BI Izinkan Surat Berharga Negara Diperda

BI Izinkan Surat Berharga Negara
Diperdagangkan di Pasar Uang
Elisa Valenta Sari , CNN Indonesia
Rabu, 29/06/2016 09:53 WIB

Jakarta, CNN Indonesia -- Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara mengaku
tengah menggodok peraturan baru yang nantinya memungkinkan Surat Berharga Negara (SBN)
bertenor pendek untuk diperdagangkan di pasar uang.
Menurutnya, Peraturan BI (PBI) juga akan menegaskan peran bank sentral dalam mengatur dan
mengawasi pasar yang memiliki instrumen jangka pendek tersebut.
"PBI itu menegaskan bahwa BI adalah otoritas pasar uang dan di dalam pasar uang itu
instrumennya harus apa saja nanti BI yang mengatur," ujar Mirza, kemarin malam.
Mirza mencontohkan selama ini aktivitas jual beli obligasi negara atau korporasi bertenor
panjang (10-20 tahun) masuk dalam ketentuan pasar modal, namun kenyataanya obligasi
tersebut kerap kali diperdagangkan dengan jangka pendek menggunakan sistem repo.
"Makanya dengan PBI itu nanti ditegaskan kalau itu masuknya ke pasar uang," jelasnya.
Selain itu di dalam PBI itu juga nantinya akan diklasifikasikan jenis-jenis instrumen jangka
pendek seperti Medium Term Notes (MTN), commercial paper, promisory
note hingga Negotiable Certificate Deposit (NCD). Surat utang jangka pendek ini umumnya
diterbitkan oleh bank maupun korporasi guna mengatasi kebutuhan dana jangka pendek.


"Surat utang jangka pendek masih minim diperdagangkan padahal misalnya SBN itu ada pasar
uang sebenarnya. Itu kita buat PBI nya supaya SBN bisa diperdagangkan. Nanti ada instrumen
NCD. Nanti yang menerbitkan bisa bank, bisa korporasi. Yang membeli bisa bermacam-macam,"
jelasnya.
Dengan PBI tersebut BI berharap aktivitas perdagangan di pasar uang nantinya bisa
terdongkrak, sehingga volume transaksi bisa meningkat. Menurutnya ukuran pasar uang yang
ideal bagi sebuah negara yakni mencapai 20-30 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Masih dangkalnya pasar uang di Indonesia menurut Mirza karena keterbatasan produk jangka
pendek hingga literasi pasar keuangan yang masih minim di masyarakat.
"Idealnya pasar uang itu paling tidak 20-30 persen dari PDB Indonesia. Sekarang itu malah tidak
sampai satu persen. Sebelum 1998 juga masih di bawah satu persen," katanya.
Wajib Rating
Mirza mengatakan untuk menghindari aksi yang bersifat spekulatif, perusahaan penerbit surat
utang jangka pendek harus terlebih dahulu mendapatkan rating kredit yang baik dari lembaga
rating. Hal itu diwajibkan guna menghindari potensi risiko yang pernah terjadi pada krisis 1998.
“Pada 1998 sudah ada instrumen jangka pendek. Tapi krisis besar di Indonesia ketika itu akibat
banyak surat utang yang diterbitkan tanpa rating karena belum ada rating. Makanya sekarang
kita mau cegah supaya tidak terulang tahun 1998, kalau surat utang diperdagangkan di pasar
uang harus ada ratingnya. Settlement-nya harus jelas diatur," jelasnya.
Mirza mengatakan PBI tersebut akan keluar dalam waktu yang tidak lama lagi. Ia berharap

dengan pendalaman pasar uang, kebutuhan dana untuk pembiayaan pembangunan infrastruktur
bisa datang dari pasar uang.
"Kita selalu bicara pertumbuhan ekonomi tapi kita suka lupa bahwa pertumbuhan ekonomi itu
membutuhkan dana. Dana itu datangnya dari dana perbankan dan non perbankan. Dana non
perbankan itu ya datangnya dari pasar uang dan pasar modal," jelasnya.