Efektivitas Pembelajaran Bahasa Arab Dalam Upaya Mengatasi Kesulitan Belajar Dengan Menggunakan Metode Tariqah al Intiqaiyyah Pada Mahasiswa Semester I Program Studi Pendidikan Agama Islam Di Universitas Muhammadiyah Pontianak Tahun 2015

Efektivitas Pembelajaran Bahasa Arab Dalam Upaya Mengatasi Kesulitan Belajar
Dengan Menggunakan Metode Tariqah al Intiqaiyyah Pada Mahasiswa Semester I
Program Studi Pendidikan Agama Islam Di Universitas Muhammadiyah Pontianak
Tahun 2015
Oleh
Eli, S.Ag, M.Pd.I
Dosen Fakultas Agama Islam

ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini secara umum adalah untuk mengetahui Efektivitas Pembelajaran
Bahasa Arab Dalam upaya Mengatasi Kesulitan belajar Dengan Menggunakan Metode
Tariqah al Intiqaiyyah Pada Mahasiswa Semester I Program Studi Pendidikan Agama Islam
Di Universitas Muhammadiyah Pontianak. Secara rinci penelitian ini bertujuan untuk
memperoleh gambaran tentang: 1) Pelaksanaan pembelajaran bahasa arab dengan
mengunakan metode thariqah al intiqa’iyah adalah sebagaimana metode yang lain yaitu
diawali dengan persiapan dari mulai penyusunan RPP, menetapkan materi yang akan
disampaikan dan pelaksanaan. Dalam pelaksanaannya, materi disampaikan dengan
menggabungkan berbagai metode disesuaikan dengan kebutuhan, sehingga mahasiswa tidak
merasa jenuh dan bosan bahkan mereka merasa hilang rasa malunya ketika diminta maju
kedepan mendemonstrasikan materi tersebut. 2) Faktor yang menjadi penghambat dalam
pelaksanaan pembelajaran bahasa arab dengan menggunakan metode thariqah al intiqa’iyah

adalah ; pertama adalah tidak ada buku yang pasti baik untuk dosen maupun untuk
mahasiswa. Kedua; adalah masih ada mahasiswa yang belum lancar membaca bahasa arab.
Ketiga; mahasiswa masih kesulitan menulis tulisan arab.

Kata Kunci : Epektivitas Pembelajaran Bahasa Arab, Metode tariqah al Intiqa’iyah

35

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa Arab adalah bahasa Agama
Islam dan bahasa Al-Qur’an, seseorang
tidak akan dapat memahami kitab dan
sunnah dengan pemahaman yang benar dan
selamat (dari penyelewengan) kecuali
dengan bahasa Arab. Menyepelekan dan
menggampangkan Bahasa Arab akan
mengakibatkan lemah dalam memahami
agama serta jahil (bodoh) terhadap

permasalahan agama. Sungguh sangat
ironis dan menyedihkan, sekolah-sekolah
dinegeri ini, bahasa Arab tersisihkan oleh
bahasa-bahasa lain, padahal mayoritas
penduduk negeri ini adalah beragama
Islam, sehingga keadaan kaum muslimin
dinegeri
ini
jauh
dari
tuntunan
Allah ta’ala dan Rasul-Nya.
Pembelajaran bahasa arab bagi
orang-orang luar arab, diperlikan metode
dan strategi yang tepat yang dapat
mempermudah bagi peserta didik dalam
memahami dan menguasai bahasa arab.
Oleh karena itu para pengajar bahasa arab
wajib menguasai berbagai macam metode
dan strategi pembelajaran bahasa arab

dengan baik.
Melihat hal tersebut, maka peneliti
mencoba melakukan penelitian tentang
penggunaan metode tariqah al intiqaiyyah
dalam proses pembelajaran bahasa arab
pada mahasiswa semester I Program Studi
PAI Unmuh. Pontianak.
B. Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas, maka
yang menjadi fokus dalam penelitian ini
adalah,
“Bagaimana
Efektivitas
Pembelajaran Bahasa Arab Dalam upaya
Mengatasi Kesulitan belajar Dengan
Menggunakan
Metode
Tariqah
al
Intiqaiyyah Pada Mahasiswa Semester I

Program Studi Pendidikan Agama Islam Di

Universitas Muhammadiyah Pontianak?”.
Adapun pertanyan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pelaksanaan metode
tariqah al intiqaiyyah dalam proses
pembelajaran bahasa arab pada mahasiswa
semester I Program Studi Pendidikan
Agama Islam Universitas Muhammadiyah
Pontianak terhadap bahasa arab?.
2. Faktor apa yang yang menghambat
dalam pembelajaran bahasa arab dengan
menggunakan
metode
tariqah
al
intiqaiyyah pada mahasiswa Program Studi
Pendidikan Agama Islam Universitas
Muhammadiyah Pontianak?.

Tujuan Penelitian
Secara umum, penelitian ini bertujuan
untuk memperoleh informasi sekaligus
mendiskrifsikan
tentang
Efektivitas
Pembelajaran Bahasa Arab Dalam upaya
Mengatasi Kesulitan belajar Dengan
Menggunakan
Metode
Tariqah
al
Intiqaiyyah Pada Mahasiswa Semester I
Program Studi Pendidikan Agama Islam Di
Universitas Muhammadiyah Pontianak.
Secara rinci penelitian ini bertujuan untuk
memperoleh gambaran tentang:
1. Pelaksanaan
metode
tariqah

al
intiqaiyyah dalam proses pembelajaran
bahasa arab pada mahasiswa semester I
Program Studi Pendidikan Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Pontianak
terhadap bahasa arab?.
2. Faktor yang yang menghambat dalam
pembelajaran bahasa arab dengan
menggunakan metode tariqah al
intiqaiyyah pada mahasiswa Program
Studi Pendidikan
Agama
Islam
Universitas
Muhammadiyah
Pontianak?.

36

BAB II

KAJIAN PUSTAKA
A. Metode dan Strategi Pembelajaran
Bahasa Arab
Ibnu khaldun berkata, “Sesungguhnya
Pembelajaran itu merupakan profesi yang
membutuhkan pengetahuan, keterampilan,
dan kecermatan karena ia sama halnya
dengan
pelatihan
kecakapan
yang
memerlukan kiat, strategi dan ketelatenan,
sehingga menjadi cakap dan professional.”
Penerapan metode Pembelajaran tidak
akan berjalan dengan efektif dan efisien
sebagai
media
pengantar
materi
Pembelajaran bila penerapannya tanpa

didasari dengan pengetahuan yang
memadai tentang metode itu. Sehingga
metode bisa saja akan menjadi penghambat
jalannya proses Pembelajaran, bukan
komponen yang menunjang pencapaian
tujuan, jika tidak tepat aplikasinya. Oleh
karena itu, penting sekali untuk memahami
dengan
baik
dan
benar
tentang
karakteristik suatu metode. Secara
sederhana, metode Pembelajaran bahasa
Arab dapat digolongkan menjadi dua
macam,
yaitu:
pertama,
metode
tradisional/klasikal dan kedua, metode

modern.
Metode Pembelajaran bahasa Arab
tradisional adalah metode Pembelajaran
bahasa Arab yang terfokus pada “bahasa
sebagai budaya ilmu” sehingga belajar
bahasa Arab berarti belajar secara
mendalam tentang seluk-beluk ilmu bahasa
Arab, baik aspek gramatika/sintaksis
(Qowaid
nahwu),
morfem/morfologi
(Qowaid as-sharf) ataupun sastra (adab).
Metode yang berkembang dan masyhur
digunakan untuk tujuan tersebut adalah
Metode qowaid dan tarjamah. Metode
tersebut mampu bertahan beberapa abad,
bahkan sampai sekarang pesantren-

pesantren di Indonesia, khususnya
pesantren salafiah masih menerapkan

metode tersebut. Hal ini didasarkan pada
hal-hal sebagai berikut: Pertama, tujuan
Pembelajaran bahasa arab tampaknya pada
aspek budaya/ilmu, terutama nahwu dan
ilmu sharaf. Kedua kemampuan ilmu
nahwu dianggap sebagai syarat mutlak
sebagai alat untuk memahami teks/kata
bahasa Arab klasik yang tidak memakai
harakat, dan tanda baca lainnya. Ketiga,
bidang tersebut merupakan tradisi turun
temurun, sehingga kemampuan di bidang
itu memberikan “rasa percaya diri (gengsi)
tersendiri di kalangan mereka”.
Metode Pembelajaran bahasa Arab
modern adalah metode Pembelajaran yang
berorientasi pada tujuan bahasa sebagai
alat. Artinya, bahasa Arab dipandang
sebagai alat komunikasi dalam kehidupan
modern, sehingga inti belajar bahasa Arab
adalah kemampuan untuk menggunakan

bahasa tersebut secara aktif dan mampu
memahami ucapan/ungkapan dalam bahasa
Arab. Metode yang lazim digunakan dalam
Pembelajarannya adalah metode langsung
(tariiqah al - mubasysyarah). Munculnya
metode ini didasari pada asumsi bahwa
bahasa adalah sesuatu yang hidup, oleh
karena itu harus dikomunikasikan dan
dilatih terus sebagaimana anak kecil
belajar bahasa.
1. Metode
eklektik
(tariqah
alintiqaiyyah)
Pendekatan pembelajaran di atas
memerlukan metode pembelajaran yang
tepat. Plihan yang tepat adalah metode
eklektik, yaitu metode gabungan yang
mengambil aspek-aspek positifnya baik
dari keterampilan maupun pengetahuan
bahasa, sehingga mencapai tujuaan dan
hasil pembelajaran yang maksimal. Metode
eklektif dimaksud mencakup metode
percakapan,membaca, latihan, dan tugas.

37

Metode Elektic dapat
diartikan metode campuran,
kombinasi
atau gado-gado dalam bahasa Indonesia
(metode-metode pilihan). Teknik Metode
Eklektik dapat dilakukan dengan cara
menyajikan bahan pelajaran asing di depan
kelas dengan melalui bermacam-macam
kombinasi beberapa metode, misalnya;
metode Direct dan
metode GrammarTranslation
bahkan
dengan
metode reading sekaligus
sekaligus
dipakai/ diterapkan dalam suatu kondisi
mengajar.
Oleh karena itu metode ini merupakan
campuran dari unsur-unsur yang terdapat
dalam
metode Direct dan
metode Grammar-Translation, proses
pengajaran lebih banyak ditekankan pada
kemahiran
bercakap-cakap,
menulis
membaca dan memahami pengertianpengertian tertentu. Melalui metode ini
siswa dapat diberi latihan misalnya: latihan
bercakap-cakap dalam bahasa asing yang
dapat dilakukan dengan individu atau
perkelompok diantara siswa atau guru
dengan siswa. Tema percakapan tersebut
tidak ditentukan secara ketat, siswa bebas
bercakap-cakap dalam bahasa asing, sesuai
dengan perbendaharaan kata- kata yang
mereka kuasai.
Dalam prakteknya metode Eklektik ini
dapat diterapkan dalam situasi pengajaran
didepan kelas, dengan persiapan yang baik
dan
dan
kesungguhan
dalam
memperaktikkan metode ini. Metode ini
diharapkan akan membuat kegiatan ini
memacu motivasi para pelajar dalam
belajar bahasa arab.
2. Sejarah Lahirnya Metode Eklektik
Metode eklektik ini lahir berawal dari
ketidakpuasan terhadap metode lain atau
metode sebelumnya, tapi pada waktu
yang sama metode itu terjebak dalam
kelemahan yang dahulu menjadi penyebab
lahirnya metode yang dikritiknya. Metode-

metode datang silih berganti dengan
kekuatan dan kelemahan yang silih
berganti pula.
Pada sisi lain pengajaran bahasa asing
pasti menghadapi kondisi objektif yang
berbeda-beda antara satu negri dengan
negri yang lain, antara satu lembaga
dengan lembaga yang lain, antara satu
kurun waktu dengan kurun waktu yang
lain, kondisi objektif itu meliputi tujuan
pengajaran, keadaan guru, keadaan siswa,
keadaan sarana prasarana dan lain
sebagainya.
Berdasarkan
kenyataan
diatas,
muncullah
metode
eklektik,
yang
mengandung
arti
pemilihan
dan
penggabungan. Di dalam bahasa arab
metode ini disebut dengan beberapa

‫ اﻟﻄﺮﻳﻘﺔ‬,‫ اﻟﻄﺮﻳﻘﺔ اﻟﺘﻮﻓﻴﻘﻴﺔ‬,‫اﻟﻄﺮﻳﻘﺔ اﳌﺨﺘﺎرة‬
‫ اﳌﺰدوﺟﺔ‬, ‫ اﻟﻄﺮﻳﻘﺔاﻻﻧﺘﻘﺎﺋﻴﺔ‬dan sebagainya.

metode

Munculnya metode Eklektik ini merupakan
kreativitas para pengajar bahasa asing
untuk untuk mengefektifkan proses belajar
mengajar bahasa asing. Metode ini juga
memberi kebebasan kepada mereka untuk
menciptakan variasi metode.
b. Konsep Dasar Metode Eklektik
Datangnya metode eklektik ini sebagai
respon
atas
ketiga
metode-metode
sebelumnya. Dan konsep dasar metode ini
adalah:
1. Setiap metode mempunyai kelebihan
dalam pengajaran yang dimanfa’atkan
dalam pengajaran bahasa asing.
2. Tidak ada metode yang sempurna atau
tidak ada metode yang salah, tetapi
semuanya mempunyai kelebihan dan
kekurangan masing-masing. Dari metode
tersebut, Kelebihan itu bisa dimanfaatkan
untuk mengefektifkan pengajaran.
3. Setiap metode memiliki latar belakang,
karakteristik, dasar fikirandan peruntukan
yang berbeda, bahkan bisa menjadi suatu
metode yang munculkarena menolak

38

metode sebelumnya. Jika metode-metode
terebut digabungkan maka akan menjadi
sebuah
kolaborasi
yang
saling
menyempurnakan.
4. Tidak ada suatu metode yang sesuai
dengan semua tujuan, semua murid, semua
guru dan semua program pengajaran
bahasa asing.
5. Yang terpenting dalam pengajaran
adalah memberi perhatian kepada para
pelajar dan kebutuhanya, bukan memenuhi
suatu metode.
5. Setiap guru mempunyai kebebasan
untuk menggunakan langkah-langkah atau
rteknik-teknik dalam menggunakan metode
pengajaran yang sesuai engan kebutuhan
para pelajarnya dan sesuai dengan
kemampuanya.
c. Langkah-Langkah
Metode Eklektik

Penggunaan

Langkah yang bisa digunakan untuk
menggunakan metode ini fleksibel.
Misalnya langkah yang ditempuh adalah:
1. Pendahuluan, sebagaimana metodemetode lain.
2. . Memberikan materi berupa dialogdialog pendek yang rilek, dengan tema
kegiatan sehari-hari secara berulangulang. Materi ini mula-mula disajikan
secara lisan dengan gerakan-gerakan,
isyarat-isyarat, dramatisasi-dramatisasi
atau gambar-gambar.
3. Para pelajar diarahkan untuk disiplin
menyimak dialog-dialog tersebut, lalu
menirukan diaog-dialog yang disajikan
sampai lancar.
4. Para pelajar dibimbing menerapkan
dialog-dialog itu dengan teman-teman
secara bergiliran.
5. Setelah lancar menerapkan dialogdialog yang telah dipelajari, maka diberi
teks bacaan yang temanya berkaitan
dengan dialog-dialog tadi. Selanjutnya
guru memberi contoh cara membaca

6.

7.

8.
9.

yang baik dan benar, diikuti oleh para
pelajar secara berulang-ulang.
Jika terdapat kosa kata yang sulit, guru
memakainya,
mula-mula
dengan
isyarat, atau gerakan, atau gambar, atau
lainya. Jika tidak mungkin dengan inii
semua, guru menerjemahkan kedalam
bahas populer.
Guru mengenalkan beberapa struktur
yang penting dalam teks bacaan, lalu
membahas secukupnya.
Guru menyuruh para pelajar menelaah
bacaan. Lalu mendiskusikan isinya.
Sebagai penutup, jika diperlukan,
evaluasi akhir berupa pertanyaanpertanyaan tentang isi bacaan yang telah
dibahas.
Pelaksanaan
bisa
saja
individual atau kelompok, sesuai
dengan situasi dan kondisi. Jika
memungkinkan
karena
waktu
maka misalnya,
guru
dapat
menyajikanya berupa tugas yang harus
dikerjakan di rumah masing-massing.

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian pada
dasarnya cara yang digunakan untuk
meneliti suatu kejadian, peristiwaperistiwa alam, gejala-gejala sosial,
ekonomi, budaya dan sebagainya.
Dalam
melakukan
suatu
penelitian, perlu digunakan suatu
pendekatan yang tepat sesuai dengan
jenis penelitian yang dilakukan,
dengan sempurna dan lebih terarah
pada tujuan yang hendak dicapai.
Sehubungan dengan itu Winarno
Suracmad (1985 : 5) menyatakan
bahwa, pendekatan adalah suatu alat

39

yang digunakan untuk mencapai suatu
tujuan.
Selanjutnya Hadari Nawawi
(1992 : 61) menyebutkan pula bahwa,
memilih pendekatan hendaklah tepat,
agar
dapat
digunakan
untuk
mengadakan penelitian yang cermat
dan objektif dengan tujuan sebagai
berikut :
a. Menghindari
cara
pemecahan
masalah dan cara berfikir yang
spekulatif dalam mencari kebenaran
ilmu terutama dalam bidang ilmu
sosial
yang
verbal,
sangat
mempengaruhi sikap subyektifitas
manusia yang mengungkapkannya.
b. Menghindari
cara
pemecahan
masalah dan cara bekerja yang bersifat
triall and error sebagai cara yang
sangat dibutuhkan dalam kebidupan
modern.
c. Meningkatkan sikap obyektifitas
dalam
menggali
kebenaran
pengetahuan, yang tidak saja penting
artinya secara teoritis, tetapi juga
sangat besar pengaruhnya terhadap
kegunaan praktis hasil penelitian
didalam kehidupan manusia.
d. Pendekatan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pendekatan
deskriftif,
yaitu
mengungkapkan
masalah berdasarkan fakta-fakta yang
nyata dan aktual sebagaimana apa
adanya. Sehubungan dengan itu
Hadari Nawawi (1992 : 63)
menyatakan bahwa “metode deskriftif
dapat diartikan sebagaimana prosedur
pemecahan masalah yang diselidiki
dengan
menggambarkan
atau
melukiskan keadaan subyek atau objek
penelitian
(seseorang,
lembaga,
masyarakat dan lain-lain)”.
Jadi pendekatan deskriftif yang
dimaksud adalah suatu cara untuk
memecahkan
masalah
yang
berhubungan dengan bagaimana upaya

pembinaan agama Islam dalam
merehabilitasi pengguna narkoba di
Wisma Sirih Pontianak.
2. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang
objektif diperlukan teknik yang tepat
sesuai dengan permasalahan yang akan
diteliti. Oleh karena itu dalam penelitian
ini nantinya menggunakan pendekatan
kualitatif,maka peneliti mengunakan
teknik antara lain:
a. Observasi Langsung
Hadari Nawawi (1995; 94)
mengatakan “Teknik observasi adalah
pengamatan dan pencatatan secara
sistematis terhadap gejala yang nampak
dari objek penelitian “.
Dengan teknik tersebut peneliti
langsung terjun kelapangan melihat
secara langsung bagaimana pelaksanaan
upaya pembinaan agama islam dalam
rehabilitasi pengguna narkoba diwisma
sirih Pontianak. Adapun alat yang
digunakan peneliti adalah catatan kecil
hasil observasi (note book) yang
nantinya akan dipadukan dengan
kamera sebagai bahan penguat.
b.

Wawancara Mendalam
Wawancara mendalam menurut Hadari
Nawawi (1995; 111) adalah “usaha untuk
mengumpulkan
informasi
dengan
mengajukan pertanyaan secara lisan, untuk
dijawab secara lisan pula. Ciri utama
dalam teknik ini adalah adanya kontak
langsung dengan tatap muka (face to face
relationship) antara sipencari informasi
dengan sumber informasi.
Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan
teknik
wawancara
mendalam guna mendapatkan informasi
secara detail tentang usaha apa saja yang
dilakukan dalam melaksankan pendidikan
agama islam serta bagaimana mereka

40

melaksanakannya, apakah sebara individu
atau kelompok. Dalam hal ini pemeliti
mewawancarai pembina wisma sirih dan
pengurus lainnya.
Adapun alat penelitian yang
digunakan berupa daftar pertanyaan atau
pedoman wawancara. Dengan demikian
peneliti membawa perlengkapan berupa
Type recorder, daftar pertanyaan dan note
book untuk mencatat isi pokok dari
wawancara yang dilakukan.
c. Dokumentasi
Teknik dokumentasi menurut Hadari
Nawawi (1995; 94) yaitu “Suatu cara
pengumpulan data melalui peninggalan
tertulis, terutama berupa peninggalan arsif
dan juga buku-buku tentang pendapat,
histeories dan lain-lain yang berhubungan
dengan masalah penelitian.
Teknik ini digunakan untuk mengetahui
bagaimana pelaksanaan pembinaan agama
islam dalam rehabilitasi pengguna narkoba
diwisma sirih pontianak serta bagaimana
mereka melaksanakannya yang mungkin
sudah tertulis dalam bentuk buku. Adapun
penerapan
teknik
dokumentasi
ini
dilakukan peneliti di wisma sirih pontianak
atau tempat penyimpanan dokumendokumen atau arsip-arsip tersebut,
selanjutnya peneliti memoto copynya.
2.

Teknik Analisa Data

Adapun menurut Pantton Lexy J
Moloeng dalam Lika Kirana (2005; 19)
yang dimaksud dengan analisis data yaitu
“proses
pengaturan
urutan
data,
mengorganisasaikan kedalam suatu pola,
kategori dan satuan uraian data”.
Adapun analisa data yang peneliti
lakukan yaitu diawali dengan sebuah
perencanaan dalam pengumpulan dari hasil
penelitian yang telah dikumpulkan
kemudian
dianalisis,
untuk
tahap
selanjutnya data tersebut disajikan dan
ditarik kesimpulan.

Adapun data dalam penelitian
kualitatif berlangsung bersamaan dengan
proses pengumpulan data dan melalui tiga
tahap yang dilaksanakan secara berurutan
dan berkesinambungan. Menurut Miles dan
Guberman dalam Harun Rasyid (2000),
bahwa agar analisis data itu dapat
diuraikan sebagai berikut:
1)
Reduksi data, diartikan sebagai
proses pemilihan pemusatan perhatian
pada penyederhanaan, pengabstrakan dan
transpormasi data kasar yang muncul dari
catatan-catatan tertulis dilapangan.
2)
Penyajian data (display data)
sebagai seperangkat informasi yang
terorganisir dan memungkinkan dilakukan
penarikan kesimpulan dalam penyajian
data biasanya dilakukan dengan cara
membuat ringkasan-ringkasan, sinopsissinopsis, matrik-matrik, grafik dan
sebagainya.
3) Penarikan kesimpulan (Verifikasi)
diartikan sebagai penarikan dari data yang
ditampilkan
dengan
melibatkan
pemahaman peneliti. Adapun cara dalam
penarikan kesimpulan ini diantaranya
mempergunakan perbandingan secara luas
dan khusus, pencatatan pola-pola dan tema
pengelompokan, triangulasi pencarian
kasus-kasus negatif, tindak lanjut terhadap
hal-hal diluar dugaan serta pemeriksa
hasil-hasil dengan responden-responden
4. Teknik pemeriksaan keabsahan data
Dalam
penelitian
ini
peneliti
menggunakan
tiga
teknik
untuk
pemeriksaan keabsahan data yaitu :
Triangulasi, Pengamatan terus menerus,
dan Memperpanjang masa observasi
(Harun Rasyid 1999; 25).
Triangulasi yaitu teknik pemeriksaan
keabsahan data yang memenfaatkan
sesuatu yang lain diluar data untuk
keperluan pengecekan atau sebagai bahan
perbandingan
terhadap
data
hasil
wawancara yang dilakukan oleh peneliti

41

kepada sumber data. Hal ini dilakukan
untuk melihat dengan lebih tajam
hubungan antara berbagai data dan untuk
mencegah kesalahan dalam analisa data.
Dalam penelitian ini, peneliti akan
melakukan triangulasi yaitu dengan
mengecek kebenaran data yang diperoleh
dan membandingkannya dengan data yang
diperoleh dari sumber lain, selain subjek
penelitian.
Selain dengan metode triangulasi
peneliti juga akan melakukan pengamatan
secara terus menerus. Menurut Harun
Rasyid (1999; 25) menjelaskan bahwa
pengamatan terus menerus merupakan
pengamatan sekitar memberikan makna
yang mendalam terhadap focus penelitian.
Oleh sebab itu pengamatan terus menerus
dirasa perlu karena dengannya akan
ditemukan perubahan-perubahan sikap dan
prilaku yang lain dari sebelumnya.
Pengamatan terus menerus juga
dilakukan untuk kecermatan data, terinci
dan
mendalam
guna
mendapatkan
keabsahan data. Kemudian terakhir peneliti
melakukan perpanjangan observasi untuk
melengkapi data-data yang peneliti
perlukan dalam penelitian ini, hal ini
disebabkan keterbatasan
waktu dalm
proses pencarian data. Oleh sebab itu
diperlukan perpanjangan waktu agar
nantinya data yang didapat lebih lengkap
sesuai dengan kepentingan peneliti.
BAB IV
DESKRIPSI HASIL PENELITIAN
A. Gambaran mum Lokasi Penelitian
Fakultas Agama Islam yang berada di
bawah
naungan
Universitas
Muhammadiyah Pontianak berdiri pada
tahun 1991 melalui Mentri Agama dengan
Surat Keputusan No 125 tanggal 2Juli
tahun1991 memberikan status terdaftar
bagi fakultas Agama Islam Universitas
Muhammadiyah Pontianak yang pada saat

itu masih bernama Fakultas Tarbiyah
dengan Jurusan Pendidikan Agama Islam.
Perpanjangan izin penyelenggaraan terus
berjalan hingga sekarang sehingga sampai
saat ini Program Studi Pendidikan Agama
Islam niversitas Muhammadiyah sudah
terakreditasi duakali berturut-turun dengan
akreditasi B.
B.

Hasil Penelitian

Hasil perolehan data yang didapat dari
pelaksanaan pembelajaran bahasa arab
yang peneliti laksanakan dari mulai awal
masuk semesterr I hingga menjelang ujian
akhir semester ganjil adalah sesuai
sebagaimana
yang
telah
peneliti
rencanakan
baik
materi
maupun
pelaksanaan pembelajarannya. Oleh karena
itu maka peneliti merasa perlu untuk
memaparkan kegiatan tersebut secara rinci
sebagai berikut:
Pertama; Sebagaimana biasanya setiap
akan melaksanakan kegiatan pembelajaran
pasti mempersiapkan segalanya. Begitu
pula dengan kegiatan ini, peneliti
mengawalinya dengan mempersiapkan
Satuan Acuan Pembelajaran (SAP) yang
sudah disusun sebelumnya. Dalam SAP ini
sudah disusun sedemikian rupa apa yang
ingin dicapai pada setiap pertemuan, apa
yang akan dilakukan baik oleh dosen
maupun mahasiswa, metode dan strategi
apa yang akan digunakan oleh dosen serta
bagaimana evaluasinya. Hal ini dilakukan
setiap kali pertemuan.
Perencanaan
metode
intiqa’iyah
(eklektik)
ini
akan
menumbuhkan
tanggung jawab mahasiswa dalam belajar,
karena mereka akan diminta satu persatu
untuk memperagakan, mendemonstrasikan
memberikan contoh kalimat baik secara
lisan maupun tulisan dan lain sebagainya
sesuai bahasan pada pertemuan tersebut.
Sehingga mahasiswa merasa tertantang dan
proses pembelajaran akan menjadi hidup.

42

Kedua; adalah pelaksanaan kegiatan
pembelajaran. Dalam kegiatan ini peneliti
berusah
semaksimal
mungkin
melaksanakan sesuai dengan yang sudah
direncanakan
dalam
satuan
acuan
pembelajaran dari awal sampai akhir yang
meliputi:
1. Kegiatan awal yang meliputi salam
pembuka, peta konsep, menyampaikan
tujuan
pembelajaran berdasarkan
kompetensi yang akan dicapai dan
appersepsi.
2. Kegiatan inti yaitu menyampaikan
materi yang telah dipersiapkan dengan
metode dan strategi yang telah
direncanakan
dengan
disesuaikan
dengan materi yang akan disampaikan.
3. Kegiatan
akhir
yang
meliputi;
kesimpulan, evaluasi, umpan balik,
tindak lanjut, motivasi akhir dan salam
penutup.
Adapun langkah-langkah pelaksanaan
penerapan metode intiqa’iyah adalah:
1. Pendahuluan, sebagaimana metodemetode lain.
2. Memberikan materi berupa macammacam pola jumlah ismiyah dan fi’liyah
dengan kalimat sederhana dalam
kehidupan sehari-hari, isim maushul
dan
contoh-contohnya,
huruuful
istifham dan contoh-contohnya, amal
kana dan akhwatnya, amali inna dan
akhwatnya, fi’il madli dan mudlori’
serta tashrifannya, dan yang lainnya.
Semua tema tersebut disampaikan
dengan rilek sehingga mahasiswa yang
baru pertama kali belajar bahasa arab
tidak merasa tegang, dengan contohcontoh kalimat dalam kehidupan seharihari secara berulang-ulang. Materi ini
mula-mula disajikan secara lisan dengan
gerakan-gerakan,
isyarat-isyarat,
dramatisasi-dramatisasi atau gambargambar dan tulisan.
3. Para mahasiswa diarahkan untuk
disiplin menyimak materi tersebut, lalu

menirukan contoh kalimat yang
disajikan sampai lancar.
4. Para mahasiswa dibimbing menerapkan
pola kalimat dalam contoh lain dengan
pola yang sama.
5. Mahasiswa dibimbing untuk mentashrif
berbagai macam fi’il madli dan mudlori’

6. Setelah lancar menerapkan pola yang
telah dipelajari, maka mereka diminta
untuk membuat pola kalimat sesuai
dengan materi pada pertemuan tersebut
dengan tema diri mereka masingmasing atau pekerjaan sehari-hari yang
rutin
7. Jika terdapat kosa kata yang sulit, dosen
memakainya,
mula-mula
dengan
isyarat, atau gerakan, atau gambar, atau
lainya. Jika tidak mungkin dengan ini
semua, dosen menerjemahkan kedalam
bahas populer.
8. Peneliti mengenalkan beberapa struktur
yang penting dalam contoh-contoh
kalimat, lalu membahas secukupnya.
9. Peneliti menyuruh para mahasiswa
menelaah materi lalu mendiskusikan
isinya.
10. Sebagai penutup, jika diperlukan,
evaluasi akhir berupa pertanyaanpertanyaan tentang materi yang telah
dibahas. Pelaksanaan bisa saja lisan
maupun tulisan, sesuai dengan situasi
dan kondisi. Jika memungkinkan karena
waktu maka misalnya, peneliti dapat
menyajikanya berupa tugas yang harus
dikerjakan di rumah masing-massing.
Dari hasil wawancara dengan salah
seorang mahasiswa dia mengatakan bahwa
proses pembelajaran dengan menggunakan
metode ini ia merasa terpacu untuk selalu
ingin lebih tahu tentang bahasa arab
walaupun menurut dia kadang merasa malu
dengan teman-temannya kalau ia tidak bisa
menjawab pertanyaan atau memberikan
contoh kalimat yang harus ditulis langsung
di papan tulis.

43

Lain halnya dengan pendapat salah
seorang mahasiswi, ia mengatakan
bahwaia merasa takut kalau mendapat
giliran untuk menjawab pertanyaan atau
mendemonstrasikan suatu dialog, karena ia
merasa bahwa ia belum bisa membaca
tulisan arab dengan baik, ia takut dimarahi
dosen karena bacaannya masih terbatabata.
Nnnnnnamun
secara
umum
mahasiswa lebih menyukai pembelajaran
dengan menggunakan metode ini karena
mereka lebih terpacu lagi sehingga mereka
lebih mempersiapkan diri baik secara
mental maupun materi dengan cara lebih
banyak membaca atau mengulang materi
yang sudah dibahas baik dirumah maupun
di kelas dengan cara mendiskusikannya
dengan teman.
Adapun yang menjadi faktor dalam
kegiatan proses pembelajaran dengan
mengunakan metode toriqah al intiqa’iyah
ini secara umum adalah yang datang dari
para mahasiswa itu sendiri yaitu mereka
menganggap mata kuliah bahasa arab itu
dijadikan sebagai beban sehingga ketika
proses pembelajaran sedang berlangsung
mereka masih banyak tegang dan takut
kalau disuruh maju kedepan untuk
mendemonstrasikan
atau
untuk
memberikan contoh kalimat dengan ditulis
di papan tulis.
Selain itu yang menjadi faktor
adalah sarana pembelajaran yang kurang
memadai khususnya buku pegangan yang
khusus baik untuk dosen maupun untuk
mahasiswa, sehingga mahasiswa hanya
mengandalkan dari penjelasan yang
dijelaskan dosen dan contoh-contoh pola
kalimat yang ditulis dosen di papan tulis.
A. Pembahasan
Pembelajaran bahasa arab dengan
menggunakan metode thariqah intiqa’iyah
pada dasarnya sama dengan metode yang
lainnya, namun metode ini kelebihannya
adalah gado-gado, sehingga proses

pembelajaran tidak membosankan bagi
peserta didik. Contonhya seperti dalam
menyampaikan ilmu sharaf tentang tashrif
dan qiyas fi’il (perubahan kata kerja).
Dalam satu buah kata kerja bisa
disampaikan dengan beberapa cara
diantaranga dengan ceramah, demonstrasi,
penugasan, kitabah dan sebagainya.
Contoh Tashrif Fi’il:

‫اﺟﺘﮭﺪ – ﯾﺠﺘﮭﺪ – اﺟﺘﮭﺎد – ﻓﮭﻮ‬
– ‫ﻣﺠﺘﮭﺪ – وذاك ﻣﺠﺘﮭﺪ – اﺟﺘﮭﺪ‬
‫ﻻﺗﺠﺘﮭﺪ‬
‫ﻣﺠﺘﮭﺪ – ﻣﺠﺘﮭﺪ‬
Contoh qiyas fi’il madhi:

– ‫اﺟﺘﮭﺪ – اﺟﺘﮭﺪا – اﺟﺘﮭﺪوا‬
– ‫اﺟﺘﮭﺪت – اﺟﺘﮭﺪﺗﺎ – اﺟﺘﮭﺪن‬
– ‫اﺟﺘﮭﺪت – اﺟﺘﮭﺪﺗﻤﺎ – اﺟﺘﮭﺪﺗﻢ‬
– ‫اﺟﺘﮭﺪت – اﺟﺘﮭﺪﺗﻤﺎ – اﺟﺘﮭﺪﺗﻦ‬
‫اﺟﺘﮭﺪت – اﺟﺘﮭﺪﻧﺎ‬
Contoh qiyas fi’il mudlori’:

– ‫ﯾﺠﺘﮭﺪ – ﯾﺠﺘﮭﺪان – ﯾﺠﺘﮭﺪون‬
– ‫ﺗﺠﺘﮭﺪ – ﺗﺠﺘﮭﺪان – ﯾﺠﺘﮭﺪن‬
– ‫ﺗﺠﺘﮭﺪ – ﺗﺠﺘﮭﺪان – ﺗﺠﺘﮭﺪون‬
– ‫ ﺗﺠﺘﮭﺪان – ﺗﺠﺘﮭﺪن‬- ‫ﺗﺠﺘﮭﺪﯾﻦ‬
‫اﺟﺘﮭﺪ – ﻧﺠﺘﮭﺪ‬

Contoh tashrif dan qiyas fi’il ini dalam
menyampaikannya adalah dengan cara
menjelaskan kaidah-kaidahnya kemudian
menghafalkannya sampai benar-benar
hafal, kemudian mengganti dengan kata
kerja yang lain. Jika ia sudah bisa
mentashrif atau mengkias kata kerja yang
lain, baru bisa dikatakan bahwa ia sudah
bisa dan faham dalam mentashrif dan qiyas
kata kerja.
Lain halnya dengan materi bahasan
tentang pola kalimat baik jumlah ismiyah
44

maupun jumlah fi’liyah dengan berbagai
macam pola, tentu akan lebih cocok
dengan
menggunakan
metode
pembelajaran yang pariatif khususnya
thariqah intiqa’iyah. Karena dalam
mempelajari pola kalimat ini sangat
memerlukan latihan baik secara tertulis
maupun secara lisan. Sebab belum tentu
mahasiswa yang bisa secara lisan, akan
bisa jika diminta untuk menuangkannya
dalam bentuk tulisan. Biasanya dalam
materi ini setelah dosen menjelaskan
materi pembelajaran itu mahasiswa
diminta memperaktekannya baik dalam
bentuk dialog maupun kalimat secara lisan
maupun tulisan. Adapun kalimat atau
dialog tersebut harus tentang yang telah
mereka lakukan pada hari itu baik dirumah
maupun di luar rumah.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hasil dari paparan data yang telah
dijelaskan pada bab sebelumnya, maka
penelitian inidapat disimpulkan secara
umum bahwa pembelajaran bahasa arab
pada semester I mahasiswa fakultas agama
islam
universitas
muhammadiyah
pontianak dengan menggunakan metode
thariqah intiqa’iyah lebih epektif bila
dibandingkan
dengan
menggunakan
metode yang lain. Nnnam lebih jelasnya
Kesimpulan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Pelaksanaan pembelajaran bahasa arab
dengan mengunakan metode thariqah al
intiqa’iyah adalah sebagaimana metode
yang lain yaitu diawali dengan
persiapan dari mulai penyusunan RPP,
menetapkan
materi
yang
akan

disampaikan dan pelaksanaan. Dalam
pelaksanaannya, materi disampaikan
dengan
menggabungkan
berbagai
metode disesuaikan dengan kebutuhan,
sehingga mahasiswa tidak merasa jenuh
dan bosan bahkan mereka merasa hilang
rasa malunya ketika diminta maju
kedepan mendemonstrasikan materi
tersebut.
2. Faktor yang menjadi penghambat dalam
pelaksanaan pembelajaran bahasa arab
dengan menggunakan metode thariqah
al intiqa’iyah adalah ; pertama adalah
tidak ada buku yang pasti baik untuk
dosen maupun untuk mahasiswa.
Kedua; adalah masih ada mahasiswa
yang belum lancar membaca bahasa
arab.
Ketiga;
mahasiswa
masih
kesulitan menulis tulisan arab.
B. Saran
Berdasarkan dari kesimpulan di atasa
maka peneliti menyarankan kepada :
1. Kaur
perpustakaan
supaya
menyediakan buku bahasa arab khusus
untuk program studi Pendidikan
Agama Islam.
2. Pengampu mata kuliah supaya benarbenar menguasai metode dan dtrategi
pembelajaran,
agar
proses
pembelajaran
berjalan
dengan
menyenangkan sehingga mahasiswa
tidak merasa matakuliah bahasa arab
itu menjadi beban.
3. Mahasiswa supaya lebih giat lagi
membaca al Quran agar lebih lancar
membaca bacaan arabnya serta sering
berlatih menulis tulisan arab.

45

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman An Nahlawi. (1995).
Pendidikan Islam di Rumah.
Sekolah dan Masyarakat. Jakarta
: gema insani press
Acep

Hermawan, (2011). Metodologi
Pembelajaran Bahasa Arab
.Bandung:
PT.
Remaja
Rosdakarya.

Ahmad Fuad Efendy. (2005) Metodologi
Pengajaran
Bahasa
Ara.
Malang, Misykat.
Ahmad

Izzan.
(2009) Metodologi
Pembelajaran Bahasa Arab.
Bandung, Humaniora.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
(1989). Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta : Baai Pustaka

Moekiyat. (1986). Kamus Administrasi
Kepegawaiaan
Indonesia.
Bandung : Mandor Maju
Khalid bin Hamid Al Hazimi, Al Atsaru At
Tarbawiyah Li Dirasati Al
Lughah Al ‘Arabiyyah Fakultas
Dakwah
dan
Ushuluddin
Universitas Islam Madinah.
Majalah jami’ah Islamiyyah,
edisi 125 Th. 1424 H
Winarno Surachmad.(1985). Metodelogi
Penelitian Bidang Sosial. Jakarta
: Ghalia Indonesia
Wa

Muna.
2011.
Metodologi
Pembelajaran Bahasa Arab.
Yogyakarta, Teras.
Zakiah Drajat. (1996). Metodelogi
Pengajaran Agama Islam.
Jakarta :Bumi Aks

Dadang Hawari. (1995), Al-Qur’an Ilmu
Kedokteran Jiwa dan Kesehatan
jiwa. Yokyakarta : PT . Dana
Bhakti Prima Yasa Disalin
dari Majalah As-Sunnah edisi
02/IX/1426H, Rubrik Baituna,
Hadari Nawawi. (1992). Metode Peneliian
Kualitatif Bidang Ilmu Sosial
dan Agama.STAIN Pontianak
Muhammad
Ali.
Pendidikan.
Pustaka.

(1999).Statistik
Jakarta : Balai

Muhammad ‘Ali Al-Khouli. 1989. Asalibu
Tadrisi Al-Lughotil ‘Arobiyyah.
Riyadl, Darul Ulum.

46

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45