Konservasi Air Tanah Dangkal berbasis

1

Konservasi Air Tanah Dangkal berbasis Pemberdayaan dan Faktor
Pengaruh Keberdayaan Petani Pemakai Air Tanah di Kabupaten Takalar.
Oleh : Darwis
Jurusan Teknik Sipil Pengairan, Fakultas Teknik, Unismuh Makasar

ABSTRACT :

Penelitian ini sebagai langkah awal dalam upaya konservasi air tanah dengan memanfaatkan
kemampuan dan kemandirian petani pemakai air tanah, sebagai air irigasi pertanian. Sebelum
melaksanakan tindakan pemberdayaan masyarakat terutama pada kelompok masyarakat yang
marginal, peneliti harus mampu memahami berbagai faktor yang mempengaruhi keberdayaan yang
dimiliki kelompok target. Dengan demikian rumusan model pemberdayaan dapat dibuat secara
refresentatif, dan sesuai dengan kondisi riil pada kelompok sasaran pemberdayaan yang akana
dilaksanakan.
Untuk mengukur tingkat pengaruh dari setiap faktor yang diamati dalam penelitian ini, digunakan
instrumen dengan skala guttman. Gradasi instrumen yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah
pilihan YA dan TIDAK. Instrumen ini disesuaikan dengan tingkat pendidikan petani yang sangat
variatif.
Dari sekian faktor yang teridentifikasi dalam penelitian ini, terdapat 6 (enam) faktor yang

memberikan pengaruh signifikan terhadap tingkat keberdayaan petani pemakai air tanah dalam upaya
melakukan konservasi air tanah secara mandiri dan serentak. Faktor-faktor yang memberikan
indikator pengaruh signifikan, yakni ; (1) input pertanian, (2) potensi lingkungan, (3) saran teknis,
(4) organisasi petani, (5) hak asasi petani, dan (6) demokratisasi petani.
Makalah disajikan pada symposium FGDT IV PTM se Indonesia di Makassar, Agustus 2015.

1.

Introduction

Air tanah dieksploitasi untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan dan kepentingan umat
manusia, antara lain ; untuk kebutuhan air bersih, kebutuhan air pertanian (irigasi),
kepentingan rekreasi, kepentingan pertambangan, dan lain sebagainya. Oleh sebab itu maka
eksistensi air tanah semakin lama semakin terancam seiring dengan pertambahan jumlah
penduduk dunia, dan makin bertambahnya ragam kegiatan dan keperluan umat manusia
dalam upaya memenuhi kebutuhan dan kepentingan hidupnya. Kondisi air tanah akan
semakin kritis bila eksploitasinya didasarkan pada etika utilitarianisme (homosentris), yang
selalu mengedepankan alasan kepentingan masyarakat tanpa memperdulikan kelangsungan
lingkungan hidup. Apalagi jika dalam mengeksploitasi sumber daya air tanah para pemakai
air tanah menggunakan pandangan etika egosentris, yang selalu mengeksploitasi alam

didasarkan pada keharusan individu untuk memfokuskan diri dengan tindakan apa yang
dirasa baik untuk dirinya.
Eksistensi air di dalam lapisan tanah sangat penting karena dapat mempengaruhi karakteristik
dan stabilitas tanah (abiotik), dan keseimbangan lingkungan hidup (biotik), baik lingkungan
hidup di atas maupun lingkungan hidup di bawah permukaan tanah. Sifat fluida yang selalu
membentuk keseimbangan permukaan (surface equilibrium), sehingga setiap tindakan yang

2
mengganggu keseimbangan air tanah, akan segera direspon dengan pembentukan
keseimbangan baru, yang akan berdampak pada lingkungan di sekitarnya.
Kabupaten Takalar sebagai salah satu wilayah yang penduduknya mayoritas bekerja sebagai
petani, secara geologis cukup beruntung karena terletak pada kawasan cukungan air tanah
yang sangat potensial. Hampir seluruh wilayah dataran rendah di Kabupaten Takalar mulai
dari pesisir sampai kaki pegunungan tercakup dalam zona cekungan air tanah. Oleh karena itu
sejak awal tahun 1980-an Dinas Pertanian Kabupaten Takalar memperkenalkan irigasi air
tanah dengan pompanisasi, dan cukup banyak petani yang melakukan eksploitasi air tanah
untuk memenuhi, kebutuhan air berbagai jenis tanaman yang mereka budidaya, terutama
pada musim kering/kemarau.
Peraturan Menteri Pertanian Indonesia No.79 tahun 2012, tentang Pedoman Pembinaan dan
Pemberdayaan Perkumpulan Petani Pemakai Air, ditegaskan bahwa ada lima tujuan umum

yang ingin dicapai dari regulasi tersebut, yakni : 1) Meningkatkan kemampuan Perkumpulan
Petani Pemakai Air sebagai organisasi petani untuk melaksanakan fungsi pengelolaan
jaringan irigasi pada petak tersier/tingkat usaha tani; 2) Meningkatkan kemandirian
Perkumpulan Petani Pemakai Air dalam bidang teknik irigasi, sosial, ekonomi dan organisasi,
sehingga dapat berperan aktif dalam kegiatan pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi
partisipatif; 3) Meningkatkan pelayanan pendistribusian air irigasi untuk petani anggota
Perkumpulan Petani Pemakai Air dalam melaksanakan kegiatan usaha tani; 4) Meningkatkan
kemampuan Perkumpulan Petani Pemakai Air dalam menjalin kerjasama dengan pihak luar,
termasuk pemerintah daerah atau lembaga lain untuk kepentingan petani anggota; dan 5)
Meningkatkan peran petani dalam penyelenggaraan irigasi secara partisipatif mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, rehabilitasi, operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi, dan
pengelolaan sumber daya air untuk peningkatan produksi pangan dan kepentingan
pembangunan pertanian pedesaan. Semua subtansi yang termuat di dalam peraturan tersebut
hanya berorientasi pada upaya peningkatan produksi pertanian dengan memanfaatkan air
tanah, tanpa upaya menjaga eksistensi dan keberlanjutan sumber daya air tanah tersebut.
Hasil penelitian Darwis et.al. (2012-2013), diketahui bahwa kondisi airtanah di Takalar telah
mengalami degradasi, baik degradasi level air tanah maupun degradasi terhadap salinitasnya.
Untuk itu maka pemulihan kondisi airtanah di daerah tersebut sudah menjadi tuntutan
lingkungan yang mendesak. Petani perlu disadarkan bahwa jika air tanah tidak dikonservasi
dari sekarang, maka suatu saat air tanah pada lahan mereka akan habis sehingga generasi di

belakang mereka nantinya sudah tidak dapat bertani dengan menggunakan air tanah seperti
yang mereka lakukan sekarang. Bila pemahaman dan kesadaran tersebut telah tumbuh,
kemudian diberikan pengetahuan dan keterampilan yang mereka butuhkan untuk melakukan
partisipasi aktif dalam upaya konservasi air tanah pada lahan garapan mereka sendiri, maka
kelestarian air tanah dangkal dan keberlanjutan usaha pertanian yang mereka laksanakan
dapat terpelihara secara berkesinambungan dari generasi ke generasi.
Pemberdayaan petani pada umumnya akan terkendala dengan kelemahan struktural pada
pihak petani. Menurut Sri Nuryanti (2005), bahwa permasalahan yang dihadapi petani pada
umumnya adalah lemah dalam hal permodalan. Akibatnya adalah tingkat penggunaan sarana
produksi pertanian rendah, inefisien skala usaha karena umumnya berlahan sempit, dan

3
karena terdesak masalah keuangan posisi tawar ketika panen juga lemah. Selain itu produk
yang dihasilkan berkualitas rendah, karena umumnya petani di perdesaan berorientasi pada
pemenuhan kebutuhan keluarga (subsisten).

2.

Research Method


Untuk merumuskan model pemberdayaan petani di Kabupaten Takalar dalam upaya
konservasi air tanah dangkal, maka penelitian ini akan menganalisis beberapa faktor
(variabel) yang dianggap berpengaruh signifikan terhadap efektifitas pemberdayaan petani
untuk konservasi air tanah , yakni : (1) input pertanian, (2) potensi lingkungan, (3) saran teknis,
(4) organisasi petani, (5) hak asasi petani, dan (6) demokratisasi petani.

Input pertanian : yaitu alat atau mesin pertanian seperti ; sabit, cangkul, bajak, sprayer,
traktor, pompa, irigasi, dan lain-lain; serta sarana produksi pertanian seperti ; bibit, pupuk,
pestisida dan zat pengatur tumbuh, dan lain sebagainya. Potensi lingkungan : adalah potensi
yang mencakup sumber daya alam (natural resources), yang dapat dipergunakan untuk
melaksanakan proses usaha dan aktivitas petani dalam rangka mencapai tujuan yang optimal.
Saran teknis : adalah pendapat atau usul yang dikemukakan untuk dipertimbangkan sebagai
solusi yang ditujukan untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Saran harus bersifat
membangun, mendidik, objektif dan sesuai dengan topik yang dibahas. Sedangkan Teknis
merupakan pengetahuan dan kepandaian membuat sesuatu yang berkenan dengan hasil
rancang bangun (rekayasa). Organisasi petani : adalah kumpulan petani yang dibentuk atas
dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, dan
sumberdaya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota. Hak
asasi petani : adalah hak dasar petani diberikan akses untuk memperoleh, memiliki,
memanfaatkan dan mempertahankan lahan pertanian yang akan atau yang sudah dimilikinya.

Demokratisasi pertanian : adalah kondisi proses pembangunan pertanian yang melibatkan
petani secara bersama-sama, dengan hak-hak yang setara untuk bersama-sama dengan
pemerintah, perguruan tinggi, lembaga swadaya, dan/atau lembaga donor untuk melakukan
tahapan-tahapan pembangunan, mulai dari identifikasi potensi, perencanaan, pelaksanaan,
serta monitoring dan evaluasi terhadap keberhasilan program yang dilaksanakan.
2.1. Reaseach Design

Disain penelitian ini adalah observasi, yang dilakukan dengan menggunakan intrumen tertulis untuk
mengukur skala pengaruh dari faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat keberdayaan masyarakat
petani pemakai air tanah dalam upaya konservasi airtanah secara mandiri.

4
Skema hubungan faktor pengaruh terhadap tingkat keberdayaan petani untuk koservasi air tanah,
dapat digambarkan sebagai berikut :

Input pertanian
Potensi lingkungan
Saran teknis
Organisasi petani


Keberdayaan
petani dlm
konservasi air
tanah

Hak asasi petani
Demokratisasi
pertanian
Skema Hubungan Variabel

Kekuatan pengaruh dari enam faktor yang diamati terhadap tingkat keberdayaan petani pemakai air
tanah di Takalar untuk melakukan tindakan konservasi air tanah secara bersama-sama dan mandiri.
Keenam faktor pengaruh tersebut dijabarkan dalam bentuk pertanyaan tertutup kepada setiap petani
(responden), dari kalangan peamakai air tanah sebagai air irigasi. Penjabaran pertanyaan tersebut
terdiri atas : (1) faktor pengaruh input pertanian, untuk mendiskripsikan eksistensi input
pertanian, yang terkait dengan air pemanfaatan tanah, sebanyak 5 pertanyaan; faktor pengaruh
potensi lingkungan, untuk mendiskripsikan kondisi potensi lingkungan daerah pertanian yang
terkait dengan pemanfaatan air tanah, sebanyak 5 pertanyaan; faktor pengaruh saran teknis, untuk

mendiskripsikan eksistensi dan urgensi bimbingan/penyuluhan kepada petani dalam hal

pemanfaatan air tanah, sebanyak 5 pertanyaan; faktor pengaruh organisasi petani, untuk
mendiskripsikan eksistensi dan urgensi organisasi petani yang terkait dengan penggunaan air
tanah, sebanyak 5 pertanyaan; faktor pengaruh hak asasi petani, untuk mendiskripsikan eksistensi
hak-hak petani, baik secara individu maupun kelompok, sebanyak 5 pertanyaan; dan faktor
pengaruh demokratisasi pertanian, untuk mendiskripsikan proporsional dan efektifitas
pemanfaatan air tanah oleh petani, sebanyak 5 pertanyaan.
2.2. Data Collection

Hasil dari observasi dengan menggunakan instrumen yang memuat 6 faktor pengaruh yang
diamati, adalah merupakan data primer yang selanjutnya akan diolah dan dianalisis untuk
mendiskripsikan kondisi riil di lapangan. Dalam penelitian ini data sekunder diabaikan guna
mengelimir data yang bersifat subjektif, baik dari pihak pemerintah setempat sebagai
penyedia data maupun subjektivitas pihak peneliti sendiri.
2.3. Data Processing

Pengolahan data dilakukan secara deskriptif, dengan menggunakan instrumen tertutup yang
dibagikan kepada 30 responden dari petani pemakai air tanah. Data yang dihasilkan dari
observasi kemudian dilakukan uji validitas dan uji reabilitas intrumen, menggunakan validasi
konstruk, dengan cara menghitung koefisien product moment (rxy), dengan persamaan
sebagai berikut :


5
rxy 

 Xi Yi 
  Xi  .n.Yi  Yi  

n. Xi.Yi 

n Xi

2

2

2

2

Yang mana :

n

= Jumlah responden

Xi

= Skor butir responden ke-i

Yi

= Skor total responden ke-i

rxy = koefisien product moment
Butir instrumen valid, bila nilai rxy ≥ 0,30
Oleh karena bentuk instrumen observasi berupa pilihan Ya – Tidak, maka formula yang tepat
digunakan untuk mengukur tingkat realibilitasnya adalah rumus KR-20 (Kuder Richardson)
sebagai berikut :
2
k 


 St   pi .qi 
ri 


2
(k  1) 
St




Yang mana :
k

= Jumlah butir instrumen

pi

= Proporsi banyaknya responden yang menjawab butir ke-i

qi

= 1 - pi

St

= Varian total

ri

= Reabilitas internal seluruh instrumen

Instrumen secara keseluruhan reliabel, bila nilai ri ≥ 0,30
2.4. Data Analysis

Untuk mengukur tingkat kekuatan faktor pengaruh terhadap keberdayaan petani pemakai air tanah
untuk melakukan tindakan konservasi air tanah secara bersama dan mandiri, maka pengolahan data
hasil pengamatan dilakukan dengan metode statistik inferensial, dengan menggunakan formula uji-t
sebagai berikut :

t

X1  X 2

2
2
 s  s
s1
s2

 2.r . 1  2
 n  n
n1 n2
 1  2






Yang mana :
X1 = Rata-rata sampel kelompok perlakuan
X 2 = Rata-rata sampel kelompok kontrol

n1 = Jumlah sampel kelompok perlakuan
n2 = Jumlah sampel kelompok kontrol

6
s1 = Simpangan baku sampel kelompok perlakuan
s2 = Simpangan baku sampel kelompok kontrol
s12 = Varian sampel kelompok perlakuan
s12 = Varian sampel kelompok kontrol
r = korelasi antara dua kelompo sampel
Untuk menilai tingkat kekuatan setiap faktor pengaruh, maka nilai t-hitung yang
dihasilkan dari formula di atas, selanjutnya dibandingkan dengan harga t-tabel,
dengan taraf signifikansi  = 0,05 dan dk = 30.

3.

Research Results

Dari hasil analisis data penelitian ini, dapat diuraikan beberapa hasil penelitian sebagai berikut :
Nilai statistik dari faktor input pertanian terhadap keberdayaan petani untuk konservasi air tanah,
didapat sebesar t-hitung = 1,96. Sedangkankan dari tabel diketahui untuk dk = 30, t-0,95 = -1,70 s/d
+1,70. Jadi Ho ditolak dan Ha diterima, dan hal ini berarti bahwa faktor input pertanian memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap keberdayaan petani untuk melakukan tindakan konservasi air tanah
secara bersama-sama dan mandiri.
Nilai statistik dari faktor potensi lingkungan terhadap keberdayaan petani untuk konservasi air tanah,
didapat sebesar t-hitung = 2,21. Sedangkankan dari tabel diketahui untuk dk = 30, t-0,95 = -1,70 s/d
+1,70. Jadi Ho ditolak dan Ha diterima, dan hal ini berarti bahwa faktor potensi lingkungan
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap keberdayaan petani untuk melakukan tindakan
konservasi air tanah secara bersama-sama dan mandiri.
Nilai statistik dari faktor saran teknis terhadap keberdayaan petani untuk konservasi air tanah, didapat
sebesar t-hitung = 2,08. Sedangkankan dari tabel diketahui untuk dk = 30, t-0,95 = -1,70 s/d +1,70. Jadi
Ho ditolak dan Ha diterima, dan hal ini berarti bahwa faktor saran teknis memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap keberdayaan petani untuk melakukan tindakan konservasi air tanah secara
bersama-sama dan mandiri.
Nilai statistik dari faktor organisasi petani terhadap keberdayaan petani untuk konservasi air tanah,
didapat sebesar t-hitung = 2,19. Sedangkankan dari tabel diketahui untuk dk = 30, t-0,95 = -1,70 s/d
+1,70. Jadi Ho ditolak dan Ha diterima, dan hal ini berarti bahwa faktor organisasi petani memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap keberdayaan petani untuk melakukan tindakan konservasi air tanah
secara bersama-sama dan mandiri.
Nilai statistik dari faktor hak asasi petani terhadap keberdayaan petani untuk konservasi air tanah,
didapat sebesar t-hitung = 1,88. Sedangkankan dari tabel diketahui untuk dk = 30, t-0,95 = -1,70 s/d
+1,70. Jadi Ho ditolak dan Ha diterima, dan hal ini berarti bahwa faktor hak asasi petani memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap keberdayaan petani untuk melakukan tindakan konservasi air tanah
secara bersama-sama dan mandiri.
Nilai statistik dari faktor demokratisasi petani terhadap keberdayaan petani untuk konservasi air
tanah, didapat sebesar t-hitung = 1,92. Sedangkankan dari tabel diketahui untuk dk = 30, t-0,95 = -1,70 s/d
+1,70. Jadi Ho ditolak dan Ha diterima, dan hal ini berarti bahwa faktor demokratisasi petani
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap keberdayaan petani untuk melakukan tindakan
konservasi air tanah secara bersama-sama dan mandiri.

7
4.

Discussion

4.1. Faktor pengaruh input pertanian

Faktor input pertanian merupakan salah satu faktor yang cukup mempengaruhi kemampuan petani
pemakai air tanah untuk melakukan tindakan konservasi air tanah. Keberadaan alat dan bahan untuk
melaksanakan konservasi air tanah, akan membangkitkan motivasi kerja para petani tersebut.
4.2. Faktor pengaruh potensi lingkungan

Faktor potensi lingkungan merupakan salah satu faktor yang cukup mempengaruhi kemampuan petani
pemakai air tanah untuk melakukan tindakan konservasi air tanah. Kondisi potensi lingkungan
terutama eksistensi air tanah yang semakin terdegradasi, akan membangkitkan kesadaran para petani
untuk berpartisipasi melaksanakan tindakan konservasi air tanah.
4.3. Faktor pengaruh saran teknis

Faktor saran teknis merupakan salah satu faktor yang cukup mempengaruhi kemampuan petani
pemakai air tanah untuk melakukan tindakan konservasi air tanah. Masukan, informasi, bimbingan,
dan penyuluhan dari pihak luar, akan meningkatkan pengetahuan dan sikap para petani untuk
berpartisipasi melaksanakan tindakan konservasi air tanah.
4.4. Faktor pengaruh organisasi petani

Faktor organisasi petani merupakan salah satu faktor yang cukup mempengaruhi kemampuan petani
pemakai air tanah untuk melakukan tindakan konservasi air tanah. Keberadaan wadah untuk
mengarahkan kegiatan pengembangan usaha pertanian, akan meningkatkan sikap dan perilaku para
petani untuk aktif berpartisipasi dalam melaksanakan tindakan konservasi air tanah.
4.5. Faktor pengaruh hak asasi petani

Faktor hak asasi petani merupakan salah satu faktor yang cukup mempengaruhi kemampuan petani
pemakai air tanah untuk melakukan tindakan konservasi air tanah. Pengakuan dan perlakuan terhadap
eksistensi petani dan hak-haknya atas lahan pertanian yang memadai, akan meberikan rasa aman dan
rasa memiliki pada diri para petani untuk aktif berpartisipasi dalam melaksanakan tindakan konservasi
air tanah.
4.6. Faktor pengaruh demokratisasi pertanian

Faktor demokratisasi pertanian merupakan salah satu faktor yang cukup mempengaruhi kemampuan
petani pemakai air tanah untuk melakukan tindakan konservasi air tanah. Pelibatan petani di dalam
pengambilan keputusan terutama yang menyangkut langsung kegiatan dan profesi petani, akan
meningkatkan rasa percaya diri dan optimisme para petani untuk aktif berpartisipasi dalam
melaksanakan tindakan konservasi air tanah.

5.

Conclusion and Suggestion

5.1. Conclusion

Dari pengamatan terhadap faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keberdayaan petani pemakai air
tanah di Kabupaten Takalar, untuk melakukan tindakan konservasi air tanah secara bersama-sama dan
mandiri, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

8
1. Bahwa ada 6 (enam) faktor yang berpengaruh signifikan terhadap keberdayaan petani
pemakai air tanah untuk melakukan konservasi air tanah, yakni : input pertanian, potensi
lingkungan, saran teknis, organisasi petani, hak asasi petani, dan demokratisasi pertanian .
2. Bahwa tingkat signifikansi pengaruh dari faktor-faktor tersebut berbeda-beda, dengan urutan
kekuatan pengaruh sebagai berikut : (1) potensi lingkungan; (2) organisasi petani; (3) saran
teknis; (4) input pertanian; (5) demokratisasi pertanian; (6) hak asasi petani.
5.2. Suggestion

Dalam penelitian ini masih terdapat beberapa kelemahan. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor
yang belum dilakukan pengamatan, seperti tingkat pendidikan petani, perilaku petani dalam tindakan
konservasi air tanah, dan lain sebagainya. Oleh karena itu penulis memberikan beberapa saran untuk
pelaksanaan penelitian selanjutnya, sebagai berikut :
1. Penelitian tentang pengaruh tingkat pendidikan petani pemakai air tanah, dalam upaya
konservasi air tanah secara bersama-sama dan mandiri di Kabupaten Takalar perlu
dilaksanakan pada masa mendatang.
2. Penelitian tentang pengaruh perlakuan berupa bimbingan dan penyuuhan terhadap petani
pemakai air tanah, dalam upaya konservasi air tanah secara bersama-sama dan mandiri di
Kabupaten Takalar perlu dilaksanakan pada masa mendatang.

References :
Alawneh R., et al., 2011 : “Modeling of Groundwater Recharge by Rainwater Harvesting – Wadi
Bayer (Case Study)”, Jordan Journal of Civil Engineering, Vol. 5 No.2, 2011, page 191–209.
Bouwer Herman, 2002. Artificial recharge of groundwater : hydrogeology and engineering ,
Hydrogeology Journal (2002) 10:121–142.
Cherkauer D.S. and Ansari S.A., 2005. Estimating Groundwater Rechange from Topography,
Hydrogeology, and Land Cover , Groundwater Vol.43 No.1, January-February 2005, 102-112.
Darwis et al., 2012. Pemodelan Formasi Sumur Resapan untuk Recovery Air Tanah dan Pencegahan
Intrusi Air Laut ke Lapisan Tanah pada Lahan Pertanian di Kabupaten Takalar , Laporan Hasil
Penelitian Hibah Bersaing Depdikbud, Desember 2012.
Djaali & Mulyono, Pudji. (2007). Pengukuran dalam Bidang Pendidikan. Jakarta: Grasindo
Dzeco C., Amilai C., and Cristovao A., (2010) : “Farm field schools and farmer‟s empowerment in
Mozambique : A pilot study”, 9th European IFSA Sysposium, 4-7 July 2010, Vienna (Austria).
Hadi Agus P., 2010. Konsep Pemberdayaan, Partisipasi dan Kelembagaan Dalam Pembangunan,
Yayasan Agribisnis/Pusat Pengembangan Masyarakat Agrikarya (PPMA).
Hirokawa Sachika, (2010) : “Promoting Sustainable Agriculture Development and Farmer
Empowerment in Northeast Thailand”, 4th Asian Rural Sociology Assocation (ARSA)
International Conference, September 2010 in Lagazpi City – Philipines.
Holsman R.H., Krueger D., (2002) : “The long and short og groundwater education for Michigan
Farmers”, Journal of Extension, Vol, 40 No.1, February 2002.
Ife, J.W., 1995. Community Development: Creating Community Alternatives-vision, Analysiis and
Practice. Melbourne : Longman.
Kumar C.P., 2007. Estimation of Groundwater Rechange using Soil Moisture Balance Approach .
Scientist „El‟, National Institute of Hydrology, Roorkee – India.

9
Llamas M.R. & Santos P.M., 2005. Intensive Groundwater Use : Silent Revolution & Potential
Source of Social Conflicts, Journal of Water Resources Planning & Management, ASCE,
Sept./Oct. 2005.
Nuryanti Sri, 2005. Pemberdayaan Petani dengan Model Cooperative Farming, Jurnal Analisis
Kebijakan Pertanian, Vol. 3 No.2 Juni 2005, hal 152-158.
Sadono Dwi, 2008. Pemberdayaan Petani : Paradigma Baru Penyuluhan Pertanian di Indonesia ,
Jurnal Penyuluhan IPB - ISSN: 1858-2664 Maret 2008, Vol. 4 No.1.
Sharda V.N., et al., 2006. Estimation of groundwater recharge from water storage structures in a
semi arid climate of India , Journal of Hydrology (2006) 329,224, 243.
Sidu Dasmin & Basita, 2007. Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Kawasan Hutan Lindung Jompi
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara , Jurnal Penyuluhan, Vol. 3, No. 1, Maret 2007.
Sugiyo, et al., 2013. Empowering Farmers in Conserving Soil and Water in the Sampeyan
Watershed, Situbondo, East Java, Indonesia , Journal of Environment and Earth Science, Vol. 3,
No.7, 2013.
Sugiyono, 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Cetakan ke-15. Alfabeta,
Bandung.
Sumodiningrat, G., 1999. Pemberdayaan Masyarakat dan Jaring Pengaman Sosial, Jakarta:
Gramedia.
Taheri A. and Zare M., 2011. Groundwater artificial recharge assessment in Kangavar Basin, a semiarid region in the western part of Iran , African Journal of Agricultural Research Vol. 6(17), pp.
4370-4384, 12 Sept. 2011.
Tiro, Muhammad Arif, 2008. Dasar-dasar Statistika , Edisi ketiga, Andira Publisher, Makassar.
Wang B., et al., 2008. Estimating groundwater recharge in Hebei Plain, China under varying land
use practices using tritium and bromide tracers , Journal of Hydrology (2008) 356, 209–222.
--------------------, 2004. U.U. R.I. No.7 Tahun 2004, tentang Sumber Daya Air .
--------------------, 2004. Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Permukiman & Prasarana
Wilayah, Menteri Pertanian ; tentang Pedoman Pemberdayaan Perkumpulan Petani Pemakai
Air .
--------------------, 2008. Peraturan Pemerintah R.I. No. 42 Tahun 2008, tentang Pengelolaan Sumber
Daya Air .
--------------------, 2008. Peraturan Pemerintah R.I. No. 43 Tahun 2008, tentang Air Tanah.
--------------------, 2009. U.U. R.I. No.32 Tahun 2009, tentang Perlindungan & Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
--------------------, 2012. Peraturan Menteri ESDM No. 15 Tahun 2012 tentang Penghematan
Penggunaan Air Tanah.
--------------------, 2012. Peraturan Menteri Pertanian No.79/Permentan/OT.140/ 12/2012, tentang
Pedoman Pembinaan dan Pemberdayaan Perkumpulan Petani Pemakai Air .
--------------------, 2004. Farmer Empowerment, Technical Advisor Service DANIDA (Danish
International Development Agency), Volume 1, Dec. 2004.