Review Buku Diplomasi Untuk Palestina Ca

Review Buku Diplomasi Untuk Palestina Catatan Pelopor
Khusus Perserikatan Bangsa - Bangsa
Ranadya Kartika Nadhila Putri
Email : rakartikanp@students.unnes.ac.id


DATA BUKU :
Judul buku
Khusus

: DIPLOMASI UNTUK PALESTINA – Catatan Pelopor

Perserikatan Bangsa-Bangsa
: Makarim Wibisono
: Jakarta Pustaka LP3ES (Lembaga Penelitian,
Pendidikan, dan
Penerangan Ekonomi dan Sosial)
Tahun Terbit
: 2017
Kota Penerbit
: Jakarta

Bahasa Buku
: Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris
Jumlah Halaman : 221 halaman
ISBN Buku
: 978 – 602 – 7984 – 28 – 8
Pengarang
Penerbit

DISKUSI /PEMBAHASAH REVIEW :
Buku ini di tulis oleh
Prof. Dr. Makarim Wibisono,
beliau
merupakan
Guru
Besar
FISIP
Airalngga,
Surabaya dan Dosen Tetap Di
Universitas
Pertahanan

Indonesia.
Beliau
pernah
menjabat beberapa jabatan
baik di tingkat regional,
nasional
maupun
internasional.
Pada 8 Mei 2014,
penulis ditunjuk oleh Dewan
HAM PBB untuk menjadi
Pelapor
Khusus
PBB
mengenai Palestina (Special
Rapporteur on the situation
of human rights in the
Palestinian
territories
occupied

since
1967).
Penulis diberi mandat untuk
menerima komunikasi dari
para korban pelanggaran
HAM dan pihak lain yang
berkaitan,
mendengarkan
kesaksian-kesaksian
dan
menggunakan prosedur yang
ada
untuk
dapat
melaksanakan tugas sebagai


Pelapor Khusus PBB. Sebagai Pelapor Khusus PBB, Penulis bertemu dengan
Duta Besar Evitar Manor selaku Wakil Tetap Israel untuk PBB di Jenewa.
Kementrian Luar Negeri RI juga memberikan izin kepada penulis untuk

berkomunikasi dengan wakil Pemerintah Israel. Terpilihnya sebagai Pelapor
Khusus PBB bertepatan dengan meningkatanya ketegangan di wilayah Gaza.
Selanjutnya surat resmi segera disampaikan kepada Kantor Misi Palestina,
Israel, Mesir, dan Jordania di Jenawa guna menyampaikan rencana kunjungan
Penulis ke Palestina. Karena keadaan semakin kritis, saya memutuskan untuk
berkunjung ke Timur Tengah untuk dapat merekam secara cermat masalahmasalah yang berkembang akibat konflik bersenjata di Gaza.
Pada pemerintahan baru Mesir di bawah Jenderal Abdul Fatah Assisi
sudah berhasil mengendalikan keamanan di sebagian besar wilayah Mesir,
terkecuali di Jazirah Sinai. Menurut informasi PBB banyak pasukan yang loyal
kepada Ikhwanul Muslimin masih beroperasi secara menyebar di Sinai, dan
kerap kali menyerang pasukan Pemerintah dan menimbulkan banyak korban.
Direktur Urusan Palestina Kementrian Luar Negeri mengatakan bahwa
dikabulkan untuk berkunjung di Palestina. Kepala UNDP selaku Koordinator
Kantor-kantor PBB di Mesir selanjutnya menjelaskan bahwa saya sebagai
Pelapor Khusus PBB merupakan target yang memilik nilai politik yang tinggi.
Kalau hal buruk ini terjadi maka akan dapat mempengaruhi misi PBB di masa
depan. Akhirnya saya diizinkan untuk berangkat ke Gaza menggunakan
helikopter.
Informasi yang di dapat menjelaskan bahwa keadaan yang dialami
Penduduk Palestina di Gaza sangat memprihatinkan, baik dari segi kesehatan,

fasilitas sekolah, dan infrastruktur umum, maupun yang lainnya. Tiga tuntunan
rakyat : kebutuhan untuk mendapatkan akuntabilitas pada apa yang terjadi di
wilayah penduduk; mengakhiri blokade; mengakhiri pendudukan militer Israel
di Palestina. Saya mendesak agar blokade segera dicabut. Pemerintah Israel
telah mengajukan ke Parlemen Israel rencana pemindahan enam pemukiman
suku Badui dari Yerusalem Timur dan Lembah Yordan ke Tepi Barat. Hal ini
bertentangan dengan hukum hak asasi internasional, khususnya mengenai hak
budaya suku Badui yang bisa hidup nomaden bersama dengan ternak –
ternaknya.
Masalah Yerusalem adalah salah satu titik permasalahan pokok dalam
sengketa antara Israel dengan Palestina. Perdamaian di Yerusalem sebenarnya
menyangkut prinsip hidup saling berdampingan secara damai antara Yerusalem
timur dan barat yang merupakan bagian penyelesaian antara Israel dan
Palestina. Hukum humaniter internasional menyatakan secara jelas bahwa
penduduk yang tinggal di daerah pendudukan harus dilindungi oleh otoritas
pendudukan. Pelanggaran HAM dan hukum humaniter telah terjadi yang
menunjukkan tidak adanya perlindungan.
Jalan untuk menghentikan siklus kekerasan adalah menempatkan HAM
sebagai fokus pertimbangan dalam merumuskan kebijakan publik. Apabila
masyarakat internasional menutup mata pada pelanggaran HAM yang terjadi,

sama halnya dengan melestarikab kezaliman dan pelanggaran HAM di abad 21.
Pentingnya masalah kuntabilitas karena akan berperan pada penyelesaian
masalah pelanggaran HAM di masa lalu dan pencegahan pelangaran HAM di
masa yang akan datang.
Norma HAM adalah hasil pengembangan nurani manusia setelah belajar
dari pengalaman di Perang Dunia II. Norma, prinsip dan kaidah HAM sangat
cocok dalam mengatasi gejala-gejala ketegangan sosial maupun konflik masa
kini. Pendekatan yang bisa dilakukan yaitu memperluas jaringan seluas

mungkin dan mengumpulkan data yang akurat menegenai pelanggaran HAM di
Palestina. Setelah data terkumpul akan memobilisasi untuk menuntut
akuntabilitas. Kebijakan pendudukan Israel sudah melewati batas pengendalian
wilayah, tetapi juga berpengaruh pada semua aspek kehidupan. Yang lebih
memprihantikan
adalah
keterampilan
otoritas
pendudukan
Israel
mempermainkan kekuasaan untuk menguasai wilayah dan air di Palestina

dengan manuver untuk memperluas pemukiman Yahudi. Yang lebih
menyedihkan sudah siap untuk menhancurkan rumah, sekolah, peternakan
untuk perluasan pembangunan proyek pemukiman yang ilegal.
Banyak terjadi penangkapan penduduk Palestina tanpa alasab hukum
yang jelas. penangkapan semacam ini bisa diperpanjang berulang kali
sehingga menimbulkan kekecawaan yang mendalam bagi para tahanan. Untuk
melampiaskan kekecewaan, para tahanan melakukan mogok makan sehingga
mempermalukan otoritas Israel di Palestina. Untuk mengatasi masalah ini Israel
tidak berusaha membuka dialog dengan para tahanan tetapi melakukan
pemaksaan makan yang sangat menyakitkan dan melanggar hukum hak asasi
manusia internasional. Para dokter menentang usaha pemaksaan makan dari
pemogok makan karena bertentangan dengan kode etik kedokteran.
Dalam menghadapi kasus serius di lapanga, Pelapor Khusus PBB memiliki
beberapa cara untuk mendapatkan perhatian masyarakat internasional dan
memperoleh pemecahan masalahnya. Pertama, menulis surang langsung
kepada Duta Besar Eviatar Manor dan meminta agar Pemerintah Israel
memberikan
penjelasan
dan
klarifikasi

atas
kasus-kasus.
Kedua,
mengemukakan masalah tersebut ke media massa secara rinci dengan
didukung data yang akurat. Ketiga, memasukkan kasus termaksud dalam
laporan berkala, baik ayang disampaikan di Sidang Dewan HAM PBB di Jenawa
maupun Sidang majelis Umum PBB di New York. Keempat, menyampaikan
komunikasi resmi kepada negara yang bersangkutan yang wajib dijawab oleh
Pemerintah yang bersangkutan dalm waktu tertentu.
Rakyat Palestina terutama generasi muda Palestina yang lahir dalam
pendudukan militer Israel yang penuh konflik, membutuhkan harapan di masa
depan. Israel sebagai penguasa yang menduduki wilayah Palestina harus
menyadari bahwa perdamaian abadi, baik yang akan dinikmati oleh rakyat
Yahudi dan Palestina, harus dimulai dengan menghormati hak-hak asasi
manusia.
Masyarakat dunia melalui perwakilan mereka di PBB mengutuk kebijakan
dan tindakan yang kerap melanggar HAM rakyat Palestina. Kondisi tersebut
sangat tidak konsisten dengan penerapan standar HAM internasional.
Seharusnya orang-orang yang dicurigai melakukan tindak kenjahatan memiliki
hak untuk mempertahankan diri dan mendapatakan proses hukum yang

transparan dan akuntabel. Untuk ini, Pelapor Khusus telah mendesak
Pemerintah Israel harus segera mengadili mereka atau melepaskan semua
tahanan administratif yang ada.
Tindakan penembakan yang dilakukan oleh pasukan keamanan Israel
beretentangan dengan Prinsip Dasar Penggunaan Kekuatan dan Senjata Api
oleh Aparat Penegak Hukum. Alibi penggunaan senjata api untuk mmebela diri
atas ancaman nyata yang dapat mengakibatkan kematian ataupun cedera
serius yang kerap kali digunakan oleh Israel, banyak dipertanyakan dalam
kasus-kasus yang melibatkan warga Palestina pada saat mereka menggunakan
hak untuk melakukan protes secara damai. Pada 12 November 2014,
Pemerintah menanggapi surat bersama terkait tuduhan yang disampaikan
pada bula agustus oleh Pelopor Khusus dan beberapa pemegang mandat

tematik mengenai kasus pembunuhan warga sipil selama demonstrasi damai
berlangsung di Tepi Barat pada Juli 2014 termasuk pembunuhan Hashem
Khader Abu Maria yang bekerja sebagai koordinator Defence for Children
International dan dua orang lainnya. Dalam tanggapannya, Pemerintah Israel
menyatakan bahwa warga sipil telah tewas dalam bentrokan antara warga
Palestina dengan pasukan keamanan Israel. Pemerintah Israel menambahkan
bahwa penyelidikan telah dilakukan atas insiden tersebut, namun Departemen

Investigasi Kejahatan tidak dapat menyampaikan informasi mengenai hasil
investigasi tersebut kepada publik dengan alasan integritas penyelidikan dan
sesuai dengan hukum yang berlaku.
UNRWA nmenegaskan bahwa serangan ini telah menghancurkan kondisi
kesehatan mental anak pengungsi Palestina di Tepi Barat. UNRWA menyediakan
layanan konseling psikososial kepada anak-anak. Pembenaran yang dibuat oleh
otoritas Israel untuk menghancurkan perumahan warga Palestina adalah bahwa
penghancuran berfungsi sebagai upaya pencegahan terhadap potensi
serangan “Teroris” dimasa yang akan datang. Kebijakan penghancuran
tersebut merupakan kebijakan pencegahan teroris masa depan yang “efektif”.
Intinya, hukuman penghancuran perumahan merupakan tindakan hukuman
kolektif yang bertentangan hukum internasional.
Perlakuan buruk terhadap anak-anak Palestina yang dilakukan oleh
pasukan keamanan Israel sejak saat penangkapan hingga penahanan di
fasilitas militer Israel di rekomendasikan oleh PBB. Kondisi anak-anak Palestina
di tahanan Israel ini juga menyedot perhatian PBB. Akibat tekanan yang
diberikan oleh masyarakat internasional, Israel akhirnya menerima beberapa
rekomendasi yang dibuat oleh UNICEF dan mulai mencoba melakukan
perbaikan. Salah satunya dengan melakukan penyesuaian prosedural. Dari
kasus-kasus tersebut, hanya 6 kasus dimana orang tua di bolehkan hadir di

seluruh proses intograsi. Terdapat fakta yang sangat miris, bahwa sebagian
besar keluarga Palestina tidak mengajukan keluhan kepada pemerintah Israel
atas penganiayaan tersebut.
Meskipun Pemerintah Israel mengklaim bahwa masyarakat Badui
menginginkan perbaikan kondisi hidup dan tidak keberatan dengan kebijakan
relokasi, namun informasi yang diberikan oleh masyarakat Badui kepada
organisasi non-pemerintah adalah sebaliknya. Hukum Internasional melarang
pemindahan massal paksa atau penggusuran paksa di wilayah yang diduduki
kecuali dalam keadaan yang luar biasa. Israel sebagai negara penjajah,
memiliki kewajiban untuk melindungi penduduk sipil di wilayah yang
didudukiny dan mengelolanya untuk kepentingan masyarakat.
Fenomena kekerasan yang dilakukan oleh para pemukim ilegal Israel
adalah faktor yang turut mendorong terjadinya perpindahan paksa warga
Palestina. Terjadilah ketegangan dan perselisihan antara pemukiman ilegal dan
warga Palestina yang akhirnya memicu terjadinya tindak kekerasan. Warga
Palestina yang kerap terkena dampak kekerasan adalah mereka yang tinggal di
pengungsian yang berdekatan dengan pemukiman ilegal Israel dan tinggal di
dekat dinding pemisah yang merupakan daerah dengan pengamanan
maksimum.
Aksi okupansi dan tindakan sewenang-wenang Israel telah
menyebabkan terjadinya gangguan mental dan kemanusiaan warga Palestina.
Penggunaan kekuatan yang berlebihan oleh pasukan Israel, pembuat dinding
pembatas, pembatsan pergerakan warga dan penutupan akses terhadap
fasilitas pendidikan, pekerjaan, tanah dan air.
Anak-anak yang merupakan penduduk dari Yerusalem Timur berhak
mendapatkan pendidikan gratis di bawah hukum Israel. Laporan tentang

perlakuan terhadap tahanan Palestina dan tahanan yang ditahan oleh Israel
menggarisbawahi bahwa larangan penyiksaan atau perlakuan kejam, tidak
manusiawi atau merendahan dan mengacu pada tindakan pemukulan,
kurrungan dan kurang tidur adalah bentuk pelanggaran terhadap hukum
istenasional. Kasus ini telah berdampak terhadap prospek akuntabilitas
keseluruhan atas penyelidikan yang dilakukan sendiri oleh Israel. Demikian
pula dengan penengakan akuntabilitas tidak ditemukan pada kasus-kasus
penggunaan kekuatan yang berlebihan.
UNRWA mencatat bahwa pembatasan impor dan ekspor juga
menyebabkan pemenuhan hak pembangunan ekonomi untuk warga Palestina
di Gaza terabaikan. Pada puncak kekerasan, diperkirakan terdapat 500.000
orang pengungsi berlindung di sekolah-sekolah UNRWA dan sekolah lain yang
dikelola pemerintah. Berkenan dengan kasus korban sipil Palestina hampir
semua keluarga yang termasuk di dalam daftar kasus tersebut kehilangan satu
atau lebih bayi atau anak-anak mereka karena tewas dalam seranga di rumah
mereka. Kondisi kesehatan warga Palestina juga sangat dipengaruhi oleh
kebijakan blokade atas aktivitas perekonomian dan keberadaan infrastruktur
penting di Gaza. The Education Cluster bertujuan memastikan populasi yang
terkena dampak krisis kemanusiaan populasi yang terkena dampak krisis
kemanusiaan mendapatkan pendidikan yang adil dan baik. Konflik yang
berkepanjangan juga telah membuat para murid mengalami depresi dan
trauma.
Lambatnya kemajuan rekonstruksi Gaza, telah menjadi tantangan
tersendiri. Ratusan sekolah yang dikelola UNRWA serta fasilitas pendidikan
tinggi dan taman kanak-kanak juga terkena dampak. Untuk itu diperlukan
berkelanjutan proses perbaikan dan rekonstruksi terhadap ratusan bangunan
pendidikan. Blokade beretentangan dengan hukum internasional dan
memperparah kondisi kemanusiaan di Gaza. Untuk itu kebijakan blokade
seharusnya segera diakhiri.
Pandangan Wakil Pemerintah, negara yang ikut serta : Afrika Selatan,
Bangladesh, Brasil, Ghana, Iran, Irlandia, Maladewa, Namibia, Pakistan,
Selandia Baru, Tunisia, Turki, Uganda, Zimbabwe. Pandangan Masyarakat Sipil,
dari beberapa pandangan : Adalah dan Al-Mezan, Al-Haq, Amuta, Badil
Resource Center, Cairo Institute for Human Rights Studies, Human Rights Now,
International Lawyers Organization, Israeli Commite against House Demolitions,
Khiam Rehabilitation Center, Micah Lakin Avni, Palestinian Independent
Commision for Human Rights, The Arab Association for Human Rights, The
Children Founation, The International Organization for the Elimination of All
Forms or Racial Discrimination, The Organization for Defending Victims of
Violence, The Palestine Return Center, World Jewish Association.
Selama menjalankan mandat, Pelapor Khusus melakukan 10 komunikasi,
baik berupa surat, atau Seruan Bersama mendesak Pemerintah Israel agar
bertanggung jawab atas dugaan pelanggaran hukum HAM internasional dan
hukum humaniter internasional. Kerja sama antara Israel dan para Pelapor
Khusus kemudian terhenti karena Israel merasa keberatan dengan mandat
yang dimiliki para Pelapor Khusus, meskipun Israel tetap memberikan izin
kepada mereka untuk mengunjungi Israel dan wilayah Palestina yang diduduki
Israel (dengan pengecualian untuk Pelapor Khusus kelima). Harapan yang
digantungkan setinggi langit adalah bahwa Israel akan memiliki Iktikad baik
untuk bekerja sama dengan Pelapor Khusus seperti laykanya dahulu sewaktu
Israel memberikan Pelapor Khusus Felber akses tanpa batas atau kerja sama

baru-baru ini yang terjalin antara Israel dengan Pelapor Khusus untuk
Perumahan yang layak.
KEKURANGAN DAN KELEBIHAN
Pada buku Diplomasi Untuk Palestian – Catatan Pelapor Khusus
Perserikatan Bangsa- Bangsa, banyak informasi yang dapat kita dapat, karena
penulis banyak menceritakan informasi mengenai keadaan di Palestina. Penulis
juga menjelaskan keadaan tersebut secara rinci. Buku ini juga di lampiri
gambar
serta
penjelasan
sehingga
memudahkan
pembaca
untuk
memahaminya. Untuk membantu pembaca memahami penejelasan buku ini
dengan jernih mengenai masalah Palestina, penulis berusaha menyampaikan
tulisan-tulisan pokok dan tulisan tambahan berupa dua books. Penulis juga
mencantumkan indeks, dengan adanya indeks akan memudahkan pembaca
ketika ingin mencari informasi secara cepat. Tak hanya melampirkan gambar,
penulis juga melampirkan surat ketika melakukan penelitian di Palestina. Selain
kelebihan, pada buku ini juga terdapat kekurangan, salah satu ada beberapa
bahasa maupun penyampaian yang sulit untuk dipahami.
SARAN
Alangkah lebih baiknya jika penulis menggunakan bahasa yang mudah di
pahami, sehingga buku ini dapat di terima oleh khalayak secara umum. Ketika
penulis menceritakan sebuah keadaan yang ada di Palestina, lebih baiknya jika
penulis menyertakan gambar, dengan begitu pembaca akan semakin
penasaran dan akan lebih antusias pada buku ini.
KESIMPULAN
Kegagalan akuntabilitas atas pelanggaran HAM masa lalu dan
pelanggaran terhadap hukum humaniter internasional di wilayah Palestina
yang diduduki Israel telah menopang menjamurnya ketidakadilan. Tidak
terhitung berapa resolusi dan laporan PBB yang menggambarkan dan
membuktikan kondisi mencengangkan tersebut yang disambut dengan
pengabaian oleh Israel atas penerapan hukum internasional termasuk hukum
HAM. Kelanjutan atas pedihnya kenyataan ini tidak layak untuk diwariskan
kepada generasi Palestina selanjutnya.
PENUTUP
Buku ini sangat menarik untuk dibaca, karena penulis mampu
menjabarkan cerita tentang situasi dan keadaan di Palestina secara runtut dan
rinci. Tak hanya itu banyak ilmu pengetahuan baru dari buku ini.