Peran strategis inovator di LPI

PERAN STRATEGIS INOVATOR di LPI
MAKALAH
Ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah
“Inovasi Pendidikan Agama Islam”
Dosen Pembimbing:
Dr. Agus Zaenul Fitri, M.Pd
Dr. H. Munardji, M.Ag

Disusun Oleh:
RIZAL ANTA FAUZI

PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) TULUNGAGUNG
2015
0

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kepala sekolah mempunyai peran dan tanggungjawab terhadap

keberhasilan proses belajar mengajar di kelas atau di sekolah. Hal ini
terkandung makna bahwa kepala sekolah sebagai pengawas (supervisor)
mempunyai tugas membantu guru baik secara individual atau kelompok
untuk memperbaiki pengajaran dan kurikulum, serta aspek pengembangan
lainnya1, selain itu kepala sekolah harus mampu mencari, menemukan, dan
melaksanakan berbagai pembaharuan (innovator) di sekolah terkait dengan
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Gagasan baru tersebut antara lain
guru tim (team teaching), moving class, dan lain sebagainya.
Pemimpin lembaga pendidikan Islam sebagai innovator harus
mampu mencari, menemukan, dan melaksanakan berbagai pembaharuan di
sekolah. Gagasan baru tersebut misalnya moving class. Moving class adalah
mengubah strategi pembelajaran dari pola kelas tetap menjadi kelas bidang
studi, sehingga setiap bidang studi memiliki kelas tersendiri, yang
dilengkapi dengan alat peraga dan alat-alat lainnya. Moving class ini bisa
dipadukan dengan pembelajaran terpadu, sehingga dalam suatu laboratorium
bidang studi dapat dijaga oleh beberapa orang guru (fasilitator), yang
bertugas memberikan kemudahan kepada peserta didik dalam belajar.2
Sebagaimana menurut Mujamil Qomar yang mengatakan, bahwa
peranan strategis bagi kepala sekolah ini, menimbulkan dua kemungkinan
bagi sekolah (lembaga pendidikan). Apabila kepala sekolah benar-benar

profesional, maka dapat menghasilkan berbagai keuntungan bagi lembaga
pendidikan, seperti stabilitas, kemajuan, pengembangan, citra baik, respon
positif dari masyarakat, penghargaan dari negara, peningkatan prestasi dan
1W. Mantja, Manajemen Pendidikan dan Supervisi Pengajaran, (Malang: Wineka Media, 2005),
56.
2E Mulyasa,Menjadi Kepala Sekolah Profesional, dalam Konteks Menyukseskan MBS dan KBK,
(Bandung:Remaja Rosdakarya,2005), 118-119.

1

sebagainya. Sebaliknya apabila kepala sekolah tidak profesional, maka
justru menjadi musibah bagi lembaga pendidikan yang akan mendatangkan
berbagai kerugian. Misalnya, penurunan prestasi, citra buruk, respon negatif
dari masyarakat, kondisi labil, konflik yang tidak sehat, dan berbagai
fenomena yang kontra produktif.3
B. Fokus Pembahasan
1. Strategi lembaga pendidikan Islam
2. Peran strategis inovator di LPI.
3. Kepala sekolah sebagai innovator di sekolah


BAB II
3Mujamil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam: Strategi Baru Pengelolaan Lembaga Pendidikan
Islam, (Jakarta: Erlangga, 2007), 287.

2

PEMBAHASAN
A. Strategi Lembaga Pendidikan Islam
Kata strategi berasal dari kata Yunani yaitu strategos yang artinya “a
general set of maneuvers cried aut over come a enemyduring combat” yaitu
semacam ilmunya para jenderal untuk memenangkan pertempuran.4
Sedangkan dalam kamus Belanda-Indonesia, sertategis berasal dari
kata majemuk, yang artinya siasat perang, istilah strategi tersebut digunakan
dalam kemiliteran sebagai usaha untuk mencapai kemenangan, sehingga
dalam hal ini diperlukan taktik serta siasat yang baik dan benar.5
Ada beberapa pendapat lain tentang pengertian strategi, antara lain:
1. Strategi didefinisikan sebagai garis besar haluan Negara bertindak untuk
mencapai sasaran yang ditetapkan.6
2. M Arifin Memberikan pengertian strategi adalah sebagai segala upaya
untuk menghadapi sasaran tertentu dalam kondisi tertentu untuk mencapai

hasi secara maksimal.7
3. Strategi adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai
sasaran tertentu.8
Secara garis besar, pengertian “stategi” adalah segala upaya yang
digunakan untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai, baik dalam bidang
pendidikan atau lainnya. Strategi tersebut digunakan untuk meningkatkan
segala usaha pada perkembangan lain yang lebih baik.
Sedangkan strategi dasar dari setiap usaha itu mencakup 4 hal yang
diungkapkan oleh Newman dan Logan dalam bukunya yang berjudul
“Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar” sebagai berikut:

4John M Bryson, Perencanaan Strategis (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999), XVI.
5Datje Rahajoekoesoemah, Kamus Belanda-Indonesia (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), 1388.
6Tabrani Rusyah, et. all, Penekatan Dalam Proses Belajar Mengajar (Bandung: PT. Remaja
Rosada Karya, 1992), 209.
7M. Arifin. Ilmu pendidikan Islam, Suatu Pendekatan Teoritik dan Praktis Berdasarkan
Interdisipline (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), 58.
8Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, Cet II, 1989), 85.

3


1. Pengidentifikasian dan penetapan spesifikasi serta kualifikasi hasil yang
harus dicapai dan menjadikan sasaran usaha dengan memperhatikan
aspirasi dan selera masyarakat.
2. Pertimbangan dan pemilihan jalan pendekatan yang ampuh dalam
mencapai sasaran.
3. Pertimbangan dan penetapan langkah-langkah yang harus ditempuh dalam
mencapai sasaran.
4. Pertimbangan dan penetapan tolak ukur yang beku untuk mengukur
tingkat keberhasilan.9
Strategi pendidikan adalah seni mendayagunakan suatu faktor untuk
mencapai sasaran dengan melihat situasi dan kondisi masyarakat yang ada
menyangkut juga masalah mengenai hambatan-hambatan fisik maupun non
fisik.10
Apabila ditelaah lebih dalam strategi di atas menyelesaikan atau
meminimalkan masalah serta hambatan dalam pendidikan, juga termasuk
salah satu strategi yang dapat dipakai untuk membawa pendidikan ke arah
perkembangan selanjutnya. Dalam pembahasan yang sama dalam hal ini
Muchtar Buchori juga memberi beberapa pemikiran tentang strategi yang
dipakai dalam menghadapi masalah dalam pendidikan, yaitu 2 strategi dalam

hal ini:
1. Strategi pengembangan sistem, yang berisi langkah-langkah dasar yang
dapat kita tempuh untuk mendorong berbagai lembaga pendidikan untuk
saling bersentuhan, saling mengenal, saling membantu dan saling
mendekati.
2. Strategi pengarahan sistem, yang berisi langkah-langkah yang dapat kita
tempuh untuk meletakkan hubungan langsung antara program pendidikan
yang diselenggarakan oleh setiap lembaga pendidikan dengan sejumlah
persoalan pembangunan nyata yang terdapat dalam masyarakat.11
9Tabrani Rusyah., Pendekatan dalam…, 213.
10 M. Arifin. Med, Ilmu Pendidikan…, 60.
11 Muchtar Buchori, Pendidikan Dalam Pembangunan, (Yogyakarta: PT Tiara Wacana Jogja,
1994) 122.

4

Sedangkan pengertian lembaga pendidikan menurut Hasbullah adalah
wadah atau tempat suatu proses pendidikan yang bersamaan dengan proses
pembudayaan.12
Menurut Muhaimin lembaga pendidikan adalah organisasi yang

diadakan untuk mengembangkan lembaga-lembaga baik yang permanent
maupun yang berubah-ubah dan mempunyai pola-pola tertentu dalam
memerankan fungsinya, serta mempunyai struktur tersendiri
mengikat individu yang

yang dapat

berada dalam naungannya sehingga lembaga ini

mempunyai kekuatan tersendiri.13
Jadi dapat disimpulkan bahwa

yang dimaksud dengan strategi

lembaga pendidikan adalah cara atau srategi yang digunakan oleh wadah atau
tempat guna proses suatu perubahan berencana yang memerlukan dukungan
semua pihak, anatara lain Kepala sekolah, guru, dan siswa dengan perubahan–
perubahan itu diharapkan dapat mengembangkan dan meningkatkan lembaga
pendidikan, yang memerlukan usaha jangka pendek, menengah, dan panjang
guna menghadapi perubahan yang akan terjadi pada masa mendatang.

B. Strategis Inovator di Lembaga Pendidikan Islam
Seorang pemimpin dalam rangka melakukan peran sebagai innovator
lembaga pendidikan Islam harus memiliki strategi yang tepat untuk menjalani
hubungan yang harmonis dengan lingkungan, mencari gagasan baru,
mengintregasikan setiap kegiatan, memberikan teladan kepada seluruh tenaga
kependidikan di sekolah, dan mengembangkan model-model pembelajaran
inovatif.
Sebagai innovator lembaga pendidikan Islam dapat tercermin dari
cara-cara ia melakukan pekerjaannya secara konstruktif, kreatif, delegatif,
integratif, rasional dan obyektif, pragmatis, keteladanan, disiplin, serta
adabtabel dan fleksibel.

12 Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1999), 127.
13 Mujib, Pemikiran Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), 286.

5

Konstruktif, dimaksudkan bahwa dalam meningkatkan profesionalisme
tenaga kependidikan di sekolah, kepala sekolah harus berusaha memberikan
saran, mendorong dan membina setiap tenaga kependidikan agar dapat

berkembang secara optimal dalam melakukan tugas-tugas yang diembannya.
Kreatif, dimaksudkan bahwa dalam meningkatkan profesionalisme
tenaga kependidikan di sekolah, kepala sekolah harus berusaha mencari
gagasan dan cara-cara baru dalam melaksanakan tugasnya.
Delegatif, dimaksudkan bahwa dalam meningkatkan profesionalisme
tenaga

kependidikan

di

sekolah,

kepala

sekolah

harus

berupaya


mendelegasikan tugas kepada tenaga kependidikan sesuai dengan deskripsi
tugas, jabatan serta kemampuan masing-masing.
Integratif, dimaksudkan bahwa dalam meningkatkan profesionalisme
tenaga

kependidikan

di

sekolah,

kepala

sekolah

harus

berusaha


mengintegrasikan semua kegiatan, sehingga dapat menghasilkan sinergi untuk
mencapai tujuan sekolah secara efektif, efisien dan produktif.
Rasional dan obyektif,

dimaksudkan bahwa dalam meningkatkan

profesionalisme tenaga kependidikan di sekolah, kepala sekolah harus
berusaha bertindak berdasarkan pertimbangan rasio dan obyektif.
Pragmatis, dimaksudkan bahwa dalam meningkatkan profesionalisme
tenaga kependidikan di sekolah, kepala sekolah harus berusaha menetapkan
kegiatan atau target berdasarkan kondisi dan kemampuan nyata yang dimiliki
oleh setiap tenaga kependidikan, serta kemampuan yang dimiliki oleh sekolah.
Keteladanan,

dimaksudkan

bahwa

dalam

meningkatkan

profesionalisme tenaga kependidikan di sekolah, kepala sekolah harus
berusaha memberikan teladan dan contoh yang baik.
Adabtabel dan fleksibel, dimaksudkan bahwa dalam meningkatkan
profesionalisme tenaga kependidikan di sekolah, kepala sekolah harus mampu
beradaptasi dan fleksibel dalam menghadapi situasi baru, serta berusaha
menciptakan situasi kerja yang menyenangkan dan memudahkan para tenaga
kependidikan untuk beradaptasi dalam melaksanakan tugasnya

6

Pemimpin lembaga pendidikan Islam sebagai innovator harus mampu
mencari, menemukan, dan melaksanakan berbagai pembaharuan di sekolah.
Gagasan baru tersebut misalnya moving class. Moving class adalah mengubah
strategi pembelajaran dari pola kelas tetap menjadi kelas bidang studi,
sehingga setiap bidang studi memiliki kelas tersendiri, yang dilengkapi dengan
alat peraga dan alat-alat lainnya. Moving class ini bisa dipadukan dengan
pembelajaran terpadu, sehingga dalam suatu laboratorium bidang studi dapat
dijaga oleh beberapa orang guru (fasilitator), yang bertugas memberikan
kemudahan kepada peserta didik dalam belajar.14 Hal senada juga dikatakan
oleh Sagala, bahwa untuk mengoptimalkan kualitas pembelajaran kegiatan
belajar mengajar di kelas, maka salah satu sistem pendidikan yang diterapkan
adalah moving class (kelas berjalan). Moving class adalah suatu model
pembelajaran yang diciptakan untuk belajar aktif dan kreatif, dengan sistem
belajar mengajar bercirikan peserta didik yang mendatangi guru di kelas,
bukan sebaliknya. Dalam sistem ini setiap guru mata pelajaran mempunyai
kelas pribadi, untuk mengikuti setiap pelajaran peserta didik harus berpindah
dari satu kelas ke kelas yang lain yang sudah ditentukan. Sehingga terdapat
penamaan kelas berdasarkan bidang studi, misalnya Kelas Biologi, Kelas
Bahasa, dan Kelas Fisika. Setiap kali subyek pelajaran berganti, maka peserta
didik akan meninggalkan kelas, dan mendatangi kelas lainnya sesuai bidang
studi yang dijadwalkan.15

C. Peran Kepala Sekolah sebagai Inovator di Sekolah
Pelaksanaaan inovasi pendidikan tidak dapat dipisahkan dari seorang
inovator atau pelaksana inovasi itu sendiri.Sekolah sebagai lembaga
pendidikan dan kepala sekolah sebagai inovator pendidikan di sekolah,
14E Mulyasa,Menjadi Kepala Sekolah Profesional, dalam Konteks Menyukseskan MBS dan KBK,
(Bandung:Remaja Rosdakarya,2005), 118-119.
15Syaiful Sagala, Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan, (Bandung:
Alfabeta, 2009),183.

7

bertanggung jawab untuk keberhasilan dari suatu lembaga pendidikan secara
keseluruhan. Menurut

Mulyasa dalam mengelola sekolah, peran kepala

sekolah meliputi: EMASLIM (Educator, Manajer, Administrator, Supervisor,
Leader, Inovator, Dan Motivator).16

Kepala sekolah adalah inovator di

sekolah. menurut Komariah inovator adalah para pembaharu, perintis/pioner,
atau orang yang paling cepat membuka diri dan menerima inovasi, bahkan
menjadi pencari inovasi.
Sebagai inovator, kepala sekolah berperan sebagai seseorang yang
membuat inovasi. Inovasi adalah suatu perubahan dari sesuatu hal, baik
bersifat inkremental (sedikit demi sedikit) maupun perubahan yang bersifat
radikal.dalam hal ini kepala sekolah melakukan (pembaharuan) sistem
pendidikan yang dianggap masih bersifat monoton dan klasikal, sehingga
dengan adanya inovasi diharapkan akan tercipta suasana pendidikan yang
berkualitas, yang mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman.17
Menurut Mulyasa

kepala sekolah sebagai seorang inovator harus

memiliki strategi yang tepat untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan
lingkungan, mencari gagasan baru, mengimplementasikan ide-ide baru,
mengintegrasikan setiap kegiatan, memberikan teladan kepada seluruh tenaga
kependidikan di sekolah, dan mengembangkan model-model pembelajaran
yang inovatif.18
Kepala sekolah sebagai inovator dalam melaksanakan perannya, harus
memiliki gagasan baru dan mampu mengimplementasikan ide-ide baru serta
memiliki kemampuan dalam mengatur lingkungan sekolah.
Peran kepala sekolah sebagai inovator
hubungan harmonis dengan lingkungan,

meliputi; (1) Menjalin

(2) Mencari gagasan baru,

(3)

mengimplementasikan ide-ide baru, (4) mengintegrasikan seluruh kegiatan
sekolah, (5)memberikan keteladanan, dan (6)mengembangkan model-model
pembelajaran inovatif.

16 Mulyasa,Menjadi Kepala Sekolah..., 98
17 Djamaludin Ancok,. Psikologi Kepemimpinan dan Inovasi. (Jakarta: Erlangga. 2012), 35
18 Mulyasa,Menjadi Kepala Sekolah..., 119

8

Secara umum pelaksanaan peran kepala sekolah di LPI di kota
Tulungagung sudah berjalan dengan baik. Namun jika

dilihat dari peran

kepala

masih

sekolah

sebagai

inovator

di

sekolah

tergolong

rendah.Permasalahan sekarang adalah kurangnya peran kepala sekolah sebagai
inovator khususnya di LPI Kota Tulungagung. Dilihat dari aspek pengelolaan
sekolah, belum banyak pembaharuan atau perubahan yang mampu dilakukan
oleh kepala sekolah sebagai inovator pendidikan.Hal ini terungkap dari
wawancara informal peneliti pada bulan Maret 2013 dengan beberapa orang
guru di LPI Kota Tulungagung. Selanjutnya dari wawancara tersebut
terungkap pula beberapa fenomena yang terjadi berkaitan dengan masih
kurangnya peran kepala sekolah sebagai inovator di LPIKota Tulungagung,
seperti: (1) Kepala sekolah kurang menciptakan hubungan baik di lingkungan
sekolah, hal ini terlihat dari masih adanya guru yang kurang senang dengan
prilaku kepala sekolah dan guru lainnya, serta perbedaan perlakuan dari kepala
sekolah terhadap guru yang satu dengan guru yang lain, (2) Kepala sekolah
kurang mengembangkan gagasan-gagasan baru untuk pengembangan sekolah,
hal ini dinilai dari belum banyaknya terobosan dan ide-ide dalam bentuk
program sekolah yang dapat meningkatkan mutu pendidikan serta program
yang dijalankan masih menjalankan program yang sebelumnya, (3) Kepala
sekolah belum mengimplementasikan ide-ide/program baru yang dirancang
oleh sekolah maupun pemerintah dengan baik. Hal ini terlihat dari banyaknya
kelemahan dan kekurangan dari penyelenggaraan program-program baru yang
dilaksanakan sekolah, (4) Kepala sekolah belum mengintegrasikan program
yang direncanakan sekolah dengan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan
sekolah dengan baik. Seperti pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan
kesiswaan yang belum

sesuai dengan visi dan misi sekolah serta tujuan

pendidikan nasional, (5) Kepala sekolah kurang memberikan keteladanan
kepada semua personel sekolah. Hal ini terlihat dari kepala sekolah yang
masih terlambat datang ke sekolah dan pergi keluar tanpa pemberitahuan
kepada staf yang berwenang di sekolah, (6) Kepala sekolah kurang
mengembangkan model-model pembelajaran yang inovatif bersama guru. Hal

9

ini dinilai dari jarangnya kepala sekolah memberikan pembinaan dan bantuan
pengajaran secara langsung kepada guru di sekolah.
Fenomena ini terjadi dikarenakan kepala sekolah masih mengabaikan
masalah-masalah

hubungan

antar

pribadi,

kepala

sekolah

masih

melaksanakan program-program lama yang telah ada, terbatasnya sumber
daya

manusia

serta

sarana

dan

prasarana

yang

tersedia

untuk

pengimplementasian ide-ide baru di sekolah, pengintegrasian program di
sekolah belum dianggap penting karena tujuan sekolah yang masih terfokus
pada hal-hal yang sifatnya umum, jiwa kepemimpinan kepala sekolah yang
masih kurang sehingga belum bisa menjadi contoh teladan bagi setiap warga
di sekolah, sulitnya kepala sekolah merubah kebiasaan mengajar guru-guru
senior

yang masih melakukan pembelajaran konvensional dan sulit

memberikan

pembinaan tentang model-model pembelajaran terbaru yang

lebih inovatif dan efektif sesuai dengan perkembangan lingkungan.
D. Analisis
Kepala sekolah harus lebih bijak lagi dalam membuat sesuatu yang
berhubungan dengan peraturan lembaga sekolah, sebelum peraturan tersebut
dibuat diharapkan kepala sekolahtersebut memusyawarahkan kepada para
guru sehingga kerukunan antar guru dan kepala sekolah berjalan dengan baik.
Disisi lain kepala sekolah harus mendahulukan mana yang lebih penting yang
harus diperbaharui jika sarana prasaran yang dianggap penting seharusnya di
dahulukan sehingga wali murid dan siswa tersebut merasa nyaman masuk
kelembaga tersebut. Dan juga kinerja pendidik harus dievaluasi dan diperbaiki
sehingga proses pembelajaran menjadi efektif dan efisien.
Semua organisasi pendidikan membutuhkan pemimpin yang baik yang
bertanggung jawab. Kerja sama tim diperlukan untuk menghadapi
transformasi secara periodik. Suksesi di bagian pemimpin organisasi mungkin
tidak lagi menjadi media untuk melatih dan memilih satu orang untuk
mengantikan yang lain. Suksesi bisa menjadi proses pengembangan
kepemimpinan pendidikan.

10

Dengan demikian, para manajer pendidikan seharusnya meningkatkan
intensitas melihat dan mendengar keluhan para pelanggan (pelanggan
pendidikan) khususnya mereka yang tidak puas terhadap layanan pendidikan.
Untuk menciptakan sistem dan memanfaatkan out put secara produktif,
budaya sekolah dimulai dengan penanaman nilai-nilai luhur, kejujuran,
menggabungkan norma dan kebijakan. Kemudian jumlah rutinitas kinerja
yang kurang efektif harus dihilangkan.Perubahan dimulai dari pemimpin
pendidikan, kemudian memberikan pengaruh terhadap beberapa personel
sekolah melalui contoh perilaku yang dapat membentuk budaya sekolah
sehingga menghasilkan beberapa keuntungan oraganisasi sekolah.
Kepala

sekolah

harus

mampu

mencari,

menemukan,

dan

melaksanakan berbagai pembaharuan (innovator) di sekolah terkait dengan
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Gagasan baru tersebut antara lain
guru tim (team teaching), moving class, dan lain sebagainya.
Kepala sekolah sebagai top leader mempunyai wewenang dan
kekuasaan, serta kompetensi untuk mengatur dan mengembangkan
bawahannya secara profesional. Dengan demikian kepala sekolah harus
mengembangkan kompetensi profesional yang dimilikinya khususnya
kompetensinya sebagai seorang innovator dalam lembaga pendidikan Islam.

DAFTAR RUJUKAN
Arifin. M. Ilmu pendidikan Islam, Suatu Pendekatan Teoritik dan Praktis
Berdasarkan Interdisipline Jakarta: Bumi Aksara, 1991
Bryson, John M. Perencanaan Strategis Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999

11

Buchori, Muchtar. Pendidikan Dalam Pembangunan, Yogyakarta: PT Tiara
Wacana Jogja, 1994
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1989
Fatah, Nanang. Managemen Berbasis Sekolah dan Dewan Sekolah Bandung :
Pustaka Bani Quraisy, 2004
Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
1999
Mantja, W.Manajemen Pendidikan dan Supervisi Pengajaran, Malang: Wineka
Media, 2005
Mujib, Pemikiran Pendidikan Jakarta: Rineka Cipta, 1999
Mulyasa, E. Menjadi Kepala Sekolah Profesional, dalam Konteks Menyukseskan
MBS dan KBK, Bandung:Remaja Rosdakarya,2005
Mulyasa, E. Menjadi Kepala Sekolah Professional, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2004
Qomar, Mujamil. Manajemen Pendidikan Islam: Strategi Baru Pengelolaan
Lembaga Pendidikan Islam, Jakarta: Erlangga, 2007
Rahajoekoesoemah, Datje. Kamus Belanda-Indonesia Jakarta: Rineka Cipta, 1993
Rusyah, Tabrani. et. all, Penekatan Dalam Proses Belajar Mengajar Bandung:
PT. Remaja Rosada Karya, 1992
Sagala, Syaiful. Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan,
Bandung: Alfabeta, 2009
Salam, Burhanuddin. Pengantar Paedagogik, Dasar-Dasar Ilmu Mendidik, Jakarta: Rineka Cipta,
1997

Tilaar, H.A.R. Beberapa Revormasi Pendidikan Dalam Perspektif Abad 21,
Jakarta: Rineka Cipta, 1999

12