REVIEW JURNAL PENENTUAN LOKASI BARU UNTU

REVIEW
JURNAL
PENENTUAN LOKASI BARU UNTUK GUDANG DISTRIBUSI
GENTENG KEBUMEN DI WILAYAH SURAKARTA DAN SEKTARNYA
DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN FUZZY SIMPLE ADDITIVE
WEIGHTING SYSTEM

3614100068
DESY DWI SAPUTRI
REVIEW JURNAL

PENENTUAN LOKASI BARU UNTUK GUDANG DISTRIBUSI GENTENG
KEBUMEN DI WILAYAH KOTA SURAKARTA DAN SEKITARNYA DENGAN
MENGGUNAKAN PENDEKATAN FUZZY SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING

PENDAHULUAN
Kota Surakarta mengalami perkembangan yang sangat pesat beberapa tahun ini
dapat dilihat dari bangunan megah dan modern yang berdiri. Perkembangan sektor
perdagangan dan pariwisata menjadi salah satu sektor yang berkembang yang mendorong
peningkatan pertumbuhan perumahan. Pengembangan perumahan di daerah sekitar
Surakarta cukup cepat. Perkembangan di sektor komersial mendongkrak perkembangan di

sektor perumahan. Banyak perumahan baru yang didirikan didaerah sekitar Surakarta yang
berkembang menjadi sentra perdagangan, perumahan-perumahan elite, dan gedunggedung pertemuan. Pembangunan perumahan di Kota Surakarta di perkirakan akan terus
meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk di Kota Surakarta yang meningkat
dan akan selalu bertambah. Hal itu membuat mendoorng peningkatan jumlah kebutuhan
genteng sebagai penutup dan pelindung atap rumah. Hingga saat ini, genteng-genteng
berbahan tanah liat umum digunakan oleh berbagai kalangan dan lebih memasyarakat
karena genteng tanah liat memiliki harga yang murah dan jika digunakan akan membuat
rumah terasa dingin disebabkan udara dibawah genteng dapat bersirkulasi dengan baik.
Jenis genteng tanah liat yang terkenal yaitu jenis genteng kebumen. Genteng Kebumen ini
hanya di produksi di Kebumen. Terdapat lima daerah yang menjadi titik produksi genteng
kebumen di Kota Surakarta yaitu di daerah Masaran, Jaten, Banjarsari, Kartasura, dan
Klaten. Dari daerah tersebut terdapat 21 gudang distribusi genteng kebumen dengan
kapasitas dari masing-masing gudang distribusi yang telah ada mencapai 150.000 hingga
500.000 genteng.
Persaingan antara genteng tanah liat hasil home industry dengan genteng jenis
pabrikan seperti genteng berbahan asbes, genteng beton dan sebagainya semakin ketat.
Untuk menjaga agar genteng tanah liat terutama genteng kebumen tetap dan terus bertahan
dipasar maka distributor perlu melakukan perluasan pemasaran dengan cara membangun
gudang industri baru yang dekat dengan konsumen.
Menurut C-T Chen (2001) kriteria-kriteria yang berpengaruh dalam penentuan lokasi gudang

distribusi yaitu biaya investasi, kemungkinan dilakukannya perluasan lokasi, ketersediaan
sumber bahan baku, ketersediaan sumber daya manusia, dan keekatan dengan konsumen.
Sedangkan menurut Jesuk Ko (2005) kriteria kriteria yang berpengaruh dalam penentuan

lokasi gudang distribusi yaitu keadaan populasi, kondisi transportasi, kondisi pasar, ondisi
lokasi dan biaya yang terkait.
Kriteria-kriteria yang telah disebutkan melibatkan unsur-unsur ketidakpastian berupa
ketidakpresisian pengukuran kriteria yang sulit untuk dikur secara eksak seperti kriteria
kedekatan dengan konsumen, konsisi transportasi, kondisi lokasi, ketersediaan sumber
bahan baku, dan ketersediaan sumber daya manusia. Dalam menyelesaikan ketidakpastian
tersebut, digunakan pndekatan Fuzzy Simple Additive Weighting yang dikembangkan oleh
S-Y Chouet al (2007). Pendekatan tersebut mampu mengakomodasi keidakpresisian dan
ketidakpastian yang terdapat dalam kriteria dalam suatu pengambilan keputusan. Selain itu,
pendekatan tersebut lebih praktis diterapkan bila dibandingkan pendekatan teori lokasi
lainnya sperti AHP(Analytical Hierarchy Process). Hal itu dikarenakan dalam pendekatan
teori Fuzzy Simple Additive Weighting tidak perlu melakukan perbandingan berpasangan
antara kriterianya namun cukup dengan me-rating setiap kriteria yang digunakan, sehingga
sangat praktis dan mudah bila digunakan terutama didalam suatu permasalahn penentuan
lokasi yang memiliki kriteria penentuan/pemilihan keputusan yang banyak.
Pada penelitian yang dilakukan, peneliti menggunakan asumsi bahwa penilaian

setiap pembuat keputusan mempunyai bobot yang sama (tidak ada orang yang
diistimewakan, semuanya di anggap sejajar dalam hal kepakaran) dan perubahan tata kota
pada masa yang akan datang dianggap tidak berpengaruh terhadap hasil akhir dari
penelitian yang dilakukan. Metode yang dilakukan teridir dari empat sub tahapan yaitu tahap
identifikasi masalah, tahap pengumpulan dan pengolahan data, tahap analisis dan
implementasi hasil, dan tahap kesimpulan dan saran. Pada tahap pengumpulan dan
pengolahan data terbagi menjadi tiga tahapan yaitu tahap rating untuk memilih dan
menentukan atribut keputusan yang digunakan,

tahap pengregregasian dan tahap

pemilihan alternatif untuk mendapatkan lokasi yang sesuai sebagai gudang industri genteng
kebumen di Kota Surakarta.

KONSEP DASAR TEORI LOKASI
TEORI LOKASI
Teori Lokasi adalah ilmu yang menyelidiki tata ruang (spasial order) kegiatan
ekonomi atau ilmu yang menyelidiki alokasi geografis dari sumber-sumber yang langka,
serta hubungannya dengan atau pengaruhnya terhadap lokasi berbagai jenis saha atau
kegiatan lain baik ekonomi maupun sosial(Tarigan 2005)


Teori lokasi menurut Alfred Weber menyataan bahwa lokasi setiap industri tergantung pada
total biaya transportasi dan tenaga kerja dimana penjumlahan semuanya harus minimum.
Tempat diaman total biaya transportasi dan tengaa kerja yang minimum adalah identk
dengan tingkat keuntungannya maksimum. Menurut Weber ada tig faktor yang
memengaruhi lokasi industri yaitu biaya transportasi, upah tenaga kerja, dan kekuatan
aglomerasi atau deaglomerasi.

Dalam menjelaskan keterkaitan biaya transportasi dan

bahan baku, Weber menggunakan konsep segitiga lokasi atau locatinal triangle untuk
memeroleh lokasi yang optimum. Untuk menunjukkan apakah lokasi optimum tersebut lebih
dekat ke lokasi bahan baku atau pasar, Weber merumuskan indeks material, sedangkan
biaya tenaga kerja sebagai salah satu faktor yang dapat ememnaruhi lokasi industri
dijelaskan Weber dengan menggunakan sebuah kurva tertutup berupa lingkaran yang
dinaamakan isodapan.
Menurut teori Losch, berbeda den Untuk menunjukkan apakah lokasi optimum
tersebut legan Weber yang melihat persoalan dari sisi penawaran (produksi), Losch melihat
persoalan dari sisi permintaan (pasar). Losch mengatakan bahwa lokasi penjuala sangat
berpengaruh terhadap jumlah konsumen yang dapat digarapnya. Semakin jauh dari tempat

penjual, konsumen semakin enggan membeli karena biaya transportasi untuk mendatangi
tempat penjual semakin mahal. Sehingga Losch lebih menyarankan untuk lokasi produksi
berada dekat dengan pasar.
Walter Isard menyebutkan bahwa maslaah lokasi merupakan penyeimbangan antar
biaya dengan pendapatan yang dihadapkan pada situasi ketidakpastian yang berbeda-beda.
Ishard menekankan pemilihan lokasi pada faktor jarak, aksesibilitas, dan keuntungan
aglomerasi sebagai hal yang utama dalam pengambilan keputusan. Penempatan lkasi juga
berorientasi atau memiliki kecenderungan pada faktor yang mendukungnya antara lain
orientasi terhadap bahan baku, sumber energi, tenaga kerja, transportasi dan pasar.
Chen-Tung Chen (2001) didalam jurnalnya yang berjudul A Fuzzy Approach To Select
The Location Of The Distribution Center, menyebutkan bahwa ada lima kriteria yag
berengaruh dalam suatu proses pengambilan keputsan penentuan lokasi gudang
distribusi(distribution center). Kelima kriteria tersebut yaitu :
1. Biaya investasi (investment cost)
Kriteria ini berhubungan dengan besarnya biaya yang dikeluarkan untuk membangun
gudang distribusi.
2. Kemungkinan dilakukannya perluasan lokasi (expansion posibility)
Kriteria ini berhubungan dengan luas lokasi gudang distribusi (distribution center)
yang akan di bangun.


3. Ketersediaan sumber bahan baku (availability of acquirement material)
Kriteria ini berhubungan dengan kedekatan gudang distribusi dengan sumber bahan
baku.
4. Ketersediaan sumber daya manusia (human resource)
Kriteria ini berhubungan dengan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia yang
dapat dijadikan tenaga kerja serta besarnya biaya tenaga kerja yang dibutuhkan.
5. Kedekatan dengan konsumen (closeness to demand market)
Kriteria ini berhubungan dengan besarnya potensi permintaan konsumen sekitar dan
jarak antara lokasi gudang distribusi dengan lokasi konsumen.
Model Gravitasi merupakan model yang paling banyak digunakan untuk melihat
besarnya daya tarik dari satu potensi yang berada pada suatu lokasi. Model ini sering
digunakan untuk melihat kaitan potensi suatu lokasi dan besarnya wilayah pengaruh dari
potensi tersebut. Model ini dapat digunakan untuk menentukan lokasi yang optimal.
Menurut Jesuk Ko (2005), didalam jurnalnya yang berjudul Solving A Distribution
Facility Location Problem Using An Analytic Hierarcy Process Approach, ada lima kriteria
yang berpengaruh dalam suatu proses pengambilan keputusan peentuan lokasi gudang
distribusi (distribution center) yaitu keadaan populasi (population status), kondisi transportasi
(transportation condition), kondisi pasar (market environments), kondisi lokasi (location
properties), dan biaya yang terkait (cost-related factors). Setiap kriteria tersebut memiliki
beberapa faktor keputusan yang berpengaruh dalam penentuan lokasi gudang distribusi.

TEORI FUZZY SIMPLE ADDDITIVE WIEGHTING SYSTEM (FSAWS)
Fuzzy Simple Additive Weighting System (FSAWS) merupakan suatu metode
sistematis Fuzzy Multiple Attribute Decision Making (FMADM) untuk pemilihan lokasi yang
enggabungkan FST (Fuzzy Set Theory), FRS (Fuzzy Rating System ), dan SAW (Simple
Additive Weighting). FSAWS dapat digunakan dalam pengambilan keputusan secara
individu ataupun berkelompok. Dalam pengambilan sebuah keputusan berkelompok, bobot
fuzzy berdasarkan penilaian para pengambil keputusan dapat di bagi menjadi beberapa
metode. Diantaranya ada lima yang paling populer yaitu mean, median, max, min, dan
mixed operators (Buckley, 1984). Meskipun penggunaan mean lebih sering digunakan,
namun terkadang sebuah kelompok pengambil keputusan terdiri dari individu-individu yang
memiliki tingkatan pemahaman dan pengetahuan berbeda terhadap permasalahan yang
dihadapi. Perbedaan kepentingan tiap individu dalam kelompok pengambil keputusan harus
dijadikan pertimbangan dalam mengevaluasi alternatif-alternatif yang ada. Model FSWAS
terdiri dari tiga tahapan yaitu Tahap penilaian (Rating State), Tahap Agregasi (Aggregation
State), dan Selection State.

ALASAN PEMILIHAN LOKASI
Penentuan lokasi baru untuk gudang distribusi genteng kebumen yang baru di Kota
Surakarta dan sekitarnya menggunakan kriteria-kriteria keputusan mengenai pemilihan
lokasi gudang indsutri yang telah dilakukan oleh Chen-Tung Chen (2001) dan Jesuk Ko

(2005). Kriteria-kriteria tersebut yang memiliki hubungan digabungkan menjadi satu kriteria.
Kriteria yang digabungkan yaitu kriteria kedekatan dengan konsumen dengan kriteria
keadaan populasi menjadi kriterisa kedekatan dengan konsumen dan kriteria kemungkinan
dilakukannya perluasan lokasi dengan kriteria kondisi lokasi menjadi kriteria kriteria luas
lokasi. Sehingga diperoleh kriteria awal penentuan lokasi baru untuk gudang distribusi
genteng kebumen yang baru di Kota Surakarta dan sekitarnya sebagai berikut :
1. Kedekatan dengan konsumen
Dalam penentuan lokasi baru untuk gudang distribusi genteng kebumen yang
menjadi target pasarnya adalah wilayah atau daerah yang memiliki potensi
pembanguann (kompleks perumahan, instansi pendidikan, instansi perkantoran,
instansi rumah sakit, dan sebagainya)
2. Keadaan transportasi
Penentuan lokasi harus baru untuk gudang distribusi genteng kebumen perlu
mempertimbangkan keadaan transportasi pada alternatif lokasi yang akan dipilih.
Lokasi harus dekat dengan jalan raya untuk memudahkan akses transportasi
sehingga dapat dijangkau oleh segala jenis alat transportasi terutama truk-truk
pengangkut dan agar tidak mengganggu arus lalu lintas jalandi daerah sekitar lokasi.
3. Luas lokasi
Lokasi yang dipilih adalah lokasi yang luas dan lokasi yang kemungkinan dapat
dilakukan perluasan dimasa yang akan datang. Karena semakin luas lokasi maka

genteng kebumen yang dapat di tampung akan semakin banyak.
4. Biaya investasi
Pada penentuan lokasi baru untuk gudang distribusi genteng kebumen yang menjadi
pertimbangan dalam biaya investasinya adalah harga tanah dan biaya prapembangunan. Karena semakin tinggi harga tanah dan biaya pra-pembangunan
yang dikeluarkan maka biaya investasi yang dibutuhkan akan semakin besar pula.
5. Keadaan lingkungan pasar
Semakin dekat jarak gudang distribusi genteng kebumen antara satu lokasi dengan
lokasi lain dan semakin banyak gudang distribusi yang ada maka daya saing untuk
mendapatkan konsumen akan semakin tinggi.
6. Ketersediaan sumber bahan baku

Melihat dari sumber bahan baku yang digunakan maka maka semakin jauh lokasi
gudang industri dengan sumber bahan baku maka akan semakin tinggi potensi
bahan baku sampai ke gudang distribusi dalam kedaan rusak. Kemudian semakin
jauh lokai gudang industri dengan bahan baku maka semakin besar pula biaya untuk
mengangkut bahan baku dari sumber menuju gudang distribusi.
7. Ketersediaan sumber daya manusia
Semakin besar sumber daya yang

dapat dijadikan sebagai tenaga kerja maka


semakin besar pula jumlah genteng yang akan didistribusikan dan semakin besar
biaya tenaga kerja yang dibutuhkan
Setelah menentukan kriteria awal untuk penentuan lokasi baru industri genteng
kebumen kemudian dilakukan teknik pengambilan keputusan untuk memilih alternatif
terbaik dari beberapa alternatif secara sistematis dalam penentuan lokasi baru untuk
gudang imdustri genteng kebumen.
Setelah mentukan kriteria awal dalam menentukan lokasi bar untuk gudang industri genteng
kebumen, kemudian dilakukan teknik pengambilan keputusan menggunakan uzzy Simple
Additive Weighting System untuk menentukan pilihan alternatif terbaik dalam kriteria
penentuan lokasi baru gudang distribusi genteng kebumen. Hasil dari analisa menunjukkan
bahwa pilihan terbaik kriteria-kriteria yang berpengaruh dalam menentukan lokasi baru
gudang industri genteng kebumen di Wilayah Surakarta dan sekitarnya yaitu kedekatan
dengan konsumen, kondisi transportasi, luas lokasi dan biaya investasi.

FAKTOR-FAKTOR LOKASI
Banyak faktor yang digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan
dimanakah seharusnya lokasi pergudangan industri yang tepat, seperti yang dikemukakan
oleh Liang Wang (1991) dan Herugu (1997) bahwa atribut-atribut pemilihan lokasi fasilitas
scara umum dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu :

1. Atribut kritis ( critical attributes)
Atribut ini menentukan apakah suatu lokasi dapat dijadikan pertimbangan dalam
proses evaluasi selantnya atau tidak. Atribut ini harus terpenuhi dan mengnut sistem
gugur. Setiap alternatif lokasi harus memenuhi syarat ini supaya bisa di proses lebih
lanjut. Contohnya yaitu ketersediaan sarana dan sikap masyarakat.
2. Atribut obyektif (objective attributes)
Atribut ini terukur dalam ukuran rupiah atau ukuran kuantitatif lainya yang bersifat
obyektif. Contohnya adalah biaya investasi buruh dan biaya buruh.

3. Atribut subyektif (subjectives attribute)
Atrubut ini bersifat kualitatitf dan diukur berdasarkan opini atau persepsi seseorang.
Cantoh dari atribut subyektif ini adalah kedekatan dengan pasar, kestabilan politik
dan kepastian hukum.
Selain tiu terdapat pula faktor lokasi menurut Alfred Weber yaitu :


Berdasarkan kelaziman yang terjadi
o

Berlaku umum dan praktis untuk setiap kegiatan industri (biaya
transportasi, biaya tenaga kerja, biaya lahan, dan sebagainya)

o

Berlaku khusus dan hanya terjadi pada kegiatan tertentu pada bobot
(baha mentah dan produk mudah bususk, kelembaban udara, aliran
air)



Berdasarkan pengaruh ruang
o

Faktor regional dimana industri tertarik pada aspek geografi tertenu,
jaringan

utama

orientasi

industri

(ketersediaan

lahan,

simpul

transportasi, tempat bongkar muat pelabuhan). Faktor regional yang
murni ekonomi adalah harga bahan baku, biaya tenaga kerja dan
biaya transportasi.
o

Faktor aglomerasi/deglomerasi dimana dalam jarigan utamanya tidak
tergantung pada orientasi geografi, antar industri saling terkait atau
saling

berjauhan

(menekan

harga

melalui

produksi

massal,

penggunaan mesin yang lebih baik (internal faktor), ketersediaan
bantuan (eksternal faktor).


Berdasarkan sifat dan keadaan
o

Faktor alamiah dan teknis : posisi dan iklim, tingkat upah (umur),
kualitas tenaga kerja

o

Faktor sosial budaya : tingkat suku bunga, tingkat pendidikan, tingkat
kinerja

Kemudian terdapat faktor-faktor lain di luar teori Webr, Liang Wang, dan Huger yang
dijelaskan dengan membagi faktor lokasi untuk kegiatan Industri menjadi faktor lokasi dari
sisi mikro dan faktor lokasi dari sisi makro (buku Diktat) , yaitu :


Faktor lokasi dari sisi makro
o

Transportasi


Jarak terhadap pemasok, konsumen



Ketersediaan komunikasi (pos, bank, telkom, dsb)



Posisi terhadap jaringan jalan ( arteri, kolektor,tol)

o





Posisi terhadap kanal, angkutan sungai dan penyebrangan



Posisi terhadap jaringan kereta api dan terminal container



Posisi terhadap bandara, pelabuhan

Tenaga Kerja


Ketersediaan tenaga kerja



Kemampuan/ketrampilan (profesional, tukang, buruh)



Upah tenaga kerja



Tempat pelatihan tenaga kerja



Kondisi sosial budaya masyarakat setempat

o

Iklim (temperatur, kelembaban, curah hujan, dan sebagainya)

o

Pajak, retribusi, pungutan insentif

Faktor lokasi dari sisi mikro
o

Lahan

o

Layanan transportasi

o

Penyediaan energi

o



Kelistrikan (tegangan, kinerja, gardu induk, biaya sambungan)



Gas (jenis pelayanan, jaringan distribusi, harga, biaya sambungan)



batubara

Penyediaan air bersih


Layanan jaringan PDAM (sambungan, kinerja, sumber air, harga jual)



Penggunaan air tanah ( kualitas, kuantitas )

o

Pengelolaan limbah cair

o

Pengelolaan limbah padat

o

Kegiatan usaha yang berdekatan

IMPLIKASI TEORI TERHADAP LOKASI YANG DIPILIH
Pada penentuan lokasi baru untuk gudang distribusi genteng kebumen di Wilayah
Surakarta dan sekitarnya menggunakan teori Chen-Tung Chen dan Jesuk Ko sebagai
landasan awal utnuk menentukan kriteria yang berpengaruh terhadap penentuan lokasi baru
untuk gudang distribusi genteng kebumen. Diantara kriteria-kriteria yang dijelaskan oleh
Chen-Tung Chen dengan kriteria oleh Jesuk Ko terdapat beberapa kriteria yang memiliki
kesamaan sehingga kriteria-kriteria yang memiliki kesamaan dijadikan satu kriteria sehingga
tidak terdapat dua kriteria yang diulang. Penyatuan kriteria tersebut sudah sesuai dan bisa
dilakukan karena kriteria-kriteria tersebut memiliki kesamaan arti, maksud dan tujuan
walaupun dengan nama yang berbeda. Sehingga kriteria Chen-Tung Chen dan Jesuk Ko

yang digunakan sebagai landasan awal yaitu

kedekatan dengan konsumen, keadaan

transportasi, luas lokasi, biaya investasi, keadaan lingkungan pasar, ketersediaan sumber
bahan baku, dan ketersediaan sumber daya manusia. Kriteria yang akhirnya digunakan
dalam penentuan lokasi baru utnuk gudang distribusi genteng kebumen di Wilayah
Surakarta dan sekitarnya yaitu kriteria kedekatan dengan konsumen, kondisi transportasi,
luas wilayah,dan biaya investasi. Hal itu dikarenakan kriteria-kriteria lain yang disebutkan
tidak berpengaruh besar terhadap penentuan lokasi baru untuk gudang didtribusi genteng
kebumen di Surakarta dan sekitarnya.
Kriteria-kriteria yang tidak berpengaruh besar terhadap penentuan lokasi baru untuk
gudang distribusi genteng kebumen ini yaitu kriteria kondisi pasar, ketersediaan sumber
bahan baku, dan ketersediaan sumber daya manusia. Jika semakin banyak competitor
dalam suatu pasar maka akan semakin muemudahkan konsumen dalam mencari, memilih
dan membandingkan harga dan kaulitas produk (genteng kebumen) yang ditawarkan
sehingga profit yang dihasilkan cenderung akan semakin kecil. Kemudian Ketersediaan
sumber bahan baku untuk genteng kebumen hanya ada di wilayah Surakarta dan hanya di
produksi di Kebumen serta menggunakan bahan baku tanah liat kebumen sehingga biaya
angkut bahan baku dari sumbernya tidak mempengaruhi penentuan lokasi baru untuk
gudang distribusi genteng kebumen. Selain itu, produsen memberikan cadangan untuk
mengantisipasi jika ada genteng yang rusak ketika sampai di gudang industri dan gentenggenteng yang rusak akan dikembalikan kepada produsen. Hal itu menyebabkan
ketersediaan sumber bahan baku tidak menjadi maslaah dalam memnentukan lokasi baru
untuk gudang distribusi genteng kebumen. Lalu, gudang distribusi genteng kebumen tidak
membutuhkan tenaga kerja dalam jumlah yang banyak dan tidak membutuhkan tenaga kerja
yang memiliki ketrampilan khusus sehingga ketersediaan sumber daya manusia tidak
mempengaruhi penentuan lokasi baru gudang distribusi genteng kebumen yang ada di
wilayah Surakarta dan sekitarnya.
Kemudian diantara kriteria-kriteria yang berpengaruh, kriteria kedekatan dengan
konsumen dan kondisi transportasi menjadi kriteria yang sangat penting dalam memilih dan
menentukan lokasi baru utnuk emmbangun gudang distribusi genteng kebumen. Hal itu
dikarenakan kedua kriteria tersebut sangat mempengaruhi penjualan genteng kebumen di
lokasi baru yang terpilih. Hasil dari penjualan berpengaruh terhadap keberlangsungan
keberadaan gudang industri di lokasi yang baru. Selain itu, kriteria luas lokasi dan biaya
investasi menjadi kriteria yang hanya dianggap penting karena kriteria luas lokasi dan biaya
investasi akan teratasi (tidak menjadi masalah) apabila penualan genteng kebumen di lokasi
baru dapat maksimal.

Lokasi baru untuk distribusi gudang genteng kebumen ditempatkan di wilayah Colomandu.
Hal tersebut dikarenakan lokasi yang dipilih memiliki kepadatan penduduk yang tergolong
rendah, masih terdapat lahan yang kosong dan memiliki potensi untuk dijadikan sebagai
kompleks perumahan sehingga lokasi terseut memenuhi semua kriteria yang berpengaruh
terhadap penentuan lokasi baru untuk gudang distribusi genteng kebumen di Surakarta dan
sekitarnya.
Namun, pada analisa yang dilakukan, peneliti mengasumsikan bahwa penilaian
setiap pembuat keputusan mempunyai bobot yang sama (tidak ada orang yang
diistimewakan, semuanya dianggap sejajar dalam hal kepakaran). Padahal pada
kenyataannya setiap orang memiliki kemampuan berbeda-beda yang sulit utnuk di nilai atau
di impretasikan secara akurat dan tepat. Sehingga hasil analisa tidak cocok ataupun tidak
sesuai jika berasumsi bahwa semua orang tidak memiliki kepakaran yang sama. Selain itu,
peneliti juga mengasumsikan bahwa perubahan tata kota pada masa yang akan akan
datang dianggap tidak berpengaruh terhadap hasil akhir dari penelitian yang dilakukan.
Sehingga apabila perubahan kota terjadi di wilayah surakarta dan sekitarnya di masa
mendatang, hal itu akan menyebabkan lokasi gudang industri baruyang telah dibangun akan
mengalami perubahan ke arah penurunan. Namun, gudang baru distribusi genteng
kebumen tersebut tidak akan mengalami relokasi ataupun penutupan. Gudang distribusi
tersebut akan tetap melayani konsumen yang ingin melakukan proses perawatan atap
rumah dan ingin melakukan renovasi rumah di sekiatr gudang distribusi yang dibangun.
Kemudian tindakan yang akan di ambil oleh gudang baru distribusi tersebut yaitu melakukan
promosi di berbagai wilayah pengembangan perumahan yang aru agar distibusi genteng
kebumen tetap berjalan.
Hasil dari penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa teori lokasi Weber tidak
sesuai dengan penentuan lokasi gudang distribusi yang ditentukan karena Weber
menekankan kedekatan pada bahan baku dan tenaga kerja yang tidak berpengaruh
terhadap penentuan lokasi baru untuk gudang distribusi genteng kebumen di Wilayah
Surakarta dan sekitarnya. Kemudian ,kriteria pada teori lokasi Walter Isard yaitu aksesibilitas
menjadi salah satu faktor yang berpengaruh yang dijelaskan berupa faktor transportasi
dalam teori Chen-Tung Chen dan Jesuk Ko. Sedangkan teori lainnya dari Isard yaitu faktor
jarak dan aglomerasi tidak berpengaruh terhadap penelitian yang dilakukan. Sehingga teori
lokasi dari Isard kurang sesuai dengan penentuan pemilihan lokasi baru untuk gudang
distribusi genteng kebumen di Wilayah Surakarta dan sekitarnya.
Lalu, Menurut teori lokasi dari Losch yang melihat persolan dari sisi permintaan
dapat digunakan dalam penentuan lokasi baru gudang distribusi genteng kebumen. karena

lokasi gudang distribusi ini berlokasi dekat dengan produksinya karena berada di wilayah
yang sama. Dan distribusi dekat dengan pasarnya sehingga dapat disimpulkan bahwa
produksi juga terletak dekat dengan pasar.
Kemudian, teori gravitasi dapat menjadi salah satu teori yang digunakan dalam
penentuan lokasi baru untuk gudang distribusi genteng kebumen karena pemilihan lokasi
tersebut berada di Wilayah produksi genteng kebumen yang hanya ada di Wilayah
Kebumen

sehingga

penentuan

lokasi

yang

dilakukan

peneliti

berkaitan

dengan

mengoptimalkan potensi lokasi Kebumen dan besarnya wilayah pengaruh potensi itu karena
terletak berdekatan dengan gudang distribusi lainnya
Sehingga, terdapat beberapa teori yang sesuai dengan penentuan lokasi baru untuk
gudang distribusi genteng kebumen di Wilayah Surakarta dan sekitarnya yaitu teori lokasi
Chen-Tung Chen, Jesuk Ko, Losch,dan teori gravitasi. Kemudian terdapat teori lokasi yang
tidak sesuai pula seperti teori Weber yang tidak sesuai diterapkan pada penentuan lokasi
baru untuk gudang distribusi genteng kebumen di Wilayah Surakarta dan sekitarnya.
Terdapat pula teori yang kriterianya sesuai dan tidak sesuai yaitu pada teori lokasi Isard
yang kriteria aksesibilitas sesuai dengan penelitian sedangkan kriteria lainya tidak sesuai
dengan penentuan lokasi baru untuk gudang distribusi genteng kebumen di Wilayah
Surakarta dan sekitarnya.

LESSON LEARNED
Dari penjelasan yang telah dipaparkan, dapat diketahui bahwa terdapat beberapa
teori yang dapat digunakan dalam menentukan lokasi baru suatu industri. Teori-teori
tersebut diantaranya teori dari Weber, Losch, Walter Isard, Chen-Tung Chen, Jesuk Ko,
Model gravitasi, Liang dan Herugu, dan sebagainya. Kriteria-kriteria dalam yang disebutkan
dalam teori lokasi tersebut terdapat beberapa kriteria memiliki ketidakpastian karena kriteria
tersebut termasuk kriteria yang sulit diukur sehingga membutuhkan teknik pengambilan
keputusan yang mampu mendukung teori yang digunakan agar dapat sesuai dan mampu
diterapkan. Teknik pengambilan keputusan yang digunakan antar lain teori AHP (Analytical
Hierarki Process) dan teori Fuzzi Smple Additive Weigting System (FSAWS). Penggunaan
teknik pengambilan keputusan disesuaikan dengan teori lokasi yang digunakan karena
teknik pengambilan keputusan tersebut membantu peneliti agar teori yang digunakan dapat
relevan dan sesuai.

Langkah-langkah dalam metodologi penelitian dalam menentukan lokasi suatu
gudang distribusi suatu industri dapat dilakukan dalam empat tahapan yaitu tahapan
identifikasi masalah, tahapan pengumpulan dan pengolahan data, tahap analisa dan
interpretasi hasil, dan terakhir tahap kesimpulan dan saran. Pada tahap identifikasi masalah
terdapat proses perumusan masalah, observasi awal, pencarian literatur, dan penentuan
manfaat dan tujuan penelitian. Kemudian dilakukan tahap pengumpulan data dan
pengolahan menggunakan teknik yang dipilih dalam penelitian. Setelah itu, dilakukan proses
analisa setiap langkah perhitungan yang telah dilakukan dan kemudian menginterpretasi
hasil perhitungan yang didapatkan berupa pemilihan lokasi industri yang ditentukan.
Selanjtnya pengambilan kesimpulan dari penenlitian yang dilakukan apakah tujuan
penelitian tercapai dan memberikan saran-saran yang berguna bagi pengrajin dan
pengusaha industri yang carikan lokasi barunya.
Dalam mengumpulkan data yang dibutuhkan dapat dilakukan dengan cara
wawancara maupun kuisioner kepada pihak-pihak yang terkait. Seperti pada penentuan
lokasi baru untuk gudang distribusi genteng kebumen yang memperoleh data dengan
mengguanakn teknik wawancara dan kuisioner.

DAFTAR PUSTAKA
Santoso, Eko Budi dkk. 2012. Diktat Analisa Lokasi Dan Keruangan RP 09-1209: Institut
Teknologi Sepuluh Nopember
https://core.ac.uk/download/files/478/16508276.pdf di akses pada 2 Maret 2016
https://www.academia.edu/11539780/Kajian_Implikasi_Teori_Lokasi_terhadap_Pemilihan_L
okasi_Pergudangan_Industri_Studi_Kasus_CV._Lidah_Buaya_Detergent_Cream_
pada 15 Maret 2016

diakses