manajemen proyek menentukan bab duanya

Bab II
Landasan Teori
2.1 Manajemen Proyek
Manajemen adalah hal yang sangat sering digunakan sehari-harinya seperti untuk
mengatur atau mengelola keuangan atau waktu. Menurut James A.F. Stoner dalam
buku Handoko (2009), manajemen adalah suatu proses yang digunakan untuk
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para
anggota serta sumber daya yang lain untuk mencapai sasaran organisasi
(perusahaan) yang telah ditentukan sebelumnya. Pencapaian visi, misi dan tujuan
akan sesuai dengan harapan apabila fungsi dari manajemen sendiri dapat dipenuhi
yaitu dapat merencanakan, dapat mengorganisir, dapat memimpin dan dapat
mengendalikan suatu kegiatan dalam organisasi.
Proyek merupakan serangakaian pekerjaan yang saling berkaitan satu sama lain
yang memiliki tujuan tertentu untuk mencapai suatu output yang diinginkan dan
dalam pembuatan proyek biasanya membutuhkan jangka waktu yang signifikan.
Pembuatan proyek biasanya tidak terjadi terus-menerus dan biasanya dibuat
apabila ada permintaan ataupun kebutuhan. Ukuran sebuah proyek tersebut besar
atau kecil dapat dilihat dari lama waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
proyek, besarnya dana untuk menggaji tenaga kerja dan membeli kebutuhan untuk
menyelesaikan proyek, tenaga kerja yang dibutuhkan dan juga banyaknya
aktivitas dalam penyelsaian produk.

Manajemen Proyek merupakan suatu kegiatan pengelolaan, perencanaan,
pengarahan yang dilakukan terhadap sumber daya dan juga pengendalian baik itu
tenaga kerja, peralatan maupun material yang dibuat untuk memenuhi biaya,
teknis dan kendala waktu proyek. Konsep manajemen proyek yang tertera pada
definisi diatas mengandung hal-hal sebagai berikut:
1. Berdasarkan pengertian dari manajemen didaptkan fungsinya yaitu dapat
merencanakan,

dapat

mengorganisir,

dapat

memimpin

dan

dapat


mengendalikan sumber daya perusahaan seperti manusia, dana dan material.
2. Kegiatan yang dilakukan pada manajemen proyek berjangka pendek
dikarenakan proyek memiliki jangka waktu dan sasaran yang ingin dicapai
telah digariskan secara spesifik, sehingga memerlukan teknik dan metode

untuk emlakukan pengelolaan secara khusus terutama yang terdapat pada
aspek perencanaan dan juga aspek pengendalian.
3. Mempunyai hirarki (arus kegiatan) secara horisontal maupun vertikal.
2.2.1 Fase Manajemen Proyek
Menurut Heizer dan Render (2005), manajemen proyek memiliki 3 fase sebagai
berikut:
1. Fase perencanaan
Fase pada perencanaan ini mencakup pada penetapan sasarana atau tujuan
yang diinginkan, mendefinisikan proyek dan organisasi tim pada proyek
tersebut.
2. Fase Penjadwalan
Fase pada penjadwalan ini menghubungkan tenaga kerja atau orang, biaya dan
juga material pada suatu aktivitas khusus tertentu. Fase penjadwalan ini juga
menghubungkan masing-masing aktivitas satu dengan aktivitas lainnya
sehingga ada keterkaitan didalamnya.

3. Pengendalian
Fase pada pengendalian yaitu perusahaan atau suatu organisasi bertugas untuk
mengawasi sumber daya yang ada, anggaran biaya yang dikeluarkan dan
kualitas proyek yang sedang dijalankan. Selain mengawasi, untuk memenuhi
kebutuhan biaya dan waktu yang sesuai dengan visi misi maka perusahaan
wajib mengubah rencana seperti menggeser atau mengelola kembali sumber
daya.

2.1.2 Ruang Lingkup Manajemen Proyek
Ruang lingkup proyek mencakup seluruh proses yang terlibat dalam pendefinisian
maupun pengaturan mengenai apa saja yang masuk dalam suatu proyek. Proses
yang terlibat dalam ruang lingkup manajemen proyek sebagai berikut:
1. Inisiasi
Yang dimaksud dalam insiasi ini bagian awal sebagai tanda mulainya suatu
proyek dengan outputnya yaitu project charter. Project charter terdiri dari
judul dari proyek, tanggal pengesahan, deskripsi dari suatu proyek, peraturan
dan tanggung jawab masing-masing pekerja dan lain sebagainya.
2. Perencanaan ruang lingkup
Yang dimaksud perencanaan ruang lingkup yaitu dokumen pengembangan
menyediakan dasar dari keputusan untuk membuat suatu proyek dan mencakup


kriteria proyek untuk menentukan apakah suatu proyek sudah diselesaikan
sepenuhnya. Output dari perencanaan ruang lingkup yaitu tim proyek
menciptakan sebuah pernyataan ruang lingkup dan perencanaan manajemen
proyek.
3. Pendefinisian ruang lingkup
Pendefinisian ruang lingkup melibatkan pembagian dari proyek yang besar
menjadi lebih kecil sehingga lebih terperinci dan mudah diatur. Tim proyek
pada ruang lingkup ini, akan membuat sebuah work breakdown structure
selama jalannya proses proyek.
4. Pengontrolan perubahan ruang lingkup ( Scope Change Control )
Pengontrolan perubahan ruang lingkup ini melibatkan pengontrolan pada
perubahan yang terjadi selama proyek berlangsung dan output pada ruang
lingkup ini yaitu perubahan ruang lingkup, tindakan koreksi dan juga
pengajaran.
2.2 Perencanaan proyek
Cara yang efektif dalam organisasi proyek adalah dengan menugaskan orang dan
sumber daya fisik yang diperlukan saja. Organisasi proyek bertugas untuk
memastikan program yang sedang berjalan tetap lancar dan tidak ada masalah.
Beberapa hal untuk membuat organisasi proyek bekerja dengan yang baik,

apabila:
1. Pekerjaan tersebut dapat didefinisikan dengan baik sesuai dengan sasaran dan
target waktu khusus.
2. Pekerjaan tersebut unik memiliki ciri khas dalam suatu organisasi yang ada.
3. Pekerjaan memiliki tugas-tugas yang saling berhubungan dan mengandung
tugas yang kompleks sehingga membutuhkan keterampilan khusus.
4. Proyek yang dijalankan bersifat sementara tetapi memiliki nilai yang penting
bagi organisasi.
5. Proyek meliputi hampir semua lini organisasi.
Hal-hal yang terdapat di atas dapat diatasi oleh manajer proyek (pimpinan) yaitu
dengan memastikan bahwa:
1. Seluruh kegiatan yang diperlukan diselesaikan dalam waktu dan urutan yang
tepat.
2. Proyek yang dijalankan dapat selesai sesuai dengan anggaran yang telah
ditetapkan sebelumnya.
3. Proyek yang dijalankan memenuhi sasaran terhadap kualitas yang sesuai
dengan harapan.

4. Orang-orang yang ditugaskan pada proyek mendapatkan arahan dan informasi
yang diperlukan dalam menjalankan suatu proyek.

2.3 Struktur Pemecahan Kerja (Work Breakdown Stucture – WBS)
Langkah-langkah untuk membuat WBS yaitu:
1. Langkah pertama yaitu membagi proyek menjadi beberapa objektif utama.
2. Langkah kedua yaitu menguraikan setiap objektif utama menjadi beberapa
aktivitas yang lebih kecil yang diperlukan untuk dapat menyelesaikan objektif
utama tersebut dan memenuhi 4 karakteristik aktivitas dalam WBS.
3. Langkah ketiga yaitu untuk setiap aktivitas yang belum memenuhi
karakteristik WBS, uraikan kembali menjadi sub-aktivitas lebih kecil.
4. Langkah keempat yaitu ulangi langkah 3 sehingga seluruh sub-aktivitas
memiliki karakteristik yang diinginkan.
5. Langkah kelima yaitu membuat sub-aktifitas yang paling rendah dalam hirarki
menjadi dasar dari paket kerja yang harus dilakkukan untuk menyelesaikan
proyek. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.1 dibawah ini:

Gambar 2.1 Struktur Pemecahan Kerja Proyek
2.4 Teknik Analisa Jaringan
Teknik analisa jaringan mempunyai fungsi untuk dapat membantu manajemem
proyek (baik proyek tersebut sedang berjalan, maupun yang baru memulai).
Kegunaannya teknik analisa jaringan sebagai berikut:
1. Membuat perencanaan.

2. Mengatur jadwal pelaksanaan menjadi lebih efisien.
3. Melakukan pengawasan.
4. Mengambil keputusan apabila ada masalah dalam proyek.
2.4.1 Tahapan Analisa Jaringan
Tahapan dalam analisa jaringan sebagai berikut:

1. Membuat uraian kegiatan-kegiatan, menyusun logika urutan kejadiankejadian, menentukan syarat-syarat pendahuluan, menguraikan interelasi dan
interdependensi antara kegiatan-kegiatan.
2. Memperkirakan waktu yang diperlukan untuk melaksanakan tiap kegiatan,
menentukan kapan suatu kegiatan dimulai dan kapan berakhir, menentukan
keseluruhan proyek berakhir.
3. Jika dibutuhkan, tetapkan alokasi biaya dan peralatan guna pelaksanaan tiap
kegiatan, meskipun pada dasarnya hal ini tidak begitu penting.
2.4.2 Diagram Analisa Jaringan
Dalam pembuatan analisa jaringan dbutuhkan diagram untuk membagi
keseluruhan aktivitas yang masih kompleks menjadi aktivitas yang sudah spesifik
menurut struktur pecahan kerja. Beberapa lambang khusus yang digunakan dalam
pembuatan diagram analisa jaringan sebagai berikut:
1. Anak panah (arrow)
Anak panah memiliki fungsi untuk menyatakan kegiatan (panjang panah tidak

mempunyai arti khusus sementara pangkal dan ujung panah menerangkan
kegiatan mulai dan berakhir. Anak panah yang digunakan dalam pembautan
diagram juga menyatakan kegiatan yang ditunjuk anak panah harus
berlangsung terus dalam jangka waktu yang telah ditentukan (duration)
dengan pemakaian sejumlah sumber seperti manusia, alat, bahan, dan dana.
Kode umum yang digunakan pada anak panah yaitu huruf besar A, B, C, dan
seterusnya. Gambar untuk menunjukkan anak panah dapat dilihat pada gambar
2.2 dibawah ini:

Gambar 2.2 Anak panah
2. Simpul (node)
Simpul atau node memiliki peranan untuk menyatakan suatu
kejadian atau peristiwa. Kejadian diartikan sebagai awal atau
akhir dari satu atau beberapa kegiatan. Kode umum yang
digunakan dalam simpul yaitu dengan angka 1, 2, 3 dan

seterusnya, biasanya disebut nomor kejadian. Gambar untuk
menunjukkan simpul dapat dilihat pada gambar 2.3 dibawah
ini:


Gambar 2.3 Simpul
3. Anak panah putus-putus
Anak panah putus-putus memiliki peranan untuk menyatakan suatu kegiatan
semu (dummy). Dummy memiliki tujuan untuk memberitahu bahwa
terjadinya perpindahan antara satu kejadian ke kejadian lain pada saat yg
sama. Tidak seperti anak panah, dummy tidak memerlukan waktu dan tidak
menghabiskan sumber. Gambar untuk menunjukkan anak panah putus-putus
dapat dilihat pada gambar 2.4 dibawah ini:

Gambar 2.4 Anak panah putus-putus
2.5 Metode Jalur Kritis atau Critical Path Method ( CPM )
CPM merupakan salah satu metode dari teknik analisa jaringan yang berfokus
pada jalur kritis. CPM memiliki waktu kisaran yang pasti sehingga tidak ada
ketidapastian. Menurut Heizer dan render (2006) Kurun waktu untuk
menyelesaikan pekerjaan dianggap sudah diketahui sehingga pada tahap
berikutnya dapat diadakan pengkajian lebih lanjut untuk memperpendek kurun
waktu dengan cara seperti menambah biaya atau time cost trade-off atau crash
program.
CPM sendiri bertujuan untuk mengidentifikasi garis edar (jalur) kritis sebagai
garis edar (jalur) yang berisi kejadian-kejadian yang tidak memiliki kelonggaran,

sehingga akan diperoleh waktu mulai dan selesai paling cepat, waktu mulai dan
selesai paling lambat, waktu penundaan dan total waktu aktivitas/proyek dapat
diselesaikan.

2.5.1 Langkah mengerjakan CPM
Langkah dasar untuk mengerjakan CPM sebagai berikut:
1. Langkah pertama yaitu mendefinisikan proyek yang akan dijalankan dan
menyiapkan struktur pecahan kerja (WBS) yang telah dibuat.
2. Langkah kedua yaitu membuat hubungan kegiatan satu dengan yang lainnya,
setelah itu dilanjutkan dengan memilih kegiatan yang seharusnya lebih dulu
untuk mengikuti kegiatan yang lain, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel 2.1 dibawah ini.
3. Langkah ketiga yaitu menggambarkan jaringan yang menghubungkan seluruh
kegiatan proyek, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.5 dibawah
ini.
4. Langkah keempat menetapkan perkiraan waktu dan biaya untuk setiap
kegiatan.
5. Menghitung jalur waktu terpanjang melalui jaringan dan yang biasa disebut
dengan jalur kritis, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.2 dibawah
ini.

6. Menggunakan jaringan untuk membantu perencanaan, penjadwalan, dan
pengendalian proyek.
Tabel 2.1 Struktur pecahan kerja, hubungan antar kegiatan dan kegiatan
sebelumnya
Kegiatan
Nama

Kode

Kegiatan

Jangka Waktu
(Bulan)
3

1

Desain dan pendanaan

A

Sebelumnya
--

2

Memesan bahan baku

B

A

1

3

Mendirikan pondasi

C

A

2

4

Membangun rumah

D

B,

3

5

Memilih Cat

E

B,
C

1

6

Memilih karpet

F

E
C

1

7

Finishing

G

D, F

1

Gambar 2.5 Diagram Jaringan
Tabel 2.2 Masing-masing Jalur
No.

Garis Edar/Jalur

Kejadian

1

A

1–2–3–4–6–7

2

B

1–2–3–4–5–6–7

3

C

1–2–4–6–7

4

D

1–2–4–5–6–7

2.5.2 Ketentuan CPM
Terdapat beberapa ketentuan dalam CPM, antara lain:
1. Jalur kritis yang dimiliki aktivitas juga diperbolehkan melalui dummy.
2. Jalur kritis diperbolehkan memiliki dua atau lebih jalur.
3. Waktu penyelesaian salah satu kegiatan kritid tidak boleh melebihi waktu
yang sudah ditetukan karena akan mengganggu kegiatan proyek yang lain
yang akibatkan seluruh kegiatan proyek menjad berubah dalam waktu
penyelesaiannya.
2.6 Program Evaluation and Review Technique (PERT)
PERT juga merupakan salah satu metode dari teknik analisa jaringan. Menurut
Heizer dan Render (2005), dalam PERT digunakan distribusi peluang berdasarkan
tiga perkiraan waktu untuk setiap kegiatan, antara lain waktu optimis, waktu
pesimis dan waktu realistis. PERT (Program Evaluation and Review Technique )
merupakan alat analisis proyek yang sudah banyak dikenal di bidang manajemen.
Proyek terdiri atas serangkaian kegiatan dan beberapa diantara kegiatan tersebut
saling terkait. Suatu kegiatan hanya dapat dilakukan setelah kegiatan sebelumnya

telah selesai dikerjakan. Serangkaian kegiatan tersebut dapat digambarkan dalam
sebuah diagram.
2.6.1 Keterbatasan PERT
Keterbatasan yang dimiliki oleh PERT sebagai berikut:
1. Kegiatan proyek wajib ditentukan dengan jelas dan hubungan antar aktivitas
harus bebas dan stabil.
2. Hubungan aktivitas pendahulu harus dijelaskan dan dijaringkan secara
bersama-sama.
3. Perkiraan waktu yang dimiliki cenderung subjektif dan memiliki acuan pada
kejujuran para manajer yang takut akan bahaya atau mungkin terlalu
optimistis.
2.6.2 Perbedaan CPM dan PERT
Perbedaan yang terdapat pada CPM dan PERT dapat dilihat pada tabel 2.1
dibawah ini:
Tabel 2.1 Perbedaan pada CPM dan PERT
CPM
PERT
proyek terdiri dari kegiatan-kegiatan proyek terdiri dari peristiwa-peritstiwa
yang membentuk satu atau beberapa yang susul menyusul.
lintasan.
Menggunakan pendekatan activity on

PERT

menggunakan

pendekatan

arrow ( AOA ) yang menggunakan Activity On Node ( AON ) yang
anak

panah

sebagai

simbol

dari menggunakan lingkaran ( node )

kegiatan.
CPM menaksir waktu dengan pasti.

sebagai simbol kegiatan.
PERT
memungkinkan

adanya

ketidakpastian (teori kemungkinan).

2.7 Penjadwalan Kejadian
Heizer dan Render (2005) menjelaskan bahwa dalam dalam melakukan analisis
jalur kritis, digunakan dua proses two-pass yang terdiri dari forward pass dan
backward pass. Penentuan ES dan EF selama forward pass sementara penentuan
LS dan LF selama backward pass. ES (earliest start) adalah waktu terdahulu
suatu kegiatan dapat dimulai yang diasumsikan bahwa semua pendahulu sudah
selesai. EF (earliest finish) merupakan waktu terdahulu saat suatu kegiatan dapat
selesai.

LS (latest start) adalah waktu terakhir suatu kegiatan dapat dimulai sehingga tidak
menunda waktu penyelesaian keseluruhan proyek. LF (latest finish) adalah waktu
terakhir suatu kegiatan dapat selesai sehingga tidak menunda waktu penyelesaian
keseluruhan proyek. Setelah waktu terdahulu dan waktu terakhir dari semua
kegiatan dihitung, kemudian jumlah waktu slack (slack time) dapat ditentukan.
Slack adalah waktu yang dimiliki oleh sebuah kegiatan untuk bisa diundur, tanpa
menyebabkan keterlambatan proyek keseluruhan.

Daftar Pustaka
Handoko, T. Hani. 2009, Manajemen, Cetakan Duapuluh, Yogyakarta : Penerbit
BPPE.
Heizer, J. & Render, B. 2006, Operation management, 8th edn, Pearson.
Heizer, J. & Render, B. 2006, Operation management, 8th edn, Pearson.
Herjanto, Eddy. 2008, Manajemen Operasi Edisi Ketiga, Jakarta: Grasindo.