Ketentuan Seputar Kontrak Kerja (1)

Ketentuan Seputar Kontrak Kerja
Kontrak Kerja/Perjanjian Kerja adalah suatu perjanjian antara pekerja dan pengusaha secara
lisan dan/atau tulisan, baik untuk waktu tertentu maupun untuk waktu tidak tertentu yang
memuat syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban pekerja dan perusahaan
Jika Anda diterima kerja di suatu perusahaan, Anda pasti akan diberikan surat perjanjian
kerja/ kontrak kerja. Sebelum Anda menanda-tangani kontrak, baca dan pelajari kontrak
kerja Anda terlebih dahulu. Dalam kontrak kerja, kita dapat mengetahui syarat-syarat kerja,
hak dan kewajiban bagi pekerja dan pemberi kerja/pengusaha yang sesuai dengan Undangundang ketenagakerjaan yang berlaku di Indonesia, selain itu kita juga dapat mengetahui
status kerja, apakah kita berstatus karyawan tetap atau karyawan kontrak.

1. Apa yang dimaksud dengan Kontrak Kerja?
2. Bagaimana membuat kontrak kerja yang memenuhi syarat? Ada saja yang ada

di dalamnya?
3. Apa syarat kontrak kerja dianggap sah?
4. Apa saja jenis kontrak kerja menurut bentuknya?
5. Apa saja jenis perjanjian kerja menurut waktu berakhirnya?
6. Apa yang dimaksud dengan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu?
7. Apa perbedaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu dengan Outsourcing?
8. Apakah Undang-Undang mengatur mengenai perjanjian kerja antara pekerja


outsourcing dengan perusahaan outsourcing?
9. Apa yang harus dimuat dalam Perjanjian Kerja Tidak Tertentu pada

perusahaan penyedia jasa (outsourcing)?
10. Apakah ada aturan hukum mengenai penahanan surat-surat berharga milik

karyawan?
11. Bagaimanakah bila tidak ada perjanjian kerja yang tertulis antara pekerja

dengan perusahaan dikarenakan perusahaan masih baru beroperasi?
12. Bagaimana hukumnya jika Perjanjian Kerja Waktu Tertentu dibuat dalam

Bahasa Inggris dan para pihak yang bertandatangan adalah orang asing?
13. Apa yang menjadi acuan untuk tenaga kerja asing yang bekerja di representative

office jika ingin hak-haknya bisa diakomodir menurut hukum Indonesia?

Apa yang dimaksud dengan Kontrak Kerja?
Kontrak Kerja/Perjanjian Kerja menurut Undang-Undang No.13/2003 tentang
Ketenagakerjaan adalah perjanjian antara pekerja/buruh dengan pengusaha atau pemberi

kerja yang memuat syarat syarat kerja, hak, dan kewajiban para pihak.

Bagaimana membuat kontrak kerja yang memenuhi
syarat? Ada saja yang ada di dalamnya?
Menurut pasal 54 UU No.13/2003, Perjanjian kerja yang dibuat secara tertulis sekurang
kurangnya harus memuat:
a. nama, alamat perusahaan, dan jenis usaha
b. nama, jenis kelamin, umur, dan alamat pekerja/buruh
c. jabatan atau jenis pekerjaan
d. tempat pekerjaan
e. besarnya upah dan cara pembayarannya
f. syarat syarat kerja yang memuat hak dan kewajiban pengusaha dan pekerja/buruh
g. mulai dan jangka waktu berlakunya perjanjian kerja
h. tempat dan tanggal perjanjian kerja dibuat; dani. tanda tangan para pihak dalam perjanjian
kerja.

Apa syarat kontrak kerja dianggap sah?
Pada dasarnya untuk menyatakan suatu perjanjian kerja dianggap sah atau tidak maka wajib
untuk memperhatikan ketentuan dalam pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
(KUH Perdata) yang menyatakan bahwa :

Supaya terjadi persetujuan yang sah, perlu dipenuhi empat syarat;


kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya



kecakapan untuk membuat suatu perikatan



suatu pokok persoalan tertentu



suatu sebab yang tidak terlarang

Pasal 52 ayat 1 UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan juga menegaskan bahwa :
Perjanjian kerja dibuat atas dasar:



kesepakatan kedua belah pihak



kemampuan atau kecakapan melakukan perbuatan hukum



adanya pekerjaan yang diperjanjikan



pekerjaan yang diperjanjikan tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan,
dan peraturan perundang undangan yang berlaku.

Apa saja jenis kontrak kerja menurut bentuknya?
a)

Berbentuk Lisan/ Tidak tertulis



Meskipun kontrak kerja dibuat secara tidak tertulis, namun kontrak kerja jenis ini
tetap bisa mengikat pekerja dan pengusaha untuk melaksanakan isi kontrak kerja
tersebut.



Tentu saja kontrak kerja jenis ini mempunyai kelemahan fatal yaitu apabila ada
beberapa isi kontrak kerja yang ternyata tidak dilaksanakan oleh pengusaha karena
tidak pernah dituangkan secara tertulis sehingga merugikan pekerja.

b)

Berbentuk Tulisan


Perjanjian yang dituangkan dalam bentuk tulisan, dapat dipakai sebagai bukti tertulis
apabila muncul perselisihan hubungan industrial yang memerlukan adanya bukti-bukti
dan dapat dijadikan pegangan terutama bagi buruh apabila ada beberapa kesepakatan

yang tidak dilaksanakan oleh pengusaha yang merugikan buruh.



Dibuat dalam rangkap 2 yang mempunyai kekuatan hukum yang sama, masingmasing buruh dengan pengusaha harus mendapat dan menyimpan Perjanjian
Kerja (Pasal 54 ayat 3 UU 13/2003).

Apa saja jenis perjanjian kerja menurut waktu
berakhirnya?
a)

Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT)

Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) yang pekerjanya sering disebut karyawan kontrak
adalah perjanjian kerja antara pekerja dengan pengusaha untuk mengadakan hubungan
kerja dalam waktu tertentu atau untuk pekerja tertentu.
PKWT harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:




didasarkan atas jangka waktu paling lama tiga tahun atau selesainya suatu pekerjaan
tertentu



dibuat secara tertulis dalam 3 rangkap : untuk buruh, pengusaha dan Disnaker
(Permenaker No. Per-02/Men/1993), apabila dibuat secara lisan maka dinyatakan
sebagai perjanjian kerja waktu tidak tertentu



dalam Bahasa Indonesia dan huruf latin atau dalam Bahasa Indonesia dan bahasa
asing dengan Bahasa Indonesia sebagai yang utama;



tidak ada masa percobaan kerja (probation), bila disyaratkan maka perjanjian kerja
BATAL DEMI HUKUM (Pasal 58 UU No. 13/2003).

b)


Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT)

Berdasarkan Pasal 1 angka 2 Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik
Indonesia Nomor KEP. 100/MEN/VI/2004 Tentang Ketentuan Pelaksanaan Perjanjian Kerja
Waktu Tertentu, pengertian Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu adalah perjanjian kerja
antara pekerja/buruh dengan pengusaha untuk mengadakan hubungan kerja yang bersifat
tetap. Pekerjanya sering disebut karyawan tetap
Selain tertulis, PKWTT dapat juga dibuat secara lisan dan tidak wajib mendapat pengesahan
dari intstansi ketenagakerjaan terkait. Jika PKWTT dibuat secara lisan maka perusahaan
wajib membuat surat pengangkatan kerja bagi karyawan yang bersangkutan. PKWTT
dapat mensyaratkan adanya masa percobaan kerja (probation) untuk paling lama 3 (tiga)
bulan, bila ada yang mengatur lebih dari 3 bulan, maka demi hukum sejak bulan keempat, si
pekerja sudah dinyatakan sebagai pekerja tetap (PKWTT). Selama masa percobaan,
Perusahaan wajib membayar upah pekerja dan upah tersebut tidak boleh lebih rendah dari
upah minimum yang berlaku.
Sekarang kita telah mengetahui dasar-dasar mengenai jenis kontrak kerja. Yang paling sering
ditanyakan adalah mengenai Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) untuk para pekerja
kontrak. Maka dari itu, Gajimu akan mencoba membahasnya dengan lebih detail.



Apa yang dimaksud dengan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu?



Apa perbedaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu dengan Outsourcing?



Apakah Undang-Undang mengatur mengenai perjanjian kerja antara pekerja
outsourcing dengan perusahaan outsourcing?



Apa yang harus dimuat dalam Perjanjian Kerja Tidak Tertentu pada
perusahaan penyedia jasa (outsourcing)?

Apakah ada aturan hukum mengenai penahanan suratsurat berharga milik karyawan?

Peraturan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan, termasuk UU No. 13 Tahun 2003

tentang Ketenagakerjaan tidak mengatur boleh-tidaknya perusahaan menahan surat-surat
berharga milik karyawan, seperti misalnya ijazah.
Penahanan ijazah pekerja/karyawan oleh perusahaan, diperbolehkan, sepanjang memang
menjadi kesepakatan antara kedua belah pihak. Kesepakatan antara pekerja dan pengusaha
biasa dituangkan dalam perjanjian kerja yang mengikat pekerja dan pengusaha dalam
hubungan kerja. Artinya, penahanan ijazah oleh pengusaha diperbolehkan sepanjang Anda
menyepakatinya dan Anda masih terikat dalam hubungan kerja.
Apabila ijazah Anda tetap ditahan dan tidak dikembalikan setelah Anda berhenti bekerja,
Anda dapat mengupayakan cara-cara kekeluargaan terlebih dahulu. Misalnya, dengan
mendatangi perusahaan tersebut untuk meminta kembali ijazah Anda. Namun, apabila
memang pihak perusahaan tidak mau mengembalikan ijazah Anda, Anda dapat menggugat
perusahaan tersebut atas dasar perbuatan melawan hukum atau melaporkan ke polisi atas
tuduhan penggelapan.
Sedangkan, penggelapan diatur dalam Pasal 372 KUHP. Yang termasuk penggelapan adalah
perbuatan mengambil barang milik orang lain sebagian atau seluruhnya) di mana penguasaan
atas barang itu sudah ada pada pelaku, tapi penguasaan itu terjadi secara sah. Misalnya,
penguasaan suatu barang oleh pelaku terjadi karena pemiliknya menitipkan barang tersebut.
Atau penguasaan barang oleh pelaku terjadi karena tugas atau jabatannya, misalnya petugas
penitipan barang. Tujuan dari penggelapan adalah memiliki barang atau uang yang ada dalam
penguasannya yang mana barang/uang tersebut pada dasarnya adalah milik orang lain.


Bagaimanakah bila tidak ada perjanjian kerja yang
tertulis antara pekerja dengan perusahaan dikarenakan
perusahaan masih baru beroperasi?
Pada dasarnya, perjanjian kerja tidak harus dilakukan secara tertulis. Berdasarkan Pasal 50
dan Pasal 51 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, hubungan kerja
terjadi karena adanya perjanjian kerja antara pengusaha dan pekerja/buruh, yang mana
perjanjian kerja dapat dibuat secara tertulis atau lisan. Akan tetapi, terdapat pengecualian
dalam hal perjanjian kerja untuk waktu tertentu (PKWT). Dalam Pasal 57 UU No.13/2003
ditegaskan bahwa PKWT harus dibuat secara tertulis serta harus menggunakan bahasa
Indonesia dan huruf latin. PKWT yang dibuat tidak tertulis dinyatakan sebagai perjanjian
kerja untuk waktu tidak tertentu (PKWTT).
Selain itu, dalam hal perusahaan tidak membuat perjanjian kerja secara tertulis (PKWTT)
dengan pekerjanya, maka pengusaha wajib membuat surat pengangkatan bagi pekerja/buruh
yang bersangkutan (Pasal 63 UU Ketenagakerjaan).
Surat pengangkatan tersebut sekurang-kurangnya memuat keterangan:
a.

nama dan alamat pekerja/buruh;

b.

tanggal mulai bekerja;

c.

jenis pekerjaan; dan

d.

besarnya upah.

Jadi, dalam hal perjanjian kerja untuk waktu tidak tertentu, memang tidak harus dilakukan
dengan perjanjian kerja tertulis, akan tetapi perusahaan wajib membuat surat pengangkatan
bagi pekerjanya.

Bagaimana hukumnya jika Perjanjian Kerja Waktu
Tertentu dibuat dalam Bahasa Inggris dan para pihak
yang bertandatangan adalah orang asing?
Dalam Undang – Undang No. 13 tahun 2003 pasal 57 ayat 1 menyatakan bahwa “Perjanjian
kerja untuk waktu tertentu dibuat secara tertulis serta harus menggunakan bahasa Indonesia
dan huruf latin”.
Meski para pihak adalah orang asing, hukum yang berlaku dalam perjanjian tersebut adalah
Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, oleh karena itu PKWT harus dibuat dalam bahasa
Indonesia, dengan terjemahan ke Bahasa Inggris. Segala ketentuan yang mengikat secara
hukum adalah ketentuan yang ditulis dalam Bahasa Indonesia. Bahasa Inggris dalam
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu tersebut hanyalah merupakan terjemahan, agar para pihak
mengerti isinya.

Apa yang menjadi acuan untuk tenaga kerja asing yang
bekerja di representative office jika ingin hak-haknya bisa
diakomodir menurut hukum Indonesia?
Penggunaan tenaga kerja asing pada representative office juga wajib tunduk pada peraturan
ketenagakerjaan Indonesia. Oleh karena itu, apabila ketentuan ketenagakerjaan kita mengatur
mengenai suatu hak bagi tenaga kerja asing yang wajib dipatuhi oleh pemberi kerja, maka
hak-hak tersebut wajib diberikan pada tenaga kerja asing tersebut. Contohnya, mengenai
jaminan sosial tenaga kerja. Seorang tenaga kerja asing juga berhak untuk memperoleh
jamsostek, seperti halnya pekerja WNI
Baca Juga


Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT)



PKWT dengan Outsourcing



Pemutusan Hubungan kerja



Pesangon

Sumber

Indonesia. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.100/MEN/IV/2004 tentang
Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu
Indonesia. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Tenaga Kerja.
Indonesia. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.100/MEN/IV/2004 tentang
Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu
Related content
Tanya Jawab Seputar Perjanjian Kerja Bersama
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
Pertanyaan mengenai Gaji atau Upah Kerja