perencanaan kota komersial pada koridor

Kecamatan Lirik, Kabupaten Indragiri Hulu

Studio Perencanaan Kota 1

Kecamatan Lirik, Kabupaten Indragiri Hulu

Studio Perencanaan Kota 2

Kecamatan Lirik, Kabupaten Indragiri Hulu

BAB I

BAB I

Studio Perencanaan Kota 3

Kecamatan Lirik, Kabupaten Indragiri Hulu

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kecamatan Lirik merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Indragiri

Huluyang sudah mengalami perkembangan yang masih minim, ini ditandai dengan
sedikitnya pertambahan jumlah penduduk yang ada dari tahun ke tahun.Adapun luas
Kecamatan Lirik pada tahun 2014 adalah 233,60 km2 atau 22.040 Ha,mempunyai 17
desa dengan pusat pemerintahan berada di desa Lirik Area.
Selain itu perkembangan pembangunan fisik di wilayah Kota Kabupaten Inhu
sendiri telah mengalami perubahan, Salah satunya di Kecamatan Lirik yang
mengalami berbagai perkembangan terutama pada sektor migas, dan kecamatan ini
memiliki jaringan jalan yang strategis karena berada pada jalur lintas nasional yang
menghubungkan antara kabupaten pelalawan dan kabupaten Indragiri Hulu.
Maka dari itu dengan adanya penyusunan,pemanfaatan lahan

dan

pengembangannya mampu memajukan Kabupaten Inhu ini bukan hanya dari sektor
perekonomiannya, namun sektor-sektor lainya seperti pendidikan, pemerintahan,
sosial, perdagangan dan jasa, SDA,dan olahraga agar dapat dikembangkan mutu atau
kualitas serta potensi fisik yang dimilikinya dan lebih dikembangkan lagi untuk
kedepannya.
Adanya penyusunan penataan ruang di Kabupaten Inhu yang menggambarkan
mutu komponen penyusunan ruang sehingga terwujud keserasian, keselarasan, dan

keseimbangan pemanfaatan ruang yang mengindahkan faktor daya dukung
lingkungan, fungsi lingkungan, lokasi, dan struktur (keterkaitan jaringan infrastruktur
dengan pusat pemukiman dan jasa).
Perkembangan daerah kawasan perkotaan tepatnya di Desa japura dan Desa
Lirik Area dimulai dengan adanya pembangunan bandar udara japura sebagai bandar
udara yang di kabupaten inhu, dan dengan adanya potensi Perindustrian Pertamina
Migas. Hal itu menyebabkan timbulnya perkembangan aktivitas permukiman
penduduk saat itu, walaupun sudah terdapat beberapa masyarakat melayu yang telah
mendiami daerah di sepanjang jalan koridor kawasan perkotaan di Desa Japura
kawasan hunian mereka. Kawasan perkantoran lebih dominan berkembang di Desa
Lirik Area namun masalah pembangunan kota terhalang karena adanya kawasan
industri Pertamina.

Studio Perencanaan Kota 4

Kecamatan Lirik, Kabupaten Indragiri Hulu

Karakteristik Fisik Koridor jalan Lintas Timur Pola penggunaan lahan berdasarkan
pola bangunan disepanjang koridor jalan Lintas timur sebagai perdagangan dan jasa dan
juga sebagai kawasan pemukiman. Keberadaan pasar Japura sebagai tarikan utama

penduduk melakukan aktivitas perdagangan dan jasa, sehingga hampir keseluruhan
bangunan di koridor kawasan perkotaan di Desa Japura digunakan sebagai perdagangan
dan kawasan pemukiman.
Struktur Ruang kawasan yang terbentuk oleh dua elemen yaitu elemen pembetuk
struktur tata ruang kawasan yang

linear

dan berbentuk

grid, kedua struktur ini

membentuk kawasannya masing-masing. Elemen struktur ruang linear terbentuk secara
jelas pada koridor jalan Lintas Timur khususnya pada kawasan sekitar Desa Japura yang
memang berkembang pesat sebagai kawasan perdagangan dan jasa, sedangkan elemen
struktur ruang grid terbentuk dipermukiman warga disekitar koridor Jalan Lintas Timur
Japura. Elemen pembentuk Figure Ground berupa elemen solid merupakan elemen yang
menjelaskan tentang keteraturan massa bangunan yang ada di koridor Jalur terdiri dari
Block Tunggal, Block yang mendifinisi sisi, dan Block Medan. Untuk elemen void terdiri
dari dua yaitu Sistem Terbuka yang sentral dan sistem Tertutup yang Linear. Elemenelemen solid/void tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya karena secara bersamasama membentuk unit perkotaan yang menunjukkan sebuah tekstur perkotaan dalam

dimensi yang lebih besar.
Karakteristik kawasan koridior Jalan Lintas Timur Japura bersifat heterogen, bahwa
terdapat dua atau lebih pola yang saling berbenturan, sehingga membentuk pola figure
ground yang heterogen (bermacam). Keberadaan makam Raja – Raja Japura, memiliki
sejarah dan budaya yang begitu kental dengan Desa Japura.
Perkembangan aktivitas perdagangan dan jasa yang meliputi pasar, pertokoan,
warung, dan sebagainya, yang bersifat linear mempengaruhi perkembangan Desa Japura
yang termasuk kedalam PPL kabupaten Inhu.Melihat potensi tersebut, di wilayah ini
dimungkinkan akan selalu berkembang kompleks perdagangan, terutama untuk pertokoan
dan pasar swalayan dengan skala sedang dan besar.Pola bangunan pada kawasan koridor
Jalan Lintas Timur Japura memiliki kerapatan antar bangunan yang kurang terbangun
dengan layak, hal yang dikarenakan pembangunan yang di dasarkan oleh dana pribadi
masyarakat, namun tidak sebandingdengan ketersediaan lahan untuk kawasan terbangun.
Karakteristik yang ditunjukan oleh analisis

Place

merupakan analisis yang

menggambarkan suatu bentang budaya dari struktur ruang kota dalam hal ini koridor Jalan

Lintas Timur Japurayang merupakan salah satu kawasan embrio di Kecamatan Lirik.
Studio Perencanaan Kota 5

Kecamatan Lirik, Kabupaten Indragiri Hulu

Keberadaan Masjid, Pasar, Makam Raja Japura, dan Bandar Udara memiliki struktur
ruang kawasan baik yang digunakan sebagai perdagangan dan jasa maupun permukiman
merupakan salah satu pola perkembangan dari kawasan Desa japura yang menunjukan
suatu identitas atau karakteristik dari Desa japura sendiri.
Analisis kondisi fisik dengan teori perancangan kota dimaksud dengan menjelaskan
bentukan-bentukan fisik pada struktur ruang di Kecamatan Lirik dengan beberapa variabel
yang ada pada teori perancangan kota, variabel tersebut terdiri dari tata guna lahan, bentuk
dan massa bangunan, sirkulasi dan parkir, ruang terbuka, jalur pejalan kaki, aktivitas
pendukung, penandaan, serta preservasi.
Kompleksitas permasalahan pada koridor di Jalan Lintas Timur perlu dipikirkan
secara komprehensif alternatif pemecahannya. Oleh sebab itu penataan terhadap koridor
sangat diperlukan guna menata vista dan serial vision (pengertian serial vision—yang
dikutip dari buku Ruang Publik dalam Arsitektur Kota oleh Prof.Ir. Edy Darmawan,
M.Eng—yaitu penataan secara visual suatu penggal jalan tertentu atau ruang terbuka,
dengan menempatkan focal point atau kontras tertentu sehingga


menimbulkan suatu

dramatisasi dalam suatu deretan visual, dengan demikian pengamat akan merasa terkejut
terhadap suatu pandangan yang terlihat sepotong-sepotong) koridor dari daerah tersebut,
diantaranya penanganan masalah parkir yang keberadaanya masih mengganggu aktivitas
lainnya, pemberian fasilitas berupa area Pedagang kaki Lima (PKL) yang dapat
menampung semua kegiatan yang ada dan memfungsikan kembali alun-alun sebagai ruang
publik kota, pemberian elemen-elemen yang dapat mengikat arsitektur masa lampau dan
masa kini menjadi satu kesatuan yang harmonis serta pemberian perabot jalan (street
furniture) yang merupakan fasilitas penunjang yang ada di koridor Jalan Lintas Timur.
Koridor Jalan Lintas Timur yang merupakan koridor utama kota membutuhkan penataan
yang dapat mengatasi permasalahan tersebut diantaranya dengan caramengetahui secara
rinci permasalahan-permasalahan yang ada dan menggali potensi di sepanjang koridor
sehingga dapat memberikan solusi-solusi yang tepat serta mewujudkan ruang publik dan
vista kota yang lebih baik.

1.2 Perumusan Masalah

Studio Perencanaan Kota 6


Kecamatan Lirik, Kabupaten Indragiri Hulu

Kecamatan Lirikmerupakan salah satu kecamatan yang memiliki potensi kawasan
industri yang begitu aktif di Kabupaten Inragiri Hulu, terutama industri yang ada di
Kecamatan Lirik ini tidak lagi hanya terkenal di dalam negeri, namun berskala kan
internasional. Sebut saja Pertamina, Pertamina merupakan salah satu industri di
Kecamatan Lirik yang begitu sangat menjanjikan, baik dari segi lapangan pekerjaan
maupun perekonomian sehingga dapat di rencanakan timbulnya pusat – pusat kegiatan
wilayah.Lirik juga memiliki letak kawasan yang sangat strategis . dikarenakan
Kecamatan Lirik terletak pada pintu gerbang utama keluar dari Kabupaten Pelalawan
menuju lintas Jakarta. Hal tersebut yang dapat menjadi daya tarik dan keunikan
Kecamatan Lirikuntuk dapat dikembangkan dimasa yang akan datang.
Berdasarkan hasil pengamatan dan observasi dilapangan, Kecamatan Lirik
memiliki kawasan industry migas ( pertamina ) yang dapat ikut mengembangkan
daerah sesuai dengan potensi yang ada. Pemanfaatan lahan yang efisien sangat
dibutuhkan agar tidak terjadi alih fungsi (share) kawasan yang tidak sesuai dengan
penataan ruang. Untuk itu dibutuhkan rencana pengembangan kawasan Kecamatan
Lirik berbasis industri yang belum terealisasi dengan baik, dengan mempertimbangkan
beberapa aspek dan sektor pendukungnya, sehingga Kecamatan Lirik dapat

meningkatkan potensi yang berdaya guna dan hasil guna bagi ekonomi masyarakat.
Dalam upaya pengembangan Kecamatan Lirik dengan memperhatikan kawasan
perkotaan, terdapat isu-isu atau permasalahan yang terjadi dan menjadi faktor utama
dalam rencana pengembangan Kawasan tersebut. Permasalahan utama dalam
pengembangan industri di Kecamatan Lirik adalah belumberkembangannya kawasan
perkotaan di kec Lirik sebagai Pusat Pelayanan Lokal. Hal tersebut terjadi karena
adanya faktor pendukung yang membentuk masalah utama. Faktor pendukung tersebut
antara lain sebagai berikut:

1. Kurang optimalnya kinerja pemerintah
 Kurangnya kinerja pemerintah dalam pemanfaatan TGL membuat masih
banyaknya lahan kosong yang seharusnya dapat digunakan sebagai potensi
untuk pengembangan kota Lirik.

Studio Perencanaan Kota 7

Kecamatan Lirik, Kabupaten Indragiri Hulu

 Selain itu, perubahan fungsi kawasan atau konservasi lahan, seperti perubahan
lahan pertanian menjadi lahan permukiman karena ada factor pendukung yang

berperan. Misalnya, kawasan pertanian yang dekat dengan pusat kota dijadikan
kawasan permukiman karena pertimbangan kawasan perdagangan yang lebih
efisien.
2. Kurang Optimalnya Pengembangan potensi Koridor Jalan Nasional
 Belum berkembangnya Kecamatan Lirik dalam Penyediaan Fasilitas ,
Pelayanan Pendukung Perdagangan & Pengoptimalan kawasan Insentif
3. Keterbatasan Lahan antara kawasan industri dan Lahan Pemerintah dalam
Proses Penataan Ruang dan Tata Guna Lahan.
 Hal ini terjadi dikarenakan lahan Kawasan Industri ( berskala International )
mengakibatkan banyak lahan di sekitar industry yang tidak boleh dibangun
oleh pemerintah ataupun masyarakat.

Studio Perencanaan Kota 8

Kecamatan Lirik, Kabupaten Indragiri Hulu

Gambar 1.1 Kerangka Masalah

Sulitnya menemukan kebutuhan pokok
untuk kebutuhan sehari-hari


Penurunankegiatanekonomiperkotaandis
ektorperdagangandanjasa

Isu Pokok:
Belumoptimalnyadampakpositiv
e dari KSK Koridor Utara Jalan
Lintas Timur (Jalintim)
Sumateraterhadapperkembangan
Kecamatan Lirik

Pusat–pusat perdagangan dan jasa
masih terpencar

BelumTercapainyaSistemPerkotaanWil
ayah Kecamatan Lirik sebagai PPK
(Pusat Pelayanan Kawasan) & PPL

Aksesibilitas internal daneksternal yang tidak
baik di KawasanPerdagangandanjasa di

Japura

Tidakkonsistensinyapembangunandankeserasi
anperkembangankawasanperkotaandengan
RTRW KabupatenIndragiri Hulu.

(Pusat Pelayanan
Lingkungan)usatKegiatanLokalPromos
Belum terpenuhinya kebutuhan
Infrastrukur cagar budaya berupa
bangunan khusus sebagai objek/daya
tarik terhadap gambaran budaya INHU
di kecamatan Lirik

Studio Perencanaan Kota 9

Lambatnya pertumbuhan dan
perkembangan kota

Kurangnya peduli pemerintah atas cagar
budaya/ ciri khas dari daerah

Rencana penataan
koridor kawasan
perkotaan lirik
sebagai
gerbangmenuju
kabupaten
Indragiri Hulu

Kecamatan Lirik, Kabupaten Indragiri Hulu

1.3 Tujuan dan Sasaran
1.3.1 Tujuan
Tujuan kegiatan ini adalah terkait penataan koridor kawasan perkotaan Lirik
sebagai gerbang kabupaten inhu dengan menganalisa bentuk masalah - masalah
perkotaan beserta potensinya . Untuk Tahap selanjutnya yaitu:
1.3.2 Sasaran
Menganalisa berbagai bentuk masalah-masalah perkotaan beserta potensi yang
terdapat diwilayah study khususnya kawasan perkotaan Lirik sebagai Pusat Pelayanan
Lokaldan memberikan out put / hasil akhir berupa arahan dan kebijakan yang nantinya
diharapkan mampu diterapkan diberbagai Stakeholder
Adapun sasaran yang ingin di capai dengan terlaksanya kegiatan ini adalah:
1.
2.

Mewujudkan kondisi kota yang kondusif di Kecamatan Lirik.
Mewujudkan kawasan perkotaan yang menjadikan Kecamatan Lirik sebagai

3.

pusat pelayanan lokal
Menciptakan Kesingkronan kebijakan Pemerintah Kabupaten Inhu dengan

Kondisi Real koridor kawasan perkotaan Lirik.
4.
Mewujudkan hasil akhir / output berupa rencana hasil study.
1.4 Ruang Lingkup
1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah Studi
1.4.1.1 Wilayah Makro
Wilayah Kabupaten Indragiri Hulu terletak di bagian selatan Provinsi Riau yang
berbatasan dengan Provinsi Jambi, seperti ditunjukkan pada Gambar 1.2.1 yaitu
peta orientasi wilayah Kabupaten Indragiri Hulu. Berdasarkan Peta Rupa Bumi
Bakosurtanal skala 1 : 50.000, wilayah Kabupaten Indragiri Hulu secara geografis
terletak pada 00˚06’ 21” LU – 01˚ 05’ 27” LS dan 101˚ 46’ 23” – 102˚ 42’ 24” BT.
Dengan batas-batas wilayah adalah:
- Sebelah utara : Kabupaten Pelalawan;
- Sebelah timur : Kabupaten Indragiri Hilir;
- Sebelah selatan : Provinsi Jambi, khususnya Kabupaten Tebo;
- Sebelah barat : Kabupaten Kuantan Singingi.
Selaras dengan penetapan dalam UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang dan PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional,

Studio Perencanaan Kota

10

Kecamatan Lirik, Kabupaten Indragiri Hulu

bahwa ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, ruang udara,
termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan
makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya;
maka ruang wilayah Kabupaten Indragiri Hulu dalam konteks RTRW (Rencana Tata
Ruang Wilayah) Kabupaten Indragiri Hulu meliputi: wilayah daratan, wilayah udara,
dan dalam bumi. Sehubungan letaknya tidak berbatasan dengan laut, maka tidak
terdapat ruang wilayah laut untuk Kabupaten Indragiri Hulu.
Wilayah daratan, dalam arti termasuk perairan di dalamnya (inland water) yaitu
sungai dan danau, mempunyai luas kurang lebih 8.198,26 km² atau 819.826 Ha. Luas
wilayah daratan ini merujuk kepada Undang-Undang RI Nomor 53 Tahun 1999 tentang
Pembentukan Kabupaten Pelalawan, Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Rokan Hilir,
Kabupaten Siak, Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna, Kabupaten Kuantan
Singingi, dan Kota Batam (Lembaran Negara RI Tahun 1999 Nomor 151, Tambahan
Lembaran Negara RI Nomor 3902). Dalam Penjelasan Umum Undang-Undang
tersebut dijelaskan bahwa luas wilayah Kabupaten Indragiri Hulu sebelum adanya
pemekaran Kabupaten Kuantan Singingi adalah 15.854,29 km² dan luas Kabupaten
Kuantan Singingi yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang tersebut adalah 7.656,03
km², sehingga luas Kabupaten Indragiri Hulu setelah ditetapkannya Undang-Undang
tersebut adalah 8.198,26 km², yaitu pengurangan dari 15.854,29 km² dengan 7.656,03
km².
Wilayah udara Kabupaten Indragiri Hulu adalah ruang udara yang yang terletak di
atas wilayah daratan tersebut, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Wilayah dalam bumi Kabupaten Indragiri Hulu adalah ruang dalam bumi yang terletak
di bawah wilayah daratan tersebut, sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.

Gambar 1.2
Peta Orientasi Kabupaten Indragiri Hulu

Studio Perencanaan Kota

11

Kecamatan Lirik, Kabupaten Indragiri Hulu

Gambar 1.3
Peta Administrasi Kabupaten Indragiri Hulu

Studio Perencanaan Kota

12

Kecamatan Lirik, Kabupaten Indragiri Hulu

a. Pembagian Wilayah Administrasi.
Wilayah Kabupaten Indragiri Hulu secara administrasi pemerintahan terbagi atas 14
(empat belas) kecamatan, yang dibagi lagi menjadi 178 desa dan 16 kelurahan atau
total desa dan kelurahan adalah 194 desa/kelurahan. Pada Tabel 1.1 dikemukakan
nama-nama kecamatan, ibukota kecamatan, serta jumlah desa dan kelurahan pada
masing-masing kecamatan tersebut.
Tabel 1.1: Pembagian wilayah Administrasi
Kabupaten Indragiri Hulu, Tahun 2013
N
o
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1
0
1
1
1
2
1
3
1

Kecamatan

Des
a
10
10

Kelura
han
2
0

Juml
ah
12
10

Pangkalan
Kasai
Seberida

10

1

11

10

0

10

Aur Cina

20

0

20

16

1

17

Rakit Kulim
Pasir Penyu
Lirik
Sungai Lala

Simpang
Kelayang
Petonggan
Air Molek
Lirik
Kelawat

19
8
17
12

0
5
0
0

19
13
17
12

Lubuk Batu
Jaya
Rengat Barat

Lubuk Batu
Tinggal
Pematang Reba

9

0

9

17

1

18

Rengat

Rengat

10

6

16

Kuala Cenaku

Kuala Cenaku

10

0

10

Peranap
Batang
Peranap
Seberida
Batang
Gansal
Batang
Cenaku
Kelayang

Studio Perencanaan Kota

Ibukota
Peranap
Selunak

13

Kecamatan Lirik, Kabupaten Indragiri Hulu
4
Kab Indragiri
Hulu

Rengat-Pmt
Reba

178

16

194

Sumber : SP2012,BPS Indragiri hulu

Wilayah kecamatan sejumlah 14 kecamatan tersebut merupakan penetapan pada
kondisi mutakhir tahun 2013, setelah pemekaran dari wilayah kecamatan sebelumnya.
Penggambaran ruang wilayah Kabupaten Indragiri Hulu dengan pembagian administrasi
pemerintahan tingkat kecamatan tersebut ditunjukkan pada Gambar 1.3. Untuk lebih
jelasnyaorientasi kabupaetn inhu dan administrasi Kab.Indragiri Hulu beserta luas
wilayahnya dapat dilihat pada Gambar 1.2 dan Tabel 1.2.

Tabel 1.2
Nama-nama Ibukota dan Luas Wilayah di Kabupaten Inhu Tahun 2013

N
o

Kecamatan

Ibukota

Luas
Wilay
ah
(km²)

1

Peranap

Peranap

2

Batang
Peranap
Seberida

Selunak

1700.
98
*

Pangkalan
Kasai
Seberida

3
4

6

Batang
Gansal
Batang
Cenaku
Kelayang

7
8

Rakit Kulim
Pasir Penyu

Simpang
Kelayang
Petonggan
Air Molek

9

Lirik

Lirik

1

Sungai Lala

Kelawat

5

Aur Cina

Studio Perencanaan Kota

Jumlah
Kelurahan/Des
a
Kelurah
Desa
an
2
10

Juml
ah
12

0

10

10

960.2
9
950

1

10

11

0

10

10

970

0

20

20

879,8
4
*
372.5
0
233.6
0
*

1

16

17

0
5

19
8

19
13

0

17

17

0

12

12

14

Kecamatan Lirik, Kabupaten Indragiri Hulu
0
1 Lubuk Batu
1 Jaya
1 Rengat Barat
2
1 Rengat
3
1 Kuala Cenaku
4
Kab Indragiri
Hulu

Lubuk Batu
Tinggal
Pematang Reba

*

0

9

9

921

1

17

18

6

10

16

Kuala Cenaku

1210.
5
*

0

10

10

Rengat-Pmt
Reba

8198.
25

16

178

178

Rengat

Sumber : SP2012,BPS Indragiri hulu

1.4.1.2 Ruang Lingkup Wilayah Mikro
Kecamatan Lirik yang ibukotanya Desa Lirik Area merupakan salah satu kecamatan
yang termasuk dalam wilayah administrasi Kabupaten Indragiri Hulu yang terletak di
Pulau Sumatera yang terbentang diantara 0000’ Lintang Utara - 10 37’22” Lintang Utara
dan 1010 26’41” Bujur Timur - 1020 10’54” Bujur Timur.
Kecamatan Lirik memiliki batas – batas :



Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Pelalawan.
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Pasir Penyu dan Kecamatan Sei.




Lala.
Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Rengat Barat.
Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Lubuk Batu Jaya dan Kabupaten
Pelalawan.
Luas Wilayah kecamatan Lirik sebesar233,60 km2 atau 22.040 Ha. Wilayah

administrasi yang memiliki luas wilayah terbesar di Kecamatan Lirik adalah desa Lirik
Areadengan luas km2. Sedangkan desa merupakan desa dengan luas terkecil se
Kecamatan Lirik dengan luas hanya km2.
Jarak terjauh antara kantor desa dengan ibukota kecamatan adalah desa Redang
Seko dengan jarak ± 13 km, sedangkan yang terdekat dengan Ibukota Kecamtan Lirik
adalah desa Gudang Batu dan desa Rejosari dengan jarak ± 0,5 km. Secara umum
keadaan topografi adalah berupa dataran meskipun ada beberapa daerah yang berbukit
– bukit, sementara ketinggian permukaan air laut untuk di daerah Lirik adalah sekitar
±6 meter

Studio Perencanaan Kota

15

Kecamatan Lirik, Kabupaten Indragiri Hulu

Gambar 1.3
Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Lirik

Studio Perencanaan Kota

16

Kecamatan Lirik, Kabupaten Indragiri Hulu

Gambar 1.4
Peta Administrasi Kecamatan Lirik

Studio Perencanaan Kota

17

Kecamatan Lirik, Kabupaten Indragiri Hulu

1.4.2 Ruang Lingkup Materi
Secara garis besar, lingkup penelitian penyusunan laporan perencanaan ini meliputi:
a. Aspek fisik
- Fisik alam yang meliputi: Geologi, Geografi, Topografi, Hidrologi, Vegetasi
-

dan Klimatologi
Struktur Ruang yang meliputi: Pola pemanfaatan guna lahan dan kedudukan

-

dalam konselasi regional.
Ketersediaan Utilitas kota: Sarana, prasarana.

b. Pedoman

pelaksanaan

pembangunan

meliputi:

Studio Perencanaan Kota

18

kawasan

fungsional

perkotaan

Kecamatan Lirik, Kabupaten Indragiri Hulu

-

Rencana penanganan jaringan prasarana dan sarana.

-

Rencana pengembangan kawasan pemukiman

-

Rencana pengembangan kawasan argoindustri

c. Aspek nonfisik
Identifikasi dan analisis aspek nonfisik digunakan untuk melihat
karakteristik, permasalahan, serta potensi yang memeperngaruhi perkembangan
kawasan yang meliputi:
-

Kependudukan yang meliputi: Komposisi, struktur (sosial, ekonomi),

-

mobilitas dan persebaran penduduk serta SDM.
Pola aktivitas yang meliputi : Kegiatan perekonomian dan non

perekonomian.
d. Aspek Kawasan perdagangan dan jasa.
- Sistem Aktivitas
- Sistem Peregerakan
- Sistem Sebaran aktivitas
e. Studi literatur dan peraturan perundangan
Literatur yang digunakan dalam laporan perencanaan ini tertuang pada bab II,
yang berisikan berbagai bentuk teori yang berkaitan dengan tema yang diangkat
dan peraturan perundangan sebagai dasar hukum atas perencanaan yang
dilakukan dalam penelitian seperti UU No. 26 Tentang Penataan Ruang.\
f. Pengambilan gambar / foto
Pengambilan gambar / foto dilakukan pada saat observasi dilapangan, foto di
ambil sebagai bentuk bukti akan kondisi yang terjadi selama penelitian
berlangsung.
g. Identifikasi permasalahan pelaksanaan pembangunan kawasan
Melakukan identifikasi terhadap permasalahan pelaksanaan pembangunan yang
ada pada saat ini, dengan mencari solusi dan rencana strategis pemerataan
pembangunan yang cocok dan tepat dengan potensi SDA dan teknologi yang
ada.
h. Perkiraan kebutuhan pelaksanaan pembangunan kawasan
Melakukan perkiraan atau proyeksi kebutuhan pembangunan kawasan dimasa
yang akan datang, minimal 10 tahun kedepan dengan mengetahui jumlah
infrastruktur yang dibutuhkan dimasa yang akan datang.
i. Pemetaan dan pembuatan gambar eksisting atau data factual
Pemetaan dilakukan dengan menggunakan autocad, pembuatan peta didigit
ulang sesuai dengan RTRW Kabupaten Indragiri Hulu dan pembuatan gambar

Studio Perencanaan Kota

19

Kecamatan Lirik, Kabupaten Indragiri Hulu

sesuai dengan kondisi eksisting yang dilengkapi dengan data factual yang
diperoleh selama penelitian.
j. Analisa dan penyusunan konsep
- Membuat analisa terhadap kawasan yang akan dikembangkan serta
meyusun konsep yang tepat yang dapat mendukung analisa tersebut untuk
direncanakan dengan mempertimbangkan beberapa aspek dan sektor
pendukung lainnya. Melakukan kajian atau metode terkait dengan
-

pendekatan normatif, kuantitatif, dan deskriptif .
Melakukan analisa terhadap sektor perekonomian untuk mengetahui

-

lajupertumbuhan ekonomi Kecanatan Lirik.
Melakukan analisa tehadap kebutuhan ruang / spasial di Kecamatan Lirik

-

terhadap penggunaan lahan dan kondisi fisik alamnya
Melakukan analisa terhadap sektor kependudukan untuk mengetahui

proyeksi pertumbuhan penduduk di Kecamatan Lirik.
- Melakukan analisa terhadap kebutuhan sarana di tahun proyeksi.
- Melakukan analisa terhadap kebutuhan prasarana di tahun proyeksi
k. Penyusunan rencana program pembangunan di Kecamatan Lirik.
Membuat suatu program rencana pembangunan yang tepat berdasarkan kondisi
saat ini dan dapat dipergunakan dimasa yang akan datang dan dapat
mempengaruhi perkembangan Kecamatan Lirik dimasa yang akan datang,
sehingga dapat meningkatkan kesejahteraanmasyarakat serta meningkatkan
pemerataan pembangunan di Kecamatan Lirik.
Melakukan kajian terhadap teori – teori yang terkait perkembangan industri di
Kecamatan Lirik.
1.5

Sistematika Penyajian
Penyajian laporan Ustek ini secara sistematisa kan di bagi dalam beberapa bagian
yaitu:
Bab I Pendahuluan:
Pada Bab ini berisi tentang latar belakang, tujuan, dan sasaran, ruang lingkup
materi dan kawasan studi , metodologi penelitian, keluaranatau output dan
kerangka berfikir.
Bab II Kajian Teori
Pada Bab ini berisikan tentang Teori-teori yang mendukung Tema penelitian
Bab III Gambaran Umum
Bab ini berisikan tentang kebijakan pemerintah setempat baik berupa UU maupun
PP serta Gambaran Umum Kabupaten Inhu dan Gambaran Lokasi StudyKawasan
Perencanaan.

Studio Perencanaan Kota

20

Kecamatan Lirik, Kabupaten Indragiri Hulu

Bab IV Metodologi dan Pendekatan
Bab ini berisi tentang pendekatan perencanaan yang digunakan beserta Metodologi
yang berkaitan dan relevan selain itu juga terdapat Kerangka berfikir Makro dan
Kerangka Analisa Makro.
Bab V Manajemen Pelaksanaan
Bab ini berisikan tentang proses pelaksanaan kegiatan yang di atur dan di tetapkan
hingga kegiatan study ini selesai.

BAB
II

Studio Perencanaan Kota

21

Kecamatan Lirik, Kabupaten Indragiri Hulu

BAB II
KAJIAN TEORI
Didalam Proses studi perencanaan ini dibutuhkan dua pendekatan melalui kajian teori –
teori yang mendukung demi memudahkan dalam melakukan proses perencanaan kawasan
argoindustri, sbg Pintu gerbang menuju PKW di Rengat.
2.1 Teori Perencanaan Pusat Pelayanan Kawasan
Kriteria PPK (Pusat Pelayanan Kawasan) adalah kawasan perkotaan yang berfungsi
untukmelayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa yang mengemban fungsi
dengan tingkatpelayanan kecamatan atau beberapa desa sebagai berikut :
a. pemerintahan kecamatan;
b. pertanian;
c. pendidikan menengah;
d. peternakan;
e. pariwisata;
f. pertambangan/Perindustrian
g. perkebunan;
h. pengembangan permukiman; dan
i. jasa dan pelayanan sosial ekonomi skala kecamatan atau beberapa desa.
2.2 Kawasan koridor komersial pada Jalan Arteri Primer
a. Kawasan Koridor Komersial

Studio Perencanaan Kota

22

Kecamatan Lirik, Kabupaten Indragiri Hulu

Kawasan komersial adalah area yang mempunyai fungsi dominan untuk kegiatan
komersial atau disebut sebagai kawasan pusat perniagaan/usaha kota, letaknya tidak selalu
di tengah-tengah kota dan mempunyai pengaruh besar terhadap kegiatan ekonomi kota
(Kamus Tata Ruang, s.v.”kawasan komersial). Koridor jalan komersial merupakan koridor
jalan yang pemanfaatan ruang

di sepanjang jalannya untuk kegiatan komersial,

perkantoran yang kompleks dan pusat pekerjaan di dalam kota (Bishop,1989). Ketika jalan
raya diperluas dari pusat kota ke pinggiran kota yang kemudian diikuti dengan tumbuhnya
pertokoan, restoran dan area parkir maka lahirlah koridor komersial ditandai dengan
deretan bangunan komersial, parkir halaman depan, jalan berorientasi pejalan kaki dan
barisan elemen penanda sepanjang jalan utama dari pusat kota ke pinggiran kota.
Dari beberapa pengertian ini dapat disimpulkan bahwa koridor komersial
merupakan konsentrasi toko retail, yang melayani area perdagangan umum yang terletak di
sepanjang jalan.
b. Jalan arteri primer
Menurut fungsinya jalan dikelompokkan atas jalan arteri, kolektor, lokal, dan jalan
Lingkungan. Jalan Lintas Timur merupakan Jalan arteri primer. Sebagaimana dijelaskan
dalam pasal 7 UU No. 38 tahun 2004 bahwa jaringan jalan primer merupakan sistem
jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan
semua wilayah di tingkat nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi
yang berwujud pusat-pusat kegiatan.
Berdasarkan status jalan, Jl. Lintas Timur adalah jalan nasional, dimana jalan
nasional merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang
menghubungkan antar ibukota provinsi, dan jalan strategis nasional. Berikut adalah
dimensi jalan arteri primer menurut pasal 7 UU No. 38 tahun 2004.
Gambar 2.1 : Kondisi minimal ideal jalan arteri primer

Studio Perencanaan Kota

23

Kecamatan Lirik, Kabupaten Indragiri Hulu

Sumber : UU No. 38 tahun 2004.

Mengacu pada pengertian kawasan koridor komersial dan jalan arteri primer dapat
disimpulkan bahwa kawasan koridor komersial pada jalan arteri primer adalah area
perdagangan dan jasa serta komersial lainnya yang terletak di lingkungan kawasan jalan
yang melayani distribusi barang dan jasa skala nasional, dengan menghubungkan semua
simpul jasa distribusi yang berwujud pusat-pusat kegiatan, dengan persyaratan kecepatan
rata-rata minimal 60 Km/jam, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya guna.
2.2.1 Perkembangan koridor komersial.
Awal tahun 1980 bermunculan kumpulan pertokoan seiring meningkatnya
pembangunan jalan raya dalam jumlah cukup besar dan terdiri dari berbagai jenis.
Selanjutnya bermunculan mall dan departemen store yang menempati site besar di
perempatan jalan.
Pada tahun 1980-an pengembang memperluas investasi dengan mengembangkan
format retail berkelompok (cluster retail) yang secara khusus menjual produk tertentu
menjadi toko tunggal bertema besar, seperti elektronik, furnitur, dan lain-lain yang
bertujuan merebut pangsa pasar dari toko kecil dan supermarket. Format baru ini
membutuhkan lahan yang besar pada lokasi yang strategis dan berdampak terhadap
kepadatan lalu-lintas.
Pada 1990-an, perubahan gaya hidup dan preferensi konsumen menyebabkan
pergeseran pusat perbelanjaan tertutup dan bentuk koridor ke bentuk open air shopping
yakni kegiatan belanja yang dikombinasikan dengan kegiatan rekreasi ruang terbuka.
Kegiatan belanja seperti ini membutuhkan site besar untuk mendukung aktifitas retail,
hiburan, dan kegiatan makan. Perkembangan ini bergeser dari lingkungan belanja yang
berorientasi kendaraan sepanjang koridor ke pengalaman belanja yang dilakukan dengan

Studio Perencanaan Kota

24

Kecamatan Lirik, Kabupaten Indragiri Hulu

berjalan kaki. Kegiatan belanja yang digabungkan dengan rekreasi

berkembang

ke

pengembangan pusat kota dengan menambahkan hunian dan kantor di atas fungsi retail,
dan lokasi yang dipilih berada di persimpangan jalan utama. (Bohl, Charles C., 2002).
Aspek yang mempengaruhi perkembangan mall dan shopping center adalah jarak
perjalanan, perubahan selera konsumen, gaya hidup dengan waktu yang terbatas dan
kebutuhan tempat hiburan. Alasan lainnya adalah perubahan permintaan pasar, perubahan
kebijaksanaan publik, ide-ide baru urban desain dan perubahan budaya (Bohl, Charles C.,
2002).

2.2.2 Pentingnya penataan kembali kawasan koridor komersial
Permasalahan koridor komersial dengan nilai positif dan negatif yang dimilikinya
terjadi pada kota-kota di dunia termasuk koridor jalan arteri primer. Permasalahan ini
membutuhkan solusi yakni penataan sesuai dengan persoalan dan karakter kawasan koridor
tersebut. Setiap kawasan koridor komersial memiliki karakter yang berbeda meskipun
memiliki persoalan mendasar yang sama.
Persoalan kawasan koridor komersial mencakup dua persoalan pokok yakni:
koridor komersial kurang aktif dan tidak menjadi destinasi utama untuk berbelanja padahal
pertumbuhan retail positif. Persoalan pokok lainnya adalah menurunnya kualitas fisik
ruang koridor dan kawasan sekitarnya.
Adanya persoalan dan fenomena perkembangan koridor komersial mendorong
perlunya penataan kembali kawasan koridor Jalan .
2.2.3 Place making sebagai strategi untuk mengaktifkan kawasan koridor
komersial
Kunci kesuksesan kawasan koridor komersial sehingga menjadi kawasan koridor
komersial yang aktif adalah daya tarik tempat/ ruang kawasan koridor komersial tersebut.
Untuk menciptakan daya tarik tempat/ ruang, dibutuhkan strategi place making guna
mencapai kesuksesan suatu tempat.
2.2.4 Pengertian place making
Place making adalah proses mengubah ruang (space) menjadi place sehingga akan
menarik sejumlah besar manusia karena bersifat menyenangkan, menarik dan menawarkan
kesempatan untuk bertemu satu sama lain. Placemaking adalah cara dimana semua

Studio Perencanaan Kota

25

Kecamatan Lirik, Kabupaten Indragiri Hulu

manusia mengubah tempat mereka, menemukan diri mereka ke tempat di mana mereka
tinggal (Schneeklth, L. Dan Shibley, R.G., 1995)
Place making terkenal dengan karakternya yang berfokus terhadap aktivitas, manajemen,
komunitas, dan sosialibilitas. Hasil akhir dari strategi placemaking adalah terciptanya
pengembangan ruang publik yang berkualitas baik dan bermanfaat bagi masyarakat dan
lingkungannya (Tiesdell, 1996), seperti plaza, taman, jalan, serta kawasan komersial pada
main street. Strategi placemaking pusat kawasan dan merupakan nilai tambah bagi retail
entertaiment. Kombinasi fungsi dan format pusat kawasan harus merupakan kombinasi
yang imbang antara komersial dan kegiatan hiburan serta rekreasi non-profit.
Pengunjung yang datang ke pusat perbelanjaan dan koridor komersial bukan hanya
karena kegiatan komersial namun karena seting publik yang memungkinkan orang untuk
bertemu, berbaur, berjalan-jalan, dan melihat-lihat. Daya tarik format koridor komersial
dan pusat perbelanjaan sebagai sebuah tempat untuk berkumpul merupakan esensi utama
pendorong suksesnya kawasan komersial.
Koridor komersial dengan format yang kompak, mixed-use, pedestrian oriented
merupakan salah satu kunci utama untuk mencapai koridor komersial yang aktif,
pengurangan polusi udara, kemacetan lalu-lintas dan preservasi ruang terbuka serta
menciptakan lingkungan dan komunitas yang lebih nyaman.
2.2.5 Place making pada kawasan koridor komersial
Perubahan spirit of place samar, sulit di analisis secara formal dan konseptual
namun tetap terjadi. (Relph, 1976, p.99). Suatu tempat dapat memiliki spirit atau sense of
place ketika tempat tersebut memiliki kualitas, konsistensi dan keandalan.
Ruang kota yang baik adalah ruang yang mewadahi transaksi aktifitas ekonomi
pada berbagai tingkat dan lapisan dan menyediakan ruang untuk transaksi sosial dan
budaya Montgomery (1998). Montgomery menjelaskan indikator kunci dari vitalitas suatu
kawasan yakni :
1. Tingkat variasi dalam penggunaan lahan primer, termasuk perumahan.
2. Proporsi bisnis lokal yang dimiliki atau kebebasan jenis usaha/ bisnis, terutama
pertokoan.
3. Pola jam buka, dan adanya kegiatan malam hari dan sore.
4. Kehadiran dan kekhususan koridor komersial
5. Ketersediaan bioskop, teater, bar, pub, restoran dan budaya lainnya / tempat
pertemuan, menawarkan layanan dari berbagai jenis, harga dan kualitas.

Studio Perencanaan Kota

26

Kecamatan Lirik, Kabupaten Indragiri Hulu

6. Ketersediaan ruang, termasuk taman, lapangan dan

ruang

sudut,

memungkinkan orang menonton dan beraktivitas seperti program animasi
budaya.
7. Pola penggunaan lahan campuran memungkinkan perbaikan dan investasi kecil
dibidang properti.
8. Ketersediaan unit yang berbeda ukuran dan biaya.
9. Inovasi dalam tampilan arsitektur baru, menyediakan berbagai jenis bangunan,
gaya dan desain.
10. Kehidupan jalanan dan bagian depan jalan yang aktif.
Aspek penting dalam mendesain main street dan town center (Bohl,
Charles C., 2002) terdiri dari:
1. Kemampuan mengadaptasi urban form dengan mudah
2. Kombinasi entertainment retail dan niche restaurant
3. Detail desain bangunan, lingkungan kota yang bervariasi dan dekorasi wajah
jalan (streetscape) yang menarik.
4. Menempatkan toko langsung berhubungan dengan sisi jalan.
5. Mengubah parkir badan jalan dengan gedung parkir
6. Keragaman aktivitas pada level pejalan kaki.
7. Menyediakan ruang berkumpul publik yang cukup (public gatering space)
8. Menata karakter pedestrian berskala manusia, keintiman ruang publik kawasan
historis.
9. Visibilitas
Kebijakan kota yang dapat dilakukan untuk pendukung place making padakawasan
koridor komersial adalah (Bohl, Charles C., 2002):
1. Pembangunan menekankan skala lingkungan dan manusiawi menciptakan kota
yang berskala manusia.
2. Menggunakan analisis pasar untuk menginformasikan perencanaan dan
menentukan produk yang diinginkan.
3. Area istirahat di dalam kawasan dan terhubung dengan jalan-jalan dan trotoar.
Menciptakan sektor keuangan publik yang dapat membantu pelaksanaan
pembangunan, dengan menarik partisipasi sektor swasta.
4. Mendefinisikan gerbang masuk kawasan dimana pengunjung tahu ketika masuk
dan meninggalkan kawasan.

Studio Perencanaan Kota

27

Kecamatan Lirik, Kabupaten Indragiri Hulu

5. Kebijakan kota dapat mengendalikan ukuran dan penempatan elemen
6. Membangun jalur pejalan kaki antar kawasan. Kawasan ramah pejalan kaki
dihubungkan dengan prasarana publik. Pemerintah merencanakan dan
membangun jaringan pejalan kaki antar distrik.
7. Menata dimensi blok, pengambil kebijakan mengatur ketinggian bangunan dan
jarak antar blok. persyaratan garis sempadan fleksibel.
8. Parkir paralel, tidak memerlukan taman parkir, tidak menutup jalan untuk lalu
lintas dan mengijinkan truk menarik dan menyerahkan barang di depan toko.
9. Mengatur standar pencahayaan (ukuran, dan tingkat pencahayaan).
10. Kawasan pejalan kaki harus dapat diakses dan fokus pada program transit dan
transportasi.
11. Program perumahan kota yang terjangkau.
Street as place adalah upaya membentuk place pada ruang jalan dalam rangka
mengembalikan fungsi jalan bagi kepentingan publik yang mempertimbangkan pejalan
kaki (PPS, 2009). Street as place membentuk kembali jalan sebagai tempat yang disiapkan
untuk meningkatkan vitalitas ekonomi yang lebih baik dan memberikan peluang untuk
kepentingan umum. Street as places mengintegrasikan berbagai elemen koridor jalan
dengan menciptakan vitalitas tempat dimana orang merasa aman, nyaman, merasa
memiliki dan bersosialisasi. Placemaking pada kawasan koridor komersial menurut PPS
(Project for Public Space) meliputi elemen-elemen sebagai berikut :
1. Kenyamanan dan identitas (Comfort and Image)
a. Merefleksikan identitas dan budaya lokal
b. Terdapat ruang untuk duduk, elemen pencahayaan yang baik, lansekap dan
perabot jalan yang memberikan kemudahan dan kenyamanan.
c. Kejelasan dan pembatasan elemen penanda untuk memberikan informasi.
2. Aksesibilitas dan tautan (Access and Linkages)
a. Kemudahan melintasi dan menyeberang di jalan
b. Trotoar mengakomodasi dan memberi kenyamanan pejalan kaki.
c. Menyediakan berbagai pilihan jenis transportasi public
3. Fungsi dan aktifitas (Uses & Activities)
a. Pemakai betah beraktifitas pada ruang koridor.
b. Aktifitas lantai dasar yang mengundang dan terbuka untuk pengunjung.
c. Keragaman aktifitas seperti restaurant, toko, dan layanan usaha lainnya.

Studio Perencanaan Kota

28

Kecamatan Lirik, Kabupaten Indragiri Hulu

4. Mendukung fungsi sosial (Sociability)
a. Masyarakat dapat melakukan aktifitas bersama pada ruang koridor.
b. Rasa memiliki terhadap ruang koridor
c. Representatif untuk mewadahi kegiatan segala jenis usia dan kondisi.
Aspek yang dipertimbangkan (issue of concern) dalam membentuk place pada
penataan kawasan komersial koridor jalan arteri pada tabel II.1 berikut.
Tabel 2.1 : Aspek yang dipertimbangkan dalam membentuk place pada kawasan
komersial koridor jalan ateri primer

No

Aspek Perancangan

1.

Place
Fungsi dan Aktifitas

Indikator Place




Variasi penggunaan lahan termasuk perumahan.
Kebebasan jenis usaha pertokoan
Pola jam buka, dan adanya kegiatan malam dan sore
hari
Pola penggunaan lahan campuran untuk investasi
bidang properti
Kehidupan jalanan dan bagian depan yang aktif
Kombinasi entertainment retail dan niche
restaurant
Aktifasi lantai dasar yang mengundang dan terbuka
untuk pengunjung
Kekhususan setiap kawasan koridor komersial
Merefleksikan identitas dan budaya lokal



Terdapat ruang untuk duduk, elemen pencahayaan,








2.

Identitas karakter dan

3.

keunikan
Kenyamanan

lansekap dan perabot jalan yang memberikan
4.

Kemudahan




kenyamanan
Parkir paralel, tidak menutup jalan untuk lalu lintas.
Kemudahan melintasi dan menyeberang jalan

5.

Visibilitas



Kejelasan elemen penanda dalam memberikan



informasi.
Mendefinisikan secara jelas pintu masuk dan keluar
kawasan.

Studio Perencanaan Kota

29

Kecamatan Lirik, Kabupaten Indragiri Hulu

6.

Aksesibilitas dan



Menempatkan toko langsung berhubungan dengan



sisi jalan.
Menyediakan berbagai pilihan jenis transportasi



publik.
Area istirahat dalam kawasan terhubung dengan



jalan dan trotoar.
Menata sistem transit dan transportasi.





Beraneka ragam aktifitas pejalan kaki.
Karakter pedestrian berskala manusia.
Trotoar mengakomodasi dan memberi kenyamanan



pejalan kaki.
Membangun jalur pejalan kaki antar kawasan.

tautan

7.

Berorientasi pejalan
kaki

Kawasan ramah pejalan kaki di hubungkan dengan
prasarana publik. Pemerintah membangun jaringan
pejalan kaki antar distrik.
8.

Berorientasi



komunitas/masyaraka

dapat mewadahi kegiatan segala jenis usia dan

t
9.

10.

Tersedia ruang berkumpul publik yang representatif
kondisi termasuk anak-anak dan diffeable people

Keunikan



Detail Desain Bangunan, Lingkungan urban yang

Kesenangan,




variatif.
Dekorasi wajah jalan (Streetscape) yang menarik.
Terdapat bioskop, Teater, bar, pub, restoran dan

Kegembiraan

budaya lainnya, tempat pertemuan dengan berbagai


jenis, harga dan kualitas.
Taman, lapangan dan ruang sudut, memungkinkan
orang menonton dan beraktifitas seperti program

11.

Adaptif



animasi-animasi budaya.
Kemampuan mengadaptasi bentuk kota dengan

12.

Skala Manusiawi



mudah.
Skala lingkungan

13.

Regulasi



manusia
Kebijakan kota mengendalikan ukuran dan lokasi



elemen penanda.
Kebijakan kota mengatur ketinggian bangunan dan

membentuk

kota

berskala

jarak antar blok dan persyaratan garis sempadan.

Studio Perencanaan Kota

30

Kecamatan Lirik, Kabupaten Indragiri Hulu

Sumber : Hasil rangkuman (Mei 2011), Bohl, Charles C.(2002), Montgomery (1998), Carmona et al
(2003), Project for Public Spaces (2003).

Place making adalah strategi untuk menata kawasan koridor komersial
yang esensinya dikaji dari landasan teori danstudi kasus yang kemudian

dapat

merumuskan prinsip normatif pengembangan dan perancangan kawasan koridor komersial
perkotaan.
2.2.6 Linkage sebagai elemen pemersatu kawasan koridor komersial.
Linkage adalah garis semu yang menghubungkan antara elemen yang satu dengan
yang lain, nodes yang satu dengan nodes yang lain, atau distrik yang satu dengan yang lain
(Trancik 1986). Garis semu bisa berbentuk jaringan jalan, jalur pedestrian dan ruang
terbuka yang berbentuk segaris. Keterkaitan ini melibatkan organisasi dari berbagai garis
yang mengaitkan bagian-bagian kota dan desain dari kumpulan ruang (Trancik, 1986).
Kumpulan ruang dapat berupa garis lahan, ruang sirkulasi, aksis pembentuk organisasi,
deretan pepohonan, ruang-ruang terbuka maupun pinggiran bangunan. Secara bersamasama elemen tersebut membentuk suatu sistem keterkaitan yang konstan dan perlu
diperhatikan saat akan melakukan penambahan maupun perubahan di dalam suatu ruang
kota.
Fumihiko Maki dalam ”Investigation into Collective Form” menyatakan bahwa:
”Tautan (linkage) adalah pengikat dalam suatu kota. Ia merupakan satu tindakan
menyatukan semua aktivitas dan menghasilkan bentuk fisik pada suatu ”. Oleh karena itu
dibutuhkan elemen penghubung dari satu kawasan ke kawasan lain maupun dalam satu
kawasan itu sendiri untuk membantu warga mengerti bagian kotanya dan mempermudah
akses menuju suatu kawasan. linkage perkotaan dapat diamati dengan cara dan pendekatan
yang berbeda, dimana terdapat 2 pendekatan linkage perkotaan:
1. Linkage yang visual,
2. Linkage yang struktural,
Tautan struktural dilakukan dengan membentuk jaringan atau hubungan secara
struktural pada kawasan yang letaknya saling berdekatan tetapi agak terisolir dan berdiri
sendiri, sedangkan tautan visual adalah menghubungkan dua atau lebih fragmen kota
menjadi satu kesatuan secara visual. Pada tautan visual terdapat elemen pembentuk yang
menghasilkan hubungan secara visual dengan baik, yaitu: garis, koridor, sisi, sumbu dan

Studio Perencanaan Kota

31

Kecamatan Lirik, Kabupaten Indragiri Hulu

irama. Setiap elemen memiliki ciri khas atau suasana tertentu. Upaya menghubungkan satu
kawasan dengan kawasan lain sehingga tercipta satu hubungan yang baik adalah dengan
mempertimbangkan aspek sebagai berikut:
1) Memperhatikan sistem sirkulasi eksisting dalam kawasan seperti: sistem
sirkulasi pejalan kaki dan kendaraan, sistem transportasi dan sistem
perpindahan atau pola pergerakan manusia dengan berjalan atau berkendaraan.
2) Memperhatikan elemen-elemen perkotaan yang sudah tersedia di kawasan
seperti jalur pejalan, fungsi bangunan, vegetasi dan elemen lain yang dapat
mendukung terciptanya tautan satu kawasan dengan kawasan lain.
2.2.7 Identitas sebagai pembentuk citra kawasan koridor komersial.
Identitas merupakan suatu keadaan, sifat, ciri-ciri khusus, jati diri seseorang atau
benda (Poerwadarminta, 1987). Identitas kawasan

merupakan sesuatu yang objektif

tentang seperti apa sebenarnya rupa atau bentuk suatu tempat (Montgomery, 1998).
Identitas merupakan ciri khas suatu tempat, yang menyebabkan adanya perasaan terhadap
suatu tempat. Identitas kawasan bisa terlihat dari bahan apakah yang dipakai, pola yang
terdapat, warna serta apa yang dilakukan masyarakat ditempat tersebut (Zahnd, 1999).
Upaya membentuk identitas tempat pada kawasan koridor komersial menurut Bohl (2002)
antara lain :
1. Mengembangkan penggunaan fungsi campuran
2. Menyediakan jalur pedestrian untuk pasar harian dan perayaan festival
3. Menata pusat kawasan hijau dan air mancur
4. Menyediakan gedung pertemuan sebagai tempat berkumpul untuk pertemuan
asosiasi, pernikahan, resepsi dan perayaan yang bersifat privat maupun publik.
5. Mengembangkan konsep perumahan baru
6. Mengembangkan retail
7. Mengembangkan lingkungan tempat kerja baru
8. Mengembangkan tempat leisure dan konsep entertainment/ hiburan.
9. Meningkatkan pertumbuhan yang smart, pembangunan yang sustainable dan
lingkungan komunitas yang layak ditinggali (livable).

Studio Perencanaan Kota

32

Kecamatan Lirik, Kabupaten Indragiri Hulu

2.2.8 Pengembangan fungsi campuran pada kawasan koridor komersial
Kajian mixed use corridor dielaborasi dari kajian tujuh koridor komersial fungsi
campruan di kota Kitchener yang terdiri dari: Belmont Avenue (Upper & Lower); King
Street (East & West); Lancaster Street; Queen Street; dan Victoria
Street (North & South).
Tujuan pengembangan kawasan koridor dengan pendekatan mixed use corridor
adalah :
1. Meningkatkan aktifitas koridor berskala manusia dan pengembangan sesuai
arahan kebijakan lokal.
2. Kualitas bangunan dan desain lansekap membentuk

sense of place dan

identitas koridor
3. Menciptakan kawasan yang dapat dilalui dengan berjalan kaki dan mendukung
transit.
4. Kualitas ruang publik yang baik menciptakan kreatifitas dan identitas koridor.
Aspek-aspek penting yang dipertimbangkan dalam penataan kawasan
koridor berdasaran pendekatan mixed use corridor adalah:
1. Tata guna lahan:
Mengembangkan fungsi hunian, tempat kerja dan mengintensifkan pengembangan
berorientasi transit. Komponen yang ditata dalam guna lahan kawasan koridor
komersial adalah:
a. Penggunaan lahan
Prinsip penggunaan lahan :
1. Menerapkan fungsi campuran berupa: retail, rukan,

townhouse,

perkantoran, restoran dan layanan lain.
2. Penggunaan lahan yang memperkuat ekonomi dan mendorong penggunaan
transportasi umum.
b. Berskala manusia
Prinsip sesuai skala manusia adalah massa bangunan berskala manusia.
c. Mengutamakan fungsi retail

Studio Perencanaan Kota

33

Kecamatan Lirik, Kabupaten Indragiri Hulu

d. Memperkecil penggunaan lahan.
2. Bentuk bangunan
Bentuk bangunan meliputi kepadatan, ketinggian dan ukuran lantai. Dalam konteks
perkotaan, mixed use corridor harus memiliki bentuk perkotaankompak.
Komponen yang ditata dalam penataan bentuk bangunan kawasan koridor komersial
adalah:
a. Penempatan bangunan
Prinsip penempatan bangunan:
1.

Bangunan baru menciptakan pola bangunan yang konsisten dan
memperkuat batas jalan dengan variasi ruang terbuka.

2.

Setback konsisten untuk mendukung skala bangunan yang sama.

b. Site sudut
Prinsip site sudut:
1.

Bangunan diletakkan dekat dengan persimpangan

2.

Site sudut diperkuat dengan ketinggian bangunan yang lebih besar untuk
menegaskan persimpangan.

c. Hamparan Jalan
Prinsip hamparan jalan:
Konsistensi batas ruang jalan perkotaan untuk setiap koridor, berupa: rasio tinggi
dan lebar, minimum 1: 4 dan maksimum 1:1 .
d. Ruang transisi
Prinsip ruang transisi: menata ruang transisi antar bangunan.
e. Tinggi bangunan
1. Tinggi bangunan kompatibel dengan bangunan sekitarnya untuk membentuk
ruang jalan dan karakter wilayah.
2. Menghadirkan bangunan bertingkat rendah dan bertingkat sedang.
3.

Ketinggian bangunan maksimum dirancang sesuai proporsi lebar jalan, dan

tidak boleh melebihi ketinggian 1:1 sampai rasio lebar.
f. Skala yang manusiawi
1. Desain bangunan untuk kenyamanan pejalan kaki
2. Memiliki hubungan yang kompatibel ke bangunan sekitarnya
3.

Menjaga proporsi jalan

3. Desain bangunan

Studio Perencanaan Kota

34

Kecamatan Lirik, Kabupaten Indragiri Hulu

Komponen desain bangunan pada kawasan koridor komersial adalah:
a. Desain fisik bangunan
Prinsip desain bangunan:
Bangunan baru respek dengan bangunan sekitarnya..
b. Bangunan berlantai rendah (1-3 lantai)
Prinsip bangunan berlantai rendah:
1. Tinggi bangunan mengekspresikan bagian lantai dasar.
2. Perlengkapan mekanik harus dilindungi dari pandangan publik
c. Bangunan berlantai sedang (3-8 lantai)
Prinsip Bangunan berlantai sedang:
1. Desain bangunan mendefinisikan bagian dasar pertengahan dan bagain atas
bangunan dengan menekankan fasad dan artikulasi garis atap .
2. Bentuk slab mendefinisikan lantai dasar dan artikulasi fasad
3. Sempadan bangunan untuk menjaga batas pandangan dari jalan.
d. Fasad bangunan
1. Mendukung fasad lantai dasar yang aktif dengan memperbanyak bukaan
jendela, artikulasi elemen penanda dan detail arsitektur.
2. Fasad bangunan didesain untuk mengurangi kesan bulk, berkontribusi
terhadap tema atau karakter koridor.
4.

Parkir
Komponen yang diatur dalam penataan parkir adalah: Lokasi, parkir podium,
gedung parkir, parkir badan jalan dan parkir sepeda.

5. Transit
Komponen yang ditata dalam penataan transit kawasan koridor komersial adalah:
a. Bentuk dan desain bangunan tra

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis korelasi antara lama penggunaan pil KB kombinasi dan tingkat keparahan gingivitas pada wanita pengguna PIL KB kombinasi di wilayah kerja Puskesmas Sumbersari Jember

11 241 64

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten Jember)

37 330 20

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22