Tourism Strategy Laporan Indarwati Aminu

Tourism Strategy

Februari, 2013

Laporan : Indarwati Aminuddin
Dengan dukungan Fasilitator
Ka a ia Tawakkal, Musdalifa,Ali Ma’ruf, Hartati, Sugianta, Saleh Hanan, Tarima
Dan dukungan pendanaan Joint Program TNC-WWF Indonesia, Wakatobi

1

Tourism Strategy

Februari, 2013

Contents
01. Eksekutif Summary.................................................................................................................................. 4
2.0 Wakatobi Sebagai Kawasan Konservasi .................................................................................................. 5
2.1 Kabupaten Wakatobi .......................................................................................................................... 5
2.2 Menjadi Kawasan Konservasi.............................................................................................................. 5
2.3 Kepariwisataan dan Konservasi .......................................................................................................... 7

2.3.1 Pariwisata dan Percepatan Ekonomi ........................................................................................... 7
2.3.2 Pariwisata dan Pelestarian Sumberdaya Alam dan Pelestarian Warisan Cagar budaya ............. 8
2.3.3 Pariwisata dan Peningkatan Kualitas Hidup Warga ..................................................................... 8
3.0 Joint Program TNC-WWF Indonesia untuk Program Kepariwisataan Berkelanjutan ............................. 9
4.0 Profil Kepariwisataan Wakatobi.............................................................................................................. 9
4.1 Profil Akomodasi ................................................................................................................................. 9
4.2 Tour Operator dan Transportasi ....................................................................................................... 12
4.3 Aktivitas Wisata Alam dan Seni Budaya ............................................................................................ 14
4.4 Produk Lokal...................................................................................................................................... 17
4.5 Makanan Lokal dan Jasa-jasa ............................................................................................................ 19
4.6 Iklim dan Aktivitas Pariwisata ........................................................................................................... 19
4.7 Pusat Informasi Pariwisata Wakatobi ............................................................................................... 22
5.0 Analisis SWOT ....................................................................................................................................... 23
5.0 Asumsi Strategi ..................................................................................................................................... 26
6.0 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Kepariwisataan ................................................... 29
6.1 Segmen Pengunjung......................................................................................................................... 31
6.1.1 Kunjungan Berbasis Bentang Alam ............................................................................................ 31
6.1.2 Kunjungan Berbasis Seni-Budaya ............................................................................................... 31
6.1.3 Kunjungan Berbasis Pendidikan ................................................................................................. 32
6.2 Proteksi Sumberdaya Alam ............................................................................................................... 32

6.3 Infrastruktur ...................................................................................................................................... 32
6.4 Keselamatan dan Penegakan Hukum ............................................................................................... 33
6.5 Monitoring Dampak dan Evaluasi Kualitas ....................................................................................... 33
6.6. Penyebaran Informasi (Promosi-Promosi) ....................................................................................... 33
6.7 Ruang Belajar bagi Pelaku Kepariwisataan ....................................................................................... 34

2

Tourism Strategy

Februari, 2013

7.0 Tantangan Kepariwisataan di Wakatobi ............................................................................................... 35
7.1 Analisis Kebocoran di tingkat Pelaku Kepariwisataan ...................................................................... 38
8.0 Kesimpulan dan Rekomendasi ............................................................................................................. 40

3

Tourism Strategy


Februari, 2013

01. Eksekutif Summary
Laporan ini merangkum data-data realistik, dan strategi kepariwisataan yang bisa dilaksanakan untuk
memaksimalkan program konservasi di Wakatobi. Data diperoleh melalui olahan wawancara
mendalam, kuisioner dan diskusi-diskusi dengan parapihak. Para responden yang dipilih adalah wwakil
dari kelompok pelaku kepariwisataan di Wakatobi yakni Pemerintah, organisasi konservasi, pengelola
lembaga adat,Sara,komunitas, pengelola akomodasi, pengelola katering, pengelola transportasi dan
tour, penghasil produk lokal dan jasa, dan representatif dari media-media local. Ruang kerja dari seluruh
proses ini adalah Kepulauan Wangiwangi.
Input dari responden kemudian terformulasikan dalam tiga strategi yang terkait dengan: Peningkatan
kualitas komunikasi, jejaring dan profesionalisme di sektor kepariwisataan, peningkatan image
konservasi dan budaya Wakatobi melalui promosi-promosi, dan peningkatan daya serap produk lokal di
Wakatobi melalui jejaring promosi. Strategi tersebut, bila dilaksanakan maksimal akan memberi dampak
pada promosi, management pengelolaan destinasi, infrastrukture, pembiayaan, teknologi dan
meningkatnya ketrampilan dan pengetahuan sumberdaya manusia Wakatobi
Langkah strategi di atas bisa diimplementasikan baik oleh joint program TNC-WWF, Pemerintah maupun
pihak lain yang memiliki ketertarikan terhadap pengelolaan pariwisata berkelanjutan di Wakatobi.

4


Tourism Strategy

Februari, 2013

2.0 Wakatobi Sebagai Kawasan Konservasi
2.1 Kabupaten Wakatobi
Kabupaten Wakatobi merupakan salahsatu kabupaten di Provinsi Sulawesi Tenggara, Indonesia. Wilayah
ini memiliki luas 823 km2 dengan jumlah penduduk 94,846 jiwa1 yang hidup menyebar di empat pulau
besar Wakatobi ; Wanci, Kaledupa, Tomia, Binongko, dan sisanya di Pulau Runduma. Wakatobi sendiri
merupakan akronim dari huruf depan nama pulau ; Wanci (Wangiwangi), Kaledupa, Tomia, Binongko.
Sebelum populer dengan sebutan Wakatobi, wilayah ini dikenal dengan sebutan Kepulauan Toekang
Besi—yang berarti pandai besi--, sekaligus merepresentasikan keunikan budaya dan sejarah warga yang
mendiami Pulau Binongko, dan hidup sebagai pengolah besi secara turun temurun.
Peta 01. Kepulauan Wakatobi
Terdapat dua golongan etnik besar di
Wakatobi yakni Buton dan Bajau.
Kelompok etnik Buton menyebut diri
mereka suku darat, karena dominan
menetap di darat dan mereka

merupakan representative dari 11
suku-suku. Total jumlah etnik Buton
adalah 91,33 persen, dan etnik
berikutnya adalah etnik Bajau yang
mendiami wilayah pesisir Wakatobi
dengan jumlah 7,92 persen. (Dalam
uraian selanjutnya, digunakan istilah
warga Wakatobi untuk merujuk etnik
Buton dan etnik Bajau). Secara umum
diketahui bahwa warga Wakatobi
hidup sebagai pedagang antar pulau atau nelayan, namun data statistik 2011 justru menunjukkan bahwa
sekitar 61,99 persen warga Wakatobi hidup dari sektor pertanian, dan sisanya di sektor perdagangan,
jasa, tranportasi atau industri. Angka tersebut menunjukkan perlunya perhatian pada aspek pertanian
selain prioritas lain yang ditujukan pada sektor perikanan dan pariwisata.

2.2 Menjadi Kawasan Konservasi
Dari sisi geographi, Wakatobi terletak diantara Laut Banda dan Laut Flores. Kekayaan ekosistem bawah
lautnya dan keberagaman spesies dan karang selanjutnya menjadikan Wakatobi sebagai penunjang
ekologi di bentang Sunda Banda dan sekaligus menjadi salahsatu kawasan penunjang pelestarian
keanekaragaman hayati pusat segitiga karang dunia.


1

Statistik 2011. Namun terdapat perbedaan data atas populasi ini, sebagian data menyebutkan angka 100.000 dan
sisanya adalah angka di atas.

5

Tourism Strategy

Februari, 2013

Peta 02. Wakatobi dalam kawasan segi tiga karang dunia.

Sebelum populer dengan julukan kepulauan dalam segitiga karang dunia, Wakatobi—karena keragaman
hayati lautnya—ditunjuk menjadi kawasan konservasi laut (30 Juli 1996) dan menerima keputusan
hukum tetap sebagai taman nasional di tahun 2002. Keputusan tersebut, selanjutnya mengikat 1,390
juta hektar beserta warga di dalamnya sebagai bagian dari kawasan konservasi.
Keputusan lalu diikuti dengan kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Wakatobi untuk menjadikan
sektor perikanan berkelanjutan dan sektor kepariwisataan berkelanjutan sebagai dua pilar ekonomi

andalan. Program tersebut di letakkan dalam framework Pemerintah daerah dan ditargetkan bergerak
seiring dinamika sosial, politik dan ekonomi. Penjelasan di bawah selanjutnya fokus pada
pengembangan kepariwisataan.
Kata kunci berkelanjutan selanjutnya menjadi rujukan untuk memastikan bahwa perencanaan,
kebijakan, implementasi, dan monitoring Kabupaten Wakatobi dilakukan dengan bersandar pada tujuan
besar yakni meningkatkan kesejahteraan warga Wakatobi (melalui peningkatan ekonomi), melestarikan
sumberdaya alam (melalui konservasi), dan meningkatkan kualitas hidup warga (melalui kesadaran,
pendidikan dan budaya).
Namun, bagi kabupaten baru dengan payung besar pariwisata, tak mudah mengembangkan pariwisata
tanpa perencanaan matang, komprehensif dengan program bersinergi satu dengan lainnya.
6

Tourism Strategy

Februari, 2013

2.3 Kepariwisataan dan Konservasi
Kepariwisataan sendiri merupakan salahsatu strategi dalam program konservasi. Akti itas ya g ra ah
li gku ga , e u ja g kualitas li gku ga itu se diri serta pro pada arga dipaha i se agai jala
untuk memastikan kawasan Wakatobi bisa dinikmati oleh siapapun pada hari ini dan hingga generasi

selanjutnya. Program pariwisata di dudukkan sebagai program dan aksi yang mencerminkan
keberpihakan pada warga Wakatobi.
Secara garis besar, program pariwisata Wakatobi dirancang dengan tiga target yang saling terkait yakni :
Meningkatkan ekonomi warga dan daerah, melestarikan sumberdaya alam dan keanekaragaman
biodiversity serta memperkuat tatanan hidup warga melalui pelestarian seni dan budaya yang pada
akhirnya mendorong peningkatan kualitas hidup.

Pariwisata
berkelanjutan dan
peningkatan
pendapatan ekonomi

Pariwisata
berkelanjutan
dan pelestarian
sumberdaya alam
dan cagar budaya

Pariwisata
berkelanjutan

dan peningkatan
kualitas hidup
warga

2.3.1 Pariwisata dan Percepatan Ekonomi
Dalam laporan penilaian ini kepariwisataan dan percepatan ekonomi terkait dengan berbagai
perencanaan, kebijakan dan aksi untuk :







Menciptakan lapangan kerja bagi warga lokal
Menciptakan sumber-sumber panghasilan baru bagi warga dan daerah
Mendorong lahirnya industri-industri yang terkait dengan program pariwisata berkelanjutan
Mendorong munculnya inisiatif pembiayaan untuk program konservasi
Melahirkan kerjasama-kerjasama internal dan eksternal.
Mengembangkan ketrampilan dan pengetahuan baru di tengah warga.


7

Tourism Strategy

Februari, 2013

2.3.2 Pariwisata dan Pelestarian Sumberdaya Alam dan Pelestarian Warisan Cagar budaya
Program pariwisata berkelanjutan ditargetkan bisa menjadi program yang mengubah kesadaran warga
untuk melihat Wakatobi sebagai kawasan yang bisa dinikmati tanpa merusak sumberdayanya. Karena
itu, program-program pariwisata berkelanjutan memiliki nilai-nilai yang terkait dengan :








Proteksi dan pelestarian keanekaragaman Taman Nasional Wakatobi

Peningkatan nilai-nilai budaya
Pengembangan kesadaran dan partisipasi warga untuk melestarikan seni dan budaya
Lahirnya praktek cerdas warga dan mekanisme dalam pengawasan kawasan
Lahirnya riset-riset yang saling menunjang satu samalainnya di kawasan konservasi
Pengembangan standar dan guidelines yang bisa digunakan untuk mengontrol pengunjung
maupun management dalam pengelolaan kawasan itu sendiri
Berkembangnya fasilitas-fasilitas yang mendukung sektor pariwisata berkelanjutan.

2.3.3 Pariwisata dan Peningkatan Kualitas Hidup Warga
Terhadap kualitas hidup warga, program pariwisata berkelanjutan memiliki kaitan dengan :





Promosi estetika, nilai budaya dan spritual warga setempat
Peningkatan kesadaran atas pendidikan lingkungan hidup baik untuk warga maupun pengunjung
Mendorong terjadi kepahaman terhadap budaya dan kultur baru
Mendorong warga untuk memahami bahasa baru dan menambahkannya sebagai bagian dalam
meningkatkan kualitas hidup

8

Tourism Strategy

Februari, 2013

3.0 Joint Program TNC-WWF Indonesia untuk Program Kepariwisataan
Berkelanjutan
Bagi joint program TNC-WWF Indonesia, program kepariwisataan adalah program yang memiliki
keterkaitan dengan program konservasi. Proses penilaian yang dilakukan oleh TNC-WWF Indonesia ini
dilakukan dengan tujuan-tujuan sebagai berikut :




Lahirnya perencanaan dan strategi yang bisa digunakan untuk mengembangkan program
pariwisata berkelanjutan di Wakatobi.
Mendorong munculnya guidelines yang bisa digunakan sebagai rujukan dan standar bagi pelaku
kepariwistaan di kawasan konservasi serta
Terjabarkannya situasi-situasi terkini dalam pengelolaan kepariwisataan di Wakatobi dan
selanjutnya menjadi masukan untuk meningkatkan kualitas program pariwisata berkelanjutan di
Wakatobi.

4.0 Profil Kepariwisataan Wakatobi
Perkembangan kepariwisataan di Wakatobi tak lepas dari dukungan para pelaku di sektor pariwisata.
Mereka, yakni pengelola akomodasi, transportasi, tour, penghasil produk lokal, pengelola adat, seni dan
budaya, pengelola organisasi konservasi serta para retailer. Keterlibatan mereka telah memastikan
kegiatan jasa dan pelayanan terus tersedia di Wakatobi. Kata ku i keterlibatan atau partisipasi lokal
merupakan kata yang digunakan dalam penilaian ini untuk melihat sejauh mana program kepariwisataan
di Wakatobi terlaksana dengan melibatkan pelaku kepariwisataan dalam perencanaan maupun
implementasinya. Proses penilaian juga dilakukan untuk melihat strategi apa yang dibutuhkan untuk
meningkatkan partisipasi warga di sektor kepariwisataan berkelanjutan. Di bawah ini adalah uraian
tentang kepariwisataan di Wakatobi.

4.1 Profil Akomodasi
Terdapat sejumlah akomodasi yang tersedia di Kabupaten Wakatobi. Akomodasi tersebut mencakup
hotel, resort, wisma, dan penginapan. Sebagian besar akomodasi terpusat di Ibukota Kabupaten
Wakatobi yakni Wanci dan Wangiwangi. Sisanya, dalam jumlah terbatas menyebar di Pulau Kaledupa
dan Pulau Tomia. Secara umum, standar harga akomodasi cukup terjangkau bagi para pengunjung
Wakatobi, yakni antara Rp 50.000 – Rp 500.000.
Tarif Rp 50.000 – Rp 150.000 merupakan tarif bagi akomodasi yang sederhana. Pada umumnya
penginapan ini merupakan rumah pribadi yang diubah menjadi penginapan. Fasilitas penginapan
mencakup; kamar mandi dengan toilet jongkok, kipás angin atau air conditioner, ruang tamu dan
sarapan pagi (contoh : Jelly, Ratna).

9

Tourism Strategy

Februari, 2013

Untuk akomodasi bertarif Rp 250.000 – Rp 500.000, fasilitas yang disediakan lebih variatif ; toilet duduk,
pelayanan antar kamar, sarapan, transportasi antar-jemput, dan restoran dengan pilihan makanan lokal
beragam (contoh : Hotel Wisata, Bajo Resort dan Patuno Resort).
Data menunjukkan, tamu-tamu domestik yang tinggal lama pada umumnya memilih akomodasi tipe
penginapan atau wisma dengan rasa ru ah dan murah. Sedang tamu-tamu bisnis memilih akomodasi
tipe hotel atau resort yang memiliki fasilitas lebih lengkap. Tamu-tamu yang datang di Wakatobi berasal
dari kalangan Indonesia sendiri, Amerika, Australia, dan Eropa. Secara umum, tamu menginap antara 1 –
3 hari.
Tabel 01. Profil Akomodasi di Kabupaten Wakatobi
Deskripsi Akomodasi

Tipe Akomodasi

Jumlah Unit

Alamat

Jelly

Penginapan

10 unit

Kelurahan Pongo

Hotel – Transportasi-Trip
Wakatobi

(untuk penyelaman maupun

Jl. Ahmad Yani, Tlp : +6240430 unit

21823

trip budaya)

Resort-katering-restauran

Jl. Poros Liya Kelurahan
Mandati 3, Wangiwangi

Wakatobi Bajo Resort

7 unit

Selatan, Tlp :
+6285241521718,
08534391227,081389110339
Jl Jenderal Sudirman,
Lingkungan Tebangka II

Nur Rizky

Hotel-Transportasi

9 unit

Kompleks Pasar Malam, Wanci.
Kontak : +62404 21221. Email:
[email protected]

Patuno

Resort

13 unit

Jl. Raya Patuno, Wangi-wangi,
Wakatobi.
Kontak: +62 8114002221

Nirmala

Wisma

11 unit

10

Jl. Ahmad Yani

Tourism Strategy
Al Azizyah

Februari, 2013

Hotel

20 unit

Jl. Poros Liya , Wangi-wangi
Selatan

Setiana

Hotel

15 unit

Jl. Endapo, Kompleks Rujab
Bupati wakatobi.
Tlp : 62404-21222

Hidayat

Penginapan

7 unit

Jl. Poros Liya, Wangiwangi,
Kontak: +6282188569232

Gajah Mada II

Hotel

7 unit

Jl. Kemakmuran No. 82 Kel.
Pongo, Kompleks Pasar Pagi.
Telp : +62404-21527

Nita Sari

Penginapan

11 unit

Jl. Kemakmuran No. 34,
kompleks Pasar Pagi,
Telp : 62404-21636

Lamongan

Penginapan

6 unit

Jl. Merdeka No. 5, dekat kantor
bupati.
Telp : +62404-21017

Lina

Penginapan

5 unit

Jl. Wolter Monginsidi II
Tlp: +62404-21961

Firdaus

Penginapan

Seribu Bulan

Hotel

Fadel

Hotel

Sinar Babo

Losmen

10 unit

Samudera

Wisma

8 unit

Ratna

Penginapan

13 unit

Maharani

Wisma

Wisata beach

Hotel-restaurant-transportasi

19 unit

Jl. Ahmad Yani
Tlp: +62-81245639300 email :
[email protected]

11

Tourism Strategy

Februari, 2013

Data menunjukkan sebagian besar pengelola akomodasi tak memiliki pengetahuan cukup dalam hal
pelayanan, peningkatan managemen akomodasi, promosi dan pemahaman terhadap konservasi itu
sendiri. Rata-rata pengelola akomodasi mengatakan, mereka mendirikan penginapan atau hotel hanya
karena melihat masuknya orang-orang baru yang butuh tempat untuk menginap. Hal lain yang
dikeluhkan adalah minimnya dukungan Pemerintah dalam bentuk program peningkatan kapasitas
terhadap kelompok pengelola akomodasi ini.

4.2 Tour Operator dan Transportasi
Seperti halnya akomodasi, penyelenggara tour dan transportasi juga terpusat di Ibukota Kabupaten.
Jumlah tour operator masih terhitung jari, pada umumnya mereka melayani pengunjung yang berminat
pada wisata selam dan budaya di Pulau Wangiwangi, Pulau Kaledupa, Pulau Tomia dan Pulau Runduma.
Tour operator memiliki jaringan dengan penyelenggara kepariwisataan di pulau-pulau Wakatobi dan
terhubung berjejaring dengan sejumlah hotel dan pengelola transportasi.
Transportasi di Wakatobi meliputi jasa angkutan udara, saat ini dilakukan oleh perusahaan Wings Air
dengan rute dari dan ke Jakarta, Makassar, Kendari, Baubau yang berjalan 3 kali seminggu. Angkutan
umum darat dilakukan oleh ojek, mobil rental dan mobil umum. Tarif penyewaan mobil per hari adalah
Rp 350.000 – Rp 400.000 (tergantung jenis kendaraan), dan untuk antar dan jemput ke bandara Rp
100.000. Untuk ojek dan bentor, tarif ditentukan berdasarkan jarak dan penawaran. Sedang jalur laut
reguler berasal dan ke ; Kendari, Baubau, Kaledupa, Tomia, Binongko, Runduma dengan tarif Rp 50.000Rp 175.000
Transportasi laut dan darat di Wakatobi, meski teregistrasi namun tidak memiliki payung organisasi.
Sejauh ini, para penyelenggara transportasi berpayung pada pemilik usaha tersebut. Belum ada aturan
yang mengikat mereka terutama yang mencakup tentang pelayanan, keselamatan dan tarif. Para
pengelola transportasi juga tidak memiliki pemahaman cukup tentang lokasi-lokasi wisata Wakatobi,
minim penguasaan bahasa asing, dan kemudian menjadi kontras dengan posisi mereka yang berdiri di
garis utama pelayanan tamu-tamu Wakatobi. Sejumlah penyelenggara transportasi mengatakan telah
belajar otodidak untuk memahami tata cara pelayanan tamu.

12

Tourism Strategy

Februari, 2013

Lainnya, baik tour operator dan transportasi memiliki persoalan sama; promosi. Keterbatasan teknologi
di Wakatobi membuat promosi dilakukan secara manual, dari mulut ke mulut, handphone, jejaring sosial
atau brosur sederhana yang ditempelkan di dinding hotel-hotel, rumah makan atau pohon-pohon.
Sejumlah pengelola transportasi mengambil langkah cerdas dengan menginput nama perusahaan
mereka di website Patuno Resort, sehingga ketika para pengunjung di luar Wakatobi mengetik nama
Wakato i
aka e site Patu o ‘esort tertaya g da di dala ya tak ha ya tersedia resort tapi juga
transportasi.

13

Tourism Strategy

Februari, 2013

Tabel 02. Pengelola Transportasi dan Tour

4.3 Aktivitas Wisata Alam dan Seni Budaya
Keindahan bawah laut merupakan daya tarik utama kepariwisataan Wakatobi. Dengan slogan surga
bawah laut dan keunikan budaya, daerah ini diyakini mampu menarik minat wisatawan. Terdapat
sejumlah aspek wisata menarik di Wangiwangi dan Wangiwangi Selatan (meliputi Pulau Kapota,
Kamponaone dan Pulau Suma). Potensi wisata itu mencakup potensi pantai2, goa, telaga, bentang
2

Master Plan Pengembangan Pariwisata Alam Taman Nasional Wakatobi, Oktober 2012.

14

Tourism Strategy

Februari, 2013

hutan, panorama bukit, spot snorkling dan lokasi penyelaman yang indah dan menyebar di 13 site
Wangiwangi dan Wangiwangi Selatan.

Atraksi di atas merupakan kegiatan yang pernah atau berpeluang untuk dilakukan di Wakatobi. Hasil
identifikasi kegiatan dilakukan bersama-sama pelaku kepariwisataan dan melihat sejauh mana kegiatan
terse ut asuk akal u tuk dilakuka oleh ko u itas-komunitas Wakatobi. Uraian di bawah juga
menunjukan potensi Wakatobi (khusus untuk Kecamatan Wangiwangi dan Wangiwangi Selatan) yang
memiliki akses darat dan laut dan pada dasarnya bisa di jual dengan sejumlah cara.

15

Tourism Strategy

Februari, 2013

16

Tourism Strategy

Februari, 2013

4.4 Produk Lokal
Produk lokal merupakan produk yang dihasilkan oleh kelompok-kelompok pengrajin. Pekerjaan ini
dianggap sebagai kerja sambilan selain berkebun atau berdagang. Terdapat sejumlah kelompok
pengrajin di wilayah Wanci dan Wangiwangi, yang pada umumnya merupakan binaan Yayasan Sintesa
dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Wakatobi. Para pengrajin berkosentrasi pada
produk tenun, kerajinan kayu dan bambu serta produk makanan-makanan kecil.
Para pengrajin tenun pada umumnya merupakan individu-individu yang secara turun temurun memiliki
ketrampilan sebagai penenun traditional. Sedang para pengrajin kayu dan bambu sebagian adalah
pengrajin yang memiliki pengalaman bekerja di luar Wakatobi, dan telah atau pernah menyaksikan jenisjenis kerajinan.

Sarung tenun dengan motif khas dari Pulau Runduma

Pada umumnya promosi dan penjualan produk dilakukan secara manual, dari mulut ke mulut. Belum
dilakukan penyebaran informasi melalui brosur, media cetak atau website. Lainnya, para pengrajin
belum berjejaring dengan para retailer, hotel, tour operator atau penyelenggara kepariwisataan lainnya.
Situasi ini menyebabkan sebagian besar produk tak terserap baik di kalangan pengunjung luar maupun
di dalam Wakatobi sendiri. Tantangan bagi kelompok pengrajin ini adalah memastikan mereka memiliki
kapasitas ketrampilan yang bisa digunakan untuk menunjang management kelompok pengrajin,
memperluas akses pasar, meningkatkan mutu produk, memastikan keberlangsungan produk dan
mempercantik kemasan produk.

17

Tourism Strategy

Februari, 2013

Tabel 03. Kelompok Pengrajin di Wakatobi

18

Tourism Strategy

Februari, 2013

4.5 Makanan Lokal dan Jasa-jasa
Kelompok pengelola makanan ;restauran, rumahmakan, warung, penjaja makanan pinggir jalan dan
pengelola jasa spa dan salón merupakan kelompok yang mengambil bagian dalam proses
kepariwisataan di Wakatobi. Pengelola jasa makanan sebagian besar adalah warga lokal atau warga luar
yang menikah dengan warga Wakatobi. Pengetahuan mereka dalam hal masakan diperoleh secara turun
temurun. Karena itu, sebagian besar menú yang ditawarkan adalah makanan khas dengan menú lokal,
berbasis seafood. Khusus untuk penjaja kue di bagian pasar malam dan pasar pagi, dua lokasi yang bisa
menjadi spot pariwisata darat, belum dikelola secara maksimal. Perlu dukungan terhadap tiga hal yakni
kebersihan, pelayanan dan promosi.
Rata-rata material makanan diperoleh dari Kendari atau luar Kendari (jenis sayuran atau buah). Situasi
ini menyebabkan mata rantai para produksi makanan menjadi panjang dan membutuhkan biaya tak
sedikit. Implikasi dari situasi ini adalah harga makanan cenderung mahal, material makanan tak segar
dan tak variatif. Sejauh ini belum ada pembicaraan serius ditingkatan Pemerintah untuk mendorong
kemampuan pulau-pulau lain yang berpotensi agricultura untuk berjejaring dengan warga pulau lain
yang memiliki keterbatasan dalam bidang agriculture.

4.6 Iklim dan Aktivitas Pariwisata
Aktivitas kepariwisataan di Wakatobi amat tergantung dari iklim yang tengah berlangsung di Wakatobi.
Jumlah kunjungan wisatawan international misalnya berlangsung pada musim teduh di antara bulan
akhir Agustus, September, Oktober, November dan Desember. Sedang turis-turis domestik atau
pengunjung yang datang dalam rangka investasi umumnya berkunjung pada bulan-bulan Mei-Juni. Hasil
dari proses penilaian menunjukkan, warga Wakatobi memahami siklus iklim namun tidak secara detail
memahami bahwa perubahan iklim berpengaruh siginifikan pada jumlah kunjungan dan pada akhirnya
berdampak pada usaha mereka.
Gambar di bawah merupakan salahsatu penilaian terhadap pengetahuan lokal warga atas perubahan
cuaca di Wakatobi. Hasil penilaian menunjukkan bahwa secara umum warga memahami perubahan
cuaca sejak Januari hingga Desember. Mereka merujuk pada bintang dan bulan di langit (astrologi) dan
melihat bahwa sebagian besar aktivitas adat berlangsung saat musim teduh, dimana pada saat itu
jumlah kunjungan wisatawan juga meningkat. Sayangnya, pengetahuan lokal mereka, dan kegiatankegiatan adat mereka tidak terprogram secara rapi untuk menjadi bagian dari program pariwisata di
Wakatobi. Gambar berikutnya menunjukkan kalender penilaian cuaca di Wakatobi.

19

Tourism Strategy

Februari, 2013

20

Tourism Strategy

Februari, 2013

Cuaca teduh, tidak berombak, namun diakhir Desember
hujan mulai muncul tak merata di sejumlah tempat.

Cuaca teduh, acara pernikahan, joget, sunatan, olahraga
traditional dilakukan pada bulan ini. Panen ikan juga
berlangsung dimana-mana. Kunjungan turi

Cuaca cukup teduh, acara-acara pernikahan, sunatan dan
kegiatan adat lainya banyak terselenggara di bulan ini.
Musim pengeringan ikan juga berlangsung hampir di tiap
desa Wakatobi.

21

Tourism Strategy

Februari, 2013

4.7 Pusat Informasi Pariwisata Wakatobi
Pusat informasi pariwisata Wakatobi berlokasi di samping kantor Bupati Wangiwangi. Kantor ini
memiliki tugas khusus dan spesifik yakni mempromosikan dan menyebarkan informasi-informasi terkait
kepariwisataan di Wakatobi. Di bawah koordinasi Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kabupaten
Wakatobi, kantor ini seharusnya menjadi gerbang pertama promosi kepariwisataan Wakatobi.
Sayangnya kantor ini tak didukung oleh data-data cukup dan terbaharukan. Brosur, leaflet, maupun
majalah kepariwisataan merupakan produk lama yang sebagian besar perlu untuk direvisi. Informasi
tentang kepariwisataan Wakatobi juga bisa diperoleh di bandara Matahora Wangiwangi, namun dengan
keterbatasan brosur atau leaflet.
Lainnya, di pintu utama
masuknya wisatawan ini tak
dilengkapi dengan petunjuk
jelas
untuk
mendapatkan
alamat kantor Information
Centre Tourism Wakatobi.
Pintu
utama
juga
tak
mencerminkan spirit Wakatobi
sebagai surga bawah laut.
Diperlukan
ikon
yang
mencerminkan
spirit
kepariwisataan Wakatobi di
pintu utama ini.

22

Tourism Strategy

Februari, 2013

5.0 Analisis SWOT
Untuk melihat strategi apa yang diperlukan dalam rangka mendorong program kepariwisataan di
Wakatobi,
analisis
SWOT
(Strengths—kekuatan/Weaknesses-kelemahan/Opportunities3
peluang/Threats-ancaman) dilakukan secara bersama-sama parapihak. Penting untuk melihat bahwa
berbagai kekuatan internal yang ada di Wakatobi membawa pengaruh besar dalam hal pencapaian
target-target kepariwisataan. Demikian halnya dengan kelemahan internal, membawa pengaruh tak
sedikit. Pengaruh eksternal juga perlu dikaji secara seksama agar program-program selanjutnya bisa
tersusun secara komprehensi dan holistik.

3

Fred R David (2011)

23

Tourism Strategy

Februari, 2013

Tabel 04. Analisis SWOT

24

Tourism Strategy

Februari, 2013

25

Tourism Strategy

Februari, 2013

5.0 Asumsi Strategi
Kajian dokumen, analisis SWOT dan hasil diskusi parapihak, menghasilkan sejumlah asumsi strategi
untuk memperkuat pengelolaan kepariwisataan di Wakatobi. Strategi di bawah merupakan formulasi
dari analisis SWOT di atas. Berikut adalah asumsi strategi tersebut:
Strategi Satu : Kekuatan dan Peluang.
Strategi 1. Mengembangkan pariwisata berbasis keunikan tiap kepulauan






Mendorong kegiatan kepariwisataan berbasis keunikan dan kekayaan sumberdaya alam tiap
pulau di Wakatobi.
Mengembangkan akses komunikasi, promosi dan infrastruktur yang berbasis budaya, dan ciri
khas tiap pulau Wakatobi.
Mendorong keterlibatan aktif forum organisasi rakyat atau warga lokal dalam pengembangan
pariwisata berkelanjutan.
Mendorong lahirnya kerjasama antara tour operator Wakatobi dengan pihak eksternal yang
memiliki pengalaman untuk mempromosikan program pariwisata Wakatobi.
Memastikan aturan local tersosialisasi dengan baik.

Strategi 2. Meningkatkan jumlah turis domestik melalui keterhubungan Kendari, Jakarta, Baubau dan
Wakatobi.






Meningkatkan promosi-promosi di kota-kota yang terhubungkan secara langsung melalui
transportasi udara dan laut.
Menciptakan ruang-ruang kerjasama antar kota-kota terdekat
Mengembangkan i frastruktur ya g

a a

agi pe gu ju g ya g

e iliki keter atasa

(disable) ataupun karena faktor kesehatan dan atau menciptakan akses yang nyaman bagi




semua pihak.
Meningkatkan jumlah festival, even, seminar, atau acara-acara berbasis alam dan budaya.
Memastikan tersedianya informasi yang cukup dan akurat yang bisa diakses melalui jejaring
sosial dan media baik cetak maupun online.

Strategi 3. Meningkatan daya serap produk lokal di Wakatobi melalui jejaring promosi





Mengembangkan framework dan regulasi yang mengatur tentang pengembangan produk lokal.
Mendorong berjejaringnya pengelola produk lokal bentukan forum dengan pihak luar yang
memiliki fokus sama dalam pengembangan produk lokal
Menjejaringkan akses daerah pariwisata dengan ketersediaan produk lokal

26

Tourism Strategy



Februari, 2013

Meningkatkan promosi-promosi produk lokal melalui pameran, festival dan acara-acara
kepariwisataan lainnya.
Kuatnya kekuasaan para pemangku adat dan sara di Wakatobi merupakan peluang besar untuk
memfilter masuknya mendorong munculnya kegiatan-kegiatan budaya yang unik, local dan



original.
Mengapresiasi kebijakan-kebijakan lokal terkait dengan pengelolaan sumberdaya alam di
Wakatobi.

Strategi Dua :Kekuatan dan Ancaman
Strategi 4. Program kepariwisataan berbasis iklum dan Kluster Keunikan di Wakatobi.


Perubahan cuaca dan iklim membawa pengaruh besar pada jumlah kunjungan wisatawan.
Karena itu, perencanaan kegiatan kepariwisataan sebaiknya dibuat berbasiskan perubahan







cuaca di Wakatobi dan terinformasikan ke pihak luar secara rapi.
Memastikan koordinasi antar semua pihak pelaku tourism dalam perencanaan kegiatan,
ketepatan waktu dan ketepatan informasi.
Memastikan ketersediaan transportasi yang aman dan nyaman
Memastikan tersosialisasinya dan terpromosinya jalur-jalur wisata yang bisa termanfaatkan
pada musim-musim berbeda.
Mendorong tumbuhnya wirausaha-wirausaha lokal berkapasitas profesional.

Strategi 5. Meningkatkan profesionalisme, kualitas komunikasi, jejaring dan profesionalisme di sektor
kepariwisataan.









Mendorong penguatan jejaring kerjasama yang telah ada dilevel Forum Masyarakat
Meningkatkan kapasitas para pelaku kepariwisataan melalui program-program peningkatan
kapasitas
Mengembangkan hubungan komunikasi antara para pelaku kepariwisataan dengan fórumforum komunitas di empat pulau Wakatobi
Memperkuat jaringan media-media alternative bentukan forum
Mendorong lahirnya standar profesionalisme para pelaku kepariwisataan di Wakatobi yang
terintersepsi hingga ke jaringan-jaringan komunitas rakyat
Memperkuat rumah belajar di wilayah jejaring joint program TNC-WWF dan memastikan
terjadinya proses belajar kepariwisataan secara berkelanjutan.

27

Tourism Strategy



Februari, 2013

Memastikan adanya peningkatan pemahaman terhadap program konservasi bagi para pelaku
kepariwisataan di Wakatobi
Mendorong lahirnya kerjasama-kerjasama aktif antara pengelola kepariwisataan dengan pihak
luar.

Strategi Tiga : Kelemahan dan Peluang
Strategi 6.

Meningkatkan kemampuan Pemerintah dalam management pengelolaan pariwisata

berkelanjutan.


Wakatobi telah menjadi target bagi tamu-tamu yang memiliki minat pada konservasi, karena itu
diusulkan untuk memperkuat image Wakatobi sebagai daerah kepariwisataan yang berbasis










kebahaharian, ekologi, dan pro pada keberlanjutan.
Memastikan program-program bantuan bersentuhan langsung dengan peningkatan pemahama
dan ketrampilan warga Wakatobi.
Meningkatkan level pelayanan Pemerintah terhadap para pelaku usaha kepariwisataan
Menciptakan kemudahan berinvestasi bagi pelaku-pelaku usaha di Wakatobi.
Memastikan tersedianya regulasi yang mengatur tentang standar pariwisata berkelanjutan dan
bisa menjadi rujukan semua pelaku kepariwisataan.
Mendorong pemerataan pendidikan dan mencegah angka putus sekolah melalui peningkatan
pendapatan warga dari sektor kepariwisataan.
Memastikan pembaharuan data-data kepariwisataan secara periodik dan tersosialisasikan
dengan baik dan tersistematis.

Strategi Empat : Kelemahan dan Ancaman
Strategi 7. Pembentukan Lembaga Tourism atau dukungan terhadap forum yang telah terbentuk
dalam rangka mendukung peran aktif para pelaku kepariwisataan








Dukungan dan legitimasi Pemerintah terhadap fórum tersebut
Memastikan sistem pendataan rapi untuk tiap investasi dan identifikasi produk-produk
Wakatobi
Mendorong peningkatan profesionalisme para pelaku kepariwisataan
Memastikan bersinerginya program-program Pemerintah yang bertujuan menyukseskan
program kepariwisataan Wakatobi.
Memastikan dukungan pendanaan yang fleksible terhadap program kepariwistaan.

28

Tourism Strategy

Februari, 2013

6.0 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Kepariwisataan
Faktor-faktor di bawah ini merupakan komponen yang mempengaruhi pengembangan kepariwisataan
di Wakatobi4. Sebagai contoh, diperlukan evaluasi segmen untuk mengetahui secara pasti dukungan
apa yang dibutuhkan untuk mempengaruhi pasar dan meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan di
Wakatobi. Berdasarkan data statistic Balai Taman Nasional Wakatobi (2011) terdapat angka fluktuatif
jumlah kunjungan wisatawan ke
Wakatobi terhitung sejak tahun 1996 –
2011. Pada profil 1,2 dan 3, kunjungan
tamu yang tercatat merupakan
representatif dari dua kelompok besar
yakni pengunjung yang berbasis riset
dan pengunjung berbasis rekreasi.
Sayangnya tidak ditemui data lengkap
profil tamu yang bisa digunakan untuk
mengevaluasi pasar kepariwisataan di
Wakatobi. Pencatatan yang tak rapi di
hotel atau penginapan-penginapan
Wakatobi menyulitkan pendataan
tersebut.

4

Source: Eagles, 1997

29

Tourism Strategy

Februari, 2013

Profil 01. Kunjungan 1996-2000
700

600

500

400

Kunjungan Berbasis Riset
Kunjungan Berbasis Rekreasi

300

Lain-lainnya

200

100

0
1996/1997

1998/1999

2000

Profil 02. Kunjungan 2000-2005
1400
1200
1000
800

Kunjungan berbasis riset

600

Kunjungan berbasis rekreasi
Lain-lainnya

400
200
0
2001

2001/2002

2003/2004

2005/2006

30

Tourism Strategy

Februari, 2013

Profil 03. Kunjungan tahun 2007-2011
3500
3000
2500
2000

Kunjungan berbasis riset
Kunjungan berbasis rekreasi

1500

Lain-lainnya
1000
500
0
2007

2008/2009

2010/2011

2012

6.1 Segmen Pengunjung
Tiga kategori pengunjung di Wakatobi ;pengunjung berbasis riset dan pengunjung berbasis rekreasi alam
telah menunjukkan bahwa kepariwisataan berbasis sumberdaya alam merupakan faktor yang
mendorong pengunjung menentukan pilihannya. Boleh dikata, kekayaan alam, keunikan bawah laut
Wakatobi dan kesan kuat terhadap konservasi telah mempengaruhi pilihan para wisatawan yang
menginginkan pengalamaan berbeda. Sejumlah responden mengatakan, pilihan pengunjung untuk
menikmati pengalaman berbeda di Wakatobi telah membawa pengaruh positif terhadap kesadaran dan
pandangan warga Wakatobi sendiri terhadap program konservasi yang berkembang di Wakatobi.
6.1.1 Kunjungan Berbasis Bentang Alam
Wisatawan yang menentukan pilihan untuk mengunjungi Wakatobi karena daya tarik bentang alamnya
merupakan pengunjung yang menunjukkan peningkatan dari tahun 1996 hingga 2011. Mereka (lihat
coloum berwarna merah) menunjukkan peningkatan cukup kuat dari tahun ke tahun. Meski terlihat
penurunan pada tahun-tahun tertentu. Namun bisa dikata angka mereka cukup menggembirakan.
6.1.2 Kunjungan Berbasis Seni-Budaya
Jumlah ini tidak secara jelas tercerminkan dalam profil pengunjung Wakatobi. Tidak ditemukan pula data
secara jelas yang menunjukkan angka pengunjung berbasiskan seni dan budaya ini. Namun berdasarkan
interview dan diskusi-diskusi, jumlah pengunjung berbasis budaya sangat minim disebabkan oleh
minimnya kegiatan dan festival-festival di darat Wakatobi. Lainnya, praktis minus promosi dan tidak
teridentifikasinya dengan baik kegiatan budaya yang bisa menahan pengunjung tinggal lebih lama di
Wakatobi.

31

Tourism Strategy

Februari, 2013

6.1.3 Kunjungan Berbasis Pendidikan
Pengunjung kategori ini merupakan kelompok yang datang untuk riset, internship dan kerja sosial.
Jumlah mereka berdasarkan profil pengunjung sejak tahun 1996-2011 naik turun pada tahun-tahun
tertentu. Tidak ditemukan basis data jelas terhadap jenis riset atau ketertarikan mereka terhadap isu-isu
tertentu di Wakatobi. Di perlukan strategi lebih lanjut untuk menjadikan Wakatobi sebagai lab penelitian
terbaik di dunia.

6.2 Proteksi Sumberdaya Alam
Hasil kuisioner dan diskusi dengan parapihak menunjukkan bahwa pemahaman para pelaku
kepariwisataan terhadap pengelolaan sumberdaya alam dan strategi untuk melindungi kelestariannya (
di luar dari praktek zoning) perlu untuk ditingkatkan. Pada umumnya pelaku kepariwisataan memahami
bahwa Wakatobi adalah sebuah taman nasional yang memiliki 9 sumberdaya penting untuk dilindungi,
namun tidak cukup spirit dan pemahaman bagaimana mereka bisa terlibat mendukung konservasi
melalui usaha-usaha mereka. Peningkatan pemahaman terhadap tujuan besar konservasi dan
agai a a praktek pari isata erkela juta dilaksa aka aka
e duku g ke ijaka , aksi da
monitoring dalam proses revitalisasi program kepariwisataan di Wakatobi.

6.3 Infrastruktur
Infrastruktur di sini melingkupi jalan, pelabuhan, bandara, pedestrian, listrik, sanitasi dan komunikasi di
Wakatobi. Hasil kuisioner, wawancara dan diskusi-diskusi menunjukkan bahwa pembangunan
infrastruktur di Wakatobi belum terlaksana merata di sejumlah wilayah. Keterbatasan budget
pemerintah, perubahan politik, keterpencilan área menjadi alasan-alasan tidak berkembangnya
infrastruktur dan fasilitas. Lainnya, sejumlah fasilitas dinilai tak bersisian dengan semangat
ke erla juta ya g dide gu g-dengungkan. Seringkali pula pembangunan infrastruktur tidak sejalan
dengan promosi kepariwisataan. Sebagai contoh, penunjukkan Pulau Kapota sebagai salahsatu aset
wisata tidak diikuti dengan peningkatan infrastuktur untuk pelabuhan, dimana para pengunjung bisa
berangkat dan tiba. Pelabuhan menuju Pulau Kapota justru berada di belakang pasar pagi Wanci, atau di
Pelabuhan Mola yang arah dan letaknya tidak terpromosikan dengan baik.
Di Wa i, Ka pu g Bajo ya g isa e iliki daya tarik lokasi i dige ous people terha at de ga
fasilitas yang tidak pro dengan pengetahuan local mereka. Pembangunan akses jalan misalnya, dibua
tanpa koordinasi dengan warga setempat. Pada akhirnya akses jalan tersebut menutupi saluran-saluran
air warga yang dikenal sebagai warga laut ini. Jalan penghubung itu juga menutupi keunikan warga
Bajau, kini semakin sempit akses perahu-perahu traditional di kawasan tersebut. Lainnya, pembangunan
jalan tersebut membuat air tergenang dan berpeluang menimbulkan penyakit menular.
Air bersih, komunikasi dan listrik juga belum terbangun merata di sejumlah wilayah kepariwisataan
Wakatobi. Dibutuhkan dukungan dan alokasi budget untuk memastikan terbangunnnya lokasi wisata
yang ditargetkan. Lainnya, infrastruktur Wakatobi dinilai belum ramah terhadap pengunjung disable.

32

Tourism Strategy

Februari, 2013

6.4 Keselamatan dan Penegakan Hukum
Keselamatan dan penegakan hukum merupakan faktor yang mempengaruhi perkembangan
kepariwisataan sebuah daerah. Responden menunjukkan tidak semua fasilitas pendukung
kepariwisataan Wakatobi –kapal laut, kendaraan darat (mobil, ojek, bentor) dilengkapi dengan alat
pendukung keselamatan . Kesadaran terhadap keselamatan juga amat minim. Ketidakpahaman mereka
selanjutnya terkait dengan pelayanan yang diberikan (contoh ; merokok saat mengendarai, menelpon
dan memacu kendaraan di atas kecepatan yang dianjurkan). Bagi kapal-kapal reguler antar pulau, tidak
semua memiliki perangkat keselamatan bagi penumpangnya. Perlu dukungan dari Pemerintah dan
pihak-pihak terkait untuk mengubah situasi ini dan mendorong pelaku kepariwisataan dibidang
transportasi untuk meningkatkan stándar dan pelayanan mereka. Demikian halnya di akomodasiakomodasi yang berkembang di Wakatobi, pada umumnya minim dengan alat pendukung keselamatan
(tabung pencegah kebakaran contohnya). Masih terkait dengan penegakan hukum, belum ditemui
adanya sosialiasi terhadap seluruh pelaku pengelola kepariwisataan di Wakatobi untuk rencana bersama
menajdikan Wakatobi sebagai daerah kondusif bagi para wisatawan.

6.5 Monitoring Dampak dan Evaluasi Kualitas
Monitoring dampak ini terkait dengan tingkat pelayanan dan evaluasi kualitas para pelaku
kepariwisataan terhadap para pengunjung. Umumnya para respondent dari group akomodasi, jasa
makanan, produk local, transportasi dan tour operator minus dalam memantau kepuasan dan dampak
pelayanan mereka terhadap para pengguna jasa mereka. Tidak ditemukan juga adanya penelitian yang
terkait dengan tingkat kepuasan wisatawan terhadap jasa dan pelayanan. Meskipun begitu, rata-rata
pengelola jasa dan pelayanan mengatakan, tingkat pemahaman mereka yang kurang terhadap tata
pelayanan prima menjadi alasan-alasan keluhan para pengunjung.
Kualitas dan mutu produk juga menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam rencana peningkatan wajah
kepariwisataan Wakatobi. Hasil interview menunjukkan bahwa rata-rata produk yang dijual oleh
kelompok-kelompok tertentu tak memiliki standar cukup baik dari sisi estetika, design, kemasan
maupun rasa. Lainnya, terdapat masalah dalam hal promosi dan pemasaran yang tidak diperhitungkan
sebagai bagian dari upaya penyerapan produk-produk ini.

6.6. Penyebaran Informasi (Promosi-Promosi)
Penyebaran informasi atau promosi merupakan faktor penting dalam rangka meningkatkan jumlah
pengunjung ke Wakatobi. Pada tahun 2000-2008, boleh disebut sebagai masa keemasan Wakatobi
dalam hal promosi di media-media mainstream lokal dan nacional. Tantangannya justru, meski dikenal
melalui media tersebut, namun informasi detail tentang Wakatobi sulit diperoleh. Tak mudah
mendapatkan data secara akurat tentang wilayah yang ingin dituju, biaya, rute transportasi dan
ketepatan waktu yang dibutuhkan. Kurangnya update data penunjang, dan minimnya teknologi menjadi
alasan penyebaran informasi tidak berjalan maksimal. Perlu juga untuk memanfaatkan jaringan media
alternatif dan media elektronik lokal, dimana para responden mengatakan jauh lebih banyak
menyaksikan dan mendengar radio lokal atau televisi lokal dibanding membaca suratkabar (yang
notabene tiba sehari terlambat).

33

Tourism Strategy

Februari, 2013

6.7 Ruang Belajar bagi Pelaku Kepariwisataan
Peningkatan ketrampilan dan pengetahuan merupakan bagian tak kalah pentingnya dalam proses
membawa pariwisata Wakatobi ke arah lebih baik. Terdapat sejumlah program yang kini fokus pada
pengelolaan kepariwisaan di Wakatobi, yakni program yang diusung oleh TNC-WWF, British Council,
Sintesa, Taman Nasional Wakatobi, Dinas Pariwisata dan PNPM Pariwisata serta Swiss Contact (masih
dalam perencanaan). Seluruh program ini dituntut untuk saling mengisi untuk mencegah tumpang tindih
dan untuk menyelaraskan kebutuhan-kebutuhan para pelaku kepariwisataan.

34

Tourism Strategy

Februari, 2013

7.0 Tantangan Kepariwisataan di Wakatobi
Pertanyaan bagi pengelola kepariwisataan Wakatobi hari ini adalah ; Akan kemana program
kepariwisataan ini? Apakah progra pari isata i i telah erjala ke arah ke erla juta ? Bila tidak, apa
yang perlu dilakukan? Perlukah menyesuaikan aksi atau mengubah managemen secara keseluruhan?
Pertanyaan-pertanyaan di atas diajukan untuk melihat gap antara penyelenggara kebijakan dan
pelaksana program pariwisata di lapangan (lihat bagan alur pemikiran). Telah diketahui bersama bahwa
tingkat pemahaman terhadap tujuan besar kepariwisataan di kawasan proteksi area akan
mempengaruhi aksi dan kebijakan pariwisata.

Data menunjukkan bahwa belum terjadi keselarasan antara pelaku perencana kepariwisataan dengan
pelaku kepariwisataan itu sendiri. Sebagian besar persoalan bertumpu pada pada aspek : sumberdaya
manusia, infrastruktur, kebijakan, perubahan politik, promosi dan marketing. Tabel di bawah ini
mengurangikan tipe pengelolaan kepariwisataan di Wakatobi dan dukungan apa yang diperlukan agar
para pelaku ini mampu.

35

Tourism Strategy

Februari, 2013

Tabel 05. Tipe Pengelolaan Kepariwisataan di Wakatobi

Jenis Usaha
Akomodasi

Deskripsi
-Bahan bangunan dari wilayah lokal Wakatobi
-Pekerja pada umumnya keluarga atau kerabat yang tak
memiliki skill dalam hal pelayanan.
-Standar gaji pekerja rendah, sebagian dari mereka adalah
karyawan paruh waktu.
- Tarif kamar masih berkisar Rp 50 – Rp 200.000 dengan
fasilitas terbatas.
-Tarif kamar berkisar Rp 250-500.000 dengan pelayanan
maksimal.
- Pemilik rata-rata tak memahami management
pengelolaan akomodasi
- Minim promosi
- Minim pelatihan peningkatan kapasitas
-Minim pengetahuan terhadap wilayah konservasi
Wakatobi
-Tak memiliki basis data lengkap para tamu-tamu di
akomodasi mereka, dan tak memahami tata cara
pelayanan tamu yang berbeda kultur, budaya dan bahasa
-Tak berkomunikasi aktif dengan pihak Pemerintah
-Minim penguasaan bahasa asing

Keterangan
Diperlukan dukungan
untuk memperkuat
management,
kepemilikan dan
perbaikan estándar
pelayanan dan
pengalaman para
pengelola akomodasi ini.

Makanan dan
minuman

-Makanan berbasis sea food bisa diperoleh dari lokal
Wakatobi
-Makanan non seafood pada umumnya berasal dari luar
-Kebersihan dan pelayanan perlu ditingkatkan
-Produk makanan dan minuman monoton
-Harga tergolong mahal
-Belum adanya stándar dan monitoring yang rutin dari
Pemerintah untuk faktor kebersihan ini.
- Minim promosi
-Belum ada asosiasi para pengelola jasa makanan dan
minuman ini
-Minim pelatihan peningkatan kapasitas
-Minim pengetahuan terhadap sumberdaya penting di
Wakatobi
-Minim pengetahuan terhadap perubahan iklim atau
event-event yang akan diselenggarakan.
- Minim pengetahuan terhadap tata cara pelayanan tamu
yang berbeda kultur, budaya dan bahasa.
- Minim pengetahuan dalam berbahasa asing.

Diperlukan dukungan
untuk memperkuat posisi
para pelaku
kepariwisataan di bidang
ini.

Transportasi

-Pada umumnya dimiliki oleh orang lokal
-Memiliki fasilitas AC
36

Tourism Strategy

Tour Operator

Produk lokal
dan jasa
lainnya

Februari, 2013

-Tak ada tarif yang seragam, tiap pengelola kendaraan
memberlakukan harga sesuai standar perusahaannya
-Belum bernaung di bawah organisasi pengelola jasa
transportasi
-Minim komunikasi sesama pengelola transportasi
-Minim pelatihan peningkatan kapasitas di bidang
pelayanan
-Minim pengetahuan terhadap keselamatan, rute dan
pemahaman atas wilayah proteksi Wakatobi.
-Tak mampu berbahasa asing
-Tak memiliki pemahaman terhadap perubahan iklim
-Tak memiliki pemahaman terhadap perbedaan budaya,
kultur dan bahasa
-Bekerjasama dengan pihak luar
-Masih dalam jumlah terbatas
- Memiliki jaringan cukup baik namun terbatas dengan
pengelola hotel, transportasi, lokal produk dan pengelola
jasa makanan dan minuman
-Minim penguasaan terhadap bahasa asing
-Minim promosi
-Minim dukungan untuk peningkatan kapasitas
-Masih berbasis wisata selam
-Material dari wilayah Wakatobi
-Produk terdesign sederhana, tak ada monitoring untuk
kualitas produk
-Harga relative terjangkau
-Minim promosi
-Minim dukungan dari pengelola hotel atau tour operator
-Tersebar di sejumlah tempat sehingga sulit untuk
dijangkau para pengunjung
-Produk tak selalu tersedia
-DIkelola oleh kelompok kecil, umumnya kelompok
keluarga atau para tetangga-tetangga
-Tak mengikuti perkembangan kepariwisataan, dan tak
memahami kapan saatnya menjual produk
-Tak mengetahui jadwal kunjungan pengunjung
-Produk makanan tak memiliki masa kadaluwarsa jelas dan
tercetak
-Minim dukungan peningkatan kapasitas
-Tak memiliki management rapi
-Tak memiliki kemampuan pelayanan dan penjualan
-Minim dalam penguasaan bahasa asing

37

Diperlukan dukungan
kuat untuk
mempertahankan dan
mendorong para tour
operator mengambil
porsi lebih besar dalam
promosi-promosi

Diperlukan dukungan
yang kuat untuk
mendorong kelompok ini
memiliki framework,
target kerja dan
mengambil bagian secara
aktif di setiap proses
kepariwisataan.

Tourism Strategy

Februari, 2013

7.1 Analisis Kebocoran di tingkat Pelaku Kepariwisataan
Menempatkan kepariwisataan sebagai sa