ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRO

ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI
PADI SAWAH (Tania Oryza) DI KECAMATAN BATANG ASAI KABUPATEN
SAROLANGUN
PROPOSAL SKRIPSI

KHOIRIYYAH AL-ADAWIYYAH
D1B014074

JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTAIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2016

1

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam atas segala berkat, rahmat,
taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal skripsi
dengan judul “ Analisis Efisiensi Ekonomi Faktor-Faktor Produksi Usahatani Padi
Sawah. Proposal skripsi ditulis guna memenuhi syarat dalam menyelesaikan tugas

matakuliah Metode Penelitian Agribisnis “
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada bapak Prof Dr
Ir. H. Zulkifli A, M.Sc dan ibu Dr. Ir. Ernawati HD, M.P selaku dosen pembimbing
yang telah memberikan bimbingan dalam penulisan proposal skripsi ini, sehingga
proposal skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa proposal skripsi ini masih banyak terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar proposal ini dapat menjadi lebih baik lagi. Akhir kata penulis
berharap kerangka acuan proposal skripsi ini dapat memberikan wawasan dan
pengetahuan kepada para pembaca pada umumnya dan pada penulis pada khususnya.

Jambi, 08 Oktober 2016

Penulis

2

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR..........................................................................................

i

DAFTAR ISI........................................................................................................

ii

DAFTAR TABEL.................................................................................................

iv

DAFTAR GAMBAR............................................................................................

v

DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................

vi


BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................................

1

1.2 Perumusan Masalah........................................................................................

5

1.3 Tujuan Penelitian............................................................................................

6

1.4 Kegunaan Penelitian.......................................................................................

6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Usahatani Padi Swah.....................................................................................


7

2.2 Faktor Produksi.............................................................................................

8

2.2.1 Lahan...................................................................................................

8

2.2.2 Tenaga Kerja........................................................................................

9

2.2.3 Modal...................................................................................................

12

2.3 Konsep Fungsi Produksi................................................................................


13

2.4 Konsep Efisiensi Ekonomi............................................................................

16

2.5 Kerangka Pemikiran......................................................................................

19

2.6 Hipotesis........................................................................................................

21

BAB. III METODOLOGI PENELITIAN
3.1

Ruang Lingkup Penelitian............................................................................

23


3.2

Sumber Data dan Metode Pengumpulan Data..............................................

24

3.3

Metode Penarikan Sampel............................................................................

24

3

3.4

Metode Analisis Data...................................................................................

25


3.5

Konsepsi Pengukuran ..................................................................................

29

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................

vii

LAMPIRAN..........................................................................................................

viii

4

DAFTAR TABEL
Halaman
1. Luas panen produksi rata-rata produksi padi menurut Kecamatan di

Kabupaten Sarolangun pada Tahun 2015..................................................
2. Luas panen produksi dan rata-rata produksi padi di Kecamatan Batang Asai
Kabupaten Sarolangun Tahun 2011-2015.................................................
...................................................................................................................

5

2
3

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Kurva Fungsi Produksi......................................................................................

14

2. Skema Kerangka Pemikiran..............................................................................

21


6

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Luas Lahan Padi Sawah di Rinci Menurut Irigasi di Kecamatan Batang Asai
Tahun 2015................................................................................................
24

7

8

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Sasaran


pembangunan

pertanian

di

Indonesia

adalah

untuk

menciptakan ketahanan pangan, meningkatkan nilai tambah dan daya saing
produk pertanian serta meningkatkan kesejahteraan petani. Ketersediaan
pangan merupakan hal penting dalam upaya pemenuhan kebutuhan pangan
masyarakat, khususnya kebutuhan makanan sebagai kebutuhn dasar dan
kebutuhan pokok manusia.
Di antara berbagai sumber bahan makanan pokok di Indonesia padi
merupakan salah satu komoditi yang menjadi sumber penting bagi ketahanan
pangan nasional dan pemberdayaan ekonomi rumah tangga petani di

Indonesia. Usahatani padi sawah merupakan salah satu usahatani paling utama
di Indonesia dan merupakan salah satu usahatani yang dijadikan penopang
dalam produksi beras nasional. Mulanya, usahatani padi sawah hanya berada
di wilayah jawa, namun pada saat ini usahatani padi sawah tersebar luas di
seluruh wilayah Indonesia. Hal ini dikarenakan padi merupakan komoditi
penghasil sumber bahan pangan utama masyarakat di Indonesia yaitu nasi.
Seiring berjalannya waktu permintaan akan hasil dari usahatani padi sawah
semakin meningkat seiring dengan laju pertumbuhan penduduk yang semakin
pesat pula. Hingga saat ini kebutuhan pangan utama masyarakat Indonesia
tidak tergantikan oleh komoditi lain yang memiliki kandungan gizi yang sama
dengan padi seperti ubi, jagung, dan lain-lain. (Retno, 2011)
Berdasarkan data BPS tahun 2014 konsumsi beras Indonesia
mencapai 76,8 kg/kapita lebih tinggi dari rata-rata konsumsi beras dunia
sebesar 60 kg/kapita. Namun produksi beras Indonesia jauh tertinggal dari

1

permintaan pasar, hal ini disebabkan karena masih banyaknya kelemahan
dalam meningkatkan produktivitas usahatani padi sawah yaitu pada sistem
pengolahan tanah yang salah, penggunaan air yang boros, tenaga kerja yang
dibutuhkan begitu banyak dan biaya yang dikeluarkan. Penggunaan faktor
produksi yang tidak efisien dalam usahatani padi sawah akan mengakibatkan
rendahnya produksi dan tingginya biaya yang dikeluarkan sehingga
mengakibatkan pendapatan petani yang menurun serta tidak tercukupinya
kebutuhan konsumsi beras masyarakat yang berarti dapat mengancam
ketahanan pangan. (Suratiyah, 2015)
Kabupaten Sarolangun merupakan salah satu daerah penghasil beras
yang membantu mencukupi kebutuhan beras di Provinsi Jambi. Dengan
agroekosistem yang menunjang maka Kabupaten Sarolangun merupakan
daerah yang cukup potensial untuk pengembangan komoditi padi sawah.
Untuk lebih jelas mengenai luas lahan, produksi, serta produksi rata-rata padi
sawah di Kabupaten Sarolangun menurut kecamatan dapat dilihat pada tabel
1.

2

Sumber : Sarolangun Dalam Angka 2016
Pada Tabel 1 terlihat bahwa Kecamatan Batang Asai merupakan
kecamatan yang memiliki produksi padi sawah terluas jika dibandingkan
dengan kecamatan lain. Namun selama 5 tahun terakhir produksi padi sawah
di kecamatan Batang Asai mengalami fluktasi. Berdasarkan Tabel 2 dapat
dilihat produktivitas padi sawah di Kecamatan Batang Asai yang tertinggi
dicapai pada tahun 2012 yaitu sebesar 5,9 ton/ha., kemudian pada tahun 2013
luas panen mengalami peningkatan tetapi produktivitas padi menurun menjadi
sebesar 3,9 ton/ha dan pada tahun 2014 luas panen padi meningkat tetapi
produktivitasnya kembali menurun menjadi 3 ton/ha. Tahun 2015 luas panen
kembali mengalami peningkatan lagi dan peningkatan luas panen pada tahun
2015 juga meningkatkan produktivitas menjadi 4,6 ton/ha.

3

Tabel.2

Besar kecilnya luas lahan yang diusahakan bukan menjadi satusatunya faktor yang menyebabkan tinggi rendahnya produksi usahatani.
Faktor lain yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya produksi suatu
usahatani ialah penggunaan tenaga kerja, modal, serta manajemen usahatani
itu sendiri (Suratiyah, 2015)
Secara geografis Kabupaten Sarolangun berada pada posisi astronomi
1020 03’ 39” sampai 1030 13’ 17” BT dan 010 53’ 39” LS sampai 020 46’ 24”
LS (Meridian Greenwich), dengan posisi eostrategic terletak di wilayah Barat
Provinsi Jambi, yang memiliki luas 6.174 km² sedangkan Kecamatan Batang
Asai memiliki luas sebesar 858 km2 atau 13,90 % dari luas keseluruhan
Kabupaten Sarolangun. Secara keseluruhan penggunaan lahan sawah di

4

Kabupaten Sarolangun adalah 3.819 Ha atau 0,62% dari luas Kabupaten
Sarolangun. (RKPD Sarolangun, 2016).
Penggunaan lahan di kabupaten Sarolangun untuk usahatani padi
sawah tidak seluas penggunaan lahan untuk usahatani padi sawah sawah di
kabupaten Tanjung Jabung Timur, yang luasnya mencapai 33.540 ha. Namun,
hasil produksi dari usahatani padi sawah Kabupaten Sarolangun dapat
membantu dalam pemenuhan kebutuhan pangan khususnya bagi masyarakat
di Provinsi Jambi.
Luas lahan suatu usahatani dapat mempengaruhi besarnya produksi
dan memberi pengaruh terhadap penerimaan petani, namun faktor-faktor
produksi lain seperti modal, tenaga kerja, dan skill juga dapat memberikan
pengaruh

apabila

digunakan

dalam

waktu

yang

tepat

dan

dalam

penggunaannya ditinjau terlebih dahulu. Berdasarkan uraian di atas maka
dilakukan penelitian mengenai “Analisis Efisiensi Penggnaan Faktor
Produksi Usahatani Padi Sawah di Kecamatan Batang Asai Kabupaten
Sarolangun”

1.2

Perumusan Masalah
Salah satu tujuan dari kegiatan usahatani ialah memperoleh produksi
yang optimal dengan biaya serendah-rendahnya. Menurut Mubyarto (1989),
usahatani yang baik adalah usahatani yang produktif dan efisisen. Usahatani
yang produktif ialah usahatani yang memiliki produktivitas tinggi yang di
tentukan oleh faktor produksi atau input yang digunakan. Usahatani yang
efisisen adalah usahatani yang secara ekonomi menguntungkan dan serta
pengorbanan dan biaya yang dilakukan untuk produksi lebih kecil dari harga
jual.

5

Perubahan jumlah penduduk mendorong meningkatnya kebutuhan
manusia yang beraneka ragam, terutama kebutuhan dasar manusia yaitu
kebutuhan pangan. Maka perlu digalakkan usaha peningkatan produksi beras
sebagai bahan makanan pokok masyarakat Indonesia. Salah satu upaya
peningkatan produksi beras ialah dengan upaya intensifikasi lahan padi sawah
atau pengoptimalan lahan usahatani yaitu dengan cara penggunaan bibit
unggul, pengolahan tanah yang baik, irigasi sawah yang bagus, pemberian
pupuk yang teratur serta pemberantasan hama. Penggunaan faktor produksi
yang optimal juga mampu meningkatkan produksi dari suatu usahatani.
Kenaikan dan penurunan produksi padi sawah di Kecamatan Batang
Asai dapat terjadi karena perubahan penggunaan faktor-faktor produksi.
Soekartawi (1995) menyatakan bahwa produk-produk pertanian dihasilkan
dari kombinasi faktor produksi lahan, tenaga kerja modal, (pupuk, benih, dan
obat-obatan). Dalam usaha teknologi penggunaan faktor-faktor produksi
memegang peranan yang sangat penting, karena kurang tepatnya penggunaan
jumlah dan kombinasi faktor produksi mengakibatkan rendahnya produksi
yang dihasilkan atau tingginya biaya produksi. Rendahnya produksi dan
tingginya produksi akan mengakibatkan rendahnya pendapatan petani. Karena
keterbatasan pengetahuan petani dalam konsep-konsep usahatani, masih
banyak petani yang belum memahami bagaimana faktor produksi digunakan
secara efisisen.
Dari uraian di atas maka perumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh penggunaan faktor produksi dengan jumlah
produksi padi sawah di Kecamatan Batang Asai Kabupaten
Sarolangun?
2. Bagaimana kombinasi penggunaan faktor-faktor produksi yang
dialokasikan petani dalam mencapai efisiensi pada usahatani padi
sawah di Kecamatan Batang Asai Kabupaten Sarolangun?
1.3

Tujuan Penelitian
6

1. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan faktor produksi dengan
jumlah produksi padi sawah di Kecamatan Batang Asai Kabupaten
Sarolangun.
2. Untuk mengetahui kombinasi penggunaan faktor-faktor produksi yang
dialokasikan petani dalam mencapai efisiensi pada usahatani padi
sawah di Kecamatan Batang Asai Kabupaten Sarolangun.
1.4

Kegunaan Penelitian
1. Menjadi bahan masukan untuk meningkatkan pengethuan dan sebagai
sumber informasi bagi pihak yang berkepentingan.
2. Sebagai bahan masukan bagi petani dalam berusahatani yang efisien
secara ekonomi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Usahatani Padi Sawah
Usahatani adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat
ditempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tubuh tanah dan
air, perbaikan-perbaikan yang telah dilakukan atas tanah, sinar matahari,

7

bangunan-bangunan, yang didirikan diatas tanah dan sebagiannnya.
(Mubyarto, 1989)
Usahatani padi sawah merupakan suatu kegiatan pertanian tanaman
pangan yang diusahakan pada lahan berair. Tinggi rendahnya produksi suatu
usahatani tergantung pada bagaimana petani dalam mengalokasikan faktor
produksi yang digunakan. Secara umum tujuan dari petani dalam
mengusahakan padi adalah untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan masih
belum sepenuhnya untuk tujuan ekonomi, sehingga hal ini menjadi salah satu
penghambat dalam memajukan bidang pertanian karena bidang pertanian
dapat bergerak maju apabila suatu usaha pertanian diarahkan pada praktek
ekonomi modern yang berorientasi pada keuntungan, berjalan dinamis, dan
haus akan teknologi. (Daniel, 2001)
Menurut

Hernanto

(1996),

terdapat

dua

faktor

yang

dapat

mempengaruhi tinggi rendahnya pendapatan petani, yaitu faktor internal dan
faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam
usahatani itu sendiri seperti (1) Kecilnya penguasaan dan pemakaian unsur
produksi usahatani, dan (2) Tingkat sumber daya petani yang rendah.
Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar usahatani
seperti (1) Rendahnya pemasaran hasil produksi, dan (2) Kurangnya
perangsang produksi.
2.2

Faktor Produksi
Faktor produksi adalah semua korbanan yang diberikan kepada
tanaman. Semua faktor produksi yang digunakan akan terkait selama proses
produksi pada periode dan skala usaha tertentu. Dalam ilmu usahatani secara
umum

dikatakan

bahwa

pengelolaan

usahatani

padi

sawah

dalam

menghasilkan output tidak terlepas dari empat faktor utama diantaranya
adalah lahan, modal, tenaga kerja, dan manajemen. Keempat faktor tersebut
merupakan faktor produksi yang mutlak dalam usahatani.

8

Dalam suatu usaha pertanian, produksi diperoleh melalui proses yang
sangat panjang dan penuh dengan resiko usaha.dengan waktu cukup lama dan
tergantung pada jenis komoditi yang diusahakan. Disamping itu, kecukupan
faktor produksi yang dialokasikan pada setiap skala usaha tertentu juga
merupakan penentu dalam mencapai produksi yang optimum. Dengan
demikian suatu fungsi dari suatu produksi yang dihasilkan merupakan
cerminan dari interaksi antara satu input dengan input lainnya yang terkait
antara satu sama lain selama proses produksi berlangsung. Semakin banyak
jumlah input yang digunakan dalam proses produksi maka dapat
menyebabkan kenaikan hasil produksi ataupun penurunan hasil produksi.
(Daniel, 2001)
2.2.1

Lahan
Lahan pertanian merupakan tanah yang disiapkan untuk diusahakan
usahatani seperti sawah, tegal, dan pekarangan. Sedangkan lahan sawah
adalah lahan pertanian yang berpetak-petak dan dibatasi oleh pematang
(galengan), saluran untuk menyalurkan dan menahan air yang biasanya
ditanami padi sawah tanpa memandang status kepemilikan lahan. Lahan rawa
yang ditanami padi dan lahan bekas tanaman tahunan yang ditanami padi
maupun palawija, juga dapat dikategorikan sebagai sawah. (Soekartawi, 1994)
Berdasarkan survei penggunaan lahan pertanian (2010), rata-rata
pengusahaan lahan sawah per rumah tangga di Provinsi Jambi semakin
berkurung. Hal ini seiring dengan penurunan tingkat penggunaan lahan
sebagai lahan pertanian.
Dalam hal penggunaan luas lahan, menurut Daniel (2001), bahwa
semakin sempit lahan yang digunakan maka semakin tidak efisisen usahatani
yang diusahakan. Kecuali jika penggunaan luas lahan diiringi dengan
penggunaan teknologi yang tepat dan dijalankan secara tertib. Namun,
umumnya para petani belum paham dengan penggunaan teknologi. Untuk

9

mengatasi permasalahan tersebut, maka upaya yang dilakukan selain
penggunaan teknologi ialah dengan menerapkan diversifikasi, intensifikasi,
ataupun ekstensifikasi lahan.
Pengukuran luas lahan usahatani dapat diukur berdasarkan luas total
lahan yang merupakan jumlah keseluruhan tanah yang ada di dalam usahatani
termasuk sawah, tegal, pekarangan, jalan saluran, dan sebagianya. Luas lahan
pertanaman merupakan jumlah seluruh tanah yang dapat ditanami atau
diusahakan. Dipandang dari sudut efisiensi, semakin luas lahan yang
diusahakan maka semakin tinggi produksi dan pendapatan per satuan luasnya.
Luas tanaman adalah jumlah luas tanaman yang ada pada suatu saat.
(Suratiyah, 2015)
2.2.2

Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan salah satu unsur penentu, terutama bagi
usahatani yang sangat tergantung pada musim. Kelangkaan tenaga kerja
mengakibatkan mundurnya waktu penanaman sehingga berpengaruh pada
pertumbuhan tanaman, produktivitas, dan kualitas produk.
Tenaga kerja merupakan faktor penting dalam usahatani keluarga,
khususnya tenaga kerja petani beserta anggota keluarganya. Rumah tangga
tani yang umumnya sangat terbatas kemampuannya sangat ditentukan dari
segi modaldan peranan tenaga kerja keluarga. Jika masih dapat dikerjakan
oleh tenaga kerja keluarga sendiri maka tidak perlu mengupah tenaga luar
yang berarti menghemat biaya. Baik pada usahatani keluarga

maupun

perusahaan pertanian, peranan tenaga kerja belum sepenuhnya dapat teratasi
dengan teknologi yang menghemat tenaga (teknologi mekanis). Hal ini
dikarenakan selain mahal, juga ada hal-hal tertentu yang tidak dapat
digantikan oleh selain tenaga kerja manusia. (Suratiyah, 2015)
Tenaga kerja dalam usahatani memiliki karakteristik yang sangat
berbeda dengan tenaga kerja dalam usaha bidang non pertanian. Karakteristik

10

tenaga kerja bidang usahatani menurut Tohir (1983) dalam Suratiyah (2015)
adalah sebagai berikut : (1) Keperluan dalam tenaga kerja usahatani tidak
kontinyu dan tidak merata, (2) Penyerapan tenaga kerja dalam usahatani
sangat terbatas, (3) Tidak mudah distandarkan, dirasionalkan, dan
dispesialisasikan, (4) Beraneka ragam coraknya dan kadang kala tidak dapat
dipisahkan satu sama lain.
Menurut Tohir (1991), tenaga kerja keluarga merupakan tulang
punggung dalam berusahatani, maka harus digunakan secara rasional dan
efisien. Secara umum tenaga kerja di Indonesia merupakan tenaga kerja
dengan tingkat pengetahuan yang minim karena berasal dari dalam keluarga
atau turun temurun diwariskan dari keluarga. Sehingga tingkat pengetahuan
mengenai usahatani mereka rendah namun secara pengalaman ilmu yang
dimiliki para petani tersebut tinggi. Dengan tingkat pengetahuan yang rendah
maka pada umumnya para petani sulit menerima dan menerpkan teknologi
pertanian atau inovasi. Kondisi tersebut akan mempengaruhi pencapaian
produksi dan produktivita yang tinggi dalam berusahatani.
Pada umumnya tenaga kerja usahatani di Indonesia bekerja maksimal
7 jam sehari dan setahunnya lebih kurang 170-180 hari. Untuk tenaga kerja
yang berasal dari luar usahatani diberi imbalan atau gaji dan tenaga kerja
dalam keluarga jarang diperhitungkan. Dalam memperkirakan biaya tenaga
kerja yang digunakan dapat diperoleh dengan mengalikan jumlah tenaga kerja
yang dibutuhkan dengan upah tenaga kerja yang berlaku. Menurut Soekartawi
(1994), tinggi rendahnya upah yang diperoleh ditentukan oleh 1) mekanisme
pasr, 2) jenis kelamin, 3) kualitas tenaga kerja, 4) umur tenaga kerja 5) lama
waktu bekerja, 6) jenis tenaga kerja. Oleh karena itu, maka dalam penilaian
terhadap upah atau gaji seorang tenaga kerja dalam suatu usahatani perlu
untuk distandarisasikan menjadi HKSP (hari kerja setara pria). Secara
matematis HKSP dirumuskan sebagai berikut:

11

HKSP =

X
Y

Z

Dimana : x = Upah tenaga kerja yang bersangkutan
y = Upah tenaga kerja pria
z = Satu HKSP
Selanjutnya Suratiyah (2015), mengatakan bahwa untuk menghitung
tenaga kerja yang dibutuhkan digunakan satuan Jam Kerja Orang (JKO) dan
hari kerja orang (HKO). Dimana JKO dalam hal ini didasarkan pada jam kerja
dan HKO berdasarkan hari kerja. Secara formulates dapat diformulasikan
sebagai berikut:
HKO =

( HK X JK )
7

Atau 1 HKO = 7JKO
Dimana : HK = Hari kerja (hari)
JK = Jam kerja (jam)
HKO = Hari Kerja Orang
JKO = Jam Kerja Orang

2.2.3

Modal
Modal adalah syarat mutlak berlangsungnya suatu usaha, demikian
pula dengan usahatani. Modal merupakan barang-barang ekonomi yang dapat
meningkatkan dan mempertahankan pendapatan. Menurut Von Bohm Bawerk
dalam Daniel (2001) modal adalah segala jenis barang yang dihasilkan dan
dimiliki masyarakat yang biasa disebut sebagai kekayaan masyarakat.
Sebagian kekayaan ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dan

12

sebagian lagi digunakan untuk memproduksi barang-barang baru, inilah yang
disebut sebagai modal. Jadi dapat dikatakan bahwa modal merupakan setiap
hasil atau produk kekayaan yang digunakan untuk memproduksi hasil
selanjutnya,
Modal dalam usahatani diklasifikasikan sebagai bentuk kekayaan, baik
berupa uang maupun barang yang digunakan untuk menghasilkan sesuatu
secara langsung atau tak langsung dalam suatu proses produksi. Pembentukan
modal bertujuan untuk meningkatkan produksi dan pendapatan usahatani,
serta menunjang pembentukan modal lebih lanjut. (Hanafie, 2010)
Menurut Soekartawi (1994) Dalam kegiatan proses produksi pertanian,
modal dibedakan menjadi dua macam yaitu modal tetap dan modal tidak tetap
(variabel). Model tetap adalah biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi
yang tidak habis dalam sekali proses produksi tersebut. Tanah, bangunan, dan
mesin merupakan faktor produksi yang digolongkan dalam modal tetap.
Sedangkan modal tidak tetap atau modal variabel adalah biaya yang
dikeluarkan dalam proses produksi dan habis dalam satu kali proses produksi,
misalnya biaya produksi yang dikeluarkan untuk membeli benih, pupuk, obatobatan atau yang dibayarkan untuk tenaga kerja. Besar kecilnya modal dalam
usaha pertanian tergantung dari berbagai hal seperti skala usaha, macam
komoditas yang diusahakan, dan ketersediaan kredit.
Penggolongan modal menjadi modal tetap dan tidak tetap digunakan
berhubungan dengan perhitungan biaya. Biaya modal bergerak harus sama
sekali diperhitungkan dalam harga biaya rill, sedangkan biaya modal tetap
diperhitungkan melalui penyusutan nilai. (Daniel, 2001)
2.3

Konsep Fungsi Produksi
Soekartawi (1994) menyatakan bahwa fungsi produksi merupakan
hubungan fisik antara variabel yang dijelaskan (Y) dan variabel yang
menjelaskan (X). Variabel yang dijelaskan biasanya berupa output dan

13

variabel yang menjelaskan biasanya berupa input. Secara matematis,
hubungan ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
Y = f ( X1, X2, X3, X4, ……… Xi,………………Xn)
Dimana :
Y

= Output

X1, X2, X3, X4, …… Xi,……Xn

= Input

f

= symbol fungsional antara x dan y
Dalam perhitungan analisis ekonomi usahatani, dikenal tiga macam

produk, yaitu average product, total product, dan marginal product. Konsep
kurva produksi melukiskan hubungan antara konsep average product (AP)
dengan Marginal Product (MP) yang disebut kurva total product. Rata-rata
produksi menunjukkan jumlah output produk yang dihasilkan. Secara
matematis dirumuskan sebagai berikut :
AP =
Dimana :

Y
X

AP = Produki rata-rata
Y = Output
X = Input

Sedangkan marginal product (MP) mengukur banyaknya penambahan
atau pengurangan totul output dari penambahan input yang secara matematis
dirumuskan sebagai berikut :
MP =
Dimana :

MP
△Y

△Y
△X
= marginal product
= perubahan output

14

△X

= peubahan input

Gambar.1

Menurut Sukirno (2014), dalam kurva produksi klasik terdapat tiga
daerah yaitu peningkatan MP, penurunan MP, dan MP negatif. Dimana
daerah 1 nilai elastisitasnya lebih besar dari 1 (E>1), hal ini terjadi ketika MP
> AP . AP akan meningkat pada daerah 1 atau daerah a pada Gambar 1. Hal
ini menunjukkan bahwa setiap penambahan produksi sebesar satu satuan akan
menyebabkan peningkatan produksi yang lebih besar dari satu-satuan, serta
produsen belum mencapai produksi yang maksimum seperti yang
ditunjuukkan pada Gambar.1 Daerah satu ini disebut sebagai daerah irasional
atau belum efisien.
Daerah II yang ditunjukkan dengan daerah b pada Gambar.1 terjadi
ketika MP mengalami penurunan dan kurang dari AP tetapi lebih besar dari 0.
Nilai elastisitas yang berkisar antara 0 dan 1 menunjukkan bahwa setiap

15

penambahan input sebesar satu-satuan akan meningkatkan produksi paling
besar satu-satuan dan paling kecil nol satuan. Daerah ini merupakan daerah
rasional atau daerah efisien.
Daerah III yang ditunjukkan dengan daerah c pada Gambar.1
merupakan daerah dengan elastisitas lebih kecil daripada nol yang terjadi
ketika MP bernilai negatif yang berarti bahwa setiap penambahan satu satuan
input akan menyebabkan penurunan produksi.
Fungsi produksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah fungsi
produksi Cobb-Douglas. Secara matematis persamaan Cobb Douglas dapat
ditulis sebagai berikut :
Y = Ax1b1X2b2X3b3X4b4……Xibieu
Untuk memudahkan penghitungan fungsi produksi Cobb-Douglas
dapat ditransformasikan kedalam bentuk logaritma sehingga fungsi produksi
tersebut adalah sebagai berikut :
Log Y = Log a + b1 Log X1 + b2 Log X2 + b3 Log X3 + b4 Log X4…+ bi Log Xi+e
b1, b2,….. bi pada fungsi Cobb Douglas menunjukkan elastisitas X
terhadap Y, dan jumlah elastisitas merupakan return to scale. (Soekartawi,
1994)

2.4

Konsep Efisiensi Ekonomi
Dalam terminologi ilmu ekonomi, pengertian efisiensi dapat
digolongkan menjadi 3 (tiga) macam, yaitu efisiensi teknis, efisiensi alokatif
(efisiensi harga), dan efisiensi ekonomi.
Efisiensi harga berkaitan dengan pembuatan keputusan mengenai
pengalokasian dari faktor-faktor produksi variabel, yaitu faktor yang berbeda
dalam kontrol perusahaan, efisiensi ini biasanya ditunjukkan dengan nilai

16

produk marginal untuk suatu input tertentu sama dengan harga input tersebut.
Efisiensi teknis merupakan besaran yang menunjukkan perbandingan antara
produksi sebenanya dengan produksi maksimum. Sedangkan efisiensi
ekonomi adalah besaran yang menunjukkan perbandingan antara keuntungan
yang sebenarnya dengan keuntungan maksimum. (Soekartawi, 1994)
Menurut Soekartawi (1994) efisiensi ekonomi terjadi pada saat nilai
produk marginal dari setiap unit tambahan masukan sama dengan harga dari
setiap unit masukan tersebut dapat dituliskan sebagai berikut:
NPMx = Px
Dimana: NPMx = Nilai produk marjinal dari masukan x
Px
NPMx =

= Harga masukan
bi. Y . Py
Xi

Dimana Py = Harga produk
Y = Rata-rata hasil produksi ke-i
Xi = Rata-rata penggunaan faktor produksi ke-i
bi = Koefisien regresi faktor produksi ke-i
Namun demikian kenyataan yang banyak terjadi NPMx tidak selalu
sama dengan Px. yang sering terjadi adalah a)

NPM x
Px

> 1, artinya

penggunaan masukan (x) belum mencapai efisiensi ekonomi tertinggi, pada
kondisi ini masukan (x) masih bisa ditambah. b)

NPM x
Px

< 1, artinya

penggunaan masukan tidak efisien. Masukan (x) tidak perlu dikurangi.
(Soekartawi, 1994)

17

Menurut Soekartawi (1994) setelah penggunaan faktor produksi dalam
suatu usahatani dievaluasi dengan menggunakan rumus efisiensi teknik dan
efisiensi harga apakah sudah mencapai tingkat efisiensi secara ekonomi, maka
perlu diketahui bagaimana faktor produksi yang digunakan mempengaruhi
tingkat efisiensi tersebut dan pada kombinasi penggunaan faktor produksi
optimal manakah yang memberikan keuntungan maksimum bagi petani padi
sawah. Berdasarkan konsep keuntungan maksimum yang diacu pada kondisi
produksi marjinal, maka dapat dirumuskan sebagai berikut:
Xi =

bi. Py . Y
Pxi

Dimana: Pxi = Harga rata-rata faktor produksi ke-i

2.5

Py

= Harga rata-rata produksi ke-i

Y

= Produksi rata-rata padi sawah

bi

= Elastisitas produksi (Koefisien regresi faktor produksi ke-i)

Xi

= Kombinasi faktor produksi yang optimal

Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian Juber (2013) yang berjudul Analisis Efisiensi
Ekonomi Usahatani Padi Sawah Pada Berbagai Jenis Pengairan di Kabupaten
Merangin diketahui bahwa penggunaan fungsi produksi Cobb-Douglas sangat
relevan digunakan untuk menentukan efisiensi penggunaan faktor produksi.
Untuk mendapatkan keuntungan maksimum pada usahatani padi sawah
berbagai jenis pengairan di Kabupaten Merangin, keputusan yang dapat
dilakukan adalah dengan penambahan luas lahan dan tenaga kerja agar efisien
perlu dikurangi jam kerjanya. Selanjutnya untuk penggunaan pengairan irigasi
teknis perlu dioptimalkan lagi penggunaannya agar mampu meningkatkan
produksi dan mencapai keuntungan yang optimum.

18

Selanjutnya berdasarkan penelitian yang dilakukan Nainggolan (2011)
dalam tesisnya yang berjudul Pengaruh Program Penguatan Modal Petani
Terhadap Pendapatan dan Efisiensi Usahatani Padi Sawah di Kabupaten
Tanjung Jabung Barat Provinsi Jambi diketahui bahwa rata-rata usahatani
petani sudah efisien secara teknis namun belum efisien secara ekonomi.
Ditemukan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh positif dan nyata terhadap
efisiensi adalah luas lahan, benih, pupuk Urea dan keikutsertaan petani dalam
program PMP. Sedangkan penggunaan pupuk TSP tidak berpengaruh nyata
dan bertanda negatif terhadap tingkat produksi dan efisiensi usahatani padi
sawah di Tanjung Jabung Barat.
Penelitian oleh Respikasari (2012) yang berjudul Analisis Efisiensi
Ekonomi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Dalam Usahatani Padi Sawah
di Kabupaten Karanganyar ditunjukkan bahwa faktor produksi yang
berpengaruh nyata terhadap produksi padi sawah di Kabupaten Karanganyar
adalah luas lahan, tenaga kerja, benih, dan pupuk urea. Petani padi sawah di
Kabupaten Karanganyar dalam mengkombinasikan faktor produksi luas lahan
belum mencapai efisiensi ekonomi, penggunaan faktor produksi tenaga kerja
dan benih tidak efisien, sedangkan faktor produksi pupuk urea sudah
mencapai efisiensi ekonomi tertinggi. Nilai elastisitas produski (RTS) adalah
1, 055 yang berarti secara umum usahatani padi sawah di Kabupaten
Karanganyar masih bisa beroperasi dengan skala usaha yang meningkat
( Increasing Return to Scale) tetapi sudah mendekati kondisi konstan.
2.6

Kerangka Pemikiran
Dalam suatu usahatani padi sawah kombinasi penggunaan faktor
produksi

diusahakan

sedemikian

rupa

agar

dalam

jumlah

tertentu

menghasilkan produksi maksimum dan keuntungan maksimum. Dengan
keuntungan yang maksimum maka diharapkan pendapatan petani akan
meningkat. Tindakan ini sangat berguna untuk memperkirakan profitabilitas
usahatani relative terhadap pemanfaatan sumberdaya yang tersedia.
19

Dari data yang dilihat selama 5 tahun terakhir pada Tabel.2
menunjukkan bahwa kenaikan dan penurunan produksi padi sawah di
Kecamatan Batang Asai terjadi karena perubahan penggunaan faktor-faktor
produksi. Fluktuasi tersebut juga dipengaruhi oleh kombinasi penggunaan
faktor produksi yang berbeda dalam setiap musim tanam.
Tinggi rendahnya pendapatan akan dialokasikan untuk memenuhi
kebutuhan petani khususnya dalam menyediakan faktor produksi dengan
tingkat harga pada input tertentu. Terlepas dari pendapatan yang diterima,
dalam hal ketersediaan faktor produki dipengaruhi oleh tinggi rendahnya
harga faktor produksi dan ketersediannya di pasar. Hal ini akan
mempengaruhi kombinasi penggunaan faktor produksi yang optimal antara
satu input dengan input yang lain dalam memaksimumkan keuntungan petani.
Sehingga dengan kombinasi input yang optimal dan tersedia pada setiap
musim tanam akan mengarah pada efisisensi ekonomi siatu usahatani.
Dalam menganalisa suatu usahatani yang efisien dua hal yang dicapai
adalah yang dapat meminimumkan biaya dan memaksimumkan pendapatan
petani pada tingkat skala yang optimum. Tenaga kerja merupakan faktor
produksi yang diperlukan dalam melakukan kegiatan usahatani padi sawah.
Modal juga diperlukan dalam mengelola usahatani padi sawah karena
sangat

memegang

peranan

penting

dalam

menjalankan

usahatani.

Ketersediaan modal menjadi peran utama dalam kegiatan usahatani.
Adapun yang menjadi dasar pemikiran adalah mencari alternatif
penggunaan faktor produksi yang optimal dalam produksi padi sawah,
sehingga penggunaan faktor produksi merata dan pendapatan menjadi
maksimum. Bertitik tolak dari model serta teori dan penelitian sebelumnya
yang mendasari penelitian ini maka kerangka pemikiran dalam penelitian ini
dapat dijelaskan pada skema sebagai berikut:

20

Faktor
Produksi

Usahatani
Padi Sawah

Pengeluaran
(TC)

Penerimaan
(TR)
Keuntungan
Usahatani

Fungsi
Produksi

2.7

Produksi

Efisiensi Faktor
Produksi
Usahatani Padi
Sawah

Hipotesis Penelitian
Berdasarkan uraian diatas maka dirumuskan beberapa hipotesis yang
akan di uji kebenarannya dalam penelitian ini yaitu :
1. Diduga ada pengaruh yang nyata dari penggunaan faktor-faktor
produksi usahatani padi sawah di Kecamatan Batang Asai Kabupaten
Srolangun.
2. Diduga bahwa petani padi sawah di Kecamatan Batang Asai dalam
mengkombinasikan faktor-faktor produksinya terdapat kecenderungan
penggunaan input yang tidak efisien.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

21

3.1

Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan secara survey terhadap petani padi sawah yang
berada di Kecamatan Btang Asai Kabupaten Sarolangun selama satu musim
tanam. Penelitian ini difokuskan untuk mengetahui pengaruh penggunaan
faktor produksi dengan jumlah produksi, kombinasi penggunaan faktor-faktor
produksi yang dialokasikan petani dalam mencapai efisiensi dan kondisi skala
usahahatani padi sawah.
Sebagai obyek peneltian adalah petani padi sawah yang menghasilkan
padi sawah pada satu kali musim tanam tahun 2016. Penelitian ini dilakukan
pada tanggal 07 september 2016 sampai 07 oktober 2016.
Adapun data yang dikumpulkan untuk membahas analsisi efisiensi
ekonomi usahtani ini adalah:
1.

Identitas sampel yang meliputi nama, umur, tingkat pendidikan, lama

2.
3.

pengalaman berusahatani, dan jumlah anggota keluarga.
Jumlah luas lahan (ha) yang diushakan petani.
Jumlah produksi padi sawah (kg) pada berbagai jenis pengairan

4.
5.

dalam bentuk gabah kering giling (GKP).
Jumlah penggunaan faktor produksi selama satu kali tanam.
Harga jual produksi padi sawah gabah kering panen (Rp/kg), harga
pembelian faktor produksi (Rp) dan data-data lain yang relevan
dengan penelitian ini.

3.2

Sumber dan Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan meliputi data primerdan data sekunder. Data
primer dikumpulkan dari petani padi sawah di Kecamatan Batang Asai.
Sedangkan data sekunder dikumpulkan dari laporan hasil penelitian, instansi
terkait, dan literature-literatur yang digunakan dalam penelitian ini. Metode
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu terdiri dari :

22

1.

Interview, yaitu pengumpulan data yang berasal dari wawancara
dengan

mengajukan

pertanyaan-pertanyaan

berdasarkan

daftar

2.

pertanyaan (kuisioner) secara langsung dengan petani padi sawah.
Observasi, yaitu dengan cara pengamatan lansgung secara sistematis

3.

terhadap aktivitas petani padi sawah.
Studi Pustaka, yaitu guna menunjang pengumpulan data dilapangan,
diperlukan studi kepustakaan dimana digunakan literature yang
berhubungan dengan judul penelitian.

3.3

Metode Penarikan Sampel
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Batang Asai Kabupaten
Sarolangun Provinsi Jambi. Terdapat 9 (sembilan) desa yang mengusahakan
padi sawah yaitu: 1. Desa Simpang Narso 2. Desa Batin Pengambang 3. Desa
Tambak Ratu 4. Desa Padang Jering 5. Desa Bukit Kalimau Ulu 6. Desa
Kasiro 7. Desa Sungai Bemban 8. Desa Sungai Baung 9.Desa Batu Empang.
Desa Simpang Narso dan Desa Batin Pengambang dipilih secara
sengaja (purposive) sebagai sampel dengan pertimbangan luas lahan sawah
yang tinggi menurut irirgasinya (lampiran 1).
Sampel dalam penelitian ini adalah petani padi sawah di Desa
Simpang Narso dan Desa Batin Pengambang. Penarikan sampel dilakukan
secara Random Sampling.
Masing-masing jumlah populasi petani padi sawah yang diperoleh dari
data Batang Asai Dalam Angka adalah sebagai berikut:
1. Desa Simpang Narso : 60 KK
2. Desa Batin Pengambang : 121 KK
Sehingga jumlah seluruh petani dari 2 desa adalah 181. Jumlah sampel
yang diambil dalam penelitian menggunakan Rumus Slavin dengan rumus
sebagai berikut:

23

n=

N
1+ Ne 2

Dimana :
n = JumlahSampel
N = Jumlah Popoulasi
e = Persen Kelonggaran (Tingkat kesalahan yang diperkenankan) 10%
Jumlah sampel dari setiap desa diambil secara proposional sehingga
jumlah sampel yang di dapat adalah sebagai berikut:
Desa Simpang Narso adalah : n =

60
1+60 (0,10)2

Desa Batin Pengembang adalah : n =
3.4

= 43

121
1+121( 0,10) 2

= 55

Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif
kuantitatif. Data yang di dapat akan di klasifikasikan, ditabulasi, serta diolah
dengan menggunakan alat analisis model fungsi produksi Cobb-Douglas.
Formulasinya adalah sebagai berikut:
Y = A.K-b1. Lb2..eu
Fungsi produksi Cobb-Douglas diatas kemudian disederhanakan dan
secara matematis adalah sebagai berikut:
Y = Ax1b1X2b2X3b3X4b4……Xibieu
Untuk memudahkan dalam analisis data variabel maka data dioelah
dengan analisis regresi linear berganda dengan menggunakan computer pada
paket program SPSS (Statistical Package for the Social Science).

24

Untuk menjawab tujuan penelitian pertama yaitu mengetahui pengaruh
hubungan faktor produksi terhadap produksi padi sawah (variabel tidak bebas)
secara bersama-sama (overall) dapat diuji dengan menggunakan Uji F
statistik, dengan menghitung terlebih dahulu besarnya variabel tidak bebas
(dependent variabel) yang dapat diterangkan oleh variabel bebas (independent
variabel) yang dapat dihitung dengan menggunakan koefisien determinasi (R2)
sebagai berikut:
R2 =

bi⅀ xiyi
⅀ yi2

Dimana :
R2

= Koefisien Determinasi

bi

= Koefesien regresi variabel ke-i

xi

= Nilai simpangan suatu variabel ke-i dari nilai rata-ratanya

yi

= Nilai simpangan suatu variabel ke-i dari nilai rata-ratanya

yi2

= Nilai kuadrat simpangan variabel ke-i dari nilai rata-rata
Nilai R2 berkisar antara 0 dan 1. Nilai R2 yang mendekati 1

menunjukkan bahwa

model ekonometrika yang digunakan semakin baik.

Berarti semakin besar nilai R2 maka semakin besar pula kemampuan variabel
X untuk menjelaskan variabel Y. Setelah nilai dari R2 di dapat, maka dihitung
nilai dari uji F dengan rumus sebagai berikut:
Fhit =

R 2/(k −1)
(1−R 2)/(n−k )

`Dimana :
R2

= Koefisien determinasi

k

= Jumlah variabel independent atau derajad bebas (db) regresi

25

n

= Jumlah sampel penelitian

α

= Taraf keyakinan penelitian 90 % atau α = 10 %
Nilai F hitung yang didapat selanjutnya dibandingkan dengan nilai F

tabel pada derajad kebebasan (df) tertentu dengan tingkat kepercayaan dengan
criteria keputusan sebagai berikut :
Fhit ≤ F(α,k:n-k-1) → Terima Ho
Fhit > F(α,k:n-k-1) → Tolak Ho
Jika Ho diterima berarti faktor produksi (XI – Xn) secara bersama-sama
tidak berpengaruh terhadap produksi, sebaliknya bila Ho ditolak berarti secara
bersama-sama berpengaruh terhadap produksi,
Untuk mengetahui pengaruh masing – masing variabel terhadap Y
(produksi) dalam usahatani padi sawah maka dilakukan uji T, dengan formula:
thit =

bi
Sbi

Dimana :
thit

= Nilai t hitung

bi

= Koefesien regresi perkiraan ke- bi

Sbi

= Standar eror perkiraan ke- bi

I

= 1,2,3,4,5
Nilai t hitung yang didapat selanjutnya dibandingkan dengan nilai t

tabel.
Untuk mengethui tujuan penelitian kedua dapat diperoleh dengan
menggunakan konsep efisiensi harga yang diperoleh dengan konsep
keuntungan maksimum sebagai berikut:

26

л = TR-TC
л = Py.Y - ⅀ PXi . Xi
∂y
∂ xi

= Py

∂y
∂x

- Pxi

∂y
∂x

= Py

∂y
∂x

- Pxi = 0

PMxi =

∂y
∂ xi

∂ yi
∂ xi

=0

, maka NPMxi = 0

NPMxi = Pxi atau

NPMxi
Pxi

=1

Dengan demikian dapat diperoleh kombinasi penggunaan faktor-faktor
produksi yang dialokasikan petani dalam mencapai efisiensi yaitu dengan cara
membandingkan nilai produk marginal dengan biaya korbanan marginal yakni
dengan kaidah sebagai berikut:
NPM xi
P xi

< 1 artinya: penggunaan faktor produksi ke-i tidak efisien, maka
perlu adanya pengurangan faktor produksi ke-i agar
efisien.

NPM xi
P xi

= 1 artinya: penggunaan faktor produksi sudah efisien

NPM xi
P xi

> 1 artinya: penggunaan faktor produksi ke-i belum efisien, maka
perlu adanya penambahan faktor produksi ke-i agar efisien.

3.5

Konsepsi Pengukuran
Untuk

memperjelas

dan

menghindari

kesalahpahaman

dalam

menghasilkan hasil penelitian ini, maka dibuat beberapa defenisi dengan
konsepsi pengukuran sebagai berikut:

27

1.

Usahatani padi sawah adalh usahatani yang mengusahakan tanaman
padi dengan suatu sistem manajemen dan memanfaatkan faktor

2.
3.

produksi seoptimal mungkin selama satu kali musim tanam.
Petani sampel adalah petani yang mengusahakan padi swah.
Jumlah produksi adalah banyaknya hasil produksi (GKP) padi

4.

sawah yang diperoleh petani selama satu kali musim tanam (kg)
Luas lahan adalah luas tanah garapan dan sewaan yang digunakan

5.

petani padi sawah dalam satu kali musim tanam (ha)
Benih adalah penggunaan benih oleh petani dalam satu kali musim

6.

tanam (kg)
Tenaga kerja yang dimaksud adalah jumlah hari kerja tenaga kerja
yang digunakan petani padi sawah baik dari dalam keluarga
maupun dari luar keluarga dalam satu kali musim tanam, dimana
dalam perhitungan efisiensi ekonomi usahatani tenaga kerja dalam
keluarga

7.

dikenakan

biaya

upah

sebesar

upah

yang

berlaku(Rp/HKO)
Pupuk adalah jumlah pupuk kimia antara lain pupuk Urea, TSP, dan
KCL yang digunakan petani padi sawah dalam satu kali musim

8.

tanam (kg)
Obat-obatan yang digunakan adalah berbagai jenis obat-obatan
kimia seperti pestisida, herbisida yang digunaka petani padi sawah

9.

dalam satu kali musim tanam.
Harga faktor produksi adalah harga dari nilai jual gabah kering

10.

giling (GKP) yang di bayar oleh pembeli (Rp/kg)
Efisiensi ekonomi usahatani adalah jika efiseiensi secara teknis dan
efisensi harga tercapai dan penggunaan faktor produksi telah efisien
jika perbandingan antara nilai produk marjinal (NPM) dengan harga
faktor produksi (Px) sama dengan satu.

28

29

DAFTAR PUSTAKA
Daniel, Mohar. 2001. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: Bumi Aksara
Hanafie, Rita. 2010. Pengantar Ekonomi Pertanian. Yogyakarta: Penerbit Andi
Mubyarto. 1984. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: LP3ES
Soekartawi. 1994. Teori Ekonomi Produksi: Dengan Pokok Bahasan analisis fungsi
cobb-doouglas. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Sukirno, Sadono. 2010. Mikroekonomi: Teori Pengantar. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada
Suratiyah, Ken. 2015. Ilmu Usahatani. Jakarta: Penebar Swadaya

Lampiran 1. Luas Lahan Padi Sawah di Rinci Menurut Irigasi di Kecamatan
Batang Asai Tahun 2015.

7

8