I. PENDAHULUAN - Dampak Kenaikan Harga Daging Sapi Terhadap Konsumsi Daging Sapi Di Kota Medan

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Daging Sapi adalah bahan makanan hewani yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Daging Sapi mengandung energi sebesar 207 kilokalori, protein 18,8 gram, karbohidrat 0 gram, lemak 14 gram, kalsium 11 miligram, fosfor 170 miligram, dan zat besi 3 miligram. Selain itu di dalam Daging Sapi juga terkandung vitamin A sebanyak 30 IU, vitamin B1 0,08 miligram dan vitamin C 0 miligram. Hasil tersebut didapat dari melakukan penelitian terhadap 100 gram Daging Sapi, dengan jumlah yang dapat dimakan sebanyak 100 %. Separuh dari bagian bahan kering manusia adalah protein. Kebutuhan protein untuk pria dewasa 55 g/hari dan untuk wanita dewasa 44 g/hari. Tubuh manusia tidak dapat menyimpan protein sehingga memerlukan suplai dari pangan. Recomendation Daily Allowance (RDA) untuk protein telur dan daging sapi adalah sebesar 0,75 g/kg berat badan (bb) orang dewasa muda yang sehat dan 1 g/kg bb orang dewasa tua ( BBPP Batu, 2012). Berdasarkan data Susenas BPS 2011, tingkat kebutuhan konsumsi daging sapi bagi penduduk Indonesia (terbesar ke-4 dunia), rata-rata sebesar 1,83 kg/kapita/tahun atau meningkat konsumsi dari tahun sebelumnya sebesar 0,14 kg. Sedangkan jumlah total kebutuhan konsumsi daging sapi domestik selama tahun 2012 (tidak termasuk industri dan hotel, restoran serta katering) angkanya mencapai 441.605 ton. Jika dibandingkan dengan jumlah total produksi daging sapi yang dihasilkan di dalam negeri, masih mengalami kelebihan produksi sebesar 75.782 ton dari total produksi keseluruhan mencapai 465.823 ton. Prediksi awal, dengan kelebihan jumlah produksi tersebut diharapkan akan dapat mencukupi dan memenuhi permintaan kebutuhan daging sapi baik untuk konsumsi rumah tangga, industri dan sektor horeka selama satu tahun. Konsumsi daging sapi per kapita bangsa Indonesia saat ini mencapai 1,87 kg. Angka ini termasuk rendah bila dibandingkan dengan negara-negara lain di Asia Tenggara. Konsumsi yang rendah itu pun, Indonesia memerlukan setidaknya 448.000 ton daging sapi per tahun. Dari jumlah tersebut, baru sekitar 85% yang dapat dipenuhi oleh produksi daging sapi dalam negeri dan sisanya masih berasal dari impor negara lain. Hal ini amatlah mengkhawatirkan mengingat dengan bergantungnya negara kita terhadap suplai impor, maka posisi tawar kita dalam percaturan politik dunia menjadi lebih lemah. Selain itu, impor dari negara lain juga membuka peluang bagi masuknya penyakit-penyakit ternak yang belum pernah ada sebelumnya di Indonesia. Oleh karena itu, untuk mencegah hal ini, Kementerian Pertanian Indonesia mencanangkan program PSDSK (Program Swasembada Daging Sapi dan Kerbau). Sebelumnya, program ini dicanangkan untuk tahun 2010, tetapi karena satu dan lain hal direvisi menjadi tahun 2014 (BPS, 2011). Data dari Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan dari total produksi daging sapi menurut propinsi di Indonesia secara keseluruhan tercatat untuk tahun 2011 sebesar 485.333 ton dan di tahun 2012 tercatat sebesar 505.447 ton dengan pertumbuhan kenaikan produksi daging sapi sebesar 4,15%. Secara agregat, produksi daging sapi di beberapa propinsi masih akan terus mengalami peningkatan produksi.

  Sedangkan untuk ketersediaan bagi propinsi sentra konsumsi daging sapi di Indonesia, berdasarkan data urutan dari jumlah permintaan yang tinggi, yaitu Propinsi Jawa Barat pada tahun 2010 permintaan untuk konsumsi daging sapi sebesar 344.267 ton, dan terbesar ke dua adalah Propinsi Jawa Timur sebesar 222.682 ton, selanjutnya Propinsi Jawa Tengah pada urutan ke tiga dengan jumlah permintaan sebesar 146.458 ton. Sedangkan Propinsi DKI Jakarta dan Bali serta Sumatera Utara jumlah permintaan untuk komsumsi rata-rata sebesar 80.000 ton (Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan, 2011).

  Data konsumsi daging sapi perkapita di sumatera utara dapat dilihat dari tabel berikut :

  Tabel. 1 Konsumsi Daging Sapi Perkapita Sumatera Utara Tahun Komoditi Daging Sapi (%) 2007

  0.75 2008 0.99 2009 1.03 2010 1.21 2011 1.39 % rata pertahun

  21.33 Sumber : Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Sumatera Utara 2011

  Dari data di atas dapat dilihat bahwa setiap tahunnya konsumsi daging sapi di sumatera utara mengalami kenaikkan.

  Harga komoditas daging sapi di dalam negeri dari tahun ke tahun kenyataannya terus mengalami kenaikan. Kenaikan harga tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya sangat berhubungan erat dengan kenaikan permintaan, jumlah pasokan yang berkurang, serta impor dan harga daging sapi yang berlaku di pasar internasional. Kenaikan pemintaan komoditas daging sapi sangat signifikan pada saat menghadapi Hari Besar Keagamaan Nasional (HKBN) dan berpotensi pada harga daging sapi menjadi naik, apalagi jika tidak diimbangi dengan pasokan yang cukup maka lonjakan kenaikan harga akan semakin meningkat tajam (Kabid Ketahanan Pangan dan PDT, Deputi Bidang Perekonomian, 2013).

  Selama periode tahun 2012, terpantau rata-rata harga daging sapi di tingkat eceran angkanya telah mencapai Rp 74.991/kg atau mengalami kenaikan sebesar 7,6% dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara itu, jika menjelang hari Lebaran, harga daging sapi di beberapa kota di Indonesia dipastikan akan terus meningkat, angkanya sempat menyentuh Rp 85.000/kg sampai dengan Rp 100.000/kg atau mengalami kenaikan sekitar 20% dari bulan sebelumnya (Kabid Ketahanan Pangan dan PDT, Deputi Bidang Perekonomian, 2013). Rata-rata kenaikan harga komoditas daging sapi per tahun mencapai 9,0%. Dengan kenaikan harga tertinggi terjadi pada tahun 2008 yang mencapai angka 14,4% dibandingkan pada tahun sebelumnya, yaitu dari Rp 50.036/kg menjadi Rp 57.259/kg. Harga daging sapi pada periode tahun 2003-2012 mengalami gejolak kenaikan harga dengan tingkat koefisien variasi sebesar 27,3%. Secara nasional, perkembangan situasi harga daging sapi pada tahun 2012 (sampai dengan bulan September 2012) berangsur-angsur mengalami kenaikan dari awal Januari dan mulai mengalami lonjakan harga pada bulan Juli (menjelang puasa), yaitu mencapai angka 3,36% dari Rp 74.393/kg menjadi Rp 76.895/kg. Sedang tingkat harga pada bulan Agustus 2012 terus bergerak naik mencapai 3,78% dari Rp 76.895/kg menjadi Rp 79.800/kg (Kemendag, 2012).

  Dalam Medan Bisnis 2013, Harga daging sapi di Kota Medan berpotensi mengalami kenaikan yang signifikan. Pasalnya, pasokan daging yang diterima pedagang terus berkurang, karena itu harganya pun mulai mengalami kenaikan. hingga saat ini, pasokan daging sapi yang masuk ke pedagang berkurang sekitar 20% dari keadaan normal. Harga pengambilan juga mengalami kenaikan.

  Saat ini, harga daging sapi di Medan bertahan tinggi berkisar Rp 83.000-Rp 85.000 per kg. Angka tersebut masih sama dengan harga menjelang Lebaran dan Natal tahun lalu, padahal harga normal berkisar Rp 75.000-Rp 78.000 per kg.

  Mahalnya harga daging sapi karena pasokan yang masuk ke pedagang belum normal. Sebelumnya, pasokan daging sapi juga berkurang sejak Oktober 2012.

  Bahkan, saat itu harga daging sapi melonjak hingga mendekati Rp 100.000 per kg akibat langkanya sapi impor yang masuk. Saat ini pedagang hanya bisa memasok daging tidak lebih dari 500 kg setiap hari, padahal dalam keadaan normal, paling sedikit pedagang memasok 700 kg. Bahkan, jika permintaan tinggi, pedagang bisa memasok lebih dari angka itu. Kondisi ini, memicu kenaikan harga daging. (Medan Bisnis, 2013). Harga daging sapi normal nya berkisar Rp.70.000 tetapi pada pertengahan tahun 2012 di saat mendekati lebaran harga daging sapi menjadi Rp.80.000 per kg dan harga ini bertahan hingga awal tahun 2013. Lebaran tahun 2013 di perkirakan harga daging sapi akan semakin naik bahkan mungkin mencapai harga Rp.

  100.000 per kg. Naiknya harga daging sapi dipasaran diperkirakan akan mempengaruhi konsumsi konsumen terhadap daging sapi. Oleh karena itu, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Dampak Kenaikan Harga Daging Sapi terhadap Konsumsi Daging Sapi di Kota Medan”.

  1.2 Identifikasi Masalah

  Adapun yang menjadi identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

  1. Faktor – faktor yang mempengaruhi kenaikkan harga daging sapi di daerah penelitian? a.

  Di tingkat peternak variabel yang mempengaruhi harga bahan baku sapi, biaya penunjang, biaya tenaga kerja, dan pendapatan peternak.

  b.

  Di tingkat pedagang variabel yang mempengaruhi harga beli pedagang, biaya penunjang, biaya tenaga kerja, dan pendapatan.

  2. Bagaimana dampak kenaikan harga daging sapi terhadap permintaan daging sapi di daerah penelitian?

  3. Bagaimana fluktuasi konsumsi daging sapi dengan fluktuasi harga daging sapi di daerah penelitian?

  1.3 Tujuan Penelitian

  Adapun yang menjadi tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut :

  1. Untuk mengidentifikasi faktor – faktor yang mempengaruhi kenaikkan harga daging sapi di daerah penelitian.

  2. Untuk menganalisis dampak kenaikkan harga daging sapi terhadap permintaan daging sapi di daerah penelitian.

  3. Untuk mengetahui fluktuasi konsumsi daging sapi dengan fluktuasi harga daging sapi di daerah penelitian

1.4 Kegunaan Penelitian

  Adapun kegunaan dari penelitian adalah sebagai berikut : 1.

  Sebagai bahan masukkan dan informasi bagi pedagang daging sapi dan pihak – pihak yang berkepentingan.

  2. Sebagai bahan informasi dan refrensi bagi peneliti lainnya yang berhubungan dengan substansi penelitian ini