KEBIJAKAN LINGKUNGAN PEMERINTAH INDONESI. docx
KEBIJAKAN LINGKUNGAN PEMERINTAH
INDONESIA PASCA KTT COPENHAGEN
DALAM IMPLEMENTASI PROGRAM REDD
ABSTRAKSI
Perubahan iklim saat ini sedang melanda dunia. Hal ini adalah masalah
bersama yang penting dan harus segera dicari solusinya. Para tokoh
dunia melalui berbagai macam perjanjian kerjasama internasional, di
mulai dari KTT Bumi di Rio de Janeiro, Protokol Kyoto sampai KTT Iklim
Warsawa dan yang baru di gelar KTT Iklim (Conference of the
Parties/COP) 19 di Bonn, mencoba mencari solusi yang tepat untuk dapat
keluar dari permasalahan ini. Dalam perundingan perubahan iklim di
Copenhagen ada dua topik besar yang dibahas oleh para pihak yakni
mitigasi dan adaptasi perubahan iklim., dan REDD adalah inisiatif dalam
mitigasi perubahan iklim. Dalam bahasa Indonesia REDD biasa disebut
pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan. Menurut studi
yang dilakukan oleh Stern(2007) untuk kerajaan Inggris, dengan
mengurangi deforestasi saja, kita bisa segera mengurangi emisi karbon
dengan
cara
yang
hemat
biaya.
Hal
inilah
yang
mendorong
dimasukkannya skema REDD (Reducing Emissions from Deforestation
and Forest Degradation) dalam skema penanggulangan perubahan iklim
tanpa mengesampingkan kontra yang sedang terjadi. Maka diperlukan
kebijakan- kebijakan dari pemerintah untuk merealisasikan program ini.
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan
paper dengan judul “Kebijakan Lingkungan Pemerintah Indonesia Pasca
KTT Copenhagen Dalam Implementasi Program REDD”.
Pada kesempatan ini perkenankan penyusun mengaturkan ucapan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung
penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya, makalah ini masih jauh sempurna. Untuk
itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan
sebagaii koreksi diri.
Ponorogo, 16 Juni 2014
Santinah
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................i
ABSTRAKSI..................................................................................ii
KATA PENGANTAR......................................................................iii
DAFTAR ISI...................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.
E.
Latar Belakang...........................................................1
Rumusan Masalah.....................................................2
Tujuan Penulisan.......................................................3
Manfaat Penulisan.....................................................3
Tinjauan Pustaka.......................................................3
BAB II PEMBAHASAN
A.
B.
C.
D.
REDD.........................................................................5
Cara Kerja REDD.......................................................6
Kebijakan REDD di Indonesia...................................15
Hambatan REDD.......................................................18
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................20
B. Saran.............................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................22
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemanasan global diperkirakan akan menyebabkan perubahanperubahan
yang
lain
seperti
naiknya
permukaan
air
laut,
meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrem, serta
perubahan jumlah dan pola presipitasi. Akibat-akibat pemanasan
global yang lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya
gletser, dan punahnya berbagai jenis hewan. Maka berawal dari
konferensi di Rio de Janeiro 1992, telah disepakati tentang
konvensi kerangka kerja PBB tentang perubahan iklim(UNFCCC).
UNFCC adalah sebuah konvensi yang bertujuan mencapai
stabilisasi konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer pada tingkat
tertentu yang menghindari ancaman antropogenik yang berbahaya
bagi sistem iklim (Gas yang dikendalikan adalah metan, nitrogen
oksida, dan karbon dioksida).
Ada dua upaya nasional dan internasional dalam
upaya
menangani global warmning yaitu dengan adaptasi perubahan iklim
dan mitigasi. Adaptasi ialah upaya meminimalisir dampak yang
telah terjadi, serta mengantisipasi resiko sekaligus mengurangi
biaya yang harus dikeluarkan akibat perubahan iklim. Sedangkan
mitigasi ialah usaha untuk mengurangi gas rumah kaca sehingga
dapat memperlambat laju pemanasan global. Upaya mitigasi harus
mengutamakan pengurangan emisi dari penggunaan bahan bakar
fosil di negara-negara industri. Meskipun pengaruhnya relatif kecil,
kegiatan penanaman pohon untuk menyerap karbon juga berperan
dalam
mitigasi
perubahan
iklim.
Namun
demikian,
untuk
mengurangi 20 persen dari emisi yang berkaitan dengan hutan, kita
memerlukan pendekatan konservasi yang baru dan lebih efektif.
Salah satu pendekatan yang dimaksud adalah REDD, reducing
emissions from deforestation and forest degradation (pengurangan
emisi dari deforestasi dan degradasi hutan). Ide ini berbeda dengan
kegiatan konservasi hutan sebelumnya karena dikaitkan langsung
dengan
insentif
finansial
untuk
konservasi
yang
bertujuan
menyimpan karbon di hutan.
Pada negosiasi UNFCC(United Nations Framework Convention on
Climate Change ), Hasilnya untuk REDD masih belum lengkap.
Meskipun beberapa kemajuan sudah dibuat, namun kelemahankelemahan penting masih terjadi terutama mengenai kesesuaian
target. Dimana dalam COP ke15 di Copenhagen telah meneguhkan
sebuah tonggak. Inilah perjanjian internasional pertama yang
merekomendasikan bahwa sumber pendanaan perlu dikumpulkan
untuk
mendukung
REDD-plus. Australia,
Perancis,
Jepang,
Norwegia, Inggris dan Amerika Serikat telah menawarkan paket
bantuan sebesar 3,5 triliun USD untuk persiapan REDD. Perjanjian
tersebut juga menerangkan beberapa poin teknis yang dapat
menyediakan dukungan yang dibutuhkan oleh negara-negara yang
berminat untuk bergabung segera. Di samping itu telah disepakati
penyediaan pendanaan jangka panjang (long- term finance) yang
menyatakan negara maju berkomitmen untuk memobilisasi dana
negara berkembang 100 miliar dolar AS jika melakukan aksi
mitigasi pengurangan emisi.
Pada konferensi tingkat tinggi perubahan iklim COP 19 di Warsawa,
Polandia pada tanggal 11-23 November 2013, telah mencapai
kesepakatan tentang program batuan dana bagi negara-negara
miskin untuk mengatasi emisi akibat perusakan hutan.
B. Rumusan Masalah
Dengan melihat uraian latar belakang di atas, maka perumusan
masalah yang akan di kaji adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana potensi hutan yang dimiliki Indonesia dalam
tinjauan skema REDD.
2. Apa saja kebijakan pemerintah Indonesia dalam upaya
mengimplementasikan
skema
REDD
dalam
sektor
kehutanan di Indonesia.
C. Tujuan Penelitian
Dilihat dari rumusan permasalahan di atas, maka dapat simpulkan
tujuan penelitian adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui Bagaimana potensi
hutan
yang
dimiliki
Indonesia dalam tinjauan skema REDD.
2. Mengetahui apa saja tindakan pemerintah dalam upaya
mengimplememtasikan
skema
REDD
dalam
sektor
kehutanan di Indonesia.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menambah khasanah pengetahuan tentang pentingnya
menjaga lingkungan agar keseimbangan siklus alam tetap
terjaga.
2. Menambah pengetahuan tentang hubungan internasional
dalam mengatasi masalah perubahan iklim.
3. Menambah pengetahuan tentang kesepakatan internasional
tentang perubahan iklim
E. Tinjauan Pustaka
1. Pemanasan Global
Pemanasan global adalah menaiknya suhu rata-rata permukaan
bumi. Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah
meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun
terakhir. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC)
menyimpulkan bahwa, "sebagian besar peningkatan suhu ratarata global sejak pertengahan abad ke-20. Meningkatnya suhu
global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan
yang lain seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya
intensitas fenomena cuaca yang ekstrem, serta perubahan jumlah
dan pola presipitasi.
2. Pengertian Perubahan Iklim
Perubahan iklim merupakan efek dari adanya pemanasan global.
Perubahan iklim adalah perubahan jangka panjang dalam
distribusi pola cuaca secara statistik sepanjang periode waktu
mulai dasawarsa hingga jutaan tahun. Istilah ini bisa juga berarti
perubahan keadaan cuaca rata-rata atau perubahan distribusi
peristiwa cuaca rata-rata, contohnya, jumlah peristiwa cuaca
ekstrem yang semakin banyak atau sedikit. Perubahan iklim
terbatas hingga regional tertentu atau dapat terjadi di seluruh
wilayah Bumi.
3. Penyebab Terjadinya Perubahan Iklim
Perubahan iklim disebabkan oleh berbagai aktivitas manusia
seperti ekstraksi bahan bakar fosil skala besar (batubara, minyak
bumi dan gas alam), perubahan pemanfaatan lahan (pembukaan
lahan untuk penebangan kayu, peternakan dan pertanian) serta
konsumerisme. Saat pengambilan dan penggunaan sumberdaya
ini, gas rumah kaca dilepas secara besar-besaran ke atmosfir.
BAB II
PEMBAHASAN
A. REDD/ Reducings Emissions From Deforestations And
Degradations
REDD singkatan dari Reducing Emissions from Deforestation and
Forest Degradation, merupakan suatu mekanisme global yang
bertujuan
untuk
memperlambat
perubahan
iklim
dengan
memberikan kompensasi kepada negara berkembang untuk
melindungi hutannya. Skema ini mulai menjadi perdebatan yang
hangat sejak Papua Nugini dan Kosta Rika menjabarkan proposal
pengurangan emisi deforestasi pada diskusi perubahan iklim pada
tahun 2005.
Indonesia maju untuk memperjuangkan REDD pada COP 13 di Bali
3-14 Desember 2007, di mana ide tersebut telah berkembang
dengan mengikutsertakan isu ‘degradasi hutan’. Berbagai usul
penambahan isu tentang agroforestri dan pertanian juga muncul.
REDD berkembang lebih jauh lagi -- tanda ‘plus’ di belakangnya
menambahkan konservasi dan pengelolaan hutan secara lestari,
pemulihan hutan dan penghutanan kembali, serta peningkatan
cadangan karbon hutan. Dengan cepat REDD+ menjadi faktor
penting dalam berbagai negosiasi internasional karena dianggap
sebagai salah satu cara paling murah untuk memperlambat laju
perubahan
iklim.
differentiated
Modelnya
responsibility”,
menuruti
di
mana
prinsip
negara
“common
maju,
but
yang
menghasilkan banyak emisi dalam proses industrialisasi dan untuk
menopang gaya hidup, menyediakan dana dan teknologi untuk
negara berkembang sebagai bentuk komitmen mengurangi dampak
emisi karbon mereka. Nantinya, dana ini akan berfungsi sebagai
kompensasi bagi negara-negara yang kehilangan pendapatan
karena
telah
menghentikan
pengeksploitasian
hutan.
Guna
memperlancar program ini, dimana dalam KTT Perubahan Iklim di
Warsawa tahun 2013
telah mencapai terobosan baru dengan
menyepakati program batuan dana bagi negara-negara miskin
untuk mengatasi emisi akibat perusakan hutan.
B. Cara Kerja REDD
Pengurangan emisi atau ‘deforestasi yang dihindari’ diperhitungkan
sebagai kredit. Jumlah kredit karbon yang diperoleh dalam waktu
tertentu dapat dijual di pasar karbon internasional. Sebagai
alternatif, kredit yang diperoleh dapat diserahkan ke lembaga
pendanaan yang dibentuk untuk menyediakan kompensasi finansial
bagi negara-negara peserta yang melakukan konservasi hutannya.
Skema
REDD
memperbolehkan
konservasi
hutan
untuk
berkompetisi secara ekonomis dengan berbagai kegiatan ekonomi
lainnya yang memicu deforestasi.
Daratan indonesia seluas 190.994 ha, dari total itu 70%nya adalah
kawasan hutan. Mencakup kawasan yang begitu luas—terutama
didorong kesadaran di bumi kita saling terkait dan tidak peduli
batas negara—hutan Indonesia menjadi perhatian seluruh dunia.
Dengan besarnya luas hutan yang dikelola, hutan Indonesia selalu
menjadi isu penting, bukan saja bagi kepentingan dalam negeri,
tetapi juga kontribusinya sebagai paru-paru dunia. Indonesia
menjadi negara partisipan dan berdampingan dengan 36 negara
lainnya yang akan mengikuti program REDD.
Deforestasi,
degradasi
hutan
dan
konversi
lahan
gambut
merupakan sumber utama emisi gas rumah kaca di Indonesia. Hal
ini membuat Indonesia menjadi salah satu pelopor dimasukkannya
skema REDD , yaitu mekanisme untuk memberikan kompensasi
kepada negara berkembang yang melindungi hutannya.
Tabel Proyek REDD Di Indonesia
Proyek
REDD+
di
Indonesia
(Pembaruan
data
Strategies: AF: Reforestation, AD: Avoided deforestation,
Adg: Avoided degradation, RS: Restoration
Oktober
2010)
Nama Proyek
Propinsi
Lembaga yang
Tuj
Doku
D
terlibat
ua
men
e
n
terkai
s
t
kr
ip
Proyek REDD
Aceh
Ekosistem Leuser
Global
AD http://
EcoRescue /
eco-
Government of
rescu
Aceh
e.co
Pemerintah
m
AD http://
karbon dari
daerah Propinsi
,
www.
deforestasi di
Aceh, Carbon
Ad
climat
Ekosistem Ulu
Conservation, FFI g
Pengurangan emisi
Aceh
-
e-
Masen - Proyek
stand
dengan manfaat
ards.
berlipat tiga
Kemitraan hutan
Kalimantan
Kemitraan antara
org
AD http://
dan perubahan iklim
Tengah
Pemerintah
,
www.
Australia dan
Ad
ausai
Pemerintah
g,
d.gov
Indonesia. Mitra
RS .au
pelaksana terdiri
,
dari CARE, BOS,
AF
di Kalimantan
si
-
-
Wetlands
Area konservasi
Kalimantan
International
Starling
Katingan : Proyek
Tengah
Resources
AD http://
,
forest
tahap akhir lahan
Ad
climat
gambut global
g,
ecent
-
RS er.org
,
Lamandau
Kalimantan
AF
RARE / YAYORIN AD http://
Tengah
/ Clinton
,
rarec
Foundation
Ad
onser
g,
vatio
REDD di Taman
Kalimantan
RS n.org
WWF / Sebangau RS http://
Nasional Sebangau
Tengah
National Park
,A
forest
D
climat
-
-
C. Kebijakan REDD Di Indonesia
Diawali dengan pembentukan Indonesian Forest-Climate Alliance
(IFCA), pemerintah mengundang partisipasi berbagai pihak untuk
mencermati rancang bangun REDD. Kelompok ini kemudian
merumuskan perlunya kerangka kebijakan yang terkait dengan:
(i)
penentuan tingkat emisi acuan,
(ii)
strategi penggunaan lahan,
(iii)
pemantauan,
(iv)
mekanisme keuangan dan
(v)
pembagian keuntungan dan tanggung jawab.
Untuk mematangkan proses kebijakan yang akan ditempuh,
Pemerintah
selanjutnya
mengusulkan
rancangan
kesiapan
(Readiness Plan, R-Plan) kepada Bank Dunia untuk menunjang
pelaksanaan REDD di Indonesia. Selain kelima komponen di atas,
di dalam R-Plan juga diuraikan rencana penilaian dampak REDD
terhadap kondisi sosial dan lingkungan serta investasi untuk
pengembangan kapasitas. Bersamaan dengan ini, usulan lain juga
diajukan kepada UN-REDD, sebuah program kolaborasi badanbadan PBB (FAO, UNEP dan UNDP), khususnya yang menyangkut
kerjasama lintas sektor di Indonesia.
Sejak penyelenggaraan COP13 di Bali Pemerintah Indonesia
melalui Departemen Kehutanan sangat giat mengembangkan
perangkat hukum atau peraturan yang terkait langsung dengan
pelaksanaan REDD. Di antara perangkat tersebut terdapat tiga
Peraturan Menteri yang telah resmi diundangkan, yaitu:
(i)
Permenhut No. P. 68/Menhut-II/2008 tentang
Penyelenggaraan
Demonstration Activities Pengurangan Emisi Karbon dari
Deforestasi dan Degradasi Hutan (REDD)
(www.dephut.go.id/files/P68_08.pdf)
(ii)
Permenhut No. P. 30/Menhut-II/2009 tentang Tata Cara
Pengurangan Emisi dari Deforestasi dan Degradasi Hutan
(REDD) (www.dphut.go.id/files/P30_09_r.pdf)
(iii)
Permenhut No. P. 36/Menhut-II/2009 tentang Tata Cara
Perizinan Usaha Pemanfaatan Penyerapan dan/atau
Penyimpanan Karbon pada Hutan Produksi dan Hutan
Lindung (www.dephut.go.id/files/P36_09.pdf)
Sedangkan peraturan presiden yang telah di implementasikan
adalah Perpres No. 61 tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional
Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca
(http://www.presidenri.go.id/DokumenUU.php/685.pdf).
RAN GRK(Rencana Aksi Nasional Gas Rumah Kaca) adalah
pedoman untuk langkah langkah dalam memfasilitasi mitigasi
perubahan iklim.
Kebijakan yang Dilaksanakan untuk Menunjang RAN-GRK :
a. Menurunkan emisi GRK dengan sekaligus meningkatkan
kenyamanan lingkungan, mencegah bencana, menyerap
tenaga kerja, menambah pendapatan masyarakat dan negara.
b. Pengelolaan sistem jaringan dan tata airpada rawa.
c. Pemeliharaan jaringan reklamasi rawa (termasuk lahan
bergambut yang sudah ada).
d. Peningkatan produktivitas dan efisiensi produksi pertanian
pada lahan gambut dengan emisi serendah mungkin dan
mengabsorbsi CO2 secara optimal.
Pemerintah Indonesia secara aktif mendorong negosiasi bilateral
dan internasional dan bilateral tentang REDD , yang menjadi
bagian penting target penurunan emisi karbon Indonesia sebesar
26 persen dari tingkat business-as-usual dengan usaha sendiri dan
41 persen dengan bantuan dari luar pada tahun 2020.
Sebagai bentuk komitmen Indonesia dalam mengatasi perubahan
iklim, pada konferensi perubahan iklim di Bonn, Jerman pada 04-15
Juni 2014, melalui Pimpinan Utusan Khusus Indonesia untuk
Perubahan Iklim Rachmat Witoelar menyampaikan empat poin
penguatan aksi mengatasi perubahan iklim dalam pertemuan tinggi
tingkat kementerian dalam konferensi tersebut, yaitu:
Poin pertama, menyampaikan kesuksesan penguatan Durban
Platform akan memastikan kehidupan yang lebih baik bagi generasi
mendatang agar terhindar dari efek perubahan iklim dengan
pembangunan yang berorientasi rendah karbon.
Poin kedua, Rachmat menggarisbawahi perjanjian 2015 tersebut
harus dapat menjadi kelanjutan serta penguatan hal-hal yang telah
disepakati dan berjalan di jalurnya.
Poin ketiga, pentingnya para peserta konferensi untuk menyusun
perjanjian yang hidup dan mendetail tentang perubahan iklim 2015
yang tak lekang waktu.
Poin keempat, langkah untuk mengatasi perubahan iklim pra-2020
akan memberikan latihan dan pelajaran terbaik untuk aksi nyata
pasca-2020 nanti, dengan membangun kepercayaan dan komitmen
di antara negara-negara peserta.
D. Hambatan REDD
1. Teknologi penghitungan karbon
Untuk memberikan nilai bagi sebidang lahan berhutan
yang berpotensi menyimpan karbon, kita harus dapat
menghitung secara tepat berapa banyak jumlah karbon
yang tersimpan. Teknologi baru seperti citra satelit dan
pembuatan
model
komputer
akan
memudahkan
penghitungan cadangan karbon secara cepat dan tepat.
2. Sistem yang transparan
Untuk melakukan penghitungan dan verifikasi pengurangan
emisi saat ini sudah banyak tersedia. Pertanyaannya,
terjangkau dan ekonomiskah teknologi ini?
3. Pembayaran
Bagaimana
cara
suatu
negara
dapat
memperoleh
pembayaran dan dalam bentuk apa pembayaran itu
diberikan? Siapa yang nantinya akan menerima pembayaran
untuk upaya melindungi kawasan hutan tertentu: pemerintah
nasional, masyarakat lokal sekitar hutan atau perusahaan
kayu? Negara donor menghendaki agar pembayaran dapat
bermanfaat
bagi
masyarakat
yang
kurang
mampu.
Pemerintah suatu Negara yang berpeluang memperoleh
keuntungan dari skema REDD, sudah barang tentu ingin
mengatur distribusi pembayarannya.
4. Akuntabilitas
Jika pembayaran REDD dilakukan, namun hutan tetap saja
dirusak, apa yang akan terjadi? Akuntabilitas terkait dengan
jaminan bahwa pembayaran karbon dapat mewujudkan
perlindungan hutan berkelanjutan.
5. Pendanaan
Kita dihadapkan pada beberapa pilihan. Apakah sebaiknya
negara
maju
menyediakan
dana
untuk
memberikan
penghargaan bagi negara-negara yang dapat mengurangi
emisinya
dari
deforestasi?
Atau
apakah
sebaiknya
pengurangan emisi ini dikaitkan dengan sistem perdagangan
karbon yang berbasis pasar?
Serta bagaimana pula skema pendanaan dan pengelolaan
secara global sampai dengan tingkat lokal. Kita perlu
mencari sistem pasar yang paling sesuai.
Selain permasalahan di atas. Sebenarnya ada permasalahan
yang harus di utamakan dan perlu kepastian hukum yang
mengikat sehingga jangan sampai suatu saat skema ini malah
merugikan negara-negara penerima dana mitigasi yang tidak lain
adalah negara-negara berkembang. Bagaimana kepemilikan
hutan selanjutnya yang telah mendapatkan dana bantuan REDD
ini? Bagaimana tentang hak-hak kepemilikan masyarakat adat
atas hutan mereka yang masuk dalam skema REDD? Dan masih
banyak lagi.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
REDD adalah sebuah tindakan yang diambil dalam rangka
mengatasi
merupakan
perubahan
suatu
iklim
mekanisme
dalam
global
skema
yang
mitigasi.
REDD
bertujuan
untuk
memperlambat perubahan iklim dengan memberikan kompensasi
kepada negara berkembang untuk melindungi hutannya. Indonesia
maju untuk memperjuangkan REDD pada konvensi perubahan
iklim di Bali tahun 2007. Dimana cara kerja REDD ialah
pengurangan emisi atau ‘deforestasi yang dihindari’ diperhitungkan
sebagai kredit. Jumlah kredit karbon yang diperoleh dalam waktu
tertentu dapat dijual di pasar karbon internasional.
Sejalan dengan perjalanan REDD di Indonesia, telah di keluarkan
berbagai
kebijakan-kebijakan
yang
dapat
memudahkan
pengimplementasian REDD di Indonesia.
B. SARAN
Pada intinya REDD adalah sebuah skema baru dalam upaya untuk
mengatasi perubahan iklim yang sedang melanda. Skema ini
memfokuskan pada kawasan hutan negara-negara berkembang.
Terlepas dari isu tentang REDD yang banyak mendapat kritikan
dari para NGO dan aktifis lingkungan dimana mereka menganggap
skema ini tidak lebih dari sekedar upaya negara-negara maju untuk
ikut andil dalam pemilikan hutan di negara-neara berkembang dan
upaya lepas tangan negara-negara industri dari tanggung jawab
mereka sebagai penyumbang kerusakan lingkungan.
Mengacu pada program REDD yang di dalamnya terdapat unsur
masyarakat adat, program REDD banyak mengalami kegagalan,
dimana
dalam
implementasiannya
mereka
banyak
yang
mengabaikan fungsi kearifan lokal( masyarakat adat. Maka harus
ada kebijakan yang mengacu pada kinerja REDD, dimana harus
melibatkan unsur masyarakat adat dalam menjaga keseimbangan
ekologi. Dimana dalam hal ini, REDD bersama pemerintah adalah
hanya sebagai pelengkap, pengawas serta penyandang dana dari
program mitigasi, dan membiarkan pengimplementasiannya di
pegang masyarakat adat yang telah memahami lingkungan
mereka.
Dan
untuk
pengawasan
dalam
pembayaran
dan
pendanaan REDD, perlu adanya pengawasan yang ketat sehingga
peluang adanya penyelewengan ke arah KKN dapat dihindari.
Di luar kebijakan lingkungan program REDD, Indonesia harus lebih
aktif mendorong negara-negara industri untuk memiliki tanggung
jawab yang besar terhadap pengelolaan hutan mereka dibanding
dengan hanya menyalurkan dana mereka ke negara-negara
berkembang. Selain mengelola hutan mereka sendiri, negaranegara industri maju juga
di tuntut untuk dapat menciptakan
ekonomi hijau dalam skema pembangunan berkelanjutan di
negara-negara di dunia, khususnya negara industri maju. Sehingga
akan terjadi keseimbangan hak dan kewajiban antara negaranegara di dunia dimana selain negara-negara maju
memberi
imbalan kepada negara-negara berkembang yang telah berhasil
menjaga hutannya, disamping itu dibutuhkan sebuah komitmen
yang kuat dari negara-negara industri untuk mengadakan upaya
mitigasi dengan potensi hutan yang mereka miliki serta membuat
industri mereka ke arah yang lebih ramah lingkungan atau yang
biasa di sebut dengan green economy, dengan ini maka tujuan dari
konvensi dapat segera tercapai.
DAFTAR PUSTAKA
Djajadiningrat, S.T., Famiola, M., dan Hendriani, Y. (2014).Green
Economy.Bandung: Rekayasa Sains.
http://www.redd-indonesia.org/
http://id.wikipedia.org/wiki/ktt_bumi
http://www.walhi.or.id/
http://walhikalteng.org/
Natural Resources Development Center.(2013). Modul “Kebijakan
Nasional Perubahan Iklim”: Jakarta.
Anonim.Indonesia: The First National Communication on Climate Change
Convention. Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia.
Murniningtyas, Endah. (2011). “Kebijakan Nasional Mitigasi Dan Adaptasi
Perubahan Iklim”, Forum Diskusi Nasional: Menuju Kota Masa Depan
yang Berkelanjutan dan Berketahanan Iklim, Sumber Daya Alam dan
Lingkungan Hidup. Jakarta
http://politik.kompasiana.com/2009/12/21/indonesia-dan-kesepakatancopenhagen-41261.html
http://www.dw.de/ktt-kopenhagen-berakhir-tanpa-hasil/a-5039010
http://josuasilitonga.wordpress.com/2009/12/16/efek-perubahan-iklim-diindonesia/#comment-133
http://www.antaranews.com/berita/166542/indonesia-puas-hasil-kttkopenhagen
http://www.antaranews.com/berita/436592/konferensi-di-bonn-tutupperundingan-perubahan-iklim
http://wwf.panda.org/what_we_do/footprint/climate_carbon_energy/
INDONESIA PASCA KTT COPENHAGEN
DALAM IMPLEMENTASI PROGRAM REDD
ABSTRAKSI
Perubahan iklim saat ini sedang melanda dunia. Hal ini adalah masalah
bersama yang penting dan harus segera dicari solusinya. Para tokoh
dunia melalui berbagai macam perjanjian kerjasama internasional, di
mulai dari KTT Bumi di Rio de Janeiro, Protokol Kyoto sampai KTT Iklim
Warsawa dan yang baru di gelar KTT Iklim (Conference of the
Parties/COP) 19 di Bonn, mencoba mencari solusi yang tepat untuk dapat
keluar dari permasalahan ini. Dalam perundingan perubahan iklim di
Copenhagen ada dua topik besar yang dibahas oleh para pihak yakni
mitigasi dan adaptasi perubahan iklim., dan REDD adalah inisiatif dalam
mitigasi perubahan iklim. Dalam bahasa Indonesia REDD biasa disebut
pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan. Menurut studi
yang dilakukan oleh Stern(2007) untuk kerajaan Inggris, dengan
mengurangi deforestasi saja, kita bisa segera mengurangi emisi karbon
dengan
cara
yang
hemat
biaya.
Hal
inilah
yang
mendorong
dimasukkannya skema REDD (Reducing Emissions from Deforestation
and Forest Degradation) dalam skema penanggulangan perubahan iklim
tanpa mengesampingkan kontra yang sedang terjadi. Maka diperlukan
kebijakan- kebijakan dari pemerintah untuk merealisasikan program ini.
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan
paper dengan judul “Kebijakan Lingkungan Pemerintah Indonesia Pasca
KTT Copenhagen Dalam Implementasi Program REDD”.
Pada kesempatan ini perkenankan penyusun mengaturkan ucapan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung
penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya, makalah ini masih jauh sempurna. Untuk
itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan
sebagaii koreksi diri.
Ponorogo, 16 Juni 2014
Santinah
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................i
ABSTRAKSI..................................................................................ii
KATA PENGANTAR......................................................................iii
DAFTAR ISI...................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.
E.
Latar Belakang...........................................................1
Rumusan Masalah.....................................................2
Tujuan Penulisan.......................................................3
Manfaat Penulisan.....................................................3
Tinjauan Pustaka.......................................................3
BAB II PEMBAHASAN
A.
B.
C.
D.
REDD.........................................................................5
Cara Kerja REDD.......................................................6
Kebijakan REDD di Indonesia...................................15
Hambatan REDD.......................................................18
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................20
B. Saran.............................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................22
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemanasan global diperkirakan akan menyebabkan perubahanperubahan
yang
lain
seperti
naiknya
permukaan
air
laut,
meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrem, serta
perubahan jumlah dan pola presipitasi. Akibat-akibat pemanasan
global yang lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya
gletser, dan punahnya berbagai jenis hewan. Maka berawal dari
konferensi di Rio de Janeiro 1992, telah disepakati tentang
konvensi kerangka kerja PBB tentang perubahan iklim(UNFCCC).
UNFCC adalah sebuah konvensi yang bertujuan mencapai
stabilisasi konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer pada tingkat
tertentu yang menghindari ancaman antropogenik yang berbahaya
bagi sistem iklim (Gas yang dikendalikan adalah metan, nitrogen
oksida, dan karbon dioksida).
Ada dua upaya nasional dan internasional dalam
upaya
menangani global warmning yaitu dengan adaptasi perubahan iklim
dan mitigasi. Adaptasi ialah upaya meminimalisir dampak yang
telah terjadi, serta mengantisipasi resiko sekaligus mengurangi
biaya yang harus dikeluarkan akibat perubahan iklim. Sedangkan
mitigasi ialah usaha untuk mengurangi gas rumah kaca sehingga
dapat memperlambat laju pemanasan global. Upaya mitigasi harus
mengutamakan pengurangan emisi dari penggunaan bahan bakar
fosil di negara-negara industri. Meskipun pengaruhnya relatif kecil,
kegiatan penanaman pohon untuk menyerap karbon juga berperan
dalam
mitigasi
perubahan
iklim.
Namun
demikian,
untuk
mengurangi 20 persen dari emisi yang berkaitan dengan hutan, kita
memerlukan pendekatan konservasi yang baru dan lebih efektif.
Salah satu pendekatan yang dimaksud adalah REDD, reducing
emissions from deforestation and forest degradation (pengurangan
emisi dari deforestasi dan degradasi hutan). Ide ini berbeda dengan
kegiatan konservasi hutan sebelumnya karena dikaitkan langsung
dengan
insentif
finansial
untuk
konservasi
yang
bertujuan
menyimpan karbon di hutan.
Pada negosiasi UNFCC(United Nations Framework Convention on
Climate Change ), Hasilnya untuk REDD masih belum lengkap.
Meskipun beberapa kemajuan sudah dibuat, namun kelemahankelemahan penting masih terjadi terutama mengenai kesesuaian
target. Dimana dalam COP ke15 di Copenhagen telah meneguhkan
sebuah tonggak. Inilah perjanjian internasional pertama yang
merekomendasikan bahwa sumber pendanaan perlu dikumpulkan
untuk
mendukung
REDD-plus. Australia,
Perancis,
Jepang,
Norwegia, Inggris dan Amerika Serikat telah menawarkan paket
bantuan sebesar 3,5 triliun USD untuk persiapan REDD. Perjanjian
tersebut juga menerangkan beberapa poin teknis yang dapat
menyediakan dukungan yang dibutuhkan oleh negara-negara yang
berminat untuk bergabung segera. Di samping itu telah disepakati
penyediaan pendanaan jangka panjang (long- term finance) yang
menyatakan negara maju berkomitmen untuk memobilisasi dana
negara berkembang 100 miliar dolar AS jika melakukan aksi
mitigasi pengurangan emisi.
Pada konferensi tingkat tinggi perubahan iklim COP 19 di Warsawa,
Polandia pada tanggal 11-23 November 2013, telah mencapai
kesepakatan tentang program batuan dana bagi negara-negara
miskin untuk mengatasi emisi akibat perusakan hutan.
B. Rumusan Masalah
Dengan melihat uraian latar belakang di atas, maka perumusan
masalah yang akan di kaji adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana potensi hutan yang dimiliki Indonesia dalam
tinjauan skema REDD.
2. Apa saja kebijakan pemerintah Indonesia dalam upaya
mengimplementasikan
skema
REDD
dalam
sektor
kehutanan di Indonesia.
C. Tujuan Penelitian
Dilihat dari rumusan permasalahan di atas, maka dapat simpulkan
tujuan penelitian adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui Bagaimana potensi
hutan
yang
dimiliki
Indonesia dalam tinjauan skema REDD.
2. Mengetahui apa saja tindakan pemerintah dalam upaya
mengimplememtasikan
skema
REDD
dalam
sektor
kehutanan di Indonesia.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menambah khasanah pengetahuan tentang pentingnya
menjaga lingkungan agar keseimbangan siklus alam tetap
terjaga.
2. Menambah pengetahuan tentang hubungan internasional
dalam mengatasi masalah perubahan iklim.
3. Menambah pengetahuan tentang kesepakatan internasional
tentang perubahan iklim
E. Tinjauan Pustaka
1. Pemanasan Global
Pemanasan global adalah menaiknya suhu rata-rata permukaan
bumi. Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah
meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun
terakhir. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC)
menyimpulkan bahwa, "sebagian besar peningkatan suhu ratarata global sejak pertengahan abad ke-20. Meningkatnya suhu
global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan
yang lain seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya
intensitas fenomena cuaca yang ekstrem, serta perubahan jumlah
dan pola presipitasi.
2. Pengertian Perubahan Iklim
Perubahan iklim merupakan efek dari adanya pemanasan global.
Perubahan iklim adalah perubahan jangka panjang dalam
distribusi pola cuaca secara statistik sepanjang periode waktu
mulai dasawarsa hingga jutaan tahun. Istilah ini bisa juga berarti
perubahan keadaan cuaca rata-rata atau perubahan distribusi
peristiwa cuaca rata-rata, contohnya, jumlah peristiwa cuaca
ekstrem yang semakin banyak atau sedikit. Perubahan iklim
terbatas hingga regional tertentu atau dapat terjadi di seluruh
wilayah Bumi.
3. Penyebab Terjadinya Perubahan Iklim
Perubahan iklim disebabkan oleh berbagai aktivitas manusia
seperti ekstraksi bahan bakar fosil skala besar (batubara, minyak
bumi dan gas alam), perubahan pemanfaatan lahan (pembukaan
lahan untuk penebangan kayu, peternakan dan pertanian) serta
konsumerisme. Saat pengambilan dan penggunaan sumberdaya
ini, gas rumah kaca dilepas secara besar-besaran ke atmosfir.
BAB II
PEMBAHASAN
A. REDD/ Reducings Emissions From Deforestations And
Degradations
REDD singkatan dari Reducing Emissions from Deforestation and
Forest Degradation, merupakan suatu mekanisme global yang
bertujuan
untuk
memperlambat
perubahan
iklim
dengan
memberikan kompensasi kepada negara berkembang untuk
melindungi hutannya. Skema ini mulai menjadi perdebatan yang
hangat sejak Papua Nugini dan Kosta Rika menjabarkan proposal
pengurangan emisi deforestasi pada diskusi perubahan iklim pada
tahun 2005.
Indonesia maju untuk memperjuangkan REDD pada COP 13 di Bali
3-14 Desember 2007, di mana ide tersebut telah berkembang
dengan mengikutsertakan isu ‘degradasi hutan’. Berbagai usul
penambahan isu tentang agroforestri dan pertanian juga muncul.
REDD berkembang lebih jauh lagi -- tanda ‘plus’ di belakangnya
menambahkan konservasi dan pengelolaan hutan secara lestari,
pemulihan hutan dan penghutanan kembali, serta peningkatan
cadangan karbon hutan. Dengan cepat REDD+ menjadi faktor
penting dalam berbagai negosiasi internasional karena dianggap
sebagai salah satu cara paling murah untuk memperlambat laju
perubahan
iklim.
differentiated
Modelnya
responsibility”,
menuruti
di
mana
prinsip
negara
“common
maju,
but
yang
menghasilkan banyak emisi dalam proses industrialisasi dan untuk
menopang gaya hidup, menyediakan dana dan teknologi untuk
negara berkembang sebagai bentuk komitmen mengurangi dampak
emisi karbon mereka. Nantinya, dana ini akan berfungsi sebagai
kompensasi bagi negara-negara yang kehilangan pendapatan
karena
telah
menghentikan
pengeksploitasian
hutan.
Guna
memperlancar program ini, dimana dalam KTT Perubahan Iklim di
Warsawa tahun 2013
telah mencapai terobosan baru dengan
menyepakati program batuan dana bagi negara-negara miskin
untuk mengatasi emisi akibat perusakan hutan.
B. Cara Kerja REDD
Pengurangan emisi atau ‘deforestasi yang dihindari’ diperhitungkan
sebagai kredit. Jumlah kredit karbon yang diperoleh dalam waktu
tertentu dapat dijual di pasar karbon internasional. Sebagai
alternatif, kredit yang diperoleh dapat diserahkan ke lembaga
pendanaan yang dibentuk untuk menyediakan kompensasi finansial
bagi negara-negara peserta yang melakukan konservasi hutannya.
Skema
REDD
memperbolehkan
konservasi
hutan
untuk
berkompetisi secara ekonomis dengan berbagai kegiatan ekonomi
lainnya yang memicu deforestasi.
Daratan indonesia seluas 190.994 ha, dari total itu 70%nya adalah
kawasan hutan. Mencakup kawasan yang begitu luas—terutama
didorong kesadaran di bumi kita saling terkait dan tidak peduli
batas negara—hutan Indonesia menjadi perhatian seluruh dunia.
Dengan besarnya luas hutan yang dikelola, hutan Indonesia selalu
menjadi isu penting, bukan saja bagi kepentingan dalam negeri,
tetapi juga kontribusinya sebagai paru-paru dunia. Indonesia
menjadi negara partisipan dan berdampingan dengan 36 negara
lainnya yang akan mengikuti program REDD.
Deforestasi,
degradasi
hutan
dan
konversi
lahan
gambut
merupakan sumber utama emisi gas rumah kaca di Indonesia. Hal
ini membuat Indonesia menjadi salah satu pelopor dimasukkannya
skema REDD , yaitu mekanisme untuk memberikan kompensasi
kepada negara berkembang yang melindungi hutannya.
Tabel Proyek REDD Di Indonesia
Proyek
REDD+
di
Indonesia
(Pembaruan
data
Strategies: AF: Reforestation, AD: Avoided deforestation,
Adg: Avoided degradation, RS: Restoration
Oktober
2010)
Nama Proyek
Propinsi
Lembaga yang
Tuj
Doku
D
terlibat
ua
men
e
n
terkai
s
t
kr
ip
Proyek REDD
Aceh
Ekosistem Leuser
Global
AD http://
EcoRescue /
eco-
Government of
rescu
Aceh
e.co
Pemerintah
m
AD http://
karbon dari
daerah Propinsi
,
www.
deforestasi di
Aceh, Carbon
Ad
climat
Ekosistem Ulu
Conservation, FFI g
Pengurangan emisi
Aceh
-
e-
Masen - Proyek
stand
dengan manfaat
ards.
berlipat tiga
Kemitraan hutan
Kalimantan
Kemitraan antara
org
AD http://
dan perubahan iklim
Tengah
Pemerintah
,
www.
Australia dan
Ad
ausai
Pemerintah
g,
d.gov
Indonesia. Mitra
RS .au
pelaksana terdiri
,
dari CARE, BOS,
AF
di Kalimantan
si
-
-
Wetlands
Area konservasi
Kalimantan
International
Starling
Katingan : Proyek
Tengah
Resources
AD http://
,
forest
tahap akhir lahan
Ad
climat
gambut global
g,
ecent
-
RS er.org
,
Lamandau
Kalimantan
AF
RARE / YAYORIN AD http://
Tengah
/ Clinton
,
rarec
Foundation
Ad
onser
g,
vatio
REDD di Taman
Kalimantan
RS n.org
WWF / Sebangau RS http://
Nasional Sebangau
Tengah
National Park
,A
forest
D
climat
-
-
C. Kebijakan REDD Di Indonesia
Diawali dengan pembentukan Indonesian Forest-Climate Alliance
(IFCA), pemerintah mengundang partisipasi berbagai pihak untuk
mencermati rancang bangun REDD. Kelompok ini kemudian
merumuskan perlunya kerangka kebijakan yang terkait dengan:
(i)
penentuan tingkat emisi acuan,
(ii)
strategi penggunaan lahan,
(iii)
pemantauan,
(iv)
mekanisme keuangan dan
(v)
pembagian keuntungan dan tanggung jawab.
Untuk mematangkan proses kebijakan yang akan ditempuh,
Pemerintah
selanjutnya
mengusulkan
rancangan
kesiapan
(Readiness Plan, R-Plan) kepada Bank Dunia untuk menunjang
pelaksanaan REDD di Indonesia. Selain kelima komponen di atas,
di dalam R-Plan juga diuraikan rencana penilaian dampak REDD
terhadap kondisi sosial dan lingkungan serta investasi untuk
pengembangan kapasitas. Bersamaan dengan ini, usulan lain juga
diajukan kepada UN-REDD, sebuah program kolaborasi badanbadan PBB (FAO, UNEP dan UNDP), khususnya yang menyangkut
kerjasama lintas sektor di Indonesia.
Sejak penyelenggaraan COP13 di Bali Pemerintah Indonesia
melalui Departemen Kehutanan sangat giat mengembangkan
perangkat hukum atau peraturan yang terkait langsung dengan
pelaksanaan REDD. Di antara perangkat tersebut terdapat tiga
Peraturan Menteri yang telah resmi diundangkan, yaitu:
(i)
Permenhut No. P. 68/Menhut-II/2008 tentang
Penyelenggaraan
Demonstration Activities Pengurangan Emisi Karbon dari
Deforestasi dan Degradasi Hutan (REDD)
(www.dephut.go.id/files/P68_08.pdf)
(ii)
Permenhut No. P. 30/Menhut-II/2009 tentang Tata Cara
Pengurangan Emisi dari Deforestasi dan Degradasi Hutan
(REDD) (www.dphut.go.id/files/P30_09_r.pdf)
(iii)
Permenhut No. P. 36/Menhut-II/2009 tentang Tata Cara
Perizinan Usaha Pemanfaatan Penyerapan dan/atau
Penyimpanan Karbon pada Hutan Produksi dan Hutan
Lindung (www.dephut.go.id/files/P36_09.pdf)
Sedangkan peraturan presiden yang telah di implementasikan
adalah Perpres No. 61 tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional
Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca
(http://www.presidenri.go.id/DokumenUU.php/685.pdf).
RAN GRK(Rencana Aksi Nasional Gas Rumah Kaca) adalah
pedoman untuk langkah langkah dalam memfasilitasi mitigasi
perubahan iklim.
Kebijakan yang Dilaksanakan untuk Menunjang RAN-GRK :
a. Menurunkan emisi GRK dengan sekaligus meningkatkan
kenyamanan lingkungan, mencegah bencana, menyerap
tenaga kerja, menambah pendapatan masyarakat dan negara.
b. Pengelolaan sistem jaringan dan tata airpada rawa.
c. Pemeliharaan jaringan reklamasi rawa (termasuk lahan
bergambut yang sudah ada).
d. Peningkatan produktivitas dan efisiensi produksi pertanian
pada lahan gambut dengan emisi serendah mungkin dan
mengabsorbsi CO2 secara optimal.
Pemerintah Indonesia secara aktif mendorong negosiasi bilateral
dan internasional dan bilateral tentang REDD , yang menjadi
bagian penting target penurunan emisi karbon Indonesia sebesar
26 persen dari tingkat business-as-usual dengan usaha sendiri dan
41 persen dengan bantuan dari luar pada tahun 2020.
Sebagai bentuk komitmen Indonesia dalam mengatasi perubahan
iklim, pada konferensi perubahan iklim di Bonn, Jerman pada 04-15
Juni 2014, melalui Pimpinan Utusan Khusus Indonesia untuk
Perubahan Iklim Rachmat Witoelar menyampaikan empat poin
penguatan aksi mengatasi perubahan iklim dalam pertemuan tinggi
tingkat kementerian dalam konferensi tersebut, yaitu:
Poin pertama, menyampaikan kesuksesan penguatan Durban
Platform akan memastikan kehidupan yang lebih baik bagi generasi
mendatang agar terhindar dari efek perubahan iklim dengan
pembangunan yang berorientasi rendah karbon.
Poin kedua, Rachmat menggarisbawahi perjanjian 2015 tersebut
harus dapat menjadi kelanjutan serta penguatan hal-hal yang telah
disepakati dan berjalan di jalurnya.
Poin ketiga, pentingnya para peserta konferensi untuk menyusun
perjanjian yang hidup dan mendetail tentang perubahan iklim 2015
yang tak lekang waktu.
Poin keempat, langkah untuk mengatasi perubahan iklim pra-2020
akan memberikan latihan dan pelajaran terbaik untuk aksi nyata
pasca-2020 nanti, dengan membangun kepercayaan dan komitmen
di antara negara-negara peserta.
D. Hambatan REDD
1. Teknologi penghitungan karbon
Untuk memberikan nilai bagi sebidang lahan berhutan
yang berpotensi menyimpan karbon, kita harus dapat
menghitung secara tepat berapa banyak jumlah karbon
yang tersimpan. Teknologi baru seperti citra satelit dan
pembuatan
model
komputer
akan
memudahkan
penghitungan cadangan karbon secara cepat dan tepat.
2. Sistem yang transparan
Untuk melakukan penghitungan dan verifikasi pengurangan
emisi saat ini sudah banyak tersedia. Pertanyaannya,
terjangkau dan ekonomiskah teknologi ini?
3. Pembayaran
Bagaimana
cara
suatu
negara
dapat
memperoleh
pembayaran dan dalam bentuk apa pembayaran itu
diberikan? Siapa yang nantinya akan menerima pembayaran
untuk upaya melindungi kawasan hutan tertentu: pemerintah
nasional, masyarakat lokal sekitar hutan atau perusahaan
kayu? Negara donor menghendaki agar pembayaran dapat
bermanfaat
bagi
masyarakat
yang
kurang
mampu.
Pemerintah suatu Negara yang berpeluang memperoleh
keuntungan dari skema REDD, sudah barang tentu ingin
mengatur distribusi pembayarannya.
4. Akuntabilitas
Jika pembayaran REDD dilakukan, namun hutan tetap saja
dirusak, apa yang akan terjadi? Akuntabilitas terkait dengan
jaminan bahwa pembayaran karbon dapat mewujudkan
perlindungan hutan berkelanjutan.
5. Pendanaan
Kita dihadapkan pada beberapa pilihan. Apakah sebaiknya
negara
maju
menyediakan
dana
untuk
memberikan
penghargaan bagi negara-negara yang dapat mengurangi
emisinya
dari
deforestasi?
Atau
apakah
sebaiknya
pengurangan emisi ini dikaitkan dengan sistem perdagangan
karbon yang berbasis pasar?
Serta bagaimana pula skema pendanaan dan pengelolaan
secara global sampai dengan tingkat lokal. Kita perlu
mencari sistem pasar yang paling sesuai.
Selain permasalahan di atas. Sebenarnya ada permasalahan
yang harus di utamakan dan perlu kepastian hukum yang
mengikat sehingga jangan sampai suatu saat skema ini malah
merugikan negara-negara penerima dana mitigasi yang tidak lain
adalah negara-negara berkembang. Bagaimana kepemilikan
hutan selanjutnya yang telah mendapatkan dana bantuan REDD
ini? Bagaimana tentang hak-hak kepemilikan masyarakat adat
atas hutan mereka yang masuk dalam skema REDD? Dan masih
banyak lagi.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
REDD adalah sebuah tindakan yang diambil dalam rangka
mengatasi
merupakan
perubahan
suatu
iklim
mekanisme
dalam
global
skema
yang
mitigasi.
REDD
bertujuan
untuk
memperlambat perubahan iklim dengan memberikan kompensasi
kepada negara berkembang untuk melindungi hutannya. Indonesia
maju untuk memperjuangkan REDD pada konvensi perubahan
iklim di Bali tahun 2007. Dimana cara kerja REDD ialah
pengurangan emisi atau ‘deforestasi yang dihindari’ diperhitungkan
sebagai kredit. Jumlah kredit karbon yang diperoleh dalam waktu
tertentu dapat dijual di pasar karbon internasional.
Sejalan dengan perjalanan REDD di Indonesia, telah di keluarkan
berbagai
kebijakan-kebijakan
yang
dapat
memudahkan
pengimplementasian REDD di Indonesia.
B. SARAN
Pada intinya REDD adalah sebuah skema baru dalam upaya untuk
mengatasi perubahan iklim yang sedang melanda. Skema ini
memfokuskan pada kawasan hutan negara-negara berkembang.
Terlepas dari isu tentang REDD yang banyak mendapat kritikan
dari para NGO dan aktifis lingkungan dimana mereka menganggap
skema ini tidak lebih dari sekedar upaya negara-negara maju untuk
ikut andil dalam pemilikan hutan di negara-neara berkembang dan
upaya lepas tangan negara-negara industri dari tanggung jawab
mereka sebagai penyumbang kerusakan lingkungan.
Mengacu pada program REDD yang di dalamnya terdapat unsur
masyarakat adat, program REDD banyak mengalami kegagalan,
dimana
dalam
implementasiannya
mereka
banyak
yang
mengabaikan fungsi kearifan lokal( masyarakat adat. Maka harus
ada kebijakan yang mengacu pada kinerja REDD, dimana harus
melibatkan unsur masyarakat adat dalam menjaga keseimbangan
ekologi. Dimana dalam hal ini, REDD bersama pemerintah adalah
hanya sebagai pelengkap, pengawas serta penyandang dana dari
program mitigasi, dan membiarkan pengimplementasiannya di
pegang masyarakat adat yang telah memahami lingkungan
mereka.
Dan
untuk
pengawasan
dalam
pembayaran
dan
pendanaan REDD, perlu adanya pengawasan yang ketat sehingga
peluang adanya penyelewengan ke arah KKN dapat dihindari.
Di luar kebijakan lingkungan program REDD, Indonesia harus lebih
aktif mendorong negara-negara industri untuk memiliki tanggung
jawab yang besar terhadap pengelolaan hutan mereka dibanding
dengan hanya menyalurkan dana mereka ke negara-negara
berkembang. Selain mengelola hutan mereka sendiri, negaranegara industri maju juga
di tuntut untuk dapat menciptakan
ekonomi hijau dalam skema pembangunan berkelanjutan di
negara-negara di dunia, khususnya negara industri maju. Sehingga
akan terjadi keseimbangan hak dan kewajiban antara negaranegara di dunia dimana selain negara-negara maju
memberi
imbalan kepada negara-negara berkembang yang telah berhasil
menjaga hutannya, disamping itu dibutuhkan sebuah komitmen
yang kuat dari negara-negara industri untuk mengadakan upaya
mitigasi dengan potensi hutan yang mereka miliki serta membuat
industri mereka ke arah yang lebih ramah lingkungan atau yang
biasa di sebut dengan green economy, dengan ini maka tujuan dari
konvensi dapat segera tercapai.
DAFTAR PUSTAKA
Djajadiningrat, S.T., Famiola, M., dan Hendriani, Y. (2014).Green
Economy.Bandung: Rekayasa Sains.
http://www.redd-indonesia.org/
http://id.wikipedia.org/wiki/ktt_bumi
http://www.walhi.or.id/
http://walhikalteng.org/
Natural Resources Development Center.(2013). Modul “Kebijakan
Nasional Perubahan Iklim”: Jakarta.
Anonim.Indonesia: The First National Communication on Climate Change
Convention. Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia.
Murniningtyas, Endah. (2011). “Kebijakan Nasional Mitigasi Dan Adaptasi
Perubahan Iklim”, Forum Diskusi Nasional: Menuju Kota Masa Depan
yang Berkelanjutan dan Berketahanan Iklim, Sumber Daya Alam dan
Lingkungan Hidup. Jakarta
http://politik.kompasiana.com/2009/12/21/indonesia-dan-kesepakatancopenhagen-41261.html
http://www.dw.de/ktt-kopenhagen-berakhir-tanpa-hasil/a-5039010
http://josuasilitonga.wordpress.com/2009/12/16/efek-perubahan-iklim-diindonesia/#comment-133
http://www.antaranews.com/berita/166542/indonesia-puas-hasil-kttkopenhagen
http://www.antaranews.com/berita/436592/konferensi-di-bonn-tutupperundingan-perubahan-iklim
http://wwf.panda.org/what_we_do/footprint/climate_carbon_energy/