Dampak Kenaikan Harga Daging Sapi Terhadap Konsumsi Daging Sapi Di Kota Medan

(1)

DAMPAK KENAIKAN HARGA DAGING SAPI TERHADAP

KONSUMSI DAGING SAPI DI KOTA MEDAN

SKRIPSI

OLEH :

IRMA YUSNITA HASIBUAN 080304086

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

DAMPAK KENAIKAN HARGA DAGING SAPI TERHADAP

KONSUMSI DAGING SAPI DI KOTA MEDAN

SKRIPSI

Oleh:

IRMA YUSNITA HASIBUAN 080304086

AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing

(Dr. Ir. Salmiah M.s ) (Ir. Sinar Indra Kesuma. M.Si Nip : 195702171986032001 NIP : 196509261993031002

)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(3)

ABSTRAK

IRMA YUSNITA HASIBUAN (080304086/AGRIBISNIS) dengan judul skripsi

Dampak Kenaikan Harga Daging Sapi Terhadap Konsumsi Daging Sapi Di Kota Medan. Penelitian ini di bimbing oleh Dr.Ir.Salmiah, M.S dan Ir.Sinar Indra Kesuma, M.Si yang bertujuan untuk (1) Mengidentifikasi faktor – faktor yang mempengaruhi kenaikkan harga daging sapi di daerah penelitian, (2) Menganalisis dampak kenaikkan harga daging sapi terhadap permintaan daging sapi di daerah penelitian, dan (3) Mengetahui fluktuasi harga daging sapi di daerah penelitian.

Penelitian ini dilaksanakan di Kota Medan. Lokasi penelitian dilakukan secara

purposive, pengambilan sampel penelitian ini dilakukan secara accidental sample, dengan jumlah sampel sebanyak 67. Data yang digunakan adalah data primer yaitu data yang diperoleh dari konsumen yang membeli daging sapi di pasar – pasar tradisional di Kota Medan melalui wawancara langsung dengan menggunakan daftar pertanyaan. Penelitian ini menggunakan analisis regresi dengan metode taksiran OLS (Ordinary Least Square).

Dari hasil penelitian diperoleh : (1) harga beli, biaya penunjang, biaya tenaga kerja dan pendapatan berpengaruh nyata terhadap kenaikan harga daging sapi, (2) naiknya harga daging sapi berdampak pada turunnya permintaan konsumsi daging sapi, dan (3) perkembangan harga daging sapi berfluktuasi setiap tahunnya.


(4)

RIWAYAT HIDUP

IRMA YUSNITA HASIBUAN lahir di Banyuwangi pada tanggal 20 Januari 1990, sebagai anak pertama dari empat bersaudara, seorang putri dari Ayahanda H.Ir.Yusnan Effendi Hasibuan dan Ibunda Hj.Yuniana Cendrayani Bsc.

Pendidikan formal yang telah ditempuh penulis adalah sebagai berikut: 1. Tahun 1996 masuk Sekolah Dasar di SDN 050651 Bungara dan tamat pada

tahun 2002.

2. Tahun 2002 masuk Sekolah Menengah Pertama di SMPN 1 Medan dan tamat pada tahun 2005.

3. Tahun 2005 masuk Sekolah Menengah Atas di SMA Swasta Al - Azhar Medan dan tamat pada tahun 2008.

4. Tahun 2008 penulis diterima di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur Reguler - Mandiri.

Kegiatan yang pernah diikuti penulis adalah sebagai berikut:

1. Anggota Forum Silaturahmi Mahasiswa Muslim Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

2. Anggota Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

3. Bulan Juli 2012 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di Rawang Pasar V, Kecamatan Rawang Panca Arga, Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara. 4. Bulan Agustus 2013 penulis melaksanakan penelitian skripsi di, kota Medan,


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan berkat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “DAMPAK KENAIKAN HARGA DAGING SAPI TERHADAP KONSUMSI DAGING SAPI DI KOTA MEDAN” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Departemen Agribisinis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Secara khusus penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Ayahanda tercinta H. Ir. Yusnan Effendi Hasibuan dan Ibunda tercinta Hj. Yuniana Cendrayani Bsc, atas seluruh perhatian dan dukungan baik secara materi, moril maupun doa yang diberikan kepada penulis, serta kepada adik penulis Yudi F. Putra Hasibuan, M. Taufiq Hasibuan dan Intan Novia Rizka Hasibuan atas doa dan dukungan yang diberikan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

• Dr. Ir. Salmiah, MS selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk mengajar dan membimbing serta memberikan masukan yang berharga dalam menyelesaikan skripsi ini.

• Ir. Sinar Indra Kesuma, Msi selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah mengayomi dan memberikan masukan yang sangat berarti kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

• Dr. Ir. Salmiah, MS selaku Ketua program studi Agribisnis, FP-USU dan Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku Sekertaris program studi Agribisnis, FP-USU.


(6)

• Seluruh staf pengajar dan pegawai di Program Studi Agribisnis, FP-USU khususnya Kak Yani, Kak Lisbeth, Kak Seruni dan Kak Nita yang memberikan kelancaran dalam hal administrasi.

• Bapak dan ibu peternak, pedagang dan konsumen daging sapi yang telah bersedia meluangkan waktu sehingga penulis dapat memperoleh data guna menyempurnakan proses pengerjaan skripsi ini.

• Rekan-rekan mahasiswa stambuk 2008 di Program Studi Agribisnis, khususnya Lolisa Efa Matovai, SP, Lailan Syafina, SP, Sri Ardianti Pratiwi Srg, SP, Giska Rizky Aulia, SP, Sri Novi Yanti, SP, Izzatul Dwina Mahsaiba, SP, Rizki Utami SP, Arini Pebristya Duha, SP, Rafika Zahara, SP, dll yang tidak bisa disebutkan satu persatu serta kepada kakak-kakak dan abang-abang senior yang telah memberikan dukungan dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih kepada Ferry Sanjaya, S.Si yang selama ini dengan setia memberikan dukungan, doa dan motivasi serta nasehat kepada penulis.

Penulis juga menyadari kekurangan dan keterbatasan dalam skripsi ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya saran dan kritik yang membangun dari pembaca. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan dan penelitian selanjutnya.

Medan, 2013


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Kegunaan Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 8

2.1. Tinjauan Pustaka ... 8

2.2. Landasan Teori ... 16

2.3. Kerangka Pemikiran ... 22

2.4. Hipotesis ... 24

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 25

3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 25

3.2. Metode Penentuan Sampel ... 25

3.2.1. Konsumen ... 25

3.2.2. Pedagang ... 26

3.2.3. Peternak ... 26

3.3. Mteode Pengambilan Data ... 26

3.4. Metode Analisis Data ... 27

3.5. Definisi dan Batasan Operasional ... 29

3.5.1. Definisi ... 29

3.5.2. Batsan Operasional... 30

IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL ... 31

4.1. Deskripsi Daerah Penelitian ... 31

4.1.1. Letak dan Keadaan Geografis ... 31


(8)

4.1.3. Sarana dan Prasarana... 35

4.2. Karakteristik Sampel ... 37

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 40

5.1. Faktor – factor yang Mempengaruhi Kenaikan Harga Daging Sapi ... 40

5.1.1. Faktor – factor yang Mempengaruhi Kenaikan Harga Daging Sapi di Tingkat Peternak ... 40

5.1.2. Faktor – factor yang Mempengaruhi Kenaikan Harga Daging Sapi di Tingkat Pedagang ... 48

5.2. Dampak Kenaikan Harga Daging Sapi Terhadap Permintaan Daging Sapi 56 5.3. Fluktuasi Konsumsi Daging Sapi dengan Fluktuasi Harga Daging Sapi di Kota Medan ... 58

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 62

6.1. Kesimpulan ... 62

6.2. Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

1. Konsumsi Daging Sapi Per Kapita Sumatera Utara ... 3

2. Informasi Rinci Komposisi Kandungan Nutrisi/Gizi pada Daging Sapi ... 10

3. Pasar Tradisional dan Jumlah Penduduk Tahun 2012 ... 25

4. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, dan Kepadatan Penduduk Kota Medan Tahun 2011 ... 32

5. Penduduk Menurut Kelompok Umur ... 33

6. Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan... 34

7. Sarana dan Prasaran ... 35

8. Distribusi Sampel Berdasarkan Kelompok Umur ... 37

9. Distribusi Sampel Berdasarkan Kelompok Tingkat Pendidikan ... 38

10. Distribusi Sampel Berdasarkan Kelompok Jumlah Pendapatan ... 39

11. Hasil Uji Asumsi Multikolinearitas Model Kenaikan Harga Daging Sapi di Tingkat Peternak ... 41

12. Hasil Analisis Faktor – factor yang Memepengaruhi Kenaikan Harga Daging Sapi di Tingkat Peternak ... 44

13. Hasil Uji Asumsi Multikolinearitas Model Kenaikan Harga Daging Sapi di Tingkat Pedagang ... 49

14. Hasil Analisis Faktor – factor yang Memepengaruhi Kenaikan Harga Daging Sapi di Tingkat Pedagang ... 52

15. Pemakaian Daging Sapi di Kota Medan 2010 – 2011 ... 58 16. Perkembangan Harga Dan Konsumsi Daging Sapi 2009 – 2011 di Medan 60


(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

1. Kurva Permintaan ... 16

2. Kurva Penawaran ... 19

3. Kurva Equilibrium ... 21

4. Skema Kerangka Pemikiran ... 23

5. Grafik Uji Asumsi Heterokedastisitas Model Kenaikan Harga Daging Sapi di Tingkat Peternak ... 41

6. Grafik Uji Asumsi Normalitas Model Kenaikan Harga Daging Sapi di Tingkat Peternak ... 42

7. Histogram Normalitas Model Kenaikan Harga Daging Sapi di Tingkat Peternak ... 43

8. Grafik Uji Asumsi Heterokedastisitas Model Kenaikan Harga Daging Sapi di Tingkat Pedagang ... 49

9. Grafik Uji Asumsi Normalitas Model Kenaikan Harga Daging Sapi di Tingkat Pedagang ... 50

10. Histogram Normalitas Model Kenaikan Harga Daging Sapi di Tingkat Pedagang ... 51

11. Grafik Jumlah Konsumsi Daging Sapi Sebelum dan Sesudah Kenaikan Harga ... 57


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Karakteristik Sampel Peternak ... 66

2. Karakteristik Sampel Pedagang ... 66

3. Karakteristik Sampel Konsumen... 67

4. Input Data Spss Peternak ... 68

5. Upah Tenaga Kerja Peternak ... 68

6. Total Harga Bahan Baku ... 69

7. Total Biaya Bahan Penunjang ... 69

8. Input Data Spss Pedagang ... 70

9. Upah Tenaga Kerja Pedagang ... 71

10. Harga Daging Sapi Tahun 2009 – 2011 ... 73

11. Jumlah Konsumsi Daging Sapi Sebelum dan Sesudah Kenaikan Harga ... 74

12. Hasil Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kenaikan Harga Daging Sapi di Tingkat Peternak ... 75

13. Hasil Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kenaikan Harga Daging Sapi di Tingkat Pedagang ... 80


(12)

ABSTRAK

IRMA YUSNITA HASIBUAN (080304086/AGRIBISNIS) dengan judul skripsi

Dampak Kenaikan Harga Daging Sapi Terhadap Konsumsi Daging Sapi Di Kota Medan. Penelitian ini di bimbing oleh Dr.Ir.Salmiah, M.S dan Ir.Sinar Indra Kesuma, M.Si yang bertujuan untuk (1) Mengidentifikasi faktor – faktor yang mempengaruhi kenaikkan harga daging sapi di daerah penelitian, (2) Menganalisis dampak kenaikkan harga daging sapi terhadap permintaan daging sapi di daerah penelitian, dan (3) Mengetahui fluktuasi harga daging sapi di daerah penelitian.

Penelitian ini dilaksanakan di Kota Medan. Lokasi penelitian dilakukan secara

purposive, pengambilan sampel penelitian ini dilakukan secara accidental sample, dengan jumlah sampel sebanyak 67. Data yang digunakan adalah data primer yaitu data yang diperoleh dari konsumen yang membeli daging sapi di pasar – pasar tradisional di Kota Medan melalui wawancara langsung dengan menggunakan daftar pertanyaan. Penelitian ini menggunakan analisis regresi dengan metode taksiran OLS (Ordinary Least Square).

Dari hasil penelitian diperoleh : (1) harga beli, biaya penunjang, biaya tenaga kerja dan pendapatan berpengaruh nyata terhadap kenaikan harga daging sapi, (2) naiknya harga daging sapi berdampak pada turunnya permintaan konsumsi daging sapi, dan (3) perkembangan harga daging sapi berfluktuasi setiap tahunnya.


(13)

I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Daging Sapi adalah bahan makanan hewani yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Daging Sapi mengandung energi sebesar 207 kilokalori, protein 18,8 gram, karbohidrat 0 gram, lemak 14 gram, kalsium 11 miligram, fosfor 170 miligram, dan zat besi 3 miligram. Selain itu di dalam Daging Sapi juga terkandung vitamin A sebanyak 30 IU, vitamin B1 0,08 miligram dan vitamin C 0 miligram. Hasil tersebut didapat dari melakukan penelitian terhadap 100 gram Daging Sapi, dengan jumlah yang dapat dimakan sebanyak 100 %.

Separuh dari bagian bahan kering manusia adalah protein. Kebutuhan protein untuk pria dewasa 55 g/hari dan untuk wanita dewasa 44 g/hari. Tubuh manusia tidak dapat menyimpan protein sehingga memerlukan suplai dari pangan. Recomendation Daily Allowance (RDA) untuk protein telur dan daging sapi adalah sebesar 0,75 g/kg berat badan (bb) orang dewasa muda yang sehat dan 1 g/kg bb orang dewasa tua ( BBPP Batu, 2012).

Berdasarkan data Susenas BPS 2011, tingkat kebutuhan konsumsi daging sapi bagi penduduk Indonesia (terbesar ke-4 dunia), rata-rata sebesar 1,83 kg/kapita/tahun atau meningkat konsumsi dari tahun sebelumnya sebesar 0,14 kg. Sedangkan jumlah total kebutuhan konsumsi daging sapi domestik selama tahun 2012 (tidak termasuk industri dan hotel, restoran serta katering) angkanya mencapai 441.605 ton. Jika dibandingkan dengan jumlah total produksi daging sapi yang dihasilkan di dalam negeri, masih mengalami kelebihan produksi sebesar 75.782 ton dari total produksi keseluruhan mencapai 465.823 ton. Prediksi


(14)

awal, dengan kelebihan jumlah produksi tersebut diharapkan akan dapat mencukupi dan memenuhi permintaan kebutuhan daging sapi baik untuk konsumsi rumah tangga, industri dan sektor horeka selama satu tahun.

Konsumsi daging sapi per kapita bangsa Indonesia saat ini mencapai 1,87 kg. Angka ini termasuk rendah bila dibandingkan dengan negara-negara lain di Asia Tenggara. Konsumsi yang rendah itu pun, Indonesia memerlukan setidaknya 448.000 ton daging sapi per tahun. Dari jumlah tersebut, baru sekitar 85% yang dapat dipenuhi oleh produksi daging sapi dalam negeri dan sisanya masih berasal dari impor negara lain. Hal ini amatlah mengkhawatirkan mengingat dengan bergantungnya negara kita terhadap suplai impor, maka posisi tawar kita dalam percaturan politik dunia menjadi lebih lemah. Selain itu, impor dari negara lain juga membuka peluang bagi masuknya penyakit-penyakit ternak yang belum pernah ada sebelumnya di Indonesia. Oleh karena itu, untuk mencegah hal ini, Kementerian Pertanian Indonesia mencanangkan program PSDSK (Program Swasembada Daging Sapi dan Kerbau). Sebelumnya, program ini dicanangkan untuk tahun 2010, tetapi karena satu dan lain hal direvisi menjadi tahun 2014 (BPS, 2011).

Data dari Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan dari total produksi daging sapi menurut propinsi di Indonesia secara keseluruhan tercatat untuk tahun 2011 sebesar 485.333 ton dan di tahun 2012 tercatat sebesar 505.447 ton dengan pertumbuhan kenaikan produksi daging sapi sebesar 4,15%. Secara agregat, produksi daging sapi di beberapa propinsi masih akan terus mengalami peningkatan produksi.


(15)

Sedangkan untuk ketersediaan bagi propinsi sentra konsumsi daging sapi di Indonesia, berdasarkan data urutan dari jumlah permintaan yang tinggi, yaitu Propinsi Jawa Barat pada tahun 2010 permintaan untuk konsumsi daging sapi sebesar 344.267 ton, dan terbesar ke dua adalah Propinsi Jawa Timur sebesar 222.682 ton, selanjutnya Propinsi Jawa Tengah pada urutan ke tiga dengan jumlah permintaan sebesar 146.458 ton. Sedangkan Propinsi DKI Jakarta dan Bali serta Sumatera Utara jumlah permintaan untuk komsumsi rata-rata sebesar 80.000 ton (Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan, 2011).

Data konsumsi daging sapi perkapita di sumatera utara dapat dilihat dari tabel berikut :

Tabel. 1 Konsumsi Daging Sapi Perkapita Sumatera Utara

Tahun Komoditi Daging Sapi (%)

2007 0.75

2008 0.99

2009 1.03

2010 1.21

2011 1.39

% rata pertahun 21.33

Sumber : Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Sumatera Utara 2011

Dari data di atas dapat dilihat bahwa setiap tahunnya konsumsi daging sapi di sumatera utara mengalami kenaikkan.

Harga komoditas daging sapi di dalam negeri dari tahun ke tahun kenyataannya terus mengalami kenaikan. Kenaikan harga tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya sangat berhubungan erat dengan kenaikan permintaan, jumlah pasokan yang berkurang, serta impor dan harga daging sapi yang berlaku di pasar internasional. Kenaikan pemintaan komoditas daging sapi sangat signifikan pada


(16)

saat menghadapi Hari Besar Keagamaan Nasional (HKBN) dan berpotensi pada harga daging sapi menjadi naik, apalagi jika tidak diimbangi dengan pasokan yang

cukup maka lonjakan kenaikan harga akan semakin meningkat tajam (Kabid Ketahanan Pangan dan PDT, Deputi Bidang Perekonomian, 2013).

Selama periode tahun 2012, terpantau rata-rata harga daging sapi di tingkat eceran angkanya telah mencapai Rp 74.991/kg atau mengalami kenaikan sebesar 7,6% dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara itu, jika menjelang hari Lebaran, harga daging sapi di beberapa kota di Indonesia dipastikan akan terus meningkat, angkanya sempat menyentuh Rp 85.000/kg sampai dengan Rp 100.000/kg atau mengalami kenaikan sekitar 20% dari bulan sebelumnya

(Kabid Ketahanan Pangan dan PDT, Deputi Bidang Perekonomian, 2013).

Rata-rata kenaikan harga komoditas daging sapi per tahun mencapai 9,0%. Dengan kenaikan harga tertinggi terjadi pada tahun 2008 yang mencapai angka 14,4% dibandingkan pada tahun sebelumnya, yaitu dari Rp 50.036/kg menjadi Rp 57.259/kg. Harga daging sapi pada periode tahun 2003-2012 mengalami gejolak kenaikan harga dengan tingkat koefisien variasi sebesar 27,3%. Secara nasional, perkembangan situasi harga daging sapi pada tahun 2012 (sampai dengan bulan September 2012) berangsur-angsur mengalami kenaikan dari awal Januari dan mulai mengalami lonjakan harga pada bulan Juli (menjelang puasa), yaitu mencapai angka 3,36% dari Rp 74.393/kg menjadi Rp 76.895/kg. Sedang tingkat harga pada bulan Agustus 2012 terus bergerak naik mencapai 3,78% dari Rp 76.895/kg menjadi Rp 79.800/kg (Kemendag, 2012).


(17)

Dalam Medan Bisnis 2013, Harga daging sapi di Kota Medan berpotensi mengalami kenaikan yang signifikan. Pasalnya, pasokan daging yang diterima pedagang terus berkurang, karena itu harganya pun mulai mengalami kenaikan. hingga saat ini, pasokan daging sapi yang masuk ke pedagang berkurang sekitar 20% dari keadaan normal. Harga pengambilan juga mengalami kenaikan.

Saat ini, harga daging sapi di Medan bertahan tinggi berkisar Rp 83.000-Rp 85.000 per kg. Angka tersebut masih sama dengan harga menjelang Lebaran dan Natal tahun lalu, padahal harga normal berkisar Rp 75.000-Rp 78.000 per kg. Mahalnya harga daging sapi karena pasokan yang masuk ke pedagang belum normal. Sebelumnya, pasokan daging sapi juga berkurang sejak Oktober 2012. Bahkan, saat itu harga daging sapi melonjak hingga mendekati Rp 100.000 per kg akibat langkanya sapi impor yang masuk. Saat ini pedagang hanya bisa memasok daging tidak lebih dari 500 kg setiap hari, padahal dalam keadaan normal, paling sedikit pedagang memasok 700 kg. Bahkan, jika permintaan tinggi, pedagang bisa memasok lebih dari angka itu. Kondisi ini, memicu kenaikan harga daging. (Medan Bisnis, 2013).

Harga daging sapi normal nya berkisar Rp.70.000 tetapi pada pertengahan tahun 2012 di saat mendekati lebaran harga daging sapi menjadi Rp.80.000 per kg dan harga ini bertahan hingga awal tahun 2013. Lebaran tahun 2013 di perkirakan harga daging sapi akan semakin naik bahkan mungkin mencapai harga Rp. 100.000 per kg. Naiknya harga daging sapi dipasaran diperkirakan akan mempengaruhi konsumsi konsumen terhadap daging sapi. Oleh karena itu, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Dampak Kenaikan Harga Daging Sapi terhadap Konsumsi Daging Sapi di Kota Medan”.


(18)

1.2Identifikasi Masalah

Adapun yang menjadi identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Faktor – faktor yang mempengaruhi kenaikkan harga daging sapi di daerah penelitian?

a. Di tingkat peternak variabel yang mempengaruhi harga bahan baku sapi, biaya penunjang, biaya tenaga kerja, dan pendapatan peternak. b. Di tingkat pedagang variabel yang mempengaruhi harga beli pedagang,

biaya penunjang, biaya tenaga kerja, dan pendapatan.

2. Bagaimana dampak kenaikan harga daging sapi terhadap permintaan daging sapi di daerah penelitian?

3. Bagaimana fluktuasi konsumsi daging sapi dengan fluktuasi harga daging sapi di daerah penelitian?

1.3Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengidentifikasi faktor – faktor yang mempengaruhi kenaikkan harga daging sapi di daerah penelitian.

2. Untuk menganalisis dampak kenaikkan harga daging sapi terhadap permintaan daging sapi di daerah penelitian.

3. Untuk mengetahui fluktuasi konsumsi daging sapi dengan fluktuasi harga daging sapi di daerah penelitian


(19)

1.4Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian adalah sebagai berikut :

1. Sebagai bahan masukkan dan informasi bagi pedagang daging sapi dan pihak – pihak yang berkepentingan.

2. Sebagai bahan informasi dan refrensi bagi peneliti lainnya yang berhubungan dengan substansi penelitian ini

3. Sebagai bahan masukkan dan pertimbangan bagi pemerintah dalam membuat kebijakkan yang berkaitan dengan harga daging sapi.


(20)

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Tinjauan Pustaka

Protein merupakan salah satu sumber gizi yang penting bagi tubuh manusia, protein berperan sangat penting selain untuk menunjang keberadaan setiap sel tubuh juga sebagai proses kekebalan tubuh. Setiap orang dewasa sedikitnya wajib mengkonsumsi 1 gr protein per kg sesuai berat tubuhnya. Kebutuhan terhadap protein akan bertambah pada perempuan yang sedang mengandung dan para atlet. Protein sangat berbeda dari karbohidarat dan lemak.

Keberadaan protein dalam tubuh merupakan komponen terbesar dalam tubuh manusia setelah air. Jumlah protein 1/6 dari berat tubuh manusia, dan tersebar di dalam otot, tulang, kulit, serta berbagai cairan tubuh manusia. Mineral protein merupakan sumber utama dari nitrogen yang merupakan elemen yang sangat penting dari setiap mahluk hidup ( Anonimous, 2011).

Protein berperan sangat penting dalam struktur dan fungsi semua sel makhluk hidup dan virus. Selain itu, protein memiliki peran penting dalam pembentukan sistem kekebalan tubuh (imunitas) bertujuan sebagai antibodi, dan juga berfungsi sebagai sistem kendali dalam bentuk hormon. Fungsi utamanya adalah membentuk jaringan pada tubuh dengan kandungan asam aminonya. Protein sangat penting bagi tubuh manusia. Kebutuhan protein bagi tubuh sangat wajib terpenuhi. Kekurangan protein dapat menyebabkan penyakit dan kekurangan seimbangan tubuh. Protein diperlukan oleh tubuh sebagai zat pembangun, pengatur dan bahan bakar.


(21)

• Sebagai Zat pembangun, protein adalah bahan pembentuk jaringan baru di dalam tubuh;

• Sebagai Zat pengatur, protein berperan mengatur berbagai sistem di dalam tubuh;

• Sebagai Bahan bakar, protein akan dibakar ketika kebutuhan energi tubuh tidak dapat dipenuhi oleh hidrat arang dan lemak ( Anonimous , 2011).

Sumber Protein • susu;

• daging;

• tumbuhan yang berbiji;

• ikan;

• kacang polong-polongan;

• telur;

• kentang;

Kualitas daging sebagai sumber protein:

• Protein daging mudah dicerna oleh manusia.

• Protein hewani mengandung semua asam amino esensial.

• Asam amino pada daging lebih banyak dan dapat mudah dicerna.

• Kecernaan protein daging (NPU) daging 0,75 sedangkan protein nabati 0,5 – 0,6.

• Kandungan lysine pada daging tersedia sangat cukup bagi konsumsi/diet manusia sedangkan pada nabati, lysinenya rendah (BBPP Batu, 2012).


(22)

Tabel 2 Informasi Rinci Komposisi Kandungan Nutrisi/Gizi Pada Daging Sapi :

Banyaknya Daging Sapi yang diteliti (FoodWeight) Bagian Daging Sapi yang dapat dikonsumsi (Bdd /

Food Edible)

100 gr

100 %

Jumlah Kandungan Energi Daging Sapi 207 kkal Jumlah Kandungan Protein Daging Sapi 18,8 gr

Jumlah Kandungan Lemak Daging Sapi 14 gr

Jumlah Kandungan Karbohidrat Daging Sapi 0 gr

Jumlah Kandungan Kalsium Daging Sapi 11 mg

Jumlah Kandungan Fosfor Daging Sapi 170 mg

Jumlah Kandungan Zat Besi Daging Sapi 3 mg

Jumlah Kandungan Vitamin A Daging Sapi 30 mg Jumlah Kandungan Vitamin B1 Daging Sapi 0,08 mg Jumlah Kandungan Vitamin C Daging Sapi 0 mg

Sumber : BBPP Batu 2012

Jenis Potongan Daging Sapi

Pemotongan sapi di setiap negara agak berbeda dari negara yang lain karena tergantung dari pemakaian/permintaan di negara tersebut. Potongan utama, atau

primal cuts, adalah potongan-potangan besar pada karkas sapi menjadi sampil, sandung lamur, lamusir depan, rusuk, has luar, samcan, shortloin, betak daging paha belakang, pinggul tebal, penutup serta betis depan dan belakang. Potongan utama kemudian dibagi menjadi sub-primal cuts dan terkadang sub-primal cuts


(23)

● Sampil

Sampil. dalam bahasa Inggris chuck, didapat dari daging paha atas, bahu dan punuk. Sampil merupakan daging yang kurang lunak namun penuh rasa karena kandungan kolagen yang cukup tinggi.

Sampil kecil, dalam bahasa Inggris blade tetapi juga disebut clod, oyster atau

oyster blade, merupakan sampil bagian bahu atas dan bawah yang berbentuk segi empat. Kijen atau chuck tender berbentuk kerucut yang terlapis kulis luar yang tipis.

Sandung lamur

Sandung lamur, dalam bahasa Inggris brisket, adalah potongan dari bagian dada. Potongan ini agak berlemak. Potongan sandung lamur lainnya adalah sandung lamur bagian pangkal (brisket naval end) dan sandung lamur bagian ujung (brisket point end)

Iga

Lamusir depan, atau cube roll, diambil dari bagian punggung, dipotong dari rusuk keempat hingga rusuk keduabelas. Lamusir termasuk daging yang lunak karena terdapat butir-butir lemak didalamnya. Iga adalah potongan daging yang berasal sekitar tulang rusuk, yaitu dari rusuk keenam hingga keduabelas.

● Shortloin, striploin, sirloin

Shortloin dan striploin adalah potongan daging bagian belakang sapi. Sirloin

adalah bagian daging yang terletak persis di belakang shortloin dan di atasnya tenderloin atau has dalam. Di Indonesia sirloin juga disebut sebagai has luar.. Otot dari bagian sapi ini masih bekerja cukup keras, namun beban pekerjaannya tidak seberat sampil, punuk dan betis depan sehingga dagingnya lumayan lunak.


(24)

Has dalam

Has dalam, dalam bahasa Inggris tenderloin atau fillet, adalah potongan daging yang paling empuk dan kandungan lemaknya tidak besar. Lokasi potongan daging ini ditengah-tengah sirloin. Harga jenis potongan ini adalah yang paling mahal dibandingkan dengan potongan yang lainnya.

Samcan

Samcan atau flank, adalah potongan dari bagian otot perut. Bentuknya panjang dan datar, dan kurang lunak. Di Prancis daging ini dinamakan bavette.

Penutup, tanjung, kelapa, pendasar, gandik

Dari paha belakang sapi, atau rump, terdapat beberapa potongan yaitu rump (tanjung), kelapa (knuckle), penutup (inside, topside), silverside, gandik (eye of round), dan pendasar (outside). Tanjung adalah bagian pinggang sapi yang dilapisi oleh lemak yang cukup tebal. Daging tanjung termasuk jenis daging yang lunak. Silverside terdapat di paha belakang bagian bawah. Dagingnya padat dan tidak banyak mengandung lemak.

Sengkel

Sengkel, dari bahasa Belanda schenkel, dalam bahasa Inggris shank atau shin

merupakan daging yang terdapat di bagian atas betis sapi. Potongan daging ini tidak lunak (Ikatan minat provesi veteriner,kelompok ternak besar,2012).


(25)

Jenis penyimpangan daging sapi

Daging Sapi Glonggongan

Daging sapi glonggongan adalah daging sapi yang berasal dari hewan sapi yang sebelum disembelih diberi minum sebanyak-banyaknya sampai lemas. Penyiksaan hewan seperti itu bertujuan untuk menggenjot berat daging dengan air yang di-glonggongkan ke hewan. Daging glonggongan tidak pantas untuk dikonsumsi. Meskipun secara teoritis bukan bangkai tetapi daging jenis ini telah diharamkan oleh MUI karena dalam proses penyembelihannya terlalu kejam dan tidak berperikehewanan. Daging jenis “glonggongan” (yang sering disebut sebagai daging basah) dijual lebih murah dari daging biasa (daging kering). Selisihnya sekitar Rp. 5000,- tetapi dari segi ekonomis sebetulnya lebih mahal karena 30% dari beratnya adalah air. Selain itu kadar air yang terlalu tinggi juga rentan terinfeksi bakteri penyakit.

Ciri-ciri Daging Glonggongan, sebagai berikut : 1. Berwarna pucat

2. Konsistensi daging lembek 3. Permukaan daging basah

4. Biasanya penjual tidak menggantung daging tersebut karena bila digantung air akan banyak menetes dari daging

Pemalsuan Daging Sapi

Daging sapi oplos daging babi marak terjadi menjelang lebaran dikarenakan permintaan daging sapi meningkat. Daging oplosan umumnya muncul dan diperdagangkan di pasar tradisional, di luar kios resmi penjualan dengan harga lebih murah . Ada beberapa perbedaan mendasar antara daging babi dan sapi.


(26)

Menurut Dr. Ir. Joko Hermanianto (ahli daging di Dep. Ilmu dan Teknologi Pangan, Fateta, IPB), secara kasat mata ada lima aspek yang terlihat berbeda antara daging babi dan sapi yaitu warna, serat daging, tipe lemak, aroma dan tekstur.

Daging Sapi Bangkai

Dari segi kehalalan hukum bangkai ini adalah haram. Penyembelihan bangkai ini dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan ilegal.

Adapun ciri-ciri daging bangkai:

1. Daging kelihatan kusam dan berlendir. Pada umumnya disebabkan oleh bakteri genus Pseudomonas, Achromobacter, Streptococcus, Leuconostoc, Bacillus dan Microccocus.

2. Daging berwarna kehijau-hijauan (seperti isi usus). Pada umumnya disebabkan oleh bakteri dari genus Lactobacillus dan Leuconostoc

3. Daging menjadi tengik akibat penguraian lemak. Pada umumnya disebabkan oleh bakteri genus Pseudomonas dan Achromobacter.

(Dinas peternakan ,2012)

Harga daging sapi semakin hari semakin membahana ke arah paling tinggi. Sehingga tidak heran,kecurangan dalam pengadaan sumber protein itu mengalami kecurangan agar selalu laku dalam berjualan. Conothnya dengan mencampurkan daging dengan formalin,pewarna buatan ataupun melumuri daging beku dengan darah,sebagaimana yang kita ketahui,darah merupakan tempat hidup yang bagus bagi mikroorganisme.

Tujuan Dokter Hewan di seluruh Indonesia bahkan dunia salah satunya yaitu menyediakan bahan makanan yang baik serta sehat mulai dari peternakan sampai


(27)

ke meja makan setiap keluarga,akan tetapi dengan praktek yang demikian bisa membuat citra dokter hewan di Indonesia khususnya menjadi bobrok bagaikan longsor yang siap menggusur pemukiman di bawahnya. Oleh sebab itu,perlulah kerjasama Dokter Hewan dan masyarakat khususnya,yakni harus teliti memilih bahan yang baik dan tidak. Berikut beberapa fakta yang harus diketahui tentang daging :

Bebas dari Cacing

Manusia maupun makluk hidup lainnya,sangat rawan terserang cacingan. Begitu juga hewan ternak yang ada di pasaran. Ciri-ciri daging yang bebas dari cacing yakni daging mulus dan minimnya lobang-lobang. Kemudian hindarkan membeli daging yang mempunyai bercak-bercak yang mencurigakan.

Bebas dari bahan kimia

Kenakalan penjual kebanyakan memakai bahan kimia yang berbahaya bagi konsumennya. Jadi,cara mengetahui daging yang bebas dari bahan berbahaya sebagai berikut : Daging warnanya tidak mencolok dan tidak terlalu putih. Kemudian jika di baui rasa daging segar tercium kuat. Dan indikator paling hebat : Daging tanpa bahan kimia biasanya dikerubungi oleh lalat dan yang tidak berarti dicurigai memakai bahan berbahaya. Banyak lalat berarti daging bagus

Dari Harga

Perbedaan hargapun bisa dijadikan pertimbangan. Logikanya : daging bagus akan dijual agak mahal dan daging yang kurang bagus atau kualitas jelek akan dijual lebih murah (Ikatan minat provesi veteriner,kelompok ternak besar,2012).


(28)

2.2Landasan Teori

2.2.1 Permintaan (demand)

Teori permintaan menerangkan tentang ciri hubungan antara jumlah permintaan dan harga. Hukum permintaan pada hakikatnya merupakan suatu hipotesis yang menyatakan : makin rendah harga suatu barang maka makin banyak permintaan terhadap barang tersebut. Sebaliknya , makin tinggi harga suatu barang maka makin sedikit permintaan terhadap barang tersebut.

( Sukirno, 2003)

Adapun bentuk kurva permintaan adalah sebagai berikut :

Gambar 1. Kurva permintaan Dimana :

P : Harga

Q : Jumlah yang diminta

Menurut kadriah (1994), kurva permintaan menggambarkan hubungan antara jumlah yang diminta dan harga. Dimana semua variabel lainnya dianggap tetap kurva ini memiliki slope negatif, yang menunjukkan bahwa jumlah yang diminta (the quantity demanded) naik dengan turunnya harga.


(29)

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi permintaan, yaitu : 1.Harga barang itu sendiri

Naik turunnya harga barang / jasa akan mempengaruhi banyak / sedikitnya terhadap barang yang diminta. Kuantitas akan menurun ketika harganya meningkat dan kuantitas yang diminta meningkat ketika harganya menurun, dapat dikatakan bahwa kuantitas yang diminta berhubungan negative (negatively related) dengan harga (Djojodipuro,1991)

Sesuai dengan hukum permintaan hubungan antara harga barang dan jumlah barang yang diminta adalah negative. Bila harga naik maka permintaan turun dan sebaliknya bila harga turun permintaan akan naik dengan asumsi cateria paribus.

Dengan demikian perubahan harga terhadap permintaan mempunyai arah yang berkebalikan. (Pracoyo, 2006)

2.Pendapatan

Pendapatan masyarakat mencerminkan daya beli masyarakat. Tinggi / rendahnya pendapatan masyarakta akan mempengaruhi kualiatas maupun kuantitas permintaan, pendaptan yang lebih rendah berarti bahwa secara total hanya ada uang yang sedikit untuk dibelanjakkan, sehinngga masyarakat akan membelanjakkan sedikit uang untuk beberapa dan mungkin pula terhadap sebagian besar barang. Jika permintaan terhadapap suatu barang berkurang ketika pendapatan berkurang, barang tersebut dinamakan barang normal (normal good) Hubungan anatara pendapatan dengan jumlah barang yang diminta adalah positif. Bila pendapatan seorang meningkat maka akan meningkatkan permintaan terhadap suatu barang. Ini terjadi bila barang yang dimaksud adalah barang yag


(30)

berkualitas tinggi maka dengan adanya kenaikkan pendapatan, kpnsumen justru akan mengurangi permintaan terhadap barang tersebut. (Pracoyo, 2006)

3.Jumlah Tanggungan

Jumlah tanggungan akan mempengaruhi jumlah permintaan. Makin banyak tanggungan, maka jumlah permintan akan meningkat. Hal ini berkaitan dengan usaha pemenuhan akan kecukupan kebutuhan setiap individu yang ada di suatu tempat.

Permintaan berhubungan positif dengan jumlah tanggungan. Pertambahan jumlah tanggungan / penduduk tidak dengan sendirinya menyebabkan pertambahan permintaan. Tetapi biasanya pertambahan jumlah tanggungan / pendududuk diikuti oleh perkembangan dalam kesempatan kerja. Dengan demikian lebih banyak orang yang menerima pendapatan dan ini menambah daya beli dalam

masyarakat. Pertambahan daya beli ini akan menambah permintaan ( sukirno, 2003).

4.Harga komoditi lain ( barang subtitusi )

Permintaan terhadap suatu barang dapat dipengaruhi oleh perubahan harga barang – barang lain, baik atas barang subtitusi maupun terhadap harga barang komplementer. Sifat dan pengaruh terhadap barang subtitusi dan komplementer ini diakarenakan permintaan suatu barang memiliki kaitan dan pengaruh yang langsung maupun tidak langsung. Pengaruh mempengaruhi atas suatu barang dari harga barang lain ini dikarenakan masing – masing barang mempunyai hubungan saling menggantikan fungsi kegunaan dan juga saling melengkapi. Jika barang yang digantikan bergerak naik maka akan dapat mengakibtakan jumlah


(31)

permintaan barang penggantinya juga akan ikut mengalami kenaikkan. (Sukirno,2003)

Penawaran (supply)

Fungsi penawaran adalah fungsi yang menunjukan hubungan antara harga barang di pasaran dengan jumlah barang yang ditawarkan ke produsen. Hukum penawaran menjelaskan Semakin tinggi harga suatu barang, semakin banyak jumlah barang tersebut akan ditawarkan oleh para penjual. Sebaliknya, makin rendah harga suatu barang, semakin sedikit jumlah barang tersebut yang ditawarkan. ( Joesron dan Fathrrozi, 2003)

Adapun bentuk kurva penawaran sebagai berikut :

Gambar 2. Kurva penawaran Dimana :

P : Harga


(32)

Adapun beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran: 1. Harga komoditi itu sendiri

Jika harga suatu barang naik, maka produsen cenderung akan menambah jumlah barang yang dihasilkan. Hal ini kembali lagi pada hukum penawaran. Kuantitas akan meningkat ketika harganya meningkat dan kuantitas yang diminta menurut ketika harganya menurun. (djojodipuro,1991)

2. Harga komoditi lain yang (subtitusi)

Apabila harga barang subtitusi naik, maka penawaran suatu barang akan bertambah, dan sebaliknya. Sedangkan untuk barang complement, dapat dinyatakan bahwa apabila harga barang komplemen naik, maka penawaran suatu barang berkurang, atau sebaliknya.

3. Biaya produksi

Kenaikan harga input juga mempengaruhi biaya produksi. Bila biaya produksi meningkat, maka produsen akan menbgurangi hasil produksinya, berarti penawaran barang berkurang. Kenaikan harga faktor produksi akan menyebabkan perusahaan memproduksi outputnya lebih sedikit dengan jumlah anggaran yang tetap yang nantinya akan mengurangi laba perusahaan sehingga produsen akan pindah ke industry lain dan akan mengakibatkan berkurangnya penwaran barang. 4. Teknologi produksi

Kemajuan teknologi menyebabkan penurunan biaya produksi, dan menciptakan barang-barang baru sehingga menyebabkan kenaikan dalam penawaran barang. ( sanusi, 2003)


(33)

Dimana meningkat tingkat harga keseimbangan akan menyebabkan naiknya jumlah penawaran. Dengan kata lain. Makin tinggi tingkat harga suatu komoditas maka semakin besar jumlah komoditas yang ditawarkan

Ekuilibrium terjadi jika jumlah yang diminta sama dengan jumlah yang ditawarkan. Harga ekuilibrium adalah harga yang terjadi ketika jumlah yang diminta sama dengan jumlah yang ditawarkan. Harga ekuilibrium merupakan titik potong antara kurva permintaan dengan kurva penawaran. Yang dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 3. Kurva Ekuilibrium Dimana :

P : Harga

Q : Jumlah yang ditawarkan S : Penawaran

D : Permintaan E : Ekuilibrium


(34)

2.3 Kerangka Pemikiran

Kebutuhan protein untuk manusia sangat penting untuk kesehatan tubuh. Daging sapi mengandung protein yang penting untuk meningkatkan kemampuan generasi muda selain ikan dan daging ayam. Permintaan daging sapi terus naik seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, peningkatan daya beli, dan faktor musiman menyambut hari besar keagamaan nasional. Akan tetapi pada tahun pertengahan tahun 2012 yang lalu harga daging sapi melonjak drastis di Indonesia. Dan kenaikkan harga daging sapi ini juga dirasakan di Sumatera Utara. Pedagang menjual daging sapi di pasar tradisional kepada konsumen. Harga daging sapi yang melonjak dipasaran dipengaruhi oleh harga beli pedagang dari peternak ,biaya pemotongan, pendapatan, ketersediaan daging sapi. barang subtitusi. Dan harga yang di peroleh dari peternak dipengaruhi oleh harga bibit, biaya perawatan, biaya tenaga kerja, pendapatan dan jumlah ketersediaan sapi. Oleh karena itu hal ini perlu dianalisis faktor – faktor yang mempengaruhi kenaikkan harga daging sapi.

Konsumen daging sapi adalah mereka yang melakukan kegiatan pembelian (mengkonsumsi) daging sapi untuk memenuhi kebutuhannya. Adapun yang mempengaruhi permintaan daging sapi salah satunya yaitu harga beli konsumen. Oleh karena itu harga daging sapi yang naik apakah berdampak pada tingkat permintaan konsumen terhadap daging sapi.


(35)

Secara skematis, kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 4. Skema kerangka pemikiran Keterangan :

: menyatakan hubungan : menyatakan pengaruh

Peternak

Konsumen Pedagang Daging Sapi

Faktor – faktor yang mempengaruhi :

1. Harga beli pedagang 2. Biaya penunjang 3. Biaya tenaga kerja 4. Pendapatan pedagang

Harga

Harga

Faktor – faktor yang mempengaruhi :

1. Harga bahan baku sapi 2. Biaya penunjang 3. Biaya tenaga kerja 4. Pendapatan peternak

Konsumsi daging sapi

Sesudah hargadaging sapi naik Sebelum harga daging


(36)

2.4 Hipotesis

Berdasarkan identifikasi masalah dan kerangka pemikiran dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :

1. Kenaikkan harga daging sapi di pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu harga beli pedagang, biaya penunjang, biaya tenaga kerja dan pendapatan . 2. Adanya dampak naiknya harga daging sapi terhadap permintaan daging

sapi.


(37)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kota Medan provinsi Sumatera Utara. Daerah penelitian ini dipilih secara sengaja dengan mempertimbangkan bahwa daerah ini merupakan daerah dengan penduduk tertinggi di provinsi Sumatera utara yakni 2.102.105 jiwa dan jumlah kepala keluarga sebanyak 472.025 KK (data BPS Dalam Angka 2010) dan pastinya mempunyai tingkat konsumsi daging sapi yang tinggi untuk kebutuhan baik rumah tangga maupun industry (rumah makan, catering dll). Lokasi penelitian di tentukan secara sengaja ( purposive sampling ) dibeberapa pasar tradisional yang ada di Kota Medan.

Tabel 3. Pasar Tradisional dan Jumlah Penduduk Tahun 2012

Kecamatan Penduduk Penduduk Jumlah Pasar (jiwa) (rumah tangga) (unit)

1. Medan Johor 116.220 27.918 1

2. Medan Petisah 68.120 15.320 1

3. Medan Helvetia 145.376 30.824 1

4. Medan Denai 139.939 32.511 1

5. Medan Marelan 126.619 32.527 1

Jumlah 596.274 139.100 5


(38)

3.2 Metode Penentuan Sampel 3.2.1 Konsumen

Metode penentuan responden dilakukan dengan metode Accedental (secara tidak sengaja). Konsumen diambil dari kelompok populasi (Rumah Tangga) di kota Medan. Dimana setiap anggota populasi (Rumah tangga) mempunyai probability yang sama untuk dijadikan sebagai responden (Bungin, 2005).

Dari seluruh populasi rumah tangga penduduk kota Medan diambil 30 responden yaitu yang hanya ditujukan kepada konsumen daging sapi saja. Pengambilan responden dengan metode ini sesuai dengan Teori Bailey yang menyatakan untuk penelitian yang menggunakan analisa statistic, ukuran responden paling minimum 30. (Hasan, 2002)

3.2.2 Pedagang

Untuk responden pedagang daging sapi diambil 30 kios pedagang daging sapi.. Sesuai dengan Teori Bailey yang menyatakan untuk penelitian yang menggunakan analisa statistic, ukuran responden paling minimum 30. (Hasan, 2002)

3.2.3 Peternak

Untuk responden peternak sapi penentuan sampel adalah sensus, dimana terdapat sekitar 7 peternak yang memtong sapi di RPH yang seluruh hasil pemotongan dipasarkan di kota Medan.


(39)

3.3 Metode Pengambilan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh secara langsung melalui wawancara kepada responden dengan menggunakan daftar pertanyaan yang dibuat terlebih dahulu. Data sekunder diperoleh dari Kantor Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Medan, dan Kantor Badan Pusat Statistik Kota Medan.

3.4 Metode Analisis Data

Hipotesis 1 untuk melihat faktor – faktor yang mempengaruhi kenaikkan harga daging sapi peternak ke pedagang maka diuji dengan menggunakkan analisis regresi linear berganda. Data yang dibutuhkan adalah harga bahan baku(sapi), biaya penunjang, biaya tenaga kerja, dan pendapatan dengan menggunakan rumus:

Y = a + b1 X1 + b2X2 + b3X3+b4 X4+ µ Keterangan :

Y = Harga daging sapi

a = Koefisien intersep

b1, b2, b3, b4, = Koefisien regresi

X1 = Barga beli bahan baku /sapi (Rp/ekor)

X2 = Biaya penunjang (Rp/ekor)

�3 = Biaya tenaga kerja (Rp)

�4 = Pendapatan peternak (Rp)


(40)

pengambil keputusan :

jika ; jika th ≤ t tabel. tolak H1 ; terima H0

jika th ≥ t tabel. tolak H0 ; terima H1

Untuk melihat faktor – faktor yang mempengaruhi kenaikkan harga daging sapi di pedagang daging sapi kepada konsumen, maka diuji dengan menggunakkan analisis regresi linear berganda. Data yang dibutuhkan adalah harga beli pedagang, biaya penunjang. biaya tenaga kerja, dan pendapatan dengan menggunakan rumus :

Y = a + b1 X1 + b2X2 + b3X3+b4 X4 + µ Keterangan :

Y = Harga daging sapi

a = Koefisien intersep

b1, b2, b3 b4, b5 = Koefisien regresi

X1 = Harga beli pedagang (Rp/kg)

X2 = Biaya penunjang (Rp)

X3 = Biaya tenaga kerja (Rp)

X4 = Pendapatan (Rp)

µ = kesalahan pengganggu

pengambil keputusan :

jika ; jika th ≤ t tabel. tolak H1 ; terima H0

jika th ≥ t tabel. tolak H0 ; terima H1

Hipotesis 2 dan 3 di analisis dengan menggunakan analisis deskriptif dan menganlisis dengan menggumpulkan informasi dengan menggunakan data


(41)

3.5 Definisi dan Batasan Operasional

Definisi dan batasan operasional dimaksudkan untuk menghindari kesalahpahaman istilah – istilah yang terdapat di skripsi ini.

3.5.1 Definisi

1. Permintaan daging sapi adalah jumlah daging sapi yang dibeli konsumen dalam jumlah tertentu dan dalam jangka waktu tertentu.

2. Konsumsi daging sapi masyarakat kota Medan adalah jumlah kebutuhan daging sapi konsumsi yang dibutuhkan oleh masyarakat kota medan

3. Jumlah daging sapi yang terserdia adalah jumlah rata – rata daging sapi yang bisa di dapat pedagang daging sapi dari pemasok setiap harinya 4. Harga beli pedagang adalah harga yang dibayarkan pedagang daging sapi

kepada pemasok daging sapi

5. Pasar adalah tempat pedagang dan konsumen melakukan transaksi jual beli daging sapi.

6. Pedagang daging sapi adalah pedagang yang hanya berjualan daging sapi 7. Harga daging sapi adalah harga daging yang berada di kota Medan.

3.5.2 Batasan Operasional

Adapun batasan Operasional dari penelitian ini adalah :

1. Penelitian diadakan di pasar tradisional yang menjual daging sapi di kota Medan, Sumatera Utara.

2. Sampel penelitian adalah konsumen, pedagang dan peternak daging sapi. 3. Waktu penelitian diadakan tahun 2013


(42)

IV.

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian 4.1.1 Letak dan Keadaan Geografis

Penelitian dilakukan di Kota Medan yang merupakan Ibu Kota dari Provinsi Sumatera Utara. Kota Medan terletak antara 2°27'-2°47'LU - 98°35' - 98°44'BT. Kota Medan berada pada ketinggian 2,5 – 37,5 meter di atas permukaan laut. Kota medan merupakan salah satu dari 30 Daerah Tingkat II di Sumatera Utara dengan luas daerah sekitar 265,10 km2. Kota ini merupakan pusat pemerintahan Daerah Tingkat I Sumatera Utara yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Deli Serdang di sebelah utara, selatan, barat dan timur. Sebagian besar wilayah Kota Medan merupakan dataran rendah yang merupakan tempat pertemuan dua sungai penting yaitu Sungai Barbura dan Sungai Deli.

Kota Medan mempunyai iklim tropis dengan suhu minimum menurut Stasiun Polonia berkisar antara 23,04°C – 24,08°C dan suhu maksimum berkisar antara 32,73°C – 34,47°C serta menurut Stasiun Sampali suhu minimumnya berkisar antara 22,6°C – 24,4°C dan suhu maksimum berkisar antara 32,3°C – 33,9°C. Rata-rata curah hujan menurut Stasiun Sampali per bulannya 133,75 mm dan pada Stasiun Polonia per bulannya 161,67 mm.


(43)

4.1.2 Keadaan Penduduk a. Kepadatan Penduduk

Jumlah penduduk Kota Medan tahun 2011 sebanyak 2.097.610 jiwa, jika dibandingkan dengan lahan seluas 265,10 Km2 dapat digambarkan kepadatan penduduk Kota Medan adalah sebanyak 7.913 jiwa/Km2. Angka ini menggambarkan bahwa setiap 1 Km2 terdapat 7.913 jiwa. Secara rinci, kepadatan penduduk Kota Medan menurut kecamatan dapat dilihat pada Tabel 4. :

Tabel 4. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, dan Kepadatan Penduduk Kota Medan Tahu 2011

No. Kecamatan

Luas Wilayah

(Km2)

Jumlah Penduduk

(Jiwa)

Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km2)

1. Medan Tuntungan 20,68 80.942 3.914

2. Medan Johor 14,58 123.851 8.495

3. Medan Amplas 11,19 113.143 10.111

4. Medan Denai 9,05 141.395 15624.

5. Medan Area 5,52 96.544 17.490

6. Medan Kota 5,27 72.580 13.772

7. Medan Maimun 2,98 39.581 13.282

8. Medan Polonia 9,01 52.794 5.859

9. Medan Baru 5,84 39.516 6.766

10. Medan Selayang 12,81 98.317 7.675

11. Medan Sunggal 15,44 112.744 7.302

12. Medan Helvetia 13,16 144.257 10.962

13. Medan Petisah 6,82 61.749 9.054

14. Medan Barat 5,33 70.771 13.278

15. Medan Timur 7,76 108.633 13.999

16. Medan Perjuangan 4,09 93.328 22.819

17. Medan Tembung 7,99 133.579 16.718

18. Medan Deli 20,84 166.793 8.004

19. Medan Labuhan 36,67 111.173 3.032

20. Medan Marelan 23,82 140.414 5.895

21. Medan Belawan 26,25 95.506 3.638

Total 265,10 2.097.610 7.913,0


(44)

Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa, kepadatan penduduk paling tinggi adalah Kecamatan Medan Perjuangan yaitu sebesar 22.819 Jiwa/Km2, hal ini disebabkan oleh luas wilayah yang dimiliki oleh Kecamatan Medan Perjuangan relatif sangat kecil dibandingkan jumlah penduduk yang ada. Sedangkan kepadatan penduduk paling rendah berada pada Kecamatan Medan Labuhan yaitu sebesar 3.032 Jiwa/Km2.

b. Penduduk Menurut Kelompok Umur

Penduduk Kota Medan berjumlah 2.097.610 orang dengan rumah tangga yang tersebar di setiap kecamatan dan kelurahan di Kota Medan, dan berdasarkan golongan umur sampel penduduk Kota Medan dapat dilihat pada Tabel 5 berikut.

Tabel 5. Penduduk Menurut Kelompok Umur

No Kelompok Umur (Tahun) Jumlah (jiwa) Jumlah (%)

1 0-14 574.129 27,37

2 15-54 1.337.435 63,76

3 >55 186.046 8,87

Jumlah 2.097.610 100

Sumber : BPS, Medan Dalam Angka 2012

Tabel 5 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Kota Medan pada tahun 2011 sebesar 2.097.610 orang. Jumlah usia non produktif bayi, balita, anak-anak dan remaja (0-14 tahun) sebesar 574.129 orang (27,37 persen) manula (>55 tahun) sebesar 1.337.435 orang (63,76 persen). Jumlah usia produktif (15-54 tahun) adalah sebesar 1.337.435 orang (8,87 persen). Usia produktif adalah usia dimana orang memiliki nilai ekonomi yang tinggi sehingga dapat menghasilkan barang dan jasa dengan efektif, dari data tersebut menunjukkan bahwa ketersediaan tenaga kerja di Kota Medan cukup besar.


(45)

c. Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Penduduk Kota Medan menurut tingkat pendidikan terdiri dari tamat SD, SLTP, SLTA, Perguruan Tinggi. Untuk mengetahui lebih jelas mengenal tingkat pendidikan penduduk Kota Medan dapat dilihat pada Tabel 6 berikut :

Tabel 6. Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (%)

1 SD 268.921 32.27

2 SMP 114.381 13.72

3 SMA 121.843 14.62

4 Perguruan Tinggi 328.185 39.38

Jumlah 833.330 100

Sumber : BPS, Medan dalam angka 2012

Tabel 6 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan penduduk Kota Medan paling besar berada pada tingkat pendidikan menengah yaitu Sekolah Menengah Atas (SMA) yaitu sebesar 121.843 orang (14,62 persen), Sekolah Menengah Pertama (SMP) yaitu sebesar 114.381 orang (13,72 persen), Sekolah Dasar (SD) yaitu sebesar 268.921 orang (32,27 persen), dan Perguruan Tinggi berjumlah 328.185 orang (39,38 persen).

4.1.3 Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana di Kota Medan sekarang ini sangat baik, hal ini dapat dilihat dari jenis-jenis sarana yang tersedia baik sarana pendidikan, kesehatan, tempat peribadatan, transportasi dan pasar yang cukup memadai. Secara rinci sarana dan prasarana yang terdapat di Kota Medan dijelaskan pada Tabel 7 berikut :


(46)

Tabel 7. Sarana dan Prasarana

No Sarana dan Prasarana Jumlah (unit)

1 Sekolah

a. SD 805

b. SMP 353

c. SMA 205

d. SMK 134

e. Perguruan Tinggi 33

2 Kesehatan

a. Puskesmas 39

b. Pustu 41

c. BPU 349

d. Rumah Bersalin 117

e. Rumah Sakit 76

3 Tempat Peribadatan

a. Mesjid/Musholla 1.706

b. Gereja 634

c. Kuil 26

d. Wihara 21

e. Klenteng 5

4 Transportasi

a. Jalan Baik 3.254,3 km

b. Jalan Sedang 15,8 km

c. Jalan Rusak 20,1 km

d. Jalan rusak berat 1,3 km

5 Pasar

a. Pasar Tradisional 56

b. Pasar Modern 239

Sumber: BPS, Medan Dalam Angka 2012

Dari Tabel 7 di atas dapat dilihat sarana pendidikan di Kota Medan sangat lengkap mulai dari Play group, Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar berjumlah 805 unit, Sekolah Menengah Pertama berjumlah 353 unit, Sekolah Menengah Atas berjumlah 205 unit, Sekolah Menengah Kejuruan berjumlah 134 unit, hingga ke Perguruan Tinggi berjumlah 33 unit dengan berbagai tingkat strata. Status sekolah pun beragam mulai dari negeri, swasta, maupun sekolah luar negeri yang tersebar di setiap sudut dan pelosok Kota Medan dengan kualitas yang beragam.


(47)

Sarana Kesehatan sangat diperlukan oleh penduduk kota besar seperti Kota Medan yang berpenduduk besar. Sarana kesehatan yang ada yaitu Puskesmas 39 unit, Pustu 41 unit, BPU 349 unit, Rumah Bersalin 117 unit dan Rumah Sakit 76 unit yang tersebar di seluruh kecamatan.

Sarana peribadatan sangat diperlukan oleh penduduk kota besar seperti Kota Medan yang berpenduduk beragama. Sarana peribadatan yang ada yaitu Mesjid/Musholla 1.706 unit, Gereja 634 unit, Kuil 26 unit, Wihara 21 unit, dan Klenteng 5 unit yang tersebar di seluruh kecamatan.

Sarana transportasi sangat lengkap di dalam Kota, angkutan kota sangat banyak kesegala penjuru Kota Medan. Panjang jalan Kota Medan 3.191,5 km, jalan yang dalam kondisi baik sepanjang 3.254,3 km, jalan dalam kondisi sedang 15,8 km dan 20,1 km rusak sedangkan yang dalam kondisi rusak berat 1,3 km.

Pasar tradisonal maupun pasar modern banyak sekali terdapat di Kota Medan. Masyarakat dengan mudah memilih tempat berbelanja di pasar tradisional atau di pasar modern. Pasar tradisional ada 56 unit dan pasar modern ada 239 uniit yang terdiri dari supermarket/minimarket dan mall/plaza yang tersebar di seluruh kecamatan.

4.2 Karakteristik Sampel

Sampel dalam penelitian ini meliputi peternak, pedagang dan konsumen daging sapi yang terdapat di kota medan . Karakteristik peternak sampel meliputi umur, tingkat pendidikan, lama berusaha, dan jumlah tenaga kerja. Karakteristik pedagang sampel meliputi umur , tingkat pendidikan , lama berusaha dan tenaga kerja. Karakteristik konsumen sampel meliputi umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan dan pendapatan.


(48)

a. Umur

Adapun keadaan umur sampel di daerah penelitian dapat dilihat berdasarkan tabel 8 berikut ini.

Tabel 8. Distribusi Sampel Berdasarkan Kelompok Umur No Kelompok Umur

Peternak Pedagang Konsumen

Jumlah (jiwa)

Jumlah (%)

Jumlah (jiwa)

Jumlah (%)

Jumlah (jiwa)

Jumlah (%)

1. 31 – 40 - - 7 23,33 10 33,33

2. 41 – 50 4 57,14 16 53,33 9 30

3. 51 – 60 3 42,86 7 23,33 11 36,67

Jumlah 7 100 30 100 30 100

Sumber : data diolah dari lampiran 1,2 dan 3

Berdasarkan tabel 8 dapat dilihat jumlah peternak sampel terbesar pada kelompok umur 40 – 50 tahun dengan jumlah 4 orang (57,14%) dan yang terkecil pada umur 51 – 60 tahun dengan jumlah 3 orang (42,86%).

Sedangkan jumlah pedagang sampel terbesar pada kelompok umur 41 – 50 tahun dengan jumlah 16 orang (53,33%) dan pada kelompok umur 31 – 40 tahun dan 51 –60 tahun jumlahnya sama yaitu 7 orang (23,33%).

Dan pada jumlah konsumen sampel kelompok umur terbesar terdapat pada range 51 – 60 tahun dengan jumlah 11 orang (36,67%) dan terkecil pada range 41 – 50 tahun dengan jumlah 9 orang (30%).


(49)

b. Tingkat Pendidikan

Adapun keadaan tingkat pendidikan sampel di daerah penelitian dapat dilihat berdasarkan tabel 9 berikut ini.

Tabel 9. Distribusi Sampel Berdasarkan Kelompok Tingkat Pendidikan No. Tingkat

Pendidikan

Peternak Pedagang Konsumen Jumlah (jiwa) Jumlah (%) Jumlah (jiwa) Jumlah (%) Jumlah (jiwa) Jumlah (%)

1. Sd - - 2 6,67 -

-2. Smp - - 6 20 -

-3. Sma 2 28,57 19 63,33 7 23.33

4. Diploma 1 14,29 - - 10 33.33

5. Sarjana 4 57,14 3 10 13 43.33

Jumlah 7 100 30 100 30 100

Sumber : diolah dari lampiran 1,2 dan 3

Berdasarkan tabel 9 dapat dilihat tingkat pendidikan peternak yang terbesar berada pada tingkat sarjana dengan jumlah 4 orang (57,14%) dan terkecil pada tingkat diploma dengan jumlah 1 orang (14,29%).

Sedangkan tingkat pendidikan pada pedagang sampel terbesar pada tingkat sma dengan jumlah 19 jiwa (63.33) dan terkecil pada tingkat sarjana dengan jumlah 3 jiwa (10%).

Dan tingkat pendidikan pada konsumen sampel yang terbesar pada tingkat sarjana dengan jumlah 13 orang (43,33%) dan yang terkecil pada tingkat sma dengan jumlah 7 orang (23,33%).


(50)

c. Pendapatan

Adapun keadaan pendapatan sampel di daerah penelitian dapat dilihat berdasarkan tabel 10 berikut ini.

Tabel 10. Distribusi Sampel Berdasarkan Kelompok Jumlah Pendapatan No Pendapatan

Peternak Pedagang Konsumen Jumlah

(jiwa)

Jumlah (%)

Jumlah (jiwa)

Jumlah (%)

Jumlah (jiwa)

Jumlah (%)

1. Rp 2.000.000 – Rp 3.000.000

- - - - 9 30

2. Rp 3.100.000 – Rp 5.000.000

- - 5 16.67 14 46.67

3. >Rp 5.000.000 7 100 25 83.33 7 23.33

Jumlah 7 100 30 100 30 100

Sumber : diolah dari lampiran 1,2 dan 3

Berdasarkan tabel 10 dapat dilihat jumlah pendapatan peternak sampel diatas Rp. 5.000.000 per bulan.

Sedangkan jumlah pendapatan pada pedagang sampel rata – rata diatas Rp. 5.000.000 per bulan dengan jumlah 25 orang (83.33%)

Dan jumlah pendapatan pada konsumen sampel rata – rata Rp 3.100.000 – Rp 5.000.000 perbulan dengan jumlah 14 orang (46.67%).


(51)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Kenaikkan Harga Daging Sapi 5.1.1 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kenaikkan Harga Daging Sapi

di Tingkat Peternak

Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi kenaikkan harga daging sapi di tingkat peternak dianalisis dengan metode analisis regresi berganda. Kenaikkan harga daging sapi (Y) diduga dipengaruhi oleh harga beli bahan baku (X1), biaya penunjang(X2), biaya tenaga kerja (X3) dan pendapatan(X4).

5.1.1.1. Uji asumsi Ordinary Least Square (OLS)

Sebelum dilakukan uji kesesuaian (goodness of fit) model, perlu dilakukan uji asumsi untuk mendeteksi terpenuhinya asumsi – asumsi dalam model regresi linear naiknya harga daging sapi ditingkat peternak yang dispesifikasi. Hasil pengujian asumsi klasik diuraikan pada bagian berikut.

1. Uji asumsi multikolinearitas

Hasil uji asumsi multikolinearitas untuk model naiknya harga daging sapi ditingkat peternak disajikan pada tabel 11. Tabel 11 menunjukkan bahwa masing – masing variable eksogen memiliki nilai toleransi (tolerance) lebih besar dari 0.1 dan nilai VIF lebih kecil dari 10. Hal ini menunjukkan tidak terjadinya multikolinearitas. Maka dapat disimpulkan bahwa model regresi liniear naiknya harga daging sapi ditingkat peternak terbebas dari masalah multikolinearitas.


(52)

Tabel 11. Hasil Uji Asumsi Multikolinearitas Model Kenaikkan Harga Daging Sapi di Tingkat Peternak Menggunakan Statistik Kolinearitas

No. Variabel Eksogen Collinearity Statistics Tolerance VIF

1. Harga Bahan Baku Sapi (Rp/Kg) 0,747 1,339

2. Biaya Penunjang (Rp) 0,593 1.686

3. Biaya Tenaga Kerja (Rp) 0,527 1.899

4. Pendapatan (Rp) 0,751 1.332

Sumber: Lampran 12 Analisis Data Primer, 2013

2. Uji asumsi heteroskedastistas

Gambar 5. Grafik Uji Asumsi Heteroskedastisitas Model Kenaikkan Harga Daging Sapi di Tingkat Peternak

Sumber: Lampiran 12 Analisis Data Primer, 2013

Hasil uji heteroskedastistas dengan menggunakan analisis grafik untuk model naiknya harga daging sapi ditingkat peternak disajikan pada gambar 5. Gambar 5 menunjukkan bahwa penyebarab titik – titik varian residual adalah sebagai berikut.

a. Titik – titik menyebar diatas dan dibawah atau disekitar 0. b. Titik data tidak mengumpul hanya diatas atau dibawah saja.


(53)

c. Penyebaran titik – titik data tidak membentuk pola bergelombang menyebar kemudian menyempit dan melebar kembali.

d. Penyebaran titik – titik data tidak berpola.

Hal ini menunjukkan tidak terjadinya heteroskedastistas. Maka dapat dinyatakan bahwa model regresi linier naiknya harga daging sapi ditingkat peternak terbebas dari masalah heteroskedastistas.

3. Uji asumsi normalitas a. Analisis Grafik

Gambar 6. Grafik Uji Asumsi Normalitas Model Kenaikkan Harga Daging Sapi di Tingkat Peternak


(54)

Gambar 7. Histogram Normalitas Model Kenaikkan Harga Daging Sapi di Tingkat Peternak

Sumber:Lampiran 12 Analisis Data Primer, 2013

Hasil uji asumsi normalitas residual model naiknya harga daging sapi ditingkat peternak dengan menggunakan analisis grafik disajikan pada gambar 6 dan 7. Gambar 6 dan 7 menunjukan bahwa data terlihat menyebar mengikuti garis diagonal dan diagram histogram yang tidak condong ke kiri maupun ke kanan. Hal ini menunjukkan bahwa data residual model terdistribusi dengan normal. Maka dapat dinyatakan bahwa model regresi linear naiknya harga daging sapi ditingkat peternak memenuhi asumsi normalitas.

5.1.1.2 Uji kesesuaian (test goodness of fit) model dan uji hipotesis

Setelah dilakukan uji asumsi, maka dilakukan uji kesesuaian model dan uji hipotesis. Hasil analisis faktor – faktor yang memepengaruhi kenaikkan harga daging sapi ditingkat peternak disajikan pada tabel 12. Tabel 12 menunjukkan bahwa terdapat empat variabel yang berpengaruh terhadap variabel kenaikkan


(55)

harga daging sapi (Y) , yaitu harga beli bahan baku (X1), biaya penunjang(X2), biaya tenaga kerja (X3) dan pendapatan(X4).

Tabel 12. Hasil Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kenaikkan Harga Daging Sapi di Tingkat Peternak

No. Variabel Koefisien

Regresi Thitung Sig. 5%

Konstanta 47420,896 8,533 0,013

1. Harga Bahan Baku Sapi (Rp/Kg) 1,312 8,026 0,015 N 2. Biaya Penunjang (Rp) - 0,002 -0,341 0,766 TN 3. Biaya Tenaga Kerja (Rp) -0.009 -0,710 0,551 TN

4. Pendapatan (Rp) -0,018 -2,827 0,106 TN

R2 0,935

Fhitung 22,626

Signifikansi F 0,043

Keterangan:

TN = Tidak berpengaruh nyata N = Berpengaruh nyata

Sumber: Lampiran Analisis Data Primer, 2013

Untuk mempermudah pembacaan hasil dan interpretasi analisis regresi, maka digunakan bentuk persamaan yang berisis konstanta dan koefisien – koefisein regresi yang didapat dari hasil pengolahan data yang telah dilakukan sebelumnya. Persamaan regresi faktor – faktor yang memepengaruhi kenaikkan harga daging sapi ditingkat peternak adalah sebagai berikut.

Y = 47420,896 + 1,312 - 0,002 - 0,009 - 0.018

Pada model regresi ini, nilai konstanta yang tercantum adalah sebesar 47420,896. Hal ini menunjukkan bahwa besar efek rata – rata dari seluruh variabel eksogen terhadap variabel kenaikkan harga daging sapi ditingkat peternak sebesar 47420,896.

Tabel 12 menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi (�2) yang diperoleh adalah sebesar 0,935. Hal ini menunjukkan bahwa sebesar 93,5% variasi kenaikkan harga daging sapi ditingkat peternak (Y) dipengaruhi oleh harga beli


(56)

bahan baku (X1), biaya penunjang (X2), biaya tenaga kerja (X3), dan pendapatan (X4). Sedangkan sisanya, sebesar 6,5% dipengaruhi oleh variabel lain yang belum dimasukkan kedalam model.

Untuk menguji hipotesis secara serempak, dilakukan dengan uji F, dan secara parsial dilakukan dengan uji t, dengan tingkat signifikasi dalam penelitian ini

menggunakan α 5% atau 0,05. Hasil pengujian hipotesis diuraikan dalam bagian

berikut.

1. Uji pengaruh variabel secara serempak

Hasil uji pengaruh variabel secara serempak dengan menggunakan Uji F disajikan pada tabel 12. Tabel 12 menunjukkan bahwa nilai signifikasi adalah sebesar 0,043. Nilai yang diperoleh lebih kecil dari probabilitas kesalahan yang ditolerir,

yaitu α 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan Ho ditolak atau H1 diterima, yaitu

variabel kenaikkan harga daging sapi ditingkat peternak (Y), yaitu harga beli bahan baku (X1), biaya penunjang (X2), biaya tenaga kerja (X3), dan pendapatan (X4) secara serempak, berpengaruh nyata terhadap variabel kenaikkan harga daging sapi ditingkat peternak (Y).

2. Uji pengaruh variabel secara parsial

Setelah dilakukan uji pengaruh variabel secara serempak, pembahasan dilanjutkan dengan pengujian pengaruh variabel secara parsial. Hasil uji pengaruh variabel secara parsial dengan menggunakan Uji t disajikan pada tabel 12.

a. Harga Beli Bahan Baku Sapi (X1)

Pada tabel menunjukkan bahwa variabel harga beli bahan baku sapi memiliki nilai signifikasi t sebesar 0,015. Nilai yang diperoleh lebih kecil dari probabilitas


(57)

diterima atau H1 ditolak, yaitu variabel harga bahan baku sapi (X1) secara parsial, berpengaruh nyata terhadap variabel kenaikkan harga daging sapi(Y).

Nilai koefisien regresi sebesar 1,312 menunjukkan bahwa setiap adanya peningkatan harga bahan baku sebesar 1 rupiah, maka terjadi kanaikkan harga daging sapi sebesar 1,312 . Dan sebaliknya, jika terjadi penurunan harga bahan baku akan menyebabkan turunnya harga daging sapi.

b. Biaya Penunjang (X2)

Pada tabel menunjukkan bahwa variabel biaya penunjang memiliki nilai signifikansi t sebesar 0,766. Nilai yang diperoleh lebih besar dari probabilitas kesalahan yang ditolerir, yaitu α 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho diterima atau H1 ditolak, yaitu variabel biaya penunjang (X2) secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap variabel kenaikkan harga daging sapi (Y).

Nilai koefisien regresi sebesar – 0,002 menunjukkan bahwa setiap adanya peningkatan biaya penunjang sebesar 1 rupiah, maka terjadi penurunan harga daging sapi sebesar Rp.0,002 per kg. Sebaliknya, jika terjadi penurunan biaya penunjang, akan menyebabkan kenaikkan harga daging sapi.

c. Biaya Tenaga Kerja (X3)

Pada tabel menunjukkan bahwa variabel biaya tenaga kerja memiliki nilai signifikansi t sebesar 0,551. Nilai yang diperoleh lebih besar dari probabilitas

kesalahan yang ditolerir, yaitu α 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho

diterima atau H1 ditolak, yaitu variabel biaya tenaga kerja (X3) secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap variabel kenaikkan harga daging sapi (Y).

Nilai koefisien regresi sebesar – 0,009 menunjukkan bahwa setiap adanya peningkatan biaya tenaga kerja sebesar 1 rupiah, maka terjadi penurunan harga


(58)

daging sapi sebesar Rp.0,009 per kg. Sebaliknya, jika terjadi penurunan biaya tenaga kerja, akan menyebabkan kenaikkan harga daging sapi.

d. Pendapatan (X4)

Pada tabel menunjukkan bahwa variabel biaya pendapatan memiliki nilai signifikansi t sebesar 0,106. Nilai yang diperoleh lebih besar dari probabilitas

kesalahan yang ditolerir, yaitu α 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho

diterima atau H1 ditolak, yaitu variabel pendapatan (X4) secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap variabel kenaikkan harga daging sapi (Y).

Nilai koefisien regresi sebesar – 0,018 menunjukkan bahwa setiap adanya peningkatan pendapatan sebesar 1 rupiah, maka terjadi penurunan harga daging sapi sebesar Rp.0,018 per kg. Sebaliknya, jika terjadi penurunan biaya penunjang, akan menyebabkan kenaikkan harga daging sapi.

Hipotesis 1a diterima, yaitu harga beli bahan baku , biaya tenaga kerja ,biaya penunjang dan pendapatan mempengaruhi kenaikkan harga daging sapi.

5.1.1 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kenaikkan Harga Daging Sapi di Tingkat Pedagang

Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi kenaikkan harga daging sapi di tingkat pedagang dianalisis dengan metode analisis regresi berganda. Kenaikkan harga daging sapi (Y) diduga dipengaruhi oleh harga beli (X1), biaya penunjang (X2), biaya tenaga kerja (X3) dan pendapatan (X4).


(59)

5.1.1.1. Uji asumsi Ordinary Least Square (OLS)

Sebelum dilakukan uji kesesuaian (goodness of fit) model, perlu dilakukan uji asumsi untuk mendeteksi terpenuhinya asumsi – asumsi dalam model regresi linear naiknya harga daging sapi ditingkat pedagang yang dispesifikasi. Hasil pengujian asumsi klasik diuraikan pada bagian berikut.

1. Uji asumsi multikolinearitas

Hasil uji asumsi multikolinearitas untuk model naiknya harga daging sapi ditingkat pedagang disajikan pada tabel 13. Tabel 13 menunjukkan bahwa masing – masing variable eksogen memiliki nilai toleransi (tolerance) lebih besar dari 0.1 dan nilai VIF lebih kecil dari 10. Hal ini menunjukkan tidak terjadinya multikolinearitas. Maka dapat disimpulkan bahwa model regresi liniear naiknya harga daging sapi ditingkat pedagang terbebas dari masalah multikolinearitas.

Tabel 13. Hasil Uji Asumsi Multikolinearitas Model Kenaikkan Harga Daging Sapi di Tingkat Pedagang Menggunakan Statistik Kolinearitas

No. Variabel Eksogen Collinearity Statistics Tolerance VIF

1. Harga Beli (Rp/Kg) 0,531 1,883

2. Biaya Penunjang (Rp) 0,543 1.840

3. Biaya Tenaga Kerja (Rp) 0,513 1.950

4. Pendapatan (Rp) 0,517 1.936


(60)

2. Uji asumsi heteroskedastistas

Gambar 8. Grafik Uji Asumsi Heteroskedastisitas Model Kenaikkan Harga Daging Sapi di Tingkat Pedagang

Sumber: Lampiran 13 Analisis Data Primer, 2013

Hasil uji heteroskedastistas dengan menggunakan analisis grafik untuk model naiknya harga daging sapi ditingkat peternak disajikan pada gambar 8. Gambar 8 menunjukkan bahwa penyebarab titik – titik varian residual adalah sebagai berikut.

a. Titik – titik menyebar diatas dan dibawah atau disekitar 0. b. Titik data tidak mengumpul hanya diatas atau dibawah saja.

c. Penyebaran titik – titik data tidak membentuk pola bergelombang menyebar kemudian menyempit dan melebar kembali.

d. Penyebaran titik – titik data tidak berpola.

Hal ini menunjukkan tidak terjadinya heteroskedastistas. Maka dapat dinyatakan bahwa model regresi linier naiknya harga daging sapi ditingkat peternak terbebas dari masalah heteroskedastistas.


(61)

3. Uji asumsi normalitas a. Analisis Grafik

Gambar 9. Grafik Uji Asumsi Normalitas Model Kenaikkan Harga Daging Sapi di Tingkat Pedagang

Sumber: Lampiran 13 Analisis Data Primer, 2013

Gambar 10. Histogram Normalitas Model Kenaikkan Harga Daging Sapi di Tingkat Pedagang


(62)

Sumber:Lampiran 13 Analisis Data Primer, 2013

Hasil uji asumsi normalitas residual model naiknya harga daging sapi ditingkat peternak dengan menggunakan analisis grafik disajikan pada gambar 9 dan 10. Gambar 9 dan 10 menunjukan bahwa data terlihat menyebar mengikuti garis diagonal dan diagram histogram yang tidak condong ke kiri maupun ke kanan. Hal ini menunjukkan bahwa data residual model terdistribusi dengan normal. Maka dapat dinyatakan bahwa model regresi linear naiknya harga daging sapi ditingkat peternak memenuhi asumsi normalitas.

5.1.1.2 Uji kesesuaian (test goodness of fit) model dan uji hipotesis

Setelah dilakukan uji asumsi, maka dilakukan uji kesesuaian model dan uji hipotesis. Hasil analisis faktor – faktor yang memepengaruhi kenaikkan harga daging sapi ditingkat pedagang disajikan pada tabel 14. Tabel 14 menunjukkan bahwa terdapat empat variabel yang berpengaruh terhadap variabel kenaikkan harga daging sapi (Y) , yaitu harga beli (X1), biaya penunjang (X2), biaya tenaga kerja (X3) dan pendapatan (X4).

Tabel 14. Hasil Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kenaikkan Harga Daging Sapi di Tingkat Pedagang

No. Variabel Koefisien

Regresi Thitung Sig. 5%

Konstanta 34994,188 7,305 0,000

1. Harga Beli (Rp/Kg) 0,562 7,945 0,000 N

2. Biaya Penunjang (Rp) 0,038 3,537 0,002 N

3. Biaya Tenaga Kerja (Rp) -7,911E-5 -0.070 0,945 TN

4. Pendapatan (Rp) 0,000 1,531 0,138 TN

R2 0,876

Fhitung 53,603

Signifikansi F 0,000

Keterangan:

TN = Tidak berpengaruh nyata N = Berpengaruh nyata


(63)

Untuk mempermudah pembacaan hasil dan interpretasi analisis regresi, maka digunakan bentuk persamaan yang berisis konstanta dan koefisien – koefisein regresi yang didapat dari hasil pengolahan data yang telah dilakukan sebelumnya. Persamaan regresi faktor – faktor yang memepengaruhi kenaikkan harga daging sapi ditingkat pedagang adalah sebagai berikut.

Y = 34994,188 + 0,562 + 0,038 – 7,911E-5 + 0.000

Pada model regresi ini, nilai konstanta yang tercantum adalah sebesar 34994,188. Hal ini menunjukkan bahwa besar efek rata – rata dari seluruh variabel eksogen terhadap variabel kenaikkan harga daging sapi ditingkat pedagang sebesar 34994,188.

Tabel 14 menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi (�2) yang diperoleh adalah sebesar 0,876. Hal ini menunjukkan bahwa sebesar 87,6% variasi kenaikkan harga daging sapi ditingkat pedagang (Y) dipengaruhi oleh harga beli (X1), biaya penunjang (X2), biaya tenaga kerja (X3), dan pendapatan (X4). Sedangkan sisanya, sebesar 12,4% dipengaruhi oleh variabel lain yang belum dimasukkan kedalam model.

Untuk menguji hipotesis secara serempak, dilakukan dengan uji F, dan secara parsial dilakukan dengan uji t, dengan tingkat signifikasi dalam penelitian ini

menggunakan α 5% atau 0,05. Hasil pengujian hipotesis diuraikan dalam bagian

berikut.

1. Uji pengaruh variabel secara serempak

Hasil uji pengaruh variabel secara serempak dengan menggunakan Uji F disajikan pada tabel 14. Tabel 14 menunjukkan bahwa nilai signifikasi adalah sebesar 0,000. Nilai yang diperoleh lebih kecil dari probabilitas kesalahan yang ditolerir,


(64)

yaitu α 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan Ho ditolak atau H1 diterima, yaitu

variabel kenaikkan harga daging sapi ditingkat pedagang (Y), yaitu harga beli (X1), biaya penunjang (X2), biaya tenaga kerja (X3), dan pendapatan (X4) secara serempak, berpengaruh nyata terhadap variabel kenaikkan harga daging sapi ditingkat pedagang (Y).

2. Uji pengaruh variabel secara parsial

Setelah dilakukan uji pengaruh variabel secara serempak, pembahasan dilanjutkan dengan pengujian pengaruh variabel secara parsial. Hasil uji pengaruh variabel secara parsial dengan menggunakan Uji t disajikan sebagai berikut.

a. Harga Beli (X1)

Pada tabel menunjukkan bahwa variabel harga beli bahan baku sapi memiliki nilai signifikasi t sebesar 0,000. Nilai yang diperoleh lebih kecil dari probabilitas

kesalahan yang ditolerir, yaitu α 5% atau 0.05. Hal ini menunjukan bahwa Ho

diterima atau H1 ditolak, yaitu variabel harga beli (X1) secara parsial, berpengaruh nyata terhadap variabel kenaikkan harga daging sapi(Y).

Nilai koefisien regresi sebesar 0,562 menunjukkan bahwa setiap adanya peningkatan harga bahan baku sebesar 1 rupiah, maka terjadi kanaikkan harga daging sapi sebesar 0,562 . Dan sebaliknya, jika terjadi penurunan harga bahan baku akan menyebabkan turunnya harga daging sapi.

b. Biaya Penunjang (X2)

Pada tabel menunjukkan bahwa variabel biaya penunjang memiliki nilai signifikansi t sebesar 0,002. Nilai yang diperoleh lebih kecil dari probabilitas


(65)

diterima atau H1 ditolak, yaitu variabel biaya penunjang (X2) secara parsial berpengaruh nyata terhadap variabel kenaikkan harga daging sapi (Y).

Nilai koefisien regresi sebesar 0,038 menunjukkan bahwa setiap adanya peningkatan biaya penunjang sebesar 1 rupiah, maka terjadi kenaikkan harga daging sapi sebesar Rp.0,038 per kg. Sebaliknya, jika terjadi penurunan biaya penunjang, akan menyebabkan penurunan harga daging sapi.

c. Biaya Tenaga Kerja (X3)

Pada tabel menunjukkan bahwa variabel biaya tenaga kerja memiliki nilai signifikansi t sebesar 0,945. Nilai yang diperoleh lebih besar dari probabilitas

kesalahan yang ditolerir, yaitu α 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho

diterima atau H1 ditolak, yaitu variabel biaya tenaga kerja (X3) secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap variabel kenaikkan harga daging sapi (Y).

Nilai koefisien regresi sebesar – 7,911E-5 menunjukkan bahwa setiap adanya peningkatan biaya tenaga kerja sebesar 1 rupiah, maka terjadi penurunan harga daging sapi sebesar Rp.7.911E-5 per kg. Sebaliknya, jika terjadi penurunan biaya tenaga kerja, akan menyebabkan kenaikkan harga daging sapi.

d. Pendapatan (X4)

Pada tabel menunjukkan bahwa variabel biaya pendapatan memiliki nilai signifikansi t sebesar 0,138. Nilai yang diperoleh lebih besar dari probabilitas

kesalahan yang ditolerir, yaitu α 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho

diterima atau H1 ditolak, yaitu variabel pendapatan (X4) secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap variabel kenaikkan harga daging sapi (Y).

Nilai koefisien regresi sebesar 0,000 menunjukkan bahwa setiap adanya peningkatan pendapatan sebesar 1 rupiah, maka terjadi penurunan harga daging


(66)

sapi sebesar Rp.0,000 per kg. Sebaliknya, jika terjadi penurunan biaya penunjang, akan menyebabkan kenaikkan harga daging sapi.

Hipotesis 1b diterima, yaitu harga beli , biaya tenaga kerja ,biaya penunjang dan pendapatan mempengaruhi kenaikkan harga daging sapi.

5.2 Dampak kenaikan harga daging sapi terhadap permintaan daging sapi

Perkembangan permintaan konsumen daging sapi dapat dilihat dari jumlah rata – rata harga daging sapi, harga daging sapi berbanding terbalik terhadap perkembangan permintaan daging sapi itu sendiri. Semakin tinggi harga daging sapi maka dapat diasumsikan semakin turun pula permintaannya, begitu juga sebaliknya apabila harga daging sapi menurun dapat diasumsikan permintaan akan daging sapi meningkat pula.

Perkembangan situasi harga daging sapi pada tahun 2012 berangsur-angsur mengalami kenaikam dan mulai mengalami lonjakan harga pada bulan Juli yaitu mencapai angka dari Rp 74.393/kg menjadi Rp 76.895/kg

Harga daging sapi di Medan pada tahun 2013 bertahan tinggi berkisar Rp 83.000-Rp 90.000 per kg. Padahal harga normal berkisar 83.000-Rp 75.000-83.000-Rp 78.000 per kg tahun lalu.


(67)

Gambar 11 : Jumlah Konsumsi Daging Sapi Sebelum dan Sesudah Kenaikkan

Harga

Sumber : Di Olah Dari Lampiran 11

Dari gambar 11 dapat dlihat rata – rata konsumsi perorang perbulan mengalami penurunan yang cukup signifikan. Dari daging sapi sebelum mengalami kenaikkan harga hingga harga daging sapi yang melonjak tinggi. Sekitar 30 % konsumen tetap mengkonsumsi daging sapi dalam jumlah yang sama, hal ini terjadi karena berbagai faktor seperti selera, jumlah tanggungan atau pendapatan sehingga harga yang daging sapi yang naik tidak terlalu berpengaruh. Sedangkan 70 % konsumen daging sapi mengurangi jumlah konsumsi daging sapi perbulannya karena harga daging sapi yang melonjak naik.

Total rata – rata konsumsi daging sapi perbulan pada setiap rumah tangga mencapai 2,05 kg per bulan ketika harga daging sapi normal, ketika harga daging

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31

Konsumsi Sebelum Harga Daging Sapi Naik

(kg/bulan)

Konsumsi Setelah Harga Daging Sapi Naik (kg/Bulan)


(68)

sapi mulai melonjak naik totak rata – rata konsumsi daging perbulan pada setiap rumah tangga menurun menjadi 1,5 kg per bulan.

Dapat disimpulkan bahwa kenaikkan harga daging sapi berdampak penurunan pada konsumsi daging sapi.

Hipotesis 2 diterima, adanya dampak harga daging sapi yang mengalami kenaikkan dengan konsumsi daging sapi.

5.3 Fluktuasi Konsumsi Daging Sapi dengan Fluktuasi Harga Daging Sapi di Kota Medan

Konsumsi daging sapi termasuk berkembang dengan cepat, walaupun kadang mengalami penurunan dan peningkatan tiap tahunnya. Hal ini disebabkan selera konsumen yang berbeda – beda serta berubah – ubah . Tetapi 2 tahun belakangan ini konsumsi daging sapi mengalami penurunan, hal ini di sebabkan oleh naiknya harga daging sapi di pasaran.

Perkembangan konsumsi total daging sapi di kota medan tahun 2010 dan 2011 dapat dilihat dari tabel 15 berikut ini.

Tabel 15. Pemakaian Daging Sapi di Kota Medan Tahun 2010 dan 2011

No Pemakaian Daging Sapi 2010 2011

Jumlah persentase Jumlah persentase Pemakaian Daging Sapi 11.865 ton 100 % 7.918 ton 100%

1. Pakan ternak 0 ton 0,00% 0 ton 0,00%

2. Bibit 0 ton 0,00% 0 ton 0,00%

3. Tercecer 593 ton 5, 00% 396 ton 5,00%

4. Konsumsi untuk bahan makanan 11.272 ton 95,5% 7.522 ton 95.5% a. Kandungan Kalori 30,48 kkal/hari/orang 20,15 kkal/hari/orang

b. Kandungan Protein 2,77 gr/hari/orang 1,83 gr/hari/orang


(1)

(2)

(3)

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .946a .896 .879 1320.54699 1.611

a. Predictors: (Constant), Pendapatan, Biaya Penunjang, Harga Beli, Biaya Tenaga Kerja b. Dependent Variable: Harga Daging Sapi

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 3.739E8 4 9.348E7 53.603 .000a

Residual 4.360E7 25 1743844.341

Total 4.175E8 29

a. Predictors: (Constant), Pendapatan, Biaya Penunjang, Harga Beli, Biaya Tenaga Kerja b. Dependent Variable: Harga Daging Sapi

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 34994.188 4790.741 7.305 .000

Harga Beli .562 .071 .704 7.942 .000 .531 1.883

Biaya Penunjang .038 .011 .310 3.537 .002 .543 1.840

Biaya Tenaga Kerja -7.911E-5 .001 -.006 -.070 .945 .513 1.950

Pendapatan .000 .000 .138 1.531 .138 .517 1.936

a. Dependent Variable: Harga Daging Sapi


(4)

(5)

(6)