SERANGAN UMUM 16 AGUSTUS 1947 sebagai mu

PERISTIWA SEKITAR SERANGAN UMUM 16 AGUSTUS 1947
PAMEKASAN
Oleh Usaifatul Hasanah
Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Malang
EMAIL: usaifatulh@gmailcom
ABSTRACT: Independence is the right of all nations. That wa fire
up the fighting spirit of the people of Madura in maintaining the area
in the Dutch Military Aggression I. Attacks are common because of
all the people of the Netherlands refused to return occupied Indonesia.
Defense attacks come from all classes. The group is the Indonesian
military, army Hezbollah, Lasykar Sabilillah, and other volunteers.
Attack goal is to get the rights to freedom and ownership rights over
the land-water.
Keyword: Independence, Attack, Agression, Hizbullah, Sabilillah

ABSTRAK: Kemerdekaan adalah hak segala bangsa. hal itu yang
membangkitkan
semangat
juang
rakyat
Madura

dalam
mempertahankan wilayah dalam Agresi Militer Belanda I. Serangan
umum terjadi karena seluruh rakyat menolak Belanda untuk kembali
menduduki Indonesia. Serangan pertahanan datang dari seluruh
golongan. Golongan tersebut adalah militer RI, lasykar Hizbullah,
Lasykar Sabilillah, dan para relawan yang lain. Tujuan penyerangan
hanyalah mendapatkan hak kebebasan dan hak kepemilikan atas
tanah-air.
Keyword: Kemerdekaan, Serangan, Agresi, Hizbullah, Sabilillah

“Kemerdekaan adalah hak segala bangsa, oleh karena itu penjajahan
diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan
peri keadilan...” cuplikan pembukaan diatas akan menggambaran bagaimana
masyarakat Madura khususnya Pamekasan begitu memaknai bagaimana
kemerdekaan yang merupakan hak segala bangsa begitu sulit untuk didapatkan
sehingga untuk mempertahankan juga dirasa sangat perlu. Masyarakat Pamekasan
kemudian bergabung menjadi satu dan turut serta dalam melawan penjajahan
dibumi Madura. Artikel ini berujudul Serangan Umum dikarenakan yang terjadi
memanglah demikian. Serangan yang dilakukan bukan hanya oleh para milter
yang terdidik begitu baik mengenai ilmu pertahanan negara akan tetapi sebuah


lasykar yang tidak begitu mengerti bagaimana cara memgang senjata api dengan
baik. akan tetapi dikarenakan dengan semangat juangnya yang begitu tinggi,
mereka dapat mempertahanan kemerdekaan dan kemudian dapat dipetik
kebebasannya oleh anak cucu yaitu generasi kita sendiri.

PENDAHULUAN
Munculnya sebuah penemuan baru yang bernama kompas, telah
mngalihkan fokus dunia kearah pelayaran samudra. Seluruh negara yang telah
mengakui dirinya ‘beradab’ kemudian melakukan pelayaran guna mencari
daratan baru dan turut mengibarkan bendera mereka. Selan mengibarkan bendera
negara, mereka juga mencari bahan yang dapat dijual dan menambah pemasukan
negaranya. Dalam pelaksanaan hal tersebut, banyak sekali catatan perjalanan
yang kemudian membuka jalan baru bagi dunia pasar (marketing).
Kolonialisme yang kemudian terjadi akibat adanya paham kapitalisme yaitu
paham dengan mengumpulkan modal sebanyak-banyaknya kemudian menjadi
motivasi utama dalam kegiatan yang disebut-sebut memperadabkan tanah orang
lain ini. Bentuk kolonialisme secara umum adalah dengan mengekploitasi sumber
daya alam dan sumber daya manusianya. Jika kita mendengar kata eksploitasi,
maka, terbesit suatu hal negative yang akan merusak lingkungan atau hak-hak

asasi manusa dengan mengeluarkan sumber daya ataupun tenaga. Akan tetapi,
kolonialisme tidak selalu berdampak negative atau jelek dmata negara
jajahannya. Misalnya kolonialisme yang dibawa oleh negara dengan Big Ben
yaitu Inggris. Inggris kebanyakan memperlakukan daerah jajahan mereka dengan
belajar memperadabkan dan mengatur suatu jalannya pemerintahan. Berbeda

dengan negara Prancis yang lebih bertindak sewenang-wenang. Sehingga semua
hal yang berlaku di dalam kolonialisme sebenarnya juga memiliki hal postive.
Indonesia yang selama berpuluh-puluh tahun dijajah oleh bangsa lain,
ternyata banyak mengalami perlakuan-perlakuan buruk. Para kolonial lebih
berpikir bahwa tanah yang mereka temukan adalah milik mereka. Tanpa
memperhatikan sebenarnya siapa pemilik tanah yang sebenarnya. Dimulai dari
pemerintahan singkat J.P Coen, kemudian dilanjutkan oleh Gubenur Jendral
Daendles yang kemudian terkenal dengan kekejamannya karena telah
mempekerjakan banyak pekerja tanpa memberikan imbalan yang setimpal dan
juga telah memakan banyak korban jiwa.
Indonesia terus diperbudak oleh pihak asng dengan diperkerjakan ditanah
sendiri. Setelah kekalahan Amerika sebagai bigboss dari blok sekutu yang telah
dibombardir pangkalan perang oleh Jepang, Belanda secara terpaksa harus mau
untuk turun dari zona nyamannya di Indonesia dan digantikan oleh Jepang untuk

masa kependudukannya di Indonesia.
Akan tetapi, setelah pembalasan perang yang dilakukan oleh Amerika
terhadap Jepang dengan bentuk memborbardir kedua tempat strategis di Jepang
yaitu Hiroshima dan Nagasaki, Jepang harus menyerah tanpa syarat kepada blok
sekutu, dan kemudian berakhirlah kependudukan Jepang yang hanya dimulai dari
1942-1945 tersebut.
Indonesia yang mengambil langkah untuk merdeka karena telah lama
berada ditangan bangsa lain yang semena-mena dalam pemerintahannya
kemudian memproklamirkan diri sebagai bangsa yang merdeka seutuhnya.
Tentunya hal ini harus melalui beberapa tahap yang sangat tidak mudah, seperti

adanya penculikan di Rengasdengklok. Hal ini kemudian dilanjutkan dengan
penyebaran ribuan teks proklamasi dan segera disebarkan keseluruh penjuru luar
kota Jakarta. Akhirnya, proklamasi dapat djalankan dengan tenang, dan Indonesia
telah merdeka (Poesponegoro, 2007:149-150).
Setelah

Indonesia

merdeka


kemudian

muncullah

Belanda

yang

mengirimkan pemerintahan barunya NICA dengan dalih ingin menguasai
Indonesia kembali. Akhirnya timbul banyak sekali perlawanan di setiap daerah
yang telah mengklaim bahwa mereka telah merdeka. mereka berusaha
menyatukan daerahnya dan melawan bangsa asing yang mencoba melakukan
praktik kolonialisme (Setiaji, 1991:309).
Dalam hal ini AFNEI (Allied Forces Nederlands East Indies)

datang

dengan membawa tugas dari pemerintahan sekutu. Tugas mereka antara lain:
Menerima penyerahan dari tangan Jepang. Membebaskan para tawanan perang

dan interniran Serikat. Melucuti dan mengumpulkan orang Jepang untuk
kemudian dipulangkan. Menegakkan dan mempertahankan damai untuk
kemudian diserahkan kepada pemerintah sipil. Menghimpun keterangan tentang
penjahat perang dan menuntut mereka didepan pengadilan Serikat (Sekneg,
1985:50).
Sejak merdeka, Indonesia terhitung mengalami beberapa perundingan
diplomasi dalam memepertahankan wilayah. Akan tetapi terkadang perjanjian
tersebut kemudian dikambing hitamkan oleh Belanda dengan mengatakan bahwa
Indonesia telah berkhianat dengan tidak mematuhi perjanjian. Akhirnya timbul
aksi agresi militer (dipihak Indonesia) sedangkan dipihak Belanda mengatakan

bahwa hal tersebut adalah tindakan polisional (menertibkan) sesuatu yang
membuat gaduh (Hardiyanto, 2015).
Salah satu perjanjian yang disepakati oleh Indonesia yang menyebabkan
adanya Agresi Militer Belanda I adalah Perjanjian Linggarjati. Dalam Setelah
Perjanjian Linggarjati secara resmi disepakati oleh pihak Indonesia dan Belanda
yang pada waktu itu sedang berselisih, namun pada kenyataannya Belanda masih
terus berusaha untuk melaksanakan politiknya untuk menguasai Indonesia. Pada
sua tu saat Belanda mengeluarkan interprestasi atas bunyi Perjanjian Linggarjati
tersebut, yang sangat sukar diterima oleh Republik Indonesia.

Beberapa daerah selain daerah pusat perjanjian juga mengalami Agresi
Militer Belanda, sehingga banyak sekali pasukan-pasukan suka relawan yang
bergabung

untuk

membentuk

gerakan

ataupun

lasykar-lasykar

bidang

kemiliteran.
Kajian dalam artikel ini adalah Agresi Militer Belanda I yang etelah
memasuki kepulauan Madura sehingga dirasa perlu untuk diangkat menjadi
sejarah lokal. Pertempuran yang melibatkan banyak relawan ini dinamakan

serangan umum 16 Agustus 1947 di Pamekasan. Keunikan dari serangan umum
16 Agustus 1947 ini yaitu hampir memiliki kesamaan dalam kecepatan menguir
penjajah dalam serangan umum 1 maret di Yogyakarta. Sehingga kajan ini
diperlukan untuk menambah wawasan mengenai sejarah kelokalan.
METODE
Artikel ini ditulis berdasarkan penelitian pustaka. Dalam menuliskan artikel
ini diperlukan kritik sumber dan interpretas yang cukup baik. Kritik sumber pada
salah satu sumber yaitu karya ilmiah yang berupa skripsi dengan melihat bentuk

kertas atau file yang dipakai dalam penulisan. Penelitian difokuskan kepada
rentangan waktu sekitar tahun 1947 yang memang sedang marak-maraknya
terjadi gerakan Agresi Militer oleh Belanda. Beberapa arsip juga didapatkan
melalui perpustakaan daerah kota Pamekasan. Proses pengolahan data dilakukan
dengan melakukan uji kesinambungan pada rentetan peristiwa Serangan Umum
16 Agustus 1947 di Pamekasan. Sehingga jika data hampir sama akan muncul
indikasi bahwa data tersebut valid dan dapat diterima.
Serangan umum 1 maret di Yogyakarta menjadi tulisan atau sejarah
nasional karena pada waktu itu telah adanya budaya menuliskan tentang peristiwa
bersejarah. Sangat disayangkan perihal peristiwa serangan umum yang terjadi di
pamekasan. Kejadian unik yang terjadi didalam serangan umum 16 Agustus 1947

di pamekasan yang terlupakan, padahal mengenai jalan peristiwa kemenangan
yang dimiliki oleh rakyat pamekasan hampir mirip dengan jalan cerita serangan
umum 1 maret di Yogyakarta.
Muatan lokal dalam penelitian ini dapat memberikan dampak popsitif bagi
pembaca bahwasanya pada zaman tersebut seluruh pasukan dari berbagai daerah
menjadi sukarlawan dalam melawan kekejaman dan kesewenang-wenangan
Belanda dalam merebut kembali kemerdekaan Indonesia khususnya di Madura.
Para guru dan siswa dapat memahami makna nasionalisme dan dapat diterapkan
dengan membanggakan prestasi leluhur mereka dalam tetap berbakti kepada
UUD 1945 dan Pancasila dan tetap mempertahankan nilai NKRI yaitu NKRI
Harga Mati.

PEMBAHASAN
Dalam pembahasan di pendahuluan diatas telah dipaparkan bahwasanya
Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945 dan Belanda yang diboncengi oleh
sekutu terus berusaha kembali memperebutkan posisinya di Indonesia. Reaksi
rakyat Indonesia adalah selalu siap berperang demi mempertahankan
kemerdekaannya.
Agresi besar-besaran telah disuarakan diberbagai daerah. Salah satunya di
Pamekasan. Perlawanan rakyat Pamekasan terhadap Agresi Mliter Belanda I

tahun 1947 merupakan bentuk persatuan seluruh pasukan yang ada di Madura.
Beberapa pasukan yaitu laskar Hizbullah/Sabilillah, para tentara nasional, para
polisi, dan para Barisan Pemberontakan Rakyat Indonesia.
Pada tanggal 15 Juli 1947 pimpinan militer tertinggi di Madura telah
menyatakan bahaya perang. Maka dengan sigap pimpinan di Madura langsung
menyiapkan badan-badan perjuangan seperti Hizbullah, Sabilillah, BPRI dll.
dalam mengamankan tanah Madura, disetiap pantai dijaga ketat oleh pasukan
bersenjata rakyat Madura dalam mempersiapkan kemungkinan yang akan terjadi.
Para pasukan tempur yang tergabung dalam lasykar-lasykar ini memiliki
keberanian yang tinggi. Para pejuang lasykar ini dibebani dengan semangat dan
tanggung jawab menjaga tanah dan edaulatan negeri. Sehubungan dengan hal
tersebut, para ulama se-Madura melakukan musyawarah di Pamekasan yang
menghasilkan rumusan “Bagi umat Islam laki-laki dan perempuan wajib
hukumnya menikuti perang jihad fi sabilillah mempertahankan kemerdekaan
bangsa Indonesia dan mengusir penjajah Belanda.

Diibaratkan mendapat orasi dari Bung Tomo d Surabaya, para rakyat
Madura juga mendapatkan motivasi begitu besar setelah mendapatan cambuk
Islami dari berbagai ulama di Madura khususnya Pamekasan.
Salah satu badan militer yang teroganisisr contohnya adalah lasykar

Hizbullah dan lasykar Sabilillah. Lasykar ini merupakan lasyar yang dibimbing
langsung oleh para ulama. Persiapan yang dilakukan oleh kedua lasykar ini
adalah dengan membentuk yang namanya markas ulama. Hal ini bertujuan agar
mudah dalam mengkoordinasi para pejuang dan segala tempat untuk
mempersiapkan dan berkumpulnya ulama untuk persiapan-persiapan dalam
menghadapi agresi Belanda I di Pamekasan.
Laskar Hizullah didirikan ada tahun 1944 yang berpusat di Jakarta dengan
Zainal Arifin sebagai panglimanya. Menurut sumber, pasukan Hizbullah ini
merupakan pasukan khusus yang dilatih oleh pasukan militer pada masa
pendudukan Jepang. Laskar ini memegang peranan penting dalam masa
mempertahankan kemerdekaan khususnnya dalam serangan umum 16 Agustus
1947 ini (Zuhri, 1977:192). Ketua (panglima) daerah pamekasan pada waktu itu
adalah K. H. R. Madani. Sedangkan untuk pasukan Sabilillah, juga bermarkas
sama dengan pasukan-pasukan dari laskar Hizbullah. Pasukan Sabilillah didirikan
dengan niat untuk menegakkan negara Republik Indonesia dan juga Panji-panji
Islam (Suryanegara, 1998:15). Bahkan menurut Bruinessen (1994:59) Resolusi
ini berisi pernyataan bahwa perjuangan mempertahankan kemerdekaan
hukumnya adalah wajib’ain bagi umat Islam dan perang mempertahankan
kemerdekaan adalah perang suci Jihad fi Sabillillah.

Selanjutnya, beberapa pasukan lain yang digaris bawahi menjadi sukarela
adalah pasukan Pemuda Sosialis Indonesia (PESINDO) yang merupakan hasil
dari partai Partai Sosialis Indonesia (PSI). PSI merupakan sebuah partai yang
didirikan oleh pemuda-pemuda pada masa tersebut (Nasution, 1977:38).
Bulan-bulan Agustus pun berlalu, setelah kejadian serangan umum 16
Agustus 1947 di Pamekasan tersebut, rakyat Pamekasan masih terus bersiap siaga
dalam mempertahankan kemerdekaan. Pada tanggal 4 September 1947 kembali
memasuki wilayah Pamekasan dengan membawa korban. Sehingga para laskar
penentang Belanda terutama Hizbullah kemudian melakukan perlawanan yang
tidak begitu besar. Kemudian pada dini hari 17 September Belanda kemudian
melakukan

pengepungan

terhadap

Pondok

Pesantren

Morsomber

yang

merupakan markas besar dari Sabilillah dan Hizbullah serta BPRT (Nasution,
1977:536).
Menurut Rosida (2012:vii) Belanda mulai mengincar Madura karena
kestrategisan lokasinya dalam mengamankan pangkalan armada di Surabaya.
meskipun Madura tidak memiliki sumber daya, namun Belanda ingin mendirikan
Madura sebagai negara bagian. Selain itu tujuan utamanya untuk merekrut
pasukan yang nantinya dapat membantu Belanda terhadap daerah yang akan
didudukinya. Hal ini kemudian peneliti simpulkan bahwa dalam melanggar
perjanjian Linggarjati, Belanda ingin tetap menjadikan Indonesia sebagai daerah
serikat (negara bagian).
Pada waktu akan dilaksanakan serangan umum di Kota Pamekasan, para
ulama beserta pengikutnya dari arah Barat Pamekasan berkumpul terlebih dahulu
untu membicarakan mengenai penyerangan bagian daerah yang telah diduduki

oleh Belanda kembali. Tidak lama kemudian, markas secara darurat harus
dipindahkan karena, musuh telah menguasai hampir seluruh bagian dari kota
Pamekasan. Sehingga markas utama berpindah ke pondok pesantren Morsomber
akan tetapi Belanda ternyata menyerang pondok pesantren tersebut. Sehingga
markas kembali dipndahkan ke peantren Candanah Desa Kadur, dan kemudian
berpidah ke pesantren Somber Gajam. Kemudian markas terus berpindah
sehingga sampai pada markas Pesantren Guluk-guluk , yaitu pesantren yang
digunakan untuk menahan mata-mata musuh. Hal ini kemudian menjadi suatu
kebanggsan keada para ulama diarenaan ulama benar-benar membantu atau
berjasa besar terhadap pertahanan kemerdekaan tahun 1947.
Kembali lagi, keawal kemerdekaan ketika senjata Jepang telah dilucuti oleh
rakyat Indonesia. Hal tersebut kemudian dmanfaatkan untuk mengambil alih
senjata dengan dalil pengabil alihan senjata. Dalam hal ini ulama juga turut andil
dalam melucuti senjata milik Jepang. Sedangkan peran lain yang dimiliki oleh
ulama dalam usaha mempertahankan kemerdekaan di Pamekasan adalah dengan
menyalurkan bahan-bahan makanan kepada rakyat guna untuk memasakkan para
pejuang makanan untuk yang sedang bertempur, maupun yang sedang melakukan
operasi keamanan di pesantren-pesantren. Dalam kasus in, para ulama juga sering
sekali menyumbangkan uang mereka untuk kepentingan perang.
Terdapat beberapa ketentuan-ketentuan yang diberikan kepada pejuang
untuk ikut dalam medan pertempuan. Ada dua jenis pasukan dalam pertempuran
Serangan Umum 16 Agustus 1947 yaitu:
1. Pasukan Pejuang Resmi Pemerintah

Pejuang-pejuang resmi disini yang dimaksudkan adalah pejuang pejuang
seperti TNI yang berada di garda terdepan dalam membela kedaulatan negeri dan
Polis yang menjaga keamanan internal dari keselamatan rakyat Pamekasan.
2. Pasukan Penjuang Sukarela
Pasukan sukarela adalah pasukan yang berdiri sendiri tanpa adanya campur
tangan militer dari pemerintah. Pasukan ini biasanya tergabung oleh para pelajarpelajar.

Contoh pasukan ini adalah pasukan Hizbullah, pasukan Sabilillah,

kemudian BPRI yang langsung dibawahi oleh Bung Tomo langsung, PESINDO,
kemudian IPI (Ikatan Pemuda Indonesia) , dan tampil juga PMI (Palang Merah
Indonesia). Akan tetapi tugas pokok dari PMI adalah merawat korban luka akbat
perang yang telah terjadi dan menimbulkan malapetaa pada Serangan Umum 16
Agustus 1947.
Pertempuran terjadi pada mingu ketiga pada bulan Agustus 1947.
Konsolidasi yang dilakukan oleh para pejuang setelah kota Pamekasan benarbenar jatuh ketangan musuh. Pada 16 Agustus 1947 yang bertepatan dengan
bulan Romadhon (29 Romadhon) kira-kira pukul 04.00 WIB pasukan mulai
memasuki kota Pamekasan dari arah timur. Para pejuang masuk dari arah timur
merupakan pejuang yang pertama kali memasuki kota Pamekasan yang dipimpin
oleh KH Tamim yang berasal dari lasykar Sabilillah. Awal pergerakan ni adalah
dengan menyerukan suara-suara gema takbir dan juga beberapa kaliat
penyemangat. Sehingga Belanda merasa terusik dan kemudian muncul aksi
penertiban oleh Belanda dan timbul tembak-menembak dari kedua pihak. Akan
tetapi tujuan dalam menduduki markas Belanda kemudian gagal darenakan
kondisi peralatan militer yang memang jauh lebih canggih milik Belanda.

Dikarenakan menurut salah satu ulama berkata bahwasanya perang
memperthankan tanah-air adalah merupakan perang sabil yaitu sebuah kewajiban
bagi seluruh umat muslim (Khuluq, 2000:110). Sehingga perang terus terjadi
antara kedua belah pihak. Keduanya Madura dan Belanda sama-sama ingin
mempertahankan wilayah tersebut. Rakyat Madura yang terkenal dengan sifat
kedaerahannya yang kerasa serta gigih dalam mempertahankan harga dirinya,
terus berjuang meskipun jatuh banyak korban.
Pada tanggal 18 Agustus 1947 Belanda mendpatkan suplai senjata dari
Surabaya, diyakini Belanda ingin terus menguasai seluruh wilayah Madura.
Temabkan demi tembakan terus terjadi dari pihak Belanda, meskipun tidak
timbul korban yang berjatuhan. Tembakan ini dilancarkan agar para pejuang
Madura menyerah kepada Belanda. dengan jihad fi sabilillah para pejuang
Serangan Umum 16 Agustus 1947 ini tetap melwan meskipun keadaan
persenjataan dan kemiliteran tetap tidak bisa mengimbangi pihak Belanda.
Memasuki minggu keeampat pada bulan Agustus, pertempuran masih terus
berlanjut. Markas para pejuang yang berada di Kolpajung diketahui oleh musuh.
Beberapa tentara Belanda menyerang rumah penduduk meskipun rumah tersebut
rusak akan tetapi tidak adaa korban sipil. Tanggal 23 Agustus 1947 pertahanan
dipindahkan kekota Klampar arah Pamekasan-Pangentenan. Lokasi ini dipilih
untuk memantapkan para pejuang, karena yang mengetahui medan dari
pertempuran adalah para pejuang (Nasution, 1997:534). Akan tetapi penyerangan
oleh Belanda malah dilakukan terlebih dahulu pada tanggal 26 Agustus tanpa
diduga-duga. Hal ini mengakibatkan para ppejuang masih belum siap bertempur.

Memasuki bulan September, para pejuang meningkatkan sistem perang
Gerilya. Para pejuang selalu menyerang konvoi tentara Belanda yang ingin
melakukan perjalanann ke utara kemudian diberhentikan oleh para pejuang. Hal
ini menandai bahwasanya, perjuangan aan dimulai di tanah utara kota Madura ini
yaitu kota Pamekasan bagian utara dan barat daya.
Pada tanggal 4 September 1947 rombongan tentara Belanda menuju daerah
Pengantenan sehingga kembali dihadang oleh para pejuang dikampung
Tengginah Desa Larangangan Badung ditembaki dan dilempari granat oleh para
pejuang. Belanda kemudian membalas tembakan dengan menyebabkan keuda
pejuang gugur, akan tetapi tentara Belanda kemudian kembali ke Pamekasan
dengan membawa korbannya (Para Bekas Tentara Hizbullah, 1986:2)
Pada tanggal 7 September tentara Belanda mndapat pemberhentian
(blokade) dari para pejuang yang hendak menuju Pakong dan Waru, rombongan
tentara Belanda kembali dlempara gramat dan trak bom dari atas gunung (bukit)
ketika Belanda melintasi bawah bukit. Sebanyak 2 truk Belanda hancur dan
mereka terpaksa kembali ke Pamekasan.
Pada tanggal 16 September Belanda melakukan pembershan dengan
menyiksa rakyat dan terus menyiksa rakyat agar membuka mulut dimana
persembunyian para pejuang. Ada minggu ketiga bulan September tepatnya
tanggal 17 September dini hari Belanda melancarkan serangannya dengan konvoi
kendaraan mengepung Pesantren Morsomber yang merupakan markas Sabilillah,
Hizbullah dan BPRI (Nasution,1997:536). Dikarenakan para pejuang yang
memang sangat banyak di markas tersebut, Belanda terpaksa mundur darenaan
pergulatan begitu rapat sekali (Nasution, 1997:537).

Pertempuran in berlangsung mulai waktu shubuh hingga jam 3 siang. Pada
minggu keempat, setelah pertempuran di Morsomber terjadi kerugian besar bagi
Belanda. kemudian Belanda melakukan pembersihan kepada para penduduk dan
melaukan pembunuhan kepada ara penduduk yang tidak mau menurut kepada
Belanda.
Sebenarnya, pertempuran di Pamekasan sendiri terjadi begitu lama
dikarenakan kekuatan tanding Belanda dengan para pejuang tidaklah sebanding.
Akhirnya pada akhir bulan September Kepala staf Mayor Abu Jamal melapor
kepada pimpinan pusat untuk turut membantu meredakan pertempuran di madura.
Belanda terus menyatakan perang bahkan terus mendatangi peerintah sipil
untu diajak bekerja sama dengan Belanda. akan tetapi ditolak mentah-mentah
oleh Belanda dan kemudian Belanda semakin ganas melakukan pembersihan atau
pembunuhan di sekitar daerah Pamekasan.
Hal ini kemudian menyebabkan kemarahan bagi pemerintahan spil mereka
kemudian memindahkan markas sipilnya kearah sumenep yang dirasa lebih
aman. Belanda terus-menerus melakukan pembersihan keapada rakyat Madura.
Dikarenakan tembakan para pejuang tidak berarti lagi bagi Belanda, karena
jumlah tentara Belanda dan persenjataan yag terus bertambah maka
pembumihangusan kota Sumenep dilakukan oleh para pejuang.
Setelah Pamekasan dna Sumenep jatuh etangan musuh maka secara
keseluruhan Madura juga telah jatuh ketangan musuh. Pertahanan para pejuang
sebenarnya telah patah secara fisik. Seluruh pejuang Sabilillah, Hizbullah, dan
TNI sekalipun telah retak.

Kemudian muncul instruksi dari kaum Sabilillah, untuk pindah perjuangan
ke Jawa karena madura telah sepenuhnya jatuh ketangan musuh. Sehingga
pertempuran di Madura telah sepenuhnya selesai dengan jatuhnya Madura
ketangan musuh.

Daftar Rujukan
Bruinessen, N. V. 1994. NU Tradisi Relasi-Relasi Kuasa Pencarian Wacana
Baru. Yogyakarta: LkiS
Khuluq, L. 2000. Fajar Kebangunan Ulama’ Biografi K.H. Hasyim Asy’ari.
Yogyakarta: LKiS
Kuntowijoyo. 1955. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Yayasan Bentang
Budaya.
Muryadi. 2006. Negara Madura: Sejarah Pembentuan hingga Penyelesaiannya
dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Media Masyarakat
Kebudayaan dan Politik. 19(1)
Nasution, A. H. 1977. Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia. Bandung:
Angkasa
Poseponegoro, M. D. & Notosusanto, N. 2010. Sejarah Nasional Indonesia VI :
Zaman Jepang dan Zaman Republik. Jakarta: Balai Pustaka.
Rosida, H. 2012. Perjuangan Rakyat Madura dalam mempertahankan
Kemerdekaan RI di Madura tahun 1945-1950. Skripsi tidak diterbitkan.
Jember: Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Negeri Jember
Sekneg. 1985. 30 Tahun Indonesia Merdeka 1945-1949. Jakarta : PT Citra
Lamtoro Gung Persada.
Setiaji, B. 1991. 10 November 1945 Gelora Kepahlawanan Indonesia. Jakarta:
Yayasan Dwiwarna.
Suryanegara. A. M. 1998. Menemukan Sejarah Wacana Pergerakan Islam di
Indonesia. Bandung : Mizan.
Zuhri, S. 1977. Guruku Orang-orang dari Pesantren. Bandung: PT Al Maarif