Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam ipa

Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam
Melalui pengamatan kasat mata terhadap segala sesuatu yang berada di sekitar kita, maka kita
akan menemukan bahwa bumi tempat kita hidup atau alam semesta ini ternyata penuh dengan
fenomena-fenomena yang menakjubkan, penuh dengan keragaman yang memukau, yang
kesemuanya itu menimbulkan pertanyaan-pertanyaan kepada kita tentang mengapa dan
bagaimana semua itu dapat terjadi.
Ilmu Pengetahuan Alam (selanjutnya disebut IPA) merupakan suatu ilmu yang menawarkan
cara-cara kepada kita untuk dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, IPA pun menawarkan
cara kepada kita untuk dapat memahami kejadian, fenomena, dan keragaman yang terdapat d
alam semesta, dan yang paling penting adalah IPA juga memberikan pemahaman kepada kita
bagaimana caranya agar kita dapat hidup dengan cara menyesuaikan diri terhadap hal-hal
tersebut.

Ilmu Pengetahuan Alam sebagai
Produk
IPA merupakan terjemahan dari kata – kata bahasa Inggris “Natural Science” secara singkat
sering disebut “ science” . Natural artinya alamiah, berhubungan dengan alam atau
bersangkut paut dengan alam. “Science” artinya ilmu pengetahuan. Jadi ilmu pengetahuan
alam (IPA) atau Science secara harfiah dapat disebut sebagai ilmu pengetahuan tentang alam
semesta.
Webster’s New Lollegiate Dictionary (1981) menyatakan natural science knowledge

concerned with the physical world and its phenomena, yang artinya ilmu pengetahuan alam
adalah pengetahuan tentang alam dan gejala-gejalanya. Sedangkan dalam Purnel’s : Concise
Dictionary of Science (1983) tercantum definisi tentang IPA sebagai berikut : Science the
broad field of human knowledge, acquired by systematic observation and experiment, and
explained by means of rules, laws, principles, theories, and hypotheses. Artinya ilmu
pengetahuan alam adalah pengetahuan manusia yang luas, yang didapatkan dengan cara
observasi dan eksperimen yang sistematik, serta dijelaskan dengan bantuan aturan-aturan,
hukum-hukum, prinsip-prinsip, teori-teori, dan hipotesa-hipotesa.
IPA sebagai produk adalah kumpulan hasil kegiatan empiric dan kegiatan analitik yang
dilakukan oleh para ilmuwan selama berabad-abad. IPA sebagai produk terdapat dalam
bentuk fakta-fakta, data-data, konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan teori-teori. Jika ditelaah
lebih jauh, maka fakta-fakta merupakan hasil kegiatan empiric, sedangkan data, konsep,
prinsip dan teori dalam IPA merupakan hasil kegiatan analitik.
Fakta dalam IPA adalah pernyataan – pernyataan penting tentang benda-benda yang benarbenar ada atau peristiwa-peristiwa yang betul-betul terjadi. Fakta yang sudah dikonfirmasi
secara obyektif dan sudah mendapat persetujuan para ilmuwan disebut data. Misalnya : atom
natrium memiliki electron sebanyak 7 buah, air mendidih pada suhu 100o Celsius, kura-kura
termasuk hewan reptilia, dan lain-lain.

Konsep di dalam IPA adalah suatu ide yang mempersatukan fakta-fakta IPA, konsep
merupakan penghubung antara fakta-fakta yang ada hubungannya. Berikut adalah contoh –

contoh konsep dalam IPA : Energi adalah kemampuan untuk melakukan kerja, senyawa
adalah materi yang dengan reaksi kimia biasa dapat diuraikan menjadi materi lain yang lebih
sederhana, , makhluk hidup dipengaruhi oleh lingkungannya, dll.
Prinsip IPA adalah generalisasi tentang hubungan diantara konsep-konsep IPA. Contohnya :
Udara jika dipanaskan akan memuai, adalah prinsip yang menghubungkan konsep-konsep
udara, panas, dan pemuaian. Prinsip ini menyatakan jika udara dipanaskan maka akan
memuai. Prinsip IPA bersifat analitik sebab merupakan generalisasi induktif yang ditarik dari
beberapa contoh. Menurut para ilmuwan, prinsip merupakan deskripsi yang paling tepat
tentang obyek atau kejadian. Prinsip dapat berubah bila observasi baru dilakukan, sebab
prinsip bersifat tentative.
Hukum – hukum alam adalah prinsip – prinsip yang sudah diterima meskipun juga bersifat
tentative, tetapi karena mengalami pengujian – pengujian yang lebih keras daripada prinsip,
maka hukum alam bersifat lebih kekal. Hukum kekekalan energy misalnya berkata bahwa
dalam suatu interaksi tidak ada energy yang diciptakan maupun dimusnahkan, tetapi hanya
berubah dari suatu bentuk ke bentuk yang lain. Pada tahun 1905, lama sesudah hukum
kekekalan energy dirumuskan, Einstein menunjukkan bahwa energy dapat diciptakan dari
materi di bawah kondisi khusus. Penemuan ini dinyatakan dalam persamaan atau rumus
Einstein yang terkenal ; E = mc 2 . Hal ini menyebabkan Hukum Kekekalan energy harus
diperluas.
Teori ilmiah merupakan kerangka yang lebih luas dari fakta-fakta, data-data, konsep-konsep,

dan prinsip-prinsip yang saling berhubungan. Suatu teori merupakan model, atau gambaran
yang dibuat oleh ilmuwan untuk menjelaskan gejala alam. Seperti halnya prinsip dan hukum
alam, teoripun dapat berubah jika ada bukti-bukti baru yang berlawanan dengan teori
tersebut. Teori ilmiah membantu kita untuk memahami, memprediksi dan kadang-kadang
mengendalikan berbagai gejala alam.

Ilmu Pengetahuan Alam Sebagai Proses
IPA tidak hanya merupakan kumpulan pengetahuan atau kumpulan fakta, konsep, prinsip,
atau teori semata. IPA tidak hanya merupakan kumpulan-kumpulan pengetahuan tentang
benda-benda atau makhluk-makhluk, tetapi IPA juga merupakan cara kerja, cara berpikir dan
cara memecahkan masalah.
Memahami IPA lebih dari hanya mengetahui fakta-fakta dalam IPA. Memahami IPA berarti
juga memahami proses IPA, yaitu memahami bagaimana mengumpulkan fakta-fakta dan
memahami bagaimana menghubungkan fakta-fakta untuk menginterpretasikannya. Para
ilmuwan menggunakan berbagai prosedur empiric dan prosedur analitik dalam usaha mereka
untuk memahami alam semesta ini. Prosedur-prosedur tersebut disebut proses ilmiah atau
proses sains. Keterampilan proses IPA atau keterampilan sains disebut juga keterampilan
belajar seumur hidup, sebab keterampilan-keterampilan ini dapat juga dipakai untuk
kehidupan sehari-hari dan untuk bidang studi yang lain.


Keterampilan proses IPA adalah keterampilan yang dilakukan oleh para ilmuwan, diantaranya
adalah mengobservasi, memprediksi, melakukan interpretasi, merancang dan melakukan
eksperimen, mengendalikan variable, merumuskan hipotesis, dan menarik kesimpulan.

Pendidikan IPA di Sekolah Dasar
Mata Pelajaran IPA di Sekolah Dasar bertujuan agar siswa : memahami konsep-konsep IPA,
memiliki keterampilan proses, mempunyai minat mempelajari alam sekitar, bersikap ilmiah,
mampu menerapkan konsep-konsep IPA untuk menjelaskan gejala-gejala alam dan
memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, mencintai alam sekitar, serta menyadari
kebesaran dan keagungan Tuhan. Berdasarkan tujuan di atas, maka pembelajaran pendidikan
IPA di SD menuntut proses belajar mengajar yang tidak terlalu akademis dan verbalistik.
Selain itu dalam kondisi ketergantungan hidup manusia akan ilmu dan teknologi yang sangat
tinggi, maka pembelajaran IPA di SD harus dijadikan sebagai mata pelajaran dasar dan
diarahkan untuk menghasilkan warga Negara yang melek IPA. Rutherford dan Ahlgren
(1990) dalam kata pengantarnya untuk buku Science for All Americans mengemukakan
beberapa alasan mengapa IPA layak dijadikan sebagai mata pelajaran dasar dalam pendidikan
: Pertama, IPA dapat memberi seseorang pengetahuan tentang lingkungan biofisik dan
perilaku social yang diperlukan untuk pengembangan pemecahan yang efektif bagi masalahmasalah local dan global; Kedua, dengan penekanan dan penjelasan akan adanya saling
ketergantungan antara makhluk hidup yang satu dengan makhluk hidup yang lain beserta
lingkungannya, IPA akan membantu mengembangkan sikap berpikir seseorang terhadap

lingkungan dan dalam memanfaatkan teknologi; Ketiga, Kebiasaan berpikir ilmiah dapat
membantu seseorang dalam setiap kegiatan kehidupan sehingga peka terhadap permasalahan
yang seringkali melibatkan sejumlah bukti, pertimbangan kuantitatif, alasan logis, dan
ketidak pastian; Keempat, prinsip-prinsip teknologi memberi sesorang dasar yang kuat untuk
menilai penggunaan teknologi baru beserta implikasinya bagi lingkungan dan budaya;
Kelima, pendidikan IPA dan teknologi secara terus menerus dapat memberikan piranti untuk
menentukan sikap terhadap sejumlah masalah dan pengetahuan baru yang penting; Keenam,
potensi IPA dan teknologi guna meningkatkan kehidupan tidak akan terealisasikan tanpa
didukung oleh pemahaman masyarakat umum terhadap IPA, matematika, dan teknologi, serta
kebiasaan berpikir ilmiah.
Carin dan Sund (1989) memberikan petunjuk tentang bagaimana seharusnya IPA diajarkan
pada pendidikan dasar. Salah satu diantaranya adalah menanamkan ke dalam diri siswa
keingintahuan akan alam sekitar, serta dapat memahami pejelasan-penjelasan ilmiah tentang
fenomena alam. Hal ini sesuai dengan salah satu tujuan pendidikan IPA yaitu bahwa IPA
harus mampu meberikan pengetahuan kepada siswa tentang dunia dimana kita hidup, dan
bagaimana kita sebagai makhluk hidup harus bersikap terhadap alam.
Secara singkat, Connor (1990) mengemukakan, pendidikan IPA di SD harus secara konsisten
berorientasi pada (a) pengembangan keterampilan proses, (b) pengembangan konsep, (c)
aplikasi, dan (d) isu social yang berdasar pada IPA.
Khusus untuk keterampilan proses dalam pembelajaran IPA, Mechling dan Oliver (1983)

mengemukakan bahwa penekanan yang diberikan dalam pengajaran keterampilan proses IPA
adalah pada keterampilan-keterampilan berpikir. Keterampilan berpikir ini dapat berkembang
pada anak selama anak diberi kesempatan untuk berlatih menggunakan keterampilan-

keterampilan tersebut. Dengan keterampilan-keterampilan proses IPA, yang salah satu
diantaranya adalah keterampilan mengajukan pertanyaan, maka siswa sekolah dasar dapat
mempelajari IPA sebanyak-banyaknya, sesuai dengan keinginan mereka untuk mengetahui
dan mempelajari IPA tersebut selama hidupnya.
Holt (1991) menyebutkan ciri-ciri siswa SD, antara lain rasa ingin tahu yang berlebih,
mengeksplorasi, menemukan, mempelajari sesuatu yang baru, dan berkreasi. Untuk
mendorong munculnya rasa ingin tahu siswa SD tersebut, terlebih dahulu perlu dilakukan
eksplorasi terhadap apa yang akan dipelajari, sehingga pertanyaan-pertanyaan yang muncul
dari kegiatan eksplorasi tersebut dapat dijawab dengan percobaan yang dilakukan oleh siswa
sendiri untuk menemukan konsep-konsep baru. Hal ini juga sesuai dengan pendapat yang
dikemukakan oleh Blosser (1990), bahwa siswa SD lebih mudah memahami IPA jika
melakukan kegiatan percobaan sendiri.
Berdasarkan pada beberapa pendapat yang dikemukakan di atas, maka sebaiknya
pembelajaran IPA di SD menggunakan perasaan keingintahuan siswa sebagai titik awal dalam
melaksanakan kegiatan-kegiatan penyelidikan atau percobaan. Kegiatan-kegiatan ini
dilakukan untuk menemukan dan menanamkan pemahaman konsep-konsep baru dan

mengaplikasikannya untuk memecahkan masalah-masalah yang ditemui oleh siswa SD dalam
kehidupan sehari-hari. Hal ini penting untk dilaksanakan karena langkah awal untuk
menghasilkan orang dewasa yang melek IPA adalah dengan melibatkan anak-anak, dalam hal
ini adalah anak-anak SD secar aktif sejak dini ke dalam kegiatan IPA seperti disebutkan di
atas.

Dokumen yang terkait

FAKTOR–FAKTOR YANG MENJADI DAYA TARIK PENYIAR RADIO MAKOBU FM (Studi pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2003 UMM)

0 72 2

PENGARUH TAYANGAN REPORTASE INVESTIGASI TRANS TV TERHADAP MOTIVASI BELAJAR JURNALISME INVESTIGASI (Studi pada Mahasiswa Konsentrasi Jurnalistik Ilmu KomunikasiUniversitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2005)

0 33 2

FUNGSI MEDIA KOMUNIKASI TRADISIONAL WAYANG KULIT DALAM ACARA RUWATAN ALAM (Studi Pada Tradisi Ruwatan Alam Di Desa Sendi, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto)

0 94 37

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PENGGUNAAN HANDPHONE QWERTY DI KALANGAN MAHASISWA (Studi pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2008 Pengguna Handphone Qwerty)

0 37 44

PEMAKNAAN MAHASISWA PENGGUNA AKUN TWITTER TENTANG CYBERBULLY (Studi Resepsi Pada Mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang angkatan 2010 Atas Kasus Pernyataan Pengacara Farhat Abbas Tentang Pemerintahan Jokowi - Ahok)

2 85 24

IDENTIFIKASI BAHAYA, PENILAIAN RISIKO DAN PENGENDALIAN RISIKO PADA PEKERJAAN TAMBANG BELERANG (Studi pada Pekerja Tambang Belerang di Taman Wisata Alam Kawah Ijen)

14 133 76

Perilaku Konsumsi Serat pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta Tahun 2012

21 162 166

Pengantar Ilmu Jurnalistik

4 44 113

Senang Belajar Ilmu Pengetahuan Alam Kelas 1 S Rositawaty Aris Muharam 2008

0 27 147