayakan 2.

  Pihak yang terlibat adalah pemilik dan dapat dibantu oleh konsultan manajemen

  Tahapan Perekayasaan dan Perancangan (engineering and design) Tahap pra rancangan mencakup kriteria desain, skematik desain, estimasi biaya

  • konseptual
  • rancangan dengan estimasi terperinci

  Tahap pengembangan rancangan, merupakan pengembangan dari tahap pra

  • 3.

  Pihak yang terlibat adalah konsultan perencana, konsultan manajemen konstruksi,

  Tahapan Pengadaan/Pelelangan (Procurement) Tahap menentukan pelaksana jasa konstruksi (kontraktor)

  • Pihak yang terlibat adalah pemilik, kontraktor, konsultan MK
  • 4.

  Tahapan Pelaksanaan (construction) Tahapan pelaksanaan pekerjaan sesuai hasil perancangan

  • Pengadaan material, peralatan dan pekerja
  • 5.

  Tahapan Test Operasional (commissioning) Pengujian dari fungsi masing-masing bagian bangunan - 6. Tahapan Pemanfaatan dan Pemeliharaan (operational and maintenance)

  • dokumen kontrak

  Tahapan pemeliharaan bangunan dengan waktu yang telah ditentukan di dalam

  

2.4.1. Peran dan Tanggung jawab Managemen Konstruksi dalam Tahap

Perencanaan

  Pada tahap ini, aspek kemampuan dan kepercayaan diri perencana, informasi dan komunikasi antar personil proyek yang baik sangat penting dalam menghasilkan proyek yang berkualitas tinggi, efektif dalam biaya dan waktu. Keterlibatan MK pada tahap ini akan menimbulkan efek yang besar pada proyek. Kontribusi MK yang besar pada tahap ini, seperti misalnya pada kajian value engineering dan proposal metode konstruksi alternatif, memiliki dampak yang besar pada biaya akhir proyek. (Dedi Darmawan, Skripsi, 2003)

  The CMAA, “Standard Form of Agreement Between Owner & Construction

  Manager”, Dokumen Kontrak no. A-1 menjelaskan kegiatan managemen konstruksi pada

  tahap perencanaan adalah sebagai berikut : Manajemen Proyek -

  a. Melakukan revisi atas rencana untuk managemen konstruksi

  b. Melakukan konferensi proyek

  c. Melakukan koordinasi informasi tahap desain/perencanaan

  d. Menyiapkan pertemuan proyek

  e. Melakukan review atas dokumen desain

  f. Memberikan rekomendasi terhadap desain

  g. Membantu pelaksanaan review atas desain oleh pemilik

  h. Mendapatkan persetujuan oleh pihak-pihak berwenang i. Menyiapkan diri berdasarkan kondisi umum j. Menyiapkan hubungan dengan masyarakat

  k. Menyiapkan pembiayaan proyek

  • Manajemen Waktu
  • Manajemen Biaya

  a. Melakukan revisi atas master schedule

  b. Melakukan monitoring milestone schedule

  c. Menyiapkan jadwal konstruksi sebelum penawaran

  a. Melakukan revisi anggaran proyek dan konstruksi

  b. Melakukan pengawasan biaya

  c. Menyiapkan studi value engineering

  d. Menyiapkan studi pemasaran

  • Manajemen Sistem Informasi

  a. Menyiapkan laporan atas jadwal

  b. Menyiapkan laporan biaya proyek

  c. Menyiapkan laporan cash flow

  d. Menyiapkan laporan perubahan pekerjaan pada tahap perubahan desain Peran dan tanggung jawab manajemen konstruksi berdasarkan Keputusan Menteri

  Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 332/KPTS/M/2002 adalah sebagai berikut:

  a. Mengevaluasi program pelaksanaan kegiatan perencanaan yang dibuat oleh konsultan perencanan, yang meliputi program penyediaan dan penggunaan sumber daya, strategi dan pentahapan penyusunan dokumen lelang. b. Memberikan konsultasi kegiatan perencanaan, yang meliputi penelitian dan pemeriksaan hasil perencanaan dari sudut efisiensi sumber daya dan biaya, serta kemungkinan keterlaksanaan konstruksi.

  c. Mengendalikan program perencanaan, melalui kegiatan evaluasi program terhadap hasil perencanaan, perubahan-perubahan lingkungan, penyimpangan teknis dan administrasi atas persoalan yang timbul, serta pengusulan koreksi program.

  d. Melakukan koordinasi dengan pihak-pihak yang terlibat pada tahap perencanaan, menyusun laporan bulanan kegiatan konsultasi manajemen konstruksi tahap perencanaan, merumuskan evaluasi status dan koreksi teknis bila terjadi penyimpangan, menyusun program pelaksanaan pelelangan bersama konsultan perencana dan ikut memberikan penjelasan pekerjaan pada waktu pelelangan, serta membantu kegiatan panitia pelelangan.

  e. Menyusun laporan dan berita acara dalam rangka kemajuan pekerjaan dan pembayaran angsuran pekerjaan perencanaan.

  f. Mengadakan dan memimpin rapat-rapat koordinasi perencanaan.

  g. Menyusun laporan hasil rapat koordinasi dan membuat laporan kemajuan pekerjaan manajemen konstruksi.

  h. Melakukan revisi atas master schedule, monitoring terhadap milestone schedule, dan menyiapkan jadwal konstruksi sebelum penawaran i. Melakukan revisi anggaran proyek konstruksi, melakukan pengawasan biaya, menyiapkan studi value engineering, dan menyiapkan studi pemasaran.

2.4.2. Peran dan Tanggung jawab Managemen Konstruksi dalam Tahap Pelelangan

  Tahap ini bertujuan untuk mendapatkan kontraktor yang akan mengerjakan proyek konstruksi.

  Peran dan tanggung jawab manajemen konstruksi dalam tahap pelelangan berdasarkan Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No.

  332/KPTS/M/2002 adalah sebagai berikut:

  1. Mengadakan prakualifikasi calon peserta lelang bersama pemilik proyek, kecuali untuk kontraktor yang sudah memiliki sertifikat badan usaha (UUJK 18/1999).

  Tujuan prakualifikasi adalah menyeleksi dan mendapatkan rekanan mampu yang akan ikut pelelangan selama pelaksanaan proyek, dan prakualifikasi dilaksanakan dengan proses sebagai berikut :

  a. Calon rekanan mengisi daftar isian prakualifikasi yang memuat antara lain :

  • Data umum (nama perusahaan, alamat kantor perusahaan, nama pemilik perusahaan, akte pendirian perusahaan, surat izin usaha)
  • Data keuangan (nomor pokok wajib pajak, susunan pemilikan madal/saham, referensi dari bank yang ditetapkan menteri keuangan, kekayaan bersih perusahaan, modal usaha untuk membiayai proyek)
  • Data personil organisasi perusahaan serta daftar personil pimpinan, tenaga ahli, tenaga teknik yang memuat; nama, umur, jabatan, pendidikan, keahlian/profesi, pengalaman kerja
  • Data peralatan, perlengkapan, dan bengkel kerja (jenis, jumlah, type/kapasitas, umur/kondisi, lokasi)
  • Data pengalaman perusahaan : Nama pekerjaan/proyek yang pernah dilaksanakan, lokasi, nama dan alamat pemberi tugas, tanggal dan nomor kontrak, nilai kontrak, waktu pelaksanaan kontrak, waktu pelaksanaan realisasi b.

  Konsultan manajemen konstruksi menilai kemampuan calon rekanan berdasarkan daftar isian prakualifikasi tersebut di atas, dan kemudian membuat daftar rekanan mampu (DRM) yang memuat :

  • Nama dan alamat calon rekanan
  • Klasifikasi calon rekanan
  • Bidang/disiplin
  • Spesialisasi/sub disiplinan 2.

  Mengadakan rapat persiapan lelang (pre-tender meeting) bersama konsultan perencana dan pemilik proyek.

  Tujuan rapat persiapan lelang adalah untuk memeriksa kelengkapan dokumen lelang dan penjelasan-penjelasannya (addendum-addendum).

3. Mengusulkan daftar calon rekanan yang akan diundang lelang.

  Usulan calon rekanan yang akan diundang lelang berdasarkan pertimbangan sebagai berikut : a.

  Besarnya nilai paket pekerjaan yang akan dilelang b.

  Kualifikasi calon rekanan c. Domisili calon rekanan 4.

  Membuat perincian jenis pekerjaan dan volume (bill of quantity) yang akan dipakai sebagai pedoman bagi semua peserta lelang dalam mengajukan penawaran.

  Ketentuan-ketentuan yang harus ditaati oleh semua peserta lelang dalam mengajukan penawaran untuk kontrak lump-sump, adalah sebagai berikut : a.

  Bill of Quantity (BQ) tersebut tidak boleh diubah, kecuali ada ketentuan lain.

  b.

  Bill of Quantity (BQ) harus diteliti lagi oleh peserta lelang dan apabila ada perbedaan peserta lelang hanya diperbolehkan menyesuaikan dalam harga satuan pekerja.

  c.

  Bill of Quantity (BQ) hanya mengikat dalam pengajuan penawaran (tender) dan tidak mengikat dala pelaksanaan, artinya pekerjaan harus dilaksanakan sesuai dengan gambar lelang tanpa ada perubahan biaya meskipun volume sesuai gambar lelang berbeda dengan volume dalam BQ karena sifat kontrak adalah lump sum

5. Mengadakan rapat penjelasan lelang (aanwijzing) bersama konsultan perencana dan pemilik proyek.

  Pada prinsipnya isi rapat penjelasan lelang tersebuat meliputi hal-hal sebagai berikut: a. Penentuan dan penjelasan mengenai :

  Jangka waktu pelaksanaan

  • Jaminan penawaran
  • Masa berlakunya penawaran
  • Cara mengajukan penawaran berikut dokumen-dokumen yang harus dilampirkan
  • Persyaratan umum dan administrasi
  • Lingkup dan batasan paket pekerjaan
  • Persyaratan teknis
  • Gambar-gambar lelang
  • >Metode pelaksanaan untuk pekerjaan yang khusus

  • b.

  Tanya jawab mengenai hal-hal yang belum jelas

  Peninjauan ke tempat (site) : Kondisi tempat

  • Hambatan-hambatan yang ada
  • 6.

  Menyiapkan dokumen lelang Dokumen lelang antara lain terdiri dari : a. Rencana kerja dan syarat-syarat (persyaratan umum dan teknis) b.

  Gambar lelang c. Berita acara rapat penjelasan lelang d.

  Addenda yang dikeluarkan sebelum penawaran yang sifatnya mengikat e. Perincian jenis pekerjaan dan volume (Bill of Quantity) 7.

  Membuat perhitungan biaya pasti untuk setiap paket pekerjaan yang akan dipakai sebagai dasar evaluasi penawaran peserta lelang.

  Dasar perhitungan biaya pasti adalah sebagai berikut : a. Dokumen lelang b.

  Kondisi site c. Metode pelaksanaan d.

  Sumber daya (material, peralatan, dan tenaga) e. Analisa harga satuan pekerjaan f. Kondisi pasar industri konstruksi g.

  Jadwal pelaksanaan h. Biaya tak terduga i.

  Biaya umum j. Keuntungan kontraktor k.

  Pajak-pajak 8. Melaksanakan evaluasi setiap paket lelang dan memberikan rekomendasi kepada pemilik proyek dalam penentuan pemenang lelang.

  a.

  Evaluasi penawaran peserta lelang didasarkan pada : Harga penawaran total

  • Kesalahan hasil perkalian dan penjumlahan
  • Perhitungan harga satuan pekerjaan
  • Peralatan yang akan digunakan
  • Jadwal pelaksanaan
  • Kelengkapan lampiran surat penawaran (misalnya : brosur, metode pelaksanaan)
  • b.

  Rekomendasi pemenang lelang didasarkan pada: Penawaran dengan harga wajar dan secara teknis dapat dipertanggung-jawabkan

  • Resiko-resiko yang harus dihadapi oleh pemilik proyek dikemudian hari
  • 9.

  Menyiapkan dokumen kontrak antara pemilik dan kontraktor pemenang lelang Dokumen kontrak terdiri dari : a. Surat perjanjian b.

  Rencana kerja dan syarat-syarat (persyaratan umum dan teknis) c. Gambar kontrak d.

  Addenda kontrak e. Surat undangan lelang f.

  Berita acara rapat penjelasan dan addenda g.

  Surat penawaran kontraktor beserta lampiran-lampirannya h. Surat pelulusan pekerjaan i. Surat perintah kerja

  Hal lain yang harus disiapkan manajemen konstruksi pada tahap pelelangan adalah metode pelaksanaan konstruksi secara detail setiap pekerjaannya.

  

2.4.3. Peran dan Tanggung jawab Managemen Konstruksi dalam Tahap

Pelaksanaan Konstruksi

  Tujuan pada tahap ini adalah mewujudkan bangunan yang dibutuhkan oleh pemilik proyek yang sudah dirancang oleh konsultan perencana dalam batasan biaya, waktu yang sudah disepakati, serta dengan mutu yang telah disyaratkan.

  Kegiatan Manajemen Konstruksi pada tahap pelaksanaan proyek berdasarkan kontrak CMAA:

  1. Manajemen Proyek a.

  Manajemen lapangan dan prosedur komunikasi pada tahap konstruksi b.

  Rapat lapangan proyek c. Koordinasi atas konsultan-konsultan mandiri d.

  Penyelesaian pokok e. Penyelesaian akhir f. Review atas permintaan perubahan atas waktu dan biaya kontrak g.

  Material untuk operasi dan pemeliharaan h. Review atas mutu

  2. Manajemen Waktu

  a.

   Master schedule b.

  Schedule konstruksi dari kontraktor c. Review ketepatan schedule d.

  Review manajemen konstruksi atas permintaan perpanjangan waktu e. Perbaikan schedule

  3. Manajemen Biaya a.

  Alokasi biaya pada schedule konstruksi dari kontraktor b.

  Pengawasan atas order perubahan/change order c. Rapat lapangan proyek d.

  Pencatatan biaya

  4. Manajemen Informasi a.

  Laporan pemeliharaan schedule b.

  Laporan biaya proyek c. Revisi biaya proyek dan konstruksi d.

  Laporan cash flow e. Laporan pembayaran atas kemajuan pelaksanaan f. Laporan order perubahan g.

  Laporan program K3 dari kontraktor Menurut Oberlader, peran dan tanggung jawab manajemen konstruksi pada tahap pelaksanaan proyek adalah sebagai berikut :

Tabel 2.2. Peran Manajemen Konstruksi pada Tahap Pelaksanaan

  13 Rapat mingguan pekerjaan Mengorganisasikan, memimpin dan mencatat hasil

rapat

  

25 Penerimaan equipment Mengkoordinasikan pengirimana di lapangan,

mengatur penyimpanannya

  24 Equipment (pembelian oleh owner) Mengkoordinasikan, menjadwalkan, installation dan start up

  23 Pelaksanaan pekerjaan Memonitor dan memotivasi

  22 Test lapangan Menyusun dan mengkoordinasikan

  21 Quality Control Memeriksa, mengevaluasi dan melaporkan

  

20 Change Order Mereview (memeriksa), menyetujui proses

pembayaran

  

19 Menghindari hukum gadai/ganti rugi Mengkoordinasikan, memeriksa dan menyusun

strategi untuk menghadapinya

  

18 Permintaan pembayaran Mereview/memeriksa, menyetujui proses

pembayaran

  

17 Keamanan lapangan dan pekerjaan Memperhatikan dan membuat laporan sistem

pengamanan lapangan

Dokumen yang terkait

Pengaruh Tingkat Pemahaman Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Manajer Konstruksi Terhadap Keberhasilan Pelaksanaan suatu Proyek Dilihat dari Sisi Peningkatan Kinerja Waktu dan Biaya Pelaksanaan Proyek di PT. Waskita Karya (Persero) Medan

7 42 200

Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Ecogreen Oleochemicals Medan Plant

2 54 109

Evaluasi Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Pada Perusahaan Konstruksi Pemeliharaan Jalan di Dinas Kimpraswil Kota Yogyakarta

0 0 5

Analisis Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Pada Proyek Konstruksi Sahid Jogja Lifestyle City di Kabupaten Sleman

0 0 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu - BAB II

0 2 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) - Hubungan Persepsi Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan Perilaku K3 pada Pekerja Bagian Produksi PT. Supratama Juru Enginering Medan Tahun 2015

0 3 22

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu - Analisis Integrasi Dan Volatilitas Harga Beras Regional Asean Terhadap Pasar Beras Indonesia

0 1 40

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu - Pengaruh Disiplin Kerja, Pendidikan dan Pelatihan Terhadap Kinerja Pegawai Pada PT PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan Jaringan Sumatera I

0 1 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kinerja Karyawan 2.1.1.Pengertian Kinerja Karyawan - Pengaruh Stress Kerja dan Motivasi Kerja terhadap Kinerja Karyawan PT. SMART Tbk

0 12 22

Pengaruh Tingkat Pemahaman Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Manajer Konstruksi Terhadap Keberhasilan Pelaksanaan suatu Proyek Dilihat dari Sisi Peningkatan Kinerja Waktu dan Biaya Pelaksanaan Proyek di PT. Waskita Karya (Persero) Medan

0 0 28