MENJADI GURU BIOLOGI PROFESIONAL di ABAD

MENJADI GURU BIOLOGI PROFESIONAL di ABAD 21

MAKALAH
untuk memenuhi tugas matakuliah Pengembangan Profesi Guru
yang dibina oleh Murni Saptasari

Oleh
Kelompok 1 Offering B
Fitriatul Ummah

(140341606221)

Irma Rizqi Taufika

(140341603440)

Nova Yessika Gultom

(140341605196)

The Learning University


UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
Desember 2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembelajaran abad 21 merupakan pembelajaran yang mempersiapkan
generasi abad 21. Di abad ke 21 ini, pendidikan menjadi semakin penting untuk
menjamin peserta didik memiliki keterampilan belajar dan berinovasi,
keterampilan menggunakan teknologi dan media informasi, serta dapat bekerja,
dan bertahan dengan menggunakan keterampilan untuk hidup (life skills).
Keterampilan abad 21 yang harus dimiliki generasi abad 21 adalah (1) life and
career skills, (2) learning and innovation skills, dan (3) Information media and
technology skills (Widhy, 2013).
Menurut Partnership for 21st Century Skills (2013) terdapat enam
kompetensi atau keahlian yang harus dimiliki oleh masyarakat abad 21. Keenam
kompetensi tersebut yaitu kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah,

kemampuan berkomunikasi dan bekerja sama, kemampuan mencipta dan
membaharui, literasi teknologi informasi dan komunikasi, kemampuan belajar
kontekstual serta kemampuan informasi dan literasi media.
Rotherdam & Willingham (2009) mencatat bahwa kesuksesan seorang
siswa tergantung pada kecakapan abad 21, sehingga siswa harus belajar untuk
memilikinya. Partnership for 21st Century Skills mengidentifikasi kecakapan abad
21 meliputi : berpikir kritis, pemecahan masalah, komunikasi dan kolaborasi.
Berpikir kritis berarti siswa mampu mensikapi ilmu dan pengetahuan dengan
kritis, mampu memanfaatkan untuk kemanusiaan. Terampil memecahkan masalah
berarti mampu mengatasi permasalahan yang dihadapinya dalam proses kegiatan
belajar sebagai wahana berlatih menghadapi permasalahan yang lebih besar dalam
kehidupannya.

Ketrampilan

komunikasi

merujuk

pada


kemampuan

mengidentifikasi, mengakses, memanfaatkan dan memgoptimalkan perangkat dan
teknik komunikasi untuk menerima dan menyampaikan informasi kepada pihak
lain. Terampil kolaborasi berarti mampu menjalin kerjasama dengan pihak lain
untuk meningkatkan sinergi. Sedang menurut National Education Association
untuk mencapai sukses dan mampu bersaing di masyarakat global, siswa harus

ahli dan memiliki kecakapan sebagai komunikator, kreator, pemikir kritis, dan
kolaborator.
Guru abad 21 dituntut tidak hanya mampu mengajar dan mengelola
kegiatan kelas dengan efektif, namun juga dituntut untuk mampu membangun
hubungan yang efektif dengan siswa dan komunitas sekolah, menggunakan
teknologi untuk mendukung peningkatan mutu pengajaran, serta melakukan
refleksi dan perbaikan praktek pembelajarannya secara terus menerus (Darling,
2006).
Guru profesional abad 21 adalah guru yang terampil dalam pengajaran,
mampu membangun dan mengembangkan hubungan antara guru dan sekolah
dengan komunitas yang luas, dan seorang pembelajar sekaligus agen perubahan di

sekolah. Guru-guru profesional abad 21 dituntut mampu mengembangkan
pendekatan dan strategi pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan
lingkungan untuk meningkatkan efektivitas proses pembelajaran (Hargreaves,
2000).
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana pembelajaran biologi abad 21?
1.2.2 Apa saja kompetensi guru yang mendukung pembelajaran abad 21?

BAB II
ISI
2.1 Pembelajaran Biologi Abad 21
Abad 21 ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang membawa dunia pada era global dan menjadikan dunia seolah tidak
bersekat. Era global dianggap suatu momentum untuk semakin meningkatkan
kualitas sumber daya manusia melalui penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi melalui penyelenggaraan sistem pendidikan. Bentuk penyesuaian
pendidikan di abad 21 tidak hanya berkaitan dengan hal-hal yang bersifat
materialis,

tapi


juga

perlunya

pengembangan

sistem

pendidikan

yang

mengembangkan kemampuan berpikir dan mengakses teknologi (Yulaikah dkk.,
2015).
Pembelajaran dalam konteks mempersiapkan sumber daya manusia abad
21 harus lebih mengacu pada konsep belajar yang dicanangkan oleh Komisi
UNESCO dalam wujud “the four pillars of education”, yaitu belajar untuk
mengetahui (learning to know), belajar melakukan sesuatu (learning to do),
belajar hidup bersama sebagai dasar untuk berpartisipasi dan bekerjasama dengan

orang lain dalam keseluruhan aktivitas kehidupan manusia (learning to life
together), dan belajar menjadi diri sendiri (learning to be) (Poedjiadi, 2005).
Di abad ke 21 ini, pendidikan menjadi semakin penting untuk menjamin
peserta didik memiliki keterampilan belajar dan berinovasi, keterampilan
menggunakan teknologi dan media informasi, serta dapat bekerja, dan bertahan
dengan menggunakan keterampilan untuk hidup (life skills). Keterampilan abad
21 adalah (1) life and career skills, (2) learning and innovation skills, dan (3)
Information media and technology skills. Ketiga keterampilan tersebut dirangkum
dalam sebuah skema yang disebut dengan pelangi keterampilan-pengetahuan abad
21/21st century knowledge-skills rainbow (Widhy, 2013).
Biologi adalah ilmu yang mempelajari makhluk hidup dan kahidupannya
dari berbagai aspek persoalan dan tingkat organisasi. Sebagai suatu bidang ilmu,
Biologi merupakan bagian dari Sains, yaitu ilmu yang memahami gejala alam

secara sistematis yang diperoleh dengan menerapkan metode ilmiah yang selalu
berkembang dan tidak bisa sempurna. Secara tersirat dijelaskan bahwa dalam
mempelajari Sains khususnya Biologi adalah dengan menerapkan metode ilmiah.
Samatowa (2006) menyatakan bahwa penekanan dalam pembelajaran Sains
adalah


pengembangan

kreativitas

anak

dalam

mengelola

pemikirannya

menghubungkan antara satu fenomena dengan fenomena lain yang ada
dilingkungannya, sehingga memperoleh suatu gagasan (ide), pemahaman, serta
pola baru dalam berfikir memahami suatu objek yang diamati.
Biologi menduduki posisi sangat strategis dan mempunyai kedudukan unik
dalam struktur keilmuan. Sebagai bagian dari ilmu pengetahuan atau natural
science, biologi mempunyai kesamaan dengan cabang atau disiplin ilmu lainnya
dalam sains, yaitu mempelajari gejala alam, dan merupakan sekumpulan konsepprinsip-teori (produk sains), cara kerja atau metode ilmiah (proses sains), dan di
dalamnya terkandung sejumlah nilai dan sikap (Poedjiadi, 2005).

Pendidikan biologi memiliki andil dalam perkembangan biologi dari
waktu ke waktu. Pendidikan biologi diharapkan dapat memberi siswa bekal
keterampilan, pengetahuan, dan persepsi yang dilandasi kesadaran akan
pentingnya etika dalam memanfaatkan apa yang ada di lingkungannya. Sebagai
manusia hendaknya menjadi pemelihara keanekaragaman dan fungsi lingkungan
agar manusia tetap dapat mengambil manfaat dari keanekaragaman dan
lingkungan tetap dapat mendukung kehidupan manusia pada masa kini, maupun
pada masa yang akan datang. Pendidikan biologi atau bioedukasi yang perlu
berperan agar lingkungan dan alam tetap bersahabat dengan manusia (Yulaikah
dkk., 2015).
Pemahaman terhadap hakikat Sains, hakikat belajar dan pembelajaran
Sains yang semakin luas membawa banyak perubahan dalam dunia pembelaaran
Sains. Pemahaman terhadap Sains telah berkembang dari pemahaman bahwa
Sains sebagai produk (a body of knowledge) menjadi: Sains sebagai tindakan
(Science as a way of thinking and acting), Sains sebagai keterampilan proses
(Science is process science skills), dan Sains sebagai proses penyelidikan ilmiah
(Science as a way of investigating) (Susanto, 2002).

Pengembangan


cara

berpikir

dalam

pembelajaran

biologi

dapat

berhubungan dengan banyak hal. Salah satunya berkaitan dengan pengelolaah
teknis pembelajaran biologi. Obyek kajian biologi yang sebenarnya sangat dekat
dengan kehidupan siswa perlu dipelajari secara kontekstual guna mengonstruk
pemahaman dan membangun keterampilan berpikir siswa. Sehingga pembelajaran
biologi seharusnya bukan menempatkan siswa sebagai individu yang pasif
(Djohar, 1987).
Pembelajaran dalam biologi pada hakikatnya tidak hanya menekankan
pada hafalan konsep-konsep semata. Karena secara ensensi pembelajaran dalam

biologi memiliki tiga dimensi yaitu produk, proses, dan sikap ilmiah. Melalui tiga
dimensi tersebut mengarahkan agar pembelajaran dapat dikemas dengan lebih
bermakna, yang dilakukan dengan cara memberikan kesempatan pada siswa untuk
terlibat secara aktif dalam menemukan konsep dari fenomena yang ditemukan
dalam kehidupan sehari-hari (Yulaikah dkk., 2015).

2.2 Kompetensi Guru yang Mendukung Pembelajaran Abad 21
Pada dasarnya pendidikan merupakan aspek yang sangat memungkinkan
untuk melakukan transfer pengetahuan dan juga nilai-nilai pada siswa sebagai
generasi penerus bangsa. Sehingga agar dapat turut serta dalam peraturan global,
pendidikan sebagai sistem pada akhirnya perlu melakukan adaptasi terhadap
perkembangan yang terjadi (Tim PGRI, 2014) .
Salah satu cabang keilmuan yang menunjukkan perkembangan cukup
signifikan adalah biologi. Pengembangan cara berpikir dalam pembelajaran
biologi dapat berhubungan dengan banyak hal. Salah satunya berkaitan dengan
pengelolaan teknis pembelajaran biologi. Obyek kajian biologi yang sebenarnya
sangat dekat dengan kehidupan siswa perlu dipelajari secara kontekstual guna
mengkonstruk pemahaman dan membangun keterampilan berpikir siswa.
Pandangan ini didasarkan pada suatu pemahaman bahwa belajar bukan sekedar
proses transfer pengetahuan semata, sehingga menempatkan siswa secara pasif

(Alfindasari, 2013).

Menurut undang-undang No.14 tahun 2005 tentang guru dan dosen pasal 4
menyatakan seorang pendidik dituntut memiliki kompetensi yang berguna
mendukung keprofesionalan guru sebagai agen perubahan melalui pembelajaran
sebagai wujud untuk mewujudkan pendidikan nasional (Uzer, 2002).
Kompetensi yang dimiliki oleh seorang guru sebagai agen pembelajarn
merupakan modal dalam melaksanakan pembelajaran. Kompetensi menurut
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen dan Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan mengatakan bahwa kompetensi merupakan seperangkat
keahlian dan pemahaman dalam melaksanakan tugasnya secara profesional dalam
pembelajaran. Sesuai dengan PP RI nomor 74 tahun 2008 tentang guru yang
menyebutkan bahwa guru harus memiliki kualifikasi akademik, kompetensi yang
mendukung profesinya, serta memiliki kesehatan fisik dan mental untuk
mendukung tujuan pendidikan nasional Indonesia. Kemudian, Undang-Undang
nomor 14 tahun 2005 pasal 4 menjabarkan bahwa dalam pelaksanaan beberapa
kompetensi pembelajaran mencakup proses, sikap, aplikasi, produk dan kreatifitas
yang dimiliki oleh seorang pendidik untuk dapat ditransfer ke dalam peserta didik.
Menghadapi tantangan abad 21, diperlukan guru yang benar-benar
profesional. Tilaar (1999) memberikan ciri-ciri agar seorang guru terkelompok ke
dalam guru yang profesional. Masing-masing adalah :
a. Memiliki kepribadian yang matang dan berkembang
b. Memiliki keterampilan untuk membangkitkan minat peserta didik
c. Memiliki penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang kuat
d. Sikap profesionalnya berkembang secara berkesinambungan
e.

Menguasai subjek (kandungan kurikulum)

f. Mahir dan berketrampilan dalam pedagogi (pengajaran & pembelajaran)
g. Memahami perkembangan murid-murid dan menyayangi mereka
h. Memahami psikologi pembelajaran (cognitive psychology)
i. Memiliki kemahiran konseling

Guru abad 21 dituntut tidak hanya mampu mengajar dan mengelola kegiatan
kelas dengan efektif, namun juga dituntut untuk mampu membangun hubungan
yang efektif dengan siswa dan komunitas sekolah, menggunakan teknologi untuk
mendukung peningkatan mutu pengajaran, serta melakukan refleksi dan perbaikan
praktek pembelajarannya secara terus menerus (Darling, 2006).
Sesuai dengan Undang Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen dan Permen Nomor 17 Tahun 2007 tentang kualifikasi dan standar
kompetensi guru, guru dan dosen harus mempunyai berbagai kompetensi,
diantaranya adalah kompetensi pedagogik, kompetensi akademik, kompetensi
sosial, dan kompetensi kepribadian. Disamping empat kompetensi tersebut, dalam
membantu para siswa beradaptasi terhadap perubahan sosial dan teknologi di abad
ke 21 ini guru juga harus mempunyai kecakapan utama yang yang meliputi
(Tilaar,1999):
a. Akuntabilitas dan kemampuan beradaptasi
Sebagai seseorang yang dapat ditiru, apapun yang dikerjakan dan diucapkan
harus dapat dipercaya oleh orang lain. Dalam menjalankan tanggung jawab
pribadi mempunyai fleksibilitas secara pribadi, pada tempat kerja, maupun dalam
hubungan dengan masyarakat sekitarnya. Disamping itu guru harus mampu
menetapkan dalam mencapai standar dan tujuan yang tinggi baik untuk dirinya
sendiri maupun untuk orang lain, dan yang tidak kalah pentingnya guru juga harus
mampu memaklumi kerancuan yang dilakukan oleh anak didiknya.
b. Kecakapan berkomunikasi
Kecakapan yang kedua ini sangat penting bagi guru. Betapapun pintarnya
seorang guru jika tidak mempunyai kecakapan ini maka tidak akan mampu
mentransfer ilmu kepada anak didiknya. Kecakapan ini meliputi : memahami,
mengelola, dan menciptakan komunikasi yang efektif dalam berbagai bentuk dan
isi baik secara lisan, tulisan, maupun menggunakan multimedia.

c. Kreatifitas dan keingintahuan intelektual
Selama ini pembelajaran yang dilakukan guru berlangsung monoton. Salah
satu penyebabnya adalah tidak adanya kreatifitas dan keingintahuan intelektual
guru. Dia mengajar hanya bermodalkan teori keguruan yang ia peroleh sekian
puluh tahun yang lalu. Kecakapan kreatifitas dan keingintahuan intelektual
tersebut mencakup: mengembangkan, melaksanakan, dan menyampaikan
gagasan-gagasan baru kepada yang lain, bersikap terbuka dan responsif terhadap
perspektif baru dan berbeda.
d. Berpikir kritis dan berpikir dalam sistem
Kecakapan berpikir kritis merupakan proses berpikir dan bertindak
berdasarkan fakta yang telah ada, apapun yang akan dilakukan dimulai dari
identifikasi terhadap kemungkinan-kemungkinan yang akan timbul dari suatu
perbuatan tersebut, berusaha untuk memberikan penalaran yang masuk akal dalam
memahami dan membuat pilihan yang rumit serta selalu memahami dan menjalin
interkoneksi antara sistem.
e. Kecakapan melek informasi dan media
Agar proses pembelajaran yang dilakukan guru di kelas menarik dan
menantang, maka di era globalisasi dan tanpa batas seperti sekarang ini guru harus
mampu menganalisa, mengakses, mengelola, mengintegrasi, mengevaluasi, dan
menciptakan informasi dalam berbagai bentuk dan media.
f. Kecakapan hubungan antar pribadi dan kerjasama
Sebagai makhluk sosial yang hidup di tengah-tengah masyarakat, guru juga
dituntut harus mampu menunjukkan kerjasama berkelompok dan kepemimpinan,
mampu beradaptasi dalam berbagai peran dan tanggungjawab, mampu bekerja
secara produktif dengan yang lain, mampu menempatkan empati pada tempatnya,
serta mampu menghormati perspektif yang berbeda dengan pendiriannya.
Menurut International Society for Technology in Education karakteristik
keterampilan guru abad 21 dimana era informasi menjadi ciri utamanya, membagi
keterampilan guru abad 21 kedalam lima kategori, yaitu :

a. Mampu memfasilitasi dan menginspirasi belajar dan kreatifitas siswa
dengan melibatkan siswa dalam menggali isu dunia nyata (real world) dan
memecahkan permasalahan otentik menggunakan tool dan sumber-sumber
digital.
b. Menunjukkan kemahiran dalam sistem teknologi dan mentransfer
pengetahuan ke teknologi dan situasi yang baru.
c. Mencontohkan dan memfasilitasi penggunaan secara efektif dari teknologi
terkini untuk menganalisis, mengevaluasi dan memanfaatkan sumber
informasi tersebut untuk mendukung penelitian dan belajar.
d. Mendorong, mencontohkan, dan mengajar secara sehat, legal dan etis
dalam menggunakan teknologi informasi digital, termasuk menghagrai hak
cipta, hak kekayaan intelektual dan dokumentasi sumber belajar.
e. Memenuhi kebutuhan pembelajar yang beragam dengan menggunakan
strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa dengan memberikan akses
yang memadai terhadap tool-tool digital dan sumber belajar digital lainnya
(Wiggins dan McTighe, 2011).

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.1.1 Pembelajaran dalam biologi abad 21 memiliki tiga dimensi yaitu
produk, proses, dan sikap ilmiah peserta didik memiliki keterampilan
belajar dan berinovasi, keterampilan menggunakan teknologi dan media
informasi, serta dapat bekerja, dan bertahan dengan menggunakan
keterampilan untuk hidup (life skills).
3.1.2 Guru abad 21 dituntut tidak hanya mampu mengajar dan mengelola
kegiatan kelas dengan efektif, namun juga dituntut untuk mampu
membangun hubungan yang efektif dengan siswa dan komunitas
sekolah, menggunakan teknologi untuk mendukung peningkatan mutu
pengajaran,

serta

melakukan

refleksi

dan

perbaikan

praktek

pembelajarannya secara terus menerus.

3.2 Saran
3.2.1 Penulis
Makalah ini diharapkan untuk diperbaiki lagi agar lebih berguna dan
bermanfaat bagi pembaca.
3.2.2 Mahasiswa dan siswa
Makalah ini dapat dijadikan sebagai sumber pembelajaran bagi
mahasiswa dan siswa, sumber informasi, dan dapat digunakan sebagai
referensi.

DAFTAR PUSTAKA

Alfindasari, Dessy. 2013. Pengaruh Pengetahuan Awal Siswa dan Pengalaman
Belajar Biologi Terhadap Hasil Belajar Biologi (Survey pada Siswa Kelas
XI SMA Mardi Waluya Cibinong). Proceeding Seminar Nasional LPPM.
Jakarta: Universitas Indraprasta PGRI
Darling, Linda., H. 2006. Constructing 21st century teacher education. Journal of
teacher education, 57. 300-314.
Djohar. 1987. Peningkatan Proses Belajar Mengajar Sains Melalui Pemanfaatan
Sumber Belajar. Jurnal Kependidikan IKIP Yogyakarta. 2 (17).
Hargreaves, A. 2000. Mentoring in the new millennium. ProQuest Education
Journals. 39 (1), 50-56.
Partnership for 21st Century Skills. 2013. Framework for 21st Century Learning.
(online) (http://www.p21.org/overview/skills-framework), diakses tanggal
26 November 2016.
Poedjiadi, Anna. 2005. Pendidikan Sains dan Pembangunan Moral Bangsa.
Bandung: Yayasan Cendrawasih.
Rotherham, A. J., & Willingham, D. 2009. 21st Century Skills: the challenges
ahead. Educational Leadership Volume 67 Number 1 , 16 – 21.
Samatowa, Usman. 2006. Bagaimana Membelajarkan IPA di Sekolah Dasar.
Jakarta: Direktorat Pendidikan Nasional
Susanto, Pudyo. 2002. Keterampilan
Konstruktivisme. Malang: UM Press.

Dasar

Mengajar

IPA

Berbasis

Tilaar. 1999. Profesionalisme Guru Abad 21. Makalah Seminar Nasional Temu
Lembaga Penelitian. Yogyakarta : IKIP Yogyakarta.
Tim PGRI. 2014. Pendidikan untuk Transformasi Bangsa. Jakarta : Kompas.
Uzer, Usman. 2002. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Rosdakarya
Widhy, Purwanti. 2013. Integrative Science untuk Mewujudkan 21st Century Skill
dalam Pembelajaran IPA SMP. Yogyakarta : UNY
Wiggins, G., and McTighe, J. 2011. The Understanding by Design guide to
creating highquality units. Alexandria, VA: ASCD.
Yulaikah, S., Alfindasari D., dan Adawiyah R. 2015. Integrasi Scientific Inquiry
dengan Kompetensi Profesional Guru Biologi pada Pembelajaran Biologi

di Abad Ke-21. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi 2015.
Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.