Kajian Teori Simbol Sussane K. Langer pa

2/24/2015

Kajian Bangunan Arsitektur
Berdasarkan Teori Simbol
Arsitektur Nusantara : Keraton Surakarta
Arsitektur Mordern : Masjid Istiqlal

Nama Anggota :
Nilla ARdya Prihatanti

3212100032

Shinta Octaviana Putri

3212100041

Imam Pratama Istiaji

3212100051

Mata Kuliah Makna Arsitektur

Kelas A
Dosen Koordinator : Ir. Endrotomo

BAB I
KERATON SURAKARTA
LOKASI : SURAKARTA, JAWA TENGAH

Kraton/karaton berasal dari kata (ke-ra-tu-an) menunjukan tempat kediaman ratu (=raja)
atau biasa juga disebut kedaton (ke-datu-an) berarti istana/kerajaan. Keraton merupakan
bangunan rumah tinggal yang diperuntukkan khusus untuk raja yang berbentuk seperti rumah
penduduk masyarakat Jawa hanya saja memiliki fungsi yang lebih kompleks. Fungsi utama
sebagai kediaman raja, namun karena raja merupakan seorang tokoh yang dihormati maka
kraton menjadi pusat budaya, acuan nilai, adat/aturan, dan sumber ilmu bagi masyarakatnya
dan lingkungannya baik secara fisik dan non fisik.
Karaton Surakarta merupakan salah satu dari 2 buah keraton besar di Jawa Tengah. Keraton
Kartasura Hadiningrat menjadi pusat Kerajaan Mataram Islam di Jawa Tengah pada tahun
1680 – 1745, namun sejak tanggal 17 Februari 1745, Susuhunan Pakubuwono II dan
keluarganya pindah ke keraton baru yang berlokasi di sebuah desa di tepi Sungai Bengawan
bernama desa Solo dan keraton tersebut diberi nama Keraton Surakarta Hadiningrat. Keraton
melalui masa pembangunan pada tahun 1743 – 1746. Secara harafiah “suro” berarti gagah

berani, “karto” – makmur, “hadi” – besar, dan “rat” berarti negara. Jadi Surakarta Hadiningrat
dapat diartikan sebagai “negara besar yang gagah berani dan makmur”.
Secara fisik bangunan Kraton Surakarta terdiri dari bangunan inti dan lingkungan
pendukungnya seperti Gapura (pintu gerbang), alun-alun, masjid , pasar dll. Nama bangunan
dan ruang-ruangnya memiliki makna dan fungsi masing-masing, misalnya tahapan
menghadap raja dimaknakan dalam nama- nama gapura masuk, terdapat 3 gapura atau pintu
gerbang untuk memasuki keraton yaitu Kori (gapura) mangu, Kori brojonolo, Kori
kamadungan dan Kori srimanganti.

1

Berikut adalah denah Keraton Surakarta Hadiningrat :

1. Gladag
2. Alun-alun Lor
3. Mesjid
4. Pasar
5. Pagelaran
6. Siti Hinggil
7. Supit Urang

8. Bangsal Brojonolo
9. Kori Brojonolo
10. Bangsal Wisamarto
11. Sebuah bangunan tempat lonceng
12. Ngebrak
13. Bale Rata
14. Kori Kamandungan
15. Garasi
16. Smarakata
17. Marcukunda
18. Panti Pidana
19. Kori Sri Manganti Lor
20. Ruang Jaga
21. Panggung Sanggabuwana
22. Sasanawilapa
23. Nguntarasana
24. Sebuah bangsal untuk rapat
25. Gedong/sentong
26. Paningrat
27. Malige

28. Sasana Sewaka
29. Sasana Parasdya
30. Bangsal Pradangga
31. Bangsal Pradangga
Gambar 1. Denah Keraton Surakarta
Sumber : Buku Arsitektur Tradisional Jawa Tengah (1985)

1. Gladag merupakan pintu gerbang pertama untuk memasuki daerah keraton yang akan
diawali dengan melewati alun-alun lor. Gladag artinya tombak untuk berburu
binatang; juga berarti Abdi Dalem Gladag menjalankan tugasnya. Gladag dilengkapi
dengan pohon-pohon beringin. Wujud arsitektur pada kawasan Gladag ini adalah
mengandung arti simbolis ajaran langkah pertama dalam usaha seseorang untuk

2

mencapai tujuan ke arah Manunggaling Kawula Gusti (Bersatunya Rakyat dengan
Raja).

Gambar 2. Gladag
Sumber : http://infobimo.blogspot.com


Gambar 3. Alun-alun Lor
Sumber : http://infobimo.blogspot.com

2. Alun-alun lor merupakan alun-alun yang terletak di bagian utara keraton. Gunanya
untuk mengumpulkan rakyat. Di sini terdapat 2 batang pohon beringin kembar
pindahan dari keraton Kartasura. Dua pohon beringin ini memiliki makna sebagai
perlindungan dan keadilan.

Gambar 4. Gapura Mesjid Agung
Sumber : http://infobimo.blogspot.com

Gambar 5. Gapura pasar klewer
Sumber : http://infobimo.blogspot.com

3. Mesjid merupakan tempat ibadah rakyat yang beragama Islam.
4. Pasar. Pasar ini dinamakan Pasar Klewer, tempat jualan bagi rakyat. dahulu, pasar ini
berguna untuk memberi tanda dan waktu kepada para prajurit keraton untuk bersiap
apabila musuh datang.


Gambar 6. Bagian Dalam Siti Hinggil Lor
Sumber : http://infobimo.blogspot.com

3

5. Pagelaran merupakan bangunan yang besar dengan 48 tiang. Pagelaran ini berguna
sebagai tempat rakyat menghadap Sri Susuhan.

Gambar 7. Pendopo Siti Hinggil Timur
Sumber : http://infobimo.blogspot.com

Gambar 8. Tratag Siti Hinggil Lor
Sumber : http://infobimo.blogspot.com

6. Siti hinggil adalah bangunan yag berlantai tinggi. Siti hinggil dalam bahasa Indonesia
berarti tanah tinggi. Siti hinggil memiliki fungsi sebagai tempat Susuhanan menerima
rakyat.
7. Supit urang merupakan jalan masuk samping berbentuk seperti supit udang. Jalan ini
memiliki fungsi sebagai sistem pertahanan menghalangi musuh yang berusaha
memasuki Keraton. Kata “supit” berarti penjepit dan kata “urang” berarti udang), yang

melambangkan taktik untuk mengalahkan para pengacau atau penyelundup.
8. Bangsal brojonolo merupakan dua buah bangunan gardu kecil tempat penjagaan oleh
Keparak Kiwa dan Keparak Tengen.

Gambar 9. Kori Brojonolo Kidul
Sumber : http://infobimo.blogspot.com

Gambar 10. Kori Brojonolo Lor
Sumber : http://infobimo.blogspot.com

9. Kori brojonolo merupakan sebuah pintu gerbang yang mempunyai makna bahwa jika
telah memasuki keraton seperti telah memasuki nara sumber alam ketuhanan. Sang
Musafir Panembah (Komunitas kawula alit) harus legawa untuk menanggalkan segala
‘arogansi drajad martabat semat’ serta harus beritikad jernih, bersih dan sakral
dengan mempertajam rasa, budi luhur, tatakrama, daya tanggap, dalam intuisi
Panembah. (Brojo=Tajam; Nala=Rasa). Pintu gerbang ini mempunyai pesan bahwa
apabila akan memasuki keraton hendaknya dengan hati yang tajam.
10. Bangsal wisamarto merupakan dua bangsal kecil. Bangsal ini memiliki fungsi untuk
tempat penjagaan terhadap orang-orang dengan maksud jahat. Bangunan ini dapat


4

dimaknakan sebagai kekuatan penetralisir Keraton dari berbagai kekuatan-kekuatan
destruktif dari luar. Secara harafiah “wiso” berarti bisa/racun, dan “marto” berarti
penawar. Maksudnya adalah, segala niat buruk hendaknya kita tinggalkan atau
menjadi luluh ketika kita menuju Keraton.
11. Sebuah bangunan tempat lonceng
12. Ngebrak merupakan dua buah bangunan, tempat penjagaan oleh prajurit berkuda.
13. Bale rata merupakan sebuah emperan tempat
kendaraan berhenti.
14. Kori kamandungan adalah sebuah pintu gerbang yang
artinya cadangan dan terdapat sebuah cerimin besar.
Cermin ini akan ditemui orang sebelum
masuk keraton dan memberi makna

Gambar 11. Emperan Keraton (Bale Rata)
Sumber : www.google.com

kepada orang yang akan memasuki keraton untuk mawas diri. Melalui pintu Kori
Gadung Mlathi/Saleko/Sembagi kita akan menjumpai pelataran Kamandungan Kidul.

Kata Gadung mlathi (putih dan hijau) bermakna simbolis hubungan keraton dengan
ratu penguasa laut selatan. Saleko bermakna hubungan vertikal antara hamba dengan
Allah SWT. Sedangkan kata Sembagi bermakna bersatunya semua warna menjadi
warna putih.
15. Garasi adalah tempat menyimpan kendaraan.
16. Smarakata merupakan bangunan berbentuk limasan, tempat para bupati dan mantri
menghadap raja. Tempat ini juga untuk pelantikan para Abdi Dalem lainnya. Bangsal
ini dimaknain sebagai sebuah kelahiran manusia. Kata asmarakatha sendiri memiliki
arti sebagai dawuh kang nengsemake atau perkataan yang menyenangkan. Istilah
tersebut berasal dari Bahasa Arab (?), marocog coto, yang berarti melestarikan apa
adanya apapun yang telah digariskan atau ditakdirkan untuk terjadi.
17. Marcukunda merupakan sebuah bangunan berbentuk limasan. Tempat wisuda para
Komandan Prajurit Keraton dan Perwira Keraton. Bangunan ini dimaknakan sebagai
tempat peradilan bagi para sentana dan elite politik lainnya yang ketika itu masih
memiliki jalur keturunan raja. Pengadilan dan keadilan menjadi hal sangat sakral
sebab naluri kejawen ( naluri orang Jawa) meyakini bahwa letak keadilan yang
sesungguhnya berada di Tuhan.

5


18. Panti pidana merupakan sebuah bangunan tempat memerintahkan jatuhnya
hukuman.
19. Kori sri manganti lor merupakan sebuah pintu gerbang yang di bagian luar dan
dalamnya terdapat bangsal sebagai tempat raja menunggu tamunya atau sebagai
tempat para tamu yang menunggu sebelum diijinkan masuk keraton. Sri Mangati
adalah bentukan kata dari sri, yang berarti ratu, dan manganti, yang berarti
menunggu. Pada bangunan ini dimaksudkan agar menanti dengan tertib menghadap
raja seperti halnya dengan memberi sembah, ngapurancang, duduk bersila, laku
dodok yang merupakan adab/etika tertentu yang menggambarkan derajat kesusilaan.
Pada pintu gerbang ini terdapat sebuah ornamen tiga dimensi dengan kualitas
pembuatan yang sangat halus serta material yang relatif awet. Ornamen ini disusun
secara simetris menggambarkan komposisi kewibawaan, keagungan dan kekuatan
pertahanan negeri yang disebut sebagai Lambang Kerajaan Jawa yaitu Sri Makutha
Raja. Disamping kiri-kanan Kori terdapat simbol Radya Laksana yaitu lambang kapas
dan padi sebagai lambang sandang dan pangan atau kesejahteraan dan kemakmuran
rakyat. Pintu gerbang ini dihadapkan pada sebuah halaman yang ditanami pohon sawo
kecik. Nama pohon itu dimaknakan sebagai lambang yang artinya sarwo becik atau
serba baik.

Gambar 12.Potongan Kori Srimanganti Lor

Sumber : Buku Arsitektur Tradisional Jawa Tengah (1985)

20. Ruang jaga merupakan tempat para Panemu, mantri

Gambar 13 .Ornamen Sri
Manganti
Sumber :
www.google.com

berserta bawahannyadari golongan Keparak.

6

21. Panggung sanggabuwana merupakan sebuah menara
dengan denah berbentuk angka 8. Menara ini 4 lantai
dengan fungsi lantai teratas adalah untuk meditasi para
raja yang dinamai dengan “Tutup Saji”. Fungsi lain dari
menara ini adalah untuk memantau keadaan kota Solo dan
memantau apabila datang musuh. Di atas atap menara
terdapat gambar seseorang naik seekor naga yang
sekaligus sebagai sengkala Naga Muluk Tinitihan Janma.
Arti sengkala tersebut adalah 1708, tahun jawa pembuatan
Gambar 14. Panggung Sanggabuwana
Sumber : http://infobimo.blogspot.com

menara.

22. Sasanawilapa merupakan sebuah bangunan berbentuk joglo kepuhan tanpa serambi
yang digunakan sebagai tempat Sri Susuhunan bila melihat pertunjukan wayang kulit,
latihan tari Bedaya dan tari Srimpi.
23. Nguntarasana adalah bangunan berbentuk limasan klabang Nyander, tempat
24. Sebuah bangsal untuk rapat (parepatan)
25. Gedong/sentong
26. Paningrat
27. Malige merupakan bangunan berbentuk limasan yang memiliki 8 tiang. Bangunan ini
difungsikan sebagai tempat pengkhitanan putera-putera raja. Perletakan posisi
bangunan ini memiliki makna bahwa berdasarkan falsafah Jawa, seorang ibu yang
hendak melahirkan anaknya, harus berbaring dengan kepala di barat (bahasa Jawa:
“mujur ngulon”), sehingga sang anak akan lahir menghadap timur dimana matahari
terbit. Oleh karena itu upacara khitanan dilakukan pagi hari saat matahari terbit, dan
putera raja yang dikhitan pun duduk menghadap timur. Sehingga malige ini memiliki
perletakan yang memanjang di sumbu timur dan barat.

Gambar 15. Bangsal Maligi
Sumber : http://infobimo.blogspot.com

7

28. Sasana sewaka merupakan bangunan berbentuk Joglo Pangrawit dengan serambi.
Secara harafiah “sasono” berarti tempat, dan “sewoko” berarti menghadap ke satu
arah, Tuhan Yang Maha Esa. Bangunan ini pada hari-hari tertentu difungsikan oleh
para raja untuk bersemedi dengan duduk di atas sebuah kursi kerajaan bernama
Dampar Kencana. “Dampar” berarti tempat bersemayam dan “kencana” berarti emas.
Bangunan ini dimaknai sebagai tempat untuk mengheningkan cipta dengan
menghadap memohonkan kesejahteraan keraton seisinya serta rakyat dan negara.

Gambar 16.Potongan Sasana Sewaka
Sumber : Buku Arsitektur Tradisional Jawa Tengah
(1985)

Gambar 17. Ornamen Sasana Sewaka
Sumber : Buku Arsitektur Tradisional Jawa
Tengah (1985)

29. Sasana parasdya merupakan sebuah bangunan berbentuk joglo Kepuhan tanpa
serambi sebagai tempat Sri Susuhunan bila melihat wayang kulit dan sendra tari.
30. Bangsal pradangga merupakan bangunan berbentuk Limasan Klabang Nyander,
tempat alat musik gamelan.
31. Bangsal bujana merupakan tempat jamuan makan para pengikuit tamu agung.
32. Sasana handrawina merupakan bangunan berkaca tempat menerima tamu dan
makan-makan.
33. Art gallery merupakan gedung yang mengelilingi yang searang dijadikan museum
keraton.
34. Sasana pustaka merupakan tempat bacaan.
Karaton Surakarta sebagai suatu negara memiliki lambang yang disebut Radya Laksana.
Lambang Radya Laksana memiliki makna mengenai kebubayaan keraton. Sehingga untuk
mengetahui kebudayaan keraton dapat diketahui melalui lambang Radya Laksana. Dapat

8

disimpulkan bahwa disamping karaton sebagai suatu negara, memiliki lambang atau simbol,
karaton sendiri dapat dianggap sebagai lambang.
Karaton Surakarta sebagai lambang dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Lambang kemanunggalan tiga unsur yaitu Raja, Sentana Dalem, dan Abdi Dalem/siapapun
yang mengkeblat karaton. Yang maknanya dapat dikatakan sebagai lambang keesaan
atau sesuatu yang diutamakan dan ditunggalkan. Dalam hal ini yang menjadi lambang
tersebut adalah Raja, Sentana Dalem dan Abdi Dalem.
b.

Lambang anugerah/wahyu Tuhan. Dapat diartikan bahwa berdirinya keraton ini
dimaknai sebagai rasa syukur kepada Tuhan.

c.

Lambang tempat kedudukan wahyu Tuhan (Surjandjari Puspaningrat 1996:37). Dapat
diartikan bahwa hadirnya Keraton Surakarta Hadiningrat yang secara harfiah berarti
“negara besar yang gagah berani dan makmur” mampu dianggap sebagai media untuk
terus mendekatkan diri kepada Tuhan.

Karaton Surakarta sebagai suatu lambang. Hal yang demikian tercermin dalam Sabda Dalem
Ingkang Minulya Saha Wicaksana Suhandap Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kangjeng
Susuhunan Paku Buwana X sebagai berikut:
“Karaton Surakarta Hadiningrat, haywa kongsi dinulu wujude wewangunan kewala, nanging
sira padha nyumurupana sarta hanindakna maknane kang sinandi, dimen dadya tuntunan
laku wajibing urip hing dunya tumekeng delahan”.
Yang dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai berikut : “Janganlah Karaton Surakarta
Hadingingrat hanya dilihat dari wujud/bentuk bangunannya saja, tetapi hendaknya diketahui,
dimengerti serta dijalankan makna pesan-pesan yang tersirat dan tersurat, agar dapat
menjadi tuntunan menjalankan kewajiban hidup di dunia dan akherat.”
Pernyataan tersebut mengisyaratkan bahwa bangunan karaton memiliki makna tersirat.
Makna tersirat ini dapat diartikan sebagai lambang atau simbol. Sehingga dapat dikatakan
bahwa keraton dapat dianggap sebagai lambang. Dan sebagai suatu lambang, keraton
memiliki makna simbolis. Dalam hal ini simbol yang dimaksud adalah bangunan karaton itu
sendiri.

9

Masjid Istiqlal
Arsitek : Frederich Silaban

Masjid Istiqlal adalah masjid nasional negara Republik Indonesia. Masjid ini terletak di timur
laut Lapangaan Merdeka Jakarta Pusat. Masjid terbesar di Asia Tenggara ini pembangunannya
diprakarsai oleh Presiden Republik Indonesia saat itu, Ir. Soekarno. Pembangunan Masjid
Istiqlal dimulai pada tanggal 24 Agustus 1951 dan dibuka pada tanggal 22 Februari 1978.
Arsitek Masjid Istiqlal adalah Frederich Silaban, seorang Kristen Protestan.

Gambar 11. Denah Masjid Istiqlal
Desain Masjid Istqlal dihasilkan melalui sayembara desain yang diselenggarakan oleh arsitek
dan ulama terkenal saat itu. Pemenangnya adalah Frederich Silaban dengan desain bersandi
Ketuhanan. F. Silaban yang seorang Kristen menjadi simbol kerukunan umat beragama di
Indonesia. Bahkan letak Masjid Istiqlal ini pun berseberangan dengan Gereja Katedral Jakarta.
Sebagai bangunan yang didirikan pada tahun 50-70an, ketika tren arsitektur saat itu adalah
arsitektur modern, maka Masjid Istiqlal ini pun memiliki konsep minimalis yang mana
merupakan ciri khas dari arsitektur modern. Konsep minimalis merupakan konsep yang tidak
biasa digunakan pada sebuah masjid pada waktu itu. Meskipun minimalis, konsep masjid juga
memegang prinsip-prinsip arsitektur tropis dan arsitektur Timur Tengah sebagai identitas
arsitektur Islam.

10

Simbolisme Pada Desain Masjid Istiqlal
Desain karya Frederich Silaban mengandung angka dan ukuran yang memiliki makna dan
perlambang tertentu. Secara umum simbolisme pada desain Masjid Istqlal menggunakan
konsep sandi Ketuhanan.
-

Terdapat tujuh gerbang untuk memasuki ruangan dalam Istiqlal yang masing-masing
dinamai berdasarkan Al-Asmaul-Husna, nama-nama Allah yang mulia dan terpuji. Angka
tujuh melambangkan tujuh lapis langit dalam kosmologi alam semesta Islam, serta tujuh
hari dalam seminggu.

Gambar 12. Nama-nama tujuh pintu gerbang Masjid Istiqlal
-

Tempat wudhu terletak di lantai dasar, sementara ruangan utama dan pelataran utama
terletak di lantai satu yang ditinggikan. Ruang utama yang berfungsi sebagai tempat
ibadah ditinggikan satu lantai untuk melambangkan keutamaan dan tempat yang lebih
suci.

Gambar 13. Tempat wudhu yang terdapat di lantai dasar masjid
-

Bangunan utama masjid dimahkotai kubah dengan bentang diameter sebesar 45 meter,
angka "45" melambangkan tahun 1945, tahun Proklamasi Kemerdekaan Republik
Indonesia.

-

Kemuncak atau mastaka kubah utama dimahkotai ornamen baja antikarat berbentuk
Bulan sabit dan bintang. Bulan sabit dan bintang melambangkan simbol Islam.

11

Gambar 14. Kubah Masjid Istiqlal dengan ornamen bulan sabit
-

Kubah utama ditopang oleh 12 tiang ruang ibadah utama disusun melingkar. Angka "12"
yang dilambangkan oleh 12 tiang melambangkan hari kelahiran nabi Muhammad yaitu
tanggal 12 Rabiul Awwal, juga melambangkan 12 bulan dalam penanggalan Islam (juga
penanggalan Masehi) dalam satu tahun.

Gambar 16. Tiang-tiang yang menopang ruang utama mmasjid
-

Masjid ini terdiri dari satu lantai utama dengan empat balkon. Empat tingkat balkon dan
satu lantai utama melambangkan angka "5" yang melambangkan lima Rukun Islam
sekaligus melambangkan Pancasila, falsafah kebangsaan Indonesia.

-

Rancangan interior masjid ini sederhana, minimalis, dengan hiasan minimal berupa
ornamen geometrik dari bahan baja antikarat. Sifat gaya arsitektur dan ragam hias
geometris yang sederhana, bersih dan minimalis ini mengandung makna bahwa dalam
kesederhanaan terkandung keindahan.

-

Pada dinding utama yang menghadap kiblat terdapat mihrab dan mimbar di tengahnya.
Pada dinding utama terdapat ornamen logam bertuliskan aksara Arab Allah di sebelah
kanan dan nama Muhammad di sebelah kiri, di tengahnya terdapat kaligrafi Arab Surah
Thaha ayat ke-14. Hal ini melambangkan bahwa kita beribadah menghadap kepada Allah.

Gambar 17. Ruang ibadah utama masjid dengan kaligrafi di depan dan empat balkon di
sekelilingnya
12

-

Adanya dua bangunan masjid; yaitu bangunan utama dan bangunan pendamping, serta
dua kubah yaitu kubah utama dan kubah pendamping, melambangkan angka "2" atau
dualisme yang saling berdampingan dan melengkapi. Yaitu langit dan bumi, kepentingan
akhirat dan kepentingan duniawi, batin dan lahir, serta dua bentuk hubungan penting
bagi muslim yaitu Hablum minallah (hubungan manusia dengan Tuhannya) dan Hablum
minannaas (hubungan manusia dengan sesamanya).

Gambar 18. Dua bangunan masjid
-

Struktur

menara

berlapis

marmer

berukuran

tinggi

66,66

meter

(6.666

cm),melambangkan 6.666 ayat dalam persepsi tradisional dalam Al Quran.
-

Puncak menara terbuat dari kerangka baja setinggi 30 meter melambangkan 30 juz'
dalam Al Quran.

Gambar 19. Menara Masjid Istiqlal

13

BAB II
Teori Simbol menurut Susanne K. Langer
Dasar Pemikiran Susanne K. Langer
Susanne K. Langer melihat seni dari sesuatu yang terkandung dan yang dimiliki oleh sebuah
seni, bukan dari manfaat dan fungsinya. Sebelumnya, Susanne melihat banyak teori mengenai
seni yang terdapat kecenderungan untuk mmenjadi sebuah paradoks. Yakni ketika ada yang
menyatakan teori A, kemudian ada yang menentang dan mengemukakan teori B. maka aka
nada anggapan bahwa ketika teori A benar, maka B salah. Hal tersebut merupakan pertanda
adanya kesalahan konsepsi. Untuk meluruskan konsepsi tersebut, diperlukan suatu anggapan
bahwa aspek emosional sebagai sesuatu yang melekat pada karya tersebut.
Pada era modern, aspek estetika seringkali dilihat sebagai ilmu pengetahuan yang
mempelajari keindahan. Sehingga dalam pembahasan estetika akan lebih luas, tidak hanya
pada karya seni, melainkan dapat pula pada keindahan alam. Suasana yang dimiliki oleh alam
adalah impresi pengamat terhadap pemandangan alam dan dapat dipisahkan menjadi
elemen lain karena telah mengalami proses abstraksi. Setelah memahami adanya perasaan
objektif yang tidak berasal dari inderawi dan tidak diekspresikan oleh seorang subyek namun
terkandung dalam karya seni, Susanne Langer mengutarakan teorinya, bahwa hal tersebut
dinamakan symbol.
Teori Simbol Susanne K. Langer
Penggunaan symbol sudah ada sejak jaman sejarah dan berkembang seiring perkembangan
pemikiran sejarah.
Dalam kamus Bahasa Indonesia, symbol adalah lukisan, perkataan, lencana yang menyatakan
sesuatu hal atau mengandung maksud tertentu.
Secara etimologi, symbol berasal dari Bahasa yunani yang berarti tanda atau ciri yang
memberitahukan sesuatu kemada seseorang. Namun menurut Susanne, symbol dan tanda
merupakan dua hal yang berbeda.
Tanda didefinisikan sebagai sesuatu yang akan langsung mengacu pada objek yang berkaitan
(Subjek > objek > tanda). Sedangkan symbol adalah setiap sarana dimana kita bisa membuat
abstraksi (subjek > objek > symbol > konsep). Abstraksi adalah pelepasan bentuk dari isinya,
yaitu pelepasan bentuk yang sama dari isi yang berbeda sehingga terbentuk konsep.

14

Berdasarkan teori symbol, symbol dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Symbol diskursif, ialah bentuk yang digunakan secara literal dimana unit-unitnya
bermakna berdasarkan konvensi (aturan yang disepakati bersama). Setiap unti
memiliki maksanya sendiri seperti kata dalam serangkaian kalimat. Symbol diskursif
memiliki ciri-ciri logika, parsial, gramatika, mengandung pesan, dan denotatif.
a. Logika
Menurut KBBI adalah jalan pikiran yang masuk akal.
Karya arsitektural yang dapat diterima oleh akal pikiran dan telah disepakati
bersama (konvensi)
b. Parsial
Menurut KBBI adalah bagian dari keseluruhan
Karya arsitektur terdiri dari elemen-elemen yang dipersatukan sehingga memiliki
makna yang utuh. Elemen-elemen tersebut sebenarnya memiliki makna tersendiri
secara parsial.
c. Gramatika / tatanan
Menggabungkan elemen-elemen menjadi karya arsitektur memiliki tatanan yang
telah disepakati. Seperti dalam penyusunan kata menjadi serangkaian kalimat.
d. Mengandung pesan
Suatu karya arsitektur yang tersusun dari elemen-elemen dan ditata menurut
tatanan yang ada akan memberikan pesan khusus bagi penggunanya. Apabila ada
elemen yang dihilangkan, pesan tersebut akan berubah dari sebelumnya.
e. Tersurat / denotatif
Makna dari elemen-elemen arsitektur digambarkan secara tersurat dan dapat
dilihat secara inderawi oleh pengguna.
2. Symbol presentasional, tidak terdiri dari unit-unit yang memiliki arti tetap untuk
digabung berdasarkan aturan tertentu dan juga tidak dapat diuraikan. Maknyanya ada
didalam bentuk secara keseluruhan. Symbol presentasional terkait dengan rasa
(sense), holistic, gestalt, kesan, dan konotatif.
a. Sense (rasa)
Setiap karya arsitektur akan menghadirkan sense berbeda-beda. Sense tersebut
diakibatkan adanya gabungan elemen arsitektur yang saling berkaitan.

15

b. Holistic
Penekanan terhadap pentingnya keseluruhan dan saling keterkaitan dari bagianbagiannya dan tidak bisa terpisahkan.
c. Gestalt
Berarti kesatuan yang utuh dan terpadu.
d. Kesan
Menurut KBBI adalah sesuatu yang terasa (terpikir) sesudah melihat (mendengar).
Dalam arsitektur, kesan pengguna terhadap karya arsitektur sangat penting.
Karena kesan tersebut yang akan terus melekat pada pikiran manusia.
e. Konotatif
Menurut KBBI adalah makna yang ditambahkan pada makna denotasi.
Makna konotatif akan didapatkan oleh pengguna setelah dilakukan kajian
terhadap karya arsitektur secara keseluruhan.

16

BAB III
Kajian Bangun Arsitektur Dengan Teori Simbol
Simbol terbentuk dari hasil pemikiran secara abstraksi terhadap suatu obyek. Abstraksi yang
dimaksud merupakan berbagai macam sudut pandang yang digunakan dalam menginndung
maksud tertentu. Teori simbol terbagi menjadi dua, yaitu teori simbol diskursif dan teori
simbol presentasional.
Menelaah makna sebuah obyek arsitektur yakni Keraton Surakarta Hadiningrat berdasarkan
teori simbol diskursif dan presentasional. Keraton Surakarta Hadiningrat pada dasarnya
dibangun dengan mempertimbangkan makna yang dihadirkan yaitu Keraton sebagai simbol.
Dalam hal ini pembangunan Keraton dengan sengaja menghadirkan sebuah lambang Radya
Laksana sebagai makna budaya, sehingga timbul simbol yang melekat pada keraton yang
menjadi anggapan bahwa bangunan keraton itu sendiri yang menjadi simbol.
Simbol diskursif selalu terkait dengan logika, parsial, gramatika, mengandung pesan, dan
denotative.

Adanya gladag atau gapura pada sisi terdepan sebelum memasuki kawasan keraton Solo
dengan elemen pendukung seperti alun-alun, pasar dan masjid melambangkan bahwa
keberadaan keraton sangatlah diagungkan, dilihat dari adanya tempat-tempat yang menjadi
transisi dari luar ke dalam keraton bagi orang-orang yang akan mengunjungi raja.
Pintu-pintu gerbang yang berlapis sebelum mencapai area keraton Solo juga dilengkapi
dengan gardu-gardu penjagaan, hal ini melambangkan bahwa seseorang yang ingin menemui
raja haruslah siap mental dengan bersih batin dan rendah hati karena untuk menemui raja
harus melalui penjagaan berlapis.
Supit urang merupakan jalan koridor yang berbentuk melengkung seperti supit udang pada
halaman muka keraton Solo yang melambangkan bahwa pertahanan yang dibentuk Keraton
Solo sangatlah ketat sebab untuk melindungi Raja dan punggawanya pada masa itu.

17

Adanya bangunan Siti Hinggil ( tanah tinggi ) menjadi lambang kedudukan yang lebih tinggi
yang dimiliki raja, hal tersebut memberi pesan bahwa seharusnya disadari oleh orang-orang
atau rakyat yang akan menemui raja. Siti hinggil sendiri berupa pendopo yang memiliki tangga
sehingga terlihat lebih tinggi dari bangunan/tempat lainnya.
Simbol presentasional

Alun-alun lor merupakan alun-alun yang terletak di bagian utara keraton. Gunanya untuk
mengumpulkan rakyat. Di sini terdapat 2 batang pohon beringin kembar pindahan dari
keraton Kartasura. Dua pohon beringin ini melambangkani perlindungan dan keadilan.

Kori brojonolo merupakan sebuah pintu gerbang yang mempunyai makna bahwa jika telah
memasuki keraton seperti telah memasuki nara sumber alam ketuhanan. (Brojo=Tajam;
Nala=Rasa). Pintu gerbang ini menjadi lambang bahwa apabila akan memasuki keraton
hendaknya dengan hati yang tajam.
Kori kamandungan adalah sebuah pintu gerbang yang terdapat sebuah cerimin besar. Cermin
ini akan ditemui orang sebelum masuk keraton dan melambangkan bahwa orang yang akan
memasuki keraton untuk mawas diri. Melalui pintu Kori Gadung Mlathi/Saleko/Sembagi kita
akan menjumpai pelataran Kamandungan Kidul. Kata Gadung mlathi (putih dan hijau)
bermakna simbolis hubungan keraton dengan ratu penguasa laut selatan. Saleko bermakna
18

hubungan vertikal antara hamba dengan Allah SWT. Sedangkan kata Sembagi bermakna
bersatunya semua warna menjadi warna putih.

Adanya ukiran-ukiran pada tiang yang memiliki pola simteris juga melambangkan bahwa
keraton dibangun dan dihuni dengan berpegang teguh pada kewibawaan dan kebijaksanaan.
Malige merupakan bangunan berbentuk limasan yang memiliki 8 tiang. Bangunan ini
difungsikan sebagai tempat pengkhitanan putera-putera raja. Perletakan posisi bangunan ini
melambangkan seorang ibu yang hendak melahirkan anaknya, harus berbaring dengan kepala
di barat (bahasa Jawa: “mujur ngulon”), sehingga sang anak akan lahir menghadap timur
dimana matahari terbit. Oleh karena itu upacara khitanan
dilakukan pagi hari saat matahari terbit, dan putera raja yang
dikhitan pun duduk menghadap timur. Sehingga malige ini
memiliki perletakan yang memanjang di sumbu timur dan barat.
Masjid Istiqlal
Menurut teori simbol Susanne K. Langer, Masjid Istiqlal memiliki makna simbol baik itu simbol
diskursif ataupun simbol presentasional
Secara Tatanan sebagai sebuah tempat ibadah umat Islam, tatanan Masjid Istiqlal
menyesuaikan dengan kebutuhan ibadah umat Islam. Sebagai contoh bangunan masjid yang
mengarah ke kiblat, tempat wudhu diletakkan di lantai dasar, dan pemisahan tempat jamaah
pria dan wanita.

19

Gambar 12. Ruang ibadah masjid menghadap ke kiblat
Pesan yang dihadirkan dari rancangan Masjid Istiqlal dihadirkan melalui simbol-simbol yang
antara lain berupa kaligrafi lafal Allah, Muhammad, ayat Al-Qur’an dan simbol-simbol
keislaman lainnya.

Gambar 13. Kaligrafi di dinding utama masjid
Penghadiran sense atau rasa yang ingin diciptakan perancang masjid lebih dihadirkan dengan
menciptakan ketenangan dan kenyamanan beribadah kepada para jamaah. Semua aspek
desain, konsep rancangan, maupun simbolisme Masjid Istiqlal bersifat hollistic dengan sandi
utama “Ketuhanan” yang dihadirkan oleh F. Silaban
Ruang-ruangan yang berada dalam Masjid Istiqlal mempunyai keterkaitan yang saling
mendukung untuk keperluan ibadah para jamaah. Desain Masjid Istiqlal yang megah
menjulang secara vertikal dengan kubah tinggi menimbulkan kesan kecilnya manusia saat
menghadap kepada Allah. Kesan ini disampaikan melalui desain masjid secara keseluruhan.

Gambar 14. Ruang ibadah utama Masjid Istiqlal

20

21

Daftar Pustaka

Langer, S. K. (1941). Philosophy In A New Key. Cambridge: The New American Library.
Arsitektur Tradisional Jawa Tengah : Dinas Pendidikan Budaya
http://muslim-academy.com/masjid-istiqlal-wujud-rasa-syukur-atas-kemerdekaanindonesia/
http://alfarizyblogs.blogspot.com/2013/03/sejarah-masjid-istiqlal-masjid-terbesar.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Masjid_Istiqlal
http://masjidistiqlal.or.id/

22