Intervensi Perawatan Spiritual Terhadap. pdf

26
INTERVENSI PERAWATAN SPIRITUAL DAN TINGKAT STRES PASIEN
GAGAL JANTUNG KONGESTIF DI RUMAH SAKIT PROF. R.D.KANDOU
MANADO

I Gede Purnawinadi
Universitas Klabat
purnawinadi@yahoo.com

Abstrak
Penelitian ini menganalisa hubungan intervensi perawatan spiritual dan tingkat
stres pasien gagal jantung kongestif dan menggunakan desain QuasiExperimental Pre–Test – Post-Test dan purposive sampling techniques dengan
jumlah responden 152 pasien yang memenuhi kriteria penelitian. Analisis
tingkat stres menggunakan metode rata-rata (mean), dan analisis hubungan
antara variabel independen dan dependen menggunakan Pearson Correlation.
Untuk menganalisa hubungan antara variabel ketika dipengaruhi variabel
moderator yang lebih dari dua kelompok data digunakan ANOVA (Analysis of
Variance). Yang terdiri dari dua kelompok data menggunakan uji T-test
Indenpeden. Penelitian ini menemukan bahwa pasien dengan diagnosa gagal
jantung kongestif tidak stres. Penelitian ini juga menemukan adanya hubungan
yang signifikan antara intervensi perawatan spiritual terhadap tingkat stres

pasien dengan diagnosa gagal jantung kongestif, baik secara fisiologis maupun
psikologis (nilai signifikansi p = 0.000).
Kata Kunci: intervensi perawatan spiritual, tingkat stres, variabel moderator

Abstract
This study analyzed the relationship of spiritual care intervention and the stress
level of congestive heart failure patients as well as used Quasi-Experimental
Pre-Test – Post-Test and purposive sampling techniques with a total
respondents of 152 patients who met the criteria of the study. The analysis of
stress level used the average method, and the analysis of the correlation among
independent and dependent variables used the Pearson Correlation. To analyze
the correlation between variables when affected by the moderator variable of
more than two data groups, the ANOVA (Analysis of Variance) was used.
Data made up of two groups used the Independent T-test. This study found
that patients with diagnosed congestive heart failure did not have stress. This
study also found that there was significant correlation between spiritual care
intervention and the stress level of patients with congestive heart failure, both
physiologically and psychologically (significant value of p = 0.000).
Keywords: spiritual care intervention, level of stress, moderator variable


JKU, Vol. 1, No. 1, Juni 2012

PERAWATAN SPIRITUAL DAN STRES

27

PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Kesehatan mencakup suatu keadaan yang seimbang antara fisik, mental, sosial,
dan spiritual yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Jika terjadi gangguan
pada salah satu fungsi kesehatan, itu akan mempengaruhi keseluruhan. Setiap organ
memiliki tugas masing-masing dan melakukan fungsi penting dalam tubuh (Leahy,
2006). Menurut World Health Organization (2007), diperkirakan bahwa pada tahun
2020, penyebab utama beban penyakit di dunia akan mengalami perubahan; gagal
jantung tidak hanya menyerang orang-orang di negara maju saja, tetapi orang di seluruh
negara di dunia. Penyakit jantung adalah penyebab utama kematian di Indonesia.
Berdasarkan data tahun 2007, penyakit jantung adalah penyebab kematian yang paling
umum di rumah sakit dalam klasifikasi non penyakit menular (Depkes, 2008).
Pada tahun 2008, Sulawesi Utara khususnya di RSUP. Prof. DR. R. D. Kandou
Manado menunjukkan data penderita gagal jantung kongestif yang cukup tinggi.

Sekitar 1922 pasien CHF (Congestive Heart Failure) merupakan 38% dari semua
jumlah pasien penyakit jantung yang dirawat di bagian POLI jantung; sekitar 212
pasien CHF merupakan 67% dari semua pasien penyakit jantung yang dirawat di
bagian IRINA F Jantung, dan 96 pasien yang merupakan 52% dari semua jumlah
pasien penyakit jantung yang dirawat di bagian CVCU (cardiovascular care unit).
Kondisi gagal jantung kongestif (CHF) atau gagal jantung yang sering juga disebut
dekompensasi kordis adalah kondisi di mana jantung tidak dapat memompa cukup
darah ke organ tubuh lainnya untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap oksigen
dan nutrien. Gangguan fisiologi gagal jantung adalah kompleks, tetapi pada semua
gagal jantung, terdapat gangguan pada kemampuan jantung sebagai pompa dan
tergantung pada bermacam-macam faktor yang saling terkait (Joewono, 2003).
Serangan jantung merupakan suatu kondisi yang mengancam jiwa; jika terlambat
ditangani, kemungkinan besar pasien akan mengalami kematian.
Salah satu masalah yang terkait dengan penyakit jantung adalah masalah stres.
Pasien yang mengalami stres merasa penyakit yang dideritanya memerlukan proses
penyembuhan yang lama bahkan takut akan ancaman kematian. Dengan adanya hal ini,
pasien yang sering mengalami stres dapat memperberat kondisi penyakitnya. Stres
termasuk label yang digunakan untuk gejala psikologis yang mendahului penyakit,
reaksi kecemasan, ketidaknyamanan, dan banyak kondisi lain (Niven, 2000). Stres
dapat meningkatkan tekanan darah, menekan sistem kekebalan, dan meningkatkan

resiko serangan jantung. Stres jangka panjang bahkan dapat menggangu otak sehingga
seseorang lebih rentan terhadap kecemasan dan depresi.
Kecemasan dapat
menghasilkan peningkatan aktivitas sistem saraf simpatik yang menyebabkan
peningkatan beban kerja jantung (Taylor et al., 2002). Di Indonesia, khususnya di
propinsi Sulawesi Utara, belum ada penelitian yang dilakukan mengenai pemberian
intervensi perawatan spiritual untuk mengatasi stres dan mempertahankan kondisi
PERAWATAN SPIRITUAL DAN STRES

JKU, Vol. 1, No. 1, Juni 2012

28
normal tanda-tanda vital pasien yang mengalami penyakit jantung. Sehubungan
dengan hal-hal yang disebutkan sebelumnya, penelitian perlu dilakukan dengan judul
Intervensi Perawatan Spiritual Terhadap Tingkat Stres dan Tanda-tanda Vital Pasien
dengan Diagnosa Gagal Jantung Kongestif di RSUP Prof. DR. R. D. Kandou Manado.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang uraian di atas, maka perumusan masalah yang
diambil oleh peneliti adalah sebagai berikut:
1. Sejauh manakah tingkat stres fisiologis dan psikologis pasien dengan

diagnosa gagal jantung kongestif di RSUP Prof. DR. R. D. Kandou
Manado?
2. Apakah ada hubungan yang signifikan antara intervensi perawatan spiritual
dan tingkat stres fisiologis pasien dengan diagnosa gagal jantung kongestif?
3. Apakah ada hubungan yang signifikan antara intervensi perawatan spiritual
dan tingkat stres psikologis pasien dengan diagnosa gagal jantung
kongestif?
4. Apakah ada perbedaan yang signifikan pada tingkat stres pasien dengan
diagnosa gagal jantung kongestif berdasarkan faktor-faktor yang
mempengaruhi seperti usia, jenis kelamin, tingkat ekonomi, dan latar
belakang pendidikan?
Tujuan
Ada beberapa tujuan sehingga penelitian ini tercetus. Tujuan pertama adalah
untuk mengetahui sejauh mana tingkat stres fisiologis maupun psikologis pasien
dengan diagnosa gagal jantung kongestif di RSUP Prof. DR. R.D. Kandou Manado.
Kedua, penelitian ini bertujuan mengidentifikasi adanya hubungan yang signifikan
antara intervensi perawatan spiritual dan tingkat stres fisiologis maupun psikologis
pasien dengan diagnosa gagal jantung kongestif. Ketiga, penelitian ini bertujuan untuk
memperoleh data jika ada perbedaan yang signifikan pada tingkat stres pasien
berdasarkan faktor usia, jenis klemain, tingkat ekonomi, dan latar belakang pendidikan.

Hipotesis Null
Peneliti berasumsi bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara intervensi
perawatan spiritual dan tingkat stres fisiologis pada pasien dengan diagnosa gagal
jantung kongestif; juga, tidak ada hubungan yang signifikan antara intervensi
perawatan spiritual dan tingkat stres psikologi pada pasien dengan diagnosa gagal
jantung kongestif. Selanjutnya, tidak ada perbedaan yang signifikan pada tingkat stres
pasien berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi seperti umur, jenis kelamin,
tingkat ekonomi, dan tingkat pendidikan pada pasien dengan diagnosa gagal jantung
kongestif.

JKU, Vol. 1, No. 1, Juni 2012

PERAWATAN SPIRITUAL DAN STRES

29

TINJAUAN PUSTAKA
Perawatan pasien secara holistik merupakan bagian yang mencakup seluruh
aspek dan saling berhubungan satu sama lain untuk mencapai kondisi kesehatan yang
baik. Kata spiritual berasal dari bahasa Latin spiritus, yang berarti 'meniup' atau

'bernapas' dan dapat berarti memberikan kehidupan atau intisari jiwa (Blais, Hayes,
Kozier, & Erb, 2006 & Kozier, Erb, Snyder, & Berman, 2000). Spiritualitas mencakup
dimensi hubungan dengan kekuatan yang lebih tinggi, daya kreatif, Ilahi, sumber energi
yang tidak terbatas, inspirasi, penghormatan, makna, dan tujuan hidup (Cravent, 2003).
Sedangkan menurut Gorman, Raines, dan Sultan (2002), spiritualitas adalah
kepercayaan dari setiap individu untuk menyerap semua bidang kehidupan mereka dan
mempengaruhi sikap, kepercayaan, nilai, dan kesehatan. Perawatan spiritual mencakup
jangkauan seseorang dalam sentuhan Ilahi melalui merasakan kehadiran-Nya, berdoa,
membaca bacaan rohani, memberikan sebuah kesaksian dan dorongan, atau
berpartisipasi dalam pelayanan kesehatan. Jenis-jenis intervensi spiritual yang dapat
berupa doa khusus bagi orang yang mengalami nyeri atau stres, kunjungan rohaniawan,
meditasi, terapi musik, perawatan spiritual pribadi, pelayanan tempat ibadah,
pembacaan bahan keagamaan berupa Alkitab, buletin, dan jenis-jenis bacaan dapat
meningkatkan produktivitas dan kemampuan berdaptasi terhadap stres (Potter & Perry,
2005). Teori Neuman menyarankan bahwa menyediakan perawatan rohani klien dapat
memperkuat pertahanan terhadap stres (Taylor, 2002).
Doa adalah berkomunikasi dengan Tuhan yang Mahatinggi, Allah, Jehovah,
atau yang lainnya di dalam pikiran (Blais et al., 2006). Klien memerlukan waktu tenang
tanpa gangguan untuk melaksanakan doa dan memiliki buku doa, rosario, tasbih, atau
simbol-simbol keagamaan agar tersedia bagi mereka (Blais et al, 2006). Kuasa doa

dapat menyembuhkan orang sakit dan membuka jalan bagi mereka yang mengalami
kebuntuan. Membaca Kitab Suci merupakan salah satu bagian dari intervensi spiritual
yang dapat digunakan untuk mengatasi penyakit-penyakit yang kronis. Belajar Alkitab
dalam berbagai fasilitas perawatan sangat penting karena dapat menyediakan interaksi
dan pembelajaran lebih lanjut mengenai iman seseorang, dapat menyediakan interaksi
sosial dan dukungan, dan dapat mendatangkan kenyamanan. Bacaan Kitab Suci dapat
menjadi sebuah sumber kenyamanan dan kekuatan untuk orang-orang percaya (Shelly
& Miller, 2006).
Musik adalah kombinasi dari irama, harmoni, melodi, dan nada. Respons musik
individu dipengaruhi oleh unsur-unsur yang berbeda.
Terapi musik sebagai
penggunaan musik dalam pencapaian tujuan terapeutik dan peningkatan kesehatan
mental dan fisik. Musik yang dipilih yang diberikan secara signifikan meningkatkan
toleransi dan kemampuan mengendalikan stimulus yang menyakitkan dan untuk
mengurangi kecemasan. Respon terhadap stres bervariasi, tergantung pada persepsi
masing-masing peristiwa. Tanda dan gejala stres fisiologis akibat pengaktifan
neuroendokrin simpatik dan sistem tubuh dapat mempengaruhi semua bagian tubuh.
PERAWATAN SPIRITUAL DAN STRES

JKU, Vol. 1, No. 1, Juni 2012


30
Stres sebagai pengalaman emosional fisiologis terdiri dari 3 tahapan (Copstead &
Banasik, 2005). Pertama adalah tahap alarm di mana terjadi proses melawan atau lari
dalam waktu jangka pendek dan total respon sistem saraf simpatik ketika secara sadar
orang merasakan adanya stres dan merasa tak berdaya. Kedua adalah tahap perlawanan
yang merupakan cara tubuh beradaptasi melalui tanggapan terhadap adrenocortical
disekuilibrium. Ketika zat kimia seperti sekresi glukokortikoid kembali normal dengan
aktivitas dan norephinephrin simpatik, tanggapan akhirnya kembali normal bila tekanan
berkurang atau ketika orang telah menemukan mekanisme adaptif yang memenuhi
kebutuhan emosional dan fisik. Paparan stres kronis yang berkepanjangan terhadap
sistem saraf simpatik dapat meningkatkan resiko gejala umum yang terkait, tekanan
darah tinggi, serangan jantung, penghambatan sistem kekebalan, atau penurunan
antibodi yang telah dimanifestasikan oleh tahap perlawanan. Ketiga adalah tahap
kelelahan yang merupakan fase perpanjangan stres yang belum dapat tertanggulangi
pada fase sebelumnya. Timbul gejala penyesuaian diri terhadap lingkungan seperti
sakit kepala, gangguan mental, dan penyakit arteri koroner. Bila usaha melawan tidak
dapat lagi diusahakan, maka kelelahan dapat mengakibatkan kematian.
Stres psikologis yang berkaitan dengan perubahan dalam penampilan suatu
fungsi tubuh adalah perubahan dalam konsep diri (Miller, 2000). Dimensi psikologis

mencakup persepsi tentang suasana hati, pikiran, motivasi, kekuatan dan kelemahan
pribadi, nilai-nilai dan kepercayaan, dan spiritualitas (Black & Hawks, 2005). Stres
psikologis dapat menyebabkan peningkatan kerentanan terhadap penyakit dengan
menekan respon kekebalan tubuh dan suasana hati yang negatif, seperti kecemasan dan
depresi yang berhubungan dengan tekanan (Harkreader, 2000). Pada tekanan
psikologis, peristiwa kehidupan individu ini diwujudkan sebagai emosi dan perubahan
perilaku kognitif (Copstead & Banasik, 2005). Indikator perilaku stres psikologi
mencakup ansietas, depresi, kepenatan, peningkatan penggunaan bahan kimia,
perubahan dalam kebiasaan makan, tidur dan pola aktivitas, kelelahan mental, perasaan
tidak ada kuat, kehilangan harga diri, peningkatan kepekaan, kehilangan motivasi,
ledakan emosional dan menangis, penurunan produktivitas dan kualitas kinerja
pekerjaan, kecendrungan untuk membuat kesalahan, mudah lupa dan pikiran buntu,
kehilangan perhatian terhadap hal-hal yang rinci, preokupasi, ketidakmampuan
berkonsentrasi pada tugas, peningkatan ketidakhadiran dan penyakit, letargi,
kehilangan minat, dan rentan terhadap kecelakaan.

METODOLOGI
Metode Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah QuasiEksperimental Pre–Test – Post-Test, di mana peneliti mengkaji hubungan antar
variabel, memanipulasi variabel independen, dan mengendalikan eksperimen (Demsey,

2002). Pengunaan metode ini untuk menentukan apakah suatu perlakuan akan
JKU, Vol. 1, No. 1, Juni 2012

PERAWATAN SPIRITUAL DAN STRES

31
membawa perubahan dan digunakan sebagai tindakan alternatif yang ditunjukan untuk
menguji situasi sebab-akibat yang tidak memungkinkan dilakukan dengan
menggunakan metode eksperimen. Metode ini merupakan jenis penelitian kuantitatif
yang banyak digunakan dalam penelitian kesehatan dengan subjek manusia. Ini bukan
merupakan metode eksperimen murni di mana tidak mengunakan sepenuhnya teknik
replikasi, kontrol, atau randomisasi sebagai persyaratan penentuan eksperimental
murni. Tindakan-tindakan yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah
memberikan intervensi perawatan spiritual: berdoa, membaca Alkitab, dan
mendengarkan instrumen musik rohani sebagai variabel independen serta tingkat stres
sebagai variabel dependen.
Teknik Pengumpulan Data
Proses pengumpulan data dilaksanakan dengan langkah-langkah:
(1)
merencanakan dan merampungkan materi serta bahan, (2) mengirimkan surat
permohonan ijin dari Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Klabat kepada Direktur
dari RSUP Prof. dr. R. D. Kandou Manado, (3) bertemu dan mengobservasi keadaan
para responden serta menjelaskan tentang penelitian yang akan dilaksanakan hingga
menyajikan informed consent, (4) melakukan pre-test yaitu mengukur tingkat stress dan
tanda-tanda vital pasien sebagai variabel dependen dalam penelitian menggunakan alat
ukur yang telah disediakan, (5) memberikan intervensi perawatan spiritual sebagai
variabel independen dalam penelitian yaitu berdoa bersama pasien, membaca ayat
Alkitab, dan mendengarkan instrumen musik rohani, dan (6) melakukan post-test yaitu
mengukur tingkat stres dan tanda-tanda vital pasien menggunakan alat ukur yang telah
disediakan setelah diberikan intervensi perawatan spiritual.
Untuk mendapatkan hasil yang baik, diadakan uji coba (pilot study) kuesioner
pada 50 orang untuk mengetahui apakah kuesioner tersebut jelas dan dapat dimengerti
oleh para mahasiswa yang akan menjawabnya. Jika terdapat kerancuan, kata-kata di
dalam kuesioner itu perlu diganti dengan kata-kata yang lebih mudah dimengerti. Pilot
study dapat menunjukkan content validity atau keasahan dari setiap pertanyaan
kuesioner (Fraenkel & Wallen, 2003). Pertanyaan-pertanyan di dalam kuesioner harus
mampu memberikan data yang menyokong untuk semua perumusan masalah tanpa
mengabaikan jumlah minimum pertanyaan yang dibutuhkan untuk setiap perumusan
masalah. Setelah itu, pengisian kuesioner oleh para pasien diadakan. Para pasien yang
sudah masuk dalam uji coba kuesioner (pilot study) tidak masuk lagi dalam pengisian
kuesioner penelitian.
Teknik Penentuan Lokasi, Populasi, dan Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu untuk
mewakili sifat dari populasinya. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam
pengumpulan data adalah jenis non-probability di mana pengambilan sampel tidak
dilakukan secara acak untuk memilih jenis sampel yang digunakan berdasarkan metode
kemungkinan sampling. Pasien yang diambil adalah yang mengalami penyakit gagal
PERAWATAN SPIRITUAL DAN STRES

JKU, Vol. 1, No. 1, Juni 2012

32
jantung kongestif di RSUP Prof. DR. R. D Kandou, Malalayang, Manado yang pernah
dirawat paling kurang 1 hari. Sampel yang digunakan adalah adalah purposive
sampling atau judgmental sampling di mana setiap sampel dipilih berdasarkan
ketersediaan atas kriteria khusus yang ditetapkan untuk maksud penelitian. Responden
yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 152 orang dengan berbagai karakteristik
demografi, di mana para responden tersebut ditinjau dari segi usia, jenis kelamin,
tingkat ekonomi, dan latar belakang pendidikan yang dirawat selama periode kurang
lebih 3 bulan yakni bulan Januari-Maret 2010. Diharapkan hasil penelitian akan lebih
akurat karena data yang terfokus dengan melibatkan satu jenis diagnosa pasien.
Analisa dan Interpretasi
Untuk menjawab pernyataan masalah 1, yaitu untuk mengetahui sejauh mana
tingkat stres responden sebelum dan sesudah diberi intervensi perawatan spiritual,
digunakan metode rata-rata (Mean). Untuk menjawab pernyataan masalah 2 dan 3,
yaitu mengidentifikasi adanya pengaruh yang signifikan antara variabel independen
(intervensi perawatan spiritual) dan variabel dependen (tingkat stres) serta menjawab
hipotesa 1 dan 2, digunakan metode korelasi Pearson Product Moment yaitu metode
statistik untuk menguji hipotesis hubungan antara satu variabel bebas dengan satu
variabel tergantung atau untuk mengetahui ada atau tidak korelasi antara dua interval.
Adapun desain yang digunakan untuk menjawab pernyataan masalah 4 untuk
mengetahui adanya perbedaan yang signifikan antara variabel-variabel berdasarkan
beberapa faktor yang mempengaruhi adalah statistik ANOVA (Analysis of Variance)
yakni sebuah model dan prosedur yang terkait, di mana yang diamati (varians) ini
dibagi menjadi komponen-komponen yang berbeda karena ada variabel penjelas seperti
usia, tingkat ekonomi, dan tingkat pendidikan. Dalam bentuknya yang paling
sederhana, ANOVA memberikan uji statistik apakah berarti sederajat untuk lebih dari
dua kelompok. Untuk menentukan pengaruh adanya perbedaan faktor jenis kelamin
pada variabel antara dua kelompok yang terdiri dari laki-laki dan perempuan serta
menjawab hipotesa 3, peneliti menggunakan statistik uji T-test Indenpeden dengan
sampel bebas.
Uji statistik terhadap hipotesis dilakukan untuk melihat apakah nilai hasil
penelitian secara statistik berada dalam area penolakan atau tidak. Kriteria penentuan
apakah suatu variabel berhubungan dengan variabel yang lain secara statistik adalah
nilai signifikansi α ≤ 0.05 yang berarti hasil nilai penelitian berada pada area
penolakan. Pernyataan responden diukur menggunakan skala Likert. Peneliti
menentukan kriteria untuk mengidentifikasi sikap responden sebagai berikut:
Tidak pernah
Jarang
Kadang-kadang

JKU, Vol. 1, No. 1, Juni 2012

:1
:2
:3

Sering
Selalu

:4
:5

PERAWATAN SPIRITUAL DAN STRES

33
Tabel 1
Standar Interpretasi Nilai Tingkat Stres
Interval Nilai
1 – 1.49
1.5 – 2.49
2.5 – 3.49
3.5 – 4.49
4.5 – 5

Interpretasi
Sangat stres
Stres
Stres sedang
Tidak stres
Sangat tidak stres

HASIL PENELITIAN
Tingkat Stres Pasien
Table 2
Deskriptif Hasil Analisis Stres Fisiologis
No.

Variabel

1. Otot yang rileks
2. Telapak tangan tidak berkeringat
3. Tangan dan kali tidak dingin
4. Tidak kelelahan
5. Tidak sakit kepala
6. Tidak sakit perut
7. Bisa makan dengan baik
8. Berat badan normal
9. Tidak terjadi kemerahan kulit
10. Tidur dengan nyenyak
11. Bernapas dengan baik
12. Merasa kuat
Total
Keterangan:
Sig.:
Nilai Signifikansi
Int.:
Interpretasi
Std.:
Standar Deviasi
STS:
Sangat Tidak Stres

TD:
SS:
S:

Pre
Mean Std.
3.71 1.221
2.89 1.221
3.29 1.290
2.41 1.124
2.86 1.213
3.56 1.321
4.17 1.060
3.65 1.324
4.25 1.158
3.65 1.246
3.84 1.142
4.05 1.170
3.52 1.207

Int.
TS
SS
SS
S
SS
TS
TS
TS
TS
TS
TS
TS
TS

Post
Mean Std.
4.57 .733
3.81 1.066
3.90 1.034
3.24 .997
3.80 1.218
4.17 .947
4.53 .797
3.80 1.170
4.32 .888
4.49 .822
4.57 .733
4.34 .798
4.12 0.933

Int.
STS
TS
TS
TS
TS
TS
STS
TS
TS
TS
TS
TS
TS

Tidak Stres
Stres Sedang
Stres

Penjelasan mengenai tingkat stres pasien disajikan berdasarkan hasil penelitian.
Tabel 2 menunjukkan data sebelum diberi intervensi perawatan spiritual. Pada pasienpasien dengan diagnosa gagal jantung kongestif secara fisioligis, variabel ‘tidak terjadi
kemerahan pada kulit’ dengan poin tertinggi dengan rata-rata 4.25 dan standar deviasi
PERAWATAN SPIRITUAL DAN STRES

JKU, Vol. 1, No. 1, Juni 2012

34
1.158 menyatakan tidak stres, sedangkan variabel ‘tidak kelelahan’ yang merupakan
poin terendah dengan rata-rata 2.41 dan standar deviasi 1.124 menyatakan stres.
Namun secara keseluruhan, hasil menunjukkan rata-rata 3.52 dengan standar deviasi
1.207 yang menunjukkan bahwa secara fisiologis pasien dinyatakan tidak stres. Tabel
2 juga menunjukkan bahwa setelah dilakukan intervensi perawatan spiritual pada
pasien-pasien dengan diagnosa gagal jantung kongestif secara fisioligis, variabelvariabel ‘otot yang rileks’ dan ‘merasa kuat’ yang merupakan poin tertinggi yang sama
dengan rata-rata 4.57 dan standar deviasi 0.733 menyatakan sangat tidak stres,
sedangkan variabel ‘tidak kelelahan’ yang merupakan poin terendah dengan rata-rata
3.24 dan standar deviasi 0.997 menyatakan stres sedang. Namun secara keseluruhan,
hasil menunjukkan rata-rata 4.12 dengan standar deviasi 0.933 yang menunjukkan
bahwa secara fisiologis pasien dinyatakan tidak stres.
Tabel 3
Deskriptif Hasil Analisis Stres Psikologi

No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Total

Variabel
Merasa tenang
Tidak tergesa-gesa
Mampu berpikir dengan baik
Tidak merasa khawatir
Tidak merasa bingung
Tidak mudah tersinggung
Bebas dari beban
Mampu mengendalikan emosi
dan suasana hati
Konsentrasi dan fokus
Optimis
Yakin akan pertolongan Tuhan
Tidak cemas

Keterangan:
Sig.:
Nilai Signifikansi
Int.:
Interpretasi
Std.:
Standar Deviasi
STS:
Sangat Tidak Stres

TD:
SS:
S:

Mean
3.91
3.16
4.20
3.08
2.91
3.07
4.02
3.76

Pre
Std.
.965
1.122
.949
1.295
1.196
1.256
1.076
1.139

Int.
TS
SS
TS
SS
SS
SS
TS
TS

3.05
4.50
4.76
2.69
3.59

1.167
.876
.661
1.298
1.083

SS
STS
STS
SS
TS

Mean
4.57
3.19
4.10
3.76
3.53
3.67
4.30
4.21

Post
Std.
.733
1.066
1.034
.997
1.010
1.047
.982
.974

Int.
STS
SS
TS
SS
TS
TS
TS
TS

3.47
4.71
4.92
3.58
3.66

1.151
.843
.453
1.160
0.954

TS
STS
STS
TS
TS

Tidak Stres
Stres Sedang
Stres

Tabel 3 menunjukkan bahwa pada pasien dengan diagnosa gagal jantung
kongestif sebelum diberi intervensi perawatan spiritual secara psikologis, variabel
‘yakin akan pertolongan Tuhan’ yang merupakan poin tertinggi dengan rata-rata 4.76
dan standar deviasi 0.661 menyatakan sangat tidak stres, sedangkan variabel ‘tidak
cemas’ yang merupakan poin terendah dengan rata-rata 2.69 dan standar deviasi 1.298
menyatakan stres sedang. Namun, hasil secara keseluruhan yang menunjukkan nilai
rata-rata 3.59 dengan standar deviasi 1.083 menunjukkan bahwa secara psikologis para
pasien dinyatakan tidak stres. Setelah dilakukan intervensi perawatan spiritual pada
JKU, Vol. 1, No. 1, Juni 2012

PERAWATAN SPIRITUAL DAN STRES

35
pasien dengan diagnosa gagal jantung kongestif secara psikoligis, variabel ‘yakin akan
pertolongan Tuhan’ yang merupakan poin tertinggi yang sama dengan rata-rata 4.92
dan standar deviasi 0.453 menyatakan sangat tidak stres, sedangkan variabel ‘mampu
berpikir dengan baik’ dengan poin terendah dengan rata-rata 2.10 dan standar deviasi
1.034 menyatakan stres. Namun, hasil secara keseluruhan menunjukkan nilai rata-rata
3.66 dengan standar deviasi 0.954. Ini menyatakan bahwa secara psikologis pasien
dinyatakan tidak stres. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa pasien dengan gagal
jantung kongestif di RSUP Prof. DR. R. D. Kandou Manado secara fisiologis maupun
psikologis tidak stres. Setelah ditelusuri berdasarkan fakta, penyebabnya adalah bahwa
sebelum dilakukan penelitian ini, pihak rumah sakit tempat di mana penelitian ini
dilakukan telah menyediakan pelayanan secara spiritual kepada semua pasien yang
dirawat sehingga hasil rata-ratanya menjadi tidak stres.
Hubungan Antara Intervensi Perawatan Spiritual dan Tingkat Stres Fisiologis
Maupun Psikologis
Tabel 4 menampilkan nilai hasil penelitian secara statistik yang menyatakan
adanya hubungan yang sangat signifikan antara intervensi perawatan spiritual dan
tingkat stres fisiologis dengan nilai signifikansi p = 0.000 dan r = 0.477, sehingga Ho1
yang menyatakan tidak ada hubungan yang sangat signifikan antara intervensi
perawatan spiritual dan tingkat stres fisiologis pada pasien dengan gagal jantung
kongestif di RSUP Prof. DR. R. D. Kandou Manado tidak dapat diterima atau ditolak.
Table 4
Hasil Analisis Hubungan Intervensi Perawatan Spiritual dan Tingkat Stres Fisiologis
Stres Fisiologis
R
.477**

P
.000

Interpretasi
Sangat Siginifikan

** hubungan sangat signifikan pada level 0.01

Begitupula ditunjukkan pada Tabel 5, hubungan intervensi perawatan spiritual
dan tingkat stres psikologis yang sangat signifikan menunjukkan nilai signifikansi p =
0.000 dan r = 0.397, sehingga Ho2 yang menyatakan tidak ada hubungan yang
signifikan antara intervensi perawatan spiritual dan stres psikologi pada pasien dengan
gagal jantung kongestif di RSUP Prof. DR. R. D. Kandou Manado ditolak. Intervensi
perawatan spiritual dapat digunakan untuk menurunkan stres. Hal ini adalah penting
untuk menilai orang-orang yang dirawat di rumah sakit dengan gagal jantung.
Aktivitas spiritual mempunyai efek positif untuk menurunkan stres (Dahl & Zenter
dikutip dalam Potter & Perry, 2005).

PERAWATAN SPIRITUAL DAN STRES

JKU, Vol. 1, No. 1, Juni 2012

36
Tabel 5
Hasil Analisis Hubungan Intervensi Perawatan Spiritual dan Tingkat Stres Psikologis
Stres Psikologis
R
.397**

p
.000

Interpretasi
Sangat Siginifikan

**Hubungan sangat signifikan pada level 0.01

Hasil menunjukkan bahwa dimensi spiritual memainkan peran penting dalam
menghadapi stres.
Perbedaan Terhadap Tingkat Stres Pasien Berdasarkan Faktor-faktor yang
Mempengaruhi
Tabel 6 menunjukkan hasil statistik yang menggunakan ANOVA (Analysis of
Variance) untuk menganalisa pernyataan masalah dan hipotesa tersebut. Nilai
signifikansi yang diperoleh dari setiap variabel faktor yaitu lebih besar dari 0.05: (1)
dari segi usia, nilai 0.541 untuk fisiologis dan nilai 0.144 untuk psikologis, (2) dari
faktor tingkat ekonomi, nilai 0.139 untuk fisiologis dan 0.101 untuk psikologis, dan (3)
dari faktor tingkat pendidikan, nilai 0.075 untuk fisiologis dan 0.292 untuk psikologis.
Tabel 6
Hasil Statistik ANOVA Tentang Perbedaan Tingkat Stres Berdasarkan Faktor Usia,
Tingkat Ekonomi, dan Tingkat Pendidikan
Variabel Moderator
Usia

Nilai Signifikansi
Fisiologis
0.541
Psikologis
0.144

Interpretasi
Tidak signifikan
Tidak signifikan

Tingkat ekonomi

Fisiologis
Psikologis

0.139
0.101

Tidak signifikan
Tidak signifikan

Tingkat pendidikan

Fisiologis
Psikologis

0.075
0.292

Tidak signifikan
Tidak signifikan

Tabel 7 menunjukkan hasil statistik dengan nilai signifikansi yang diperoleh
dari segi faktor jenis kelamin dengan nilai 0.683 untuk fisiologis dan nilai 0.351 untuk
psikologis. Dari data yang ditampilkan pada Tabel 6 dan 7 tersebut, dapat disimpulkan
bahwa Ho3 yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap
intervensi perawatan spiritual dan tingkat stres berdasarkan faktor-faktor yang
mempengaruhi seperti umur, jenis kelamin, tingkat ekonomi dan tingkat pendidikan
pada pasien dengan gagal jantung kongestif di RSUP Prof. DR. R. D. Kandou Manado
diterima.

JKU, Vol. 1, No. 1, Juni 2012

PERAWATAN SPIRITUAL DAN STRES

37
Tabel 7
Hasil Statistik T-Test Tentang Perbedaan Tingkat Stres Berdasarkan Faktor Jenis
Kelamin
Variabel Moderator
Jenis kelamin

Nilai Signifikansi
Fisiologis
0.683
Psikologis
0.351

Interpretasi
Tidak signifikan
Tidak signifikan

Penelitian ini menyatakan tidak adanya perbedaan yang signifikan pada tingkat
stres berdasarkan faktor usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan tingkat ekonomi
sehingga hasil yang didapatkan bersifat kontradiktif dengan literatur yang telah
disebutkan di atas. Peneliti berasumsi bahwa banyaknya data yang digunakan,
penyebaran data yang tidak merata, dan hasil yang menyatakan pasien tidak stres dapat
mempengaruhi hasil penelitian ini yang tidak menunjukkan adanya perbedaan yang
signifikan dari beberapa faktor yang mempengaruhi yang telah disebutkan sebelumnya.

KESIMPULAN DAN SARAN
Tingkat stres fisiologis dan psikologis pasien dengan diagnosa gagal jantung
kongestif di RSUP Prof. DR. R. D. Kandou Manado sebelum dan sesudah dilakukan
intervensi perawatan spiritual adalah tidak stres. Selanjutnya, terdapat hubungan yang
signifikan antara intervensi perawatan spiritual dengan tingkat stres fisiologis dan
psikologis. Ketika faktor usia, jenis kelamin, tingkat ekonomi, dan tingkat pendidikan
diikutsertakan, itu tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan pada tingkat stres baik
fisiologis maupun psikologis. Peneliti merekomendasikan kepada masyarakat dan
institusi rumah sakit agar dapat mempergunakan intervensi perawatan spiritual sebagai
suatu metode untuk mengatasi stres pada pasien dengan diagnosa gagal jantung
kongesif.
Kepada institusi pendidikan, khususnya Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Klabat, kiranya penelitian ini dapat menjadi acuan bagi para mahasiswa keperawatan di
mana mereka dapat menggunakan intervensi perawatan spiritual sebagai bentuk
pelayanan kesehatan untuk membantu pasien dalam mengatasi stres akibat penyakit
yang dialami. Dengan demikian, kesehatan pasien dapat dipulihkan secara optimal.
Peneliti mengharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi dasar dan bahan untuk
penelitian selanjutnya. Peneliti juga merekomendasikan untuk menggunakan intervensi
keperawatan yang lainnya seperti teknik relaksasi untuk menurunkan tingkat stres.

PERSANTUNAN
Terangkat pujian dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan
terlaksananya penelitian ini. Terima kasih kepada Universitas terlebih khusus Fakultas
PERAWATAN SPIRITUAL DAN STRES

JKU, Vol. 1, No. 1, Juni 2012

38
Ilmu Keperawatan yang memprakarsai sarana dan prasarana untuk penelitian ini.
Kepada semua yang terlibat secara langsung maupun tidak, banyak terima kasih.
Khususnya, untuk sumber inspirasi dan dorongan moril keluarga, teman sejawat, dan
para pasien yang mau bekerja sama, tertutur terima kasih.

REFERENSI
Black, J. M., & Hawks, J. H. (2005). Medical surgical nursing: Medical management
for positif outcome (7th ed.). Evolve: Elsevier Saunders.
Blais, K. K., Hayes, J. S., Kozier, B., Erb, G. (2006). Professional nursing practice:
Concepts and perspectives (5th ed.). Pearson: Prentice Hall.
Copstead, L. E & Banasik, J. (2005). Pathophysiology. 3 rd Edition. Philadelphia USA,
Elsevier Sauders: Evolve.
Craven, R. F. (2003). Fundamental of nursing human health and function (4th ed.).
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Departemen Rumah Sakit Penyakit Jantung Nasional Harapan Kita. (2006).
Penatalaksanaan
sindrom
koroner
akut.
Diambil
dari
http://www.kalbefarma.com/files/cdk/06.pdf/06.Sindromkoronerakut.html
DEPKES RI. (2008). Profil kesehatan Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Fraenkel, J. R., & Wallen, N. E. (2003). How to design and evaluate research in
education (5th ed.; international ed.). Philippines: McGraw-Hill.
Gorman, L. M., Raines, M. L., & Sultan, F. D. (2002). Psychosocial nursing for
general patient care (2nd ed.) Philadelphia: F.A. Davis.
Harkreader, H. (2000). Fundamental of nursing caring and clinical judgment. USA:
Sauders.
Joewono, B. S. (2003). Ilmu penyakit jantung. Surabaya: Airlangga University Press.
Kozier, B., Erb, G., Snyder, S., & Berman, A. (2009). Fundamental of nursing
concepts, process, and practice (8th ed.) New Jersey: Pearson Prentice Hall.
Lehay, J. (2006). Foundation of Nursing Practice, a Nursing Process Approach. W. B.
sunders company.
Miller, J. F. (2000). Coping with chronic illness: Overcoming powerlessness (3rd ed.)
Philadelphia: Davis.

JKU, Vol. 1, No. 1, Juni 2012

PERAWATAN SPIRITUAL DAN STRES

39
Niven, N. (2000). Psikologi kesehatan: Pangantar untuk perawat & profesional
kesehatan (ed. 2). Jakarta: EGC.
Potter, P. A & Perry, A. G. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan konsep,
proses, dan praktek (ed. 4). Jakarta: ECG.
Smeltzer, S., & Bare, B. (2002). Buku ajar keperawatan medikal-bedah (ed. 8). Jakarta:
EGC.
Taylor, E. J. (2002). Spiritual care: Nursing theory, research, and practice. New
Jersey: Prentice Hall.

PERAWATAN SPIRITUAL DAN STRES

JKU, Vol. 1, No. 1, Juni 2012