standar moral guru sekolah dasar

” KODE ETIK, PELANGGARAN, SERTA SANKSINYA ”
Kiki Nur Afiati
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Guru sebagai pendidik seyogyanya mempunyai citra yang baik dimata
masyarakat dengan menunjukkan kepada masyarakat bahwa ia layak menjadi
panutan atau teladan masyarakat sekelilingnya. Masyarakat pasti akan melihat
bagaimana sikap dan perbuatan guru itu sehari-hari, bagaimana guru
meningkatkan pelayanannya, meningkatkan pengetahuannya, memberi arahan
dan dorongan kepada anak didiknya dan bagaimana cara guru berpakaian,
berbicara serta cara bergaul baik dengan siswa, teman-temannya serta anggota
masyarakat.
Namun faktanya tidak semua guru memiliki citra yang baik dimata
masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh UNICEF (2006)
menunjukkan bahwa di beberapa daerah di Indonesia sekitar 80% kekerasan
yang terjadi pada siswa dilakukan oleh guru. Selain itu, Kuriake mengatakan
bahwa di Indonesia cukup banyak guru yang menilai cara kekerasan masih
efektif untuk mengendalikan siswa (Phillip, 2007). Padahal cara ini bisa
menyebabkan trauma psikologis, atau siswa akan menyimpan dendam, makin
kebal terhadap hukuman, dan cenderung melampiaskan kemarahan dan agresi

terhadap siswa lain yang dianggap lemah.
Sekarang ini sudah banyak kasus yang menimpa para guru yang tentunya
secara langsung maupun tidak langsung menurunkan citra baik guru di
masyarakat. Berdasarkan permasalahan tersebut, makalah ini membahas
mengenai pengertian profesi, pengertian profesi guru, guru sekolah dasar,
pengertian kode etik, fungsi dan tujuan kode etik, kode etik guru sekolah dasar,
serta contoh pelanggaran kode etik guru. Harapannya fakta-fakta yang terjadi
tentang pelanggaran kode etik guru dapat dijadikan pelajaran agar ke depan
calon guru/guru bisa lebih berhati-hati dalam bertindak terhadap para siswanya
kelak.

1

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, diperoleh rumusan masalah dari
makalah ini yaitu sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan profesi?
2. Apakah yang dimaksud dengan profesi guru?
3. Apakah yang dimaksud dengan guru sekolah dasar?
4. Apakah yang dimaksud dengan kode etik guru?

5. Apa sajakah fungsi dan tujuan kode etik guru?
6. Bagaimanakah isi dari kode etik guru sekolah dasar?
7. Apa sajakah contoh pelanggaran kode etik guru beserta sanksinya?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Pembaca mengetahui pengertian profesi.
2. Pembaca mengetahui pengertian profesi guru.
3. Pembaca mengetahui pengertian guru sekolah dasar.
4. Pembaca mengetahui pengertian kode etik guru.
5. Pembaca mengetahui fungsi dan tujuan kode etik guru.
6. Pembaca mengatahui isi kode etik guru sekolah dasar.
7. Pembaca mengatahui contoh-contoh pelanggaran kode etik guru beserta
sanksinya.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Profesi
Profesi adalah kata serapan dari sebuah kata dalam bahasa Inggris
"Profess", yang dalam bahasa Yunani adalah "Επαγγελια", yang bermakna:
"Janji untuk memenuhi kewajiban melakukan suatu tugas khusus secara
tetap/permanen". Profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan

penguasaan terhadap suatu pengetahuan khusus. Suatu profesi biasanya
memiliki asosiasi profesi, kode etik, serta proses sertifikasi dan lisensi yang
khusus untuk bidang profesi tersebut. Contoh profesi adalah pada bidang
hukum, kedokteran, keuangan, militer, teknik desainer, tenaga pendidik.
2.2 Pengertian Profesi Guru

2

Jabatan guru adalah suatu profesi. Jabatan guru dapat dikatakan sebuah
profesi karena menjadi seorang guru dituntut suatu keahlian tertentu (mengajar,
mengelola kelas, merancang pengajaran) dan dari pekerjaan ini seseorang dapat
memiliki nafkah bagi kehidupan selanjutnya. Menurut artikel “The Limit of
Teaching Proffesion,” profesi guru termasuk ke dalam profesi khusus selain
dokter, penasihat hukum, pastur. Kekhususannya adalah bahwa hakekatnya
terjadi dalam suatu bentuk pelayanan manusia atau masyarakat. Orang yang
menjalankan profesi ini hendaknya menyadari bahwa ia hidup dari padanya, itu
haknya, ia dan keluarganya harus hidup akan tetapi hakikat profesinya
menuntut agar bukan nafkah hidup itulah yang menjadi motivasi utamanya,
melainkan kesediaannya untuk melayani sesama. Di lain pihak profesi guru
juga disebut sebagai profesi yang luhur karena dalam melaksanakan profesinya

guru dituntut memiliki budi luhur dan akhlak yang mulia.
2.3 Guru Sekolah Dasar
Bab I pasal I ayat (13) dijelaskan “Pendidikan Dasar adalah jenjang
pendidikan pada jalur pendidikan formal yang melandasi jenjang pendidikan
menengah yang diselenggarakan pada satuan pendidikan yang berbentuk
Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah atau bentuk lain yang sederajat serta
menjadi satu kesatuan kelanjutan pendidikan pada satuan pendidikan yang
berbentuk Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah, atau
bentuk lain yang sederajat.” Selain itu, pada Bab I pasal I ayat (14) dijelaskan
“Sekolah Dasar yang selanjutnya disingkat SD adalah salah satu bentuk
satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan umum pada
jenjang Pendidikan Dasar”.
Berdasarkan pasal tersebut dapat disimpulkan bahwa guru sekolah dasar
adalah seorang profesional yang mengemban tugas memberikan pengajaran
dan pendidikan pada satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan
pendidikan umum pada jenjang pendidikan dasar.
2.4 Pengertian Kode Etik

3


Undang-undang

Nomor

8

tahun

1974

Tentang

Pokok-pokok

Kepegawaian Pasal 28 menyatakan bahwa “Pegawai Negeri Sipil mempunyai
kode etik sebagai pedoman sikap, tingkah laku perbuatan di dalam dan di luar
kedinasan“. Dalam Penjelasan Undang-undang tersebut, dinyatakan dengan
adanya Kode Etik Pegawai Negeri Sipil sebagai aparatur negara, Abdi Negara,
dan Abdi Masyarakat mempunyai pedoman sikap, tingkah laku, dan perbuatan
dalam melaksanakan tugasnya dan dalam pergaulan hidup sehari-hari.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa kode etik merupakan norma-norma yang
harus diindahkan dan diamalkan oleh setiap anggotanya dalam pelaksanaan
tugas dan pergaulan hidup sehari-hari di masyarakat. Norma-norma tersebut
berisi petunjuk-petunjuk bagaimana mereka melaksanakan profesinya, dan
larangan-larangan, tentang apa yang tidak boleh diperbuat atau dilaksanakan,
tidak saja dalam menjalankan tugas profesi, tetapi dalam pergaulan hidup
sehari-hari di dalam masyarakat.
2.5 Fungsi dan Tujuan Kode Etik
Pada dasarnya tujuan merumuskan kode etik dalam suatu profesi adalah
untuk kepentingan anggota dan kepentingan organisasi profesi itu sendiri.
Secara umum tujuan mengadakan kode etik adalah sebagai berikut:

1. Menjunjung tinggi martabat profesi.
Kode etik dapat menjaga pandangan dan kesan pihak luar atau masyarakat,
agar mereka tidak memandang rendah terhadap profesi yang bersangkutan.
Oleh karena itu, setiap kode etik suatu profesi akan melarang berbagai bentuk
tindak-tanduk atau kelakuan anggotanya yang dapat mencemarkan nama baik
profesi.

4


2. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya.
Kesejahteraan mencakup lahir (atau material) maupun batin (spiritual,
emosional, dan mental). Kode etik umumnya memuat larangan-larangan untuk
melakukan

perbuatan-perbuatan

anggotanya.

Misalnya

dengan

yang

merugikan

menetapkan


kesejahteraan

tarif-tarif

minimum

para
bagi

honorarium anggota profesi dalam melaksanakan tugasnya, sehingga siapa saja
yang mengadakan tarif di bawah minimum akan dianggap tercela dan
merugikan rekan seprofesi. Dalam hal kesejahteraan batin, kode etik umumnya
memberi

petunjuk-petunjuk

kepada

anggotanya


untuk

melaksanakan

profesinya.
3. Pedoman berperilaku.
Kode etik mengandung peraturan yang membatasi tingkah laku yang tidak
pantas dan tidak jujur bagi para anggota profesi dalam berinteraksi dengan
sesama rekan anggota profesi.
4. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi.
Kode etik berkaitan dengan peningkatan kegiatan pengabdian profesi, sehingga
bagi para anggota profesi dapat dengan mudah mengetahui tugas dan
tanggungjawab pengabdiannya dalam melaksanakan tugasnya. Oleh karena itu,
kode etik merumuskan ketentuan-ketentuan yang perlu dilakukan para anggota
profesi dalam menjalankan tugasnya.
5. Untuk meningkatkan mutu profesi.
Kode etik memuat norma norma dan anjuran agar para anggota profesi selalu
berusaha untuk meningkatkan mutu pengabdian para anggotanya.
6. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi.


5

Kode etik mewajibkan setiap anggotanya untuk aktif berpartisipasi dalam
membina organisasi profesi dan kegiatan-kegiatan yang dirancang organisasi.
2.6 Kode Etik Guru Sekolah Dasar
PEMBUKAAN
Dengan rahmat Tuhan yang Maha Esa guru Indonesia menyadari bahwa
jabatan guru adalah suatu profesi yang terhormat dan mulia. Guru
mengabdikan diri dan berbakti untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan
meningkatkan kualitas manusia indonesia yang bermain, bertakwa dan
berakhlak mulia serta mengusai ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dalam
mewujudkan masyarakat yang maju, adil,makmur, dan beradap.
Guru Indonesia selalu tampil secara profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan. Melatih menilai dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru Indonesia memiliki
kehandalan yang tinggi sebagai sumber daya utama untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri serta menjadi warga negara yang

demokratis dan bertanggung jawab.
Guru indonesia adalah insan yang layak ditiru dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, khususnya oleh peserta didik yang
dalam melaksanakan tugas berpegang teguh pada prinsip “ing ngarso sung
tulodho, ing madya mangun karso, tut wuri handayani”. Dalam usaha
mewujudkan prinsip-prinsip tersebut guru indonesia ketika menjalankan tugastugas profesional sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi.
Guru indonesia bertanggung jawab mengatarkan siswanya untuk
mencapai kedewasaan sebagai calon pemimpin bangsa pada semua bidang
6

kehidupan. Untuk itu, pihak-pihak yang berkepentingan selayaknya tidak
mengabaikan peranan guru dan profesinya, agar bangsa dan negara dapat
tumbuh sejajar dengan bangsa lain di negara maju, baik pada masa sekarang
maupun masa yang akan datang. Kondisi seperti itu bisa mengisyaratkan
bahwa guru dan profesinya merupakan komponen kehidupan yang dibutuhkan
oleh bangsa dan negara ini sepanjang zaman. Hanya dengan tugas pelaksanaan
tugas guru secara profesional hal itu dapat diwujudkan eksitensi bangsa dan
negara yang bermakna, terhormat dan dihormati dalam pergaulan antar bangsabangsa di dunia ini.
Peranan guru semakin penting dalam era global. Hanya melalui
bimbingan guru yang profesional, setiap siswa dapat menjadi sumber daya
manusia yang berkualitas, kompetetif dan produktif sebagai aset nasional
dalam menghadapi persaingan yang makin ketat dan berat sekarang dan dimasa
datang.
Dalam melaksanakan tugas profesinya guru indonesia menyadari
sepenuhnya bahwa perlu ditetapkan Kode Etik Guru Indonesia sebagai
pedoman bersikap dan berperilaku yang mengejewantah dalam bentuk nilainilai moral dan etika dalam jabatan guru sebagai pendidik putera-puteri bangsa.

Bagian Satu
Pengertian, tujuan, dan Fungsi
Pasal 1
(1) Kode Etik Guru Indonesia adalah norma dan asas yang disepakati dan
diterima oleh guru-guru Indonesia. Sebagai pedoman sikap dan perilaku dalam

7

melaksanakan tugas profesi sebagai pendidik, anggota maasyarakat dan warga
negara.
(2) Pedoman sikap dan perilaku sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1)
pasal ini adalah nilai-nilai moral yang membedakan perilaku guru yang baik
dan buruk, yang boleh dan tidak boleh dilaksanakan selama menunaikan tugastugas profesionalnya untuk mendidik, mengajar,membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik, serta sikap pergaulan seharihari di dalam dan luar sekolah.
Pasal 2
(1) Kode Etik Guru Indonesia merupakan pedoman sikap dan perilaku
bertujuan menempatkan guru sebagai profesi terhormat, mulia, dan bermartabat
yang dilindungi undang-undang.
(2) Kode Etik Guru Indonesia berfungsi sebagai seperangkat prinsip dan norma
moral yang melandasi pelaksanaan tugas dan layanan profesional guru dalam
hubungannya dengan peserta didik, orangtua/wali siswa, sekolah dan rekan
seprofesi, organisasi profesi, dan pemerintah sesuai dengan nilai-nilai agama,
pendidikan, sosial, etika dan kemanusiaan.

Bagian Dua
Sumpah/Janji Guru Indonesia
Pasal 3
(1) Setiap guru mengucapkan sumpah/janji guru Indonesia sebagai wujud
pemahaman, penerimaan, penghormatan, dan kesediaan untuk mematuhi nilai-

8

nilai moral yang termuat di dalam Kode Etik Guru Indonesia sebagai pedoman
bersikap dan berperilaku, baik di sekolah maupun di lingkungan masyarakat.
(2) Sumpah/janji guru Indonesia diucapkan di hadapan pengurus organisasi
profesi guru dan pejabat yang berwenang di wilayah kerja masing-masing.
(3)

Setiap

pengambilan

sumpah/janji

guru

Indonesia

dihadiri

oleh

penyelenggara satuan pendidikan.
Pasal 4
(1) Naskah sumpah/janji guru Indonesia dilampirkan sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dari Kode Etik Guru Indonesia.
(2) Pengambilan sumpah/janji guru Indonesia dapat dilaksanakan secara
perorangan atau kelompok sebelumnya melaksanakan tugas.
Bagian Tiga
Nilai-nilai Dasar dan Nilai-nilai Operasional
Pasal 5
Kode Etik Guru Indonesia bersumber dari :
(1) Nilai-nilai agama dan Pancasila
(2) Nilai-nilai kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi
sosial, dan kompetensi profesional.
(3) Nilai-nilai jati diri, harkat dan martabat manusia yang meliputi
perkembangan kesehatan jasmaniah, emosional, intelektual, sosial, dan
spiritual,
Pasal 6

9

(1) Hubungan Guru dengan Peserta Didik:
a. Guru berperilaku secara profesional dalam melaksanakan tuga didik,
mengajar, membimbing, mengarahkan,melatih,menilai, dan mengevaluasi
proses dan hasil pembelajaran.
b. Guru membimbing peserta didik untuk memahami, menghayati dan
mengamalkan hak-hak dan kewajiban sebagai individu, warga sekolah,
dan anggota masyarakat
c. Guru mengetahui bahwa setiap peserta didik memiliki karakteristik
secara

individual

dan

masing-masingnya

berhak

atas

layanan

pembelajaran.
d.

Guru

menghimpun

informasi

tentang

peserta

didik

dan

menggunakannya untuk kepentingan proses kependidikan.
e. Guru secara perseorangan atau bersama-sama secara terus-menerus
berusaha menciptakan, memelihara, dan mengembangkan suasana sekolah
yang menyenangkan sebagai lingkungan belajar yang efektif dan efisien
bagi peserta didik.
f. Guru menjalin hubungan dengan peserta didik yang dilandasi rasa kasih
sayang dan menghindarkan diri dari tindak kekerasan fisik yang di luar
batas kaidah pendidikan.
g. Guru berusaha secara manusiawi untuk mencegah setiap gangguan yang
dapat mempengaruhi perkembangan negatif bagi peserta didik.
h. Guru secara langsung mencurahkan usaha-usaha profesionalnya untuk
membantu

peserta

didik

dalam

mengembangkan

kepribadiannya, termasuk kemampuannya untuk berkarya.

10

keseluruhan

i. Guru menjunjung tinggi harga diri, integritas, dan tidak sekali-kali
merendahkan martabat peserta didiknya.
j. Guru bertindak dan memandang semua tindakan peserta didiknya secara
adil.
k. Guru berperilaku taat asas kepada hukum dan menjunjung tinggi
kebutuhan dan hak-hak peserta didiknya.
l. Guru terpanggil hati nurani dan moralnya untuk secara tekun dan penuh
perhatian bagi pertumbuhan dan perkembangan peserta didiknya.
m. Guru membuat usaha-usaha yang rasional untuk melindungi peserta
didiknya

dari

kondisi-kondisi

yang

menghambat

proses

belajar,

menimbulkan gangguan kesehatan, dan keamanan.
n. Guru tidak boleh membuka rahasia pribadi serta didiknya untuk alasanalasan yang tidak ada kaitannya dengan kepentingan pendidikan, hukum,
kesehatan, dan kemanusiaan.
o. Guru tidak boleh menggunakan hubungan dan tindakan profesionallnya
kepada peserta didik dengan cara-cara yang melanggar norma sosial,
kebudayaan, moral, dan agama.
p. Guru tidak boleh menggunakan hubungan dan tindakan profesional
dengan peserta didiknya untuk memperoleh keuntungan-keuntungan
pribadi.

(2) Hubungan Guru dengan Orangtua/wali Siswa :
1. Guru berusaha membina hubungan kerjasama yang efektif dan efisien
dengan Orangtua/Wali siswa dalam melaksannakan proses pedidikan.

11

2. Guru mrmberikan informasi kepada Orangtua/wali secara jujur dan
objektif mengenai perkembangan peserta didik.
3. Guru merahasiakan informasi setiap peserta didik kepada orang lain
yang bukan orangtua/walinya.
4. Guru

memotivasi

orangtua/wali

siswa

untuk

beradaptasi

dan

berpatisipasi dalam memajukan dan meningkatkan kualitas pendidikan.
5. Guru berkomunikasi secara baik dengan orangtua/wali siswa mengenai
kondisi dan kemajuan peserta didik dan proses kependidikan pada
umumnya.
6. Guru menjunjunng tinggi hak orangtua/wali siswa untuk berkonsultasin
dengannya berkaitan dengan kesejahteraan kemajuan, dan cita-cita anak
atau anak-anak akan pendidikan.
7. Guru tidak boleh melakukan hubungan dan tindakan profesional dengan
orangtua/wali

siswa

untuk

memperoleh

keuntungna-keuntungan

pribadi.
(3) Hubungan Guru dengan Masyarakat :
1. Guru menjalin komunikasi dan kerjasama yang harmonis, efektif dan
efisien dengan masyarakat untuk memajukan dan mengembangkan
pendidikan.
2. Guru mengakomodasikan aspirasi masyarakat dalam mengembnagkan
dan meningkatkan kualitas pendidikan dan pembelajaran.
3. Guru peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam
masyarakat

12

4. Guru berkerjasama secara arif dengan masyarakat untuk meningkatkan
prestise dan martabat profesinya.
5. Guru melakukan semua usaha untuk secara bersama-sama dengan
masyarakat berperan aktif dalam pendidikan dan meningkatkan
kesejahteraan peserta didiknya
6. Guru memberikan pandangan profesional, menjunjung tinggi nilai-nilai
agama, hukum, moral, dan kemanusiaan dalam berhubungan dengan
masyarakat.
7. Guru tidak boleh membocorkan rahasia sejawat dan peserta didiknya
kepada masyarakat.
8. Guru tidak boleh menampilkan diri secara ekslusif dalam kehidupam
masyarakat.
(4) Hubungan Guru dengan seklolah
1. Guru memelihara dan eningkatkan kinerja, prestasi, dan reputasi
sekolah.
2. Guru memotivasi diri dan rekan sejawat secara aktif dan kreatif dalam
melaksanakan proses pendidikan.
3. Guru menciptakan melaksanakan proses yang kondusif.
4. Guru menciptakan suasana kekeluargaan di dalam dan luar sekolah.
5. Guru menghormati rekan sejawat.
6. Guru saling membimbing antarsesama rekan sejawat
7. Guru menjunung tinggi martabat profesionalisme dan hubungan
kesejawatan dengan standar dan kearifan profesional.
13

8. Guru dengan berbagai cara harus membantu rekan-rekan juniornya
untuk tumbuh secara profsional dan memilih jenis pelatihan yang
relevan dengan tuntutan profesionalitasnya.
9. Guru menerima otoritas kolega seniornya untuk mengekspresikan
pendapat-pendapat profesionalberkaitan dengan tugas-tugas pendidikan
dan pembelajaran
10. Guru membasiskan diri pada nilai-nilai agama, moral, dan
kemanusiaan dalam setiap tindakan profesional dengan sejawat.
11. Guru memliki beban moral untuk bersama-sama dengan sejawat
meningkatkan keefektifan pribadi sebagai guru dalam menjalankan
tugas-tugas profesional pendidikan dan pembelajaran.
12. Guru mengoreksi tindakan-tindakan sejawat yang menyimpang dari
kaidah-kaidah

agama,

moral,

kemanusiaan,

dan

martabat

profesionalnya.
13. Guru tidak boleh mengeluarkan pernyataan-pernyaan keliru berkaitan
dengan kualifikasi dan kompetensi sejawat atau calon sejawat.
14. Guru tidak boleh melakukan tindakan dan mengeluarkan pendapat
yang akan merendahkan martabat pribadi dan profesional sejawatnya
15. Guru

tidak

boleh

mengoreksi

tindakan-tindakan

profesional

sejawatnya atas dasar pendapat siswa atau masyarakat yang tidak
dapat dipertanggungjawabkan kebenarnya.
16. Guru tidak boleh membuka rahasia pribadi sejawat kecuali untuk
pertimbangan-pertimbangan yang dapat dilegalkan secara hukum.
17. Guru tidak boleh menciptakan kondisi atau bertindak yang langsung
atau tidak langsung akan memunculkan konflik dengan sejawat.
14

(5) Hubungan Guru dengan Profesi :
1.

Guru menjunjung tinggi jabatan guru sebagai sebuah profesi

2.

Guru berusaha mengembangkan dan memajukan disiplin ilmu
pendidikan dan bidang studi yang diajarkan

3.

Guru terus menerus meningkatkan kompetensinya

4.

Guru menjunjung tinggi tindakan dan pertimbangan pribadi dalam
menjalankan tugas-tugas profesionalnya dan bertanggungjawab atas
konsekuensiinya.

5.

Guru menerima tugas-tugas sebagai suatu bentuk tanggungjawab,
inisiatif individual, dan integritas dalam tindkan-tindakan profesional
lainnya.

6.

Guru tidak boleh melakukan tindakan dan mengeluarkan pendapat
yang akan merendahkan martabat profesionalnya.

7.

Guru tidak boleh menerima janji, pemberian dan pujian yang dapat
mempengaruhi keputusan atau tindakan-tindakan proesionalnya

8.

Guru

tidak

boleh

mengeluarkan

pendapat

dengan

maksud

menghindari tugas-tugas dan tanggungjawab yang muncul akibat
kebijakan baru di bidang pendidikan dan pembelajaran.
(6) Hubungan guru dengan Organisasi Profesinya :
a. Guru menjadi anggota aorganisasi profesi guru dan berperan serta secara
aktif dalam melaksanakan program-program organisasi bagi kepentingan
kependidikan.

15

b. Guru memantapkan dan memajukan organisasi profesi guru yang
memberikan manfaat bagi kepentingan kependidikan
c. Guru aktif mengembangkan organisasi profesi guru agar menjadi pusat
informasi dan komunikasi pendidikan untuk kepentingan guru dan
masyarakat.
d. Guru menjunjung tinggi tindakan dan pertimbangan pribadi dalam
menjalankan tugas-tugas organisasi profesi dan bertanggungjawab atas
konsekuensinya.
e. Guru menerima tugas-tugas organisasi profesi sebagai suatu bentuk
tanggungjawab, inisiatif individual, dan integritas dalam tindakan-tindakan
profesional lainnya.
f. Guru tidak boleh melakukan tindakan dan mengeluarkan pendapat yang
dapat merendahkan martabat dan eksistensis organisasi profesinya.
g. Guru tidak boleh mengeluarkan pendapat dan bersaksi palsu untuk
memperoleh keuntungan pribadi dari organisasi profesinya.
h. Guru tidak boleh menyatakan keluar dari keanggotaan sebagai
organisasi profesi tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan.
(7) Hubungan Guru dengan Pemerintah :
a) Guru memiliki komitmen kuat untuk melaksanakan program
pembangunan bidang pendidikan sebagaimana ditetapkan dalam UUD
1945, UU Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-Undang Tentang
Guru dan Dosen, dan ketentuan Perundang-Undang lainnya.
b) Guru membantu Program pemerintah untuk mencerdaskan kehidupan
berbudaya.

16

c) Guru berusaha menciptakan, memeliharadan meningkatkan rasa
persatuan dan kesatuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
berdasarkan pancasila dan UUD1945.
d) Guru tidak boleh menghindari kewajiban yang dibebankan oleh
pemerintah atau satuan pendidikan untuk kemajuan pendidikan dan
pembelajaran.
e) Guru tidak boleh melakukan tindakan pribadi atau kedinasan yang
berakibat pada kerugian negara.
Bagian Empat
Pelaksanaan , Pelanggaran, dan sanksi
Pasal 7
(1) Guru dan organisasi profesi guru bertanggungjawab atas pelaksanaan Kude
Etik Guru Indonesia.
(2) Guru dan organisasi guru berkewajiban mensosialisasikan Kode Etik Guru
Indonesia kepada rekan sejawat Penyelenggara pendidikan, masyarakat dan
pemerintah.
Pasal 8
(1) Pelanggaran adalah perilaku menyimpang dan atau tidak melaksanakan
Kode Etik Guru Indonesia dan ketentuan perundangan yang berlaku yang
berkaitan dengan protes guru.
(2) Guru yang melanggar Kode Etik Guru Indonesia dikenakan sanksi sesuai
dengan ketentuan peraturan yang berlaku.
(3) Jenis pelanggaran meliputi pelanggaran ringan sedang dan berat.

17

Pasal 9
(1) Pemberian rekomendasi sanksi terhadap guru yang melakukan pelanggaran
terhadap Kode Etik Guru Indonesia merupakan wewenang Dewan Kehormatan
Guru Indonesia.
(2) Pemberian sanksi oleh Dewan Kehormatan Guru Indonesia sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus objektif
(3) Rekomendasi Dewan Kehormatan Guru Indonesia sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) wajib dilaksanakan oleh organisasi profesi guru.
(4) Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) merupakan upaya pembinaan
kepada guru yang melakukan pelanggaran dan untuk menjaga harkat dan
martabat profesi guru.
(5) Siapapun yang mengetahui telah terjadi pelanggaran Kode Etik Guru
Indonesia wajib melapor kepada Dewan Kehormatan Guru Indonesia,
organisasi profesi guru, atau pejabat yang berwenang.
(6) Setiap pelanggaran dapat melakukan pembelaan diri dengan/atau tanpa
bantuan organisasi profesi guru dan/atau penasehat hukum sesuai dengan jenis
pelanggaran yang dilakukan dihadapan Dewan Kehormatan Guru Indonesia.
Bagian Lima
Ketentuan Tambahan
Pasal 10
Tenaga kerja asing yang dipekerjakan sebagai guru pada satuan pendidikan di
Indonesia wajib mematuhi Kode Etik Guru Indonesia dan peraturan
perundang-undangan.
Bagian Enam

18

Penutup
Pasal 11
(1) Setiap guru secara sungguh-sungguh menghayati,mengamalkan serta
menjunjung tinggi Kode Etik Guru Indonesia.
(2) Guru yang belum menjadi anggota organisasi profesi guru harus memilih
organisasi profesi guru yang pembentukannya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
(3) Dewan Kehormatan Guru Indonesia menetapkan sanksi kepada guru yang
telah secara nyata melanggar Kode Etik Guru Indonesia.
SUPLEMEN
Semua pelanggaran guru yang berhubungan dengan profesi guru
(di/dalam

kelas,

lingkungan

sekolah,

yang

masih

ada

hubungan

dengan/berkaitan dengan hubungan guru-murid-murid-guru, proses berlajarmengajar, serta hal-hal yang bisa dikategorikan sebagai hubungan guru-muridmurid-guru), maka harus dilaporkan ke ke/pada Dewan Kehormatan Guru
Indonesia (DKGI).
Perselisihan antara masyarakat dengan guru terkait profesi guru, maka
harus dilaporkan ke ke/pada Dewan Kehormatan Guru Indonesia (DKGI).
Jika kesalahan/pelanggaran yang dilakukan guru tak berhubungan
dengan profesi guru, misalnya narkoba, pembunuhan, hingga teroris, atau
pelanggaran hukum lainnya, maka polisi langsung memproses tanpa melewati
DKGI; DKGI kabupaten – kota.
Selanjutnya, DKGI menjalankan proses penegakan kode etik hingga
tahap persidangan; hasil dari persidangan, bisa berujung pemberian sanksi,
sanksi administrasi, kepegawaian, hukum pidana; masing-masing sanksi

19

(kategori ringan, sedang, berat), ditetapkan berdasar keputusan DKGI. Jika
putusan sidang di Dewan Kehormatan Guru Indonesia (DKGI ) menjatuhkan
vonis atau pun sanksi, yang nyata-nyata melanggar hukum (yang berlaku di
NKRI), maka diserahkan ke pihak kepolisian; guru juga memiliki hak banding
atas putusan tersebut.
2.5 Contoh Pelanggaran Kode Etik Guru
Menurut Sekjen KPA, Arist Merdeka Sirait, pada tahun 2009 telah terjadi
aksi bullying atau kekerasan di sekolah sebanyak 472 kasus. Angka ini
meningkat

dari

tahun

2008,

yang

jumlahnya

sebanyak

362 kasus

(http://www.lautanindonesia.com/forum/berita-(news)/kekerasan-smunjakarta970-82-34-dll)/).
Begitu banyak kekerasan yang terjadi di sekolah merupakan hal yang
menyedihkan bagi dunia pendidikan. Kekerasan seharusnya tidak terjadi di
negara kita yang berfalsafah Pancasila, apalagi ini terjadi dalam dunia
pendidikan. Bangsa kita adalah bangsa yang menjunjung tinggi nilai-nilai
kemanusiaan yang sesuai dengan sila kedua Pancasila. Segala bentuk
kekerasan tentunya melanggar nilai-nilai kemanusiaan khususnya hak asasi
manusia. Dan pelanggaran hak asasi manusia akan mendapatkan konsekuensi
hukum sesuai dengan perundang-undangan yang belaku di negara kita.
Belakangan ini masyarakat dikejutkan dengan berita mengenai seorang
guru yang menganiaya salah satu siswanya akibatnya siswa tersebut harus
dirawat di rumah sakit. Namun ternyata di beberapa sekolah terjadi kasus
kekerasan pada siswa oleh guru. Kekerasan-kekerasan yang dilakukan oleh
guru kepada siswa seperti dilempar penghapus dan penggaris, dijemur di
lapangan, dan dipukul. Di samping itu siswa juga mengalami kekerasan psikis
dalam bentuk bentakan dan kata makian, seperti bodoh, goblok, kurus, ceking
dan sebagainya.
Berikut ini adalah beberapa contoh fakta pelanggaran kode etik yang
dilakukan oleh seorang guru:

20

1. Dalam sebuah artikel wordpress.com, diberitakan sebuah kasus sebagai
berikut:
Di SDN 002 Desa Purwajaya, Kecamatan Loa Janan, Kabupaten Kutai
Kartanegara, ada beberapa guru yang tidak memperhatikan isi Kode Etik Guru
dan mereka bertindak tanpa memperhatikan bahwa apa yang mereka perbuat
atau ucapkan tersebut diperhatikan oleh anak didiknya dan secara otomatis
memberikan contoh yang tidak baik bagi anak didiknya. Hal itu disebabkan
beberapa guru tidak mengetahui adanya norma-norma yang mengatur tingkah
laku, tindak tutur dan kepribadian guru yakni dalam Kode Etik Guru Indonesia.
Hal itu terlihat dari yang guru lakukan ketika memberikan tugas kepada siswa
sedangkan anak didiknya tidak bisa mengerjakan. Guru tersebut mengucapkan
kalimat-kalimat yang tidak pantas, Misalnya “kamu ini makan apa to, udah
berkali-kali dijelaskan kok tidak faham-faham, dodol banget”, sehingga anak
didik yang lainnya menertawakan temannya yang tidak bisa mengerjakan tugas
dan memanggilnya dengan nama dodol.
Hal lain yang terlihat di SDN 002 Desa Purwajaya adalah guru yang
memanggil anak didik dengan sebutan lain (tidak dengan nama aslinya).
Misalnya anak yang yang selalu terlambat datang dan terlambat mengerjakan
tugas. Guru tersebut memanggilnya dengan sebutan “Lemot” (bahasa jawa
yang artinya lambat). Lama kelamaan teman-teman anak tersebut juga ikut
memanggilnya dengan sebutan yang diucapkan guru. Suatu ketika guru
tersebut datang terlamnat ke sekolah, tanpa sadar seorang siswa mengatakan
kepada temannya “Hai jangan berisik, Pak Lemot datang”. Dari apa yang
dilakukan guru tersebut, berpengaruh negatif kepada anak didik di SDN 002
Desa Purwajaya. Banyak anak yang bertindak kasar dan mengucapkan katakata yang tidak baik kepada sesama temannya.
2. Dalam sebuah artikel berjudul “Stop Kriminalisasi Guru” yang ditulis oleh
Priyandono pada tanggal 24 Mei 2013, ada juga sebuah contoh pelanggaran
kode etik yang dilakukan oleh seorang guru, yaitu sebagai berikut:

21

Dua orang guru SD di Mojokerto, Jawa Timur (Sutiyo) dan Majalengka,
Jawa Barat terpaksa harus digelandang ke pengadilan karena divonis bersalah
oleh majelis hakim setempat.
Bapak Sutiyo divonis bersalah oleh majelis hakim pengadilan negeri
(PN) Mojokerto karena menjatuhkan punishment kepada siswanya. Kasus itu
berawal ketika beliau menjewer Teguh Muji Wicaksono yang telah
menyembunyikan sepatu temannya, Fahri. Meskipun berdalih mendidik dan
mendisiplinkan siswa, namun wali murid tetap tidak terima. Akibatnya, Sutiyo
dipolisikan. Selama proses hukum berlangsung guru Matematika kelas VI di
SD N Sumberjati itu sempat mencicipi tahanan kejaksaan setempat 20 hari
sebelum PN Mojokerto memberi status tahanan kota selama 52 hari.
Hal serupa dialami Aop Saopudin. Guru honorer di SDN V Panjalin
Kidul, Kecamatan Sumberjaya, Kabupaten Majalengka diseret ke pengadilan
hanya gara-gara menyukur rambut salah satu siswanya. Di persidangan, dia
terbukti melanggar pasal tentang perbuatan tidak menyenangkan. Akibatnya,
vonis tiga bulan penjara dengan masa percobaan enam bulan dijatuhkan
hakim.
3. Selain itu, ada pula kasus seorang guru yang diberitakan di TV dan Koran,
yaitu:
Seorang guru agama Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Pamekasan,
Madura, menggampar seorang siswa kelas 2. Akibatnya, telinga kiri siswa
tersebut terus berdengung dan nyaris tidak bisa mendengar. Siswa tersebut
tidak mengetahui penyebab hingga dirinya menjadi sasaran pemukulan guru
wanita itu. Aksi pemukulan itu sendiri terjadi Selasa (15/12/2009) siang di
ruang kelas. Siswa yang saat itu sedang di ruang kelas tiba-tiba dihampiri sang
guru. Setelah mendekat, tiba-tiba tangan kanan guru meninju wajah siswa.
BAB 3
PENUTUP

22

3.1 Kesimpulan
Profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan
terhadap suatu pengetahuan khusus. Suatu profesi biasanya memiliki asosiasi
profesi, kode etik, serta proses sertifikasi dan lisensi yang khusus untuk bidang
profesi tersebut. Jabatan guru dapat dikatakan sebuah profesi karena menjadi
seorang guru dituntut suatu keahlian tertentu (mengajar, mengelola kelas,
merancang pengajaran). Profesi guru memiliki kode etik yang merupakan
norma-norma yang harus diindahkan dan diamalkan oleh setiap anggotanya
dalam pelaksanaan tugas dan pergaulan hidup sehari-hari di masyarakat.
Norma-norma

tersebut

berisi

petunjuk-petunjuk

bagaimana

mereka

melaksanakan profesinya, dan larangan-larangan, tentang apa yang tidak boleh
diperbuat atau dilaksanakan, tidak saja dalam menjalankan tugas profesi, tetapi
dalam pergaulan hidup sehari-hari di dalam masyarakat. Secara umum tujuan
mengadakan kode etik adalah sebagai berikut: menjunjung tinggi martabat
profesi, untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya,
pedoman berperilaku, untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi,
untuk meningkatkan mutu profesi, dan untuk meningkatkan mutu organisasi
profesi. Menurut Sekjen KPA, Arist Merdeka Sirait, pada tahun 2009 telah
terjadi aksi bullying atau kekerasan di sekolah sebanyak 472 kasus. Angka ini
meningkat dari tahun 2008, yang jumlahnya sebanyak 362 kasus. Begitu
banyak kekerasan yang terjadi di sekolah merupakan hal yang menyedihkan
bagi dunia pendidikan. Merosotnya nilai moral guru yang akhir-akhir ini terjadi
menghiasi pemberitaan, baik di media cetak dan maupun media elektronik.
3.2 Saran
Fakta-fakta yang terjadi tentang pelanggaran kode etik guru dapat dijadikan
pelajaran agar ke depan calon guru/guru bisa lebih berhati-hati dalam bertindak
seperti ketika memberikan reward dan punishment kepada siswanya.
Sumber Pustaka

23

Adelia. 2013. http://www.adelia.web.id/kode-etik-guru-di-indonesia/ diakses pada
tanggal 30 Mei 2014.
http://alimkpbr.wordpress.com/2011/12/02/artikel-pelanggaran-kode-etik-gurubutir-pertama/ diakses pada tanggal 30 Mei 2014.
http://eduethics.wordpress.com/2011/01/17/pengertian-profesi-guru/ diakses pada
tanggal 30 Mei 2014.
http://id.wikipedia.org/wiki/Profesi diakses pada tanggal 30 Mei 2014.
Julidvo. 2012. http://julidvo.wordpress.com/2012/12/19/kode-etik-profesi-guru/
diakses pada tanggal 30 Mei 2014.
Lolie, miss. 2011. http://misscounseling.blogspot.com/2011/03/peran-guru-disekolah-dasar.html diakses pada tanggal 30 Mei 2014.
Nurrhuda, Fajrin. 2012. http://gbtbkfamily.blogspot.com/2012/10/studi-kasuspelanggaran-kode-etik.html
Priyandono. 2013. http://guru.or.id/stop-kriminalisasi-guru.html diakses pada
tanggal 30 Mei 2014.
Sulistiyono, Joko. 2014. Sertifikasi Moral Bagi Pendidik. Suara Merdeka edisi
Sabtu, 31 Mei 2014.

24